Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya yang berjudul “SUMBER AJARAN ISLAM”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ………………………………………………………………...…...…... 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………….…….…………….. 3
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...………...........… 4
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….………………………....….4
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan umum …………………………………..…………………………………… 5
1.3.2 Tujuan khusus ………………………………………………………………..……… 5
1.4 Manfaat Penulisan……………..………………................................................................. 5
BAB II : ISI
2.1Sumber Ajaran Islam Primer ………………………………………………………………. 6
2.1.1 Al-Qur’an ………………………………………………………………………….… 6
2.1.2 As-Sunnah …………………………………………………………………………… 10
2.2 Sumber Ajaran Islam Sekunder……………………………………………………………. 13
2.2.1 Ijma’ …………………………………………………………………………………. 13
2.2.2 Qiyas……………………………………………………………………………….… 15
BAB III : PENUTUP
1.I Kesimpulan……………………………………………..........……………………………. 17
1.2 Saran……………………………………………………………………………......……… 17
BAB VI : DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 18
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
Setelah mahasiswa membaca dan memahami makalah ini diharapkan mampu mengetahui dan
memahami apa saja sumber ajaran Islam.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Bagi penulis
Mengembangkan kemampuan penulis dalam hal menyusun suatu laporan dan menambah
wawasan penulis tentang sumber ajaran Islam.
2. Bagi pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sumber ajaran Islam.
5
BAB II
ISI
Al-Quran adalah kumpulan wahyu atau firman Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad
Saw, berisi ajaran tentang keimanan (akidah/tauhid/iman), peribadahan (syariat), dan budi
pekerti (akhlak).
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan
mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-kitab
yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di
dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).
Al-Quran dalam wujud sekarang merupakan kodifikasi atau pembukuan yang dilakukan para
sahabat. Pertama kali dilakukan oleh shabat Zaid bin Tsabit pada masa Khalifah Abu Bakar, lalu
pada masa Khalifah Utsman bin Affan dibentuk panitia ad hoc penyusunan mushaf Al-Quran
yang diketuai Zaid. Karenanya, mushaf Al-Quran yang sekarang disebut pula Mushaf Utsmani.
6
B. Pembahasan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang
diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara oleh
Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS 4:82)
2. Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah jalan
dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada Allah (hablun
minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).
3. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi yang
berbuat dosa (nadzir).
4. Kisah-kisa sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik yang
berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
7
5. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu hukum,
ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya, sosiologi, psikologi,
dan sebagainya.
1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci
dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan
sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong
bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an dalam
bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan. Lalu
diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab).
Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dialkukan dengan tiga cara, yaitu:
2. Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi wahyu)
8
9
D. Fungsi Al-Qur’an
3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48; 6: 92;
10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
8. Sebagai peringatan
Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-Qur’an
sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada seorangpun
yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan bahasanya dan dari
kedalaman isinya.
Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini
membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari
10
Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan
menantang mereka secara bertahap:
2. Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
4. Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau
lebih kurang sama dengan surat Al-Qur’an
Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk menyaingi
Al-Qur’an.
Dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada dalam Al-Qur’an
bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an begitu
luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan selalu
terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti
disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at, dan
mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-
berita gaib, seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur’an
juga mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan
dan teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.
Keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang membaca
Al-Qur’an akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali Bin Abi Thalib,
membaca Al-Qur’an dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila dibaca waktu
melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan berwudhu), dan 10
kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca, mendengarkan orang yang membaca
Al-Qur’an pun akan mendapat kan pahala. Selain membaca dan mendengar, belajar dan
mengajarkan membaca Al-Qur’an pun adalah suatu kebajikan.
11
2.1.2 As-Sunnah
Sunnah dalam bahasa berarti tradisi, kebiasaan adat-istiadat. Dalam terminologi Islam,
sunnah berarti perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi Muhammad SAW (af’al, aqwal, dan
taqrir).
Dalam mengukur keotentikan suatu hadits (As-Sunnah), para ahli telah menciptakan
suatu ilmu yang dikenal dengan ”musthalah hadits”. Untuk menguji validitas dan kebenaran
suatu hadits, para muhadditsin menyeleksinya dengan memperhatikan jumlah dan kualitas
jaringan periwayat hadits tersebut yang dengan sanaad.
