Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari
Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah.
Komponen utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan
akhlak) dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuk ajaran
mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.
Dalam upaya memahami ajaran Islam, berbagai aspek yang berkenaan dengan Islam perlu
dikaji secara seksama, sehingga dapat menghasilkan pemahaman Islam yang komprehensif.
Hal ini penting dilakukan, karena kualitas pemahaman ke Islaman seseorang akan
mempengaruhi pola pikir, sikap, dan tindakan ke Islaman yang bersangkutan. Untuk itu
uraian di bawah ini diarahkan untuk mendapatkan pemahaman tentang Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja sumber – sumber ajaran Agama Islam?
2. Apa ciri – ciri dan kelebihan dari Al – Qur’an?
3. Apa fungsi Al – Qur’an?
4. Apa saja isi kandungan yang terdalam Al – Qur’an?
5. Apa fungsi Al – Sunnah?
6. Apa saja bagian – bagian dari Al – Sunnah?
7. Apa hubungan Al – Qur’an dan Al – Sunnah?
8. Apa yang membedakan antara Al – Qur’an dengan Al – Sunnah?
9. Apa itu ijtihad

1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memamparkan dan menjelaskan sumber-sumber ajaran islam
2. Sebagai penambah pengetahuan dan wawasan akan sumber – sumber ajaran Agama
Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber-Sumber Ajaran Islam
A. Pengertian Islam Menurut Al-Quran
Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan rasul
terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam
terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar "selamat"
(Salama).
1. Al-Quran.
Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:
a. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
- “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya
termasuk ibadah”.
b. Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:
- "Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan
ditutup dengan surat An-Nas"
Secara etimologi Alquran berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan, atau qur’anan
yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu). Sedangkan secara
terminologi (syariat), Alquran adalah Kalam Allah ta’ala atau mu’jizat yang diturunkan
kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,yang
ditulis dalam mushaf diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya ibadah,dan diawali
dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Dan menurut para ulama klasik,
Alquran sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman
(wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-
mula di Mekah kemudian di Medinah.
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun,13 tahun sebelum hijrah
hingga 10 tahun setelah hijrah ,dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi
3
Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih
berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah
Nabi Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah.
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat mengaggumkan
bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama
kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang pertama kali turun
tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain
adalah :
• Al-Kitab (Buku)
• Al-Furqan (Pembeda benar salah)
• Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
• Al-Mau'idhah (Pelajaran/nasihat)
• Al-Hukm (Peraturan/hukum)
• Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
• Asy-Syifa' (Obat/penyembuh)

2. Struktur dan pembagian Al-Qur'an


a. Surat, ayat dan ruku'
Al-Qur'an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah (surat) dan 6666 ayat.
Setiap surat akan terdiri atas beberapa ayat, di mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah
surat Al Baqarah dan yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An-Nasr
dan Al-‘Așr. Surat-surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi yang disebut ruku'
yang membahas tema atau topik tertentu.
b. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi atas surat-surat
Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat Madinah). Pembagian ini berdasarkan
tempat dan waktu penurunan surat dan ayat tertentu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah sedangkan setelahnya
tergolong surat Madaniyah.
c. Juz dan manzil
Dalam skema pembagian lain, Al-Qur'an juga terbagi menjadi 30 bagian dengan panjang
sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini untuk memudahkan mereka yang ingin
menuntaskan bacaan Al-Qur'an dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil
4
memecah Al-Qur'an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7 hari (satu
minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan dengan pembagian subyek
bahasan tertentu.
d. Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang-pendeknya, surat-surat yang ada di dalam Al-Qur’an terbagi
menjadi empat bagian, yaitu:
· As Sab’uththiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-
Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah dan Yunus
· Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu'min dan sebagainya
· Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al-Anfaal, Al-Hijr dan
sebagainya
· Al Mufashshal (surat-surat pendek), seperti Adh-Dhuha, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas
dan sebagainya
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan
mukjizat para nabi sebelumnya. Al-Quran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan
menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitab-
kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam” (Q.S. 10:37).
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya...” (Q.S. 35:31).
Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:
• Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
• Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
• Sebagai pemberi kabar gembira
• Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
• Sebagai peringatan
• Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
• Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)

Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-
Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya
panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
5
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang
ayat–ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-orang
yang beriman).
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemaha
Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat-
ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.
4. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain :
a. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini
berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari
kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.
b. Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan
dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di
akhirat kelak.
c. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh
manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
d. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Allah
menghukum mereka dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu
dengan kebun lain yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
e. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang
disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala
(terompet) oleh malaikat Israil. “ Apabila sangkakala pertamaditiupkan, diangkatlah bumi
dan gunung-gunung, la- lu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah
kiamat dan terbelahlah langit...”. (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.

3) Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:


Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya
Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang suci dan
mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan sulit
membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).

