Anda di halaman 1dari 149

1

UPAYA PENGEMBANGAN MUTU MADRASAH DENGAN


MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (Studi Deskriptif di Madrasah
Aliyah Negeri 3 Malang)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk
Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

diajukan oleh:
Muhammad Zainal Muttaqin
NIM. 06110106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
MAULANA MALIK IBRAHIM

Juli, 2010

1
2

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENGEMBANGAN MUTU MADRASAH DENGAN


MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (STUDI DESKRIPTIF DI MAN 3
MALANG)

SKRIPSI

Oleh :
Muhammad Zainal Muttaqin
06110106

Telah disetujui
Pada Tanggal 21Juli 2010
Oleh :

Dosen Pembimbing

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.


NIP. 1920715 200112 2001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.Ag.


NIP. 19651205 199403 1 003

2
3

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA PENGEMBANGAN MUTU MADRASAH DENGAN


MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT (STUDI DESKRIPTIF DI
MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 MALANG)

SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Muhammad Zainal Muttaqin (06110106)
telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
31 Juli 2010 dengan nilai .......
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
pada tanggal 31 Juli 2010

Panitia Ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang
Drs. H. Muhammad Asrori M.Ag :_____________________________
NIP.1969 1020 200003 1001

Pembimbing,
Hj. Rahmawati Baharudin, MA. :_____________________________
NIP. 1920715 200112 2001

Penguji Utama
Imron Rossidy, M.Th., M.Ed :_____________________________
NIP. 1965 1112 200003 1001

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang

Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001

3
4

MOTTO

‫ﺍﺪﻉ ﺍﻠﻰ ﺴﺒﻴﻝ ﺮﺒﻙ ﺒﺎﻠﺤﮑﻤﺔ ﻮﺍﻠﻤﻮﻋﻈﺔ ﺍﻠﺤﺳﻨﺔ‬


‫ﻮﺠﺎ ﺪ ﻠﻬﻡ ﺒﺎﻠﺘﻰ ﻫﻲ ﺍﺤﺴﻥ‬
“Ajarkanlah kepada jalan Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan
mengajarkan yang baik, dan berdiskusilah dengan mereka secara lebih baik”.
(Al-Qur’an Terjemah Q.S. An Nahl: 125)

Dengan Iman Hidup Terarah


Dengan Ilmu Hidup Menjadi Mudah
Dengan Cinta Hidup Bahagia
Dengan Seni Hidup Terasa Indah

Orang Selalu Menyalahkan Keadaan


Aku tak Percaya Akan Keadaan
Orang Yang Berhasil di Dunia
Adalah Orang Yang Bangkit
Dan Mencari Keadaan Yang Mereka Inginkan,
Dan Kalau Mereka Tak
Menemukannya,
Mereka Akan Menciptakannya

By. George Bernard Shaw

4
5

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk beliau- beliau yang telah memberikan
ilmu kepada saya selama belajar dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
khususnya dalam penyelesaian skripsi ini.

Ayahanda tercinta (Hartoyo) dan ibunda tercinta (Rochmawati)


Yang telah mendidik dengan kasih sayang yang tak terhingga, dan yang
telah memberikan dukungan moril, materil dan juga spirituil mulai saya ada
dalam kandungan sampai menyelesaikan pendidikan di jenjang perguruan
tinggi. Tak lupa skripsi ini juga saya persembahkan kepada Owner my heart
Agustina Anggreini yang tidak pernah lelah selalu memberikan motivasi,
kasih sayang dan cinta yang tulus kepada penulis. Dan juga tak lupa kakak-
kakak saya tercinta M. Mukhlis Prasojo, beserta istri dan putra pertamanya
(Iffah Ilmiah dan M. Jazmi Syafiq) juga Saputro S.W beserta istri dan putri
Pertamanya (Qurrotu A’yunin dan Tsuroya Salsabila), yang telah
mendorong dan memberi semangat kepada penulis.

Guru- Guruku yang mengajar mulai dari buaian sampai sekarang yang
dengan ikhlas mengajar kami dengan penuh kesabaran dan memberikan
teladan yang baik bagi kami. serta Dosen-Dosen UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang terutama Dosen pembimbing Hj. Rahmawati Bahrudin,
M.Ag. yang telah meluangkan waktunya di tengah-tengah kesibukan beliau
untuk membimbing dalam penulisan skripsi ini

Sahabat- sahabatku sejurusan PAI, kalian adalah sahabat yang telah


memberikan ilmu dan juga pengalaman baru bagi saya. Semoga bermanfaat
sampai kapanpun.

Bagi Seluruh pencari dan pecinta ilmu, yang tak pernah lelah dalam
belajar dan mengkaji. Semoga Allah mengangkat derajat kita dengan ilmu
yang kita miliki.
AMIN

5
6

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Muhammad Zainal Muttaqin Malang, 21 Juli 2010


Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang

Assalamu`alaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Muhammad Zainal Muttaqin
NIM : 06110106
Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul Skripsi : Upaya Pengembangan Mutu Madrasah Dengan
Menggunakan Analisis SWOT (Studi DEskriptif
di MAN 3 Malang)

Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah


layak diajukan untuk diujikan.

Demikian, mohon dimaklumi adanya.


Wassalamu`alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Hj. Rahmawati Baharudin, MA.


NIP. 1920715 200112 2001

6
7

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.

Malang, 21 Juli 2010

Muhammad Zainal Muttaqin

7
8

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir

akademik yang berjudul “ Upaya Pengembangan Mutu Madrasah Menggunakan

Analisis SWOT (Studi Deskriptif di MAN 3 Malang)”.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Nabi

Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau yang telah

membawa petunjuk kebenaran kepada seluruh umat manusia, yaitu agama islam.

Semoga kita mendapat syafaat beliau diakhirat nanti.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis dapat menyelesaikan penulisan

karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini

tidak lepas dari bantuan berbagi pihak yang telah membantu secara langsung

maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis inginmengucapkan terima kasih

yang tidak terhingga pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan karya

ilmiah ini. Rasa terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta yang telah banyak memberikan motivasi

baik berupa materi dan moril dengan penuh keikhlasan dan kasih

sayang. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan ketulusan

beliau berdua.

2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor UIN Maulana

Malik Ibrahim Malang.

8
9

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA. selaku dekan Fakultas Tarbiyah

UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Ag. selaku ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

5. Hj. Rahmawati Baharudin, MA. selaku guru pembimbing yang

dengan banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis

menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.

6. Teman-teman penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

disini, terima kasih atas bantuannya.

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia dan nikmat-Nya pada kita

semua. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini tidak sempurna dan

punya bayak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan mengharapkan

kritikan membangun dari semua pihak sehingga karya ilmiah ini dapat lebih

sempurna.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis sendiri khususnya.

Malang, 21 Juli 2010

Penulis

9
10

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 : Diagram Analisis SWOT ............................................ 44

Diagram 2 : DIAGRAM MATRIK SWOT .................................... 46

Diagram 3 : Diagram Matrix SWOT .............................................. 57

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tabel Tentang Jumlah Ruangan MAN 3 MALANG….. 75

Tabel 2 : Tabel Perlengkapan Madrasah MAN 3 MALANG……. 77

Tabel 3 : Tabel Jumlah Buku MAN 3 Malang…………………… 79

Tabel 4 : Tabel Rata-Rata Penggunaan Laboratorium Tiap

Minggu ……………………………………………………. 82

Tabel 5 : Tabel Jumlah Pegawai MAN 3 MALANG ……………. 84

Tabel 6 : Tabel Jumlah Siswa-Siswi MAN 3 MALANG………… 87

Tabel 7 : Tabel Program Rencana Kerja Madrasah Jangka

Pendek (1Tahun) ………………………………………... 115

10
11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................. v
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING........................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................ vii
KATA PENGANTAR ............................................................................. viii
DAFTAR TABEL DAN DAFTAR DIAGRAM ................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................ xi
ABSTRAK ............................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................. 1


A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................... 7
F. Penegasan Istilah ............................................................. 8
G. Sistematika Pembahasan ................................................. 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ............................................................ 11


A. Konsep Dasar Madrasah................................................... 11
B. Mutu Pendidikan/madrasah .............................................. 15
1. Pengertian Mutu Pendidikan..................................... 15
2. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan ........... 18
3. Ciri-ciri Mutu Pendidikan .......................................... 22
4. Penjaminan Mutu Pendidikan .................................... 25
C. Pengembangan Mutu Madrasah ....................................... 26

11
12

D. Konsep Dasar Analisis SWOT ......................................... 38


1. Pengertian Analisis SWOT ........................................ 38
2. Cara Menggunakan Analisis SWOT .......................... 41

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 46


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................... 47
B. Kehadiran Peneliti ............................................................ 48
C. Sumber Data ..................................................................... 48
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................ 49
E. Teknik Analisis Data ........................................................ 52
F. Pengecekan Keabsahan Temuan ...................................... 54
G. Tahap-tahap Penelitian ..................................................... 57

BAB IV : PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN............................ 58


A. Latar Belakang Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang......... 58
1. Sejarah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang .. 58
2. Karakteristik Umum Madrasah Aliyah Negeri 3
Malang ....................................................................... 62
3. Mandat, Nilai keunggulan, Visi, Misi, dan
Tujaun Man 3 Malang ................................................ 67
4. Struktur Organisasi MAN 3 Malang .......................... 69
5. Kurikulum MAN 3 Malang ........................................ 70
6. Kondisi Sarana dan Prasarana MAN 3 Malang.......... 71
7. Kondisi Guru dan Pegawai MAN 3 Malang .............. 82
8. Kondisi Siswa MAN 3 Malang .................................. 84
B. Penyajian Data dan Hasil Analisis Penelitian .................. 86
1. Upaya Pengembangan Mutu Madrasah Menggunakan
Analisis SWOT di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang.. 86
2. Upaya Follow Up Yang di Lakukan Madrasah
Aliyah Negeri 3 Malang Dari Hasil Implementasi
Analisis SWOT Dalam Upaya Pengembangan

12
13

Mutu Madrasah .......................................................... 109

BAB V : PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN........................... 120

BAB VI : PENUTUP…………………………………………………... 129


A. Kesimpulan....................................................................... 129
B. Saran ................................................................................. 130

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 131


LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................... 134

13
14

ABSTRAK

Muttaqin, Muhammad Zainal. 2010. Upaya Pengembangan Mutu Madrasah


Menggunakan Analisis SWOT, Studi Deskriptif di MAN 3 Malang.
Skripsi, jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dosen Pembimbing Hj. Rahmawati Baharudin MA.

Kata Kunci : Pengembangan Mutu Madrasah, analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu proses identifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Oppotunities), namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats). Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam
pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Apabila dalam perspektif
pendidikan analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam upaya
pengembangan mutu lembaga pendidikan, dengan menggunakan analisis SWOT
suatu lembaga pendidikan dapat mengkaji faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja lembaga pendidikan tersebut. Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat
dibagi kedalam dua kelompok, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam
madrasah dan faktor eksternal yang berasal dari luar madrasah. Fakta yang ada di
lapangan menunjukkan bahwa MAN 3 Malang dalam melihat hal-hal yang
menjadi kondisi internal didasarkan kepada delapan standar nasional pendidikan,
sedangkan kondisi eksternal didasarkan pada kondisi yang ada diluar lembaga
yang berupa peluang dan ancaman. Dengan melakukan analisis SWOT MAN 3
Malang telah menunjukkan sksistensinya sebagai salah satu Madrasah Aliyah
terkemuka dan berprestasi di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya
prestasi akademik dan non akademik. Mencermati fenomena tersebut, maka fokus
penelitian ini diarahkan pada masalah bagaimanakah upaya pengembangan mutu
madrasah menggunakan analisis SWOT, dengan subfokus: (1) bagaimana upaya
pengembangan mutu madrasah menggunakan analisis SWOT yang dilakukan
MAN 3 Malang? (2) bagaimana proses follow up yang dilakukan MAN 3 Malang
dari hasil implementasi analisis SWOT dalam upaya pengembangan mutu
madrasah? subfokus tersebut ditujukan untuk 1. Mendeskripsikan upaya
pengembangan mutu madrasah menggunakan analisis SWOT yang dilakukan
MAN 3 Malang. 2. Mendeskripsikan proses follow up yang dilakukan oleh MAN
3 Malang dari hasil implementasi analisis SWOT dalam upaya pengembangan
mutu Madrasah.

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif. Untuk memperoleh data yang


berkaitan dengan permasalahan diatas dalam skripsi ini penulis menggunakan
metode interview, observasi, dan dokumentasi. Adapun sumber data penelitian ini
terdiri dari primer dan skunder. Data primer berupa hasil dari wawancara dengan
subjek penelitianyang berkaitan dan berhubungan langsung dengan focus

14
15

penelitian, data ini diperoleh dari kepala madrasah, beserta para waka dan para
guru dan beberapa tenaga kependidikan yang ada, sedangkan data sekunder
berupa data yang diperoleh oleh penulis yang tidak berkaitan langsung dengan
focus penelitian tetapi hanya sebagai penguat dan pelengkap data primer.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pengembangan mutu madrasah
MAN 3 Malang mengawali dengan melakukan evaluasi diri dengan menggunakan
analisis SWOT untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang kemudian digunakan sebagai dasardalam perumusan isu-isu strategis. Dalam
melakukan analisis SWOT MAN 3 Malang mengacu pada delapan standar
pendidikan.
Langka selanjutnya setelah melakukan evaluasi diri MAN 3 Malang mengadakan
proses follow up, hal tersebut dilakukan untuk menindak lanjuti temuan-temuan
dari hasil analisis tersebut. Hasil dari proses follow up tersebut akan menjadi
suatu Rencana Kerja Madrasah yang hanya berlaku setahun sekali.

15
16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Undang-undang dasar 1945 yang secara historis disebut sebagai

Indonesian Declaration of Independence, dalam pembukaannya secara jelas

mengungkapkan alasan didirikannya Negara untuk : (1) mempertahankan

bangsa dan tanah air, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3)

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (4) ikut serta dalam mewujudkan

perdamaian dunia yang abadi dan berkeadilan.

Konsep pencerdasan kehidupan bangsa berlaku untuk semua

komponen bangsa. Oleh karena itu, Undang-undang Dasar 1945 pada pasal 31

ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan

pendidikan, dan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan

menyelengarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia.

Madrasah diyakini menjadi lembaga pendidikan yang mampu

mengantarkan peserta didik pada ranah yang lebih komprehensif, meliputi

aspek-aspek intelektual, moral, spiritual dan ketrampilan secara padu.

Madrasah diyakini mampu mengintegrasikan kematangan religius dan

keahlian ilmu modern kepada peserta didik sekaligus.

Kehadiran madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam setidak-

tidaknya mempunyai empat latar belakang, yaitu: (1) Sebagai manifestasi dan

16
17

realisasi pembaharuan sistem pendidikan Islam. (2) Usaha penyempurnaan

terhadap sistem pesantren kearah suatu sistem pendidikan yang lebih

memungkinkan lulusannya untuk memperoleh kesempatan yang sama dengan

sekolah umum, misalnya masalah kesamaan kesempatan kerja dan perolehan

ijazah.(3) Adanya sikap mental pada sementara golongan umat Islam,

khususnya santri yang terpukau pada barat sebagai sistem pendidikan mereka.

(4) Sebagai upaya untuk menjembatani antara sistem pendidikan tradisional

yang dilakukan oleh pesantren dan sistem pendidikan modern dari hasil

akulturasi1.

Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di

Indonesia, madrasah selain telah berhasil membina dan mengembangakan

kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa

kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia. Disamping itu, madrasah juga

sangat berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Namun demikian, performa madrasah sampai pada saat ini masih

sangat rendah. Akan tetapi tidak semua madrasah kondisi dan prestasinya

kurang baik. Ada madrasah yang performa dan prestasinya jauh lebih unggul

di banding sekolah umum pada umumnya. Hanya saja, jumlah madrasah yang

tergolong maju seperti itu masih sangat sedikit, sehingga menimbulkan kesan

stigmatik, jika menyebut madrasah, maka yang tergambar adalah sekolah yang

kurang maju.

1
Abdul Mujib dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008), hlm 241.

17
18

Sampai saat ini jumlah madrasah di Indonesia cukup signifikan, yaitu

sebanyak 72.650 buah, tetapi dari sekian ribu madrasah tersebut sebagian

besar kondisinya masih cukup memprihatinkan. Sebab itu menjadi tanggung

jawab bersama untuk melakukan inovasi dan pengembangan lembaga

madrasah ini karena keberadaanya sebagai sub sistem pendidikan nasional

mempunyai peran yang sama dengan lembaga pendidikan lain, yakni berusaha

meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Menurut H.A.R. Tilaar, perlu

diupayakan reposisi pendidikan madrasah agar sesuai dengan paradigma baru

tuntutan dan harapan masyarakat dan pembangunan bangsa. 2

Usaha peningkatan mutu pendidikan madrasah telah banyak dilakukan

tetapi hasilnya belum begitu menggembirakan. Pengembangan mutu

pendidikan madrasah harus dilakukan oleh segenap warga madrasah, termasuk

komite madrasah. Kelihatannya penjaminan mutu sifatnya sangat muluk dan

susah terjangkau. Akan tetapi hal itu sebenarnya sederhana, apabila setiap

warga madrasah sudah memahami standar nasional pendidikan, dengan

memahami hal itu maka akan diketahui arah kemana penjaminan mutu

dilakukan. Berbagai studi dan pengamatan langsung dilapangan menunjukkan

beberapa faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan mutu

pendidikan madrasah tidak mengalami peningkatan secara merata.

Kaitannya dengan problem internal kelembagaan, bahwa problem

internal madrasah yang selama ini dirasakan, seperti dikatakan A. Malik

Fadjar dalam buku karangan Marno, meliputi seluruh sistem

2
Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: PT
Refika Aditama, 2008), hlm 71-72.

18
19

kependidikannya, terutama sistem manajemen dan etos kerja madrasah,

kualitas dan kuantitas guru, kurikulum, dan sarana fisik dan fasilitasnya.

Problem semacam itu, seperti yang dipaparkan Imam Suprayogo, karena

posisi madrasah berada dalam lingkaran setan, sebuah problem yang bersifat

causal relationship; dari program dana yang kurang memadai, fasilitas

kurang, pendidikan apa adanya, kualitas rendah, semangat mundur, inovasi

rendah, dan peminat kurang, demikian seterusnya bagai lingkaran setan.3

Strategi pengembangan pendidikan madrasah perlu dirancang agar

mampu menjangkau alternatif jangka panjang, mampu menghasilkan

perubahan yang signifikan, ke arah pencapaian visi dan misi lembaga,

sehingga akan memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif.

Teori pengembangan mengatakan bahwa berkembang bukanlah mulai

dari NOL, akan tetapi selalu ada modalnya. Itulah sebabnya sebelum

menentukan langkah pengembangan diperlukan sebuah kegiatan penting,

yaitu penilaian terhadap keadaan awal dari hal yang akan dikembangkan.

Menurut Fakry dalam awal proses, sebelum melakukan perencanaan seorang

perencana perlu mempunyai gambaran tentang faktor-faktor yang

berpengaruh dan harus dipertimbangkan, agar tidak menjumpai hambatan

dalam implementasinya.

Fakry Gaffar juga mengemukakan tentang karakteristik


perencanaan pendidikan, yaitu : (1) Tidak dimulai dari NOL. (2)
Memperhatikan faktor-faktor kritis keberhasilan. (3) Belajar dari
kegagalan masa lampau. (4) Mengevaluasi diri melalui dengan
identifikasikan SWOT. (5) Mengubah W (Weaknesses) menjadi S
(Strength) dan T (Threat) menjadi O (Opportunity), ketika sudah selesai

3
Ibid., hlm 143.

19
20

melakukan SWOT dan akan mulai menentukan strategi perencanaan. (6)


Melibatkan semua pihak terkait. (7) Memperhatikan komitmen dan
koordinasi pihak-pihak terkait. (8) Mempertimbangkan efektivitas dan
efisiensi, realistis, legalitas, dan praktis. (9) Mengujicobakan kelayakan
(jika mungkin)4.
Analisis SWOT adalah suatu proses mengidentifikasi berbagai faktor

secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strengths) dan

peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelamahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Dengan menggunakan analisis tersebut pengembangan suatu lembaga

madrasah dapat berjalan sesuai dengan kondisi yang terdapat di dalam suatu

lembaga madrasah tersebut, karena analisis SWOT melihat kepada faktor

internal dan faktor eksternal. Dengan menganalisis dan mengevaluasi

berbagai faktor internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi suatu

kinerja madrasah, diharapkan madrasah dapat mengetahui kapasitas

kemampuannya saat ini dan menentukan strategi untuk meningkatkan

kinerjanya di masa yang akan datang. Dalam sistem pendidikan dasar dan

menengah, acuan untuk melihat hal-hal yang menjadi kondisi internal

didasarkan pada delapan (8) standar nasional pendidikan yang sekaligus

merupakan acuan dalam melakukan evaluasi diri. Sedangkan kondisi

eksternal didasarkan pada kondisi yang ada diluar lembaga yang berupa

peluang dan tantangan, termasuk tuntutan pemangku kepentingan

(stackholder) yang terkait dengan pendidikan dasar dan menengah.

4
Quality Assurance, Pada Madrasah (Modul Pelatihan). Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2009.
Hlm. 49-50.

20
21

Dalam penelitian ini, peneliti menjadikan Madrasah Aliyah Negeri 3

Malang sebagai objek kajian. MAN 3 Malang adalah salah satu dari

Madrasah yang terdapat di wilayah Malang yang keberadaanya sangat

diminati oleh masyarakat karena merupakan salah satu lembaga pendidikan

yang tergolong berkualitas. Pemilihan MAN 3 Malang sebagai objek

penelitian karena MAN 3 Malang merupakan madrasah unggulan dan terpadu

yang dalam proses pengembangannya telah menggunakan analisis SWOT.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah antara lain sebagai berikut:

1. Bagaimana upaya MAN 3 Malang dalam pengembangan mutu madrasah

dengan menggunakan analisis SWOT ?

2. Bagaimana proses follow up MAN 3 Malang dari hasil implementasi

analisis SWOT dalam upaya pengembangan mutu madrasah ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Dari rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan upaya MAN 3 Malang dalam pengembangan mutu

madrasah dengan menggunakan analisis SWOT ?

2. Mendeskripsikan proses follow up MAN 3 Malang dari hasil

implementasi analisis SWOT dalam upaya pengembangan mutu madrasah.

21
22

D. MANFAAT PENELITIAN

Setelah menentukan tujuan, selanjutnya menentukan kegunaan

penelitian atau manfaat dari dilaksanakannya suatu penelitian baik untuk

pengembangan teori, bagi peneliti maupun khalayak umum.

1. Bagi peneliti yaitu sebagai pengetahuan dalam dunia pendidikan,

khususnya tentang Analisis SWOT dalam upaya pengembangan mutu

Madrasah.

2. Bagi lembaga pendidikan yaitu sebagai pengetahuan dalam

mengembangkan kualitas pendidikan.

3. Bagi seluruh pembaca yaitu sebagai pegetahuan atau informasi untuk

menambah partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pembahasan pada dasarnya merupakan pembahasan

masalah dalam penelitian ini. Setidaknya ada dua alasan yang melatar

belakangi pembatasan masalah, pertama, keterbatasan waktu dalam melakukan

penelitian dengan hasil optimal yang ingin dicapai. Suatu penelitian bisa

dikatakan mencapai hasil yang optimal bila dapat mengupas masalah secara

sistematis, dan universal. Hal ini membutuhkan waktu yang sangat panjang

oleh karena itu harus ada pembatasan masalah untuk menghindari kekaburan

dan kesimpangsiuran pembahasan sehingga dapat mengarah kepada pokok

bahasan yang ingin dicapai dan mencapai hasil yang optimal dengan waktu

yang relatif singkat.

