Esterfikasi Fischer
Sintesis Metil Benzoat
Ahmad Ichsan Baihaqi, Rimania Dwi Haryani, dan Tiara Nur Annisa
E-mail: ahmad.ichsan@ui.ac.id
Abstrak
Paper ini merupakan pembahasan hasil percobaan sintesis metil benzoat. Senyawa metil benzoat ini
merupakan salah satu contoh dari hasil reaksi esterifikasi atau bisa juga disebut esterifikasi fischer.
Metode yang digunakan dalam sintesis senyawa ini adalah dengan metode refluks dan metode ekstraksi.
Reagen utama yang digunakan dalam sintesis metil benzoat ini adalah asam benzoat dan metanol dengan
bantuan asam dan kalor. Hasil yang didapat adalah berupa larutan ester yang tidak berwarna.
1. PENDAHULUAN
Pada percobaan ini disintesis senyawa metil benzilat. Senyawa ini umum digunakan sebagai perasa.
Metil benzoat digunakan terutama sebagai parfum; memiliki bau yang sangat menyenangkan dan
bercampur dengan baik dengan aroma ylang ylang, musk, mawar, dan geranium. Metil benzoat juga
bertindak sebagai pelarut untuk ester selulosa, sebagai pembawa sekarat, disinfektan aditif, menembus
agen, dan sebagai pestisida. Tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah untuk mensintesis senyawa
metil benzoat. Memahami mekanisme reaksi yang terjadi di dalamnya. Serta, mengetahui fungsi dari
reagen-reagen yang digunakan dalam percobaan ini.
2. TINJAUAN PUSTAKA
O O
H+, Kalor
R' OH H2O
R OH R R'
Gambar 1. Reaksi Umum Esterifikasi
2.2 Refluks
Pada percobaan ini, metode yang digunakan adalah metode refluks. Prinsip metode refluks adalah
pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada temperatur tinggi tetapi kemudian dilakukan
pendinginan dengan kondensor sehingga pelarut yang semula berbentuk uap akan mengembun dan turun
lagi ke dalam labu sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi. Selain itu, dengan adanya pemanasan
refluks maka temperatur reaksi dapat dijaga konstan serta reaksi dapat berjalan lebih cepat.
2
2.3 Ekstraksi
Pada percobaan ini, selain refluks, digunakan juga metoda ekstraksi. Metoda ekstraksi adalah
prosedur laboratorium yang sangat umum digunakan saat mengisolasi atau memurnikan produk. Dalam
kimia organik umumnya digunakan ekstraksi padat-cair, cair-cair, dan ekstraksi asam-basa. Suatu hal
yang sangat umum untuk produk organik hasil sintesis dalam reaksi dimurnikan dengan cara ekstraksi
cair-cair. Sebuah corong pemisah digunakan untuk proses ini. Dalam prosedur ini, produk organik
diisolasi dari zat anorganik. Produk organik akan larut dalam pelarut organik (lapisan organik) sedangkan
zat anorganik akan larut dalam air (lapisan air). Pelarut organik yang digunakan untuk ekstraksi harus
memenuhi beberapa kriteria berupa harus mudah larut dengan zat yang akan diekstraksi, sebaiknya tidak
bereaksi dengan zat yang akan diekstrak, sebaiknya tidak bereaksi dengan atau menjadi larut dengan air
(pelarut kedua biasa), dan harus memiliki titik didih rendah sehingga dapat dengan mudah dihilangkan
dari produk. Pelarut pada proses ekstraksi pada umumnya adalah dietil eter dan metilen klorida.
3. METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
Pada percobaan ini alat yang digunakan antara lain gelas ukur, labu bulat 50 ml, corong pisah, ice
bath, erlenmeyer, beaker glass, dan refluks. Sedangkan, bahan-bahan yang digunakan adalah 2.5 gram
asam benzoat, 6.5 mL metanol, 15 tetes H2SO4 pekat, 9 mL eter, 5 mL NaCl jenuh, 6.5 mL NaHCO3 5%,
1 gram Na2SO4 anhidrat dan aquades.
