Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA Nama : HASAN D.

ASSEGAFF
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI NPM/Semester : 1431010056 / 3
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Romb./Grup :I/D
Praktikum : KIMIA ORGANIK NPM/Teman Praktek : 1431010067 /
Percobaan : PENETAPAN KADAR LEMAK NI PUTU RADA K.
Tanggal : 24 NOVEMBER 2015
Pembimbing : Ir. LUCKY INDRATI UTAMI , MT
DRAFT

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Di dalam proses perkuliahan tentang ilmu kimia organik I dan II tidak akan
luput dari proses pengaplikasian hasil teori dari perkuliahan lewat suatu praktikum.
Dalam praktikum ini mempunyai tujuan agar mahasiswa dapat mengerti bagaimana
cara pengaplikasian dari hasil perkuliahan Kimia Organik I dan II. Pada laporan ini
berisi tentang bagaimana cara pembuatan aspirin dan iodoform. fungsi aspirin yang
dicobakan pada praktikum ini. Fungsi aspirin lainnya adalah sebagai pereda demam
dan meringankan reumatik.
Prosedur percobaan ini secara garis besar pada iodoform adalah proses
Memurnikan endapan yang terjadi. Endapan yang terdiri dari iodoform dan
dimasukan dalam labu ukur, lalu di tambahkan sedikit sepiritus dan dimasukan dalam
water bath 50-600C. Jika iodoform belum larut semuanya perlu ditambah spiritus lagi
tetes-demi setetes sampai iodoform larut semua. Penambahan spiritus tidak boleh
exess. Sedangkan pada Pembuatan Aspirin dengan pemurnian hasil Kristal dilarutkan
dalam 30 cc alkohol panas (alkohol yang dipanaskan dalam penangas air) + 55 cc
aquadest panas hingga larut semua,didinginkan lagi.Diambil sedikit kristal lalu
tambahkan FeCl3,jika terjadi warna ungu berarti aspirin belum murni.
Dalam percobaan kali ini kita akan membuat aspirin dan iodoform. sesuai
dengan prosedur dan bahan-bahan yang telah ditentukan. Antara lain asam salisilat
untuk membuat aspirin dan KI untuk membuat iodoform. Diharapkan dari percobaan
kali ini kita dapat mengerti reaksi-reaksi yang terjadi pada saat pembuatan aspirin dan
iodoform. Selain itu kita dapat mengetahui cara yang tepat dalam pembuatan aspirin
dan iodoform.
I. 2 Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan aspirin dari asam salisilat dan asam asetat
anhydride.
2. Mengetahui cara pembuatan iodofom
3. mengetahui sifat-sifat bahan pembuatan aspirin dan iodofom
I. 3 Manfaat
1. Agar mengenal tentang cara pembuatan aspirin
2. Agar mengenal tentang cara pembuatan iodofom
3. Mengetahui sifat-sifat bahan yang digunakan untuk pembuatan aspirin
dan iodofom
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Secara Umum


