Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

USAHA KESEHATAN SEKOLAH


SEBAGAI PERWUJUDAN EKSISTENSI PROGRAM
PROMOSI KESEHATAN

2.1 Sejarah Ringkas UKS


UKS dirintis sejak tahun 1956 melalui “Pilot Project” dijakarta dan bekasi yang merupakan
kerjasama antara Depkes, Depdikbud dan Depdagri. Pada tahun 1980 ditingkatkan
menjadi keputusan bersama antara depdikbud dan depkes, tentang kelompok kerja UKS. Untuk
mencapai kemantapan pembinaan secara terpadu ditetapkan SKB Mendikbud, Menkes, Menag
dan Mendagri tanggal 3 september 1984;
1. Pokok kebijaksanaan dan pengembangan UKS Nomor 408
a/U/1984, No.319a/Menkes/SKB/VI/1984, N0.74/Th/1984, N0.61/1084.
2. Tentang Tim Pembina UKS Nomor 408a/U/1048, N0.319a/Menkes/SKB/VI/1984, No
74a/1984, No. 61/1984 yang disempurnakan dengan Nomor 0372a/P/1989, No.
390a/Menkes/SKB/VI/1089, No.140a/Th/1989, No.30a Tahun 1989 tanggal 12 juni 1989.

2.2 Promosi Kesehatan Sebagai Dasar Pemikiran Terwujudnya UKS


Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan sekolah menjadi
suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3
kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan
di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal
dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan
kedudukan strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar
anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam jangka waktu cukup lama.
Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200 jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam
proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak
10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas, 2007).
Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis populasi, yaitu
populasi anak sekolah dan masyarakat umum /keluarga. Apabila promosi kesehatan ditujukan
pada usia sampai dengan 12 tahun saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan
mampu menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hampir 100 juta populasi masyarakat
umum yang terpajan promosi kesehatan.
Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang anak, sebab di
sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi
kesehatan di sekolah membantu meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta
masyarakat sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat dipandang sebagai 2 aspek
yaitu
a) sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di sekolah (support side)
b) sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya promosi kesehatan di
sekolah itu sendiri (impact side)
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah seringkali akan lebih berhasil
jika mendapat dukungan yang memadai dari keluarga si murid. Hal ini terkait dengan intensitas
hubungan antara anak dan keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan
keluaraga lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran orang tua yang
memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan lebih menjamin keberhasilan
program promosi kesehatan. Sebagai contoh bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci
Tangan Pakai Sabun (CTPS) kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS,
maka perilaku anak akan lebih lestari (sustainable).
Bentuk dukungan orang tua ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan
tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah.

Promosi kesehatan Merupakan Perwujudan Usaha Kesehatan Sekolah dengan alasan sebagai
berikut ;
1. Sekolah merupakan lembaga yang sengaja didirikan untuk membina dan meningkatkan
kualitas SDM, baik fisik, mental, moral maupun intelektual.
2. Promosi kesehatan melalui komunitas sekolah ternyata paling efektif di antara upaya
kesehatan masyarakat yang lain, khususnya dalam pengembangan perilaku hidup sehat,
karena:
a) Anak usia sekolah (6 tahun – 18 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi
dibandingkan dengan kelompok umur yang lain.
b) Sekolah merupakan komunitas yang telah terorganisasi, mudah dijangkau.
c) Anak sekolah merupakan kelompok yang sangat potensial untuk menerima perubahan
atau pembaruan, Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulasi sehingga mudah
dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat. merupakan kelompok
yang sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaruan, karena sedang berada dalam
taraf pertumbuhan dan perkembangan.

2.3 Pengertian UKS


Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah Usaha Kesehatan Masyarakat yang ditujukan kepada
masyarakat sekolah, yaitu : anak didik, guru, dan karyawan sekolah lainnya (Indan. 2000).
Upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu,
melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta
usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di
lingkungan tersebut.

UKS adalah upaya terpadu lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan kemampuan
hidup sehat dan selanjutnya terbentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat /PHBS baik bagi
peserta didik, warga sekolah maupun warga masyarakat. yang dimaksud dengan sekolah adalah
sekolah mulai Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA).
REPORT THIS AD

2.4 Tujuan UKS


Secara umum ;
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik.
Secara khusus ;

Agar peserta didik ;

1) Memiliki pengetahuan /sikap / keterampilan untuk berprilaku hidup sehat.


2) Sehat jasmani/rohani/sosial

3) Memiliki daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol
dan obat berbahaya lainnya

Tujuan Pembinaan UKS dan pengembangan UKS

Tercapainya pembinaan yang terpadu dan intensif agar berhasil guna dan berdayaguna secara
optimal.

