Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Sabua Vol.3, No.

2: 7-14, Agustus 2011 ISSN 2085-7020

HASIL PENELITIAN

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

Veronica A. Kumurur1 & Setia Damayanti2


1
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado
2
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan,
Institut Sains & Teknologi Nasional, Jakarta

Abstrak. Desa Tenganan merupakan salah satu desa adat Bali yang termasuk dalam tipe
Bali Aga merupakan perumahan penduduk asli Bali yang kurang dipengaruhi oleh
Kerajaan Hindu Jawa. Lokasi perumahan ini terletak di daerah pegunungan yang
membentang membujur di tangah-tangah Bali, sebagian beralokasi di Bali Utara dan
Selatan. Bentuk fisik pola perumahan Bali Aga dicirikan dengan adanya jalan utama
berbentuk linear yang berfungsi sebagai ruang terbuka milik komunitas dan sekaligus
sebagai sumbu utama desa. Pola pemukiman masyarakat desa Tenganan hingga kini
masih terus dipertahankan dan menjadi suatu objek wisata budaya di Pulau Bali.

Kata kunci: Perumahan, pemukiman, Desa Tenganan

PENDAHULUAN sosial. Pengaruh agama Hindu tidak menyeluruh


Bali merupakan salah satu daerah yang mempengaruhi arsitektur tradisional Bali.
mempunyai ciri khas bangunan dan pemukiman Menurut Ngorah dkk (1981:9), terdapat tiga
dengan berorientasi ke arah reliji. Pola-pola desa lokasi daerah arsitektur tradisional Bali, yaitu: (1)
adat di Bali telah menjadikan pulau Bali memiliki daerah Bali yang corak bangunannya sedikit
ciri khas tersendiri dalam pengembangan pola dipengaruhi Hindu; (2) daerah Bali yang corak
desa. Arsitektur tradisional Bali tercipta dari hasil bangunannya separoh dipengaruhi Hindu; dan (3)
akal budi manusia di mana pengejewantahannya daerah Bali yang seluruhnya dipengaruhi Hindu.
di dasari oleh pandangan terhadap alam semesta, Arsitektur merupakan suatu proses
sikap hidup, norma agama, kepercayaan dan estetika total, yaitu dampak dari pengalaman
kebudayaan masa lalu. Falsafah kehidupan budaya total terhadap kehidupan organis,
masyarakatnya selalu melandasi karya-karyanya. psikologis dan sosial. Namun, arsitektur masih
Di mana kehidupan masyarakat Bali tidak lepas tetap merupakan lingkungan buatan yang tidak
dari ajaran dan kepercayaannya, yaitu: Hindu hanya menjembatani antara manusia, dan
Dharma. Dalam ajarannya di katakan bahwa lingkungan, melainkan sekaligus merupakan
semua makhluk sudah dititahkan hidup dalam sarana ekspresikultural, untuk menata kehidupan
alamnya masing-masing dan hidup dalam jasmaniah, psikologis, dan sosial manusia
kesatuan yang harmonis dengan alamnya. (Boedojo dkk (1986). Desa Tenganan merupakan
Menurut Ngorah dkk (1981), yang desa yang corak bangunannya memiliki setengah
dimaksud dengan “Arsitektur Tradisional Bali” pengaruh Hindu (Ngorah dkk, 1981:9).
adalah suatu corak arsitektur yang berkembang di Tujuan penelitian ini, untuk mengetahui
Bali yang sebagian besar dijiwai oleh agama pola-pola ruang perumahan dan pemukiman
Hindu, meliputi: (1)bangunan-bangunan masyarakat desa Tenganan. Penelitian ini
keagamaan; (2)bangunan-bangunan perumahan; bertujuan, untuk mempelajari pola-pola
(3)bangunan-bangunan umum yang berfungsi pemukiman dan perumahan pada desa adat
© Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Jurusan Arsitektur – Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi, Manado
Agustus 2011
8 V. A. KUMURUR & S. DAMAYANTI

