TINJAUAN UMUM
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah
secara paripurna.
medis.
Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit
hukum yang bersifat nirlaba sedangkan Rumah Sakit privat dikelola oleh
atau Persero.
dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
Jenis pelayanan
Pelayanan kefarmasian;
- Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
bahan medis habis pakai, dan pelayanan farmasi
klinik
Pelayanan keperawatan dan kebidanan;
- Asuhan keperawatan generalis dan spesialis
serta asuhan kebidanan.
Pelayanan penunjang klinik;
- Pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk
semua golongan umur dan jenis penyakit, gizi,
sterilisasi instrumen dan rekam medic
Pelayanan penunjang nonklinik; dan
- Meliputi pelayanan laundry/linen, jasa
boga/dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem
informasi dan komunikasi, pemulasaraan
jenazah, sistem penanggulangan kebakaran,
pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih
Pelayanan rawat inap.
- Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling
sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah;
- Jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling
sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh
tempat tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
- Jumlah tempat tidur perawatan intensif
sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah dan
Rumah Sakit milik swasta.
Sumber Daya Manusia
Tenaga medis; terdiri dari:
- 18 (delapan belas) dokter umum untuk
pelayanan medik dasar;
- 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan
medik gigi mulut;
- 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis dasar;
- 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis penunjang;
- 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis lain;
- 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik subspesialis; dan
- 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis
pelayanan medik spesialis gigi mulut
Tenaga kefarmasian; terdiri dari:
- 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi
farmasi Rumah Sakit;
- 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan
yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh)
tenaga teknis kefarmasian;
- 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu
oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis
kefarmasian;
- 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang
dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
- 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu
oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
- 1 (satu) apoteker sebagai koordinator
penerimaan dan distribusi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik
di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan
kefarmasian Rumah Sakit; dan
- 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi
yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja
pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Tenaga keperawatan;
Tenaga kesehatan lain;
Tenaga nonkesehatan.
- Jumlah dan kualifikasi tenaga
keperawatan,tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.
Peralatan dan bangunan
Peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
Tenaga kefarmasian;
- 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala
instalasi farmasi Rumah Sakit;
- 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap
dan rawat jalan yang dibantu oleh paling
sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis
kefarmasian;
- 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator
penerimaan, distribusi dan produksi yang
dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban
kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.
Tenaga keperawatan;
- Dihitung dengan perbandingan 2 (dua)
perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur.
Tenaga kesehatan lain;
Tenaga nonkesehatan.
- Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain
dan tenaga nonkesehatan disesuaikan dengan
kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
Peralatan Dan Bangunan
Peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan,
rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi,
laboratorium klinik, pelayanan darah, rehabilitasi medik,
farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
- Tenaga Administrasi
- Pekarya/Pembantu pelaksana
tanggung jawabnya.
b. Persyaratan SDM
Beban Kerja
hari; dan
Habis Pakai.
pelayanan informasi obat dan lain – lain tergantung pada jenis aktivitas
inap dan rawat jalan, diperlukan juga masing – masing 1 (satu) orang
yaitu:
2.1.6 Pengorganisasian
Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan
akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit
atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur
penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi
umum dan keuangan.(2)
Kapala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai
kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik Rumah Sakit tidak
boleh merangkap menjadi Kepala Rumah Sakit. Tenaga struktural yang
menduduki jabatan sebagai pimpinan harus berkewarganegaraan Indonesia.(2).
2.1.7 Komite Farmasi dan Terapi (KFT) (4)
Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk KFT yang merupakan unit
kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai
kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari Dokter
yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi
Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. KFT harus dapat
membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang
berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat. Ketua KFT dapat diketuai oleh
seorang Dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka
sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka
sekretarisnya adalah Dokter.
KFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat
KFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan KFT, memiliki pengetahuan
khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi KFT. KFT
mempunyai tugas :
Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam
formularium Rumah Sakit
Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit
Mengembangkan standar terapi
Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Oba
Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang
rasional
Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
(ROTD)
Mengkoordinir penatalaksanaan medication error
Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah
Sakit.
2.1.8 Formularium(4)
Formularium merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun
oleh KFT yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium harus
tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah
Sakit. Evaluasi terhadap Formularium harus secara rutin dan dilakukan revisi
sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi
Formularium dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi
dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium yang selalu mutakhir dan
dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan proses
penyusunan Formularium :
Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan
medic
Mengelompokkan usulan Obat berdasarkan kelas terapi
Membahas usulan tersebut dalam rapat KFT, jika diperlukan dapat
meminta masukan dari pakar
Mengembalikan rancangan hasil pembahasan KFT, dikembalikan ke
masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik
Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF
Menetapkan daftar Obat yang masuk ke dalam Formularium
Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi
Melakukan edukasi mengenai Formularium kepada staf dan melakukan
monitoring.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium:
Mengutamakan penggunaan obat generic.
Memiliki rasio manfaat risiko (benefit risk ratio) yang paling
menguntungkan bagi penderita.
Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas.
Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.
Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien
Memiliki rasio manfaat biaya (benefit cost ratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga
yang terjangkau.
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi (4)
Instalasi Farmasi adalah unit pelaksana fungsional yang
menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
Pengorganisasian Instalasi Farmasi harus mencakup penyelenggaraan pengelolaan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, pelayanan
farmasi klinik dan manajemen mutu, dan bersifat dinamis dapat direvisi sesuai
kebutuhan dengan tetap menjaga mutu.
a. Tugas Instalasi Farmasi
Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional
serta sesuai prosedur dan etik profesi;
Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna
memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium Rumah Sakit.
b. Fungsi Instalasi Farmasi
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis
Pakai yang terdiri dari
- Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit;
- Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
- Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai ketentuan yang berlaku;
- Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit;
- Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku;
- Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian;
- Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit;
- Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
- Melaksanakan pelayanan Obat “unit dose”/dosis sehari;
- Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah
memungkinkan);
- Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
- Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak
dapat digunakan;
- Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai;
- Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan
Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat
kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
- Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisi steril untuk
dihasilkan.
perawatan pasien.
nosokomial.
sterilisasi.
Alur aktivitas fungsional CSSD secara rutin dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Dekontaminasi
b. Pembersihan
partikel yang kelihatan ataupun yang tidak terlihat yang kemudian dilanjutkan
c. Pengemasan
linen.
kontaminasi.
Jenis-jenis indikator sterilisasi, sebagai berikut:
- Indikator mekanik adalah bagian dari instrumen mesin sterilisasi, indikator suhu,
maupun tekanan yang menunjukkan apakah alat sterilisasi bekerja dengan baik.
perbaikan.
- Indikator Kimia, yaitu sterlisasi (misalnya uap panas atau gas etilen oksidasi)
pada objek yang disterilkan dengan adanya perubahan warna. Indikator kimia
memberikan informasi tercapainya kondisi steril pada tiap kemasan (pack by pack
basis) sehingga selain digunakan diluar (eksternal), ada juga indikator kimia yang
bentuk spora yang bersifat resisten terhadap beberapa parameter yang terkontrol
dan terukur dalam suatu proses sterilisasi tertentu. Prinsip kerja indikator biologi
dan sangat resisten terhadap metode sterilisasi ynag digunakan. Apabila selama
sterilisasi uap panas, gas etilen oksida dan panas kering. Jenis mikroorganisme
uap panas dan Bacillus subtillis untuk metode sterilisasi gas etilen dan panas
kering.
d. Proses sterilisasi
biasa dignakan untuk alat atau bahan dimana steam tidak dapat
berpentrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari kaca.
Sterilisasi gas etilen okside (ethilen okside sterilization)
makin cepat.
digunakan.
e. Penyimpanan
memadai , suhu antara 180 – 220C dan kelembaban 35 – 75%. Dinding dan
lantai terbuat dari bahan yang halus, kuat dan mudah dibersihkan, alat dan
bahan yang sudah disterilkan disimpan pada jarak 19 – 24 cm dari lantai dan
minimum 43cm dari langit-langit serta 5cm dari dinding serta diupayakan
f. Pendistribusian
1 200 130 m2
2 400 200 m2
3 600 350 m2
4 800 400 m2
5 1000 600 m2
2.5.4 Prasarana Instalasi Sterilisasi Sentral
Sumber daya listrik pada bangunan instalasi sterilisasi sentral, termasuk katagori
“sistem kelistrikan esensial 1”, di mana sumber daya listrik normal dilengkapi
dengan sumber daya listrik darurat berupa generator dan UPS untuk
menggantikannya, bila terjadi gangguan pada sumber daya listrik normal.
Bangunan instalasi sterilisasi sentral harus mempunyai pencahayaan alami
dan/atau pencahayaan buatan, termasuk pencahayaan darurat sesuai dengan
fungsinya. Bangunan instalasi sterilisasi sentral harus mempunyai bukaan untuk
pencahayaan alami. Pencahayaan alami harus optimal, disesuaikan dengan fungsi
masing-masing ruang di dalam bangunan instalasi sterilisasi sentral, Pencahayaan
buatan harus direncanakan berdasarkan tingkat iluminasi yang dipersyaratkan
sesuai fungsi ruang dalam bangunan instalasi sterilisasi sentral dengan
mempertimbangkan efisiensi, penghematan energi, dan penempatannya tidak
menimbulkan efek silau atau pantulan, Pencahayaan buatan yang digunakan untuk
pencahayaan darurat harus dipasang pada bangunan instalasi sterilisasi sentral
dengan fungsi tertentu, serta dapat bekerja secara otomatis dan mempunyai
tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang aman. Semua sistem
pecahayaan buatan, kecuali yang diperlukan untuk pencahayaan darurat, harus
dilengkapi dengan pengendali manual, dan/atau otomatis, serta ditempatkan pada
tempat yang mudah dicapai.dibaca oleh pengguna ruang.