2.5 Sasaran dan Ruang Lingkup UKS


Pendidikan, mulai dari Prasekolah sampai dengan Sekolah Menegah Atas, termasuk perguruan
agama dan lingkungannya.

Sasaran Pembinaan Terdiri dari ;


 Peserta didik
 Pembina Teknis dan Non Teknis UKS
 Sarana dan Prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan
 Lingkungan (lingkungan sekolah / Lingkungan Keluarga / lingkungan masyarakat).
Ruang Lingkup Terdiri dari ;
1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Lingkungan Kehidupan sekolah sehat.

2.6 Kebijaksanaan Tentang UKS


REPORT THIS AD

Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh serta berdaya
guna dan berhasil guna.pembinaan dan pengembangan diupayakan melalui ;

1. Pendidikan Kesehatan
2. Pelayanan Kesehatan
3. Lingkungan Kehidupan sekolah sehat.

2.7 Unsur Organisasi Pembinaan UKS


Menurut Adik Wibowo dkk. (1983 : 27-29) struktur organisasi UKS mengikuti struktur organisasi
Departemen Kesehatan RI, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
125/IV/Kab/B.U/1975 tertanggal 29 April 1975 yaitu :

1) Tingkat Pusat

Sub Direktorat Kesehatan Sekolah dan Olahraga, Direktorat Kesehatan Masyarakat terdiri dari
beberapa seksi yaitu : seksi kesehatan anak sekolah dan mahasiswa, seksi kesehatan anak-
anak luar biasa, seksi olahraga kesehatan, seksi pengembangan metode. Fungsi dan tanggung
jawabnya : membuat program kerja melakukan koordinasi, melakukan bimbingan dan
pengawasan pelaksanaan UKS di seluruh Indonesia, mengusahakan bantuan teknis dan
materiil, bersama-sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyusun kurikulum
tentang kesehatan pada umumnya dan Usaha Kesehatan Sekolah pada khususnya,
menyelenggarakan lokakarya, seminar, rapat kerja diskusi dan lain-lain.

Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua I,II dan III terdiri dari Dirjen Dikdasmen, Depdikbud, Dirjen Binkesmas Depkes, Dirjen
Binbaga Islam Depag dan Depdagri.
Sekretaris I,II,III dan anggota -anggotanya terdiri dari unsur Depkes, Depdikbud, Depag dan
Depdagri.

2) Tingkat Daerah (Provinsi / Dati I,)


Fungsi dan tanggung jawab koordinator pelaksana UKS di tingkat provinsi meliputi : membuat
rencana program kerja, membuat bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan pengawasan,
menerima laporan kegiatan dari tingkat Kabupaten/ kota melaporkan kegiatan ke tingkat pusat,
memberi bantuan materi dan keuangan ke daerah /tingkat II dan usaha-usaha lain yang
dianggap perlu.
REPORT THIS AD

Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua ; Gubernur /Kepala daerah TK.I, Ketua I,II,II dan Ketua Harian I,II,III

sekretaris dan anggota terdiri dari Depkes, Depdikbud, Depag, Depdagri Pemda PKK dan PMI.

3) Kabupaten / Dati II,


Fungsi dan tanggung jawab koordinator UKS ada pada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Fungsi dan tanggung jawabnya meliputi : membuat rencana kerja harian, melakukan koordinasi
kegiatan-kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada anak didik dan masyarakat sekolah,
melakukan pengawasan pelaksanaan UKS di sekolah, melaporkan kegiatan ditingkat provinsi,
menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, kursus UKS bagi guru, murid, dan petugas
kesehatan setempat, memupuk kerjasama baik pihak-pihak yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan UKS.
Ketua ; Bupati /Walikota madya/ Walikota madya adm /Kepala daerah TK.II.
Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua I,II,II dan Ketua Harian I,II,III

sekretaris dan anggota terdiri dari Depkes, Depdikbud, Depag, Depdagri Pemda PKK dan PMI
Dati II.
4) Puskesmas / Kecamatan,
Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu unit pengembangan dan pembinaan program
kesehatan yang ada dimasyarakat yang di lakukan oleh puskesmas dimana kegiatan-kegiatan
kesehatan dilaksanakan dan dibawah pengawasan puskesmas di wilayah kerjanya.

Bentuk Pengorganisasian ;
Ketua ; Camat.