Massa 2.5
Mol Asam Benzoat = = = 0.0205 mol
𝑀𝑟 122.12
Massa Metil Benzoat teoritis = mol teoritis x Mr = (0.0205 mol) x (136.15 g/mol)
= 2.79 g
Mekanisme reaksi yang terjadi adalah pertama H + dari asam sulfat memprotonasi atom oksigen dari
asam benzoat membuat atom oksigen memiliki muatan formal +1. Kemudian, elektron pada iktan C=OH
beresonansi membentuk atom oksigen yang netral dan membuat karbon tersebbut menjadi bermuatan
formal +1. Lalu, elektron bebas pada atom oksigen dari senyawa metanol menyerang karbo kation
tersebut dan berikatan. Lalu, atom hidrogen yang menempel pada atom oksigen dari metanol terlepas
membentuk H+ dan elektronnya membuat atom oksigennya menjadi bermuatan netral. Lalu, elektron
bebas pada atom oksigen pada gugus alkohol menyerang atom hidrogen dari gugus alkohol yang lain
kemudian terlepas ikatannya membentuk molekul air dan terbentuk ikatan rangkap C=O sehingga
terbentuk senyawa metil benzoat seperti pada gambar 11.
Setelah direfluks, labu didinginkan dan campuran di dalamnya dipindahkan ke corong pisah,
tambahkan 12.5 mL aquades dan 9 mL eter, kemudian ekstraksi campuran tersebut. Fungsi dari
penambahan aquades adalah untuk melarutkan pengotor-pengotor polar dan sisa asam yang tidak
bereaksi. Sedangkan, penambahan eter bertujuan untuk melarutkan pengotor-pengotor non polar.
Kemudian, dari ekstraksi akan menghasilkan dua lapisan dalam corong pisah, lapisan atas (organik)
dan lapisan bawah (air). Lalu, keluarkan lapisan bawah yang berupa air, sementara lapisan atas (ester)
ditambahkan lagi 6.5 mL aquadest dan 6.5 mL NaHCO3 5%. Fungsi dari penambahan NaHCO3 adalah
untuk menetralkan sisa katalis asam dalam campuran dan asam benzoat yang tidak bereaksi. Selama
proses ekstraksi, gas yang keluar dari corong pisah adalah gas CO2 dan H2O yang terbentuk akibat reaksi
penetralan yang terjadi di dalamnya.
Selanjutnya, setelah penambahan NaHCO3, larutan diekstraksi kembali yang akan menghasilkan dua
lapisan, lapisan bawah dibuang sedangkan lapisan atas ditambahkan 5 mL NaCl jenuh dan diekstraksi
kembali. Penambahan NaCl jenuh ini bertujuan untuk memecah emulsi dan menarik air sehingga nanti
akan kembali terbentuk dua lapisan, yaitu lapisan bawah berupa air dan lapisan atas berupa ester metil
benzoat.
Selanjutnya, lapisan bawah yang terbentuk dibuang dan lapisan atas dipindahkan ke dalam suatu
beaker glass. Tambahkan 1 gram Na2SO4 anhidrat ke dalam beaker glass. Natrium sulfat anhidrat
berfungsi untuk menyerap air dari ester dengan sifatnya yang higroskopis sehingga tersisa hanya esternya
saja.
Setelah ditambahkan natrium sulfat anhidrat, akan terbentuk padatan putih dan cairan yang tersisa
yang merupakan cairan ester (produk). Lalu, dekantasi larutan ester yang ada ke dalam gelas ukur untuk
ditimbang.
Berdasarkan hasil yang praktikan dapatkan, produk akhir yang didapat berupa larutan bening yaitu
metil benzilat dengan massa sebesar 0.01 gram dengan nilai persen keselahan relatif sebesar 99.64% dan
nilai persen yield sebesar 0.358%.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metil benzoat dapat disintesis.