6
Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai penolong bagai
pembacanya (HR. Turmuzi).
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin dalam
Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu
Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia dengan
Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan lingkungan
sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut hukum syara/syariat.
Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia dalam
kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini tercermin dalam
konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Akhlaq atau Tasawuf.

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji
2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
• Hukum munakahat (pernikahan).
• Hukum faraid (waris).
• Hukum jinayat (pidana).
• Hukum hudud (hukuman).
• Hukum jual-beli dan perjanjian.
• Hukum tata Negara/kepemerintahan
a. Pengertian Hadist
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau "kebiasaan"
(traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan penetapan/persetujuan serta
kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah persetujuan atau diamnya Nabi
Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat.
Menurut Etimologi hadist adalah jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga berarti
undang-undang yang berlaku.sedangkan Terminologi hadist ialah berita / kabar, segala
perbuatan, perkataan dan takrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw.
7
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda Nabi
Muhammad Saw.
“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak
merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh hati”
(Q.S. 4:65).
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku.” (HR.
Hakim dan Daruquthni).
“Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin
setelahku” (H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran. Sebagai
contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku’ dan
sujud. Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana
shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan “Allahu Akbar” sebagai pembuka
shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.

2 )KEDUDUKAN AS-SUNNAH / HADITS


As-Sunnah adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an.Apabila as-
Sunnah / Hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan
mengalami kesulitan-kesulitan seperti :
1. Melaksanakan Shalat, Ibadah Haji, mengeluarkan Zakat dan lain sebagainya, karena ayat
al-Qur’an dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum, sedangkan yang
menjelaskan secara rinci adalah as-Sunnah / Hadits.
2. Menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an, untuk menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
3. Mengikuti pola hidup Nabi adalah sunnah dalam perintah al-Qur’an.
4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya peraturan-peraturan
yang diterangkan oleh as-Sunnah / Hadits yang tidak ada dalam al-Qur’an seperti kebolehan
memakan bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam al-Qur’an menyatakan bahwa bangkai
itu haram.

Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran Islam, yakni
sebagai berikut :
8
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam Al-
Quran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan oleh
Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintah- kan manusia
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya raka’at, cara rukun
dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan jumlah raka’at
setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan perkawinan
di surat An-Nisa (4) : 23. Namun, kalau dilihat hikmah larangan itu jelas bahwa larangan
tersebut mencegah rusak atau putusnya hubungan silaturrahim antara dua kerabat dekat yang
tidak disukai oleh agama Islam.

3 ) HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR’AN


1. Sebagai Bayan ( menerangkan ayat-ayat yang sangat umum).
2. Sebagai Taqrir ( memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Qur’an ).
3. Sebagai Bayan Tawdih ( menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ).

4 ) PERBEDAAN AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH / HADITS SEBAGAI SUMBER


HUKUM.
Sekalipun al-Qur’an dan as-Sunnah sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun
diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil, antara lain sebagai
berikut :
1. Al-Qur’an bersifat Qath’i ( mutlak ) kebenarannya,sedangkan As-Sunnah bersifat Dzhanni
( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.
2. Seluruh ayat al-Qur’an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup,sedangkan Tidak seluruh
Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits Shahih, ada pula Hadits
yang Dhaif .
3. Al-Qur’an sudah pasti autentik lafadz dan maknanya,sebaliknya As-Sunnah belum tentu
autentik lafadz dan maknanya.
4. Apabila al-Qur’an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib,
maka setiap muslim wajib mengimaninya,sedangkan Apabila as-Sunnah berbicara tentang

9
masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan
mengimaninya seperti halnya mengimani al-Qur’an.
5. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka :
Penerimaan seorang muslim terhadap al-Qur’an hendaknya didasarkan pada
keyakinan yang kuat, sedangkan;
Penerimaan seorang muslim terhadap as-Sunnah harus didasarkan atas keragu-raguan
( dugaan-dugaan ) yang kuat. Hal ini bukan berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu
apakah Hadits itu benar-benar berasal dari Nabi atau tidak karena adanya proses
sejarah kodifikasi hadits yang tidak cukup memberikan jaminan keyakinan
sebagaimana jaminan keyakinan ter Macam-macam As-Sunnah:

5 ) Ditinjau dari bentuknya


1. Sunnah qauliyah, yaitu semua perkataan Rasulullah
2. Sunnah fi’liyah, yaitu semua perbuatan Rasulullah
3. Sunnah taqririyah, yaitu penetapan dan pengakuan Rasulullah terhadap pernyataan
ataupun perbuatan orang lain
4. Sunnah hammiyah, yaitu sesuatu yang telah direncanakan akan dikerjakan tapi tidak
sampai dikerjakan
A .Ditinjau dari segi jumlah orang-orang yang menyampaikannya