22
23

Adapun ruang lingkup pembahasan skripsi ini meliputi proses

pengembangan mutu madrasah, dalam hal ini proses pengembanganya dengan

menggunakan analisis SWOT yang telah dilakukan oleh MAN 3 Malang.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah dalam memahami judul skripsi ini dan

mengetahui arah serta tujuan pembahasan skripsi ini, maka berikut ini akan di

paparkan penegasan judul sebagai berikut:

1. Upaya yaitu suatu usaha untuk mencapai suatu maksud, memecahkan

persolan, mencari jalan keluar dan sebagainya.5

2. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang

telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan.6

3. Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa

yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang

diharapkan.7

4. Madrasah dari akar kata darasah (belajar), dan kata madrasah adalah “isim

makan” yang mempunyai arti tempat belajar. Padanan madrasah dalam

bahasa Indonesia adalah sekolah lebih dikhususkan lagi sekolah-sekolah

agama Islam. Madrasah sebutan bagi sekolah agama Islam adalah tempat

proses belajar mengajar ajaran Islam secara formal yang mempunyai kelas

5
Lihat M. Dahlan. Y. Al-Barry, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Target Press, 2003), 793.
6
Ibid., 582.
7
Ibid., hlm. 470.

23
24

dan kurikulum dalam bentuk klasikal. Padanan kata madrasah dalam

bahasa Indonesia adalah sekolah.8

5. Analisis SWOT adalah suatu proses identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Oppotunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).9

G. Sistematika Pembahasan

Dalam tulisan ilmiah unsur yang paling penting adalah bagaimana

tulisan ini disusun dengan sistematis dan mempunyai hubungan antara

masalah yang di atas dengan di bawahnya. Sistematika isi penelitian yang

telah dideskripsikan dalam skripsi ini sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Ruang Lingkup Penelitian, dan Sistematika

Pembahasan.

Bab II : Kajian Pustaka, meliputi: Konsep Dasar Madrasah:

Pengertian dan Aspek Historis Madrasah, Mutu pendidikan /

Madrasah: Pengertian Mutu Pendidikan, Prinsip-prinsip Mutu

8
Lihat A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, (Surabaya: Puataka Progresif, 1997),
398.
9
Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis (Jakarta, PT Gramedia Pustaka
Utama., 2008) hlm 19.

24
25

Pendidikan, Ciri-ciri Mutu Pendidikan, dan Penjaminan Mutu

Pendidikan. Konsep Dasar Analisis SWOT : Pengertian

Analisis SWOT, Cara Membuat Analisis SWOT.

Bab III : Pada bab ini merupakan Metode penelitian yang memuat

tentang desain penelitian, lokasi dan subyek penlitian,

instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan

data, teknik analisa data, pengecekan keabsahan data, tahap-

tahap penelitian.

Bab IV : Pada bab ini merupakan Laporan hasil penelitian atau

penyajian serta analisis data yang diambil dari realita-realita

objek berdasarkan penelitian yang dilakukan di MAN 3

Malang. dari sini penulis dapat mengaplikasikan data-data

dalam rangka mengambil kesimpulan penyajian.

Bab V : Pada bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang

mana merupakan pencocokan antara hasil dari penelitian

dengan teori yang ada

Bab VI : Pada bab ini merupakan penutup dari penulisan skripsi atau

hasil akhir yang mencakup kesimpulan dan saran.

Sedangkan yang terakhir berisi tentang daftar pustaka dari berbagai

sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini dan lampiran-lampiran dari

hasil penelitian yang dilakukan.

25
26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Aspek Historis Madrasah

Menelaah sejarah pertumbuhan madrasah di Indonesia tidak bisa lepas

dengan masuknya Islam di Indonesia. Madrasah dari akar kata darasah

(belajar),10 dan kata madrasah adalah “isim makan” yang mempunyai arti

tempat belajar. Padanan madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah

lebih dikhususkan lagi sekolah-sekolah agama Islam. Madrasah sebutan bagi

sekolah agama Islam adalah tempat proses belajar mengajar ajaran Islam

secara formal yang mempunyai kelas dan kurikulum dalam bentuk klasikal.

Padanan kata madrasah dalam bahasa Indonesia adalah sekolah.

Sementara itu, pengertian yang berasal dari bahasa Arab di atas

menunjukkan bahwa tempat belajar tidak mesti di suatu tempat tertentu, tetapi

bisa dilaksanakan dimana saja, dirumah, surau, langgar, atau masjid. Tempat-

tempat ini dalam sejarah lembaga-lembaga pendidikan Islam memegang

peranan sebagai tempat belajar bagi umat Islam. Dalam perkembangan

selanjutnya, kata Madrasah secara teknis mempunyai arti atau konotasi

tertentu yang lengkap dengan segala sarana dan fasilitas yang menunjang

proses belajar agama.11

10
Lihat A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, (Surabaya: Puataka Progresif, 1997),
398.
11
Ayumardi Azra dkk., Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), 105.

26
27

Pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dalam bentuk madrasah,

dilatarbelakangi oleh dua faktor penting. petama faktor intern, kondisi

masyarakat muslim Indonesia yang terjajah dan terbelakang dalam dunia

pendidikan mendorong semangat beberapa orang pemuka-pemuka masyarakat

Indonesia untuk memulai gerakan pendidikan Islam tersebut. kedua, faktor

eksteren, yakni sekembalinya pelajar dan mahasiswa Indonesia yang menuntut

ilmu agama ke timur tengah, dan setelah mereka kembali ke Indonesia mereka

memulai gerakan-gerakan pembaharuan dalam bidang pendidikan.12

Menurut Husni Rahim yang dikutip oleh Nur Ahid mengatakan, bahwa

pertumbuhan madrasah tidak hanya atas dasar semangat pembaharuan

dikalangan umat Islam, tetapi beralas tumpuh pada dua faktor: a) pendidikan

Islam (Masjid dan pesantern) dianggap kurang sistematis dan kurang

memberikan kemampuan pragmatis yang memadai, b) perkembangan sekolah-

sekolah Belanda di kalangan masyarakat cenderung meluas dan membawa

watak sekularisme, sehingga harus diimbangi dengan system pendidikan Islam

madrasah yang memeiliki model dan organisasi yang lebih teratur dan

terencana. Jadi, pertumbuhan madrasah sekaligus menunjukan adanya dua

pola respons umat Islam yang lebih progresif, tidak semata-mata pasif

terhadap politik pendidikan Belanda.13

Menulusuri sejarah pertumbuhan Madrasah di Indonesia, banyak

dijumpai aspek-aspek historis yang menarik. Pada zaman Belanda, pendidikan

Islam berada dalam fase awal, yaitu melakukan eksperimentasi materi dan
12
Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos, 1999), 82.
13
Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009),
60.

27
28

metodologi pembelajarannya. Lembaga pesantren merupakan cikal bakal

format pendidikan Islam itu, yang kemudian melakukan improvisasi melalui

adaptasi dengan sistem sekolah ala Belanda itu sendiri. Ada yang mengambil

utuh kurikulum Belanda, lalu menambahkan jam pelajaran agama, tetapi ada

yang hanya memakai sistem sekolah dan metodologi pembelajarannya saja,

sementara materinya tetap pelajaran agama. 14

Sulit juga memastikan, kapan tepatnya madrasah mulai ada di

Indonesia dan Madrasah mana yang pertama kali didirikan. Namun tim

penyususn dari Depatemen Agama RI menetapkan bahwa madrasah yang

pertama kali didirikan adalah madrasah Adabiyah di Padang (Sumatera Barat)

yang didirikan oleh Abdullah Ahmad pada tahun 1909. Namun resminya

Adabiyah School, yang pada tahun 1915 namanya dirubah menjadi HIS

Adabiyah.15

Pada zaman Jepang, pendidikan agama Islam ditangani secara khusus.

Pemerintahan Jepang membuat relasi positif dengan kiai dan ustadz, yang

kemudian membuat kantor urusan agama (Shumubu). Setelah tahun 1945,

tepatnya tanggal 3 Januari 1946 kantor tersebut menjadi Departemen Agama.

Dalam tahun-tahun pertama, Departemen Agama membuat divisi khusus yang

menangani pendidikan agama di sekolah umum dan pendidikan agama di

sekolah agama (madrasah dan pesantren). Terminologi agama (modernisasi

madrasah) tampaknya mulai menguat saat orde baru melancarkan manuver-

manuver politik pendidikannya. Baik jalan formalisasi (penegrian madrasah),


14
Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah (Jakarta: 2004), 6.
15
Depag RI, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992), 63-
64.

28
29

maupun jalan strukturisasi yaitu penjenjangan madrasah dengan mengacu

pada aturan Departemen Pendidikan Nasional termasuk desain

kurikulumnya.16

Setelah kekuasaan orde baru berjalan satu priode, pada tahun 1975,

dikeluarkan SKB tiga menteri yang mencoba meregulasi madrasah secara

integral-komprehensif. Inilah era baru madrasah yang ditandai dengan

efektifnya pembenahan madrasah di tahun-tahun berikutnya. Yang dimaksud

madrasah dalam SKB tiga menteri adalah lembaga pendidikan yang

menjadikan mata pelajaran agama Islam sebagai mata pelajaran dasar

sekurang-kurangnya 30%, disamping mata pelajaran umum. Akan tetapi

sebagai sekolah

Namun demikian, hingga reformasi politik meletus tahun 1998 dan

terjadi transisi pemerintahan dengan berganti-gantinya kepala Negara dunia

pendidikan terkena dampaknya. Spektrum reformasi politik tersebut

memancar kemana-mana, termasuk kewilayah pendidikan keagamaan.

Madrasah justru memikirkan posisinya, nilai kehadirannya dan menyadari

hak-haknya yang selam orde baru nasibnya termarjinalkan secara tak adil

(diskriminatif).

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional

telah mengakui keberadaan madrasah sebagai bagian dari sistem pendidikan

nasional, dan berdasarkan PP No. 28 dan 29 Tahun 1989 ditetapkan bahwa

16
Ibid., 6.

29
30

madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas Islam dan kurikulum

Madrasah adalah sama dengan kurikulum sekolah plus cirri khasnya.

Ciri khas madrasah secara formal dinyatakan dalam kurikulum dalam

bentuk mata pelajaran agama. Dimana kurikulum agama pada Madrasah lebih

banyak dibanding dengan pelajaran agama di sekolah umum. Oleh karena itu

dalam memberikan cirri khas Islam pada Madrasah, maka dilakukan pula

upaya memberikan nuansa Islam pada bidang studi umum MAFIKIBB 17.

Bidang studi MAFIKIBB berdasar kurikulum 1994, 2004, dan 2006 sangat

sukar bagi kebanyakan guru madrasah untuk mengajarkannya dan sulit bagi

siswa untuk memahaminya. Cirri khas lainnya, memberikan nuansa iptek pada

bidang studi agama. Artinya memberikan tafsiran kontekstual kekinian (iptek)

dalam pelajaran agama.

Pemanduan konsep MAFIKIBB dengan nuansa Agama dan konsep

agama dengan nuansa iptek diharapkan dapat diserapnya nilai-nilai

MAFIKIBB yang agamis dan nilai-nilai agama yang kontekstual dalam

prilaku siswa, sebagai wujud penghayatan terhadap keagungan Allah SWT.

B. Mutu Pendidikan/Madrasah

1. Pengertian Mutu Pendidikan

Program mutu sebenarnya berasal dari dunia bisnis. Dalam dunia

bisnis, baik yang bersifat produksi maupun jasa, program mutu merupakan

17
MAFIKIBB adalah singkatan untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan
Bahasa Inggris. Bidang studi MAFIKIBB ini merupakan aspek pendidikan yang dominan dalam
peningkatan kemampuan nalar dan analisis siswa. Melalui bidang studi MAFAKIBB siswa akan
lebih mudah mengembangakn iptek.

30
31

program utama sebab kelanggengan dan kemajuan usaha sangat ditentukan

oleh mutu sesuai dengan permintaan dan tuntutan pengguna. Permintaan dan

tuntutan pengguna terhadap produk dan jasa layanan terus berubah dan

berkembang. Sejalan dengan hal itu, mutu produk dan jasa layanan yang

diberikan harus selalu ditingkatkan. Dewasa ini, mutu bukan hanya menjadi

masalah dan kepedulian dalam bidang bisnis, melainkan juga dalam bidang-

bidang lainnya, seperti permintaan, layanan sosial, pendidikan, bahkan bidang

keamanan dan ketertiban sekalipun.18

Secara umum mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh

dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan

kebutuhan yang diharapkan. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu

mencakup input, proses dan output pendidikan.19

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa

sumberdaya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses. Input sumberdaya meliputi sumberdaya meliputi

kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, peralatan, perlengkapan, uang, bahan

dan lain sebagainya. Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi

sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana, program

dan lain sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan, dan

sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kesiapan input sangat

diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu, tinggi
18
Nana Syaodih Sukmadinata. Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah menengah: Konsep,
Prinsip, dan Instrumen (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hlm. 8.
19
Artikel Pendidikan, Konsep Dasar MPMBS, http: www.dikdasmen.depdiknas.go.id, hlm. 3.

31
32

rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Makin tinggi

kesiapan input, makin tinggi pula mutu input tersebut.20

Proses pendidikan merupakan berubahnya sebuah sesuatu menjadi

sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses

disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam

pendidikan bersekala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah

proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses

pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan

evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat

kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya.21

Proses dikatakan bermutu apabila pengkordinasian dan penyerasian

serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan, dsb)

dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi

pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong

motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta

didik. Kata memberdayakan mengandung arti bahwa peserta didik tidak

sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi

pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan nurani peserta didik, dihayati,

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta

didik tersebut mampu belajar secara terus menerus (mampu mengembangkan

dirinya).22

20
Ibid, hlm. 3.
21
Ibid, hlm. 3.
22
Ibid, hlm. 4.

32
33

Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah

adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Kinerja

sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktivitasnya,

efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.

Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dijelaskan bahwa

output sekolah dikatakan berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah,

khususnya prestasi belajar siswa, menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam:

(1) prestasi akademik, berupa nilai ulangan umum, EBTA, EBTANAS, karya

ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi non-akademik, seperti misalnya

IMTAQ, kejujuran, kesopanan, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya.

Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling

berhubungan (proses) seperti misalnya perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan.23

2. Prinsip-prinsip Peningkatan Mutu Pendidikan

Ada beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menerapkan program

mutu pendidikan diantaranya sebagai berikut:24

1. Peningkatan mutu pendidikan menuntut kepemimpinan profesional dalam

bidang pendidikan. Manajemen mutu pendidikan merupakan alat yang

dapat digunakan oleh para profesional pendidikan dalam memperbaiki

sistem pendidikan bangsa kita.

23
Ibid, hlm. 4.
24
Nana Syaodih Sukmadinata, dkk, op.cit., hlm.9-11.

33
34

2. Kesulitan yang dihadapi para profesional pendidikan adalah

ketidakmampuan mereka dalam menghadapi “kegagalan sistem“ yang

mencegah mereka dari pengembangan atau penerapan cara atau proses

baru untuk memperbaiki mutu pendidikan yang ada.

3. Peningkatan mutu pendidikan harus melakukan loncatan-loncatan. Norma

dan kepercayaan lama harus dirubah. Sekolah harus belajar bekerja sama

dengan sumber-sumber yang terbatas. Para profesional pendidikan harus

membantu para siswa dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan

yang dibutuhkan guna bersaing di dunia global.

4. Uang bukan kunci utama dalam usaha peningkatan mutu. Mutu pendidikan

dapat diperbaiki jika administrator, guru, staf, pengawas, dan pimpinan

kantor diknas mengembangkan sikap yang terpusat pada kepemimpinan,

team work, kerja sama, akuntabilitas, dan rekognisi. Uang tidak menjadi

penentu dalam peningkatan mutu.

5. Kunci utama peningkatan mutu pendidikan adalah komitmen pada

perubahan. Jika semua guru dan staf sekolah telah memiliki komitmen

pada perubahan, pimpinan dapat dengan mudah mendorong mereka

menemukan cara baru untuk memperbaiki efisiensi, produktivitas, dan

kualitas layanan pendidikan. Guru akan menggunakan pendekatan yang

baru atau model-model mengajar, membimbing, dan melatih dalam

membantu perkembangan siswa. Demikian juga staf administrasi, ia akan

menggunakan proses baru dalam menyusun biaya, menyelesaikan

masalah, dan mengembangkan program baru.

34
35

6. Banyak profesional di bidang pendidikan yang kurang memiliki

pengetahuan dan keahlian dalam menyiapkan para siswa memasuki pasar

kerja yang bersifat global. Ketakutan terhadap perubahan, atau takut

melakukan perubahan akan mengakibatkan ketidaktahuan bagaimana

mengatasi tuntutan-tuntutan baru.

7. Program peningkatan mutu dalam bidang komersial tidak dapat dipakai

secara langsung dalam pendidikan, tetapi membutuhkan penyesuaian-

penyesuaian dan penyempurnaan. Budaya, lingkungan, dan proses kerja

tiap organisasi berbeda. Para profesional pendidikan harus dibekali oleh

program yang khusus dirancang untuk menunjang pendidikan.

8. Salah satu komponen kunci dalam program mutu adalah sistem

pengukuran. Dengan menggunakan sistem pengukuran memungkinkan

para profesional pendidikan dapat memperlihatkan dan

mendokumentasikan nilai tambah dari pelaksanaan program peningkatan

mutu pendidikan, baik terhadap siswa, orang tua maupun masyarakat.

9. Masyarakat dan manajemen pendidikan harus menjauhkan diri dari

kebiasaan menggunakan ”program singkat”, peningkatan mutu dapat

dicapai melalui perubahan yang berkelanjutan tidak dengan program-

program singkat.

Dr. Edward deming mengembangkan empat belas (14) prinsip

yang menggambarkan apa yang dibutuhkan sekolah untuk

35
36

mengembangkan budaya mutu. Empat belas (14) prinsip itu adalah

sebagaimana berikut:25

a. Menciptakan konsistensi tujuan, yaitu untuk memperbaiki layanan dan

siswa dimaksudkan untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah yang

kompetitif dan berkelas dunia.

b. Mengadopsi filosofi mutu total, setiap orang harus mengikuti prinsip-

prinsip mutu.

c. Mengurangi kebutuhan pengajuan, mengurangi kebutuhan pengajuan dan

inspeksi yang berbasis produksi massal dilakukan dengan membangun

mutu dalam layanan pendidikan. Memberikan lingkungan belajar yang

menghasilkan kinerja siswa yang bermutu.

d. Menilai bisnis sekolah dengan cara baru, nilailah bisnis sekolah dengan

meminimalkan biaya total pendidikan.

e. Memperbaiki mutu dan produktivitas serta mengurangi biaya,

memperbaiki mutu dan produktivitas sehingga mengurangi biaya, dengan

mengembangkan proses ”rencanakan/periksa/ubah”.

f. Belajar sepanjang hayat, mutu diawali dan diakhiri dengan latihan. Bila

anda mengharapkan orang mengubah cara bekerja mereka, anda mesti

memberikan mereka perangkat yang diperlukan untuk mengubah proses

kerja mereka.

g. Kepemimpinan dalam pendidikan, merupakan tanggung jawab manajemen

untuk memberikan arahan. Para menejer dalam pendidikan mesti

25
Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip dan Tata langkah penerapan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 85-89.

36
37

mengembangkan visi dan misi untuk wilayah, sekolah atau jurusannya.

Visi dan misi harus diketahui dan didukung oleh para guru, orang tua dan

komunitas.

h. Mengeliminasi rasa takut, ciptakan lingkungan yang akan mendorong

orang untuk bebas bicara.

i. Mengelinimasi hambatan keberhasilan, Manajemen bertanggung jawab

untuk menghilangkan hambatan yang menghalangi orang mencapai

keberhasilan dalam menjalankan pekerjaannya.

j. Menciptakan budaya mutu, ciptakanlah budaya mutu yang

mengembangkan tanggung jawab pada setiap orang.

k. Perbaikan proses, tidak ada proses yang pernah sempurna, karena itu

carilah cara terbaik, proses terbaik, terapkan tanpa pandang bulu.

l. Membantu siswa berhasil, hilangkan rintangan yang merampok hak siswa,

guru atau administator untuk memiliki rasa bangga pada hasil karyannya.

m. Komite, manajemen mesti memiliki komitmen terhadap budaya mutu.

n. Tanggung jawab, berikan setiap orang di sekolah untuk bekerja

menyelesaikan transformasi mutu.

3. Ciri-ciri Mutu Pendidikan

Era globalisasi merupakan era persaingan mutu. Oleh karena itu

lembaga pendidikan mulai dari tingkat tinggi harus memperhatikan mutu

pendidikan. Lembaga pendidikan berperan dalam kegiatan jasa pendidikan

37
38

maupun pengembangan sumber daya manusia harus memiliki keunggulan-

keunggulan yang diperioritaskan dalam lembaga pendidikan tersebut.

Transformasi menuju sekolah bermutu diawali dengan mengadopsi

dedikasi bersama terhadap mutu oleh dewan sekolah, administrator, staff,

siswa, guru dan komunitas. Proses diawali dengan mengembangkan visi dan

misi mutu untuk wilayah dan setiap sekolah serta departemen dalam wilayah

tersebut.26

Visi mutu difokuskan pada lima hal, yaitu:

a. Pemenuhan kebutuhan konstumer.

Dalam sebuah sekolah yang bermutu, setiap orang menjadi kostumer

dan sebagai pemasok sekaligus. Secara khusus kostumer sekolah adalah siswa

dan keluarganya, merekalah yang akan memetik manfaat dari hasil proses

sebuah lembaga pendidikan (sekolah). Sedangkan dalam kajian umum

kostumer sekolah itu ada dua, yaitu internal meliputi orang tua, siswa, guru,

administrator, staff dan dewan sekolah yang berada dalam sistem pendidikan.

Dan kostumer eksternal yaitu, masyarakat, perusahaan, keluarga, militer, dan

perguruan tinggi yang berada diluar organisasi namun memanfaatkan output

dari proses pendidikan.

b. Keterlibatan total komunitas dalam program

Setiap orang juga harus terlibat dan berpartisipasi dalam rangka

menuju kearah transformasi mutu. Mutu bukan hanya tanggung jawab semua

pihak.

26
Ibid, hlm. 10.

38
39

c. Pengukuran nilai tambah pendidikan

Pengukuran ini justru yang seringkali gagal dilakukan di sekolah.

Secara tradisional ukuran mutu atas keluarga sekolah adalah prestasi siswa ,

dan ukuran dasarnya adalah ujian. Bilamana hasil ujian bertambah baik, maka

mutu pendidikan pun membaik.

d. Memandang pendidikan sebagai suatu sistem

Pendidikan mesti dipandang sebagai suatu sistem, ini merupakan

konsep yang amat sulit dipahami oleh para profesional pendidikan.

Umpamanya orang bekerja dalam bidang pendidikan memulai perbaikan

sistem tanpa mengembangkan pemahaman yang penuh atas cara sistem

tersebut bekerja. Hanya dengan memandang pendidikan sebagai sebuah sistem

maka para profesor pendidikan dapat mengeliminasi pemborosan dari

pendidikan dan dapat memperbaiki mutu setiap proses pendidikan.

e. Perbaikan berkelanjutan dengan selalu berupaya keras membuat output

pendidikan menjadi lebih baik.

