MANGROVE
OLEH
SANDRIANTO DJUNAIDI
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum rehabilitasi dan pengembangan ekosistem ini bertujuan untuk melakukan
Field Trip untuk analisis vegetasi dan komunitas mangrove menggunakan metode line
transect, menganalisis indeks nilai penting (INP) ekosistem mangrove berdasarkan hasil
analisis vegetasi, menilai kesehatan mangrove berdasarkan tingkat kerusakan tegakannya.
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum ini diharapkan menjadi bahan informasi tentang pengelolaan
ekosistem hutan mangrove. Selain itu juga diharapkan menjadi langkah awal
pengambilan kebijaksanaan pengelolaan hutan mangrove bagi kepentingan
pengembangan perikanan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1. Tipe zonasi mangrove dari laut ke darat (Bengen, 1999)
Sultan (2001) dalam Usman (2013), bahwa frekuensi suatu jenis menunjukan
penyebaran suatu jenis dalam suatu area. Jenis yang menyebar secara merata
mempunyai frekuensi yang kecil mempunyai daerah sebaran yang tidak merata dan
kurang luas. Jenis mangrove yang mempunyai penyebaran yang merata dan luas
disominansi oleh jenis Rhizopora. Sementara frekuensi relative merupakan
pengukuran distribusi spesies yang ditemukan pada plot yang dikaji. Nilai dari
frekuensi relative menunjukan keseringan suatu jenis ditemukan dalam suatu
kawasan. Tinggi rendahnya nilai frekuensi relatif disebabkan oleh terjadinya
kompetisi yang tidak seimbang antar jenis mangrove yang menempati suatu habitat
yang sama, sehingga kurang kompetetif dalam memperoleh unsure hara (Bengen,
2000).
Dominansi
BAB III
METODE PRAKTEK
Gambar 4. Contoh Pembuatan dua buah (A dan B) Line Transect pada Posisi Garis
Pantai. Posisi A-A’ dan B-B’ masing-masing adalah posisi awal dan akhir taggin
koordinat untuk line transect A dan B
5) Mencatat tiap mmangrove yang terdapat pada tiap kuadran yang ada
pada setiap line transect, dan mengidentifikasi tiap jenis mangrove
6) Mengukur keliling hanya tiap pohon yang ada dalam tiap kuadran,
mengukur keliling pohon ini pada ketinggian batang pohon 1,4 meter.
1. Kerapatan Mangrove
2. Kerapatan Relatif
Catatan: luas Basal Area suatu jenis diperoleh dari komponen nilai garis
tengah batang pohon setinggi dada manusia dewasa (atau setinggi 1,4 meter). Luas
basal area tiap jenis mangrove dihitung berdasarkan rumus (Bengen, 2002);
4. Dominasi Relatif
5. Frekuensi
6. Frekuansi Relatif
b. Semai
7. Indeks Keanekaragaman
Indeks diversitas digunakan untuk menentukan keanekaragam jenis pada
suatu komunitas dengan menggunakan rumus Shannon-Wienner dalam Usman
(2013):
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon - Wienner
ni = Cacah individu setiap jenis
N = Total cacah individu seluruh jenis
Pi = Kelimpahan elative dari jenis ke-i
Besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wienner
didefenisikan dalam tiga tingkatan:
1) Nilai H’ > 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis yang ada pada
suatu transek atau stasiun berada dalam kemelimpahan yang tinggi.
2) Nilai 1 ≤ H’ ≤ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu
transek atau stasiun berada dalam kemelimpahan yang sedang.
3) Nilai H’ < 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman jenis pada suatu
transek atau stasiun berda dalam kemelimpahan yang sedikit atau rendah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Jenis Mangrove
A. Jenis Rhizopora apiculata
Rahmawan (2012), diantara mangrove yang lain mangrove jenis ini yang
paling banyak tumbuh di Indonesia. Tumbuhan ini biasanya berkembang pada
sedimen dan pasang purnama yang tinggi. Pohon ini disebut juga dengan bakau
besar, bakau genjah, tinjang, slindur, bakau merah, bakau akik, atau bakau kurap,
tergantung spesiesnya. Di dunia dikenal secara umum sebagai red mangrove. Kulit
batangnya berwarna kemerahan terutama bila basah. Pohon dapat tumbuh sampai
dengan tinggi 25 m termasuk family Rhizophoraceae. Pohon ini banyak terlihat
sebagai pohon kecil yang tumbuh di air laut. Dalam identifikasi ini penyusun
mengidentifikasi berdasarakan bentuk daun, akar, bunga dan buah dan spesies.