1,Hadits Mutawatir
a. Pengertian Hadits Mutawatir
Secara etimologi, kata mutawatir berarti : Mutatabi’ (beriringan tanpa jarak). Dalam
terminologi ilmu hadits, ia merupakan haidts yang diriwayatkan oleh orang banyak, dan
berdasarkan logika atau kebiasaan, mustahil mereka akan sepakat untuk berdusta.
Periwayatan seperti itu terus menerus berlangsung, semenjak thabaqat yang pertama sampai
thabaqat yang terakhir.
Macam-macam hadis mutawatir Hadits mutawatir ada tiga macam, yaitu :
1) Hadits mutawatir Lafzhi, yaitu hadits yang diriwayatkan dengan lafaz dan makna yang
sama, serta kandungan hukum yang sama.
contoh : Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang ini sengaja berdusta atas namaku,
maka hendaklah dia siap-siap menduduki tempatnya di atas api neraka. Menurut Al-Bazzar,
hadits ini diriwayatkan oleh 40 orang sahabat. Al-Nawawi menyatakan bahwa hadits ini
diriwayatkan oleh 200 orang sahabat.
10
2) Hadits Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits mutawatir yang berasal dari berbagai hadits yang
diriwayatkan dengan lafaz yang berbeda-beda, tetapi jika disimpulkan, mempunyai makna
yang sama tetapi lafaznya tidak. Contoh hadits yang meriwayatkan bahwa Nabu Muhammad
SAW mengangkat tangannya ketika berdo’a. Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa Nabi
Muhammad SAW, tidak pernah mengangkat kedua tangannya dalam berdo’a hingga nampak
putih kedua ketiaknya kecuali saat melakukan do’a dalam sholat istisqo’ (HR. Bukhori dan
Muslim)
3) Hadits Mutawatir ‘Amali, yakni amalan agama (ibadah) yang dikerjakan oleh Nabi
Muhammad SAW, kemudian diikuti oleh para sahabat, kemudian diikuti lagi oleh Tabi’in,
dan seterusnya, diikuti oleh generasi sampai sekarang.
Contoh, hadits-hadits nabi tentang shalat dan jumlah rakaatnya, shalat id, shalat jenazah dan
sebagainya. Segala amal ibadah yang sudah menjadi ijma’ di kalangan ulama dikategorikan
sebagai hadits mutawatir ‘amali.

2. Hadits Ahad
a. Pengertian Hadits Ahad
Al Ahad jama’ dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan demikian
khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang. Sedangkan ahad secara
istilah, banyak didefinisikan para ulama, antara lain: “Khabar yang tiada sampai jumlah
banyak pemberitanya kepada jumlah khabar mutawatir, baik pengkhabar itu seorang, dua,
tiga, empat, lima dan seterusnya dari bilangan-bilangan yang tiada memberi pengertian
bahwa khabar itu dengan bilangan tersebut masuk ke dalam khabar mutawatir”.
Melihat dari beberapa definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadits ahad
adalah sebagai berikut:
1) Hadits yang diriwayatkan oleh beberapa rawi, akan tetapi tidak mencapai derajat
mutawatir
2) Perawi-perawi tersebut dalam jumlah mengalami variasi dalam setiap thabaqah
(tingkatan)
3) Perawi-perawi dalam hadits ahad tidak berdasarkan jumlah, akan tetapi lebih tertuju pada
kredibilitas perawi.

3) Hadits Masyhur
Masyhur menurut bahasa ialah al-intisyar wa az-zuyu’ (sesuatu yang sudah tersebar dan
populer). Atau Masyhur ialah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi
11
belum mencapai derajat mutawatir. Menurut ulama ushul: “Hadis yang diriwayatkan dari
sahabat, tetapi bilangannya tidak sampai ukuran bilang mutawatir, kemudian baru mutawatir
setelah sahabat dan demikian pula setelah mereka”.

4 ) Hadits Shahih
Hadist shahih Yakni tingkatan tertinggi penerimaan pada suatu hadits. Hadits shahih
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Sanadnya bersambung
b. Diriwayatkan oleh penutur/perawi yg adil
c. memiliki sifat istiqomah, berakhlak baik, tidak fasik, terjaga muruah(kehormatan)-nya
d. dan kuat ingatannya
e. Haditsnya musnad, maksudnya hadits tersebut disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW,Matannya tidak mengandung kejanggalan/bertentangan (syadz) serta tidak ada sebab
tersembunyi atau tidak.
5 ) Hadits Hasan
Bila hadits yang tersebut sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rawi yg adil namun
tidak sempurna ingatannya, serta matannya tidak syadz serta cacat.
6 ) Hadits Dhaif (Lemah)
Hadist dhaif Ialah hadits yang sanadnya tidak bersambung dan diriwayatkan oleh orang
yang tidak adil atau tidak kuat ingatannya, mengandung kejanggalan atau cacat.
7 ) Hadits Maudu’
Bila hadits dicurigai palsu atau buatan karena dalam sanadnya dijumpai penutur yang
memiliki kemungkinan berdusta.Hadits Mardud menurut bahasa berarti yang ditolak, yang
tidak diterima. Sedangkan menurut urf Muhaditsin, Hadits Mardud ialah hadits yang tidak
menunjuki keterangan yang kuat akan adanya,tetapi adanya dengan ketidakadaannya
bersamaan. Maka, Jumhur Ulama mewajibkan untuk menerima hadits – hadits maqbul, dan
sebaliknya setiap hadits yang mardud tidak boleh diterima dan tidak boleh diamalkan (harus
ditolak).