Mutu adalah segala sesuatu yang dapat diperbaiki menurut filosofi

manajemen lama ”kalau belum rusak jangan diperbaiki”. Mutu didasarkan

pada konsep bahwa setiap proses dapat diperbaiki dan tidak ada proses yang

sempurna. Menurut filosofi manajemen yang baru ”bila tidak rusak

perbaikilah, karena bila tidak dilakukan anda maka orang lain yang akan

melakukan”. Inilah konsep perbaikan berkelanjutan.27

27
Ibid., hlm. 11-14.

39
40

4. Penjaminan Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan kegiatan penjaminan mutu boleh dikatakan

belum lama dikenal oleh para pelaksana di tingkat sekolah atau madrasah,

tidak seperti di dunia industri maupun bisnis yang sudah mengenal istilah ISO

lebih dari satu dasawarsa yang lalu. Ada istilah bahasa Inggris yang

berdekatan dan juga yang terkait dengan istilah penjaminan mutu tersebut

antara lain :28

a. Quality assurance (Penjaminan Mutu)

Adalah proses penetapan dan pemenuhan standar pengelolahan secara

konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain

yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Dengan demikian penjaminan

mutu pendidikan (educational quality assurance) mempunyai arti proses

penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pendidikan sehingga

dapat memuaskan semua pelanggan.

b. Quality control (kendali mutu)

Dalam bahasa Indonesia kata ”kendali” menunjuk kepada sebuah alat

pengendali yaitu upaya mengontrol menggunakan alat untuk menahan

jalannya sesuatu, agar tidak melaju sekehendak hati atau melaju terus tanpa

ada yang mengatur jalannya, dalam hal ini arah menuju pencapaian tujuan

yang sudah ditentukan.

Penggunaan istilah ”kendali mutu” dalam dunia pendidikan adalah upaya

pengontrolan mutu pendidikan, agar yang sudah tinggi tidak kembali merosot,

28
Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, op. cit., Quality Assurance, Pada Madrasah (Modul
Pelatihan). Hlm. 9-13.

40
41

dan yang belum tinggi di kontrol agar menjadi tinggi, menuju pencapaian

standar ketika penjaminan mutu dicanangkan.

c. Total Quality Assurance (penjaminan mutu terpadu)

Ditilik dari paduan unsur istilahnya, total quality assurance sama dengan

istilah yang telah dibahas diatas, hanya ditambah dengan kata ”total”. Maksud

penambahan kata tersebut adalah bahwa proses pemenuhan standar dilakukan

secara menyeluruh, holistik, total, yaitu bagi seluruh komponen secara umum

sampai pada setiap bagian yang paling kecil sekalipun.

d. Quality assesment (penilaian terhadap mutu)

Makna quality assesment adalh penilaian yang diarahkan pada mutu

sesuatu. Semua jenis usaha baru dapat diketahui hasilnya apabila dilakukan

penilaian atau assesment.begitu juga dengan penjaminan mutu yang dilakukan

secara konsiten dan berkelanjuatan.

e. Quality improvement (peningakatan mutu)

Makna peningkatan mutu adalah suatu rangkaian aktivitas yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu produk/jasa melalui peningkatan kemampuan

staf/karyawan dengan metode team kerja (team work) dalam upaya

meningkatkan efisiensi, motivasi, dan produktivitas kerja.

C. Pengembangan Mutu Madrasah

Desain pengembangan mutu madrasah mengagendakan kinerja berjangka

panjang, menengah dan pendek. Untuk menciptakan madrasah yang sesuai

dengan rencana besar tersebut, diperlukan prakondisi yang kondusif agar

41
42

strategi pengembangan madrasah dapat di implementasikan dengan sebaik-

baiknya. Berikut ini beberapa langkah awal yang perlu dilakukan dalam upaya

pengembangan mutu madrasah.

1. Manajemen Madrasah.

Manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh, mempengaruhi

dan bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia layaknya

darah dan raga. Manajemen menunjukkan cara-cara yang lebih efektif dan

efisien dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengelola.

Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan

fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan

pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah/organisasi yang

diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran

yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses. 29

Pengelolaan tersebut dilakukan untuk mendayagunakan sumber daya

yang dimiliki secara terintegrasi dan terkoordinasi untuk mencapai tujuan

sekolah/organisasi. Pengelolaan dilakukan oleh kepala sekolah dengan

kewenangannya sebagai manajer sekolah melalui komando-komando atau

keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dengan mengarahkan sumberdaya

untuk mencapai tujuan. Manajer mengaturnya melalui proses dari urutan

fungsi-fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan

pengendalian). Peryataan bahwa manajemen merupakan alat untuk mengelola

29
Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), hlm 14.

42
43

sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

harus benar-benar dipahami oleh para kepala sekolah. Sepak terjang manajer

dalam mengelola sumber daya di dalam sekolah akan sangat tergantung pada

kompetensi (skill) kepala sekolah itu sendiri.30

Menurut Stooner yang dikutip oleh Sulistyorini, berpendapat bahwa

manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha-usaha para angota organisasi dan pengguna sumber daya-

sumber daya organisasi lainya agar dapat mencapai tujuan organisasi yang

ditetapkan.31

Dari pengertian diatas maka penulis dapat memberikan kesimpulan

bahwa manajemen adalah kegiatan seseorang yang bersifat manusia maupun

non manusia, sehingga tujuan organisasi, lembaga atau sekolah dapat tercapai

secara efektif dan efisien.

Dalam hal ini yang harus dipersiapkan dalam pengembangan madrasah

adalah:

a. Melengkapi struktur organisasi dan manajemen kelembagaan.

Menururt E.Kast dan James E. Rosenzweig yang dikutip oleh Nanang

Fatah struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen atau bagian

suatu organisasi. Struktur merupakan sistem formal hubungan kerja yang

membagi dan mengkoordinasikan tugas orang dan kelompok agar tercapai

tujuan.32

30
Ibid., hlm 14.
31
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2009) hlm 11.
32
Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm
73.

43
44

Organisasi adalah suatu wadah atau setiap bentuk perserikatan

kerjasama manusia yang didalamnya terdapat struktur organisasi,

pembagian tugas, hak dan tanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan

bersama.33

Dari pengertian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

pengertian Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan

yang menunjukkan hubungan antar komponen yang satu dengan yang lain,

sehingga jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam suatu kebulatan yang teratur.

Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembagian kerja,

jenis kerja yang harus dilakukan; hubungan atasan dan bawahan,

kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran

komunikasi. Suatu strukutur organisasi menspesifikasi pembagian

kegiatan kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang

berbeda-beda itu dihubungkan. Struktur itu juga menunjukkan hierarki dan

struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan hubungan

pelapornya.34

Setelah struktur organisasi terbentuk diharapkan masing-masing

bidang dapat bekerja sesuai dengan bidang dan kemampuanya.

33
Sulistyorini, op.cit., hlm. 251-252.
34
Nanang fatah, op.cit., hlm. 73.

44
45

a. Manajemen pendidikan.

Manajemen pendidikan adalah aktivitas memadukan

sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya.

Pendapat lain mengenai manajemen pendidikan adalah

suatu kegiatan atau rangkaian kegiatan yang berupa proses

pengeloalaan usaha kerjasama sekelompok manusia yang

tergabung dalam organisasi pendidikan, untuk mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya, agar efektif dan

efisien.

Dalam proses manajemen digambarkan fungsi-fungsi

manajemen secara umum yang ditampilkan ke dalam perangkat

organisasi dan mulai dikenal dengan teori manajemen klasik. Para

pakar manajemen mengabstraksikan proses manajemen menjadi

empat proses yaitu: Planning, Organizing, Actualiting, Controling,

(POAC). Empat proses tersebut digambarkan dalam bentuk siklus

karena adanya saling keterkaitan antara proses yang pertama dan

berikutnya.

b. Implementasi dan pengembangan kurikulum.

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat

menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum

merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus

45
46

sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis

dan tingkat pendidikan.

Secara etimologis kurikulum berasal dari bahasa yunani,

yaitu Curir yang artinya pelari dan Curere yang berarti tempat

berpacu. Dapat disimpiulkan bahwa suatu jarak yang harus

ditempuh dalam kegiatan berlari mulai dari garis start sampai garis

finish. Dari pengertian tersebut apabila disinergiskan dengan dunia

pendidikan memberikan pengertian sebagai suatu lingkaran

pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya.

Pengembangan kurikulum merupakan komponen yang

sangat esensial dalam keseluruhan kegiatan pendidikan.

Pengembangan kurikulum bersifat lokal, individual, dan khas.

Dengan demikian penyebaran kurikulum ini memiliki network

yang terpisah, tetapi masing-masing dapat menyesuaikan diri serta

mencari keserasian antara arahan yang bersifat pusat dengan

tuntutan kebutuhan dan sifat-sifat lokal.

Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan

kurikulum.35

1) Prinsip relevansi.

a. Relevansi keluar : Kurikulum yang tujuan, isi, dan

proses belajar yang tercakup dalam kurikulum

35
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm 150-151.

46
47

hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan

perkembangan masyarakat.

b. Relevansi kedalam : terdapat kesesuaian atau

konsistensi antara komponen-komponen kurikulum,

yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian, dan

penilaian.

2) Prinsip fleksibilitas : Suatu kurikulum yang baik adalah

kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam

pelaksanaanya memungkinkan adanya penyesuaian-

penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun

kemampuan, dan latar belakang anak.

3) Prinsip kontinuitas : Perkembangan dan proses belajar anak

berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus

atau berhenti-henti.

4) Prinsip praktis : Mudah dilaksanakan mengunakan alat-alat

sederhana dan biayanya juga murah.

5) Prinsip efektivitas : Keberhasilan kurikulum tetap prioritas

utama.

c. Monitoring dan evaluasi sistem pembelajaran.

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilaksanakan

untuk melaksanakan pengukuran terhadap pelaksanaan

program. Kegiatan monev dilakukan dengan tujuan : 1)

47
48

mengetahui tingkat efektivitas program; dan 2) mengetahui

kesalahan/penyimpangan program sedini mungkin.36

2. Koordinasi pembinaan dan pengembangan Madrasah.

Meningkatkan, mengembangkan dan memperluas kesertaan secara

aktif potensi masyarakat dalam membina dan mengembangkan madrasah.

Koordinasi dalam konteks ini dapat diartikan dengan koordinasi internal-

eksternal, koordinasi vertikal-horizontal dan koordinasi yang bersifat formal-

informal. Berdasarkan kesemuanya itu koordinasi atau yang lebih populer

dengan istilah kerja sama: antar guru-guru dan karyawan madrasah, orang tua

siswa, para alumni, tokoh masyarakat(pimpinan informal), lembaga

pemerintahan dan swasta, organisasi dan lembaga swadaya masyarakat, para

donatur yang berpotensi. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa keterlibatan

masyarakat mempunyai peran yang cukup besar bagi perkembangan

organisasi di masa yang akan datang.

Suatu madrasah bisa dikatakan sukses jika mampu mendapatkan

kepercayaan dari masyarakat. Karena bagaimanapun juga pendidikan adalah

tanggungjawab bersama antara orang tua, sekolah dan masyarakat.

Muhammad Noor Syam dalam bukunya Filsafat Pendidikan Pancasila

mengungkapkan bahwa; Hubungan masyarakat dengan penddidikan sangat

bersifat korelatif, bahkan seperti ayam dengan telurnya. Masyarakat maju

36
Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah (Malang, UIN-
Malang Press, 2008) 227.

48
49

karena pendidikan, dan pendidikan yang maju hanya akan di temukan dalam

masyarakat yang maju pula.37

Dari uraian tersebut diatas, jelas bahwa pada hakekatnya keterlibatan

masyarakat mempunyai peran yang cukup besar bagi kesuksesan suatu

organisasi. Untuk itulah bagi setiap organisasi perlu meningkatkan kerja sama

yang baik dengan masyarakatnya sehingga keberhasilan akan diraih sesuai

dengan harapan.

3. Pembinaan dan peningkatan kualitas profesionalisme tenaga kependidikan.

Menurut undang-undang tahun NO.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 5 dan 6 yang dimaksud dengan tenaga

kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Melengkapi tenaga kependidikan (guru, pustakawan, guru BP, tenaga

laboratorium) di madrasah dengan jumlah dan kualitas yang memadai disertai

dengan penyebaran yang profesional sesuai dengan bidang garapan dan

tanggung jawab yang diperlukan. Peningkatan kualitas, wawasan dan

penyegaran personil madrasah di tempat sebagai program prioritas yang

berkesinambungan.

37
Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Pancasila (Jakarta: PT. Rosdakarya 1986), hlm
199.

49
50

4. Pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan personel madrasah.

Kesejahteraan dalam arti yang luas perlu dijadikan unsur pendukung

untuk mendorong kemempuan personil madrasah dalam menjalankan

tugasnya secara optimal, menumbuh kembangkan kebanggaan dan rasa

percaya diri. Definisi kesejahteraan dapat diartikan secara luas, baik, dalam

arti finansial, perlakuan, hubungan secara insani, pengambangan karir, dan

senaginya.

5. Melengkapi sarana dan prasarana fisik dan komponen pendidikan

madrasah.

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses

belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan

media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan

adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses

pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah dan jalan

menuju sekolah.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan ilmu pengetahuan, ilmu agama

dan kehidupan yang berdasarkan norma-norma agama yang baik memerlukan

kelengkapan sarana/komponen pendidikan yang memadai dan fungsional.

Kelengkapan sarana yang dimaksud tersebut perlu disertai pula oleh

terpenuhinya standar kualitas untuk masing-masing komponen dan

pemeliharaan yang terus menerus.

50
51

Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat

menciptakan sekolah/madrasah yang bersih, rapi, indahsehingga menciptakan

kondisi yang menyenangkan baik nagi guru maupun murid untuk berada di

madrasah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas

belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan

kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses

pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-

murid sebagai pelajar.

6. Pemberdayaan dan optimalisasi fungsi komponen pendidikan dan sumber

belajar.

Kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan serta sumber belajar

perlu ditindak lanjuti oleh pemberdayaan setiap komponen secara fungsional

dan berkesinambungan. Untuk memenuhi kelengkapan komponen tersebut

memerlukan biaya yang cukup mahal. Dengan demikian selain karena dilihat

dari segi jumlah investasi, justru pemberdayaan komponen pendidikan

tersebut dalam proses pembelajaran akan mampu meningkatkan kualitas

madrasah yang bersangkutan.

7. Pemberdayaan madrasah sebagai lingkungan pendidikan yang kredibel.

Keberadaan madrasah sebagai lembaga pendidikan dipersepsikan

masyarakat luas sebagai suatu mata rantai kesatuan sistem yang integratif.

Sistem penyelenggaraan pendidikan yang kredibel yang dijalankan di

51
52

madrasah merupakan akumulasi implementasi dan optimalisasi setiap fungsi

dari seluruh komponen sistem yang berada di dalamnya. Tidak berfungsinya

salah satu komponen sistem pendidikan di madrasah akan berdampak besar

terhadap menurunnya kredibilitas lembaga tersebut. Kemampuan manajerial

dalam mengelola, memelihara dan membina seluruh komponen sistem

pendidikan di lingkungan madrasah yang memberikan konstribusi yang besar

untuk mengangkat citra positif yang selam ini dimiliki.

8. Desiminasi informasi program dan perkembangan madrasah.

Penilaian, konstribusi dan partisipasi masyarakat luas terhadap

keberadaan, pembinaan dan pengembangan madrasah banyak dipengharuhi

oleh sejauhmana mereka memperoleh dan memiliki akses informasi

terhadapnya. Berangkat dari ketentuan peraturan perundangan yang

menetapkan bahwa masalah pendidikan merupakan tanggung jawa bersama

antara pemerintah, orang tua, dan masyarakat, maka desiminasi informasi

dalam berbagai formatnya akan merupakan jembatan yang kokoh untuk

mengundang dan membawa masyarakat luas kearah pembinaan dan

pengambangan madrasah yang melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Desiminasi informasi ini tidak hanya menyangkut keberhasilan yang telah

dicapai saja, akan tetapi harus mencakup segala aspek yang perlu meskipun

mungkin sebagaian diantaranya masih merupakan tantangan dan menghadapi

sejumlah hambatan.

52
53

D. Konsep dasar Analisis SWOT

1. Pengertian Analisis SWOT

Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah analisis dapat diartikan

sebagai proses pemecahan masalah atau permasalahan yang dimulai dengan

dugaan akan kebenarannya dan dapat juga diartikan sebagai pengkajian

terhadap suatu peristiwa (tindakan, hasil pemikiran dan sebaginya) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya.38 Kegiatan yang paling penting dalam

proses analisis adalah memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu

kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi, dan

memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan

masalah.

Analisis SWOT adalah suatu proses identifikasi berbagai faktor secara

sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang

(Oppotunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).39

Hampir setiap perusahaan maupun pengamat bisnis dalam

pendekatannya banyak menggunakan analisis SWOT. Kecenderungan ini

tampaknya akan terus semakin meningkat, terutama dalam era perdagangan

bebas abad 21, yang satu sama lain saling tergantung. Penggunaan analisis

SWOT ini sebenarnya telah muncul sejak ribuan tahun yang lalu dari

bentuknya yang paling sederhana, yaitu dalam rangka menyusun strategi

38
Lihat, M. Dahlan. Y. Al-Barry, Kamus Induk Istilah ilmiah hlm 38.
39
Freddy Rangkuti, op.cit., hlm. 19.

53
54

untuk mengalahkan musuh dalam setiap pertempuran sampai menyususn

strategi untuk memenagkan persaingan bisnis, dengan konsep menang-

menang atau cooperation dan competition.

Menurut Sun Tzu yang dikutip oleh Freddy Rangkuti mengatakan

bahwa konsep dasar pendekatan SWOT ini, tampaknya sederhana sekali

”apabila kita telah mengenal kekuatan dan kelemahan lawan, sudah dapat

dipastikan bahwa kita akan dapat memenangkan pertempuran”. Dalam

perkembangganya saat ini analisis SWOT, tidak hanya dipakai untuk

menyusun strategi di medan pertempuran, melainkan banyak dipakai dalam

penyusunan perencanaan strategi bisnis Strategic Business Planing yang

bertujuan untuk menyusun strategi-strategi jangka panjang sehingga arah dan

tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera di ambil

keputusan, berikut semua perubahannya dalam menghadapi pesaing. 40

Proses pengambilan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan

misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian

perencanaan strategis (strategic planer) harus menganalisis faktor-faktor

strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam

kondisi yang ada pada saat itu.

Faktor-faktor berupa kekuatan. Yang dimaksud dengan faktor-faktor

kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan adalah antara lain kompetensi

khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat kepada pemilikan

keunggulan komparatif oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena

40
Ibid., hlm x.

54
55

satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya

yang membuatnya lebih kuat dari para pesaing dalam memuaskan kebutuhan

pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang

bersangkutan. Contoh-contoh bidang-bidang keunggulan itu antara lain ialah

kekuatan pada sumber keuangan, citra positif, keunggulan kedudukan di pasar,

hubungan dengan pemasok, loyalitas pengguna produk dan kepercayaan para

berbagai pihak yang berkepentingan.41

Faktor-faktor kelemahan. Jika orang berbicara tentang kelemahan

yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah

keterbatasan atau kekuarangan dalam hal sumber, keterampilan dan

kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja

organisasi yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan

kekurangan kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasaran yang

dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan

pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau

diminati oleh para pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan

keuntungan yan kurang memadai.42

Faktor peluang. Definisi sederhana tentang peluang ialah ”berbagai

situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis”. Yang

dimaksud dengan berbagai situasi tersebut antara lain:43

a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan pengguna produk.

b. Identifikasi suatu segmen pasar yang belum mendapat perhatian.


41
Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta, PT Bumi Aksara; 2008) hlm 172-173.
42
Ibid., hlm 173.
43
Ibid., hlm 173.

55
56

c. Perubahan dalam kondisi persaingan.

d. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang membuka berbagai

kesempatan baru dalam kegiatan berusaha.

e. Hubungan dengan para pembeli yang ”akrab”.

f. Hubungan dengan pemasok yang ”harmonis”.

Faktor ancaman. Pengertian ancaman merupakan kebalikan

pengertian peluang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman

”adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan

bisnis.” Jika tidak diatasi ancaman akan menjadi ”ganjalan” bagi satuan bisnis

yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupaun dimasa depan.

Berbagai contohnya, antara lain adalah:44

a. Masuknya pesaing baru di pasar yang sudah dilayani oleh satuan bisnis.

b. Pertumbuhan pasar yang lamban.

c. Meningkatnya posisi tawar pembeli produk yang dihasilkan.

d. Menugatnya posisi tawar pemasok bahan mentah atau bahan baku yang

diperlukan untuk proses lebih lanjut menjadi produk tertentu.

e. Perkembangan dan perubahan teknologi yang belum dikuasai.

f. Perubahan dalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya restriktif.

2. Cara menggunakan analis SWOT

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan

oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

44
Ibid., hlm 173-174.

56
57

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari

lingkungan internal: Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal

Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis.

Diagram Analisis SWOT45

BERBAGAI
PELUANG
3. Mendukung strategi 1. Mendukung
Turn-around Strategi agresif

KELEMAHA KEKUATA
N N
4. Mendukung Strategi
INTERNAL 2. Mendukung strategi
EKSTERNA
defensif diversifikasi
L
BERBAGAI
ANCAMAN
Kuadran 1 : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.

Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam

kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif

(Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini

masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

kuadran 3 : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,

tetapi di lain pihak , ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan

internal.Focus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-

45
Freddy Rangkuti., opcit., hlm 19.

57
58

masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang

lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal.

Dalam menggunakan analisis SWOT sedikitnya terdapat tiga tahapan

dalam proses penyusunan perencanaan strategis, yaitu: pertama : Tahap

pengumpulan data. Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengklasifikasian dan pra-analisis. Pada tahap ini data dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu data eksternal dan internal. Data eksternal dapat diperoleh

dari lingkungan di luar perusahaan, sedangkan data internal diperolah

didalam perusahaan itu sendiri. Kedua : Tahap analisis. Setelah

mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan

perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut

dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.

Alat yang di pakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan

adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas

bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini

dapat menghasilkan empat set kemungkinanalternatif strategis.

58
59

DIAGRAM MATRIK SWOT46

STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)


IFAS  Tentukan 5-10 faktor-  Tentukan 5-10
faktor kekuatan internal faktor-faktor
EFAS kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
 Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang
THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT
 Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

a. Strategi SO

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan

memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan

peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan

untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada.

46
Ibid., hlm 31.

59
60

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha

meminimalkan kelemahan yang ada serta menhindari ancaman.

Tahapan ketiga dalam proses penyusunan perencanaan strategis

adalah tahap pengambilan keputusan. Jika dikatakan bahwa analisis

SWOT dapat merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis

stratejik, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para penentu

strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan

pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat untuk

meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh organisasi dan

menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika para

penentu strategi perusahaan mampu melakukan kedua hal tersebut dengan

tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang efektif

membuahkan hasil yang diharapkan.

60
61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan penelitian dalam bidang pendidikan secara umum adalah untuk

meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan.

Kemudian meningkatnya daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu

melalui penelitian.

Penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha seseorang yang

dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya

observasi secara sistematis, dikontrol, dan mendasarkan pada teori yang ada

dan diperkuat dengan gejala yang ada. 47

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana

pengembangan mutu madrasah yang telah dilakukan oleh MAN 3 Malang

dengan menggunakan analisis SWOT. untuk mencapai tujuan tersebut dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

deskriptif. Dengan penelitian semacam ini diharapkan peneliti memperoleh

deskripsi yang mendalam mengenai subjek penelitian, memandang peristiwa

secara keseluruhan dalam konteksnya dan mencoba memperoleh pemahaman

yang mendalam serta memahami makna dari perilaku subjek penelitian .

Metodologi penelitian yang diambil oleh penulis memuat hal-hal

sebagai berikut:

47
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), hlm. 4.

61
62

a. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan berparadigma Deskriptif-

Kualitatif, Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi Kualitatif”

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Menurut mereka, pendekatan ini, diarahkan pada latar dan individu tersebut

secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu

atau oraganisasi ke dalam variabel atau hipotetis, tetapi perlu memandangnya

sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.48

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap

apa yang diteliti.49

Deskriptif Kualitatif adalah penelitian yang data-datanya berupa kata-

kata (bukan angka-angka, yang berasal dari wawancara, catatan laporan,

dokumen dll) atau penelitian yang di dalamnya mengutamakan untuk

pendiskripsian secara analisis sesuatu peristiwa atau proses sebagaimana

adanya dalam lingkungan yang alami untuk memperoleh makna yang

mendalam dari hakekat proses tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan realitas empiris sesuai

fenomena secara rinci dan tuntas, serta untuk mengungkapkan gejala secara

48
Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006), hlm. 4.
49
Ibid., hlm. 11.

62
63

holistis kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan

memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci.

a. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan

orang lain merupakan pengumpul data utama. Dalam hal ini, sebagaimana

dinyatakan oleh Lexy J. Moeleong, kedudukan peneliti dalam penelitian

kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana

pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian di

sini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.

Namun, instrumen di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data

seperti tes pada penelitian kuantitatif. 50

Berdasarkan pada pandangan di atas, maka pada dasarnya

kehadiran peneliti disini disamping sebagai instrumen juga menjadi faktor

penting dalam seluruh kegiatan penelitian ini

b. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi

Arikunto adalah subjek dimana data diperoleh.51 Sedangkan menurut

Lofland, yang dikutip oleh Moeleong, sumber data utama dalam penelitian

50
Lexy J. Moeleong, op.cit., hlm. 168.
51
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 107.

63
64

kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain.52

Adapun sumber data terdiri dari dua macam:

1. Sumber Data Primer

Sumber Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data.53

Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah:

hasil wawancara dengan Kepala Sekolah MAN 3 Malang, beserta Waka para

MAN 3 Malang dan Staf litbang di MAN 3 Malang.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.54

Sumber data sekunder yang diperoleh peneliti adalah data yang diperoleh

langsung dari pihak-pihak yang berkaitan berupa data-data sekolah dan

berbagai literatur yang relevan dengan pembahasan, seperti orang tua siswa

dan dokumen-dokumen MAN 3 Malang.

c. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga macam teknik

pengumpulan data, yaitu:

52
Lexy, J, Moeleong, op.cit., hlm. 157.
53
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2006), hlm.
253.
54
Ibid., hlm. 253.

64
65

1. Metode Observasi atau Pengamatan.

Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa observasi atau disebut juga

dengan pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek dengan menggunakan segala indra.55

Berdasarkan definisi diatas maka yang dimaksud metode observasi

adalah suatu cara pengumpulan data melalui pengamatan panca indra yang

kemudian diadakan pencatatan-pencatatan. Penulis menggunakan metode

ini untuk mengamati secara langsung dilapangan, terutama data tentang :

a. Letak geografis serta keadaan fisik MAN 3 Malang.

b. Manajemen Pengelolaan Sekolah yang dipakai di MAN 3 Malang.

c. Kurikulum yang ada di MAN 3 Malang.

d. Fasilitas/sarana prasarana Pendidikan yang ada MAN 3 Malang

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu.56

Metode wawancara atau metode interview dipergunakan kalau

seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan

55
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 204.
56
Lexy J. Moeleong, op.cit., hlm. 186.

65
66

keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu.

Metode interview ini penulis gunakan dengan tujuan untuk

memperoleh data yang berkaitan dengan upaya pengembangan madrasah

dengan menggunakan analisis SWOT dalam upaya pengembangan mutu

madrasah. Adapun sumber informasi (Informan) adalah Kepala Sekolah

MAN 3 Malang, beserta para waka MAN 3 Malang dan sebagian orang

tua siswa.

3. Metode Dokumentasi.

Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode

dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda dan sebagainya.

Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak

begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap,

belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda

hidup tetapi benda mati.57

Dari definisi diatas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

dokumentasi yang penulis gunakan adalah dengan mengambil kumpulan

data yang ada di kantor MAN 3 Malang baik berupa tulisan, papan nama,

dan Brosur Profil MAN 3 Malang.

57
Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 206.

66
67

d. Teknik Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan pemilahan secara selektif

disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Setelah

itu, dilakukan pengolahan dengan proses editing, yaitu dengan meneliti

kembali data-data yang didapat, apakah data tersebut sudah cukup baik

dan dapat segera dipersiapkan untuk proses berikutnya. Secara sistematis

dan konsisten bahwa data yang diperoleh, dituangkan dalam suatu

rancangan konsep yang kemudian dijadikan dasar utama dalam

memberikan analisis.

Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Moleong, adalah

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola,

kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor,

analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk

menemukan tema dan merumuskan ide seperti yang disarankan oleh data

dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan ide itu.58

Dalam penelitian ini yang digunakan dalam menganalisa data yang

sudah diperoleh adalah dengan cara deskriptif (non statistik), yaitu penelitian

yang dilakukan dengan menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata

atau kalimat yang dipisahkan untuk kategori untuk memperoleh kesimpulan.

58
Lexy J. Moeleong, op.cit., hlm. 280.

67
68

Yang bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana,

berapa banyak, sejauh mana, dan sebagainya.

Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan penelitian non

hipotesis. Penelitian deskriptif dibedakan dalam dua jenis penelitian menurut

sifat-sifat analisa datanya, yaitu riset deskriptif yang bersifat ekploratif dan

riset deskriptif yang bersifat developmental.59

Analisis dalam penelitian ini menggunakan matrix SWOT sesuai judul

dan tujuan peneliti itu sendiri yaitu untuk mengetahui bagaimana upaya

pengembangan mutu madrasah di MAN 3 Malang.

Matrix ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi madrasah dapat disesuaikan dengan

kukuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrix ini dapat menghasilkan

empat kemungkinan alternatif strategis.

Diagram Matrix SWOT60

STRENGTHS (S) WEAKNESS (W)


IFAS  Tentukan 5-10 faktor-  Tentukan 5-10
faktor kekuatan internal faktor-faktor
kelemahan internal
EFAS
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI SO STRATEGI WO
 Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

59
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: PT Bima Karya,
1987), hlm. 195.
60
Freddy Rangkuti., op cit., hlm, 31-32.

68
69

THREATHS (T) STRATEGI ST STRATEGI WT


 Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman
a. IFAS, internal strategic faktory analysis summary dengan kata lain

faktor-faktor strategis internal suatu lembaga disusun untuk

merumuskan faktor-faktor internal dalam kerangka strength and

weaknesses.

b. EFAS, eksternal strategic faktory analysis summary dengan kata lain

faktor-faktor strategis eksternal suatu lembaga disusun untuk

merumuskan faktor- faktor eksternal dalam rangka opportunities and

threaths.

c. Strategi SO, strategi ini di buat berdasarkan jalan pikiran lembaga,

yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

d. Strategi ST, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang

dimiliki lembaga untuk mengatasi ancaman.

e. Strategi WO, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang

yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

f. Strategi WT, strategi ini didasrkan pada kegiatan yang bersifat

defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

g. Pengecekan Keabsahan Temuan

69
70

Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu.

Kriteria itu terdiri atas derajat kepercayaan (kredibilitas), keteralihan,

kebergantungan, dan kepastian. Masing-masing kriteria tersebut

menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat

kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan:

1. Teknik perpanjangan keikutsertaan, ialah untuk memungkinkan

peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor

kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang

akhirnya mempengaruhi fenomena yang diteliti.

2. Ketekunan/Keajegan pengamatan, bermaksud menemukan ciri-ciri

dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan

atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-

hal tersebut secara rinci.

3. Triangulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya. Denzin membedakan empat macam triangulasi

sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,

metode, penyidik dan teori.

4. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi, dilakukan dengan cara

mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam

bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.

70
71

5. Kecukupan refensial, alat untuk menampung dan menyesuaikan

dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. film atau video-tape,

misalnya dapat digunakan sebagai alat perekam yang pada saat

senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang

diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul.

6. Kajian kasus negatif, dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh

dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi

yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding;

7. Pengecekan anggota, yang dicek dengan anggota yang terlibat

meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan. Yaitu

salah satunya seperti ikhtisar wawancara dapat diperlihatkan untuk

dipelajari oleh satu atau beberapa anggota yang terlibat, dan mereka

diminta pendapatnya.

8. Kriteria kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan

teknik auditing. Yaitu untuk memeriksa kebergantungan dan kepastian

data.61 Demikian halnya dalam penelitian ini, secara tidak langsung

peneliti telah menggunakan beberapa kriteria pemeriksaan keabsahan

data dengan menggunakan teknik pemeriksaan sebagaimana yang

telah tersebut di atas, untuk membuktikan kepastian data. Yaitu

dengan kehadiran peneliti sebagai instrumen itu sendiri, mencari tema

atau penjelasan pembanding atau penyaing, membandingkan data

hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, mengadakan

61
Lexy J. Moeleong, op.cit., hlm. 326-338.

71
72

wawancara dari beberapa orang yang berbeda, menyediakan data

deskriptif secukupnya, diskusi dengan teman-teman sejawat.

h. Tahap-tahap Penelitian

Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan penelitian:

1. Tahap pra lapangan

a. Memilih lapangan, dengan pertimbangan bahwa MAN 3

Malang adalah salah satu Madrasah unggulan yang

menggunakan evaluasi diri dengan menggunakan analisis

SWOT.

b. Mengurus perijinan secara formal (ke pihak sekolah).

c. Melakukan penjajakan lapangan, dalam rangka penyesuaian

dengan MAN 3 Malang selaku objek penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan

a. Mengadakan observasi langsung ke MAN 3 Malang terhadap

Upaya Pengembangan Madrasah, Menggunakan Analisis

SWOT, dengan melibatkan beberapa informan untuk

memperoleh data.

b. Memasuki lapangan, dengan mengamati berbagai fenomena

proses pembelajaran dan wawancara dengan beberapa pihak

yang bersangkutan.

c. Berperan serta sambil mengumpulkan data.

72
73

d. Penyusunan laporan penelitian, berdasarkan hasil data yang

diperoleh.

73
74

BAB IV

PAPARAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang

1. Sejarah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang

Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang (MAN 3 Malang) merupakan salah

satu dari lima madrasah model di Jawa Timur, dan juga merupakan salah satu

Madrasah terpadu dari delapan madrasah terpadu se Indonesia. Sejarah singkat

MAN 3 Malang, bermula dari suatu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan guru pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah rendah

negeri. Hal ini berdasarkan surat keputusan bersama menteri Pendidikan dan

Kebudayaan dengan menteri Agama pada tanggal 2 Desember 1946 no.

1142/BH.A tentang penyediaan guru agama secara kilat dan cepat, sehingga

ditetapkan rencana pendidikan guru agama Islam jangka pendek dan jangka

panjang.

Untuk mewujudkan rencana tersebut, maka pada tanggal 16 Mei 1948

mulai didirikan Sekolah Guru Hakim Islam (SGHI) dan Sekolah Guru Agama

Islam (SGAI). Selanjutnya berdasarkan ketetapan menteri agama tertanggal 15

Agustus 1951 no. 7 SGAI diubah menjadi Pendidikan Guru Agama (PGA 5

tahun) yang siswanya berasal dari lulusan sekolah rendah atau Madrasah

rendah.

Berdasarkan Surat ketetapan menteri agama tanggal 21 Nopember

1953 No. 35, lama belajar di PGA ditambah 1 tahun, sehingga menjadi 6

tahun, dan diubah menjadi dua bagian, yaitu, Pertama: Pendidikan Guru

74
75

Agama Pertama (PGAP), lama belajarnya 4 tahun (kelas 1 s/d kelas 4) dan

Kedua: Pendidikan Guru Agama Atas (PGAA), lama belajarnya 2 tahun (kelas

5 dan kelas 6). Selanjutnya, pada tahun ajaran 1958/1959 PGAP dan PGAA

dilebur mengadi PGAN 6 TAHUN Malang.

Perkembangan berikutnya, dengan adanya surat keputusan Menteri

Agama tanggal 16 Maret 1978 No. 16, PGAN 6 tahun di pecah lagi menjadi

dua lembaga pendidikan yaitu,Pertama: Kelas 1 s/d 3 menjadi Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Malang 1, dan Kedua: Kelas 4 s/d 6 menjadi

Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) Malang. Selanjutnya berdasarkan

Keputusan Menteri Agama no. 42 tanggal 1 Juli 1992 PGAN Malang beralih

fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Malang.

Dan berdasarkan surat keputusan Direktur Jendral Pembinaan

Kelembagaan Agama Islam tanggal 16 Juni 1993 No. E/55/1993. MAN 3

Malang diberi wewenang untuk menyelenggarakan Madrasah Aliyah Program

Khusus (MAPK), yang selanjutnya berdasarkan perubahan kurikulum 1984 ke

kurikulum 1994, MAPK berubah nama menjadi Madrasah Aliyah Keagamaan

(MAK) sampai sekarang. PGAN Malang telah mencapai kejayaan, hal ini

berkaitan dengan keberhasilan outputnya yang dominan di tengah-tengah

masyarakat. Rata-rata alumni PGAN Malang menjadi orang yang berpengaruh

dimasyarakat. Selain itu juga banyak yang menjadi penjabat penting di

Lingkungan Departemen Agama maupun Departemen lain.

Secara kronologis Perjalanan Sejarah Berdirinya MAN 3 Malang dapat

diuraikan sebagai berikut :

75
76

a. PGAA Malang dimulai tahun ajaran baru pada tanggal 1 (satu) Agustus

1956, dengan nama PGAA 1 Malang dengan kepala sekolah R. Soeroso,

sedang PGAA II Malang adalah asal dari PGAA Surabaya yang pada

tahun 1958 dipindah ke Malang.

b. PGAA I Malang menumpang siswa dari PGAA 4 tahun, sedangkan

PGAP pada taktu itu (tahun 1956) dipimpin oleh kepala sekolah Bapak

Soerat Wirjodihardjo.

c. Gedung pertama PGAP dan PGAA 1 Malang adalah dijalan Bromo No.

1 pagi hari untuk PGAA 1 tahun dan sore hari PGAP 4 tahun.

d. Pada tahun pajaran 1956/1957 di Malang masih ada siswa SGHA

(bagian dan/Hukum agama) yang kemudian dihapus.

e. Gedung PGAA 1 Malang pada pertengahan tahun ajaran 1958

berhubungan dengan gedung baru PGAA 1 sudah selesai

pembangunannya yang terletak dijalan Bandung no. 7 Malang, maka

gedung yang baru (Jl. Bandung No. 7 Malang) segera ditempati, begitu

pula pada PGAP 4 tahun ikut pindah dijalan Bandung No, 7 Malang.

f. Pada akhir tahun 1958 PGAA Surabaya dipindah ke Malang dengan

nama PGAA II Malang dengan kepala sekolah Ibu Mas’ud yang

kemudian tahun 1959 dipindah ke Dinoyo Malang.

g. Pada tahun 1958/1959 PGAA I dan PGAP 4 tahun dilebur menjadi satu

yaitu PGA Negeri 6 tahun Malang kelas I s/d VI, dengan kepala sekolah

Bapak R.D. Soetario

76
77

h. Pada tahun 1961 s/d 1965 kepala sekolah dijabat Bapak R. Soemarsono

dan tahun 1966 s/d 1978 kepala sekolah Bapak Drs. Imam Effendi, tahun

1979 s/d 1987 kepala sekolah Bapak Sakat, tahun 1988 s/d 1990 kepala

sekolah Bapak H. Sanusi, tahun 1990 s/d akhir 1991 kepala sekolah Drs.

Masdjudin dan kepala sekolah Drs. Saleh menjabat sejak tanggal 16

Desember 1991 S/d September 1993.

i. Pada tanggal 1 juli 1992 dengan surat keputusan Menteri Agama RI

Nomor 42 tahun 1992 PGAN Malang dialihfungsikan menjadi Madrasah

Aliyah Negeri (MAN) Malang III dengan kepala sekolah Drs Untung

Saleh.

j. Dan pada tanggal 16 Juni 1993 dengan surat keputusan direktorat jendral

pembinaan kelembagaan Agama Islam No. E./55/1993, MAN Malang

diberi wewenang untuk menyelenggarakan Madrasah Aliyah Program

Khusus.

k. Pada tanggal 30 September 1993 kepala sekolah dijabat oleh Bapak Drs.

H. Khusnan A, sampai dengan tanggal 31 Mei 1998

l. Pada tanggal 20 Februari 1998 dengan surat keputusan Direktorat

Jendral pembinaan kelembagaan Agama Islam no.

E.IV/Pembinaan.00.6/KEP/17.A/1998 ditunjuk sebagai man model

dengan kepala sekolah Drs. H. Kusnan A.

m. Pada tanggal 1 Juni 1998 Kepala sekolah MAN 3 Malang dijabat Oleh

Bapak Drs. H Munandar menjabat sampai dengan tanggal 20 September

2000.

77
78

n. Pada tanggal 20 september 2000 kepala sekolah MAN 3 Malang dijabat

oleh Bapak Drs. H. Abdul Djalil, M.Ag s/d 30 April 2005

o. Dan pada tanggal 02 Mei 2005 kepala sekolah MAN 3 Malang dijabat

oleh Bpk. Drs. Imam Sujarwo.M.Pd sampai dengan sekarang.62

2. Karakteristik Umum Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang

Madrasah Aliyah Negeri Malang 3 sekarang telah ditetapkan sebagai

MAN Model (unggulan) dan sekaligus merupakan Madrasah terpadu yang

biasa disebut dengan “MAN 3 Malang” terletak di Jl. Bandung no: 7 Malang.

Secara sosiologis, MAN 3 Malang berada dilingkungan sosial dengan

karakteristik yang pluralistic, dari profesi, tingkat sosial penduduk, agama,

latar belakang budaya, dan lingkungan sosialnya beragam. Apabila ditinjau

dari segi kultural, bercirikhas modern.

Sebagaimana Madrasah Aliyah yang lain, yaitu merupakan lembaga

pendidikan formal yang sederajat dengan Sekolah Menengah Umum (SMU),

MAN 3 Malang pun berusaha sebaik mungkin menyiapkan peserta didiknya

untuk siap bersaing dengan peserta didik dari sekolah lain dalam hal

melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi.

Letak geografis sekolah MAN 3 Malang berada di areal komplek

pendidikan. Kota Malang sebagai kota pendidikan. Diantaranya berada di area

Jl. Bandung dan Jl.Veteran. Secara rinci dapat diketahui bahwa MAN 3

Malang terletak sebelah barat Universitas Malang atau UM yang dahulu

62
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

78
79

bernama IKIP Malang terpisah dengan Jl. Bogor disebelah seberang jalan.

Dari depan seberang jalan MAN 3 Malang atau sebelah utara terdapat

beberapa kampus unit pendidikan, yaitu SOB, Wearnes, dan Technos. Tepat

sebelah timur dari MAN 3 Malang berjajar sederet sekolahan secara berurutan,

yaitu MTsN I Malang, MIN Malang I dan TK Restu Malang.

Bangunan fisik MAN 3 Malang memiliki kemiripan dengan MTsN I

dan MIN Malang I. Pada bagian depan lingkungan sekolahan terlindungi oleh

pagar besi dengan ketinggian kurang lebih 1,5 meter dan dibalik pagar

tersebut tertata taman mungil. Diantara sebelah kiri dan kanan dari pagar

tersebut terdapat dua gapuro sebagai pintu masuk dan keluar. Ukuran dari

gapuro itu kurang lebih 1 x 4 meter, dua buah persegi sebagai tugu dengan

bentuk limas sebagai atap gapuro tersebut. Pada gapuro sebelah kanan terdapat

tulisan dibagian atas: “MAN 3 Malang” Sedangkan gapuro sebelah kiri

bertuliskan “MTsN I Malang". Gapuro bagian kiri tersebut merupakan pintu

keluar masuk yang menghubungkan MTsN I Malang dengan MAN 3 Malang.

Sebagai pusat pengendalian proses pendidikan MAN 3 Malang

ditempatkan pada gedung kantor bagian depan lingkungan sekolah. Gedung

ini dikelilingi oleh tanaman kecil dengan variasi tanaman. Apabila kita masuk

kantor dengan melewati pintu utama, akan terlihat beberapa kursi sofa warna

coklat tua tersandar di dinding yang menghadap ke barat. Kursi ini sebagai

ruang tunggu, biasanya digunakan oleh tamu atau wali siswa jika ada

kepentingan dengan guru atau kepala sekolah. Sebuah strategi yang menarik

untuk memperlihatkan hasil prestasi anak didik dan hasil prestasi sekolah,

79
80

ditempatkan piala dari berbagai lomba dalam bermacam kategori juara

didalam lemari etalase dengan ukuran kurang lebih 1,5 x 2 x 0,5 meter di

sandarkan pada dinding sebelah kanan didepan kursi tunggu.

Kantor ini mempunyai konstruksi bangunan dua lantai, dimana pada

bagian lantai bawah terbagi menjadi 4 lokal ruangan bagian depan sebelah

timur merupakan ruang Kepala Madrasah. Pada ruangan ini terdapat tembusan

pintu yang menghubungkan bagian ruangan TU. Tepat didepan ruang kepala

madrasah merupakan sebuah ruangan yang digunakan untuk para staf

madrasah atau ruang WAKA, baik waka kurikulum ataupun waka kesiswaan,

waka sarana dan prasarana, waka humas yang berada dalam satu ruangan kerja

tersebut. Berhadapan dengan pintu masuk ruang TU, merupakan ruang BP3.

Pada bagian barat ruangan ini terdapat jendela khusus yang biasa dilakukan

untuk keperluan administrasi siswa. Ruangan ini juga terdapat sebuah tangga

beton yang menghubungkan pada lantai dua. Dimana lantai tersebut sebagai

ruangan kesenian dan laboratorium komputer dibagian sebelah timur dan

barat.

Para staf pengajar atau guru ditempatkan didalam satu ruangan khusus.

Ruangan ini terletak disebelah selatan dari gedung utama atau kantor. Dimana

bagian ruangan guru tertata bangku bangku dan kursi secara bersap yang

ditempati sejumlah tenaga pengajar di MAN 3 Malang. Akan tetapi dalam

penataannya untuk guru putri disebelah timur menghadap kebarat dan guru

putra sebelah barat menghadap ke timur dengan ruas jalan pintu keluar masuk

baik dari arah kantor maupun dari ruangan aula sebagai pemisahnya.Ruang

80
81

aula ini tepat sebelah selatan dari ruang guru dengan beberapa pintu utama

yang menghadap ke barat.

