Anda di halaman 1dari 1

ISLAM RISALAH RAHMAT DALAM AL-QURAN

Nama : Abi Yusuf Bahtiar


(Tafsir Q.S. al-Anbiya', 21 : 107) NIM : 16/398869/PN/14840

Ayat dalam Q.S. al-Anbiya', 21 : 107 sebagai berikut:

Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Rahmat (bahasa Arab: rahmah) adalah riqqah taqtadli al-ihsan ila al-marhum, perasaan halus
(kasih) yang mendorong memberikan kebaikan kepada yang dikasihi. Tujuan Allah mengutus nabi
Muhammad membawa agama islam bukan untuk membinasakan orang-orang kafir, melainkan
untuk menciptakan perdamaian. Dan kami tidak mengutus engkau Muhammad melainkan untuk
menjadi rahmat bagi seluruh alam. Perlindungan, kedamaian, dan kasih sayang yang lahir dari
ajaran dan pengamalan islam yang baik dan benar. Ayat tersebut secara jelas menyatakan bahwa
Nabi Muhammad diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, bukan bagi seorang muslim saja. Ini
artinya bahwa Rasulullah saw. adalah pembawa berkah bagi umat Islam, Kristen, Yahudi, Budha,
Hindu, binatang, bahkan kepada benda mati sekalipun.
Rasulullah memerintahkan kita untuk berbuat adil, kepada siapapun, baik kepada muslim
ataupun non muslim. Rasulullah juga melarang kita berhbuat zalim, baik kepada sesame muslim
atau kepada non muslim.. Suatu negara, meski ia adalah Negara kafir, namun ia mampu
menegakkan keadilan, maka Negara tersebut akan tegak. Sebaliknya suatu negara akan hancur,
jika ia tidak dapat menegakkan keadilan, meski ia adalah Negara Islam. Rasulullah saw.
memerintahkan kita untuk menyambung tali silaturrahmi, termasuk kepada orang yang
memutuskan hubungan silaturahmi dengan kita.Islam tidak mengenal kekerasan, pengkafiran
orang lain atau membenci orang lain. Islam memerintahkan kita untuk membenci kemaksiatan,
tapi dilarang membenci pelaku maksiat. Islam memerintahkan kita untuk membenci kekafiran,
namun tidak memerintahkan kita untuk membenci orang kafir. Dalam akulturasi yang terjadi
dalam perjumpaan budaya, di samping melakukan rejeksi, seperti yang banyak dipahami selama
ini, Nabi juga melakukan subtitusi dan adisi untuk memperkaya dan memajukan kebudayaan Islam.
Dalam al-Qur'an ditegaskan bahwa Nabi tldak hanya mengajarkan al-Qur'an, tapi juga
mengajarkan hikmah, kebijaksanaan, kepada umatnya (Q.S. al-Jumu'ah, 62: 2). Sikap budaya
kreatif seperti itu bisa dipastikan termasuk hikmah yang diajarkannya kepada mereka. Hikmah itu
harus dikedepankan dalam akulturasi umat dengan budaya industri modern. Dalam perjumpaan
budaya, supaya dapat sejajar, budaya yang lebih rendah harus mengambil dari budaya yang lebih
tinggi. Dalam perjumpaan itu sekarang ini, budaya umat lebih rendah dari budaya industri-modern.
Karena itu yang harus dilakukan bukanhanyasubtitusidanadisi,tapijugaoriginasi.
Mewujudkan Islam rahmat bagi seluruh alam, pengertian ushul ad-din harus diperluas
sehingga bisa meliputi ajaranajaran di luar soal ketuhanan. Perluasan pengertian itu bisa dilakukan
dengan menggunakan pengertian ashl yang kedua. Ajaran-ajaran yang memenuhi pengertian itu
adalah akhlak atau moralitas. Hal ini karena norma-norma moral merupakan norma yang
kebenarannya ada pada dirinya sendiri dan perbuatan-perbuatan manusia harus berdasarkan
padanya. Memasukkan akhlak sebagai ajaran dasar agama Islam sebenarnya memang merupakan
satu keharusan karena Nabi lebih dari sekedar mengajarkannya demikian, dia pun menegaskan
risalah kenabiannya hanya untuk menyempurnakan budi pekerti yang baik. Akhlak yang
disempurnakan Nabi dalam tugas kenabiannya adalah akhlak untuk mewujudkan Islam rahmat
bagi seluruh alam. Akhlak itu di samping meliputi moralitas pribadi, sudah barangtentu juga
meliputi moralitas bublik yang termasuk di dalamnya moralitas pergaulan, kepedulian dan
peradaban. Banyak moralitas pribadi dan publik yang ditekankan dalam al-Qur'an dan diberi
teladan oleh Nabi

Anda mungkin juga menyukai