Anda di halaman 1dari 8

ANALISA PROSES INTERAKSI (API)

Inisial Klien : Tn. J


Usia : 30 tahun
Interaksi ke-2 : Halusinasi Pendengaran
Lingkungan : Klien berada dalam ruang perawatan Merpati, ruang luas, bersih, pencahayaan
cukup. Jumlah pasien dan tempat tidur seimbang.
Deskripsi : Klien tampak rapi dan bersih, kooperatif, kontak mata (+).
Tujuan Interaksi : Membina hubungan saling percaya
Waktu Interaksi : 07/01/2015, pukul 13.15 – 13.30
Komunikasi Analisa berpusat Analisa berpusat
Komunikasi Verbal Rasional
Nonverbal pada perawat (P) pada klien (K)
P:“selamat siang P: tersenyum, P : berharap klien K:menyambut Salam terapeutik
bang Juliardi ?” menjulurkan tangan membalas salam kehadiran perawat
untuk bersalaman dengan gembira Salam terapeutik
K: “siang” K: membalas senyuman K:menyukai
perawat, menjulurkan kehadiran perawat
tangan untuk
bersalaman
P: “Apa kabar bang P: tersenyum dan P: menunjukkan sikap
?” mengarahkan wajah ke empati K: klien membuka
wajah klien diri
K: “baik” K:membalas senyuman
perawat
P: “Bagaimana P: tersenyum dan P: mengetahui bahwa
perasaan abang hari mengarahkan wajah ke klien pasti akan
ini?” wajah klien setuju, hanya
K: “baik saja” K: membalas senyuman membutuhkan
perawat, dan persetujuan langsung
mengarahkan wajah ke dari klien
wajah perawat
P: “bagaimana bang P: tersenyum
tidurnya tadi siang? K: klien terbuka
Ada keluhan? dengan perawat
K: “enak,tidak ada K: menatap wajah
kak” perawat
P: “Boleh kita P: menatap wajah P: menunjukkan sikap Kontrak
ngobrol-ngobrol?” pasien empati pembicaraan
K: “boleh” K: menatap wajah
perawat
P: “ baiklah sesuai P: mempertahankan P: menunjukkan sikap
janji saya kemaren kontak mata perhatian
bahwa saya akan
mengajarkan K: menunjukkan
bagaimana caranya sikap bersahabat
menghardik suara-
suara bisikan itu.
Apakah abang K: senang mengenal
bersedia? perawat Sikap empati
K: “boleh kak” K: berbicara sambil akan membuat
menatap mata perawat klien merasa
P: “apakah abang P: berbicara sambil P: menunjukkan sikap diperhatikan
mendengar suara menatap mata klien empati
tanpa wujudnya?”
K: “iya, tapi K: tersenyum dan
sekarang sudah menatap mata perawat
jarang.”
P: “apa yang P: berbicara sambil
dikatakan suara itu?” menatap mata klien
K: “saya tidak tau, K: berbicara sambil Keakraban akan
yang pastinya dia menatap mata klien mempermudah
seperti merendahkan komunikasi
diri saya. dengan klien
P: “ apakah terus P: berbicara sambil
menerus terdengar, menatap mata klien
atau hanya sewaktu-
waktu saja?”
K: “tidak tentu, K: berbicara sambil
kadang pada saat menatap mata perawat Sikap empati
pikiran saya lagi akan membuat
kosong. klien merasa
P: “kapan paling P: berbicara sambil diperhatikan
sering abang menatap mata klien
mendegar suara
tersebut?”
K: “setelah makan K: berbicara sambil
kalau tidak ada apa menatap mata perawat
yang mau di
lakukan,ya pastinya
tidak tentu.”
P: “berapa lama P: berbicara sambil
suara itu terdengar?” menatap mata klien
K: “tidak tentu K: berbicara sambil
kak,saya juga tidak menatap mata perawat
tau.”
P: “pada keadaan P: berbicara sambil
apa, apakah pada menatap mata klien
waktu sendri?”
K: “iya kak pada K: berbicara sambil
saat saya menatap mata perawat
menyendiri.”
P: “apa yang abang P: berbicara sambil
rasakan pada saat menatap mata klien
mendengar suara
itu?”
K: “tidak tau, saya K: berbicara sambil
langsung cepat menatap mata perawat
mengabaikannya.”
P: “bagaimana kalau P: menujukkan sikap
kita belajar cara keakraban
untuk mencegah
suara-suara tersebut
agar tidak muncul
lagi?”
K: “boleh kak.”
P: “saya ada empat P: menunjukkan sikap
cara untuk empati
mencegah suara-
suara itu muncul:
“pertama, dengan
menghardik suara
tersebut.”
“kedua, dengan cara
bercakap-cakap
dengan orang lain.”
“ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah
terjadwal.”
“keempat, minum
obat dengan teratur.”
“bagaimana kalau
kita belajar cara
mengahardik dulu?”
Caranya seperti ini:
“saat suara itu
muncul, langsung
abang bilang pergi
saya tidak mau
dengar. . . saya tidak
mau dengar.kamu
suara palsu (sambil
menutup telinga)
“Coba abang
peragakan?”
K: “pergi saya tidak
mau dengar. . . saya
tidak mau
dengar.kamu suara
palsu
P:“bagus sekali
bang, abang bisa
memperagakannya,
sering-sering di
lakukan ya bang
kalau suara-suara
bisikan itu muncul”
K: “iya kak.”
P: “bagaimana bang
perbincangan kita
tadi? Apakah abang
senang?
K: “senang.”
P: “baik lah bang
tadi kan saya sudah
mengajarkan cara
menghardik suara
tersebut, bagaimana
kalau abang coba
memperagakannya?”

K: “pergi saya tidak


mau dengar. . . saya
tidak mau
dengar.kamu suara
palsu

P: “bagus sekali
abang masih bisa
mengingatnya,
sering-sering aja di
pragakan setiap hari.
P: “bagaimana kalau
kita buat jadwal
latihannya.”
K: “boleh.”
P: “bagaimana kalau
besok kita
berbincang-bincang
lagi, tentang caranya
berbicara dengan
orang lain saat
suara-suara itu
muncul.”
K: “boleh kak, saya
mau.”
P: “kira-kira
waktunya kapan?
Bagaimana kalau
jam 09.00, bisa?”
K: “boleh saja.”
P: “kira-kira besok
tempat kita
berbincang lagi
dimana? Bagaimana
kalau disini lagi?”
K: “iya kak boleh.”

P: “bagus sekali
abang masih bisa
mengingatnya,
sering-sering aja di
praktekkan setiap
hari.

K:

P: “ bagaimana
kalau besok kita
berbincang-bincang
lagi, tentang cara
lain untuk
menghilangkan
suara-suara bisikan
tanpa wujud?”
K:

P: “kira-kira abang
mau nya jam
berapa? Bagaimana
kalau jam 09.00
pagi?
K:

P: “tempatnya kalau
disini lagi abang
mau tidak?”

K:
Keterangan Tabel :
P : Perawat
K : Klien

Kesan :
Klien merespons kehadiran perawat dengan baik, klien tampak senang saat dikunjungi dan diajak berbincang-
bincang dengan perawat. Interaksi selama wawancara menunjukkan sikap klien yang sangat kooperatif dan sangat
mudah percaya dengan perawat.

Anda mungkin juga menyukai