Dari pintu keluar masuk siswa atau dengan melalui jalan sebelah barat

kantor, akan terlihat halaman luas yang tertata rapi dengan aksesoris taman

dan bunga yang indah. Halaman yang luas ini selain berdampingan dengan

dengan lapangan olah raga dikelilingi berbagai bangunan untuk ruang belajar

siswa. Siswa baik kelas I, II, III yang diberikan fasilitas belajar yang bersih

dan rapi. Pada ruangan siswa kelas I, dan II terletak disebelah selatan aula

dengan formasi leter ”L”, dimana kelas I di lantai atas dan lantai dasar

digunakan ruang belajar kelas II. Dan ruang belajar kelas III ditempatkan pada

bangunan yang terletak didepan sebelah barat kantor. Dengan posisi bangunan

seperti huruf “L” ini memiliki dua lantai, dimana lantai bawah yang terbagi

tujuh ruangan ini sebagai ruang kelas III. Untuk menunjang kegiatan proses

belajar siswa disediakan laboratorium Kimia, Fisika, Biologi, bahasa yang

ditempatkan pada lantai II. Adapun ruang perpustakaan ditempatkan pada

bagian sebelah selatan lapangan olah raga.

Karena setiap MAN model harus memiliki pusat sumber belajar

(PSBB), maka tempat PSBB terletak sebelah barat ruang belajar kelas III.

PSBB tersebut mempunyai banguanan dua lantai, dimana lantai dua sebagai

ruang kegiatan rapat, pertemuan-pertemuan atau seminar-seminar. Sebagai

peningkatan pelayanan, disediakan tempat peristirahatan sebelah barat PSBB

yang memiliki dua lantaio dan beberapa kamar. Dimana tempat peristirahatan

(PSBB) pintu utama menghadap ke timur tepat di Jl.Bogor. Disebelah utara

81
82

dari tempat peristirahatan ini berdampingan dengan koperasi sekolah. Untuk

kantin sekolah karena masih dalam perkembangan, disediakan tempat yang

sederhana terletak disebelah utara PSBB dan sebelah barat ruang belajar kelas

III.

Untuk meningkatkan kualitas pembinaan dan mutu siswa, MAN 3

Malang memiliki asrama siswa. Hal ini terlihat dari beberapa local bangunan

disebelah selatan membusur kebarat hingga berdampingan disebelah selatan

rumah peristirahatan (PSBB). Dalam memantapkan pembinaan terutama yang

terkait dengan bidang keagmaan dilaksanakan di masjid yang terletak dibagian

depan sebelah timur yang menghadap keutara. Disebelah timur dari masjid

terdapat sebuah rumah berupa rumah dinas. Jadi secara keseluruhan MAN 3

Malang telah memiliki fasilitas yang cukup memadai untuk proses belajar

mengajar, hal ini terlihat dari paparan karakteristik umum diatas.

MAN 3 Malang telah ditetapkan sebagai MAN model (unggulan) di

Indonesia dan sekaligus merupakan madrasah terpaduyang terdiri dari MIN

Malang I, MTsN Malang I, MAN Model atau MAN 3 Malang, Madrasah

terpadu ini secara berkesinambungan terus berpacu dalam meningkatkan

kualitas pelayanan dan kualitas pelaksanaan pendidikan untuk untuk

mengantarkan peserta didik agar mampu mewujudkan diri sebagai hamba

Allah yang memiliki kemantapan aqidah, kekhusukan ibadah (spritual

Quation), keluasan Iptek (Intelegency Quation), keluhuran akhlak (Emotional

Quation) sehingga dapat berprestasi dalam hidup bermasyarakat dalam

82
83

mengembangkan tugas sebagai khalifah fil ardli yang dapat menjadi rahmatal

lil alamin.

Menyadari tugas berat tersebut MAN 3 Malang telah melengkapi dan

meningkatkan kualitas-kuantitas berbagai fasilitas pembelajaran. Sumber

Daya Manusia (Guru dan Karyawan) selalu melakukan koordinasi/ kerjasama

dengan lembaga terkait. Dengan bermodalkan semangat membaja, sumber

daya manusia yang handal, harapan masyarakat yang professional serta posisi

yang strategis, menjadi tumpuhan dan harapan masyarakat sebagai sekolah

Islam, sekolah bermutu dan berkualitas yang bisa dibanggakan seperti MIN

Malang I terlebih dahulu mencuat terkenal diseantero Indonesia.63

3. Mandat, Nilai Keunggulan, Visi, Misi, dan Tujuan MAN 3 Malang

Mandat MAN 3 Malang :

Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam dibawah Kementrian

Agama, Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang mendapat mandat :

a. Mengemban amanah sebagai sekolah umum yang berciri khas

Islam.

b. Mengemban amanah sebagai madrasah model.

c. Mengemban amanah sebagai madrasah yang mengembangkan

kemampuan akademik, nonakademik, dan akhlak karimah.

Nilai Keunggulan :

63
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

83
84

Dalam melaksanakan kegiatannya, Madrasah Aliyah Negeri 3

Malang wajib menjunjung tinggi dan mengamalkan nilai-nilai sebagai

berikut :

a. Keimanan dan ketaqwaan.

b. Kebenaran.

c. Kebaikan.

d. Kecerdasan.

e. Kebersamaan

f. Keindahan.

Visi: terwujudnya madrasah model sebagai pusat keunggulan dan

rujukan dalam kualitas akademik dan nonakademik serta akhlaq karimah.

Misi:

1. Membangun budaya madrasah yang membelajarkan dan mendorong

semangat keunggulan.

2. Mengembangkan SDM madrasah yang kompeten.

3. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan lulusan berkualitas

akademik dan nonakademik serta berakhlaq karimah.

4. Mengembangkan system dan manajemen madrasah yang berbasis

penjaminan mutu.

5. Menciptakan dan mempelihara lingkungan yang sehat, kondusif, dan

harmonis.

6. Meningkatkan peran serta stakeholders dalam pengembangan

madrasah.

84
85

7. Mewujudkan madrasah yang yang memenuhi standar nasional

pendidikan.

8. Mewujudkan madrasah yang berorientasi pada standar internasional.

TUJUAN: Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan

di MAN 3 Malang adalah:

1. terwujud lulusan berkualitas akademikdan nonakademik serta

berakhlaq karimah.

2. Terbangun budaya madrasah yang membelajarkan dalam satu visi.

3. Terwujud SDM madrasah yang memeiliki kompetensi utuh.

4. Terlaksana tata kelola madrasah yang berbasis system penjaminan

mutu.

5. Tercipta dan terpelihara lingkungan madrsah yang sehat, kondusif,

dan harmonis.

6. Terbentuk stakeholders yang mempunyai rasa memiliki madrasah

(school ownership).

7. Tercapai standar nasional pendidikan.

8. Terwujud madrasah yang berorientasi pada standar internasional.

4. Struktur Organisasi MAN 3 Malang

Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang

menunjukkan hubungan antar komponen yang satu dengan yang lain, sehingga

jelas tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu

kebulatan yang teratur. Adapun bagan struktur organisasi MAN 3 Malang

sebagaimana terlampir dalam lampiran.

85
86

5. Kurikulum MAN 3 Malang

1. Keunggulan Kurikulum

a) Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam

pengembangan IPTEK dan IMTAQ peserta didik

(perpaduankurikulum Departemen Agama dan Departemen

Pendidikan Nasional).

b) Mengembangkan Program Kelas MABI (Madrasah Aliyah Bertaraf

Internasional), Program kelas akselerasi, Program kelas olimpiade

(IMO, ICHO, IBO, IPHO, dan ICTO) dan Program kelas regular.

c) Membangun SOFT SKILL dalam bentuk pengembangan nilai-nilai

spiritual dan keterampilan yang didasarkan pada tata nilai.

d) Program (CI+BI), Dalam rangka mewujudkan tujuan MAN 3 Malang

sebagai madrasah terpadu. MAN 3 Malang menyelenggarakan

program khusus untuk siswa Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa

(CIBI). CIBI merupakan program pendidikan yang memberikan

kesempatan kepada siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata

untuk dapat menyelesaikan program pendidikannya dalam waktu lebih

cepat dari siswa lainnya.

Program pendidikan yang dimaksud diatas tersebut Program

Percepatan Belajar atau Program Siswa Cerdas Istimewa dan Bakat

Istimewa (CIBI) dimana siswa madrasah aliyah dapat menyelesaikan

pendidikannya dalam waktu dua tahun.

e) Dalam rangka mewujudkan tujuan MAN 3 Malang dan sejalan

86
87

dengan full day school, MAN MODEL Malang menyediakan kelas

khusus Madrasah Aliyah Bertaraf Internasional (MABI) Berorientasi

TimurTengah.

Keberadaan MABI tersebut sangat strategis bagi MAN 3

Malang sebagai jawaban atas masih banyaknya anggapan bahwa

madrasah sebagai lembaga nomor dua yang tidak mampu bersaing dan

berprestasi secara nasional, apalagi internasional. Padahal MAN 3

Malang sendiri telah membuktikan diri dan mampu bersaing dengan

sekolah umum dan banyak kegiatan baik dalam lingkup kota, provinsi,

nasional, maupun internasional.

f) Full day School. Dengan dimulainya jam sekolah dari pagi sampai

sore hari, sekolah lebih leluasa mengatur jam pelajaran yang mana

disesuaikan dengan bobot pelajaran dan ditambah dengan model

pendalamannya. Sedang waktunya digunakan untuk program-program

pembelajaran yang bernuansa informal, tidak kaku, menyenangkan

bagi siswa dan membutuhkan kreativitas dan inovasi dari guru.

6. Kondisi Sarana dan Prasarana MAN 3 Malang

Untuk mengetahui sarana fisik MAN 3 Malang, penulis melakukan

penggalian data observasi secara langsung di lokasi penelitian dan didukung

dengan data dokumentasi yang penulis peroleh. Secara lebih jelasnya penulis

paparkan sebagai berikut:

87
88

Ruang pembelajaran disini penulis maksud sebagai ruang yang

digunakan dalam proses belajar mengajar. Adapun ruang pembelajaran ini

meliputi ruang kelas X,XI,XII; ruang laboratorium, perpustakaan dan

beberapa jenis ruangan yang menunjang proses akademik. Untuk kelas I

terbagi menjadi 9 kelas yang terletak disebelah selatan aula. Pada bangunan

ini terdapat dua lantai, dimana pada bagian atas (lantai dua) sebelah ruang

kelas II yang terbagi 9 ruang. Kelas III ditempatkan pada bangunan sebelah

timur kantor dengan dua lantai. Pada bagian lantai dasar terdapat 9 ruang

dengan urutan sebagai berikut: kelas III. IPA , III IPA , ruang laboratorium.

Bahasa, kelas III IPS , IPS , III bahasa. Sedang pada bagian lantai dua terjadi

menjadi 6 ruangan meliputi sebagai ruang laboratorium bahasa. Inggris/ Arab,

laboratorium fisika, laboratorium kimia, laboratorium biologi dan Green

Hous.

Untuk menunjang proses belajar mengajar terdapat sebuah bangunan

sebagai perpustakaan yang terletak disebelah selatan lapangan olahraga

sebagaimana setiap MAN Model harus memiliki bangunan PSBB terletak

disebelah timur dari bangunan kelas III/laboratorium dan diantaranya dengan

rumah dinas. Bangunan ini terletak disebelah timur dari bangunan kelas

III/laboratorium dan diantaranya dengan rumah dinas. Bangunan ini terletak

diareal tanah seluas 402 M2 dengan lantai. Dimana pada bagian atas

dimanfaatkan sebagai aula, aula disini dimanfaatkan baik untuk rapat,

pertemuan atau seminar.

88
89

Dalam rangka tercapainya target kualitas madrasah yang baik, tidak

lepas dari beberapa faktor pendukung yaitu sarana dan prasarana yang

memadai. Untuk mencapai target tersebut diupayakan pendayagunaan segala

sarana dan prasarana secara efektif dan efisien. Berkaitan hal tersebut, maka

faktor pendukung tersbut meliputi secara fisik, lingkungan dan beberapa

personel sebagai berikut:

a. Jumlah Ruang di MAN 3 Malang

TABEL I
TENTANG JUMLAH RUANGAN MAN 3 MALANG
TAHUN AJARAN 2010-201164
No Nama Ruangan Jumlah Ruangan
1 Ruang Kelas 26 Unit
2 Ruang BP/BK 1 Unit
3 Ruang Kepala Sekolah 1 Unit
4 Ruang Tata Usaha 1 Unit
5 Ruang Waka Sekolah Dan Dewan Guru 1 Unit
6 Ruang Keterampilan Serba Guna 2 Unit
7 Ruang Perpustakaan 1 Unit
8 Ruang Multimedia 1 Unit
9 Ruang Laboratorium Biologi 1 Unit
10 Ruang Laboratorium Kimia 1 Unit
11 Ruang Laboratorium Fisika 1 Unit
12 Bahasa Laboratorium Bahasa 2 Unit
13 Masjid 1 Unit
14 Ruang Osis 1 Unit
15 Kamar Mandi Untuk Guru Dan Karyawan 4 Unit
16 Kamar Mandi Siswa 7 Unit
17 Koperasi Sekolah 1 Unit
18 Ruang Usaha Kesehatan Siswa 1 Unit
19 Ruang Gamelan 1 Unit
20 Ruang Aula 1 Unit
21 Rumah Dinas 11 Unit
22 Rumah Penjaga Sekolah 1 Unit
23 Pos 1 Unit
24 Asrama Siswa 6 Unit
25 Asrama PSBB 1 Unit

64
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

89
90

26 Ruang Litbang 1 Unit


27 Ruang Komite 1 Unit
28 Kantor Dan Aula PSBB 1 Unit

Dilihat dari data diatas akan lebih mendukung apabila untuk ruang

administrasi perlu dilengkapi dengan satu ruang data khusus, untuk UKS

perlu poliklinik gigi dan umum, untuk ruang TU perlu perluasan dua kali

dari keadaan sekarang, untuk ruang kelas perlu mengikuti rasio guru murid

1:10, untuk lab perlu tambahan sesuai dengan kebutuhan lapangan, untuk

perpustakaan perlu tambahan media elektronik. Akan tetapi melihat dari

keadaan gedung yang sudah tersedia.

b. Perlengkapan Sekolah
TABEL II
PERLENGKAPAN SEKOLAH MAN 3 MALANG
TAHUN AJARAN 2010/201165
No Perlengkapan Sekolah Jumlah Perlengkapan
1 Komputer 168 Buah
2 Mesin Ketik 5 Buah
3 CCTV 33 Buah
4 Stensil 1 Buah
5 Laptop 2 Buah
6 Mesin laminating 1 Buah
7 Brangkas 3 Buah
8 Printer 17 Buah
9 LCD 22 Buah
10 Televisi 62 Buah
11 Mesin Foto Copy 2 Buah
12 Filling cabinet 12 Buah
13 Lemari 120 Buah
14 Numerator 1 Buah
15 Meja kerja kayu 1,028 Buah
16 Kursi kayu 1,336 Buah
17 Overhead projector 860 Buah
18 Buku teks siswa 14580 eksamplar
19 Buku Pegangan guru 2469 eksamplar

65
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

90
91

20 Buku penunjang 2610 eksamplar


21 Tempat tidur kayu 108 Buah
22 Tempat tidur besi 16 Buah
23 Kasur/Spring bed 197 Buah

Dilihat dari data perlengkapan madrasah yang ada maka untuk

jumlah mesin hitung masih kurang memenuhi kebutuhan siswa maka perlu

ditambah, disamping itu pula untuk buku teks perlu penambahan buku

yang up to date, sedangkan untuk buku tambahan perlu disediakan adanya

buku ensiklopedi umum dan buku ilmiah lainnya. Namun untuk

perlengkapan yang lain sudah cukup memadahi dan hal ini bisa dijadikan

penunjang untuk diterapkannya Manajemen Berbasis Sekolah di MAN 3

Malang.

c. Layanan Perpuastakaan
Peningkatan mutu layanan informasi melalui perpustakaan,

peningkatan minat baca dan promosi perpustakaan serta penyesuaian

sarana prasarana sesuai standar perpustakaan nasional.

Satu bentuk pelayanan yang sekarang diberikan perpustakaan

MAN 3 Malang adalah menggunakan jasa teknologi komputer yaitu

OPAC (On Line Public Acces Catalogue) SLA – Smart Library

Automation, yang merupakan software Manajemen Perpustakaan Modern

(yang digunakan sebagai katalog, dan juga memberikan antara lain:

1. Layanan Referensi

Perpustakaan MAN 3 Malang menyediakan layanan pinjaman

buku yang bersifat terbuka, berarti pengunjung dapat mencari dan

91
92

mendapatkan sendiri buku yang dikehendaki sesuai dengan katalog dan

bisa membawa pulang atau sesuai dengan peraturan yang berlaku bagi

anggota. Bagi yang bukan anggota perpustakaan hanya diperkenankan

membaca membaca ditempat, di perpustakaan MAN 3 Malang.

2. Layanan Multimedia/ Audio Visual.

Memberikan layanan berupa penggunaan fasilitas-fasilitas yang

ada diruang multimedia untuk kegiatan pembelajaran.

3. Layanan Internet

Perpustakaan MAN 3 Malang memberikan layanan berupa

penelusuran informasi online.

TABEL III
JUMLAH BUKU
TAHUN AJARAN 2010/201166
Buku
Pegangan
Teks Siswa Penunjang
Guru
No. Mata Pelajaran
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Judul Eks. Judul Eks. Judul Eks.


1. PPKn 14 70 10 934 12 92
2. Pendidikan Agama Tidak tercantum dalam bagan
Bahasa dan Sastra
3. 23 60 7 813 9 60
Indonesia
4. Bahasa Inggris 17 90 12 1890 10 70
Sejarah Nasional dan
5. 10 122 10 750 19 165
Umum
6. Pendidikan Jasmani 3 20 3 35 2 4
7. Matematika 35 200 26 2380 7 63
IPA ( Khusus
8.
SMP/MTs)
a. Fisika 21 150 13 1280 97 490

66
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

92
93

b. Biologi 27 175 20 000 45 550


c. Kimia 27 189 13 1110 13 235
IPS ( Khusus
9.
SMP/MTs )
a. Ekonomi 23 130 18 2060 6 25
b. Sosiologi 11 375 12 860 50 40
c. Geografi 12 65 8 400 8 55
d. Sejarah Budaya 17 55 6 85 7 70
e. Tata Negara 8 40 5 170 8 90
f. Antropologi 6 150 7 240 7 29
Teknologi Informatika
10. 20 20 2 2
Komputer
11. Pendidikan Seni 5 10 5 3 5 20
12. Bahasa Asing Lain 10 27 7 70 6 25
Bimbingan dan
13. 8 25 6 25
Penyuluhan

d. Luas Tanah dan Bangunan MAN 3 Malang

MAN 3 Malang berdiri diatas areal tanah seluas 16,810 M 2 dengan

batas sebelah utara dengan jalan bandung sebelah barat selatan Jl. Bogor

dan sebelah timur berbatasan dengan MTsN I Malang. Dalam areal tanah

tersebut berdiri bangunan dua tingkat sebagai kantor madrasah meliputi

ruang kepala madrasah, ruang waka, ruang TU, ruang BP3 pada lantai

pertama dan untuk lantai dua digunakan sebagai ruang kesenian dan lab.

Komputer. Untuk ruang guru berada dibelakang kantor dengan bangunan

tersendiri. Pada bagian aula merupakan bangunan yang terletak disebelah

selatan ruang guru. Pada bagian depan sebelah barat terletak sebuah

bangunan rumah dinas dan sebuah bangunan masjid, memiliki asrama

murid dengan 6 lokal dimana bangunan ini berdiri diatas areal tanah seluas

1.468 M2. Dan juga terdapat rumah peristerahatan (PSBB). Dengan dua

lantai pada areal tanah seluas 402 m disebelah selatan masjid. Dari sisa

93
94

bangunan terdapat beberapa bangunan sebagai ruang pembelajaran, UKS,

Kopsis, Kantin.67

e. Fasilitas Tempat

Tempat untuk upacara bendera di MAN 3 Malang dilaksanakan

dihalaman MAN 3 Malang, fasilitas tempat upacara ini sekaligus dapat

digunakan sebagai sarana olah raga siswa seperti:

1) Lapangan sepak bola sekaligus tempat upacara bendera

2) Lapangan tennis meja

3) Bak pasir untuk pelaksanaan olah raga lompat jauh dan lompat tinggi.

4) Net untuk tenes lapangan, bola volley, bulu tangkis, sepak takraw,

tenes meja, lempar lembing, tolak peluru, raket, bola bet, tenes meja

dan lain-lain.

Fasilitas olah raga MAN 3 Malang sudah lebih dari cukup, karena

setiap kegiatan olah raga di tunjang dengan fasilitas yang memadai, dan

hal ini merupakan penunjang untuk diterapkannya MBS di MAN 3

Malang.

Adapun untuk pengaturan pendayagunaan laboratorium digunakan

hanya pada saat ada praktikum saja yang mana fungsi dari laboratorium

adalah sebagai tali sambung dari teori yang dipelajari dan kemudian

diaplikasikan sesuai dengan teori didalam laboratorium.

67
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

94
95

TABEL IV
RATA-RATA PENGGUNAAN LABORATORIUM TIAP MINGGU
TAHUN AJARAN 2010/201168
Rata-rata
Biologi Kimia Fisika Bahasa Komputer
penggunaan
Laboratorium
12 Jam 12 Jam 4 Jam 18 Jam 56 Jam
tiap minggu

Dan untuk fasilitas pembelajaran adalah sebagai berikut:

a) Ruang belajar yang representatif dan dilengkapi TV dan VCD.

b) Gedung PSBB (pusat sumber belajar bersama) lengkap dengan

laboratorium, aula dan asrama sarana prasarana terfungsikan secara

optimal.

c) Laboratorium biologi, kebun percobaan, fisika, kimia, matematika,

bahasa, agama dan Lab Komputer.

d) Media pendidikan: OHP, slide, audio, visual, (VCD player, TV, radio,

tape).

e) Masjid, asrama, instruktur dan siswa, aula, dan koperasi siswa.

f) Lingkungan sekolah nyaman dan asri.

g) Dokter sekolah memberikan klinik pemeriksaan dan obat-obatan

secara cuma-cuma.

Dengan adanya pelayanan perpustakaan terhadap siswa, serta

fasilitas pembelajaran, dan sarana prasarana yang memadai maka MAN 3

Malang sangat peduli terhadap pengembangan ilmu pengetahuan peserta

didik.

68
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

95
96

7. Kondisi Guru dan Pegawai MAN 3 Malang

Peran guru sebagai pembimbing siswa sangat berperan dalam upaya

mendidik dan membimbing kualitas pembelajaran Al-Qur’an siswa. Oleh

karena itu, maka guru MAN 3 Malang mengajar sesuai dengan kompetensi

atau bidangnya, sehingga dalam proses belajar mengajar harapan bahwa siswa

akan mendapat suatu yang menjadi tujuannya akan tercapai. Dan sudah

selayaknya guru memikirkan potensi lebih tinggi dari pada siswanya dalam

segala hal.

Adapun secara rinci profil Guru MAN 3 Malang sebagai berikut:

1) Selalu menampakkan diri sebagai seorang mukmin dan muslim di

mana saja ia berada

2) Memiliki wawasan keilmuan yang luas serta profesionalisme dan

dedikasi yang tinggi

3) Kreatif, dinamis dan inovatif dalam pengembangan keilmuan

4) Bersikap dan berperilaku amanah, berakhlak mulia dan dapat menjadi

contoh civitas akademika yang lain.

5) Berdisiplin tinggi dan selalu mematuhi kode etik guru

6) Memiliki kemampuan penalaran dan ketajaman berfikir ilmiah yang

tinggi

7) Memiliki kesadaran yang tinggi di dalam bekerja yang didasari oleh

niat beribadah dan selalu berupaya meningkatkan kualitas pribadi

8) Berwawasan luas dan bijak dalam menghadapi dan menyelesaikan

masalah

96
97

9) Memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan bersikap proaktif.

