NEFROPATI DIABETIK
A. Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan struktural dan atau fungsional ginjal
yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal,
Kelainan patologik
pada pasien diabetes melitus berupa albuminuria menetap (>300 mg/24 jam)
pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan yang
filtrat glomerulus).4,5
Dibutuhkan lebih dari tiga ribu tahun sejak diabetes pertama kali
penyakit ginjal, namun hanya butuh beberapa dekade untuk penyakit ginjal
14
diabetik menjadi penyebab utama gagal ginjal kronik di Amerika Serikat.
diabetes mellitus tipe 1 (DM1) dan sekitar 40% pasien dengan diabetes mellitus
tipe 2 (DM2). Menurut Persatuan Nefrologi Indonesia, pada tahun 2017 diabetes
mellitus merupakan penyebab ke 2 terbanyak dari gagal ginjal kronik stadium 5.3,6
terhadap beban penyakit global. Antara tahun 1990 dan 2012, jumlah kematian
Peningkatan dramatis ini merupakan yang tertinggi yang pernah dilaporkan untuk
penyakit kronis.6,7
utama (misalnya, usia, jenis kelamin, ras / etnis, dan riwayat keluarga), faktor
hipertensi, faktor makanan, dan obesitas) . Dua dari faktor risiko yang paling
C. Progresifitas penyakit
a. Stadium I (Hipertrofi-hiperfungsi)
15
mikroalbuminuria dapat ada tapi belum menetap dan akan membaik dengan terapi
Sejumlah penderita akan tetap dalam stadium ini selama hidupnya. Pada stadium
terminal (end-stage kidney disease). Maka dari itu, semua pasien diabetes harus
c. Stadium III
16
hipertensi stadium 4. Penderita yang memasuki stadium ini akan terus melanjut ke
arah gagal ginjal walaupun berbagai studi mengemukakan bahwa apabila tekanan
darah dan demikian pula gula darah terkendali dengan baik, kecepatan perlanjutan
e. Stadium V
D. Patofisiologi ND
antara DM tipe 1 dan tipe 2, meskipun sejalannya waktu mungkin pada DM tipe 2
yang paling awal pada hewan eksperimental dan manusia yang diabetes dan
masih dianggap sebagai awal dari mekanisme patogenik dalam laju kerusakan
ginjal. Penelitian Brenner dkk pada hewan menunjukkan bahwa pada saat jumlah
nefron yang masih sehat akan meningkat sebagai bentuk kompensasi. Hiperfiltrasi
yang terjadi pada sisa nefron yang sehat lambat laun akan menyebabkan sklerosis
17
Gambar 3.1 Patofisiologi Nefropati Diabetik.
masih belum jelas, tetapi kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen
oleh efek yang tergantung glukosa yang diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1,
TGF-β yang diperantarai oleh aktivasi protein kinase-C yang termasuk dalam
asam amino dan protein. Pada awalnya glukosa akan mengikat residu asam amino
secara non-enzimatik menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi penyusunan ulang
18
untuk mencapai bentuk yang lebih stabil tetapi masih reversibel dan disebut
sebagai produk amadori. Jika proses ini berlanjut terus, akan terbentuk Advanced
perantara bagi beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi adesi molekul yang
berperan dalam penarikan sel-sel mononuklear, juga pada terjadinya hipertrofi sel,
sintesa matriks ekstraseluler serta inhibisi sintesis nitrit oksida. Proses ini akan
terus berlanjut sampai terjadi ekspansi mesangium dan pembentukan nodul serta
juga akan mendorong sklerosis pada ginjal pasien diabetes. Diperkirakan bahwa
E. Patologi
hialin. Perubahan tubular dan interstitial juga terjadi. Daerah ekspansi mesangial
nodular yang diobservasi pada 40-50% pasien yang terdapat proteinuria. Pasien
19
Gambar 3.2 a. PA menggunakan pewarnaan HE pada Nefropati diabetik,
memperlihatkan nodul Kimmelstiel-Wilson. b. Mikroskop electron
memperlihatkan penebalan membrane basement dan peningkatan podosit.
glomerulosklerosis noduler atau difus, hialinosis arteriolar aferen dan eferen, serta
F. Gambaran Klinis
stadium lanjut sebagai akibat dari eksresi protein yang besar dalam urin atau
- Riwayat Diabetes.
- Kencing berbusa.
- Retinopati diabetik.
- Malaise, pusing.
20
- Peningkatan berat badan yang tidak diinginkan (karena akumulasi cairan).
penderita diabetes.
- Hipertensi
fluorescein
melemah)
G. Pemeriksaan Penunjang
urin rutin ditemukan proteinuria pada penderita diabetes. Glukosuria juga dapat
ditemukan, terutama bila glukosa darah tidak terkontrol. Serum kreatinin dan
21
Biopsi ginjal untuk konfirmasi diagnosis. Biopsi ginjal tidak rutin
bila diagnosis masih meragukan, apabila penyakit ginjal lain belum dapat
diabetik pada pemeriksaan retina, biopsi ginjal tidak perlu dilakukan. 2,5,10
penyakit ginjal kronik. Selain itu dapat untuk menyingkirkan obstruksi, dan
H. Tatalaksana
(ARB).
Terapi non farmakologis nefropati diabetik berupa gaya hidup yang sehat meliputi
olah raga rutin, diet, menghentikan merokok serta membatasi konsumsi alkohol.
22
Olahraga rutin yang dianjurkan ADA adalah berjalan 3-5 km/hari dengan
kecepatan 10-12 menit/km, 4-5 kali seminggu. Pembatasan asupan garam 4-5
Target tekanan darah pada nefropati diabetik adalah <130/80 mmHg. Obat
antihipertensi yang dianjurkan adalah ACE-I atau ARB. Walaupun pasien diabetik
pemberian ACE-I dan ARB dapat mencegah laju penurunan fungsi ginjal.
Diperkirakan bahwa efek ini dicapai akibat penurunan tekanan darah, penurunan
sitokin dan sintesa growth factor, disamping hambatan aktivasi, proliferasi dan
pasien yang penurunan fungsi ginjalnya berjalan terus, maka saat laju filtrasi
I. Prognosis
pada pasien DM1, dimana diperkirakan 3% dari pasien dengan DM2 yang baru
pada pasien dengan DM1 dan nefropati. Tingkat insidens kumulatif dari GGK
23
pada pasien dengan proteinuria dan DM1 adalah 50%, 10 tahun setelah onset
kematian (15-25%) pada pasien dengan nefropati dan DM1, meskipun terjadi
24