PENDAHULUAN
Risiko terbesar dari kematian akibat pneumonia di masa anak-anak ialah pada masa
neonatal. Setidaknya sepertiga dari 10,8 juta kematian pada anak-anak di seluruh dunia terjadi
pada 28 hari kehidupan, dengan proporsi yang besar diakbiatkan oleh pneumonia. Diperkirakan
bahwa pneumonia memberikan kontribusi antara 750.000 dan 1,2 juta kematian neonatal per
tahun, terhitung 10% kematian anak secara global, Dari semua kematian neonatal, 96% terjadi
di negara berkembang.2
kongenital dan neonatal pneumonia sering sulit untuk diidentifikasi dan diobati,
Manifestasi klinis sering tidak spesifik, temuan laboratorium juga memiliki nilai yang terbatas,
dengan upaya untuk mengidentifikasi mikroba tertentu sering tidak berhasil karena kesulitan
dalam pengambilan sampel yang berasal dari intrapulmonal tanpa kontaminasi. Bukti dari hasil
pemeriksaan radiologi dapat di akibatkan non infkesi seperti aspirasi mekonium. Kebanyakan
sistem pertahanan paru-paru pada janin dan neonatal terganggu, termasuk barier non-spesifik
seperti glottis dan pita suara, eskalator cilary, fagosit saluran napas, sekresi antibodi, jaringan
limfoid mukosa, antimikroba protein dan opsonin.2
Proporsi gangguan pernapasan pada neonatal yang disebabkan oleh pneumonia akan
tergantung pada sumber populasi (rumah sakit tersier, rumah sakit kabupaten, atau komunitas),
tahap dalam periode perinatal, usia kehamilan bayi dan ketersediaan fasilitas intensive care
unit. Dari 150 neonatus dengan gangguan pernapasan di rumah sakit di India, sebanyak 103
(68.7%) didiagnosis pneumonia. Berbeda dengan kasus di sebuah rumah sakit pendidikan di
Brasil, sebanyak 318 bayi mengalami gangguan pernapasan dalam 4 hari pertama kehidupan,
sebanyak 31 (9,7%) didapatkan infeksi memlalui pemeriksaan kultur bakteri dan dengan hasil
radiografi dengan tanda pneumonia didapatkan sebanyak 62 (19,5%).4
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Pneumonia merupakan suatu proses inflamasi yang dapat bersifat local atau sistemik
pada parenkim paru. Kelainan patensi saluran napas serta ventilasi alveolar dan perfusi sering
terjadi karena berbagai mekanisme. Keadaan ini secara signifikan dapat mengubah pertukaran
gas dan metabolisme sel yang menyokong banyak jaringan dan organ dan berkontribusi
terhadap kualitas hidup seseorang. Aspirasi adalah inhalasi dari isi orofaringeal atau gaster ke
laring dan saluran napas bawah. Pneumonia aspirasi adalah suatu akibat pada paru yang
disebabkan oleh inhalasi dari cairan ataupun sekresi endogen ke saluran napas bagian bawah.2
Pada neonatus, agen penyebab infeksi umumnya bakteri daripada virus. Infeksi ini
sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan ketuban atau jalan lahir,
tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan ventilasi. Tanda-tanda klinis dan
radiografi pneumonia pada neonatal dapat non-spesifik. Kegagalan untuk mengobati
pneumonia pada neonatal dapat mengakibatkan kematian, karena itu semua neonatus
menunjukkan tanda-tanda distress pernapasan baik itu tanpa sebab non-infeksi yang jelas harus
dipertimbangkan untuk pemberian antibiotik secara rutin.4
II. EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran pernapasan bawah pada neonatus dapat diklasifikasikan sebagai bawaan
dan infeksi patogen yang didapat. Kongenital pneumonia biasanya bagian dari infeksi
transplasenta, sedangkan pneumonia neonatal dapat berkembang dari intrauterin atau setelah
proses melahirkan. Pneumonia neonatal dapat diklasifikasikan berdasarkan onset awal dan
akhir. Pada onset awal secara umum adalah presentasi klinis dalam 48 jam pertama sampai
dengan 1 minggu kehidupan, sedangkan onset akhir neonatal pneumonia terjadi pada 3 minggu