Tenganan di Bali. Hasil penelitian ini diharapkan 1985). Sistem kemasyarakatan (organisasi) desa
untuk dapat menambah informasi mengenai pola- merupakan pengikat warga yang diatur dengan
pola pemukiman dan perumahan pada desa-desa awig-awig desa, kebiasaan dan kepercayaan
adat di Indonesia. (Bappeda, 1982:32).
Setiap daerah perumahan di Bali
METODOLOGI mempunyai pola tersendiri yang disebabkan oleh
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. sistem sosial masyarakatnya, sehingga
Metode pengumpulan data menggunakan metode perumahan tradisional Bali dapat diklasifikasikan
pengamatan langsung. Penelitian dilakukan pada dalam 2 type, yaitu; (1) tipe Bali Aga dan (2) tipe
Bulan Juni 2007. Data primer yang didapat dari Bali Dataran. Tipe Bali Aga merupakan
observasi langsung, di mana peneliti melakukan perumahan penduduk asli Bali yang kurang
pemotretan kondisi perumahan dan pemukiman dipengaruhi oleh Kerajaan Hindu Jawa. Lokasi
serta melakukan wawancara terhadap responden perumahan ini terletak di daerah pegunungan
yang telah ditentukan. Hasil pemotretan yang membentang membujur di tangah-tangah
disketsakan kembali untuk mendapatkan detil- Bali, sebagian beralokasi di Bali Utara dan
detil dari pola-pola perumahan dan permukiman. Selatan. Bentuk fisik pola perumahan Bali Aga
Sketsa detil tersebut dianalisis dan dideskripsikan dicirikan dengan adanya jalan utama berbentuk
kembali sebagai informasi yang dicari sesuai linear yang berfungsi sebagai ruang terbuka milik
tujuan penelitian. Data sekunder didapat dari komunitas dan sekaligus sebagai sumbu utama
hasil penelitian terdahulu, instansi-instansi desa. Tipe Bali Dataran, merupakan perumahan
terkait serta studi kepustakaan yang terkait. tradisional yang banyak dipengaruhi oleh
Kerajaan Hindu Jawa. Perumahan type ini
HASIL DAN PEMBAHASAN tersebar di dataran bagian selatan Bali yang
Gambaran Umum Desa Tenganan Bali berpenduduk lebih besar diabndingkan type
Dalam pandangan masyarakat Bali pertama. Ciri utama perumahan ini adalah adanya
konsep teritorial memiliki dua pengertian, yaitu: Pola perempatan jalan yang mempunyai 2 sumbu
pertama, teritorial sebagai satu kesatuan wilayah utama, sumbu pertama adalah jalan yang
tempat para warganya secara bersama-sama membujur arah Utara-Selatan yang memotong

Gambar 1. Situasi Desa Adat Tenganan (Bali)

melaksanakan upacara-upacara dan berbagai sumbu kedua berupa jalan membujur Timur-
kegiatan sosial yang ditata oleh suatu sistem Barat (Parimin dalam Dwijendra 2003).
budaya dengan nama desa adat; dan kedua, desa Desa Tenganan atau dikenal dengan
sebagai kesatuan wilayah administrasi dengan Tenganan Pegeringsingan merupakan salah satu
nama desa dinas atau perbekalan. (Depdikbud, bentuk tipe Bali Aga. Pola kehidupan
POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI… 9