II.1.1 Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah sejenis obat turunan dari
salisilat yang sering digunakan sebagai senyawa analgesik (penahan rasa sakit atau
nyeri minor), antipiretik (terhadap demam), dan anti-inflamasi (peradangan). Aspirin
juga memiliki efek antikoagulan dan dapat digunakan dalam dosis rendah dalam
tempo lama untuk mencegah serangan jantung. Kepopuleran penggunaan aspirin
sebagai obat dimulai pada tahun 1918 ketika terjadi pandemik flu di berbagai wilayah
dunia. Awal mula penggunaan aspirin sebagai obat diprakarsai oleh Hippocrates yang
menggunakan ekstrak tumbuhan willow untuk menyembuhkan berbagai penyakit.
Kemudian senyawa ini dikembangkan oleh perusahaan Bayer menjadi senyawa asam
asetilsalisilat yang dikenal saat ini.
Senyawa alami dari tumbuhan yang digunakan sebagai obat ini telah ada sejak
awal mula peradaban manusia. Di mulai pada peradaban Mesir kuno, bangsa tersebut
telah menggunakan suatu senyawa yang berasal dari daun willow untuk menekan rasa
sakit. Pada era yang sama, bangsa Sumeria juga telah menggunakan senyawa yang
serupa untuk mengatasi berbagai jenis penyakit. Hal ini tercatat dalam ukiran-ukiran
pada bebatuan di daerah tersebut.
Menurut kajian John Vane, aspirin menghambat pembentukan hormon dalam
tubuh yang dikenal sebagai prostaglandins. Siklooksigenase, sejenis enzim yang
terlibat dalam pembentukan prostaglandins dan tromboksan, terhenti tak berbalik
apabila aspirin mengasetil enzim tersebut. Prostaglandins ialah hormon yang
dihasilkan di dalam tubuh dan mempunyai efek pelbagai di dalam tubuh termasuk
proses penghantaran rangsangan sakit ke otak dan pemodulatan termostat
hipotalamus. Tromboksan pula bertanggungjawab dalam pengagregatan platlet.
Serangan jantung disebabkan oleh penggumpalan darah dan rangsangan sakit menuju
ke otak. Oleh itu, pengurangan gumpalan darah dan rangsangan sakit ini disebabkan
konsumsi aspirin pada kadar yang sedikit dianggap baik dari segi pengobatan.
(Anonim, 2015)
II.1.2 Aspirin dalam Tubuh
Prostaglanin adalah turunan siklopentanol yang mengandung 20 karbon yang
dapat mengatur aktivitas hormone dalam badan. Dalam tubuh, prostaglandin
berfungsi mengatur kerjanya hormone dan menghasilkan efek yang luas, misalnya
mengontrol tekanan darah, terlibat dalam mekanisme pembekuan darah dan dalam
fungsi ginjal. Prostagladin dapat menyebabkan arteri dan pembuluh paru-paru
bertambah lebar, mencegah keluarnya caoran lambung, menginduksi kontraksi uterin,
aborsi, inflamasi dan rasa sakit. Aspirin berfungsi menghilangkan rasa sakit dan
inflamasi dengan cara berinterferensi dengan biosintesa prostaglandin. Penggunaan
prostaglandin yang potensial adalah sebagai obat anti inflamasi yang sekarang sedang
dalam penelitian.
(Fessenden, 1986)
II.1.3 Pembuatan Aspirin
Aspirin bersifat analgesik yang efektif sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu,
aspirin juga merupakan zat anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera
ringan seperti bengkak dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat
antipiretik yang berfungsi untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40
juta pound aspirin diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan
aspirin mencapai 300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya.
Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah 0.3-1
gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian.
Aspirin dibuat dengan cara mereaksikan asam salisilat dengan
asetatanhidratmenggunakan katalis asamsulfat (H2SO4) pekat sebagai zat
penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –
OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang
berbeda. Anhidrida asam karboksilat dibentuk lewat kondensasi dua molekul asam
karboksilat. Berikut ini beberapa cara atau metode yang ditemukan oleh beberapa
tokoh :
a. Sintesa Aspirin menurut Kolbe
Pembuatan asam salisilat dilakukan dengan Sintesis Kolbe, metode ini
ditemukan oleh ahli kimia Jerman yang bernama Hermann Kolbe. Pada sintesis ini,
sodium phenoxide dipanaskan bersamakarbondioksida(CO2) pada tekanan tinggi, lalu
ditambahkan asam untuk menghasilkan asam salisilat. Asam salisilat yang dihasilkan
kemudian di reaksikan dengan asetat anhidrat dengan bantuan asam sulfat sehingga
dihasilkan asam asetilsalisilat dan asam asetat(George Austin, 1984 ).
b. Sintesa Aspirin Setelah Modifikasi Sintesa Kolbe oleh Schmitt
Larutan sodium phenoxide masuk ke dalam revolving heated ball mill yang
memiliki tekanan vakum dan panas (130oC). Sodium phenoxide berubah menjadi
serbuk halus yang kering, kemudian dikontakkan dengan CO2 pada tekanan 700 kPa
dan temperatur 100oC sehingga membentuk sodium salisilat. Sodium salisilat
dilarutkan keluar dari mill lalu dihilangkan warnanya dengan menggunakan karbon
aktif. Kemudian ditambahkan asam sulfat untuk mengendapkan asam salisilat, asam
salisilat dimurnikan dengan sublimasi(George Austin, 1984 ).
Untuk membentuk aspirin, asam salisilat di reflux bersama asetat anhidrat di
dalam pelarut toluen selama 20 jam. Campuran reaksi kemudian di dinginkan dalam
tangki pendingin aluminium, asam asetil salisilat mengendap sebagai kristal besar.
Kristal dipisahkan dengan cara filtrasi atau sentrifugasi, dibilas, dan kemudian
dikeringkan. Berdasarkan proses ini, untuk menghasilkan 1 ton asam salisilat,
dibutuhkan phenol 800 kg, NaOH 350 kg, CO2 500 kg, Seng 10 kg, Seng Sulfat 20
kg, dan karbon aktif 20 kg.
(Rifai, 2015)
II.1.4 Iodoform
Iodine merupakan unsur halogen yang reaktif, dan berbentuk padat berwarna
biru hitam pada suhu kamar, serta dalam bentuk murninya iodine mrupakan senyawa
yang bersifat racun. Seperti sifat halogen lainnya , iodine mudah beraksi dengan
unsur – unsur lain, dapat larut dalam air. Selain itu, iodine juga larut dengan cepat
dalam larutan natrium iodide (Sunardi,90).
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan
hipertiroidisme sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun iodide
dibutuhkan dalam jumlah kecil untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang
berlebihan yodida dapat menyebabkan goiter dan hipertiroidisme pada orang sehat
(Whardini BP,429).
Di alam, iodine terdapat dalam bentuk senyawa – senyawa yang banyak
tersebar di dalam air laut, tanah dan batuan. Selain itu iodine juga terdapat
dalamjaringan tubuh organisme laut (misalnya dalam ganggang laut) dan dalam
garam Chilli yang mengandung 0,2 5 natrium iodat (NaIO3).