berikutnya.2
2
Studi otopsi neonatal telah menunjukkan bahwa infeksi intrauterin dan onset awal
pneumonia terjadi pada 10-38% dari bayi yang lahir meninggal dan 20-63% dari bayi lahir
hidup yang kemudian meninggal. Penyelidikan awal terhadap penyebab kematian bayi di 48
jam pertama kehidupan ditemukan pneumonia dalam 20-38% kasus, dengan insiden tertinggi
pada kelompok social ekonomi rendah. Berat lahir dan onset usia sangat menentukan risiko
kematian akbiat pneumonia. tingkat kasus kematian yang lebih tinggi untuk bayi berat badan
lahir rendah, infkesi intrauterine dan onset awal pneumonia. Epidemiologi dari postpartum
terutama pada onset akhir pada umumnya cenderung terkait dengan infeksi nosokomial, seperti
bakteri pathogen yang berasal dari chorioamniotitis atau intervensi medis.2
Beberapa studi menunjukkan bahwa 5-15% dari 4,5 juta kasus pneumonia yang
diperoleh masyarakat merupakan pneumonia aspirasi. Pneumonia aspirasi dianggap sebagai
penyakit yang umum, tetapi tidak ada statistik yang tersedia. Angka kematian/kesakitan
dihubungkan dengan pneumonia aspirasi yang mirip dengan community-acquired Pneumonia
pada kira-kira 1% pasien yang rawat jalan dan meningkat hingga 25% pada pasien yang
diopname. Angka kematian ini cakupannya tergantung pada hadirnya faktor penyulit atau
komplikasi.Di Amerika, pneumonia aspirasi yang terjadi pada komunitas adalah sebanyak
1200 per 100.000 penduduk per tahun, sedangkan pneumonia aspirasi nosokomial sebesar 800
pasien per 100.000 pasien rawat inap per tahun. Pneumonia aspirasi lebih sering dijumpai pada
laki-laki dibandingkan perempuan, terutama usia anak atau usia lanjut.
IV ETIOLOGI
Organisme yang penyebab pneumoni bervariasi menurut kelompok umur. Neonatus
sejak lahir sampai usia 3 minggu, kelompok bakteri pathogen yang umum didapatkan ialah B
streptokokus dan bakteri gram negatif. Infeksi bakteri ini merupakan penularan yang
bersumber dari ibu. Streptococcus pneumoniae paling sering didapatkan pada bayi berumur 3
minggu sampai 3 bulan. Pada umur 3 bulan sampai umur prasekolah, virus dan Streptococcus
pneumoniae yang paling dominan menyebabkan pneumonia, sedangkan bakteri lain yang
berpotensi termasuk Mycoplasma pneumoniae, Haemophilus influenzae tipe B dan non-
typeable strain, Staphylococcus aureus, dan Moraxella catarrhalis.5
3
infeksi, sejarah eksposur, faktor risiko terhadap agen patogen, dan riwayat imunisasi semuanya
dapat memberikan petunjuk yang mengarahkan kepada agen yang menginfeksi.6
Dalam sebuah studi multicenter prospektif, dari 154 anak dirawat di rumah sakit dengan
Community-acquired pneumonia (CAP), didapatkan 79% anak terinfeksi agen patogen.
Bakteri piogenik menyumbang 60% dari kasus, dimana 73% adalah karena Streptococcus
pneumoniae, sedangkan bakteri atipikal pneumoniae seperti Mycoplasma pneumoniae dan
Chlamydophila pneumonia terdeteksi masing-masing 14% dan 9%, Sedangkan virus
didapatkan 45%. Sebanyak 23% dari anak-anak dapat memiliki penyakit virus dan bakteri
bersamaan akut. Analisis multivariabel menunjukkan bahwa suhu yang tinggi (38,4 ° C) dalam
waktu 72 jam dan adanya efusi pleura secara bermakna dikaitkan dengan pneumonia bakteri.6
Pada bayi baru lahir (usia 0-30 hari), beberapa organisme bertanggung jawab terhadap
terjadinya infeksi terutama pneumonia yang pada akhirnya dapat terjadi sepsis neonatorum
dini. Hal ini tidak mengherankan mengingat peran dari genitourinari ibu dan flora saluran
pencernaan merupakan proses yang dapat mengakibatkan infeksi pada neonatus. Infeksi oleh
kelompok B Streptococcus, Listeria monocytogenes, atau gram negatif batang (misalnya,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae) merupakan penyebab umum pneumonia bakteri.