Ketua I,II,II dan Ketua Harian I,II,III


sekretaris dan anggota terdiri dari lintas sector di tingkat kecamatan.
5). Pelaksanaan Di Sekolah

Usaha Kesehatan Sekolah merupakan upaya yang dilaksanakan dari tingkat pelaksana UKS di
sekolah-sekolah hingga tingkat pusat sehingga diperlukan organisasi yang baik. Untuk
memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan serta mencegah terjadinya tumpang tindih
dari berbagai kegiatan UKS sebaiknya diwujudkan dalam satu wadah atau badan. Kerangka
kerjasama pengorganisasian sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaik-baiknya.
Sebab, tidak sedikit sekolah atau guru yang beranggapan bahwa UKS merupakan tugas dari
petugas kesehatan saja atau sebalikya petugas kesehatan menganggap UKS merupakan
tanggung jawab jajaran pendidikan sekolah atau guru semata-mata.
REPORT THIS AD

Bentuk Pengorganisasian ;
Pembina ; Kepala Sekolah /Lurah

Tim Pelaksana ;
Ketua : Kepala Sekolah

Ketua I,II, Sekretaris dan anggota terdiri dari unsur Pemerintah Desa, BP3, Guru, Puskesmas,
Pengurus Osis dan Komite Sekolah /POMG.

2.8 Kegiatan UKS di Sekolah


UKS disekolah dilaksanakan melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstra kulikuler. Kegiatan
intrakulikuler dilakukan melalui Kesehatan lingkungan, Pendidikan Kesehatan dan Usaha
Pemeliharaan Kesehatan. Karena terbatasnya waktu pada kegiatan intrakulikuler, kegiatan UKS
lebih banyak diharapkan melalui kegiatan ekstrakulikuler.

Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat


1. Bangunan dan perlengkapan sekolah yang sehat.
2. Kebersihan ruangan dan halaman sekolah.
3. Tersedianya kakus dan air yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Hubungan yang baik antara guru, murid dan masyarakat/orang tua murid.
Pendidikan Kesehatan / Penyuluhan Kesehatan
1. Pendidikan tentang kesehatan perorangan dan lingkungan.
2. Pendidikan tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
3. Pendidikan tentang makanan sehat dan hidup yang teratur.
4. Pendidikan tentang sikap yang baik dan kebiasaan –kebiasaan yang rapi.
5. Pendidikan tentang pencegahan kecelakaan.
Usaha Pemeliharaan kesehatan disekolah
Ä Pemeriksaan kesehatan perorangan dan lingkungan secara berkala.

1. Usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (vaksinasi dan sebagainya).


2. Usaha kesehatan gigi sekolah.
3. Mengirimkan anak-anak yang memerlukan perawatan khusus ke pihak yang lebih ahli.
4. PPPK dan pengobatan sederhana.
Kegiatan ekstrakulikuler dapat berwujud ;
 Lomba Poster
 Lomba Kebersihan Kelas
 Lomba Sekolah Sehat
 Lomba Mengarang Cerita sehat
 Lomba Cerdas cermat kesehatan
 Lomba Siswa Sehat
 Lomba Makanan Sehat
 Lomba Warung Sehat, dll
2.9 Perlengkapan PPPK (P3K) Untuk UKS
Pertolongan pertama adalah suatu perawatan yang diberikan sementara menunggu bantuan
datang atau sebelum dibawa kerumah sakit atau puskesmas. Pertolongan pertama dimaksudkan
untuk menentramkan dan menyenangkan si korban sebelum ditangani oleh orang yang lebih
ahli. Diharapkan dengan keadaan yang lebih tenang dan tenteram dapat mengurangi rasa sakit
si korban (Yudiawan. 2002).

Perlengkapan P3K sangat dibutuhkan oleh sekolah sebagai langkah awal dalam pengobatan
sederhana untuk menghindari masalah yang lebih serius jika terjadi kecelakaan dan hanya
diberikan oleh guru UKS yang sudah memiliki keterampilan dan terlatih memberikan /melakukan
perawatan /pengobatan sederhana.
Berikut beberapa perlengkapan P3K :

 Perban Elastis dan Plester luka


 Obat antiseptik (betadine) dan alkohol
 Kain pembalut, kapas steril, kasa steril, Kain Segitiga, perban kain, perban plastik, plester
dan Cotton bud.
 Bidai atau spalk
 Gunting dan peniti
 Sabun antiseptik
 Obat-obatan yang umum digunakan (obat penghilang rasa sakit, sakit kepala, demam,
influenza, batuk, maag, alergi, sakit perut, Obat diare, dan lain-lain).
2.10 Tolak Ukur Keberhasilan UKS
a) Tehadap Gedung Sekolah dan Lingkungan
 Semua kamar mandi, Wc, Pekarangan sekolah bersih
 Tidak ada sampah
 Ada air bersih
 Ada alur panduan keselamatan jika terjadi kegawatdaruratan /kebakaran/ gempa/ sunami/
dsb berhubungan dengan lingkungan (Safety Line / assemble point / Safety Point)
REPORT THIS AD

b) Tehadap Murid

 Sehat, tidak sakit-sakitan, bebas narkotika


 Absensi sakit menurun
 Pertumbuhan badan baik, tinggi dan berat badan seimbang dengan umur
 Mendapatkan imunisasi yang diperlukan

