Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batuan di bumi sangat banyak dan beragam, namun dalam garis besar
batuan dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf. Setiap jenis dari batuan tersebut memiliki
sifat dan karakteristik yang berbeda, begitu pula pada setiap kelompoknya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi sifat fisik batuan dapat berupa mineral
penyusunnya, proses pembentukannya, dan lain sebagainya. Beberapa sifat
fisik dari batuan adalah specific gravity, porositas, saturasi air dan densitas.
Sifat fisik batuan sangat dibutuhkan dalam proses eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya mineral. Karena dengan mengetahui sifat fisik suatu batuan
dapat mempermudah dalam proses eksplorasi dan eksploitasi yang akan
dilakukan.

1.2. Tujuan Praktikum


Setelah melakukan praktek uji sifat fisik batuan mahasiswa dapat :
1. Mahasiswa dapat menganalisa sifat fisik batuan
2. Mahasiswa dapat mempreparasi sampel batuan
3. Mahasiswa dapat menghitung dan menganalisa sifat fisik batuan yang
terdiri dari : bobot isi asli (γn), bobot isi kering (γo), bobot isi jenuh (γw),
Apparent Specific Gravity (GSA), True Specific Gravity (GST), kadar air
asli (ωn), kadar asli jenuh (ωn), derajat kejenuhan (S), Porositas (n), dan
Void Ratio (e)

1
Laboratorium Tambang
BAB II

TEORI DASAR

Sifat – sifat batuan dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Sifat Fisik Batuan


2. Sifat Mekanik Batuan

Kedua sifat dari batuan dapat ditentukan melalui pengujian di laboratorium


maupun pengujian di lapangan (in situ). Penentuan sifat fisik batuan merupakan
uji tanpa merusak (non destructive test).

Sifat fisik batuan terdiri dari :

1. Kekerasan
Kekerasan adalah tahanan dari suatu bidang permukaan halus
terhadap suatu abrasi. Kekerasan batuan dipakai untuk mengukur sifat
– sifat teknis dari mineral batuan dan dapat juga dipakai untuk
menyatakan berapa besarnya tegangan yang diperlukan untuk
menyebabkan kerusakan pada batuan.
2. Kekuatan
Kekuatan mekanik batuan adalah sifat kekuatan atau ketahanan
terhadap gaya luar, kekuatan batuan tergantung pada komposisi
mineralnya. Diantara mineral – mineral yang terkandung di dalam
batuan, kuarsa adalah mineral terkompak dengan kuat tekan mencapai
lebih 500 MPa. Biasanya semakin tinggi kandungan mineral kuarsa
dalam batuan maka semakin tinggi kekuatan batuan tersebut.
Kekerasan dan kekuatan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich
Van Mohs (1882).

2
Laboratorium Tambang
3. Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau
modulus Young (E), dan nisbah Poisson (υ). Modulus elastisitas
merupakan factor kesebandingan antara tegangan normal dengan
regangan relatifnya, sedangkan nisbah Poisson merupakan
kesebandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial.
Modulus elastisitas sangat tergantung pada komposisi mineralnya,
porositas, jenis perpindahan, dan besarnya beban yang diterapkan.
Nilai modulus elastisitas untuk batuan sedimen sangat rendah, hal ini
disebabkan komposisi mineral dan teksturnya, seperti modulus
elastisitas pada arah sejajar bidang perlapisan selalu lebih besar
dibandingkan dengan arah pada tegak lurus.
4. Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan
deformasi tetap setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal,
dimana batuan tersebut belum hancur. Atau bisa juga di definisikan
sebagai adalah karakteristik batuan untuk menahan regangan yang
melebihi kekuatannya sebelum batuan tersebut hancur. Sifat plastic

3
Laboratorium Tambang
tergantung pada komposisi mineral penyusun batuan dan dipengaruhi
oleh adanya pertambahan kuarsa, feldspar dan mineral lain. Lempung
lembab dan beberapa batuan homogen mempunyai sifat plastik.
5. Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan untuk menggores permukaan
material lain, ini merupakan suatu parameter yang mempengaruhi
keausan (umur) mata bor dan batang bor. Kandungan kuarsa dari
batuan biasanya dianggap sebagai petunjuk yang dapat dipercaya
untuk mengukur keausan mata bor.
Faktor yang berpengaruh terhadap abrasivitas batuan adalah :
 Kekerasan butir batuan, batuan dengan keberadaan butiran kuarsa
mempunyai tingkat abrasivitas yang tinggi.
 Bentuk butir, bila bentuk butir tersebut tidak teratur lebih abrasiv
dibandingkan dengan yang berbentuk bulat.
 Ukuran butir
 Porositas batuan
 Ketidaksamaan, batuan polimineral sekalipun mempunyai
kekerasan sama akan lebih abrasif karena meninggalkan
permukaan yang kasar.
6. Tekstur
Menunjukan hubungan antara mineral penyusun batuan yang dapat
menceritakan proses genesanya, tekstur dapat diklasifikasikan
berdasarkan sifat porositas, ikatan antar butir, densitas dan ukuran
butir.
7. Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan (breaking characteristics) dapat
digambarkan seperti perilaku batuan ketika dipukul. Tiap – tiap tipe
batuan mempunyai karakteristik pecah yang berbeda dan ini
berhubungan dengan tekstur, komposisi mineral dan struktur.