Agen patogen ini dapat diperoleh di dalam rahim, melalui aspirasi saat dalam jalan lahir, atau
melalui kontak pascakelahiran dengan orang lain atau peralatan yang terkontaminasi.6
Grup B Streptococcus (GBS) merupakan bakteri yang paling umum didapatkan pada
tahun 1960-an sampai 1990-an, ketika dampak kemoprofilaksis intrapartum dalam mengurangi
infeksi neonatal dan maternal oleh organisme ini menjadi jelas, bakteri E coli telah menjadi
yang paling umum didapatkan pada bayi dengan berat 1500 gr atau kurang, lain organisme
bakteri potensial seperti; Nontypeable Haemophilus influenzae (NTHI), Basil Gram negative,
enterococci, dan Staphylococcus aureus.6
Infeksi oleh bakteri streptokokus Grup B paling sering ditularkan ke janin dalam rahim,
biasanya sebagai akibat dari kolonisasi vagina dan leher rahim ibu. Agen infeksi kongenital
kronis, seperti CMV, Treponema pallidum (penyebab pneumonia alba), Toxoplasma gondii,
dan lain-lain, dapat menyebabkan pneumonia pada 24 jam pertama kehidupan. Gambaran
klinis biasanya melibatkan sistem organ lain.6
Infeksi virus yang didapat dalam komunitas masyarakat sering juga terjadi pada pada
bayi baru lahir dan jarang pada bayi yang lebih tua. Virus yang paling sering terisolasi adalah
respiratory syncytial virus (RSV). Antibodi yang berasal dari ibu penting dalam melindungi
4
bayi baru lahir dari infeksi tersebut. Pada bayi prematur diduga tidak mendapatkan cukup
imunoglobulin transplasenta IgG, sehingga sangat rentan untuk mendapatkan infeksi.6
5
b. Aspirasi bakteri patogen
c. Subtansi yang tidak bereaksi (bisa menyebabkan obstruksi), seperti: cairan
A. Aspirasi Cairan Toksik
Cairan yang masuk ke saluran napas bawah dapat menginisiasi reaksi inflamasi yang
tidak tergantungkepada infeksi bakteri, contoh: aspirasi cairan asam, hidrokarbon, dll.
Aspirasi asam lambung adalah yang paling sering terjadi dan diteliti. Ini juga biasa
dikenal dengan Mendelson Syndrome. Pada pasien yang teraspirasi cairan lambung
akan tiba-tiba mengalami acute respiratory distress. Pasien yang teraspirasi partikel
makanan akan mengalami reaksi obstruksi akut. Pada pasien ini dapat terjadi
bronkospasme yang akan mirip dengan serangan asma. 7
Pada Mendelson Syndrome akan menyebabkan reaksi inflamasi pada parenkim. Ini
terjadi pada pasien dengan masalah sistem saraf pusat, trauma kepala, intoksikasi obat.
Aspirasi cairan dengan pH ≤ 2,5 lebih besar 0,3mL/kgBB akan mempunyai potensi
yang besar menybabkan pnemonia kimia. Ini akan melepaskan sitokin, terutama Tumor
Necrosis Factor (TNF)-α dan interleukin (IL)-8. 7
B. Aspirasi Bakteri Patogen
Pneumonia aspirasi berkembang sesudah inhalasi dari materi kolonisasi orofaringeal.
Mekanisme pertama yang terjadi adalah aspirasi dari sekresi orofaring yang membuat
bakteri dapat masuk ke dalam paru. Haemophilus influenzae dan Streptococcus
pneumoniae berkolonisasi di nasofaring atau orofaring sebelum teraspirasi dan
menyebabkan Community Acquired Pneumonia. Istilah “Pneumonia aspirasi” mengacu
secara khusus kepada perkembangan dari bukti infiltrat secara radiografik pada pasien
yang berisiko aspirasi orofaringeal. Kurang lebih sebagian dari orang sehat
mengaspirasi dalam jumah sedikit sekresi dari orofarinegeal selama tidur. Risiko
virulensi bakteri yang rendah pada sekresi faring normal, bekerja sama dengan batuk,
transportasi siliar yang aktif, dan mekanisme imun selular dan humoral, menghasilkan
pembersihan dari materi infeksi tanpa menyebabkan gejala. Jika mekanisme ini,
mekanisme humoral, mekanisme seluler rusak atau jika teraspirasi dalam jumlah yang
banyak, dapat menyebabkan pneumonia. 6
Pasien dengan pneumonia aspirasi biasanya akan dimulai dengan demam dan sputum
yang purulen. Infeksi pada hari ke-8 sampai ke-14 pada kasus ini akan mengakibatkan
