Menurut Corey (Yusufhadi Miarso, 1986 : 195) pembelajaran adalah suatu
proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah-laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, dan menurut Latuheru (1988: 1) bahwa segala sesuatu yang menyangkut pembelajaran merupakan proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media, salurannya media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru. (Sadiman dkk, 2003: 11). Fisika adalah bagian dari ilmu alam. Ilmu alam secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik (physical sciences) yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2) ilmu-ilmu biologi (biological sciences) yang objeknya adalah makhluk hidup dan lingkungannya. (Kemble, 1966: 7). Belajar fisika yang dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri. (Depdiknas, 2003: 1). Dalam jurnalnya, Supahar (2014) menyatakan bahwa Nature of Physics atau hakikat fisika terdiri atas (1) physics as a product aspect or a body of knowledge, (2) physics as an attitude aspect or a way of thinking, and (3) physics as a process aspect or a way of investigating. Maksud dari pernyataan berikut yaitu bahwa fisika sebagai produk atau body of knowledge, fisika sebagai sikap atau a way of thinking, dan fisika sebagai proses atau a way of investigating. a. Fisika Sebagai Produk Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia dengan alam lingkungannya. Interaksi ini memberikan pembelajaran kepada manusia sehinga menemukan pengalaman yang menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuannya yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari para ilmuwan diinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan pengetahuan yang kemudian disebut sebagai produk atau “body of knowledge”. Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan biologi. Untuk fisika, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model. i) Fakta Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum, teori atau model. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip, hukum, teori, dan model keberadaannya adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta. Seperti misalnya air selalu mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Fenomena alam tersebut adalah sebagian contoh peristiwa fisika yang terjadi di alam ini, sebuah fakta yang dapat dibuktikan, dikembangkan, dievaluasi dan kemudian dirumuskan. ii) Konsep Konsep adalah abstraksi dari berbagai kejadian, objek, fenomena dan fakta. Contoh konsep Fisika adalah: Suhu, Kecepatan, Momentum, dll. Menurut Bruner, Goodnow dan Austin 4 (collette dan chiappetta: 1994) konsep memiliki lima elemen atau unsur penting yaitu nama, definisi, atribut, nilai (value) dan contoh. Yang dimaksud dengan atribut itu misalnya adalah warna, ukuran, bentuk, bau dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan intelektual anak, keabstrakan dari setiap konsep adalah berbeda bagi setiap anak. Menurut Herron dan kawan-kawan (dalam Collette dan Chiappetta 1994), konsep fisika dapat dibedakan atas konsep yang baik contoh maupun atributnya dapat diamati, konsep yang contohnya dapat diamati tetapi atributnya tidak dapat diamati dan konsep yang baik contoh maupun atributnya tidak dapat diamati. iii) Prinsip dan Hukum Istilah prinsip dan hukum sering sering digunakan secara bergantian karena dianggap sebagai sinonim. Prinsip dan hukum dibentuk oleh fakta atau fakta-fakta dan konsep atau konsep- konsep. Ini sangat perlu dipahami bahwa hukum dan prinsip fisika tidaklah mengatur kejadian alam (fakta), melainkan kejadian alam (fakta) yang dijelaskan keberadaannya oleh prinsip dan atau hukum. iv) Rumus Rumus adalah pernyataan matematis dari suatu fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Dalam rumus kita dapat melihat saling keterkaitan antara konsep-konsep dan variable-variabel. Pada umumnya prinsip dan hukum dapat dinyatakan secara matematis. v) Teori Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “Kita tidak dapat membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu yang akan datang hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut, sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan hanya satu bukti yang menyimpang. Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda dengan fakta, konsep maupun hukum”. vi) Model Model adalah sebuah presentasi yang dibuat untuk sesuatu yang tidak dapat dilihat. Model sangat berguna untuk membantu memahami suatu fenomena alam juga berguna untuk membantu memahami suatu teori. Sebagai contoh, model atom Bohr membantu untuk memahami teori atom.