Ketenagaan dalam lembaga pendidikan dikategorikan menjadi dua

bagian yaitu guru dan pegawai tidak tetap. Untuk guru dan pegawai tetap,

dengan guru dan pergawai tidak tetap. Untuk guru dan pegawai tetap, dengan

guru dan pegawai tidak tetap. Untuk guru dan pegawai tetap berjumlah 48

orang, sedangkan jumlah guru dan pegawai tidak tetap sebanyak 39 orang.

Dari jumlah guru dan pegawai baik tetap maupun tidak tetap, untuk tenaga

pendidikan (guru) sebanyak 69 orang dan 18 orang sebagai pegawai, baik TU,

BP, perpustakaan maupun lainnya.

Kepala madrasah, waka kurikulum, dan humas serta beberapa guru

telah mengikuti Cooperatif study, Short Course dan studi diluar negeri antara

lain: New Zealand, Australia, Canada, Mesir Dan Brunai Darussalam.

Dengan mengikuti studi komperatif di luar negeri maka tidak diragukan lagi

bahwa dalam hal kuantitas dan kualitas sumber daya manusia terutama kepala

sekolah sebagai pemegang kebijakan, guru, dan orang-orang yang duduk

dalam instansi.

Dalam pembagian tugasnya seseorang pegawai bekerja berdasarkan

kelayakan tugas, artinya disesuaikan dengan keadaan ekonomi dan dedikasi.

Setiap guru akan mendapatkan 24 jam pelajaran setiap pekannya, jika ternyata

jam pelajaran dalam mengajarnya lebih dari 24 jam setiap pekannya, maka

guru tersebut berhak mendapatkan honor. Hal ini merupakan kebijakan yang

arif dan bijaksana dari kepala sekolah di MAN 3 Malang terhadap tenaga

pendidik.

97
98

8. Kondisi Siswa MAN 3 Malang

Siswa adalah seseorang yang dijadikan obyek sekaligus sebagai

subyek dalam pendidikan, dalam hal ini siswa yang sangat berperan dalam

pembelajaran. Minat, bakat, motivasi, dan juga dukungan dari siswa itu yang

menjadikan lembaga pendidikan berhasil tidaknya.

a. Perencanaan Dan Penerimaan Siswa

Siswa adalah seseorang yang dijadikan objek dalam penelitian.

Sehingga minat, bakat, motivasi dan juga dukungan dari siswa itu yang

menjadikan lembaga pendidikan berhasil tidaknya. Namun dalam hal ini

siswa yang masuk ke MAN 3 Malang harus melalui tes masuk. Tes masuk

tersebut yang melalui nilai danem dan juga ada tes masuk baca Al-Qur’an,

hal ini sesungguhnya ini bermanfaat pada saat ada nilai danem yang sama.

Kalau dalam nilai danem ada yang sama (danem terendah) maka dalam

penerimaan siswa-siswi diambil yang mempunyai nilai yang tertinggi dari

hasil tes baca dan tulis Al-Qur’an.

b. Pengaturan Pengelompokan Siswa

Siswa dikelompokkan sesuai dengan rangking/rapot prestasinya

untuk kelas I menggunakan rangking dan danem. Hal ini berlaku untuk

satu semester dua pengaturan diacak kem,bali, melalui rangking atau nilai

rapot siswa selama satu semester. Seangkan untuki kelas II dan III sesuai

dengan rangking tiap jurusan. Mengenai pengelompokan ini siswa tidak

diberi tahu bagi kelas yang menempati rangking tertinggi. Hal ini

diharapkan mampu untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasinya

98
99

dengan maksimal, begitupun kelas yang lain yang tentunya membutuhkan

perhatian yang khusus terutama pada kelas yang peringkat atau rangking

terendah. Untuk penjurusan program IPA, IPS dan bahasa dimulai kelas II

mulai tahun 2002.

c. Pengaturan Pembinaan Dan Tata Tertib Siswa

Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan dan tata tertib siswa

merupakan salah satu syarat untuk dijadikan pertimbangan dalam hal

membina siswa agar disiplin oleh karena itu MAN 3 Malang membuat tata

tertib yang cukup ketat, yaitu penerbitan “KONASI” yaitu kontak bina

potensi dan prestasi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

d. Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa

Kegiatan ekstrakurikuler yang berbasis pada minat dan bakat siswa

juga termasuk pengembangan club-club bidang studi keagamaan dan club-

club kajian ilmiah lainnya.

Untuk membangun soft skill peserta didik sehingga memiliki

ATTITUDE (Appreciative, Thought, Team Work, Integrity, Time

Management, Usefulness, Dedicative, and Endless Learning) melalui

berbagai bentuk kegiatan sebagai berikut:

1) Kir,Pramuka, Paskibraka, PMR

2) Broadcasting, Master of Ceremony (MC)

3) Kesenian (Drama, Musik, Lukis, Puisi, Paduan Suara, Karawitan,

Terbang Sholawat, dan Nasyid)

4) Olahraga (Futsal, Foot Ball, Volly Ball, Badminton, Tabel

99
100

Tennis, Lawn Tennis, Basked Ball, Swimming, Taekwondo, dan

Tapak Suci)

5) English Club, IT Club, Jurnalistik, Mekratonik Club.

B. Penyajian Data dan Hasil Analisis Penelitian

Penyajian data dalam bab ini adalah penyajian dan sekaligus analisis

data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Sebagaimana rumusan masalah yang sudah disebutkan dalam bab I, maka

peneliti menyajikan data sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Upaya pengembangan mutu madrasah dengan menggunakan analisis

SWOT di Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang.

Pengembangan mutu madrasah merupakan upaya yang harus terus

dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa

Indonesia. Kondisi tersebut dikarenakan meningkatnya mutu madrasah

tentu akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan kualitas

pendidikan yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas SDM (Sumber

Daya Manusia) pada suatu Negara. Berbagai bukti empirik telah

menunjukkan bahwa tingginya kualitas SDM suatu negara diawali dengan

meninggkatnya mutu lembaga pendidikan di Negara tersebut. Namun

demikian, peningkatan mutu madrasah bukanlah proses yang mudah

dilakukan karena sangat terkait antara berbagai faktor yang

mempengaruhinya.

Faktor yang paling penting dalam pengembangan mutu madrasah

adalah faktor kepemimpinan. Sebagai seorang yang memiliki wewenang

100
101

paling tinggi di madrasah pemimpin sangat mungkin untuk mempengaruhi

keseluruhan jalannya organisasi. Kemampuan pemimpin dalam dalam

melaksanakan perubahan terutama perubahan dalam mindset orang-orang

yang ada di madrasah akan menjadi titik awal dalam menuju peningkatan

mutu madrasah yang kompetitif dan unggul. Perubahan mindset tentu

harus diarahkan menuju terciptanya nilai-nilai unggul di madrasah yang

dianut dan di implementasikan oleh seluruh komponen madrasah. Melalui

nilai-nilai inilah kemudian tercipta budaya organisasi yang kondusif bagi

suatu perubahan menuju keunggulan. Budaya madrasah yang kondusif ini

akan menjadi prasyarat penting dalam proses peningkatan mutu madrasah.

Apabila prasyarat telah dipenuhi maka proses manajemen madrasah dapat

dijalankan dengan baik.

Hal diatas tersebut sesuai dengan prinsip analisis SWOT yang

sebenarnya bertumpuh pada faktor pemimpin atau manajer, karena seorang

pemimpin merupakan instrument yang ampuh dalam melakukan analisis

stratejik untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan

peluang sehingga sekaligus berperan sebagai alat menekan dampak

ancaman yang timbul dan harus dihadapi.

Hal tersebut senada dengan apa yang diungkapkan oleh Waka

kurikulum MAN 3 Malang pada waktu interview bersama peneliti. Beliau

mengatakan bahwa

“…….. Namanya pengembangan mutu pertama manajerial, sistem,


peningktan sdm, sarpras yang menunjang, dan dukungan komite, kalau itu
jalan semua insyaAllah sekolah ini luar biasa, yang mana dalam sistem
tersebut terdapat program-program termasuk diantaranya. Disamping hal

101
102

tersebut diatas terdapat juga faktor yang lebih penting yaitu kepemimpinan
yang juga termasuk kekuatan yang dimiliki oleh madrasah kita.”69

Dari penjelasan diatas dan petikan hasil interview diatas maka

dapat diinterpretasikan bahwa kiranya tidak akan ada pihak yang

menyangga kebenaran pendapat yang mengatakan bahwa kepemimpinan

merupakan elemen organisasional yang sangat menentukan dalam

implementasi strategi madrasah maupun berbagai satuan bisnis dan semua

bidang fungsional. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik analisis

SWOT yang mengandalkan faktor kepemimpinan atau manajer untuk

menentukan kebijakan strategis dalam pengembangan madrasah.

Kepala madrasah diharapkan untuk mampu menciptakan tantangan

kinerja madrasah (kesenjangan antara kinerja yang actual/nyata dan

kinerja yang diharapkan). Berangkat dari sini, kemudian dirumuskan

sasaran yang akan dicapai oleh madrasah, dilanjutkan dengan memilih

fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, lalu melakukan

analisis SWOT untuk menemukan faktor-faktor yang mengandung

persoalan dalam pengembangan madrasah dan mengupayakan langkah-

langkah pemecahan persoalan.

Dalam pengambilan keputusan seorang pimpinan harus

menggunakan keputusan partsipatif atau mencari kesamaan antara

kelompok-kelompok kepentingan madrasah (kepala madrasah, guru,

siswa, orang tua siswa, dan para ahli/pakar pendidikan) wilayah kesamaan

69
Wawancara dengan Drs. M. Jasa, Waka kurikulum MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

102
103

inilah yang menjadi modal dasar untuk menumbuhkan “rasa memiliki”

bagi semua kelompok kepentingan madrasah dan ini dapat dilakukan

secara efektif melalui semua kelompok kepentingan dalam proses

pengambilan keputusan. Akan tetapi keputusan terakhir berada dalam

wewenang kepala madrasah.

Hal tersebut diatas sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh

MAN 3 Malang, dan sesuai dengan yang ditemukan peneliti pada saat

melakukan interview dengan kepala MAN 3 Malang.

“…….. Di dalam mengembangkan MAN 3 Malang ini memang


kami tidak hanya melibatkan komponen yang ada didalam, akan tetapi
juga kami melibatkan stakeholder yang ada. Termasuk kaitannya
bagaimana madrasah ini kita bawa kedepan. Selanjutnya kita adakan
simposium level madrasah, dimana simposium itu diikuti oleh perwakilan
orang tua murid, komite madrasah, guru, tokoh masyarakat,
Diknas/Depag, siswa/osis, wakil MTs dan kepala SMA.” 70
Penjelasan diatas merupakan bagian dari Undang-undang No 20

Tahun 2003. Pasal 56 ayat (1) tentang sistem pendidikan nasional, yang

mengatakan bahwa Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu

pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengadaan, dan evaluasi

program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah.

Tujuan yang berat akan menjadi ringan jika dilakukan secara

sinergis antara semua pihak yang terkait (stakeholder). Ketiga komponen

yang saling terkait untuk memajukan pendidikan adalah sekolah, keluarga,

dan masyarakat. Ketiga komponen ini memang memiliki peran dan fungsi

masing-masing. Namun, pelaksanaan peran dan fungsi masing-masing

70
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

103
104

tersebut akan tetap memerlukan hubungan dan kerja sama antara semua

stakeholder tersebut.

Dengan melibatkan tiga komponen tersebut diharapkan suatu

madrasah dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan maupun peluang dan

ancaman. Hal tersebut hanya bisa didapatkan apabila pihak madrasah

melibatkan pihak luar madrasah / ekstren. Hal tersebut sesuai dengan yang

dikatakan oleh Bapak Imam Sujarwo selaku kepala MAN 3 Malang….

“……Memang didalam menganalis SWOT itu memang kami tidak


hanya dari sisi intern tapi termasuk entern juga, tidak hanya dari sisi
internal tapi juga eksternal dari kalangan yang punya peduli terhadap
madrasah ini, bagaimana mengantarkan madrasah ini kedepan.”71
Suatu lembaga dinilai mempunyai kinerja yang baik jika lembaga

tersebut menghasilkan keluaran yang ditargetkan berupa barang atau jasa

yang bermutu secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Untuk mencapai

kinerja seperti ini banyak faktor yang berpengaruhyang perlu diperhatikan.

Faktor-faktor tersebut pada prinsipnya dapat dibagi kedalam dua

kelompok, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam madrasah itu

sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari luar madrasah. Dengan

menganalisis dan mengevaluasi berbagai faktor internal dan faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja suatu madrasah, diharapkan

madrasah dapat mengetahui kapasitas kemampuannya saat ini, dan

menentukan strategi untuk meningkatkan kinerjanya di masa yang akan

datang.

71
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

104
105

Pada prinsipnya hal-hal yang termaksud kedalam faktor internal

yang mempengaruhi kinerja madrasah adalah hal-hal yang berkaitan

dengan kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses). Sedangkan, hal-

hal yang termasuk dalam faktor eksternal adalah yang berkaitan dengan

peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang dapat mempengaruhi

kinerja madrasah tersebut. Dengan menganalisis kekuatan dan kelemahan

serta peluang adan ancaman yang harus dihadapi maka suatu madrasah

dapat menentukan strategi untuk mengembangkan dan menigkatkan

kualitasnya secara optimal.

Dalam sistem pendidikan dasar dan menengah, acuan untuk

melihat hal-hal yang menjadi kondisi internal didasarkan kepada delapan

standar nasional pendidikan yang sekaligus merupakan acuan dalam

melakukan evaluasi diri.sedangkan kondisi ekternal didasarkan pada

kondisi yang ada diluar lembaga yang berupa peluang dan ancaman,

termasuk tuntutan pemangku kepentingan (stakeholder).

Penjelasan diatas sesuai dengan apa yang didapatkan oleh peneliti

pada saat interview dengan kepala madrasah MAN 3 Malang yang

mengatakan.

“………Dalam melakukan analisis SWOT, kami mengacu pada 8


standar pendidikan yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan”72
Selanjutnya Bapak Imam Sujarwo juga menjelaskan.

72
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

105
106

”……….Bahwa kekuatan yang dimiliki oleh MAN 3 Malang


sesuai dengan Standar isi adalah adanya komitmen MAN 3 Malang untuk
melaksanakan kurikulum berdasarkan standar BSNP, sedangkan
kelemahannya ialah kerangka dasar kurikulum masih menggunakan
standar minimal dari BSNP . selanjutnya masalah yang terkait pada guru
itu kan ada pada standar tenaga kependidikan kekuatannya yaitu rasio
jumlah guru dan bidang studi sudah sesuai, kelemahannya jumlah guru
GTT masih cukup banyak, tapi sekarang sudah banyak yang menjadi
pegawai negeri, masih sedikit guru yang memiliki karya pengembangan
profesi, artinya guru-guru diajak menulis saja masih susah, mestinya guru
madrasah yang seperti ini kan gurunya kreatif , menulis modulnya dari
dalam sendiri kemudian LKS juga seharusnya dari dalam diri sendiri tapi
kenyataannya masih belum, kita masih belum bisa mengajak teman-teman
seperti itu. Masih sedikit guru yang berprestasi dibidang akademik
maupun non akademik, misalkan guru teladan juga masih belum muncul
dari sekolah ini.”73
Bapak Jasa menjelaskan....

“........bahwa kalau kekuatan sebenarnya banyak dukungan dari


masyarakat itu termasuk peluang yang kita ambil, yang mana dari peluang
itu kita buat sebagai penunjang untuk kualitas dengan adanya pilihan dari
masyarakat kita buat sebuah program yang lebih baik, lalu kita perkuat
dengan program itu sendiri, manajerial, sosok pimpinan, komite, sarana
dan prasarana dan SDM itu semua termasuk kekuatan yang kita miliki.
Akan tetapi ada juga kelemahan, kelemahanya tidak semua guru
menguasai bahasa asing dan input siswa, karena kalau kita bandingkan
dengan SMA, Madrasah masih tergolong second clas. Kalau kita lihat
siswa MAN 3 Malang dari kota malang sangat minim. Anak SMP di
malang melanjutkan ke SMA.”74

Bapak Jazuli menjelaskan....

“.......apabila ditinjau dari sarana dan prasarana dan berdasarkan


Standar Nasional Pendidikan, kita sudah memenuhi standar itu semua,
tinggal kita mengoptimalkan saja. Sedangkan kelemahannya beberapa
orang guru masih gaptek, butuh sosialisasi dan belajar.”75

Bapak Merdi mengatakan....

73
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.
74
Wawancara dengan Drs. M. Jasa, Waka kurikulum MAN 3 Malang 6 Januari 2010.
75
Wawancara dengan Drs. M. Jazuli, Waka Sarpras MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

106
107

“......bahwa secara akademik kita dapat dikatakan masih


dibawahSMA unggulan di Malang, akan tetapi kelemahan tersebut kita
tutupi dengan kekuatan kita dengan selalu menanamkan ilmu aqidah dan
akhlaq. Dengan keadaan tersebut allhamdulillah 80% lebih siswa MAN 3
Malang output dan out come nya masuk ke PTN.76

Dari wawancara diatas dapat peneliti simpulkan bahwa jawaban

dari semua narasumber diatas sebenarnya telah berdasarkan dari suatu

analisis SWOT yang telah dilakukan oleh MAN 3 Malang, analisis SWOT

tersebut berdasarkan kepada Standar Nasional Pendidikan. Lebih jelasnya

dapat dilihat dibawah ini.

1. Standar Isi

Kekuatan:

a. Adanya komitmen MAN 3 Malang untuk melaksanakan kurikulum

berdasarkan standar BSNP

b. Beban belajar siswa sudah sesuai dengan standar BSNP.

c. Untuk meningkatkan mutu lulusan yang didasarkan atas UN, siswa

diberi tambahan pengayaan belajar mulai dari kelas X sampai kelas

XII.

d. Adanya muatan lokal yang berupa pengembangan Information and

Communication Technology (ICT)

e. Pengembangan diri diberikan dalam bentuk Bimbingan Konseling,

klub bidang studi, klub pengembangan keterampilan (teater, pramuka,

76
Wawancara dengan Drs. Merdi Yurianto, Waka kesiswaan MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

107
108

dakwah, BDI, musik, English Conversation Club, jurnalistik, PMR,

KIR, club olimpiade, broadcasting, paduan suara, nasyid dll.

f. Kalender pendidikan di MAN 3 Malang mengacu kepada kalender

Pendidikan Nasional

Kelemahan:

a. Kerangka dasar kurikulum masih menggunakan standar minimal dari

BSNP (belum ada peningkatan/pengembangan)

b. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) masing-masing bidang studi

belum semuanya sesuai dengan standart BSNP (beberapa masih di

bawah nilai 70)

c. Untuk program akselerasi belum mempunyai kurikulum yang baku

d. Beban mengajar guru belum semuanya sesuai dengan BSNP (24 jam)

e. Program responsi untuk materi agama dan jurusan, belum mempunyai

panduan

f. Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk

sistem fullday school (> jam 14.00)

g. Dalam penyusunan jadwal pelajaran masih belum mengikut sertakan

rumpun bidang studi

h. Jadwal pelajaran masih sering dilakukan perubahan ketika proses

pembelajaran sudah berjalan

2. Standar Proses

Kekuatan:

a. Perangkat Pembelajaran masing-masing bidang studi sudah lengkap

108
109

b. Mengadakan workshop setiap awal tahun ajaran untuk pengembangan

perangkat pembelajaran (silabus, RPP, dan Sistem Penilaian).

c. Fasilitas pembelajaran sudah cukup memadai (buku, ruang kelas,

multimedia, perpustakaan, dll)

d. Pemanfaatan sumber belajar bervariasi dan meningkat

e. Guru telah mengalokasikan waktu sesuai dengan prosem

f. Program remidi dan pengayaan sudah terlaksana pada semua bidang

studi.

g. Pengembangan muatan local (ICT) sudah berjalan dengan baik

h. Pemanfaatan ICT dalam melaporkan hasil belajar siswa

i. Laporan hasil belajar siswa sudah bisa diakses lewat internet

j. Aturan pengawasan KBM sudah ada

k. KBM sudah relative menyenangkan

l. Pelaksanaan KBM pada hampir semua mata pelajaran UN sudah

dilaksanakan secara team teaching

Kelemahan:

a. Instrumen Penilaian masih belum lengka

b. Media pembelajaran masih belum lengkap

c. Belum semua siswa dapat mengembangkan diri sesuai dengan bakat

dan minatnya

d. Dimungkinkan masih ada guru yang belum menggunakan strategi

pembelajaran yang bervariasi.

109
110

e. Masih ada guru yang belum memiliki kompetensi dibidang ICT

f. Masih ada guru yang belum menginternalisasikan life skill secara

universal dalam KBM

g. Kurang optimalnya penggunaan media pembelajaran yang tersedia

oleh guru

h. Belum ada program akselerasi bidang studi

i. Belum optimalnya pelaksanaan program pengembangan diri (termasuk

perekrutan Pembina)

j. Madrasah belum mempunyai standar proses belajar mengajar

k. Belum optimalnya peran komite dalam pengembangan standar proses

pembelajaran

l. Dimungkinkan pelaksanaan penilaian berbasis kelas belum optimal

m. Pelaksanaan laporan hasil belajar siswa setiap dua bulan sekali belum

terlaksana secara optimal (belum tepat waktu)

n. Pengelolaan laporan hasil belajar siswa belum optimal

o. Pelaksanaan aturan pengawasan KBM belum optimal

p. Sosialisasi tentang aturan pengawasan KBM kepada siswa kurang

optimal

q. Pengisian jurnal KBM di kelas belum optimal

3. Standar Kompetensi Lulusan

Kekuatan:

a. SKL materi Ujian Madrasah (UM) di buat bersama-sama team guru

bidang studi se Jawa Timur yang dikoordinir Mapenda Kanwil Jatim

110
111

b. Soal UM dibuat oleh team guru bidang studi bersama dengan KKM.

c. Upaya meningkatkan kualitas lulusan di setiap tahun

d. Upaya mewujudkan lulusan yang kompetitif di tingkat nasional

e. Lulusan MAN 3 Malang sudah banyak diterima di PTN/PTS

terkemuka di Indonesia dan di beberapa perguruan tinggi di luar

negeri seperti Mesir, Saudi Arabia, Malaysia, Australia, Sudan,

Jepang, dll

f. Adanya organisasi ikatan alumni

Kelemahan:

a. Belum memiliki standar mutu lulusan yang kompetitif di tingkat Asia

b. Belum mempunyai standar mutu lulusan yang berstandar internasional

c. Belum mempunyai program untuk mencetak lulusan yang ahli

dibidangnya dan mampu bersaing di era global

d. Kompetensi lulusan yang siap melanjutkan ke luar negeri masih

rendah

e. Ada indikasi life skill siswa masih rendah

f. Belum semua lulusan memiliki akhlak mulia sesuai ajaran Islam

g. Indentifikasi profil alumni masih belum optimal

h. Daya saing lulusan MAN 3 Malang masih kurang

4. Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

Kekuatan:

a. Rasio jumlah guru dan bidang studi sudah sesuai (sebanding)

111
112

b. Kualifikasi tenaga pendidik sudah sesuai dengan tuntutan BSNP

(minimal S1)

c. Semua guru telah menentukan tujuan pembelajaran yang dibimbing

d. Semua guru telah menghargai peserta didik tanpa membedakan suku,

adat, daerah asal, dan gender

e. Guru dapat berkomunikasi secara santun dengan teman sejawat, orang

tua, dan siswa

f. Beberapa guru sudah menyelesaikan pendidikan tingkat master (S2)

baik di dalam maupun di luar negeri

g. Beberapa guru sudah mengisi pelatihan di tingkat sekolah, kota,

propinsi, dan nasional.