nekrosis jaringan dengan pembentukan abses atau perlebaran ruang pleura. 8
Aspirasi pada kasus ini bisa berasal dari sekeresi orofaringeal, terutama saliva yang
berisi bakteri yang berasal dari lidah, gingiva, mukosa bukal, dan faring. Kadang
6
aspirasi gaster yang diikuti dengan bakteri juga bisa mengakibatkan pneumonia
aspirasi. Pada pasien dengan kebersihan oral yang buruk sering menyebabkan infeksi
oleh bakteri anaerob. 8
C. Aspirasi dari Substansi Inert
Pasien bisa teraspirasi material yang tidak toksik untuk paru tetapi dapat menyebabkan
komplikasi oleh obstruksi mekanik akibat mekanisme refleks. 8
Cairan
Cairan tidak akan menghasilkan lesi paru yang khusus, seperti: air, isi gaster yang
ternetralisasi. Aspirasi dalam jumlah besar pada cairan nontoksik akan membuat
sufokasi tiba-tiba melalui mekanisme obstruksi. 8
Partikel Padat
Ini sering terjadi pada anak-anak 1-3 tahun. Objek yang kecil akan menyebabkan
obstruksi parsial. Ketika bronkusutama yang terobstruksi, maka akan terjadi obstruksi
total. 8
7
VII. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Penulusuran awal pneumonia aspirasi dapat dilakukan dengan anamnesis yang detail dari
gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Orang tua ataupun pengasuh anak harus ditanyakan tentang
waktu dari gejalanya, yang berhubungan dengan makanan, perubahan posisi, hipersalivasi,
tersedak, muntah, atau rasa tidak nyaman pada ulu hati (epigastium) pada anak yang lebih
besar, dan gejala batuk malam ataupun wheezing. Batuk ataupun tersedak minimal atau pun
tidak ada pada anak dengan refleks batuk dan tersedak yang menurun. Observasi terhadap
makan anak penting dilakukan apabila diduga adanya aspirasi rekuren yang terjadi pada anak.
Perhatian khusus harus diberikan terhadap reflux nasopharygeal. Kesulitan terhadap
menghisap atau menelan, dan berhubungan dengan batuk dan tersedak. Lakukan pula inspeksi
terhadap kavum oral untuk kelainan yang mencolok atau tampak jelas pada mulut dan
menstimulasi untuk mengeluarkan gag reflex. Hipersalivasi atau akumulasi yang banyak dari
sekresi di mulut kemungkinan sugestif disfagia. Dan pada auskultasi pada paru akan trdapat
wheezing transien atau crackles setelah makan, khususnya tergantung pada segmen paru.
2. Pemeriksaan fisik
Pada aspirasi karena benda asing, pemeriksaan fisik yang dapat mengidentifikasi aspirasi
adalah bervariasi dan tergantung pada lokasi dan derajat lumen obstruksi dari benda asing
tersebut. Anak mungkin akan diam dan merasa nyaman atau menunjukkan tanda-tanda
respiratory distress syndrome yang bervariasi mulai dari takipnea ringan sampai ke stridor berat
dengan retraksi dan sianosis. Penemuan klasik dari aspirasi benda asing terdiri dari suara nafas
menurun pada unilateral sebagai akibat dari kurangnya aliran udara yang masuk ke paru dan
ronki unilateral yang dikarenakan sumbatan parsial pada bronkus. Trias klinis mulai dari
wheezing, batuk, dan berkurangnya atau bahkan tidak ada suara nafas terdapat pada hanya +
40% dari pasien. Meskipun 75 % hanya terdapat satu atau lebih dari temuan fisik tersebut.
Perubahan yang cepat pada saluran pernafasan dapat terjadi akibat terjadinya edema atau
perubahan lokasi dari benda asing. Benda asing pada trakea khususnya dalam hal ini berbahaya,
dengan berubahnya periode antara normal dan obstruksi berat akibat efek ball-valving.
Penemuan pada pemeriksaan fisik akan membantu untuk mengetahui lokasi dari letak aspirasi
benda asing tersebut. Jika terdapat obstruksi yang signifikan ke aliran udara dimana tempat
benda asing berada di laring atau trekea bagian atas maka menghasilkan avonia atau hoarsenes
8
with inspiratory atau bifasik stridor. Wheezing yang memanjang pada fase expirasi adalah
sugestif dari intratorak trakea atau obstrusksi bronkus.