(Reski, 2012)
II.1.5 Sintesis Iodoform
Iodoform merupakan senyawa kimia yang dapat disentesis berdasarkan reaksi
halogenasi (halogenasi pada dasarnya ialah reaksi subtansi atau penggantian karena
atom hydrogen menggantikan posisi hydrogen dalam struktur. Dengan bahan dasar
iodium yang direaksikan dengan aseton yang menggunakan bantuan NaOH sebagai
katalisator. Iodform merupakan suatu zat kimia yang banyak digunakan dalam bidang
farmasi sebagai desinfektan dan antiseptic . antiseptic merupakan zat yang bekerja
bakteriostatik , biasanya dipakai pada kulit mukosa, dan melawan bakteri pada luka.
Sedangkan desinfektan merupakan zat yang bekerja pada bakterisid, digunakan untuk
membebaskan ruang dan pakaian dari mikroba. Reaksi iodform sering digunakan
untuk menentukan struktur bila untuk mengidentifikasinya terdapat salah satu dari
dua gugus , yaitu gugus keton dan aldehid.
Senyawa-senyawa selain gugus ini bereaksi dengan iodin dan naoh
memberikan endapan kuning terang , dari iodoform, senyawa yang mengandung
gugus –CHOHCH3 memberikan pengujian positif iodoform bila terlebih dahulu
dioksidadi menjadi metil keton. Gugus metil keton kemudian baru bereaksi dengna
iodium dan ion –OH sehingga menghasilkan iodoform.
Bila gugus dari –COCH3 atau –CHOHCH3 berfungsi sebagai yang diserang
maka dapat berbentuk asil, alkil atau hydrogen . selanjutnya dengan cara yang sama
untuk etil alcohol dan asetaldehid juga memberikan uji positif iodoform.
(Zahra, 2015)
II.1.6 Reaksi Iodoform
Reaksi Iodoform menggunakan iodine dan NaOH hidrat dinamakan iodoform
reaction. Reaksi Iodoform sering digunakan dalam struktur pembentukan karena
dapat teridentifikasi dalam dua kelompok sebagai berikut :
−O − CH3 dan − CH − CH3
O OH
Mengandung senyawa baik dari kelompok ini bereaksi dengan iodin dalam NaOH
untuk memberikan warna kuning terang yang menunjukkan Iodoform.
(Graham, 1980)
II.1.7 Uji Iodoform
Iodium (salah satu zat bakterisid terkuat) merupakan antiseptikum yang sangat
efektif untuk kulit utuh, maka sebagai tinktur iod banyak digunakan sebelum injeksi.
Efek sampingnya adalah sifatnya yang merangsang (nyeri bila digunakan pada luka
terbuka) warnanya coklat dan kadang terjadi dermatitis (alergi kulit), hampir semua
kuman patogen termasuk fungi, dan virus dimatikan oleh iodium. Begitupula spora,
walaupun diperlukan waktu lebih lama, larutan 2% memerlukan 2-3 jam
Uji Iodoform merupakan uji khas untuk senyawa metil keton. Hidrogen pada
kedudukan alfa bersifat asam dan hasil penggunaannya menghasilkan anion enolat.
Selanjutnya anion enolat dapat bereaksi dengan halogen menghasilkan senyawa
halokarbonil untuk iodin. Yodoform bila kontak dengan tubuh melepaskan yodium
secara berangsur dan yodium inilah yang diharapkan bersifat bakterisid.
Iodoform merupakan zat padat kuning dengan bau yang khas. Iodoform banya
digunakan dalam bidang kedokteran sebagai antiseptik, pembuatannya sama dengan
kloroform, doform dapat dibuat jika propanon berturut-turut dapat direaksikan
dengan klorin atau iodin dan kemudian basa KOH. Iodoform dapat diperoleh dari etil
alkohol atau aseton dengan iodida dan alkil :
C5H5OH + 4I2 + 6 KOH → HCl3 + HCOOK + 5H2O + 5 KI