3. Ijtihad
A. Pengertian ijtihad
Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang berarti mencurahkan tenaga dan pikiran atau
bekerja semaksimal mungkin. Sedangkan ijtihad sendiri berarti mencurahkan segala

12
kemampuan berfikir untuk mengeluarkan hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran
dan hadist.
Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah Alquran dan hadist. Ijtihad
dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak terdapat di dalam Alquran
maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan menggunakan akal pikiran dengan tetap
mengacu pada Alquran dan hadist.orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.

Syarat –syarat orang yang ijtihad sebagai berikut:


• Memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam,
• Memiliki pemahaman mendalam tentang bahas Arab, ilmu tafsir, usul fiqh, dan tarikh
(sejarah),
• Mengenal cara meng-istinbat-kan (perumusan) hukum dan melakukan qiyas,
• Memiliki akhlaqul qarimah.

B. Macam-macam ijtidah yang dikenal dalam syariat islam, yaitu


1. ijma
Ijma menurut bahasa artinya sepakat, setuju, atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah adalah kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah beliau
wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah. Hasil dari
Ijma’ adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang berwenang
untuk diikuti seluruh umat.

Contoh Ijma’:
Menjadikan sunnah sebagai salah satu sumber hukum Islam.
Pengumpulan dan pembukuan Al-qur’an sejak pemerintahan Abu Bakar tetapi idenya berasal
dari Umar bin Khatab
Penetapan awal ramadhan dan syawal berdasarkan ru’yatul hilal.

2. Qiyas
Qiyas yaitu berarti mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya. Dengan
kata lain Qiyas dapat diartikan pula sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara
dengan perkara lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.

13
Contoh Qiyas :
Setiap minuman yang memabukan contohnya mensen, sabu-sabu dan lain-lain disamakan
dengan khamar, ilatnya sama-sama memabukan.
Harta anak wajib dikeluarkan zakat disamakan dengan harta dewasa. Menurut syafei karena
sama-sama dapat tumbuh dan berkembang, dan dapat menolong fakir miskin.
Mengatakan pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’, atau ‘hus’
kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau menghina, apalagi
sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua

3. Istihsan
Istihsan yaitu suatu proses perpindahan dari suatu Qiyas kepada Qiyas lainnya yang
lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan atau dapat diartikan pula menetapkan hukum suatu perkara yang menurut
logika dapat dibenarkan.
Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual beli yang barangnya belum
ada saat terjadi akad. Akan tetapi menurut Istihsan, syarak memberikan rukhsah (kemudahan
atau keringanan) bahwa jual beli diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal,
sedangkan barangnya dikirim kemudian.

4. Mushalat Murshalah
Mushalat murshalah menurut bahasa berarti kesejahteraan umum. Adapun menurut
istilah adalah perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia. Contohnya,
dalam Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk membukukan
ayat-ayat Al Quran. Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam demi kemaslahatan umat.

5. Sududz Dzariah
Sududz dzariah menurut bahasa menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah
tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan
umat.
Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya seteguk,
padahal minum seteguk tidak memabukan. Larangan seperti ini untuk menjaga agar jangan
sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan menjadi kebiasaan.
14
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
Contohnya: seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat
seperti ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.

7. Urf
Urf yaitu berupa perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.
Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan uang sebagai
pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan ijab kabul karena harga
telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.

15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.
Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan sekunder. Sumber
ajaran agama islam primer terdiri dari al-qur’an dan as-sunnah (hadist), sedangkan sumber
ajaran agama islam sekunder adalah ijtihad.
Kemudian, mengenai sumber-sumber hukum Islam dapat kita simpulkan bahwa segala
sesuatu yang berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan lain sebagainya itu berlandaskan Al-
qur’an yang merupakan Firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad secara
mutawatir dan diturunkan melalui malaikat Jibril dan membacanya di nilai sebagai Ibadah,
dan Al-Sunnah sebagai sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk
memperjelas isi kandungan Al-qur’an dan lain sebagainya.

16
DAFTAR PUSTAKA

http://ini-makalahku.blogspot.co.id/2016/09/makalah-sumber-sumber-ajaran-islam.html

17

Anda mungkin juga menyukai