Diagnosis dari pasien ini adalah adanya bukti radiografik. Pada gambaran ditemukan infiltrat
khas bronkopulmoner segmen. Pada pasien yang teraspirasi saat posisiberbaring , bagian yang
terkena adala segmen posterior dari lobus atas dan segmen apeks dari lobus bawah. Pada pasien
yang teraspirasi pada posisi tegak atau setengah berbaring, segmen basal dari lobus bawah yang
biasa terkena.
3. Pemeriksaan penunjang
Selain pengujian hematologi, biokimia darah, dan kultur bakteri, pencitraan dada
radiografi dianggap komponen penting dalam membuat diagnosis pneumonia neonatal.
Pencitraan diagnostik tidak hanya dilakukan pada penilaian awal kondisi neonatus dan untuk
menegakkan diagnosis, tetapi juga untuk memantau perkembangan penyakit dan efek dari
tindakan terapi intervensi. Radiografi thorax konvensional tetap menjadi diagnosis andalan
pada neonatus dengan gejala distress pernapasan. Pada neonatus, radiografi thorax sebagian
besar dilakukan dengan posisi supine dan dalam proyeksi anteroposterior.9
Pada pneumonia didapatkan Perbercakan dengan pola garis di perihilar yang dapat
menyerupai TTN, Perbercakan pada pneumonia akibat S. Pneumonia group B dapat
menyerupai HMD dengan penurunan volume paru. Bayi aterm dengan gambaran HMD harus
dianggap sebagai pneumonia sampai terbukti sebaliknya. Efusi pleura pada 25% kasus.7
9
Neonatal pneumonia.Bercak konsolidasi diseuluruh kedua lapangan paru
Pada kebanyakan kasus pneumonia, perbercakan asimetris dan hiperaerasi dapat terlihat.
10
Perbercakan retikulogranular seperti pada HMD dapat terlihat, terutama pada pneumonia
akibat S.pneumoniae grup B.
11
Penyakit b-hemolytic streptococcal grup B. seorang bayi umur 2 hari, tampak bayangan
infiltrat yang luas pada kedua paru terutama pada paru kiri dan efusi pleura pada paru kiri.
Mediastinum terdiring ke sisi kanan.
Pneumonia aspirasi. Tampak granular kasar dengan aerasi tidak teratur dari aspirasi bahan
yang terkandung dalam cairan ketuban, seperti verniks kaseosa, sel-sel epitel, dan mekonium.
12
Pneumotoraks sisi kiri. Merupakan Komplikasi dari pneumonia neonatal. Perhatikan
ruang lobus atas terdapat bayangan udara pada kedua sisi paru.
Bayi baru lahir segera setelah lahir dengan sianosis dan gangguan pernapasan dan menjalani
operasi untuk penyakit jantung bawaan. Terdapat bayangan udara sebelum operasi, yang
diinterpretasikan sebagai edema paru. Namun, setelah operasi, dengan tindakan aspirasi
bronkial didapatkan Staphylococcus aureus.
13
Pneumonia pada paru kiri lobus atas: Pada hemidiaphragm kiri terlihat
menunjukkan keadaan patologi. Pada foto lateral, didapatkan kekeruhan yang luas pada pada
bagian anterior ke fissure obliq pada atas lobus.
Meskipun pneumonia neonatal tidak memiliki tanda karakteristik yang jelas, Banyak
hasil radiografi thorax yang ditemukan konsisten dengan pneumonia neonatal. Ada beberapa
tanda seperti kekeruhan yang luas pada parenkim paru yang menyerupai tanda “ground-glass
appearance” dari sindrom distress pernapasan . Tanda ini tidak spesifik ditemukan pada proses
hematogen. Aspirasi cairan yang terinfeksi dapat memberikan gambaran serupa.10
Kekeruhan yang merata atau konsolidasi umumnya dianggap sebagai komplikasi
antepartum atau aspirasi intrapartum, terutama ketika bagian perifer dari paru-paru terlibat.
Densitas yang merata di bada bagian basa di kedua paru terutama paru kanan menunjukkan
aspirasi postnatal.10
14
sangat membantu membantu dalam diagnosis pneumonia neonatal. Perubahan radiografi yang
didapat dapat membantu dalam diagnosis pneumonia neonatal, terutama jika informasi ini
berkorelasi dengan gambaran klinis.10
CT scan dapat membantu meninykirkan kemungkinan tumor, kelainan pembuluh
darah, kelainan lobus, dan untuk menetapkan adanya infiltrate.