2.11 Strategi Promosi Kesehatan dalam Perwujudan UKS


WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
1). Advokasi

Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan
masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait
tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting program
kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat bagi jalannya program
promosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai pihak dapat saling belajar dan
berbagi pengalaman tentang keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan
berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam pemanfaatan untuk
melakukan promosi kesehatan

3). Penguatan kapasitas


Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakan
secara optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan
untuk memperkuat program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini dapat
terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
program promosi kesehatan sekolah

4). Kemitraan
REPORT THIS AD

Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM maupun usaha swasta akan
sangat mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan
kemitraan akan dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di sekolah.

5). Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan dan penilaian program promosi
kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan akses untuk masuk dalam
mengembangkan promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional,
disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa sekolah.

2.12 Ciri “SEKOLAH PROMOSI KESEHATAN”


Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk dapat menjadi sekolah
yang mempromosikan/meningkatkan kesehatan, yaitu :

1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah yaitu peserta
didik, orangtua dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman, meliputi :
 Sanitasi dan air yang cukup
 Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
 Bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan yang berbahaya
 Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling percaya
 Pekarangan sekolah yang aman
 Dukungan masyarakat yang sepenuhnya
3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :

 Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap
kesehatan serta dapat mengembangkan berbagai ketrampilan hidup yang mendukung
kesehatan fisik, mental dan sosial
 Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orangtua
4. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu :
 Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
 Kerjasama dengan Puskesmas setempat
 Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan “keamanan” makanan
REPORT THIS AD

5. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan dan meningkatkan


kesehatan, yaitu :

 Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan proses belajar mengajar
yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah
 Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk seluruh siswa
 Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkoba termasuk alkohol
serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan :

 Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi


 Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat
Untuk itulah sekolah harus menjadi suatu “tempat” yang dapat meningkatkan/mempromosikan
derajat kesehatan peserta didiknya. Konsep inilah yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia di
sebut dengan menciptakan “Health Promotion School” atau sekolah promosi kesehatan. Dapat
dikatakan program Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan dengan baik pada sekolah tersebut.
Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda
sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”.
Namun yang terpenting adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan organisasinya”
secara optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.

2.13 Usaha Pokok UKS dalam Upaya Promosi kesehatan


Adapun usaha-usaha kesehatan sekolah yang dapat diterapkan dan di ciptakan di lingkungan
sekolah adalah ;

1. Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living).


2. Pendidikan Kesehatan (Health Education).
3. Pemeliharaan dan pelayanan kesehatan di sekolah (health services in school)
Penjelasan Usaha Pokok UKS sbb ;
Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat (healthful school living).
REPORT THIS AD

Aspek non-fisik (mental-sosial) : hub antara murid, guru, pegawai sekolah dan ortu murid)
Lingkungan mental-sosial yang sehat terjadi apabila hubungan yang harmonis, dan kondusif
diantara komponen masyarakat sekolah. Hubungan yang harmonis ini akan menjamin terjadinya
pertumbuhan dan perkembangan anak atau murid dengan baik, termasuk tumbuhnya perilaku
hidup sehat
Lingkungan fisik terdiri dari :

1) Bangunan sekolah dan lingkungannya yang terdiri dari:


 Letak sekolah tidak berdekatan dengan tempat-tempat umum atau keramaian misalnya
pasar, terminal, mall, dan sebagainya.
 Besar dan konstruksi gedung sekolah sesuai dengan jumlah murid yang ditampungnya.
 Tersedianya halaman sekolah dan kebun sekolah.
 Ventilasi memadai sehingga menjamin adanya sirkulasi udara disetiap ruang kelas.
 Penerangan atau pencahayaan harus cukup, utamanya dari sinar cahaya matahari dapat
masuk kesetiap ruang kelas.
 Sistem pembuangan air limbah maupun air hujan dijamin tidak menimbulkan genangan
(harus mengalir).
 Tersedianya tempat pembuangan sampah disetiap kelas, dan teras sekolah.
 Tersedianya kantin atau warung sekolah, sehingga kebersihan dan keamanan makanan
dapat diawasi.
 Tersedia air bersih yang memadai dan mudah didapat
 Tersedianya tempat pembuangan air besar atau air kecil (jamban sekolah) yang bersih dan
sehat.
2) Pemeliharaan kebersihan perorangan dan lingkungan:

Pemeliharaan kesehatan perorangan dan lingkungan merupakan faktor yang sangat penting
dalam menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rangka pemeliharaan kebersihan perorangan (personal
hygiene), khususnya bagi murid-murid adalah:
 Kebersihan kulit, kuku, rambut, telinga, dan hidung.
 Kebersihan mulut dan gigi.
 Kebersihan dan kerapian pakaian.
 Memakai alas kaki (sepatu atau sandal).
 Cuci tangan sebelum memegang makanan, dan sebgainya.
REPORT THIS AD

Sedangkan kebersihan lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain :

 Kebersihan perlengkapan sekolah (bangku, meja, dan alat sekolah yang lain).
 Kebersihan kaca, jendela, dan lantai.
 Kebersihan wc dan kamar kecil
 Kebersihan ruang kelas.
 Membuang sampah pada tempatnya.
 Membersihkan meludah tidak dismbarang tempat.
 Pemeliharaan taman atau kebun sekolah.
3) Keamanan umum sekolah dan lingkungannya.
 Adanya pagar sekolah, untuk mencegah atau mengurangi murid-murid keluar masuk gedung
sekolah, sehingga membahayakan keselamatannya.
 Halaman dan gang atau jalan masuk kesekolah mudah dilewati atau tidak becek dimusim
hujan, dan berdebu pada musim kemarau.
 Semua pintu dan jendela diatur sedemikian rupa sehingga membuka kearah luar.
 Adanya tanda lalu lintas khusus sebagai pemberitahuan kepada pemakai jalan agar waspada
dilingkungan sekolah (banyak anak berlari-larian).
 Tersedia P3K, dan tenaga atau guru yang terlatih dibidang P3K.
Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk menanamkan kebiasaan hidup
sehat agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri serta lingkungannya serta
ikut aktif didalam usaha-usaha kesehatan.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tahap-tahap:\

1. Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar hidup sehat.


2. Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
3. Membentuk kebiasaan hidup sehat.
Hal-hal pokok sebagi materi dasar untuk menanamkan perilaku atau kebiasaan hidup sehat
adalah sebagai berikut:

1. Kebersihan perorangan (personal hygiene) dan kebersihan lingkungan, terutama lingkungan


sekolah.
2. Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dengan cara:
 Hidup bersih.
 Imunisasi
 Pemberantasan nyamuk, kecoak, tikus, dan binatang lain yang dapat menularkan penyakit.
 Cara penularan penyakit, dan sebagainya
3. Penyakit-penyakit tidak menular (penyebab dan pencegahannya)
4. Gizi

 Mengenal berbagai makanan bergizi.


 Nilai gizi pada makanan
 Memilih makanan yang bergizi
 Kebersihan makanan
 Penyakit-penyakit akibat kekurangan atau kelebihan gizi, dan sebagainya.
1. Pencegahan kecelakaan atau keamanan diri
2. Mengenal fasilitas kesehatan yang profesional, dan sebagainya.
5. Pemeliharaan pelayanan kesehatan disekolah
Karena sekolah adalah sebuah komunitas, meskipun interaksi efektif diantara anggota
komunitas hanya sekitar 6-8 jam, namun perlu adanya pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi
murid-murid sekolah. Pemeliharaan kesehatan disekolah ini mencakup:
 Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik pemeriksaan umum atau khusus, misalnya:
gigi, paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
 Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan lingkungan.
 Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, antara lain dengan
imunisasi.
 Usaha perbaikan gizi.
 Usaha kesehatan gizi sekolah.
 Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi pertumbuhan jasmani, rohani, dan sosial.
Misalnya, penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan.
 Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan khusus atau lanjutan ke puskesmas atau
rumah sakit.
 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) dan pengobatan ringan
2.14 Kemitraan Dan Promosi Kesehatan Di Sekolah
1) Guru :
1. Melaksanakan pendidikan kesehatan kepada murid-muridnya, baik melalui mata ajaran yang
terstruktur dalam kurikulum, maupun dirancang khusus dalam rangka penyuluhan kesehatan,
misalnya, masalah imunisasi, penyakit HIV/AIDS, narkoba, dan sebagainya.
2. Memortitor pertumbuhan dan perkembangan anak-anak didik atau murid melalui
penimbangan berat badan secara berkala ataupun rutin tiap bulan.
3. Mengawasi adanya kelainan-kelainan yang mungkin terdapat pada murid, baik kelainan fisik
maupun kelainan non-fisik.
REPORT THIS AD

2) Petugas Kesehatan
1. Memberikan bimbingan kepada guru-guru
2. Menjalankan beberapa kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah yang tidak dapat dilakukan
oleh guru, misalnya: imunisasi, pemeriksaan kesehatan, dan sebagainya.
3. Turut serta dalam pengawasan terhadap lingkungan sekolah yang sehat
4. Memberikan pelatihan-pelatihan dan bimbingan kepada guru-guru
5. Membantu sekolah dalam mengembangkan materi kesehatan dalam kurikulum Sekolah.
6. Menjalin kerja sama dengan sektor lain dan pihak-plhak lain dalam rangka mengembangkan
upaya kesehatan sekolah.
7. Menggerakkan masyarakat di sekitar sekolah dalam rangka upaya kesehatan sekolah.