4
Laboratorium Tambang
8. Porositas
Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan
merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume,
yang bernilai antara 0 dan 1, atau sebagai persentase antara 0-100%.
Porositas ialah perbandingan seluruh volume pori yang berhubungan
dengan volume total batuan.
9. Permeabilitas
Adalah kemampuan suatu batuan untuk meloloskan suatu
fluida/cairan yang melaluinya.
10. Kadar Air
Adalah sejumlah air yang terkandung di dalam suatu benda,
seperti tanah (yang disebut juga kelembaban tanah), bebatuan, bahan
pertanian, dan sebagainya. Kadar air digunakan secara luas dalam
bidang ilmiah dan teknik dan diekspresikan dalam rasio, dari 0 (kering
total) hingga nilai jenuh air di mana semua pori terisi air. Nilainya bisa
secara volumetrik ataupun gravimetrik (massa), basis basah maupun
basis kering.
11. Berat Jenis
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah
zat dengan massa jenis air murni.

5
Laboratorium Tambang
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


Peralatan yang dipakai untuk pengujian sifat fisik adalah sebagai berikut :
1. Neraca listrik dengan ketelitian 0,1 gram.
2. Desikator dan pompa vacuum, dipakai pada saat menjenuhkan percontoh.
3. Oven, dipakai untuk pengeringan percontoh setelah dijenuhkan.

3.2. Prosedur Praktikum


Prosedur pengujian sifat fisik dilakukan sebagai berikut :
1. Penimbangan berat asli percontoh (Wn)
2. Menjenuhkan percontoh di dalam desikator, dengan cara sebagai berikut :
 Desikator pada bibir dan tepi tutupnya diolesi dengan vaselin hingga
rata.
 Percontoh dimasukkan ke dalam desikator dengan hati-hati
kemudian ditutup dengan rapatagar udara luar tidak dapat masuk
ketika diisap dengan pompa vacuum.
 Udara dalam desikator diisap dengan bantuan pompa vacuum selama
15 menit, dengan maksud untuk mengeluarkan udara yang ada di
dalam percontoh. Pastikan tidak ada kebocoran pada selang pengisap
dan pada penutup desikator.
 Setelah 15 menit pengisapan dihentikan, dan kran pada selang
yang dihubungkan ke pompa vacuum ditutup, kemudian ke dalam
desikator dimasukkan air sehingga percontoh terendam sepertiganya.
Air dibiarkan masuk melalui selang dengan sendirinya akibat

6
Laboratorium Tambang
perbedaan tekanan dalam desikator, yaitu dengan membuka kran pada
selang yang dihubungkan ke bak air.
 Setelah itu tutup kembali kran pada selang yang menuju bak air dan
buka kran pada selang yang dihubungkan ke pompa vacuum,
kemudian dilakukan pengisapan lagi selama 15 menit.
 Selanjutnya pengisapan dihentikan dan masukkan lagi air dengan
cara seperti tersebut di atas sehingga percontoh terendam dua per
tiganya. Kemudian lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit,
masukkan lagi air hingga seluruh percontoh terendam dan tutuplah
kran selang air. Setelah itu lanjutkan lagi pengisapan selama 15 menit
atau sampai benar-benar tidak ada lagi gelembung udara yang keluar
dari sisi-sisi percontoh. Kemudian tutup kran selang ke pompa
vacuum, dan biarkan percontoh terendam hingga benar-benar jenuh
selama 24 jam.
3. Setelah direndam selama 24 jam, percontoh di dalam desikator
dikeluarkan dan segera ditimbang dalam keadaan jenuh sehingga didapat
berat jenuh (Ww).
4. Timbang lagi percontoh dalam keadaan jenuh dan dalam posisi
tergantung di dalam air, sehingga didapat berat jenuh tergantung dalam air
(Ws).
5. Kemudian percontoh dikeringkan kembali, dengan cara memasukkan

ke dalam oven selama 24 jam pada temperatur 90o C.


6. Setelah di oven selama 24 jam, timbang percontoh sehingga didapat
berat kering (Wo).
7. Hitung sifat-sifat fisik dengan menggunakan persaman – persamaan
seperti :

7
Laboratorium Tambang
P

8
Laboratorium Tambang

Anda mungkin juga menyukai