CT scan axial menggambarkan bayanngan udara ruang yang luas pada kedua paru dan
konsolidasi pada basal paru yang berhubungan dengan air bronchogram yang berasal dari
pneumonia neonatal.6
15
Foto thorax normal anak usia 2 hari11
A B
Aspirasi Meconium. a Tampak corakan kasar, globular, glabulated pada seluruh lapangan
paru. Volume paru meningkat. b hyperexpansion dan corakan kasar diseluruh lapangan paru.
Jantung tampak membesr (meskipun tidak dalam kasus ini)11
16
A B
Transient tachypnea of the newborn. a Bayi baru lahir dengan section tampak bayangan
“strand-like” yang luas pada bagian hilus pada kedua paru. Volume paru meningkat. b
Tampak cairan pada fissure mayor (panah hitam)
A B
17
A B
Hyaline membrane disease. (A) Bayi umur 1 hari, tampak bayangan reticulonodular dengan
prominent air bronchogram. (B) Bayi umur 3 hari, tampak opasifikasi paru dengan kontur
jantung dan diafragma yang menghilang.
IX. PENGOBATAN
Dalam sebuah percobaan acak pada bayi Kenya, pemberian sehari sekali gentamicin
dengan dosis loading 8 mg/kg, pada bayi < 2 kg diberikan 2 mg/kb, sedangkan pada bayi > 2
kg diberikan 4 mg dalam minggu pertama kehidupan. Pemberian 4 mg/kg pada bayi yang berat
< 2 kg atau 6 mg/kg dengan berat > 2 kg dalam minggu kedua tau lebih. Jika bayi tidak berespon
terhadap pemberian antibiok lini pertama, WHO merekomendasikan untuk mengganti
antibiotic dengan generasi ketiga cephalosporin atau kloramfenikol terutama pada bayi yang
tidak premature dan level obat dapat di monitor.2
Prinsip-prinsip umum pengobatan serupa dengan anak, yaitu hidrasi, anti-pyretics dan
ventilasi dukungan jika diperlukan. Pada bayi yang berumur kurang dari 1 bulan jika
penyebabnya bakteri dapat diberikan ampicillin 75-100 mg/kg/hr dan gentamicin 5 mg/kg,
18
untuk umur 1-3 bulan dapat diberikan Cefuroxime 75–150 mg/kg/hr atau co-amoxiclav 40
mg/kg/hari. Sedangkan pada umur lebih dari 3 bulan diberikan Benzylpenicillin atau
erythromycin, jika tidak berespon segera ganti dengan cefuroxime atau amoxicillin.12
Pengobatan pendukung pada pneumonia non bakteri, jika penyebabnya Chlamydia dan
mycoplasma harus diterpi dengan erythromycin 40–50 mg/kg/hari dan diberikan peroral. Jika
pneumonia yang disebabkan oleh pneumocystis carinii dapat diberikan co-trimoxazole 18–27
mg/kg/hr.13
Prioritas awal pada anak dengan pneumonia meliputi identifikasi dan pengobatan
gangguan pernapasan, hipoksemia, dan hiperkarbia. Mendengus, melebar, tachypnea parah,
dan retraksi harus meminta dukungan pernapasan langsung. Anak-anak yang berada dalam
kesulitan pernapasan yang parah harus menjalani intubasi trakea jika mereka tidak mampu
untuk mempertahankan oksigenasi atau mengalami penurunan tingkat kesadaran.14
Amoksisilin digunakan sebagai agen lini pertama untuk anak-anak dengan pneumonia
komunitas tanpa komplikasi, Generasi kedua atau ketiga dari sefalosporin dan antibiotik
macrolide seperti azitromisin merupakan alternatif yang bisa diterima. Pada pasien rawat inap
biasanya diobati generasi sefalosporin intravena, dan seringkali dikombinasikan dengan
macrolide.14
Pneumonia Influenza A yang sangat parah atau bila terjadi pada pasien berisiko tinggi
dapat diobati dengan oseltamivir atau zanamivir. Pneumonia Virus Herpes Simplex diobati
dengan asiklovir parenteral, sedangkan Infeksi jamur invasif, seperti yang disebabkan oleh
Aspergillus atau spesies Zygomycetes, dapat diberikan amfoterisin B atau vorikonazol.14
Amoxicillin dapat digunakan sebagai terapi lini pertama, pada bayi dan anak yang
diduga pneumonia rigan sampai sedang. Pemberian amoxicillin efektif pada bakteri pathogen
invasive streptococcus pneumoniae. Ampicillin or penicillin G dapat juga diberikan pada bayi
dan usia sekolah. Terapi empiris dengan pemberian cephalosporin generasi ketiga seperti