masyarakatnya mencerminkan kebudayaan dan dipertahankan seperti aslinya yang tetap eksotik.
adat istiadat desa Bali Aga (pra Hindu) yang Ini dikarenakan Masyarakat Tenganan
berbeda dari desa-desa lain di Bali. Karenanya mempunyai peraturan adat desa yang sangat kuat,
Desa Tenganan dikembangkan sebagai salah satu yang mereka sebut dengan awig-awig yang sudah
obyek dan daya tarik wisata budaya. Lokasi Desa mereka tulis sejak abad 11 dan sudah
Tenganan Pegeringsingan terletak di Kecamatan diperbaharui pada Tahun 1842. Desa tenganan
Manggis, sekitar 17 km jaraknya dari Kota mempunyai luas area sekitar 1.500 hektar.
Amlapura (ibukota kabupaten Karangasem), Desa Tenganan berdiri kokoh tidak
5km dari kawasan pariwisata Candidasa, dan peduli dengan perubahan jaman dengan tetap
sekitar 65 km dari Kota Denpasar (ibukota bertahan dengan tiga balai desanya yang kusam
provinsi Bali). dan rumah adat yang berderet yang sama persis
Tenganan adalah desa yang mempunyai satu dengan lainnya (Gambar 1). Dan tidak hanya

Gambar 2. Pemukiman Desa Tenganan yang memiliki pola core

keunikan sendiri diBali, desa yang terletak cukup itu didesa ini keturunan juga dipertahankan
terpencil dan terletak di Kabupaten Karangasem. dengan perkawinan antar sesama warga desa.
Untuk mencapai desa ini melalui jalan darat dan Oleh karena itu Desa Tenganan tetaptradisional
berjarak sekitar 60km dari pusat kota Denpasar, dan eksotik, walaupun Masyarakat Tenganan
Bali. Desa ini sangatlah tradisional karena dapat menerima masukan dari dunia luar tetapi tetap
bertahan dari arus perubahan jaman yang sangat saja tidak akan cepat berubah, karena peraturan
cepat dari teknologi. Walaupun sarana dan desa adat/awig-awig (hukum adat) mempunyai
prasarana seperti listrik dll masuk ke Desa peranan yang sangat penting terhadap masyarakat
Tenganan ini, tetapi rumah dan adat tetap Desa Tenganan. Apabila dilanggar maka warga
10 V. A. KUMURUR & S. DAMAYANTI

tersebut tidak diperbolehkan menjadi krama penduduknya memeluk agama Hindu aliran
(warga) desa, artinya bahwa ia harus keluar dari Indra. Agama Hindu ini berbeda dengan agama
Desa Tenganan Hindu lainnya yang ada di Bali. Aliran Indra ini
Untuk memasuki desa Tenganan tidak mengenal upacara pembakaran mayat.
sangatlah unik, sebelum masuk ke area Desa Mayat orang meninggal dikuburkan. Mayat ini
Tenganan. Kita akan melalui sebuah loket, disitu diletakkn di dalam lobang kubur dengan kaki di
kita tidak diharuskan membayar. Memang karena sebelah utara dan kepala di sebelah selatan,
tidak ada tiket/karcis yang dijual, tapi kita dengan posisi badan/muka menghadap ke tanah.
memberikan sumbangan sukarela berapa saja Ini berdasarkan konsep bahwa yang mati itu
seikhlas kita ke petugas dibangunan kayu yang kembali ke ibu pertiwi. Uparaca lain di desa
semipermanen, sebelum masuk wisatawan harus Tenganan, adalah upacara kemanusiaan yang
melalui gerbang yang cukup sempit yang hanya dilakukan sejak lahir sampai mati. Ini merupakan
cukup dilewati oleh satu orang. Penghasilan upacara keluarga, juga upacara desa, seperti
penduduk Desa Tenganan juga tidak jelas berapa Kedosen, Sikang dan sebagainya.
pendapatannya, karena disana masih
menggunakan sistem barter diantara Sejarah dan Legenda Desa Adat Tenganan
warganya.disana banyak tanaman, sawah, kerbau Di dalam desa adat Tenganan, masih
yang bebas berkeliaran dipekarangan mereka. hidup kepercayaan tentang terjadinya desa
Masing-masing penduduk Desa tersebut. Kepercayaan ini lebih mirip dengan