3) Siswa / Siswi (Murid)


1. Mempraktikkan dan membiasakan hidup sehat sesuai dengan petunjuk panduan yang
diberikan oleh guru, di mana pun murid berada, baik di dalam sekolah, di dalam keluarga,
maupun di masyarakat.
2. Menjadi penghubung antara sekolah, keluarga dan masyarakat dalam menjalankan
kebiasaan-kebiasaan atau perilaku hidup sehat.
3. Menjadi contoh perilaku sehat bagi masyarakdt, khususnya anak-anak yang tidak terjangkau
oleh sekolah.
4) Orang Tua Siswa / Siswi (Murid)
1. Ikut serta dalam perencanaan dan penyelenggaraan program promosi kesehatan di sekolah.
2. Menyesulkan diri dengan program kesehatan di sekolah dan berusaha untuk mengetahui
atau mempelajari apa yang diperoleh anaknya di sekoldh, dan mendorong anaknya untuk
mempraktikkan kebiasaan hidup sehat di rumah.
2.15 Komponen Promosi Kesehatan Sekolah
1. Penerapan kebijakan kesehatan (Implementation of healthy policy): Pimpinan sekolah
bersama-sama dengan guru dapat membuat kebijakan-kebijakan sekolah yang terkait
dengan kesehatan.
2. Tersedianya sarana dan prasarana pencegahan dan pengobatan sederhana di
sekolah (provide access preventive and curative health services)
3. Tersedianya lingkungan yang aman dan sehat (provide a safety and healthy environment)
4. Adanya program penyuluhan kesehatan (provide skill based health education)
5. Partisipasi orang tua murid dan Lingkungan masyarakat (Improved community health through
parent and environtment community participation).

2.16 Kegiatan Promkes PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum Berbasis Sanitasi


Masyarakat) Di Sekolah.
1) Jenis Kegiatan
Salah satu kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah adalah Program PAMSIMAS adalah membangun
jamban sekolah dan sarana cuci tangan. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada
guru maupun murid bagaimana cara memelihara jamban sekolah yang akan di bangun dan
sarana cuci tangan. Misalnya seorang guru di serahkan tanggung jawab untuk pemeliharaan
jamban. Ia akan mengkoordinasi murid dengan cara membuat “roster” atau jadwal
membersihkan jamban dan sarana cuci tangan yang dibagi secara merata antara murid laki-laki
dan murid perempuan. Seringkali terjadi jamban di sekolah hanya terdiri atas dua unit, yaitu satu
untuk guru dan yang lain untuk murid. Sementara kondisi jamban murid sangat berbeda jauh
dengan jamban guru. Di mana jamban murid sangat jauh dari kondisi bersih dan terpelihara atau
tidak jarang dalam kondisi rusak. Akibatnya banyak murid yang kemudian buang air baik buang
air kecil maupun buang air besar di halaman sekolah. Kebiasaan ini membuat sekolah menjadi
bau dan sangat rentan untuk menjadi sarang penyakit. Selain itu, seringkali jamban di sekolah
tidak dilengkapi dengan penerangan yang cukup. Murid yang masih duduk di kelas 1 atau 2 akan
merasa takut untuk menggunakan jamban yang kondisinya gelap, berbau dan kotor. Kondisi
seperti ini harus dihindari dengan cara membuat jamban dengan penerangan yang cukup baik
dari lampu ataupun sinar matahari beserta ventilasi yang memadai.

Selain program pembangunan fisik, program pendidikan kesehatan tentang hubungan antara air,
jamban, perilaku dan kesehatan juga menjadi kegiatan yang penting dalam program kesehatan
sekolah. Di antaranya adalah hubungan antara air-kondisi sanitasi dan penyakit; bagaimana
sarana sanitasi dapat melindungi kesehatan kita; bagaimana penyakit dapat timbul dari kondisi
sanitasi dan perilaku yang buruk; Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun; Pencegahan
Penyakit Kecacingan; dan monitoring kualitas air. Materi-materi pembelajaran bagi siswa
dilaksanakan secara partisipatif menggunakan metode PHAST (Partisipatory Hygiene and
Sanitation Transformation – Transformasi Hidup Bersih dan Sanitasi).
Guru-guru sebagai tenaga pengajar akan di beri pelatihan terlebih dahulu oleh Dinas Kesehatan
setempat dan Tim Fasilitator Masyarakat (TFM), khususnya TFM bidang kesehatan.
Adapun rincian kegiatan program Promosi Kesehatan di sekolah :

1. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan termasuk pendidikan
menjaga kebersihan jamban sekolah
2. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
3. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
4. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan individu, dan kesehatan
masyarakat
5. Program pemberantasan kecacingan
6. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
7. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
8. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
9. Pengembangan tanggungjawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang terlibat di sekolah,
mencakup:
 Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian tugas guru pembina dan
Komite Sekolah
 Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya
REPORT THIS AD

2) Proses Perencanaan dan Pelaksanaan


a) Perencanaan
Sebagai langkah awal dari proses perencanaan ialah Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) bersama
Tim Kesehatan Kecamatan (TKKc) melakukan pertemuan dengan Penilik/Staff Dinas Pendidikan
Kecamatan untuk mendiskusikan tentang perencanaan penyusunan rencana kegiatan promosi
kesehatan di sekolah. Kegiatan ini bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan orientasi awal
sebelum memulai diskusi dengan masyarakat di desa sasaran.
Proses perencanaan kegiatan promosi kesehatan di sekolah di fasilitasi oleh TFM dengan
mengajak masyarakat sekolah untuk melakukan proses mulai dari identifikasi dan Potensi
masalah, pemilihan opsi dan kegiatan, sampai dengan penyusunan Rencana Kerja Masyarakat
(RKM). Masyarakat sekolah yang dimaksud adalah kepala sekolah, guru, murid, orangtua murid,
penjaga sekolah, dan pemilik kantin/warung sekolah.

Identifikasi masalah yang dimaksud adalah mengajak masyarakat sekolah untuk


mengidentifikasi beberapa hal seperti:

1. Sarana air bersih yang biasa digunakan untuk berbagai kebutuhan


2. Tempat yang biasa digunakan guru, murid, dan masyarakat sekolah lainnya untuk buang air
besar dan buang air kecil
3. Tempat yang biasa digunakan untuk mencuci tangan (identifikasi terlebih dahulu apakah
siswa/guru mempunyai kebiasaan mencuci tangan di sekolah)
4. Tempat yang biasa digunakan masyarakat sekolah sebagai tempat pembuangan sampah
5. Perilaku-perilaku buruk bagi kesehatan yang lain yang masih sering dilakukan oleh
masyarakat sekolah, seperti pemilik kantin/warung/penjual makanan tidak menutup makanan
jajanan, kebiasaan buruk lainnya
6. Presentasi siswa yang tidak sekolah karena sakit setiap harinya
Potensi yang dimaksud seperti :

Sarana air bersih yang masih berfungsi tetapi sudah tidak memenuhi syarat kesehatan (seperti
tidak ada SPAL, keran yang bocor, dll)
1. Kamar mandi tetapi jamban yang ada sudah tidak berfungsi
2. Halaman yang cukup luas untuk dibangun sarana pembuangan sampah
3. Media komunikasi tentang kesehatan, seperti majalah dinding
4. Kegiatan ekstrakulikuler seperti kegiatan Pramuka, olahraga, dll
REPORT THIS AD

Seluruh masyarakat sekolah akan diikutsertakan pada proses-proses: identifikasi masalah dan
potensi, pengambilan keputusan untuk opsi teknis sarana air bersih dan sanitasi, pengambilan
keputusan penempatan sarana di sekolah sampai dengan rencana kegiatan kesehatan dan
perubahan perilaku dan rencana untuk memeliharanya. Setelah teridentifikasi masalah dan
potensi, LKM unit kesehatan akan difasilitasi oleh TFM untuk menyusun rencana kegiatan
Promosi Kesehatan di sekolah, terdiri atas rencana kegiatan pembelajaran, rencana
pembangunan/pengembangan sarana air bersih dan sanitasi di sekolah serta sarana cuci tangan
dan tempat sampah dan kegiatan lainnya.