Metil benzoat dapat disintesis dengan mereaksikan asam benzoat dengan metanol dengan bantuan asam.
Prinsip reaksi yang terjadi adalah esterifikasi dengan metode refluks dan ekstraksi. Massa produk yang
didapat adalah sebesar 0.01 gram dengan persen kesalahan relatif sebesar 99.64% dan persen yield
sebesar 0.358%.
DAFTAR PUSTAKA
Extraction Theory and General Procedure. Diakses secara online di tautan berikut
http://academics.wellesley.edu/Chemistry/chem211lab/Orgo_Lab_Manual/Appendix/Techniques/Extr
action/extraction_n.html. Diakses pada 29 November 2015
NN. Methyl Benzoate. http://www.hmdb.ca/metabolites/HMDB33968. Diakses pada 29 November 2015
NN. Methyl Benziate. http://www.reciprocalnet.org/recipnet/showsamplebasic.jsp?sampleId=27344429.
Diakses pada 29 November 2015
NN. Reaksi Esterifikasi. http://www.ilmukimia.org/2013/03/reaksi-esterifikasi.html. Diakses pada 29
November 2015
NN. Reflux and Distillation. http://spot.pcc.edu/~chandy/241/Reflux%20and%20Distillation.pdf. Diakses
pada 29 November 2015
Smith, Janice Gorzynski. 2011. Organic Chemistry 3rd ed.. Manoa: University of Hawai
Tim KBI Kimia Organik. 2015. Diktat Praktikum Kimia Organik. Depok: Departemen Kimia, FMIPA UI
Williamson. 2006. A Floral Fragrance, Methyl Benzoate.
http://courses.chem.psu.edu/chem36/synfa06web/expt84.pdf. Diakses pada 29 November 2015
8
MSDS
1. Asam benzoat
Sifat fisik : Padatan putih
BM : 122.12 g/mol
Titik leleh : 122.4oC
Massa jenis : 1.2659 g/cm3
Kelarutan : Sedikit larut dalam air dingin
Bahaya : Berbahaya apabila kontak dengan mata (iritasi), dengan kulit (iritasi), apabila tertelan,
dan apabila terhirup
2. Metanol
Sifat fisik = cairan tidak berwarna dengan bau tajam khas alkohol
BM = 32.04 g/mol
Titik didih = 64.5oC
Massa jenis = 0.7915 g/ml
Kelarutan = mudah larut dalam air panas/ dingin
Bahaya = berbahaya apabila kontak dengan mata (iritasi), dengan kulit (iritasi), apabila
tertelan, dan apabila terhirup. Paparan yang terlalu banyak dapat menyebabkan
kematian.
3. Asam sulfat pekat
Sifat fisik = cairan tidak berbau dan tidak berwarna
BM = 98.08 g/mol
Titik didih = 270oC
Massa jenis = 1.84 g/cm3
Kelarutan = larut dalam air (membebaskan panas) dan dalam etanol
Bahaya = sangat berbahaya apabila kontak dengan mata (iritasi, bersifat korosif), dengan kulit
(iritasi, permeator, bersifat korosif), apabila tertelan, dan apabila terhirup
4. Dietil eter
Sifat fisik = cairan tidak berwarna berbau khas eter
BM = 74.12 g/mol
Titik didih = 34.6oC
Massa jenis = 0.71 g/cm3
Kelarutan = larut dalam aseton dan larut sebagian dalam air dingin
Bahaya = berbahaya apabila kontak dengan kulit (iritasi), dengan mata (iritasi), apabila
tertelan, dan apabila terhirup.
5. Metil benzoat
Sifat fisik = cairan tidak berwarna berbau khas
BM = 136.14 g/mol
Titik didih = 199oC
Massa jenis = 1.094 g/cm3
Kelarutan = sangat sedikit larut dalam air dingin
Bahaya = berbahaya apabila kontak dengan kulit (iritasi) dan dengan mata (iritasi). Sangat
berbahaya apabila tertelan