B. Pembahasan As –Sunnah
Macam-macam As-Sunnah:
12
1. Shahih, yaitu hadits yang sehat, benar, dan sah
2. Hasan, yaitu hadits yang baik, memenuhi syarat shahih, tetapi dari segi hafalan
pembawaannya yang kurang baik.
13
Kedudukan As-Sunnah:
2. Orang yang menyalahi Sunnah akan mendapat siksa (QS. Al-Mujadilah, 58: 5)
3. Menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum adalah tanda orang yang beriman (QS. An-
Nisa’, 4: 65)
Segala yang ditetapkan Al-Qur’an adalah absolut nilainya. Sedangkan yang ditetapkan
As-Sunnah tidak semuanya bernilai absolut. Ada yang bersigat absolut, ada yang bersifat
nisbi zhanni
14
2.2 Sumber Ajaran Islam Sekunder
2.1.1 Ijma’
A. Pengertian Ijma’
Menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut istilah
adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW. sesudah beliau wafat pada
suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari Ijma’ adalah
fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh
umat.
B. Pembahasan Ijma’
Unsur-Unsur Ijma’
Adapun unsure-unsur yang harus ada pada Ijma’ adalah :
1. Ada kesepakatan sejumlah mujtahid pada saat terjadinya kasus.
2. Ada sejumlah orang yang berijtihad tentang satu kasus, yaitu Mujtahid.
3. Terjadinya kesepakatan para ahli setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
4. Kesepakatan sejumlah Mujtahid tersebut masih dalam satu generasi.
5. Materi yang disepakati oleh sejumlah Mujtahid adalah masalh-masalah hokum syar’i
C. Macam-macam Ijma’
a. Macam Ijma’ berdasakan caranya
Ditinjau dari cara menghasilkan hukumnya, Ijma’ dibagi menjadi dua, yakni :
Ijma’ Qauli, yaitu Ijma’ dimana para mujtahid menetapkan pendapat baik secara lisan
maupun tulisan yang menerangkan persetujuan atas pendapat mujtahid lainnya. Ijma’
Qauli disebut juga Ijma’ Qath’i.
Ijma’ Sukuti, yaitu suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hokum suatu
masalah, kesepaktan yang mendapat tantangan dalam (hambatan) di antara mereka atau
salah seorang di antara mereka tenang (diam) saja dalam mengambil suatu keputusan.
Ijma’ Sukuti disebut juga Ijma’ Dzanni.
15
b. Macam Ijma’ berdasarkan tempat dan waktunya
Ijma’ Salaby, yaitu kesepakatan semua ulama sahabat dalam suatu masalah pada masa
tertentu.
Ijma’ Ulama Madinah, yaitu kesepakatan para ulama Madinah pada masa tertentu.
Ijma’ Ulama Kufah, yaitu kesepakatan ulama Kufah pada amasa tertentu.
Ijma’ Khulafaur Rasyidin, yaitu kesepakatan Khalifah 4 (Abu Bakar As-Sidiq , Umar Bin
Khattab,Utsman Bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) pada suatu masalah.
Ijma’ Ahlu Bait, yaitu kesepakatan keluarga Nabi dalam suatu masalah.
D. Kehujjahan Ijma’
Jumhul Ulama’ berpendapat bahwa ijma’ adalah hujjah Qorh’I sebagai sumber hokum
Islam yang ketiga setelah Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan dasar kehujjahan sebagai
berikut :
Firman Allah Surat An-Nisa’ ayat 59 : 8 yang artinya : “Hai orang yang beriman ! Taatilah
Allah, taatilah Rasul dan Ulil Amri kamu. Maka jika kamu berselisih tentang sesuatu,
maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul “
Yang dimaksud Ulil Amri di sini ada 2 penafsiran, yaitu Ulil Amri fiddunya adalah
pengusa atau pemerintah, dan Ulil Amri fiddin adalah Mujtahid atau para Ulama, sehingga
dari ayat ini berarti juga memerintahkan untuktaatkepada para Ulama mengenai suatu
keputusan hokum yang disepakati mereka.
Hadis Rasulullah SAW.
Beberapa hadits yang menunjukkan terpeliharanya ummat dari kesalahan dan kesesatan,
yaitu hadits yang saling memperkokoh dan dterima oleh ummat, serta Mutawwir
maknanya sehinngga dijadikan hujjah Seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu
Majjah tentang : Kitab Al-Fitan, No.395 yang artinya : “Sesungguhnya ummatku tidak
akan bersepakat atas kesesatan.