1. Bentuk daunnya elips atau oval, agak keras, mengkilap,berwarna hijau
kekuningan, dan tangkainya merah. Dibagian sebelah sebelah bawahnya
terdapat bintik-bintik hitam kecil. Daun tumbuh berlawanan di kiri kanan
ranting. Daunya berubah warna menjadi kuning dan merah pada waktu gugur
dari pohonya. Tergantung spesiesnya daun ukuran berukuran panjang antara
10-20 cm, lebar antara 5-8 cm.
2. Akar menjadi ciri khasnya adalah system perakaran yang kompleks (prop
roots / stilt roots) dengan cabang-cabang rendah membentuk struktur yang
lebat. Akar-akar membentuk lengkungan menembus air, lumpur, dan tanah.
Akar berwarna merah terutama pada waktu basah. Karena akar bakau ini
berada dalam air dan lumpur yang tidak mengandung oksigen bebas
(anaerobic). Pohon ini menumbuhkan cabang khusus yang mempunyai pori-
pori (lenticels) untuk mengikat oksigen dari udara disebut sebagai akar udara
(air root). Akar udara ini tumbuh menggatung ke bawah dari batang atau
cabang yang rendah dilapisi semacam sel lilin yang dapat dilewati oksigen
tetapi tidak tertembus air. Akar udara ini tidak mempunyai daun dan apabila
masuk menembus ke permukaan air terus ke tanah akan akan berbah menjadi
akar biasa.
2. Bunga berbunga sepanjang tahun, tetapi berbunga lebih banyak antara bulan
april sampai oktober bunganya tumbuh kembar., berukuran kecil, kelopaknya
10-14 mm dan lebar diameternya (8-10 mm) berwarna putih sampai kuning,
tidak berbau keras dan mempunyai 4 petal
3. Buah buahnya vivipar, berbentuk seperti tongkat yang tumbuh berkembang
sebagai tanaman embrio selama masih berada pada pohon induknya. Disebut
bakal pohon muda atau propagules. Bakal pohon ini berwarna hijau dan
setelah matang ,mengeras,, berwarna kuning kecoklatan,mencapai ukuran
panjang 20-25 cm spesies lain ada yang ukuran propagulnya mencapai 50 cm
buah ini akan jatuh kebawah terbawa air dalam posisi horizontal. Dapat
bertahan cukup lama terbawa air laut. Setelah beberapa minggu akan
menyerap air. Posisinya berubah vertical dalam air, tumbuh akar, dan daun
pertamanya kemudian menancapkan akarnya ke tanah dan menetap.
4. Klasisifikasi ilmiah Rhizophora apiculata
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
B. Kerapatan Relatif
Jenis Rhizopora apiculata memiliki kerapatn relatif tertinggi karena kondisi
substrat yang umumnya mengandung bahan organik yang sangat cocok untuk
pertumbuhanya, selain itu jenis Rhizopora apiculata merupakan tumbuhan pioneer.
Menurut Parawansa (2007) dalam Usman (2013) ketergantungan jenis tumbuhan
pioneer terhadap jenis tanah ditunjukan oleh genus Rhizopora yaitu merupakan ciri
umum untuk tanah berlumpur yang bercampur dengan bahan organik.