Dapat pula dari etil alkohol atau aseton dengan iodida dan sodium karbonat.
Halogenasi alfa merupakan dasar suatu uji iodoform untuk metil keton. Gugus
metil dari suatu metil keton diiodinasi bertahap sampai terbentuk iodoform padat
kuning.
(Livenia, 2013)
II.2 Saifat dan Fungsi Bahan
a. Asam Salisilat
1. Rumus Molekul : C7H6O3
2. Berat Molekul : 138 g/mol
3. Densitas : 1,44 g/cm³
4. Bahaya : menyebabkan iritasi jika terkena kulit secara
berlebihan dan mudah terbakar
5. Penanganan : segera cuci dengan air dan hindarkan dengan
kontak api
6. Fungsi : bahan yang ingin dibuat
(Anonim, 2014)
b. Aquades
1. Rumus Molekul : H2O
2. Berat Molekul : 18.0158 g/mol
3. Densitas : 0.998 g/cm3
4. Bahaya : menyebabkan banjir, tidak memiliki bahaya
tertentu pada pH netral
5. Penanganan : jangan sampai tumpah
6. Fungsi : sebagai pendingin pada kondensor
(Anonim, 2015)
c. Asam Asetat
1. Rumus Molekul : CH3COOH
2. Berat Molekul : 60.05 g/mol
3. Densitas : 1.049 g/cm3
4. Bahaya : menyebabkan iritasi ringan dan bau yang tidak
sedap
5. Penanganan : segera cuci dengan air dan bilas tempat yang
terkena
6. Fungsi : sebagai pelarut
(Anonim, 2002)
d. Asam Sulfat
1. Rumus Molekul : H2SO4
2. Berat Molekul : 98,079 g/mol
3. Densitas : 1,84 g/cm³
4. Bahaya : bersifat asam kuat dan irritant yang berbahaya
5. Penanganan : Dalam kasus kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit
6. Fungsi : sebagai pelarut
(Anonim,2014)
e. Ethanol
1. Rumus Molekul : C2H6O
2. Berat Molekul : 46,06844 g/mol
3. Densitas : 789 kg/m³
4. Bahaya : Menyebabkan gangguan mata berat. Dapat
menyebabkan sensitisasi menyakitkan untuk cahaya. Dapat menyebabkan
konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea
5. Penanganan : Segera siram mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak
mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Lembut mengangkat kelopak mata dan menyiram
dengan air terus menerus
6. Fungsi : sebagai pelarut Kristal
(Anonim, 2001)
f. Besi(III) klorida
1. Rumus Molekul : FeCl3
2. Berat Molekul : 162,2 g/mol
3. Densitas : 2,9 g/cm³
4. Bahaya : Sangat berbahaya dalam kasus menelan.
Berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), kontak
mata (iritan), inhalasi
5. Penanganan : Dalam kasus kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit dan
berikan pertolongan medis secepatnya
6. Fungsi : sebagai perubah warna pada pengecekan
kemurnian aspirin
(Anonim, 2007)
g. Potassium Iodida
1. Rumus Molekul : KI
2. Berat Molekul : 166.0028 g/mol
3. Densitas : 3.123 g/cm3
4. Bahaya : Dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan. Gejala mungkin termasuk batuk dan
sesak napas.
5. Penanganan : Hapus untukdengan segar. Mendapatkan perhatian
medis untuk setiap kesulitan bernapas.
6. Fungsi : untuk pembuatan Iodoform
(Anonim, 2002)
h. Potassium Klorida
1. Rumus Molekul : KCl
2. Berat Molekul : 74.5513 g/mol
3. Densitas : 1,98 g/cm³
4. Bahaya : Dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan.
5. Penanganan : Hapus untuk dengan segar. Mendapatkan perhatian
medis untuk setiap kesulitan bernapas.
6. Fungsi : untuk pembuatan Iodoform
(Anonim, 2011)
i. Aseton
1. Rumus Molekul : C3H6O
2. Berat Molekul : 58,08 g/mol
3. Densitas : 791,00 kg/m³
4. Bahaya : Mengiritasi kulit. Penyerapan kulit dapat
menyebabkan efek toksik yang sama dengan yang
dijelaskan untuk inhalasi..
5. Penanganan : Hapus untukdengan segar. Mendapatkan perhatian
medis untuk setiap kesulitan bernapas.
6. Fungsi : pelarut
(Anonim, 2014)
j. Kaporit
1. Rumus Molekul : Ca(OCl)2
2. Berat Molekul : 142.98 g/mol
3. Densitas : 2.35 g/cm3
4. Bahaya : Sangat berbahaya dalam kasus kontak kulit
(iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi.
Sedikit berbahaya dalam kasus kontak kulit
(permeator).
5. Penanganan : Dalam kasus kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit dan
berikan pertolongan medis secepatnya
6. Fungsi : Pembuatan Iodoform
(Anonim, 2014)
k. Ethanol
1. Rumus Molekul : CH3OH
2. Berat Molekul : 32.04 g mol−1
3. Densitas : 0.792 g·cm−³
4. Bahaya : Menyebabkan gangguan mata berat. Dapat
menyebabkan sensitisasi menyakitkan untuk cahaya. Dapat menyebabkan
konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea
5. Penanganan : Segera siram mata dengan banyak air selama
minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak
mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
Lembut mengangkat kelopak mata dan menyiram
dengan air terus menerus
6. Fungsi : sebagai pelarut
(Anonim, 2001)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III. 1 Bahan
a. Pembuatan aspirin
1. Asam salisilat 4. Alkohol
2. Asam asetat 5. FeCl3
3. Asam sulfat pekat 6. aquadest