ceftriaxone atau cefotaxime pada bayi dan anak yang dirawat di rumah sakit dengan riwayat
imunisasi yang tidak lengkap.15
X. PERAWATAN SUPPORTIF
Perawatan supportif pada neonatus dengan pneumonia akan memberikan hasil akhir
yang lebih baik dan menurunkan angka kematian. Hal ini termasuk penggunaan oksigen,
deteksi dan pengobatan hipoksemia dan apnea, termoregulasi, deteksi dan pengobatan
19
hipoglikemia, dan meningkatkan penggunaan cairan intravena dan suplemen gizi melalui
nasogastrik. Pemberian ASI yang sering sangat dianjurkan kecuali bila ada kontraindikasi yang
pasti, seperti muntah, intoleransi gastrointestinal atau risiko tinggi aspirasi. Pemberian
intravena yang mengandung garam isotonik dengan dextrose 5-10% yang lebih sedikit
dibanding dosis maintenance merupakan rekomendasi, disebabkan karena ekskresi air cairan
bebas bebas menurun pada bayi dengan infeksi pneumonia akut.2
XI. PENCEGAHAN
20
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Keluhan Utama MRS : wajah dan kuku jari tangan kaki biru + sesak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Praya Pk 17.00 dikeluhkan wajah dan jari tangan
kaki kebiruan sejak siang sebelum MRS. Keadaan ini muncul tiba-tiba yang diawali
dengan bayi sesak nafas.. Sesak napas disertai dengan bunyi ngik. Sesak tidak
dipengaruhi oleh perubahan posisi, cuaca, dan makanan. Bayi terlihat lemas sejak
mengalami sesak tersebut. Bayi juga dikeluhkan kuning pada wajah dan dada sejak 2
hari sebelum MRS.
Pasien juga dikeluhkan demam yang terus-menerus sejak 2 hari sebelum MRS.
Demam tanpa disertai kejang dan menggigil. Selain demam, bayi juga dikeluhkan batuk
tanpa dahak dan pilek . Pilek berupa lendir berwarna putih dan encer.
21
Menurut penuturan ibu pasien, anaknya tidak mencret, buang air besar normal,
frekuensi 1 kali sehari, darah (-). Buang air kecil lancar dan normal, frekuensi 3-4 kali
sehari, warna kuning jernih, darah (-). Bayi keinginan untuk minum ASI menurun
semenjak sakit dan sebelum MRS, ibu mengaku bayi tidak mau menetek.
22
cukup, cahaya dapat menembus ke dalam rumah, dan memasak menggunakan kompor gas.
Tidak ada yang merokok diantara anggota keluarga.
Status Present
ATR : cukup
Tangis : baik
Temperature : 37,4 oC
3. Mata
a. Palpebra kanan dan kiri tampak normal
b. Konjungtiva kanan dan kiri tidak tampak anemis
c. Sklera kanan dan kiri tidak tampak ikterik
d. Pupil kanan dan kiri isokor
e. Refleks pupil kanan dan kiri normal : Refleks cahaya langsung +|+ dan Refleks
cahaya tidak langsung +|+
f. Kornea tampak jernih
23
g. Eksoftalmus (-), enoftalmus (-), strabismus (-)
4. Telinga
a. Bentuk: telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak ditemukan deformitas
b. Sekret: tidak ditemukan adanya sekret pada telinga kanan dan kiri
5. Hidung
a. Bentuk : hidung tampak simetris
b. Pernafasan cuping hidung: tidak ada
c. Tampak sedikit sekret pada lubang hidung kanan dan kiri
6. Tenggorokan
a. Faring : normal, tidak hiperemis
b. Tonsil : normal, tidak ada pembengkakan tonsil (T1)
7. Mulut
a. Bibir: mukosa bibir berwarna kemerahan dan basah, bibir sianosis (-),
stomatitis angularis (-), candidiasis oral (+)
b. Lidah : atrofi papil lidah (-)
8. Leher
Massa (-), Pembesaran KGB superficial leher bagian servikal, mastoideal dan
parotideal (-), pembesaran KGB Supraklavikula.
Thoraks
A. Pulmo
1. Inspeksi: pergerakan dinding dada tampak simetris antara kanan dan kiri, tampak
retraksi subcostal (+), retraksi intercosta (+), retraksi suprasternal (-)
2. Palpasi: pergerakan dinding dada simetris, tidak ada ketertingaalan gerak
3. Perkusi: tidak dievaluasi
4. Auskultasi :Pulmo: suara bronkovesikuler dikedua lapang paru, terdapat rhonki
basah kasar di kedua lapang paru, terdapat wheezing di kedua lapang paru.