16
2.1.1 Qiyas
A. Pengertian Qiyas
Secara bahasa, berasal dari bahasa Aeab yaitu Qiyaas yang artinya hal mengukur,
membandingkan, aturan. Secara istilah, pengertian Qiyas menurut ahli Ushul Fiqh adalah
menerangkan hokum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al-Qur’an dan Hadits dengan cara
membandingkannya dengan sutau yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
B. Pembahasan Qiyas
Rukun dan syarat Qiyas
Rukun Qiyas ada 4 macam
1. Al-Ashl (Pokok)
Ashl adalah masalah yang telah ditetapkan hukumnya dalam Al-Qur’an ataupun Sunnah.
Syarat-syarat Al-Ashl
a) Hukum Ashl adalah hokum yang telah tetap dan tidak mengandung kemungkinan.
b) Hukum itu ditetapkan berdasarkan syara’.
c) Ashl bukan merupakan Furu’ dari Ashl-Ashl lainnya.
d) Dalil yang menetapkan illat pada Ashl itu adalah dalil khusus, tidak bersifat
umum.
e) Ashl itu tidak berubah setelah dilakukan Qiyas.
f) Hukum Ashl itu tidak keluar dari kaidah-kaidah Qiyas
2. Furu’ (Cabang)
Furu’ adalah suatu peristiwa yang belum ditetapkan hukumnya karena tidak ada Nash
yang dapat dijadikan sebagai dasarnya.
Syarat-syarat Furu’ :
a) Tidak bersifat khusus, tidak bisa dikembangkan pada Furu’.
b) Hukum Al-Ashl tidak keluar dari ketentuan-ketentuan Qiyas.
c) Tidak ada nash yang menjelaskan hokum Furu’ yang ditentukan hukumnya.
d) Hukum Al-Ashl itu lebih dahulu disyari’atkan daripada Furu’
17
3. Illat
Illat secara bahasa berarti suatu yang bisa merubah keadaaan. Menurut istilah Illat adalah
suatu sifat pada Ashl yang mempunyai landasan adanya hokum.
Adapun syarat-syarat Illat:
a. Illat harus berupa sifat yang jelas dan tampak
b. Illat harus kuat
c. Harus ada korelasi antara hokum dengan sifat yang menjadi Illat
d. Sifat-sifat yang menjadi Illat yang kemudian melahirkan Qiyas harus
berjangkauan luas, tidak terbatas hanya pada suatu hokum tertentu.
e. Tidak dinyatakan bata loleh suatu dalill
او ووأوإطيِتعوُاَ اَلررتسوُول ووتأوإلتي اَملوممتإر إممنتكتمم ْ وفتإ إمن توونتاَوزمعتتمم فإ ي وشتميءء وفتترددوهت إإلو ىَ ر
اإتت وواَلررتستوُإل إإمن تكمنتتتمم ويِاَ أوديِوهاَ اَلرإذيِون آومتنوُاَ أوإطيِتعوُاَ ر
تتمؤإمتنوُون إباَرلإ وواَمليِوموُإم اَملإخإر ِ ذوذلإ و
ك وخميِرْر ووأومحوستن توأمإويِلل
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.[23]
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kita menjabarkan sumber-sumber ajaran agama Islam maka dapat kita simpulkan
bahwa segala sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, mu’amalah, dan lain sebagainya itu
berlandaskan Al-Qur’sn yang merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan membacanya dinilai sebagai ibadah. As-Sunnah sebagai sumber
hokum kedua yag mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan Al-Qur’an .
Ijma’ adalah sumber ajaran Islam yang berasal dari kesepakatan para ulama’ dari sebuah
perkara yang belum jelas di Al-Qur’an dan Hadits. Qiyas menerangkan hokum suatu
perkara yang tidak ada nash-nya di dalam Al-Qur’an dengan cara membandingkannya
dengan sutau yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash.
3.2 Saran
Saran dari penulis adalah marilah kita mengamalkan dan menjadikan Al-Qur’an dan As-
Sunnah sebagai pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari yang merupakan sumber dari
hokum agama Islam dan sekaligus dapat membuat kita bahagia baik itu di dunia maupun
di akhirat.
19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
www.Echie.blogspot.com
www.Pustaka.abatasa.co.id
www.Irvansyahfa.blogspot.com
20