Jenis-jenis kegiatan yang dapat di lakukan pada UKS Program Promosi Kesehatan Sekolah,
adalah:

 Penyuluhan kelompok di kelas


 Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman /peer group education)
 Pemutaran film/video
 Penyuluhan dengan media panggung boneka
 Penyuluhan dengan metode demonstrasi
 Pemasangan poster, Pembagian leaflet
 Kunjungan/wisata pendidikan
 Kunjungan rumah
 Lomba kebersihan kelas, Lomba kebersihan perorangan/murid
 Lomba membuat poster, Lomba menggambar lingkungan sehat
 Lomba cepat tepat
 Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah
 Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah
 Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air
 Pelatihan guru UKS
 Pelatihan siswa/kader UKS
Setiap kegiatan yang dipilih harus dibuat menjadi sebuah rencana rinci kegiatan. Setiap kegiatan
harus dilengkapi dengan sasaran kegiatan, tujuan, metode pembelajaran, frekuensi kegiatan dan
media yang digunakan. Dari analisis media yang dibutuhkan maka didapat jumlah biaya yang
diperlukan untuk promosi kesehatan di sekolah. Semua perencanaan tersebut akan masuk ke
dalam Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

b) Pelaksanaan

Persiapan Pelaksanaan
 LKM Unit Kesehatan dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadwal ulang apabila dalam
melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan kondisi terkini.
 Mendapatkan media komunikasi yang diproduksi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten / Dinas
Kesehatan Propinsi (apabila ada).
REPORT THIS AD

Fasilitasi oleh TFM

 TFM terutama FM bidang kesehatan harus melaksanakan pelatihan kepada LKM (unit
kesehatan) melalui pelatihan sambil bekerja (on the job training), agar mampu melaksanakan
kegiatan promosi higiene sanitasi.
 TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM unit kesehatan dan guru sekolah dasar
dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi di sekolah.
 TFM terutama FM bidang kesehatan dan FM bidang pemberdayaan masyarakat melakukan
pemicuan CLTS terhadap murid sekolah dasar.
Implementasi Kegiatan
 Mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan promosi higiene sanitasi seperti pelatihan Guru
Usaha Kesehatan Sekolah, atau pelatihan yang direncanakan menggunakan dana yang ada.
 Melaksanakan kegiatan program promosi higiene sanitasi di sekolah sesuai rencana yang
tercantum dalam RKM.
 Melaksanakan pembangunan sarana air bersih, jamban sekolah dan tempat cuci tangan di
sekolah sesuai rencana dalam RKM.
Bantuan Teknis TKKc

 Tim Pembina UKS Kecamatan yang anggotanya juga merupakan anggota TKKc,
memberikan bantuan teknis dalam pelaksanaan promosi higiene sanitasi secara partisipatif di
sekolah.

3) Monitoring dan Evaluasi


Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala kepada siswa untuk mengetahui
apakah terjadi perubahan perilaku kesehatan baik di sekolah maupun di rumah. Perilaku-perilaku
seperti perilaku buang air besar, perilaku kebersihan tangan/cuci tangan, kebiasaan mandi
dengan air bersih dan sabun dan perilaku kesehatan lainnya dapat terus di monitoring untuk
mengetahui apakah perilaku tersebut berubah ke arah yang lebih baik atau tidak. Misalnya
sebelum ada bangunan jamban di sekolah, siswa sering buang air besar di sawah/kebun di
belakang sekolah. Apakah setelah ada jamban si sekolah siswa buang air besarnya menjadi di
jamban, atau masih di tempat terbuka. Kegiatan monitoring dapat dilakukan tidak hanya
kebiasaan/perilaku di sekolah, tetapi juga perilaku kesehatan di rumah.
Kegiatan monitoring dan evaluasi bisa dilakukan bersama-sama siswa secara partisipatif.
Berbagai metode dapat digunakan untuk mengajak siswa mengevaluasi perubahan perilaku
kesehatannya masing-masing. Seperti metode berbaris dan angkat tangan atau metode dengan
kartu sehat siswa. Metode baris dapat dilakukan dengan cara meminta siswa baris sesuai
dengan kebiasaan yang akan dimonitoring. Sehingga siswa dapat saling melihat siapa saja
teman-temannya yang masih buang air di sungai, misalnya. Kegiatan monitoring juga bisa
dilakukan menggunakan kartu sehat siswa. Setiap siswa dibekali sebuah kartu. Pada halaman
depan terdapat nama siswa, nama sekolah dan kelas. Pada halaman belakang terdapat pesan
untuk melakukan beberapa perilaku, dengan pertanyaan besar , “Sudahkan anda melakukan
perilaku ……….?”, Misal perilaku yang dimaksud antara lain : buang air besar di jamban, cuci
tangan setelah buang air besar, cuci tangan sebelum makan, dan mandi dengan air bersih dan
sabun. Pada setiap pagi sebelum pelajaran mulai, guru kelas bisa memulai kegiatan
pembelajaran dengan menanyakan siswa apakah sudah melakukan perilaku-perilakui yang
terdapat pada kartu sehat siswa. Siswa bisa diminta untuk mengangkat tangan bagi yang
melakukan perilaku-perilaku kesehatan yang dimaksud.

Anda mungkin juga menyukai