Gambar 4. Bentuk dan Denah Rumah tradisional Bali

Tenganan menempati sebuah karang desa yang mitos. Disebutkan dalam “Usana Bali” bahwa
tergabung dalam banjar Kauh, banjar Tengah dan terdapat seorang raja bernama Mayadenawa.
banjar Pande. Penduduk desa Tenganan pada Raja ini terkenal kezalimannya,
umumnya hidup dari hasil bumi. Umumnya kecongkakkannya, sekaligus karena
POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI… 11

kesaktiannya. Pemerintahan raja tersebut orang untuk mencari kuda tersebut. Kuda tersebut
berkedudukan di Beda Hulu/Teges. Mayadenawa ditemukan, tapi sudah menjadi bangkai. Sebagai
tidak percaya adanya Tuhan, karena itu rakyatnya hadiah bagi orang-orang yang mencari kuda
melakukan upacara keagamaan, sehingga selama tersebut, diberikan lahan oleh raja, dengan cara
itu tidak tidak memberikan sesajen kepada para mengukur, sejauh mana bangkai kuda masih
dewa-dewa di Besakih. Hal ini menyebabkan tercium, maka sejauh itu pulalah wilayah yang
diberikan pada pencari kuda tersebut.
Sepeninggal raja Batara Indra, kelompok
orang-orang trersebut memindahkan bagian-
bagian bangkai kuda itu ke perbatasan. Bangkai
kuda tersebut di sebarkan di daerah-daerah
sebagai berikut (anonim 1986):
a. Kaki kanannya diletakkan di Penimbalan
Kangin
b. Kaki kirinya diletakkan di Penimbalan Kauh
c. Perut besarnya diletakkan di Batukeben
(Utara)
d. Kotorannya diletakkan di Pura Tikik
e. Kemaluannya diletakkan di Pura Kaki Dukun
f. Ekornya diletakkan di Rambut Pule
Berdirilah suatu desa yang bernama
Tenganan, dengan batas-batas wilayah tersebut.
Desa ini terletak di tengah-tengah dua bukit,
Gambar 3. Susunan pemukiman
masyarakat di Desa Tenganan yang hanya
yaitu: Bukit Kangin dan Bukit Kauh. Nama
memiliki satu pintu keluar Tenganan” menurut sumber “Usana Bali”
berasal dari letak desa di tengah-tengah dua bukit
para dewa-dewa murka. Maka diutusnyalah
yang artinya Ngatenganan, yang kemudian
seorang dewa yang kemudian menjelma menjadi
menjadi desa Tenganan. Nama desa tersebut
seorang raja yang diperkirakan memerintah di
berasal dari kelompok orang-orang yang mencari
daerah Jawa, untuk memerangi Mayadenawa.
kuda. Orang-orang tersebut adalah orang-orang
Dewa ini bernama Batara Indra.
kepercayaan raja atau tangan kanan raja. Kanan
Dalam peperangan ini Mayadenawa
dalam bahasa Bali adalah Tengen, dari kata inilah
mengalami kekalahan. Menurut tradisi
kemudia menjadi Tenganan. Kemudian di desa
masyarakat Hindu Bali, bila seorang raja kalah
ini terkenal dengan tenunan “pegringsingan”
dalam peperangan, untuk menentukan batas
(tenunan double ikat). Maka desa ini kemudian
daerah kekuasaan raja yang baru, dilakukan
dikenal dengan desa Tenganan Pegringsingan.
sebuah upacara yang disebut dengan “Aswa
Meda Yahya”, yaitu: upacara pelepasan seekor
kuda hitam berekor putih. Sejauh kuda ini pergi Pola Pemukiman Desa Tenganan
Secara umum pola desa Tenganan
tanpa ada yang menganggu atau menangkapnya,
merupakan sistem core yang membujur dari utara
maka sejauh itu pulalah batas kekuasaan raja.
ke selatan (Gambar 2). Terdiri atas tiga bagian,
Namun, sebelum upacara dilakukan,
yaitu: banjar Kauh, banjar Tengah dan banjar
kuda tersebut hilang. Maka dewa Batara Indra
Pande. Banjar Kauh terletak pada core yang
sebagai raja baru memerintahkan sekelompok
paling barat, sekaligus merupakan core utama.
12 V. A. KUMURUR & S. DAMAYANTI