Kelemahan:

a. Jumlah guru GTT masih cukup banyak

b. Masih sedikit guru yang memiliki karya pengembangan profesi.

c. Masih sedikit guru yang berprestasi dibidang akademik maupun non

akademik

d. Belum ada program beasiswa guru yang melanjutkan jenjang S-2 dari

lembaga

e. Ada indikasi bahwa belum semua tenaga pendidik melakukan

identifikasi potensi peserta didik (kemampuan dan kesulitan dalam

mata pelajaran yang dibimbing)

f. Belum semua guru memahami teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang terkait dengan mata pelajaran yang dibimbing

112
113

g. Belum semua guru menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode,

dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam

matapelajaran yang dibimbing

h. Belum semua guru mampu memilih materi pembelajaran sesuai

dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik

i. Belum semua guru mampu menyusun rancangan pembelajaran yang

lengkap, baik untuk kegiatan di kelas, di laboratorium, maupun di luar

kelas

j. Belum semua guru mampu mengembangkan instrumen penilaian,

evaluasi proses dan hasil belajar

k. Belum semua guru mampu melakukan refleksi terhadap pembelajaran

yang telah dilaksanakan

l. Ada indikasi bahwa perilaku kepala madrasah, guru, dan karyawan

belum dapat dapat diteladani secara menyeluruh oleh pesereta didik

dan anggota masyarakat di sekitarnya

m. Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum

menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang baik.

n. Belum semua tenaga pendidik mengikutkan orang tua peserta didik

dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi

kesulitan belajar peserta didik

o. Belum semua guru menguasai standar kompetensi dan kompetensi

dasar mata pelajaran yang dibimbing

113
114

p. Belum semua tenaga pendidik mampu mengembangkan materi

pembelajaran yang dibimbing secara kreatif

q. Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan belum dapat

melakukan refleksi terhadap kinerja diri secara jujur dan

berkesinambungan

r. Belum semua tenaga pendidik dapat melakukan penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran

yang dibimbing

s. Belum adanya uji kompetensi guru.

t. Rasa kekeluargaan di lingkungan civitas akademika masih kurang

kompak.

u. Belum adanya indikator yang jelas untuk mengukur tingkat

keberhasilan guru .

v. Ada indikasi bahwa kepala madrasah, guru, dan karyawan kurang

memiliki rasa empati (kepekaan dan kepedulian) yang mendalam

kepada siswa.

w. Ada indikasi bahwa dedikasi kepala madrasah, guru dan karyawan

dalam melaksanakan tugas masih belum optimal.

x. Ada indikasi bahwa kepekaan kepala madrasah terhadap aspirasi guru,

karyawan dan siswa masih belum optimal.

y. Kurangnya komitmen kepala madrasah dan guru dalam

mengaplikasikan hasil pelatihan atau work shop.

114
115

z. Rekruitmen guru dan pegawai yang masih belum melalui prosedur

profesionalisme kelembagaan.

aa. Belum adanya panduan program pada masing-masing rumpun bidang

studi.

bb. Penyusunan dan supervisi program madrasah belum optimal

5. Standar Sarana dan Prasarana

Kekuatan:

a. Madrasah memberikan fasilitas yang bagus terhadap pengembagan

pengetahuan ICT guru melalui Hot Spot Area dan peminjaman tanpa

bunga untuk pembelian lap top para guru dan karyawan

b. Sarana kelas, perpustakaan, laboratorium, sanitasi, dan ICT sudah

cukup memadai.

c. Lokasi yang cukup startegis untuk menjadikan sekolah yang unggul

dan diminati oleh masyarakat.

d. Pemeliharaan fasilitas bangunan secara rutin

Kelemahan:

a. Belum optimalnya perawatan dan pengamanan terhadap fasilitas

madrasah terutama alat-alat elektronik pembelajaran.

b. Ada indikasi belum adanya perencanaan yang matang terhadap

pengadaan sarana dan prasarana madrasah

c. Belum tertibnya administrasi fasilitas yang dimiliki madrasah

115
116

d. Belum tertibnya penempatan barang-barang inventaris madrasah

e. Belum optimalnya fungsi komite dalam pengadaan dan pengembangan

sarana madrasah.

6. Standar Pengelolaan

Kekuatan:

a. Sekolah telah memiliki KTSP.

b. Untuk kepentingan bahan ajar, disamping menggunakan LKS dan

buku paket yang tersedia di perpustakaan, juga banyak guru yang

sudah memanfaatkan edukasi-net dari JARDIKNAS ( lewat ICT ).

c. Adanya Team teaching pada bidang studi UN.

d. Penggunaan media pembelajaran (laboratorium,LCD, dan internet )

dalam PBM

e. Setiap awal tahun ajaran baru, sekolah mengadakan penyegaran lewat

workshop pengembangan pembelajaran.

f. Kalender akademik MAN 3 Malang sudah menunjukkan seluruh

aktivitas KBM beserta evaluasinya.

g. Sarana UKS, BK, dan PSB sudah memadai.

h. Rapot siswa sudah online dan computerized

i. Penempatan SDM sudah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

j. Penyebaran informasi timbal balik dari dan ke madrasah sudah cukup

bagus antara lain lewat situs internet.

k. Pembagian tugas diantara pendidik sebagian besar sudah merata

meskipun masih perlu terus ditingkatkan dan dievaluasi.

116
117

l. Sudah adanya tata tertib yang baik bagi siswa, guru, dan karyawan

m. Rapat koordinasi guru, staf, dan karyawan sudah berjalan dengan baik.

n. Pengadaan, penggunaan, dan persediaan bahan habis pakai sudah

bagus.

o. Adanya dukungan sekolah terhadap acara pelatihan guru, baik yang

ada di MAN 3 Malang maupun diluar madrasah

Kelemahan:

a. Pelaksanaan KTSP masih belum berjalan secara optimal

b. Program responsi untuk materi agama dan bidang studi lain belum

mempunyai panduan

c. Belum ditemukan sistem (model) pembelajaran yang cocok untuk

sistem fullday school (> jam 14.00)

d. Pelaksanaan remidi belum tersusun dengan baik.

e. Kurikulum akselerasi belum tersusun secara pasti.

f. Materi program responsi belum tersusun secara bersama oleh masing-

masing klub bidang studi.

g. Strategi Pembelajaran yang dilakukan guru belum semua mengacu

pada pembelajaran PAKEM.

h. Belum ada aturan yang jelas terhadap penilaian kinerja guru setiap

tahun sekali (DP3) oleh kepala madrasah

i. Pengelolaan pada kesiswaan perlu di optimalkan.

j. Pembinaan dan pengelolaan asrama belum optimal.

k. Kedisiplinan input nilai oleh guru masih perlu dioptimalkan

117
118

l. Belum adanya sistem penerimaan guru dan karyawan yang baik

melalui prosedur profesional kelembagaan.

m. Belum adanya program pengembangan guru secara berencana dan

berkesinambungan

n. Belum semua bidang studi mempunyai program MGMP yang

melakukan kegiatan secara reguler

o. Masih kurang tertibnya administrasi kegiatan penunjang profesi

pendidik dalam rangka mendukung proses sertifikasi.

p. Belum ada aturan tentang sertifikat penghargaan bagi siswa, guru, dan

karyawan pada setiap kegiatan lomba atau kejuaraan.

q. Pemeliharaan fasilitas madrasah masih belum optimal.

r. Belum ada tempat penyimpanan dan sistem peminjaman alat-alat

inventaris madrasah secara terpusat dan tertib

s. Belum ada pendataan ulang secara reguler terhadap sarana madrasah

(bisa lewat wali kelas atau penanggung jawab ruang ).

t. Perlunya pengadaan laboratorium matematika dan IPS

u. Belum meratanya fasilitas yang ada dikelas dan di asrama.

v. Belum ada sistem dan panduan yang jelas pada system penganggaran

semua program madrasah

w. Perlu ada peninjauan ulang pada insentif guru akselerasi dan guru team

teaching.

x. Gaji guru GTT dan PTT belum memenuhi standar UKM.

y. Belum ada ketua program akselerasi.

118
119

z. Lembaga Litbang belum terbentuk dan berperan secara optimal

aa. Masih perlunnya sosialisasi dan evaluasi yang optimal dari peraturan

akademik yang ada.

bb. Belum adanya tata tertib pendidik,tenaga kependidikan serta

penggunaan sarana dan prasarana.

cc. Belum adanya kode etik hubungan antara sesama warga didalam

lingkungan madrasah dan hubungan antara warga madrasah dengan

masyarakat.

dd. Biaya operasional madrasah masih belum tersosialisasi secara baik

ee. Rencana tahunan madrasah belum terkomunikasikan secara transparan

kepada guru dan karyawan.

ff. Guru dan karyawan belum dilibatkan dalam penyusunan program

madrasah.

gg. Sosialisasi KTSP belum optimal.

hh. Program konsultasi madrasah dengan orang tua/wali peserta didik

belum terjadwal setiap tahun.

ii. Belum ada program rapat madrasah dengan komite madrasah secara

reguler dan terjadwal.

jj. Akuntabilitas dan kinerja satuan pendidikan belum teridentifikasi

setiap tahun.

kk. Peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan belum

terprogram secara baik.

119
120

ll. Pelaksanaan dari keputusan-keputusan rapat yang ada belum berjalan

dengan baik.

mm. Instrumen penjamin mutu madrasah belum ada

nn. Sistem pengawasan, pemantauan, supervisi, evaluasi dan pelaporan

belum optimal.

oo. Belum ada buku panduan yang jelas dari masing-masing staf kepala

bidang kurikulum, kesiswaan, humas, keagamaan, sarana dan

prasarana, administrasi, litbang, dan keuangan,.

pp. Kebijakan yang masih belum mencerminkan bottom-up process

(masukan dari bawah)

7. Standar Pembiayaan

Kekuatan:

a. Adanya subsidi orang tua/wali siswa baru berupa dana infak

b. Dana kontrak prestasi yang sangat membantu dalam proses

pengembangan keterampilan guru

c. Adanya dana dari hasil penyewaan fasilitas madrasah seperti aula dan

asrama PSBB

Kelemahan:

a. Kondisi biaya investasi belum tersosialisasikan dengan baik

b. Kondisi biaya operasional setiap bulan belum tersosialisasikan dengan

baik

c. Dukungan komite madrasah terhadap biaya penyelenggaraan

pendidikan di madrasah selama kurun 3 tahun terakhir belum optimal

120
121

8. Standar Penilaian

Kekuatan:

a. Pemberlakuan raport berkala setiap 3 bulan.

b. Ujian blok bersama setiap 1 semester sekali.

c. Try-out mata pelajaran UN bersama, bekerjasama dengan Diknas Kota

Malang maupun Depag propinsi Jawa Timur

d. Pelaksanaan sistem remidi dan pengayaan oleh masing-masing guru

bidang studi

Kelemahan:

a. Madrasah belum memiliki sistem dan prosedur penilaian baku meliputi

tehnik, jenis dan bentuk penilaian sesuai dengan standar penilaian

pendidik.

b. KKM masih belum sesuai dengan standar yang ada.

c. Monitoring dan evaluasi dari kepala dan wakil kepala belum optimal

d. Komite madrasah belum terlibat secara optimal dalam mengontrol

pelaksanaan standar penilaian pendidikan.

e. Penanganan dan pembinaan guru dan karyawan yang disinyalir

bermasalah belum berjalan dengan baik.

B. Faktor Eksternal

B.1 Peluang

1. Adanya ruang gerak yang terbuka bagi lembaga pendidikan untuk

mengembangkan diri secara maksimal

121
122

2. Dukungan Departemen Agama Republik Indonesia baik berupa

kebijakan maupun finansial yang semakin baik

3. Apresiasi masyarakat terhadap madrasah semakin meningkat

4. Terbuka kesempatan lulusan madrasah melanjutkan baik ke perguruan

tinggi bergengsi baik di dalam maupun di luar negeri

B.2 Ancaman

1. Bermunculan sekolah unggul sebagai kompetitor

2. Lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif

3. Kebijakan publik yang belum menempatkan pendidikan sebagai

prioritas dalam pembangunan

4. MAN 3 Malang belum menjadi pilihan utama bagi sebagian

masyarakat

5. Inkonsistensi kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

2. Upaya Follow up yang dilakukan Madrasah Aliyah negeri 3 Malang

dari hasil implementasi analisis SWOT dalam upaya pengembangan

mutu madrasah.

Kegiatan Follow up merupakan pengertian dari tindak lanjut, yang

merupakan suatu proses untuk menindak lanjuti dari kesepakatan hasil

analisis. Kegiatan tersebut merupakan tahapan pasca proses analisis yang

bertujuan untuk menguatkan dan menerapkan hasil dari suatu analisis.

Oleh sebab itu, sejatinya kegiatan tindak lanjut tersebut harus dilihat dan

122
123

dijalankan sesuai dengan kesepakatan stakeholder yang telah disepakati

bersama.

Sesuai dengan penjelasan tersebut diatas Bpk Imam sujarwo juga

menjelaskan

“didalam mengembangkan madrasah acuan saya adalah sesuai


dengan renstra yang telah dianalsis dengan menggunakan SWOT yang
merupakan kesepakatan dari stakeholder madrasah. Saya tidak berani
keluar dari keinginan bersama yang sudah disepakati”77

Bila diperkuat dan ditopang oleh kegiatan follow up diharapkan

dalam mengimplementasikannya suatu komponen madrasah tidak

menemuhi kesulitan. Tujuan lain dari proses follow up adalah mengetahui

prioritas pertama dalam upaya pengembangan madrasah.

Proses follow up dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas

bagaimana suatu visi dapat dicapai. follow up pada dasarnya merupakan

upaya untuk implementasi strategi utama madrasah. Proses follow up

merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang

diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu kerja.

Senada dengan hal tersebut diatas Bapak Imam Sujarwo

mengatakan..

”Untuk menindak lanjuti dari hasil analisis SWOT kan tidak bisa
langsung bisa terelasisasi, kan harus melalui tahapan-tahapan dan harus
melihat skala proritas, akan tetapi tidak menyampingkan hal yang lain.”78

Kegiatan follow up yang dilakukan MAN 3 Malang selanjutnya

adalah mensinergiskan hasil dari analisis SWOT menjadi RKM (Rencana

77
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.
78
Wawancara dengan Drs. H. Imam Sujarwo, Kepala MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

123
124

Kerja Madrasah), RKM itu sendiri hanya berlaku satu tahun sekali. Hal

tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Imam Sujarwo selaku

kepala madrasah. Dalam wawancara yang lain bapak Jasa juga

menjelaskan..

“mengapa RKM hanya berlaku setahun sekali, itu dikarenakan


apabila kita tidak memberlakukan seperti itu kita akan seperti berjalan
ditempat. Karena kan kebutuhan selalu berubah mengikuti perkembangan
zaman”79

Rencana kerja madrasah merupakan penjabaran rinci tentang

langkah-langkah yang diambil untuk menjabarkan kebijaksanaan.

Penjabaran rencana kerja madrasah harus memiliki tingkat kerincian yang

sesuai dengan kebutuhan sebagimana diuraikan dalam kebijaksanaan.

Senada dengan yang dikatakan kepala madrasah, ketua litbang

MAN 3 Malang juga mengatakan bahwa

“dalam melakukan follow up dari implementasi analisis SWOT


MAN 3 Malang membuat suatu program yang hanya berlaku setahun
sekali, program tersebut dinamakan dengan RKM atau rencana kerja
madrasah. RKM itu sendiri merupakan background dari hasil analisis
SWOT”.80

Rencana kerja madrasah tidak terlepas dari strategi utama dari yang

telah disepakati sebelumnya. Rencana kerja madrasah meliputi program

kerja untuk mengimplementasikan sasaran sebagaimana yang

dimaksudkan oleh kebijakan lembaga. Untuk suatu bidang atau unit kerja,

maka rencana kerja madrasah didasarkan atas perumusan visi, misi, tujuan,

79
Wawancara dengan Drs. M. Jasa, Waka kurikulum MAN 3 Malang 6 Januari 2010.
80
Wawancara dengan Adi Siswanto, Ketua Litbang MAN 3 Malang 6 Januari 2010.

124
125

sasaran dan kebijaksanaan yang ada hubungannya dengan segala aspek

fungsi bidang atau unit kerja yang bersangkutan.

Dalam wawancara selanjutnya Bapak Adi sebagai ketua litbang

juga menjelaskan bahwa..

“di dalam pembuatan RKM kami juga mengarah kepada Standar


Nasional Pendidikan yaitu, standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian
pendidikan”81

Dari penjelasan dan hasil wawancara diatas telah mencakup

regulasi utama dalam penyelenggaraan sekolah dan madrasah adalah UU

No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP No. 19 tentang standar

Nasional Pendidikan. Dalam PP tersebut terlihat bahwa penyelenggaraan

sekolah/madrasah sekurang-kurangnya harus meliputi 8 standar yang

ditetapkan dalam PP tersebut. 8 standar tersebut meliputi 1) Standar Isi; 2)

Standar Proses; 3) Standar Kompetensi Lulusan; 4) Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan; 5) Standar Sarana dan Prasarana; 6) Standar

pengelolaan; 7) Standar Pembiayaan;dan 8) Standar Pembiayaan. Dengan

mendasarkan pada 8 standar itulah maka proses penentuan strategi utama

sekolah/madrasah dan penyusunan program kegiatan dalam mencapai visi

yang direncanakanharus dikembangkan dalam lingkup 8 standar tersebut.82

Untuk lebih memperjelas tentang rencana kerja MAN 3 Malang

dibawah ini disertakan dokumen mengenai rencana kerja tahunan atau

jangka pendek.

81
Wawancara dengan Adi Siswanto, Ketua Litbang MAN 3 Malang 15 Juli 2010.
82
Sugeng Listyo Prabowo, op.cit., hlm. 202.

125
126

TABEL VII
Program Rencana Kerja Madrasah Jangka Pendek (1 Tahun)
TAHUN AJARAN 2010-201183

INDIKATOR PENANG
SASARA KEGIATA
No PROGRAM KEBERHASIL GUNG
N N
AN JAWAB
1. Pembentukan Terbentuk Mengadakan Waka
lembaga nya team pemilihan kurikulum
penjamin mutu pengendali team
pendidikan mutu kendali mutu
(bid.Kurikulum) pendidika pendidikan
n
1.Peningkatan
e Meningkat Tercapainya Penyaringan
mutu
e proses nya mutu penyaringan siswa baru
pembelajaran
e dan siswa baru
(bid.kurikulum) kwalitas yang
siswa baru transparan
PSU : 30%
PST ; 30%
PSR : 40%
Penyediaa Didapat siswa Penggolong Kurikulum
n waktu yang belum an siswa
khusus sesuai KKM sesuai
program a. Kurang KKM
remidi dan dari
pengayaan KKM,re
midi
30%
b. Remidi
≥ 80
pengaya
an 30%
Bimbel Tercapainya Pelaksanaan Kurikulum
materi UN 100% UN lulus bimbel UN
dan UM dan UM
Intensif -Peningkatan -Intensif
Un dan nilai UN UN
UM -Intensif
UM
Peningkat Tercapainya Peningkatan kurikulum
an KKM 100%KKM≥75 nilai UN
setiap
bidang

83
Sumber Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 20010/2011.

126
127

studi
Peningkat Tercapainya - kurikulum
an 90% siswa Peningkatan
kerjasama diterima di PTN siswa
dengan dalam negeri diterima di
pihak danluar negeri PTN dalam
Perguruan negeri dan
Tinggi luar negeri
dalam -
negeri Menyelengg
maupun arakan
luar negeri intensif
dan SPMB
intensif
SPMB

Rakor Tercapainya Peningkatan kurikulum


pengelolaa juara olimpiade kemampuan
n bidang di tingkat siswa di
olimpiade a. kota = bidang
a. 70% olimpiade
pembentu masuk 3
kan tim besar
monev b. propinsi
b. = 50%
pelatihan masuk 3
bidang besar
studi c. nasional
olimpiade 50%
c. studi masuk 3
banding besar
d.
peningkata
n
kerjasama
dengan
UM dan
Brawijaya
3 Mengevaluasi Terlaksananya Penyelengg kurikulum
hasil belajar per- Mengadak ulangan harian araan
KD selama an ulangan ,ulangan blok ulangan
tengah semester harian 5 – dan ulangan harian,ulang
dan satu 6 kali akhir semester an blok
semester (Bid dalam dengan baik tengah
kurikulum) setiap semester
semester dan ulangan

127
128

Mengadak akhir
an ulangan semester
blok
tengah
semester
Mengadak
an UAS
yang
mencakup
semua KD
dalam 1
semester

4 Melaporkan Membagik Diterimanya Mengundan Wali kelas


hasil belajar an raport raport oleh wali g wali
siswa kepada (berkala murid dali murid untuk
orang tua atau dan walikelas mengambil
wali pada tengah semester)s raport
dan akhir iswa
semester kepada
(bid.kurikulum) walimurid
5 Mengevaluasi Menyelen Terselenggaraka Mempersiap kurikulum
kesiapan siswa ggarakan nnya tryoutkan
menghadapi UN tryout UN berkala baik daripenyelengg
dan SPMB dan SPMB depag maupun araan try
(bid.kurikulum) secara dari diknas out UN dan
berkala SPMB
6 Mengevaluasi Menyelen Terlaksananya Mempersiap kurikulum
hasil belajar ggarakan ujian madrasah kan
siswa selama 3 ujian dan ujian penyelengg
tahun bagi mata madrasah nasional dengan araan ujian
pelajaraan UN dan ujuian lancar madrasah
dan non UN nasional dan ujian
guna nasional
menentukan
kelulusan siswa.
(bid.kurikulum)

7 Peningkatan Terwujudn Siswa dapat Pelatihan Bimbingan


penerapan ya memahami dan strategi dan
strategi kebiasaan menerapkan belajar yang konseling
pembelajaran belajar strategi belajar efektif oleh
PAIKEM yang yang efektif konselor
(bid.bimb efektif dan dan pakar
konseling) efisien bimbel
sehingga

128
129

diperoleh
prestasi
yang
maksumal
8. Mengembangkan Mengkoor Diterimanya Melayani Bimbingan
proses pembelajaran dinir siswa/I MAN3 pendaftaraa dan
tidak hanya
mentransfer proses Malang di n dan konseling
pengetahuan dan pendaftara perguruan tinggi konsultasi
ketrampilan tetapi n PMDK negeri sesuai pilihan
juga memotivasi dan SPMB dengan pilihan jurusan di
dan mengarahkan jurusan yang PMDK dan
siswa untuk
memilih kenjutan diminatinya SPMB
studi dan kerier
(bid.bimb.konseling
)
9 Membantu siswa Mengadak Siswa memiliki Melaksanak kesiswaan
menemukan an studi wawasan yang an studi
bakat dan banding luas banding
ketrampilan Memperin Tercapainya Mempering Kesiswaan
melalui kegiatan gati PHBI jiwa jiwa ati PHBI dan
ekstrakurikuler dan PHBN nasionalisme dan PHBN keagamaan
(bid. kesiswaan) dan spiritual
pada siswa
Mengadak Terwujudnya Melaksanak kesiswaan
an minat dan bakat an
PORSENI siswa dibidang PORSENI
antar kelas olagraga dan antar kelas
seni
Perekrutan Tercapainya Merekrut kesiswaan
anggota perekrutan anggota
baru anggota baru baru
ekstrakuri ekstrakuriku
kuler ler
Mengadak Tercapainya Melaksanak kesiswaan
an diklat pengetahuan an diklat
tentang
ekstrakurikuler
Mengadak Terwujudnya Melaksanak kesiswaan
an ketrampilan an
pembunaa dibidang non pembinaan
n eskul akademik eskul non
non akademik
akademik
Mempersi Terwujudnya Melakukan kesiswaan
apkan kesisapan siswa pemantapan
siswa yang untuk mengikuti untuk siswa

129
130

akan lomba yang akan


mengikuti mengikutilo
lomba mba
eskul non
akademik
Mengikuti Terwujudnya Mendampin kesiswaan
lomba dukungan siswa gi siswa
eskul non dalam mengikuti yang
akademik lomba mengikuti
lomba
Mengadak Terpilihnya Menyeleksi Kesiswaan
an seleksi siswa untuk siswa untuk dan
siswa mengikuti mengikuti kurikulum
untuk olimpiade olimpiade
mempersia
pkan
olimpiade
Memberik Tercapainya Membina Kesiswaan
an pembinaan siswa yang dan
pembinaan meteri terseleksi kurikulum
pada siswa olympiade Olympiade
yang
terseleksi
untuk
persiapan
Olimpiade
Mengikuti Terwujudnya Mendampin Kesiswaan
olympiade dukungan dari gi siswa dan
bidang pihak sekolah yang kurikulum
studi mengikuti
olympiade
10 Penanaman Meningkat Terwujudnya Mengadaka Keagamaa
nilai-nilai kan seluruh siswa n n dan guru
aqidah, syariah kualitas dapat membaca bimbingan
dan akhlak bacaan al- al-qur’an dengan khusus
dalam kegiatan qur’an baik dan benar siswa yang
akademik dan belum
non akademik dapat
(bid. membaca
Keagamaan) al-qur’an
dengan baik
dan benar
Terwujudnya Mengadaka
seluruh siswa n tadarus al-
dapat membaca Qur’an
al-Qur’an setiap

130
131

dengan baik dan memulai


benar secarapembelajara
tartil, serta dapatn dan
memahami bacaan
makna asmaul asmaul
khusna husna setiap
mengakhiri
pembelajara
n
Membiasa Siswa terbiasa Mengadaka Keagamaa
kan sholat melakukan n kegiatan n dan guru
sunah sholat dhuha sholat
dhuha
Membiasa Terwujudnya Melaksanak Keagamaa
kan sholat kebiasaan an sholat n dan guru
berjama’a melakukan dzuhur dan PAI
h tepat sholat wajib ashar
waktu berjama’ah tepat berjama’ah
waktu
Mengkond Tercipta Mengadaka Team PAI
isikan suasanan yang n
suasana kondusif untuk pembinaan
waktu meningkatkan khusus bagi
kegiatan pengetahuan dan siswi-siswi
sholat ketrampilan yang
jum’at siswa berhalangan
sholat pada
hari jum’at
Membiasa Terwujudnya Membuat Team PAI
kan do’a- siswa hafal buku saku
do’a do’a-do’a harian tentang
harian dan do’a-do’a
Dan meningkatnya harian dan
meningkat kualitas etika etika
kan siswa dalam muamalah
kualitas mu’amalah sehari-hari
etika siswa sehari-hari
dalam
mu’amala
h
Memperin Siswa dapat Mengadaka BDI dan
gati hari- mengambil n PHBI OSIS
hari besar hikmah dari
islam peringatan hari-
hari besar Islam
11 Pengembangan Memberik Terwujudnya Mengadaka Team PAI

131
132

proses an penurunan n
pembelajaran konseling prosentase bimbingan
yang tidak keagamaa permasalahan dan
sekedar n pribadi siswa konseling
mentransfer yang terkait tentang
pengetahuan dan dengan keagamaan
ketrampilan keagamaan
tetapi juga
memotivasi dan
mengembangkan
kualitas
ke[ribadian (bid.
Keagamaan)
12 Pengembangan Mengemb Terbentuk 1. Keagamaa
kegiatan angkan kelompok kajian Membentuk n dengan
ekstrakurikuler kegiatan keagamaan dan kelompok OSIS
atau klub kajian nonakade ketrampilan kajian
keagamaan mik keagamaan
(bid.keagamaan) 2.
Membentuk
jam’iyyatul
qurra’
3.
Membentuk
kelompok
kaligrafi
4.
Membentuk
kelompok
seni Islami
4.
Membentuk
kelompok
mubaligh
dan
mubalighah
13 Mempublikasika Pembuata Terealisasinya Membuat Humas
n strategi dan n CD-CD CD CD bekerjasam
metode pembelaja pembelajaran pembelajara a dengan
pembelajaran ran n puskom
yang
berdasarkan
teori dan hasil-
hasil penelitian
(bid. Humas)
14 Menjadikan Peningkat Bertanbahnya Penambaha

132
133

perpustakaan an mutu koleksi secara n koleksi


sebagai fasilitas layanan reguler
utama bagi informasi
MAN 3 malang melalui
dalammelestarik perpustaka
an dan an Terwujudnya Otomasi
memperdayakan sistem otomasi perpustskss
informasi guna n
pengembangan
kegiatan belajar
mengajar Peningkat Terlaksananya
(KBM) dan an minat pendidikan Pendidikan
penelitian (bid. baca dan perpustakaan pengguana
Perpustakaan) promosi perpustakaa
perpustaka n
an Terbentuknya
layanan
penulisan Pendirian
(writing corner layanan
penulisan
(writing
corner)
Terwujudnya
digital library Pendirian
digital
library
15 Mengembangka Pengemba Terlaksananya Riset Puskom
n program ngan program dan pengemban
pembelajaran kurikulum pembelajaran gan
TIK berdasar TIK TIK yang Merancang
teori dan hasil Pembuata unggul buku ajar
penelitian (bid. n buku dan lembar
Puskom) ajar/modul kerja siswa
Menamba
h jam
16 Mengembangka Pengemba Siswa Riset Puskom
n program ngan mempunyai pengemban
muatan local kurikulum ketrampilan ICT gan
berbasis TIK muatan yang Menambah
yang local berorientasi sarana/prasa
berorientasi pada berbasis pada kecakapan rana
kecakapan hidup TIK yang hidup praktikum
(life skill) (b9d. berorienta muatan
puskom) si pada lokal
kecakapan Merancang
hidup (life buku ajar

133
134

skill) dan lembar


kerja siswa
17. Mengembangka Mengadak Siswa Workshop / Puskom
n kegiatan an mempunyai Pelatihan
ekstrakurikuler pertemuan ketrampilan tutor sebaya
dibidang ICT rutin lebih dibidang Seminar
yang mingguan IT dengan
berorientasi pada Kerjasama mengundan
kecakapan hidup dengan g
(life skill) (bid. pihak narasumber
Puskom) terkait terkait
(Dokumentasi MAN 3 Malang tahun ajaran 2009-2010)

134
135

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Madrasah harus berupaya mengembangkan visi, tujuan yang telah

dibuat kedalam upaya-upaya untuk mencapai visi, tujuan dan sasaran tersebut.

Proses pencapaian visi madrasah akan dapat dilaksanakan dengan baik apabila

madrasah tersebut memiliki strategi utama dalam proses pengembangannya.

Strategi utama merupakan kebijakan-kebijakan penting dari madrasah

yang penting untuk diambil agar dapat digunakan sebagai patokan dalam

pembuatan program. Walaupun kegiatan utama dalam mencapai visi madrasah

tersebut telah dinyatakan dalam misi, namun madrasah masih perlu untuk

mengembangkan berbagai strategi untuk penyusunan program yang lebih

detail.

Kaitannya dengan pengembangan mutu madrasah di MAN 3 Malang

dengan menggunakan analisis SWOT, setelah peneliti melakukan observasi di

lapangan langkah awal yang dilakukan MAN 3 Malang sebelum melakukan

evaluasi diri menggunakan analisis SWOT adalah dengan mengadakan suatu

symposium level madrasah yang dihadir oleh komponen yang terdapat dari

dalam madrasah sendiri maupun dari stakeholder yang peduli terhadap

madrasah.

Dalam menggunakan analisis SWOT faktor yang akan terlihat

dibedakan menjadi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal lembaga.

Terkait dengan pendidikan dasar dan menengah, apabila dilihat dari sisi

135
136

internal maka tolak ukur yang harus digunakan mengacu kepada 8 standar

nasional dan peluang dan ancaman terdapat dari sisi eksternal lembaga.

Setelah peneliti melihat dan menganalisis telah terlihat jelas kekuatan

yang dimiliki oleh MAN 3 Malang. Kekuatan yang paling menonjol apabila

dilihat secara kasat mata adalah gedung atau bangunan madrasah yang kokoh

dan megah dan memiliki lahan yang luas juga lokasi yang cukup strategis

untuk menjadikan madrasah yang unggul dan diminati masyarakat. Hal

tersebut juga didukung oleh sarana dan prasarana yang cukup memadai,

bahkan apabila di perinci sarana dan prasarana yang dimiliki oleh MAN 3

Malang telah memenuhi standar nasional pendidikan. MAN 3 Malang juga

memberikan fasilitas yang bagus terhadap pengembangan pengetahuan ICT

(Information and Comunication Technology) guru melalui Hot Spot Area.

Kekuatan lain yang dimiliki MAN 3 Malang mengenai kurikulum

adalah telah menerapkan full day school, secara keseluruhan apabila dihitung

total waktu perpekan standar nasional pendidikan pembelajaran di MAN 3

Malang mengalami pengembangan dari 46 jam dikembangkan menjadi 50 jam

perpekan. Di dalam pengembangan tersebut MAN 3 Malang memberikan

program TOEFL, Martikulasi, pengayaan, remedial, dan oliempiade. Mengenai

martikulasi MAN 3 Malang memberikan program bagi siswa yang berasal dari

SMP umum, program tersebut dinamakan dengan BTQ Baca Tulis Al-Qur’an

yang ditempuh dalam waktu satu tahun.

Berkaitan dengan kurikulum MAN 3 Malang juga memiliki kekuatan

yang menjadi unggulan dibandingkan dengan madrasah yang ada di kota

136
137

Malang yaitu Rintisan Madrasah Bertaraf International yang selanjutnya akan

berkembang menjadi Madrasah Aiyah Bertaraf Internasional yang mempunyai

link di kawasan timur tengah. MAN 3 Malang juga telah mewadahi anak-anak

yang memiliki kecerdasan istimewah dengan membentuk kelas akselerasi yang

hanya ditempuh dengan waktu 2 tahun. MAN 3 Malang juga telah memiliki

kelas bilingual, disamping itu MAN 3 Malang juga mempunyai kelas

olimpiade yang didalamnya di isi oleh siswa-siswa yang memiliki potensi pada

mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika dan Matematika.

Setelah terlihat kekuatan dari suatu lembaga, diharapkan lembaga

tersebut menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang yang ada.

Fakta di lapangan peneliti melihat bahwa MAN 3 Malang memiliki banyak

peluang, peluang tersebut didapatkan dari kekuatan yang dimiliki oleh MAN 3

Malang.

Peneliti telah menemukan berbagai peluang diantaranya yaitu, jika

dilihat dari kecenderungan atau gejala sosial yang terjadi dimasyarakat akhir-

akhir ini yang berimplikasi pada tuntutan dan harapan tentang model

pendidikan yang mereka harapkan, maka MAN 3 Malang memiliki potensi dan

peluang besar untuk menjadi alternative pendidikan masa depan, hal tersebut

ditandai dengan semakin baiknya apresiasi masyarakat kepada MAN 3 Malang.

Sebab itulah menurut A. Malik Fajdar yang dikutip oleh Marno, bahwa salah

satu pertimbangan dalam memilih lembaga pendidikan adalah didasarkan pada

alasan agama, yakni sampai sejauh mana lembaga pendidikan bersangkutan

mengaspirasikan pemenuhan “kebutuhan” yang bersifat teologis tersebut

137
138

diatas. Pertimbangan teologis biasanya juga didasarkan pada rasa (sense)

emosional keagamaan, yakni lembaga pendidikan yang mengaspirasikan nilai

dan agama yang dianutnya, juga didasarkan pada alasan-alasan yang mengarah

pada simbol-simbol keagamaan, paham keagamaan, aliran, madzhab dan

organisasi keagamaan.84

Perubahan paradigma yang terjadi saat ini masyarakat telah

menggangap bahwa madrasah adalah sekolah umum yang berciri khas Islam

yang memiliki kurikulum sama dengan sekolah umum dan memiliki kelebihan

yakni “identitas keislaman”, maka madrasah kemudian dianggap sebagai

sekolah umum plus yang memiliki nilai lebih dibanding dengan sekolah umum.

Perubahan paradigma masyarakat tersebut diharapkan dapat menjadi

peluang yang diambil oleh MAN 3 Malang. Selain dari peluang yang tersebut

diatas, peluang lain yang dimiliki oleh MAN 3 Malang adalah terdapat ruang

gerak yang terbuka bagi madrasah untuk mengembangkan diri secara

maksimal, dalam arti bahwa madrasah diberikan wewenang untuk dapat

mengembangkan potensi yang ada pada diri madrasah. Akan tetapi keputusan

atau kebijakan utama masih berada pada pemerintah pusat. Disamping itu

dukungan dari Kementrian Agama Republik Indonesia berupa kebijakan

maupun financial yang semakin baik.

Setelah terlihat kekuatan dan pemanfaatan peluang yang terdapat pada

diri suatu madrasah, diharapkan kekuatan dan peluang tersebut berperan

sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang yang terdapat didalam

84
Marno, M.Ag. dan Triyo Supriyatno, S.Pd., M.Ag, op.cit.,hlm. 147.

138
139

tubuh madrasah dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus

dihadapi.

Jika orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh

suatu satuan bisnis, yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekuarangan dalam

hal sumber, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius

bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.

Begitupun juga dengan kelemahan yang terdapat dalam MAN 3 Malang

yang ditemukan peneliti pada saat melakukan penelitian. Terkait dengan

standar pendidikan dan tenaga kependidikan yaitu, masih sedikit guru yang

memiliki karya pengembangan profesi, dalam arti bahwa kreatifitas menulis

guru masih belum maksimal. Selain itu terkait dengan standar pendidikan dan

tenaga kependidikan adalah tidak semua guru menguasai bahasa asing dan

beberapa orang guru masih belum bisa menguasai teknologi terkini.

Hal lain yang telah peneliti temukan pada saat melakukan penelitian

yang berkaitan dengan kelemahan dalam MAN 3 Malang adalah belum

meratanya fasilitas yang terdapat di dalam kelas dan asrama dan juga

pemeliharaan fasilitas madrasah yang belum optimal. Kelemahan tersebut

harus segera direspon oleh madrasah, jika lembaga ini tidak ingin di tinggalkan

oleh masyarakat dan kelemahan tersebut menjadi kronis. Karena di dalam

perjalanannya suatu madrasah juga akan menjumpai suatu ancaman yang

mungkin akan menjadikan penghambat bagi proses pengembangan mutu

madrasah.

139
140

Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa ancaman ”adalah faktor-faktor lingkungan

yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis.” Jika tidak diatasi ancaman

akan menjadi ”ganjalan” bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa

sekarang maupaun dimasa depan.

Fakta yang terjadi dilapangan pada saat peneliti melakukan penelitian

terkait dengan ancaman yang berhadapan dengan MAN 3 Malang yaitu,

lingkungan di luar sekolah yang kurang edukatif. Dikatakan demikian karena

lokasi MAN 3 Malang berdekatan dengan pusat perbelanjaan, hal tersebut

dikhawatirkan siswa akan terjebak dalam budaya hedonis. Selain itu ancaman

yang berkaitan langsung dengan eksistensi madrasah adalah telah bermunculan

sekolah-sekolah unggul sebagai kompetitor.

Siapapun yang sudah biasa berkecimpung dalam kegiatan perumusan

strategi perusahaan dan menjadi pelaku dalam proses pengambilan keputusan

dalam suatu organisasi pasti mengetahui bahwa analisis SWOT merupakan

salah satu instrumen analisis yang ampuh apabila digunakan dengan tepat.

Apabila dikatakan bahwa analisis SWOT dapat merupakan instrumen

yang ampuh dalam melakukan analisis stratejik, keampuhan tersebut terletak

pada keampuhan para penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan

peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga sekaligus berperan

sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh

orgainsasi dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi. Jika

para penentu strategi perusahaan mampu melkukan kedua hal tersebut dengan

140
141

tepat, biasanya upaya untuk memilih dan menetukan strategi yang efektif

membuahkan hasil yang diharapkan. Penting pula untuk menyadari bahwa

berbagai faktor kekuatan dan kelemahan yang sifatnya kritikal berperan sangat

penting dalam membatasi usaha pencarian berbagai alternatif dan pilihan

stratejik untuk digunakan.

Dalam hal ini apabila melihat dari situasi yang telah dijabarkan diatas

beserta melihat dari diagram analisis SWOT yang telah dibahas pada BAB

sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa situasi yang terdapat dalam MAN 3

Malang saat ini sangat menguntungkan. Madrasah memiliki berbagai peluang

dan berbagai kekuatan yang ideal. Sehingga madrasah dapat memanfaatkan

berbagai peluang tersebut. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini

adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented

strategy).

Setelah proses evaluasi diri dengan menggunakan analisis SWOT

selesai, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh MAN 3 Malang adalah

mengadakan Follow up dari hasil analisis tersebut.

Bila diperkuat dan ditopang oleh kegiatan Follow up diharapkan dalam

mengimplementasikannya suatu komponen madrasah tidak menemuhi

kesulitan. Tujuan lain dari proses Follow up adalah mengetahui prioritas

pertama dalam upaya pengembangan madrasah.

Dalam melakukan Follow up MAN 3 Malang menggunakan hasil dari

analsis SWOT untuk dijadikan background sebagai RKM Rencana Kerja

Madrasah. Para komponen madrasah termasuk kepalah madrasah tidak berani

141
142

untuk keluar dari koridor renstra yang telah menjadi kesepakatan para

stakeholder. Karena itu merupakan bagian dari keinginan para stakeholder.

Sedangkan masa berlaku RKM tersebut hanya berlaku satu tahun. Akan

tetapi dalam program jangka panjang masa berlaku RKM bisa sampai pada 4

tahun.

RKM itu sendiri melingkupi standar nasional pendidikan, bedanya

dengan renstra yang ada di MAN 3 Malang dengan RKM, apablia renstra

masih bersifat standar nasional yang sifatnya masih umum dan masih belum

diklasifikasikan tugas dan wewenang dari bidang kerja namun pada RKM telah

dibedakan menjadi bidang-bidang kerja yang ada di struktur organisasi di

MAN 3 Malang.

Dalam mengembangkan renstra menjadi RKM tujuan MAN 3 Malang

adalah untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat dicapai. RKM pada

dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama madrasah yang

sebelumnya masih bersifat renstra. Didalam isi dari RKM juga terdapat proses

penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka

pelaksanaan suatu kerja.

Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan bahwa tiap-tiap bidang

struktur organisasi telah merencanakan program kerja, program kerja tersebut

tentunya tidak lari dari renstra yang telah disepakati bersama. Para guru-guru

pun juga berlomba-lomba untuk berupaya menjadikan madrasah maju, dalam

artian bahwa mereka all-out dalam pelaksanaan pembelajaran.

142
143

Dari temuan tersebut dapat disimpulakan bahwa para komponen yang

ada di lingkungan MAN 3 Malang sangat konsisten terhadap apa yang telah

mereka sepakati bersama. Karena keberhasilan suatu organisasi merupakan

bagian dari perjuangan yang dilakukan oleh struktur yang ada dalam organisasi

tersebut.

143
144

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitaan di MAN 3 Malang penulis menyimpulkan

beberapa hal dari hasil pembahasan dalam bab sebelumnya, diantaranya yaitu:

1. Dalam pengembangan mutu madrasah MAN 3 Malang

mengadakan evaluasi diri dengan menggunakan analisis SWOT, untuk

mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

kemudian digunakan sebagai dasar dalam perumusan isu-isu strategis

sebagai upaya untuk pengembangan mutu madrasah. Dalam

melakukan analisis SWOT, MAN 3 Malang mengacu pada 8 standar

pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi

lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana

dan prasarana, standar pengolaan, standar pembiayaan, dan standar

penilaian pendidikan.

2. Setelah dikenali dan diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman, MAN 3 Malang menindak lanjuti temuan tersebut menjadi

sebuah Rencana Kerja Madrasah. RKM adalah sebuah rencana kerja

yang hanya berlaku setahun sekali. RKM merupakan background dari

hasil evaluasi diri MAN 3 Malang menggunakan analisis SWOT.

144
145

B. Saran

1. Bagi seluruh civitas akademika MAN 3 Malang (Kepala Madrasah, tenaga

pendidik dan pegawai) diharapkan terus berupaya untuk meningkatkan

kualitas pendidikan yang telah di bangun, baik meningkatkan prestasi

belajar siswa maupun kualitas atau mutu madrasah itu sendiri dengan

semaksimal mungkin.

2. Bagi peneliti lanjutan, diharapkan hasil penelitian ini adapat di jadikan

tambahan referensi dan di harapkan pada penelitian lanjutan dapat

melakukan penelitian yang lebih sempurna tentang pengembangan mutu

Madrasah.

145
146

DAFTAR PUSTAKA

Artikel Pendidikan, Konsep Dasar MPMBS, http: www.dikdasmen.depdiknas.go.id,

hlm. 3

A.W. Munawir, Kamus Al-Munawir Arab Indonesia, (Surabaya: Puataka

Progresif, 1997)

Ayumardi Azra dkk., Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002)

Depag RI, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: Mutiara Sumber

Widya, 1992)

Departemen Agama RI, Desain Pengembangan Madrasah (Jakarta: 2004)

Dr. Abdul Mujib, M.Ag, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana, 2008)

Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, op. cit., Quality Assurance, Pada Madrasah

(Modul Pelatihan).

Dirjen Pendidikan Islam Depag RI Quality Assurance, Pada Madrasah (Modul

Pelatihan)., 2009

Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis (Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama., 2008)

Jerome S. Arcaro, Pendidikan Berbasis Mutu, Prinsip-prinsip dan Tata langkah

penerapan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)

Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatf: Edisi Revisi (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2006)

Marno, M.Ag. dan Triyo Supriyatno, S.Pd., M.Ag., Manajemen dan

Kepemimpinan Pendidikan Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2008)

146
147

M. Dahlan. Y. Al-Barry, Kamus Induk Istilah Ilmiah, (Surabaya: Target Press,

2003)

Maksum, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos, 1999)

Muhammad Noor Syam, Filsafat Pendidikan Pancasila (Jakarta: PT. Rosdakarya

1986)

Nanang fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2006)

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum, (Bandung, PT Remaja

Rosdakarya, 2008)

Nana Syaodih Sukmadinata. Dkk, Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah

menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen (Bandung: Refika Aditama,

2006)

Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri

Press, 2009)

Rohiat, Manajemen Sekolah (Bandung: PT Refika Aditama, 2009)

Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Yogyakarta: Teras, 2009)

Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pengembangan Mutu Sekolah/Madrasah

(Malang, UIN-Malang Press, 2008)

Sondang P. Siagian, Manajemen Stratejik (Jakarta, PT Bumi Aksara; 2008)

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya

(Jakarta: Rineka Cipta, 1996)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung:

Alfabeta, 2006)

147
148

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta:

PT Bima Karya, 1987)

148
149

L
A
M
P
I
R
A
N

149

Anda mungkin juga menyukai