Tabel 8. Kerapatan Relatif Mangrove
Kerapatan relatif (%)
Pohon Semai
Jenis Kuadran Kuadran
I II III I II III
Rhizopora
20 26.6 13.3 18.5 26.6 13.3
apiculata
Sonneratia alba 20 66.6 13.3 21.5 5.9 14.1
C. Dominansi Jenis dan Relatif
Dominansi suatu jenis merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan
suatu jenis tumbuhan kategori pohon dalam hal bersaing dengan tumbuhan lainnya,
dalam hal ini terkait dengan besarnya diameter tumbuhan (Prasetyo, 2007 dalam
Usman 2013). Perhitungan nilai dominansi ini hanya dilakukan pada kategori pohon
untuk mengetahui INP kategori pohon. Hasil perhitungan dominansi mangrove pada
lokasi praktikum dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Dominansi Jenis dan Dominansi Relatif
Dominansi
Jenis Jenis (M2/Ha) Relatif (%)
Kuadran Kuadran
I II III I II III
Rhizopora
0.029 0.032 0.025 0.33 0.37 0.29
apiculata
Sonneratia alba 0.024 0.022 0.027 0.32 0.30 0.36
E. Frekwensi Relatif
Jenis Rhizopora apiculata dan Sonneratia alba ditemukan pada semua transek
pengamatan, hal ini disebabkan jenis ini lebih banyak memperoleh unsur hara
dibandingkan jenis lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat pramudji (2000) dalam
usman (2013), bahwa tinggi rendahnya nila frekuensi relatif disebabkan oleh
terjadinya kompetisi yang tidak seimbang antar jenis mangrove yang menempati
suatu habitat yang sama, sehingga kurang kompetitif dalam memperoleh unsur hara.
Tabel 11. Frekuensi Relatif Mangrove
Frekwensi Relatif (Fr)
Jenis Pohon Semai
Kuadran Kuadran
I II III I II III
Rhizopora apiculata 33.3 33.3 33.3 33.3 33.3 33.3
Sonneratia alba 33.3 33.3 33.3 33.3 33.3 33.3
Tabel 12. Analisis Indeks Nilai Penting (INP)
Analisis Indeks Nilai Penting (INP)
Pohon Semai
Jenis
Kuadran Kuadran
I II III I II III
Rhizopora apiculata 53.63 60.27 46.89 51.8 59.9 46.6
Sonneratia alba 53.62 40.26 46.96 54.8 39.2 47.4
G. Indeks Keanekaragaman
1
Rhizopora apiculata H
= - ∑ 0.98 log 0.98 = 0.008
1
Sonneratia alba H
= - ∑ 0.989 log 0.989 = 0.004
Indeks keanekaragaman untuk setiap jenis yakni Rhizopora apiculata memiliki
indeks keanekaragaman 0.008 dan Sonneratia alba memiliki nilai indeks
keanekaragaman 0.004, nilai ini menunjukan keanekaragaman rendah. Hal ini
sesuai pendapat Shannon-Wienner bahwa nilai H’ < 1 menunjukan bahwa
keanekaragaman jenis pada suatu transek atau stasiun berada dalam kelimpahan
yang sedikit atau rendah.
B. Substrat
Karakteristik substrat merupakan faktor utama yang membatasi
pertumbuhan dan distribusi tanaman mangrove. Dari hasil pengamatan bahwa tipe
substrat di setiap kuadran adalah lumpur. Hal in sesuai pendapat Pramuji (2001)
dalam Usman (2013), bahwa pada tanah lumpur yang lembek di tumbuhi Rhizopora
mucronata dan Lumnitzera litorea dengan penyebaran merata dan meluas,
sedangkan pada wilayah pesisir yang berpasir dan berombak besar pertumbuhan
vegetasi mangrove tidak optimal. Dipantai terbuka pohon yang dominan dan
merupakan pohon perintis umumnya adalah Avicennia dan Sonneratia. Avicennia
cenderung hidup pada tanah yang berpasir agak keras sedangkan Sonneratia pada
tanah yang berlumpur lembut (Nonji, 1993).
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa mangrove yang
terdapat pada lokasi praktek dengan kuadran 10 x 10 yaitu jenis Rhizopora apiculata
dan Sonneratia alba. Analisis untuk kerapatan, dominansi, frekuensi, indeks nilai
penting dan indeks keseragaman yang tertinggi terdapat pada jenis Rhizopora
apiculata dan yang terendah pada jenis Sonneratia alba, namun nilai ini tidak terlalu
besar perbedaannya. Keadaan substrat pada lokasi pratek terlihat baik untuk
pertumbuhan dari kedua jenis mangrove ini yakni berlumpur dan keadaan suhunya
terlihat stabil yakni 280C - 300C.
DAFTAR PUSTAKA
1 komentar:
Logout
‹ Beranda ›
Lihat versi web
Mengenai Saya
Deheto Hulonthalo
Ikuti 3