Perumahan di banjar Kauh terletak beberapa bangunan, dikelilingi oleh tembok yang
berderet mengapit dan menghadap core utama. disebut tembok penyengker (Gambar 4).
Banjar Tengah dengan beberapa bangunan pada Perumahan adalah kumpulan beberapa
corenya terletak di sebelah Timur dari banjar rumah di dalam kesatuan wilayah yang disebut
Kauh. Banjar Tengah dengan beberapa bangunan banjar adat atau desa adat, juga merupakan
pada corenya terletak di sebelah timur dari banjar kesatuan keagamaan dengan pura kayangan tiga
Kauh. yakni; pura desa, pura puseh, pura dalem (Dewa

Gambar 5. Pola Perumahan Masyarakat Desa Tenganan

Perumahannya berderet di kiri kanan Nyoman Wastika 2005). Desa Tenganan


core tengah. Banjar Pande ada pada core yang memunyai susunan pemukiman yang merupakan
paling timur, dengan perumahan yang ada 2 deret pola kompleks yang terkurung (terbentengi oleh
pula menghadap dan mengapit core dari utara ke beton), dengan masing-masing memiliki satu
selatan. Pada core terdapat beberapa bangunan pintu keluar/masuk pada masing-masing
fasilitas umum untuk keperluan kegiatan pekarangan untuk setiap posisi mata angin
masyarakat di Banjar Pande. Secara keseluruhan Manusia Bali dan alam semesta adalah
bentuk pola pemukimanya adalah sistem core, di suatu hal yang tidak dapat dipisahkan, begitu pula
mana fasilitas umum diapit oleh persil-persil dengan arsitekturnya. Manusia Bali tradisional
perumahan penduduk. Persil-persil ini terletak di tinggal di sebuah perkampungan yang ditata
sebelah kiri dan kanan berderet sepanjang utara dengan pola-pola tertentu mengikuti kaidah-
sampai selatan sampai berakhir di batas lawang kaidah tertentu yang mengacu pada alam semesta,
atau pintu gerbang desa (Gambar 3). yaitu kaidah arah angin Kaja-Kelod, Kauh-
Kangin. Dan kaidah sumbu Utama Gunung
Pola Perumahan Penduduk Desa Tenganan Agung yang diyakini sebagai tempat
Rumah dalam arsitektur tradisional Bali, bersemayamnya para dewa dan leluhur suci
adalah satu kompleks rumah yang terdiri dari mereka.
POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI… 13