b. Pembuatan iodoform
1. KI atau KCl 3. Kaporit
2. Aseton 4. spiritus

III. 2 Alat
1. Pipet tetes
2. Beaker glass
3. Gelas ukur
4. Neraca analitik
5. Spatula
6. kaca arloji
7. eksikator
8. Steam bath
9. Termometer
10. Corong
11. Oven
12. Statif dan klem
13. Labu ukur
14. Kertas saring
III. 3 Gambar alat

Gelas Arloji Beaker Glass Pipet Tetes

Gelas Ukur Water Bath Oven

Neraca analitik Statif dan klem Corong

Spatula Thermometer Saringan penghisap

Labu ukur Eksikator


III. 4 Prosedur praktikum
a. Pembuatan Aspirin :
1. Masukkan 10 gram asam salisilat kering,tambahkan kedalamnya 14 cc
asam asetat anhidrid dan 5 tetes asam sulfat pekat kedalam labu
Erlenmeyer dan aduk hingga sempurna.
2. Campurkan dipanaskan diatas penangas air pada suhu 50-60oC sambil
diaduk selama 15 menit.
3. Campuran didinginkan,ditambah aquadest 150 cc,diaduk dan
disaring.Hasilnya(endapan) dicuci dengan aquadest.Ini merupakan
aspirin yang berupa kristal yang masih harus dimurnikan lagi
4. Permurnian Hasil.
Kristal dilarutkan dalam 30 cc alkohol panas (alkohol yang dipanaskan
dalam penangas air) + 55 cc aquadest panas hingga larut
semua,didinginkan lagi.Diambil sedikit kristal lalu tambahkan
FeCl3,jika terjadi warna ungu berarti aspirin belum murni.
b. Pembuatan Iodoform :
1. Membuat larutan kaporit jenih :
Memanaskan air sampai ± 700C,kemudian kaporit dimasukkan
perlahan-lahan sambil diaduk.penambahan serbuk kaporit dihentikan
apabila pada penambahan berikutnya tidak dapt larut lagi.Campuran
disaring,residu dibuang dan filtratnya yang diperoleh adalah kaporit
jenuh.
2. Menimbang 6 gram KI dan dilarutkan dalam 100 ml aquadest.
3. Mengambil 5 ml aceton,kemudian ditambahkan kedalam larutan
diatas.
4. Larutan kemudian diaduk perlahan-lahan sampai endapan tidak lagi
bertambah.
5. Kaporit ditambahkan tetes demi tetes, sampai campuran tidak timbul
warna coklat lagi pada penambahan kaporit brikutnya.
6. Diamkan 10 menit
7. Disaring dengan saringan penghisap,endapan dicuci 2-3 kali dengan
aquadest dan dikeringkan di dalam oven.
8. Memurnikan endapan yang terjadi :
Endapan yang terdiri dari iodoform dan dimasukan dalam labu ukur,
lalu di tambahkan sedikit sepiritus dan dimasukan dalam water bath
50-600C. Jika iodoform belum larut semuanya perlu ditambah spiritus
lagi tetes-demi setetes sampai iodoform larut semua. Penambahan
spiritus tidak boleh exess.Kemudian larutan disaring dalam keadaan
panas dengan dengan saringan penghisap. Filtrate di tuang dalam
beaker glass dan didinginkan sampai terbentuk kristal iodoform.
9. Kristal yang disaring dikeringkan dalam oven.
10. Penimbangan hasil dengan neraca analitis.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2015. “Aspirin”. (https://id.wikipedia.org/wiki/Aspirin). ) Diakses pada


Rabu 25 Nopember pukul 23.13 WIB.
Fessenden. 1986. KIMIA ORGANIK Edisi Ketiga. Jakarta :Erlangga
Graham. 1980. “ORGANIC CHEMISTRY SECOND EDITION”. London
Livenia.2013. “Pembuatan Aspirin dan Iodoform”.(http://mychemicaldream
.blogspot.co.id/2013/06/pembuatan-aspirin-dan-iodoform.html). Diakses pada
Rabu 25 Nopember pukul 23.13 WIB.
Reski.2012. “Sintesis Iodoform”. (http://rv-reskisari.blogspot.co.id/2012/06/
sintesis-iodoform.html). Diakses pada Rabu 25 Nopember pukul 23.13 WIB.
Rifai.2015. “Laporan Praktikum Kimia Organik”.(http://rifaisiregar
.blogspot.co.id/2015/04/laporan-praktikum-kimia-organik_63.html) Diakses pada
Rabu 25 Nopember pukul 23.13 WIB.
Zahra. 2015. “Laporan Praktikum Kimia Organik”. (http://fzahra97.blogspot
.co.id/2015/05/laporan-praktikum-kimia-organik_50.html). Diakses pada Rabu 25
Nopember pukul 23.13 WIB.

Anda mungkin juga menyukai