B. Cor
a. Inspeksi: Pulsasi iktus kordis tidak tampak
b. Auskultasi Cor : S1 dan S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
1. Inspeksi: perut tidak tampak distensi, tidak tampak adanya masa, tali pusat basah
2. Auskultasi: Bising usus normal
24
3. Perkusi: tidak dievaluasi
4. Palpasi: tidak teraba massa, turgor normal
Kulit
Ikterus (+) kremer III, ruam (-)
Urogenital
Vertebrae
Ekstremitas
Tungkai Atas Tungkai Bawah
Akral hangat + + + +
Edema - - - -
Pucat - - - -
Sianosis - - - -
Kelainan bentuk - - - -
Pembengkakan - - - -
Sendi
RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Praya Pk 17.00 dikeluhkan wajah dan jari tangan kaki
kebiruan sejak siang sebelum MRS. Keadaan ini muncul tiba-tiba yang diawali dengan bayi
sesak nafas.. Sesak napas disertai dengan bunyi ngik. Sesak tidak dipengaruhi oleh perubahan
posisi, cuaca, dan makanan. Bayi terlihat lemas sejak mengalami sesak tersebut. Bayi juga
dikeluhkan kuning pada wajah dan dada sejak 2 hari sebelum MRS.
25
Pasien juga dikeluhkan demam yang terus-menerus sejak 2 hari sebelum MRS. Demam
tanpa disertai kejang dan menggigil. Selain demam, bayi juga dikeluhkan batuk tanpa dahak
dan pilek . Pilek berupa lendir berwarna putih dan encer.
Menurut penuturan ibu pasien, anaknya tidak mencret, buang air besar normal, frekuensi
1 kali sehari, darah (-). Buang air kecil lancar dan normal, frekuensi 3-4 kali sehari, warna
kuning jernih, darah (-). Bayi keinginan untuk minum ASI menurun semenjak sakit dan
sebelum MRS, ibu mengaku bayi tidak mau menetek.
ATR: cukup, tangis: baik, HR : 110 x/menit, isi cukup dan kuat angkat, irama teratur,
pernapasan: 60 x/menit, teratur tipe abdominaltorakal, temperature: 37,4 oC, SPO2: 97%
dengan O2 1 lpm, CRT: < 3 detik, berat badan lahir: 3300kg, berat badan sekarang: 4200 kg,
panjang Badan : 57 cm, lingkar kepala: 34 cm (Normochepali). Pemeriksaan fisik thorak
didapatkan Inspeksi: pergerakan dinding dada tampak simetris antara kanan dan kiri, tampak
retraksi subcostal (+), retraksi intercosta (+), retraksi suprasternal (-), palpasi: pergerakan
dinding dada simetris, tidak ada ketertingaalan gerak, perkusi: tidak dievaluasi, auskultasi
:Pulmo: suara bronkovesikuler dikedua lapang paru, terdapat rhonki basah kasar di kedua
lapang paru, terdapat wheezing di kedua lapang paru.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Darah Lengkap
Parameter 17/04/2015
HGB 15,5 g/dl
RBC 4,69 x 106/uL
HCT 46,8 %
MCV 99,8 fL
MCH 33,0 pg
MCHC 33,1 g/dl
WBC 14,6 x 103/uL
PLT 253 x 103/uL
26
Kimia Klinik
Parameter 23/04/2015
Glukosa 116 mg/dl
Bilirubin Direct 0,69 mg/dl
Bilirubin Total 19,69 mg/dl
27
DIAGNOSIS KERJA
Pneumonia Aspirasi dd efusi pleura
Hiperbilirubinemia
RENCANA AWAL
Planning terapi :
O2 1 lpm (nasal kanul)
IVFD D10% 504cc/hari (20 tpm micro)
Inj. Ampicillin (50 mg/kgBB/pemberian) : 3 x 200 mg
Inj. Amikasin (5 mg/hari) : 1 x 25 mg
Benutrion 42 cc/hari
Sanmol drop 3 x 0,5 cc jika demam
Ambroxol drop 3 x 0,3 cc
Fototerapi
Planning Monitoring
Observasi Keadaan Umum, vital sign, urin output
Planning diagnostik :
Foto thorak evaluasi ap/lat
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
28
DAFTAR PUSTAKA
29