bagian dari unit-unit rumah pada kompleks


tersebut. Awangan tersebut berundak-undak,
makin ke utara makin tinggi. Terdapat dua
awangan, yang batasnya ke dua awangan ini
adalah sebuah selokan. Jumlah awangan yang
membujur dari Utara ke Selatan ada 3, yaitu:
awangan Barat, awangan Tengah dan awangan
Timur.
Leret pekarangan rumah ada 6 (Gambar
5). Leret “a” paling barat, leret “b” bertolak
belakang dengan leret “c”, leret “d” bertolak
belakang dengan leret “e” dan leret “f” paling
timur. Warga desa adat Tenganan hanya
menempati leret “a” sampai leret “d”, sedangkan
leret “d” dan “f” (banjar pande) adalah tempat
menetap warga desa yang telah disingkirkan,
karena pelanggaran adat.
Tanah pekarangan tempat menetap itu
adalah hak milik desa (hak ulayat). Bentuk pola-
pola menetap satu sama lain seragam, karena luas
dan struktur bangunannya mirip. Bangunan
Gambar 6. Denah rumah antar penduduk Desa dalam pekarangan berupa “bale boga” dan “bale
Tenganan tengah” (Gambar 6).
Keduanya merupakan bangunan yang
bersyarat yang ditentukan letak, bentuk serta
bahan-bahannya. Satu lagi bangunan yang ada
Ditemui bahwa desa Tenganan memiliki adalah paon (dapur) dan umah meten (Gambar 7).
3 kelompok perumahan, yaitu: (1) kelompok pola Rumah tinggal masyarakat Bali sangat unik
menetap, (2) kelompok pola perkebunan, dan (3) karena rumah tinggal tidak merupakan satu
kelompok persawahan. Pada pola menetap kesatuan dalam satu atap tetapi terbagi dalam
terdapat sebuah jalan besar yang disebut beberapa ruang-ruang yang berdiri sendiri dalam
awangan yang sebenarnya adalah rangkaian pola ruang yang diatur menurut konsep arah
halaman depan yang masing-masing merupakan

Gambar 7. Bangunan-bangunan yang ada di dalam kavling masyarakat Desa


Tenganan
14 V. A. KUMURUR & S. DAMAYANTI

angin dan sumbu gunung Agung. Rumah Boedojo dkk (1986). Arsitektur, Manusia dan
tradisional Bali selain menampung aktivitas Pengamatannya. Penerbit Djambatan.
kebutuhan hidup seperti: tidur, makan, istirahat Jakarta
juga untuk menampung kegiatan yang bertujuan Dewa Nyoman Wastika. 2005. Penerapan
untuk kepentingan psikologis, seperti Konsep Tri Hita Karana Dalam Perencanaan
melaksanakan upacara keagamaan dan adat. Perumahan di Bali. Jurnal Permukiman
(Sulistyawati. dkk, 1985:15). Dengan demikian Natah Vol. 3 No. 2. Agustus 2005: 62-105
rumah tradisional sebagai perwujudan budaya Dwijendra, N.K.A. 2003. Perumahan dan
sangat kuat dengan landasan filosofi yang berakar Permukiman Tradisional Bali. Jurnal
dari agama Hindu. Permukiman “Natah” Vol. No.1-Pebruari
Agama Hindu mengajarkan agar manusia 2003: 8-25.
mengharmoniskan alam semesta dengan segala Soebandi, Ketut. 1990. Konsep Bangunan
isinya yakni bhuana agung (Makro kosmos) Tradisional Bali. Denpasar: Percetakan Bali
dengan bhuana alit (Mikro kosmos), dalam Post.
kaitan ini bhuana agung adalah lingkungan Sulistyawati, dkk. 1985. Preservasi Lingkungan
buatan/bangunan dan bhuana alit adalah manusia Perumahan Pedesaan dan Rumah
yang mendirikan dan menggunakan wadah Tradisional Bali di Desa Bantas, Kabupaten
tersebut (Subandi, 1990). Tabanan. Denpasar: P3M Universitas
Udayana.
KESIMPULAN
Pola perumahan dan pemukiman desa ISSN 2085-7020
adat Tenganan, hingga saat ini masih tetap
dipertahankan dan tetap harmonis dengan alam.
Kearifan adat masyarakat desa Tenganan sangat
kuat dan turut mempertahankan pola-pola dalam
pemukiman masyarakat desa ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986. Kuliah Kerja Bali. Jurusan
Arsitektur, Institut Sains & Teknologi
Nasional Jakarta.
Bappeda Tingkat I Bali dan Universitas Udayana.
1982. Pengembangan Arsitektur Tradisional
Bali untuk Keserasian Alam Lingkungan,
Sikap Hidup, Tradisi dan Teknologi.
Denpasar: Bappeda Tingkat I Bali.

Anda mungkin juga menyukai