b. Fisika sebagai proses
Menurut Sutrisno, pemahaman fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan dan publikasi. Pemebelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada diri siswa. Menurut Franz dalam Collette & Chiappetta (1994: 36) aspek yang dapat dikembangkan dalam hakikat the way of investigating yaitu: (1) observing, (2) collecting data, (3) developing a hypothesis, (4) experimenting, (5) concluding. Dan menurut Sutrisno, jenis keterampilan proses dan indikator dari setiap keterampilan Fisika sebagai proses adalah (1) mengamati (observasi), (2) mengklasifikasi /Kategorisasi / seriasi, (3) mengukur / melakukan pengukuran, (4) mengajukan pertanyaan, (5) merumuskan hipotesis, (6) merencanakan penyelidikan / percobaan dan (7) menginterprestasi / menafsirkan informasi. Atau tertuang dalam tabel berikut ini : KPS Indikator KPS 1. Mengamati Menggunakan alat indera yang sesuai. (observasi) Memberi penjelasan apa yang diamati. Memilih bentuk pengamatan yang sesuai. Mencatat persamaan, perbedaan, keteraturan. Membuat pengamatan dalam perioda tertentu. Mencatat kekecualian/atau hal yg tak diharapkan. Menjelaskan suatu pola. Menemukenali (identifikasi menurut pola tertentu 2. Mengklasifikasi / Memberi urutan pada peristiwa yang Kategorisasi / terjadi. seriasi Mencari persamaan dan perbedaan. Menentukan kriteria pengelompikkan. Menempatkan pada kelompok tertentu berdasarkan kriteria. Memilih (memisahkan dengan jumlah kelompok tertentu). Mengelompokkan berdasarkan ciri-ciri tertentu yang ditemukan dalam pengamatan Memisahkan dengan berbagai cara.
3. Mengukur / Memilih alat ukur uang sesuai
Melakukan Memperkirakan dengan lebih tepat pengukuran Menggunakan alat ukur dengan ketepatan tertentu Menemukan ketidak pastian pengukuran
4. Mengajukan Mengajukan sebanyak mungkin
pertanyaan pertanyaan. Mengidentifikasi pertanyaan yang dapat dijawab dengan penemuan ilmiah. Mengubah pertanyaanh menjadi bentuk yang dapat dijawab dengan percobaan. Merumuskan pertanyaan berlatang belakang hipotesis (jawab dapat dibuktikan).
5. Merumuskan Merncoba menjelaskan pengamatan
hipotesis dalam terminologi konsep dan prinsip. Menyadari fakta bahwa terdapat terdapat beberapa kemungkinan untuk menjelaskan suatu gejala. Menggunakan penjelasan untuk membuat prediksi dari sesuai yang dapat diamati atau dibuktikan 6. Merencanakan Merumuskan masalah. penyelidikan / Menemukenali variabel kontrol. percobaan Membandingkan variabel bebas dan variabel terikat. Merancang cara melakukan pengamatan untuk memecahkan masalah. 7. Menginterpretasi/ Menarik kesimpulan. Menafsirkan Menggunakan kunci atau klasifikasi. informasi Menyadari bahwa kesimpulan bersifat tentatif Menggeneralisasi. Membuat dan mencarti pembenaran dari kesimpulan sementara Membuat prediksi berdasarkan pola atau patokan tertentu 8. Berkomunikasi Mengikuti penjelasan secara verbal. Menjelaskan kegiatan secara lisan, menggunakan diagram. Menggunakan tabel, grafik, model, dll, untuk menyajikan informasi. Memilih cara yang paling tepat untuk menyajikan informasi. Menghargai adanya perbedaan dari audiens, dan memilih metoda yang tepat. Mendengarkan laporan, menanggapi dan memberikan saran. Memberi sumbangan saran pada kelompok diskusi. Menggunakan sumber tidak langsung untuk memperoleh informasi. Menggunakan teknologi informasi yang tepat.
c. Fisika sebagai sikap
The way of thinking merupakan hakikat fisika dimana gagasan kreatif, atau ide-ide untuk menjelaskan suatu gejala alam dapat disusun. Sikap tersebut mampu mendasari dalam setiap kegiatan pengukuran, penyelidikan, dan percobaan. Dalam Collette &Chiappetta (1994) dijelaskan sikap tersebut meliputi rasa percaya diri, rasa ingin tahu. Menurut Sutrisno, Fisika sebagai sikap adalah sikap ilmiah yang terdiri dari (1) sikap ingin tahu, (2) peduli, (3) bertanggung jawab, (4) jujur, (5) terbuka, dan (6) bekerja sama. Sikap tersebut muncul setelah diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap, sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. DAFTAR PUSTAKA
Kemble, E. C. (1966). Physical science, its structure and
development. Messachusetts : The M.I.T Press. John D Latuheru. (1988). Media pembelajaran dalam proses belajar mengajar masa kini. Jakarta : Depdikbud. Arief S Sadiman, dkk. (2003). Media pendidikan, pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta : CV. Rajawali Pers. Sutrisno. (2006). Hakikat Fisika dan Pembelajarannya. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
Mulyani, Sri dan Tiara Dhila Luhmalla. (2015). Hakikat Fisika Dan Prinsip- Prinsip Pengukuran. Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI