Abstract
Islam once triumphed as a great civilization with two main characteristics: an appreciation of
science as well as submission to the value of Tawheed. Unfortunately, at present these
characteristics seem not to belong to Islam. Various measurement data show that Muslim-
dominated countries such as Indonesia, have low values in higher-order thinking skills such
as creative thinking and problem-solving. As a solution effort, this paper attempts to
reintroduce the concept of critical thinking in the body of the current Muslim community.
The effort begins by showing how important critical thinking is in Islam, the relevance of
Islam and critical thinking and the adaptation of current research in the frame of Islamic
Psychology. The main implication of this paper is the importance of seeing the significance
of all researchers, both Muslim researchers and outside Muslims, in the process of Islamizing
the concept.
Keywords: critical thinking; islamic education; islamic psychology
86 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM
Buletin Psikologi 87
SULAIMAN & SYAKAROFATH
dan langkah strategis ke depan yang dapat sebaliknya, tanpa kemampuan berpikir
dilakukan. Sebelum masuk ke dalam ketiga kritis maka seseorang akan menghasilkan
uraian pokok tersebut, perlu kita pahami produk pemikiran yang kurang berkualitas.
tentang pengertian berpikir kritis.
Berfikir Kritis: Paradigma Barat Vs Islam
Pembahasan Definisi berpikir kritis yang dikemukakan
oleh Facione di tahun 1990 melalui laporan
Definisi Berpikir Kritis Delphi memberikan suatu konsep yang
telah terbukti bermanfaat dalam penelitian
Definisi berpikir kritis yang paling luas
secara luas, namun banyak yang menyang-
diterima oleh mayoritas peneliti, baik
sikan kesempurnaannya. Misalnya saja,
muslim maupun selain muslim adalah
definisi yang dikenalkan oleh Facione Moore (2013) menemukan bahwa dalam
(1990). Dalam karya yang dijuluki sebagai persepsi pendidik, berpikir kritis memiliki
‘Laporan Delphi’, sebuah proyek penelitian definisi yang begitu luas. Berpikir kritis bisa
klasik inisiasi Asosiasi Filsafat Amerika pula berarti berpikir di luar kotak (kreati-
(America Philosophical Association), berpikir vitas), menghasilkan ide segar (originalitas)
kritis merujuk pada penilaian bertujuan serta kepedulian terhadap masalah-masalah
untuk menghasilkan penafsiran, analisa, sosial (sensitivitas). Sebagaimana pula
evaluasi dan kesimpulan, serta penjelasan menurut Abrami et al. (2008), definisi
atas bukti, konsep, metodologi dan kriteria berpikir kritis yang dominan selama ini
atau pertimbangan-pertimbangan yang memiliki kekurangan karena terlalu kental
menjadi dasar dari penilaian tadi (Facione, akan pandangan positivisme. Mereka
1990; Nur, Nasution & Suryanti, 2013). melihat bahwa berpikir kritis merupakan
Definisi ini memiliki nilai penting karena ia kekuatan alami manusia yang seringkali
menggambarkan berpikir kritis sebagai tidak dapat secara penuh ditangkap oleh
proses kognitif yang sistematis untuk metode pengambilan data paling mutakhir
menghasilkan suatu produk berpikir yang sekalipun. Mereka menyimpulkan bahwa
dapat dipertanggungjawabkan. berpikir kritis terlalu sederhana bila diang-
gap sebagai suatu kemampuan dan sikap
Lebih jauh lagi, Facione (1990) meng-
dalam menghasilkan produk pikiran yang
konseptualisasi berpikir kritis sebagai
benar.
variabel yang terdiri dari dua aspek utama,
yaitu aspek (1) keterampilan berpikir kritis Berbeda dengan konsep barat yang
atau critical-thinking skills dan (2) sikap kritis fokus hanya kepada pembuktian akan
atau critical-thinking dispositions. Bila aspek kebenaran sebuah data, berpikir kritis bagi
pertama merujuk pada kemampuan untuk ilmuwan muslim juga memiliki nilai dan
menganalisis, mengevaluasi dan menyim- tujuan akhir yang ingin dicapai dari proses
pulkan, maka aspek yang kedua merujuk berfikir, yaitu mencapai iman dan taqwa.
pada tendensi seseorang untuk mengguna- Jika konsep barat menafikkan keyakinan
kan atau berpikir kritis. Berpikir kritis akan Tuhan dalam proses berpikir kritis,
dipandang sulit tercapai bila seseorang konsep Islam justru melibatkan. Beberapa
hanya memiliki atau menekankan satu di peneliti muslim sendiri telah memulai
antara kedua aspek di atas (Facione, 1990). untuk mengkonseptualisasikan berpikir
Tanpa disposisi berpikir kritis, seseorang kritis dengan menyerap intisari dan hikmah
akan jarang untuk mengaplikasikan yang terkandung dalam Alquran serta
kemampuan berpikir kritisnya, begitu pula pemikiran ilmuwan muslim terdahulu
88 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM
(Rohmadi, 2018; Endut, Abdullah, Suhaimi, Urgensi Berpikir Kritis dalam Dunia Islam
& Abu Bakar, 2012; Endut & AS, 2015). Tidak ada yang bisa menolak betapa
Sayangnya, meski konsepsi Islam dinilai pentingnya berpikir kritis. Ia misalnya
penting, namun perlu dilakukan pengujian berpengaruh signifikan terhadap aspek
empiris lebih lanjut untuk mendukung demokrasi dari suatu negara. Demokrasi
mengingat saat ini tidak banyak diteliti. yang ideal tidak akan tercapai tanpa
Meskipun tidak banyak diteliti, jejak kemampuan dari masyarakat untuk berdiri
berpikir kritis dalam Islam hingga saat ini di atas informasi akurat disertai deduksi
dapat dilacak hingga masa-masa terdahulu tepat untuk mendukung kebijakan-kebi-
bahkan sebelum Socrates. Contohnya, kisah jakan yang mengarah pada peningkatan
Nabi Ibrahim dalam upaya perjalanannya pembangunan dan kesejahteraan (Giroux,
untuk menemukan Tuhan atau kisah-kisah 2004). Bahkan, di tengah-tengah perkem-
para sahabat dan terkhusus Umar Bin bangan teknologi informasi dan menguat-
Khatab yang beradu argumen karena perbe- nya proses islamisasi dalam berdemokrasi,
daan pendapat dengan Rasul misalnya, isu ini seharusnya mendapat perhatian
menunjukkan betapa Islam hadir untuk yang paling serius. Beredarnya berita-berita
mengajak muslim memahami betul menge- hoax yang viral di tengah masyarakat
nai agamanya dan menekankan dialog menjadi benalu bagi demokrasi, dan
dalam proses penghayatan keagamaan berpikir kritis dapat menjadi perisai untuk
(Murrad, 2009). Sesuai dengan berkem- menyeleksi dan menilai kebenaran suatu
bangnya zaman, tidak hanya fokus akan informasi.
keyakinan dalam beragama saja tetapi Selain itu, berpikir kritis merupakan
berpikir kritis juga dapat terlihat di dalam jantung dari peradaban ilmu. Ia mengizin-
berbagai aspek kehidupan dan pengem- kanilmuwan untuk terus berinovasi,
bangan keilmuan seorang muslim. Menurut mengembangkan temuan-temuan dari studi
McCarthy (1980) dalam autobiografinya sebelumnya, melalui koreksi atau bahkan
yang berjudul Al-Munqidh Min Al-Ḍalāl, membongkar dan menawarkan orisinalitas
ilmuwan muslim bernama Al-Ghazali juga yang tidak pernah terbayangkan sebelum-
telah menekankan berulangkali akan nya. Tidak heran karenanya bila perguruan
pentingnya pemeriksaan baik berita, penda- tinggi terkemuka di dunia menjadikan
pat maupun teori-teori ilmu (McCarthy, berpikir kritis sebagai salah satu ekspektasi
1980). utama dalam proses pendidikan (Larsson,
Meskipun terjadi perdebatan, baik 2017; Philip et al., 2008). Bahkan untuk
konsep berpikir kritis yang dikemukakan dianggap sebagai seseorang pelajar, syarat
oleh barat maupun Islam hingga saat ini utamanya adalah mampu menilai segala
belum sepenuhnya mampu menawarkan sesuatu yang diterimanya secara kritis.
konsep dasar berpikir kritis yang dapat Berbeda dengan kondisi tersebut, saat
diterima oleh semua kalangan karena ini kondisi pendidikan di Indonesia yang
dianggap masing-masing memiliki kele- mayoritas penduduknya seorang muslim
mahan tersendiri. Untuk itu perlu langkah berbanding terbalik. Alih-alih berfikir kritis,
konkret yang diambil untuk mereformulasi- dalam perkembangannya justru mengalami
kan konsep keduanya melalui pengintegra- kemandekan berfikir. Kemandekan berfikir
sian konsep. ummat Islam saat ini terlihat dari beberapa
kasus miskonsepsi yang terjadi, salah satu-
nya adalah miskonsepsi terhadap pandang-
Buletin Psikologi 89
SULAIMAN & SYAKAROFATH
an Alghazali yang membantah pemikiran- muslim menjadi agama mayoritas. Rashid &
pemikiran Ibnu Sina dan pengikutnya Hashim (2008) dan Akkari (2004) menye-
terkait kekadiman karena kekhawatiran akan butkan hasil sejumlah penelitian bahwa
membuat manusia menjadi kurang kritis pelajar yang berasal dari negara yang Islam
(Halstead, 2004). Selanjutnya miskonsepsi sebagai agama mayoritas rata-rata
lain yang menjadi sumbangsih terhadap mengalami kesulitan di dalam berpikir
kemandekan berfikir tersebut adalah kritis. Negara-negara tersebut antara lain
adanya pendambaan yang terlalu tinggi Saudi Arabia (Elyas & Picard, 2013) dan
kepada ulama serta metode pembelajaran Maroko (Ennaji, 2005). Bahkan disebutkan
yang berbasis hafalan (Sabki & Hardaker, bahwa siswa-siswa muslim dianggap
2013). kurang kompeten dan tidak seaktif siswa-
Kondisi yang berbeda antara di barat siswa yang berasal dari negara maju
dan di Indonesia terkait berpikir kritis (Martin, 2003). Hal ini tentu bertentangan
sering menjadi masalah tersendiri, dengan kondisi ideal yang seharusnya
khususnya bagi siswa-siswa asal daerah terjadi mengingat telah disebutkan
yang menuntut ilmu atau belajar di negara- sebelumnya bahwa Islam memberikan
negara tersebut. Masalah-masalah yang perhatian penuh terhadap proses berpikir
dihadapi oleh pelajar muslim asal Indonesia kritis karena dari sanalah kemudian para
yang menuntut ilmu di negara tersebut pemeluk Islam khususnya ilmuwan dan
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya sarjana muslim dapat memperoleh
adalah kultur belajar reseptif yang kebenaran.
menekankan hafalan dan ujian jauh berbeda
dengan kultur reproduksi sains yang ber- Penelitian Terkini
tumpu pada kekuatan berargumen dalam
Secara umum, kami melihat terdapat dua
menulis (Halstead, 2004). Selanjutnya, juga
macam gerakan penelitian pada tema
disebabkan adanya pesimisme dan tuduhan
berpikir kritis dalam Islam dan keduanya
tentang corak praktik pendidikan Islam
dipelopori oleh ilmuwan yang mayoritas
sendiri yang cenderung memengaruhi gaya
berlatar belakang ilmu Psikologi dan
berpikir siswanya untuk tunduk tanpa
Pendidikan. Gerakan yang pertama berfo-
banyak mempertanyakan (Abdullah, 2010).
kus pada penggunaan teori-teori yang
Agar sejalan dengan fakta sejarah dikembangkan negara barat untuk
bahwa sebelumnya Islam menjadi katali- dikenakan pada populasi muslim dan
sator peradaban ilmu yang paling megah menguji efektivitas teori itu pada partisipan
dan pernah ada di dunia maka perlu sebuah yang baru. Sementara gerakan kedua,
tindakan serta upaya membongkar tradisi berupaya mengekstrak konsep berpikir
lama yang menyebabkan adanya keman- kritis dalam literatur klasik Islam dan
dekan berfikir pada sarjana atau intelektual Alquran untuk kemudian melahirkan suatu
muslim saat ini mengingat akan kebutuhan teori baru. Berdasar pendekatan tersebut,
zaman yang semakin berkembang, modern, gerakan pertama dapat disebut sebagai
teknologi yang semakin canggih, dan dunia gerakan kontekstualisasi, sedangkan gerakan
yang kompetitif. kedua disebut gerakan Islamisasi. Meski
Menariknya tidak hanya Indonesia pendekatan yang dilakukan keduanya
yang merupakan negara dengan penduduk berbeda, baik gerakan Kontekstualiasasi
muslim terbesar, kemandekan berfikir juga maupun Islamisasi memiliki kelebihan dan
dialami oleh negara-negara lainnya di mana kekurangan.
90 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM
Mereka yang dapat digolongkan pada gaan dan penggalian pada kekayaan
gerakan kontekstualisasi, adalah peneliti intelektual Islam yang terkubur. Para
yang secara umum mengadopsi penelitian- peneliti ini umumnya menjadikan Al
penelitan negara barat. Rujukan mereka Ghazali sebagai rujukan, dengan
biasanya kepada dua arus utama meletakkan dialektika yang sang tokoh
pendidikan kritis barat, yaitu arus filsafat alami sebagai salah satu metode dalam
(Ennis, 1989; Larsson, 2017; McPeck, 1990) berpikir kritis (Endut, Abdullah, Suhaimi, &
dan arus psikologi (Halpern, 1998; Magno, Abu Bakar, 2012; Endut & AS, 2015; Zhaffar,
2010; Sternberg, 1986). Kedua kutub ahli Hamzah, & Razak, 2017). Langkah-langkah
berpikir kritis ini, memiliki peran penting dari para peneliti ini bisa dibilang berani,
dalam membangun peradaban barat, secara bila mempertimbangkan bagaimana mereka
khusus dalam upaya pendidikan yang menggali dan menafsirkan kembali
demokratis. Beberapa penelitian yang khazanah kearifan ilmu Islam. Sayangnya,
merujuk pada paradigma kontekstualis ini penelitian mereka masih terbilang baru dan
misalkan Dwijananti dan Yulianti (2018), sangat sedikit muslim yang tertarik untuk
Fakhriyah (2014), dan Rohaeti (2010). menggunakan framework penelitian yang
Kelebihan dari gerakan ini adalah autentik ini.
mereka memiliki teori yang telah teruji Namun kemudian, meskipun upaya
sehingga fungsi dari penelitian mereka para ilmuwan islamisasi sains ini patut
yang utama adalah menjustifikasi kekuatan diapresiasi, terdapat beberapa kelemahan
dari teori barat pada subjek penelitian yang perlu diselesaikan. Mereka misalnya,
beragama Islam. Peneliti pada golongan ini kurang mengeksplorasi tokoh-tokoh mus-
bermodalkan teori-teori yang telah popular lim lain seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina
dan telah dikonfirmasi oleh ribuan peneli- sehingga sangat disangsikan apakah teori
tian sebelumnya. Sehingga, dapat dikatakan yang mereka tawarkan adalah Psikologi
bahwa fungsi utama dari usaha mereka Islam atau Psikologi Al Ghazali, bila fokus
adalah promosi dan peningkatan kapasitas kajian yang mereka lakukan begitu sempit.
berpikir kritis. Tentunya dikarenakan Belum lagi bila dipahami bahwa tokoh-
proses adopsi itu, mereka seringkali gagal tokoh muslim termasuk Al Ghazali memi-
melihat kelemahan dari teori. Mereka liki kecenderungan yang mungkin berbeda
menutup pada kemungkinan bahwa teori dengan kecenderungan dari intelektual
yang mereka gunakan tidak kompetibel muslim lain, misalnya dalam epistemologi
dengan nafas Islam dan dapat berdampak ilmu yang diyakini. Hal ini menjadikan
buruk pada jangka panjang. Sebagaimana pengabaian kepada pemikiran tokoh
banyak dipahami, bahaya utama dari muslim lain yang mungkin penting untuk
konsep barat adalah kegagapan mereka dilibatkan, baik di generasi yang sama
dalam memelihara nilai-nilai yang luhur, dengan Al Ghazali maupun yang berbeda
seperti agama dan budaya. Akibatnya, dengannya.
ujung dari pendidikan kritis ini adalah Juga, hal mendasar yang menjadi kritik
manusia yang ulung namun rendah moral. keras bagi penelitian mereka adalah
Sementara itu, gerakan kedua adalah kurangnya kemampuan mereka untuk
gerakan penggalian nilai-nilai Islam yang melakukan penelitian dengan standar ilmu
bertemakan berpikir kritis. Berbeda dengan yang tinggi. Mereka menghindari penjara
gerakan kontekstualiasi atau replikasi, gera- keilmuan barat namun menuju padang
kan Islamisasi merupakan wujud penghar- pasir Islam yang hingga kini belum
Buletin Psikologi 91
SULAIMAN & SYAKAROFATH
menemukan bentuk konkrit dari kriteria tangan masyarakat awam (grass root society)
Ilmu. Dampak darinya menjadikan temuan cenderung terlepas dari pengetahuan akan
mereka tidak terbangun berdasar bukti logika (metodologi) hukum Islam atau
yang kuat, yang antara peneliti muslim istilah lainnya disebut dengan taqlid
sendiri enggan sepakat karena keraguan (Mawardi, 2011). Padahal islam memposisi-
menjustifikasi sesuatu hanya karena kan akal sebagai elemen penting agar
pelabelan Islam. Intinya, banyak yang medapatkan sebuah keyakinan yang tinggi
memandang upaya muslim disini seringkali dalam mengamalkan sebuah amalan (haqqul
terlihat sebagai gerakan instanisasi ilmu, yakin), bahkan ia diakui sebagai sumber
ketimbang islamisasi ilmu. hukum Islam ketiga sesudah Alquran dan
Pada sub-bab ini dapat kita tarik Hadis yang diistilahkan dengan ijtihad
kesimpulan, bahwa upaya peneliti muslim (Sidiq, 2007).
untuk membedah tema ‘berpikir kritis’ telah Tabunya berpikir kritis dalam kehi-
memberi beberapa sumbangan penting. dupan seorang muslim tidak hanya pada
Namun, kontribusi kedua kelompok pene- aspek praktik dan pemahaman keagamaan
litian itu dinilai kurang dan memerlukan saja namun juga pada aspek muamalah.
pengkajian lebih lanjut. Dengan demikian, Menurut Suprayogo (2007) dan Jannah
penelitian berikutnya musti mampu meng- (2015) ada peran kiai yang sangat besar
integrasikan konsep-konsep Islam ke dalam dalam pengambilan keputusan masyarakat
framework sains yang mapan, sehingga di mana ia menjadi tumpuan utama tempat
pembuktian yang ditunjukkan mampu berkonsultasi dalam hampir semua perso-
diterima oleh sivitas akademika secara luas, alan, seperti masalah keluarga, pendidikan,
tak hanya ilmuwan muslim yang fokus jodoh, politik, pekerjaan hingga keagamaan.
pada Islamisasi Sains, namun mayoritas Sayangnya, posisi kiai yang seharusnya
muslim peneliti. Demikian juga, peneliti menjadi agen perubahan sosial beralih
tema ‘Berpikir Kritis’ musti memahami fungsi menjadi dinding pembatas kebe-
secara lebih mendalam mengenai konsep basan berpikir dan bertindak. Hal ini
berpikir kritis dalam pandangan negara disebabkan adanya dogma kultural bahwa
barat. Hal ini penting agar dapat dilakukan kiai dianggap sebagai orang yang memiliki
kritik yang produktif terhadapnya. kekuatan supranatural yang doanya
Mengingat usaha yang telah dilakukan terijabah serta memiliki posisi dan kedu-
selama ini seolah tidak melihat berbagai dukan yang tinggi sehingga masyarakat
perkembangan konsep berpikir kritis di harus patuh dan tunduk tanpa ada proses
barat yang mungkin penting bagi proses berprikir kritis sebelumnya (Kosim, 2007).
integrasi atau islamisasi konsep tersebut. Seperti pada praktik politik misalnya,
bagi masyarakat pedesaaan saat pemilihan
Tantangan bagi Pendidikan Kritis dalam Islam kepala daerah pengaruh kiai sangat kuat
Kita juga perlu menyadari bahwa sebagai penentu dasar pemilihan pribadi
mendorong individu untuk berpikir kritis (Hasanah, 2013), dianggap sebagai pengikat
tidak selamanya dipandang positif oleh loyalitas umat (Jati, 2012) bahkan dianggap
sebagian masyarakat muslim, sebab dalam sebagai alat untuk mengumpulkan suara
Islam sendiri pada tataran tertentu berpikir menuju kemenangan, terutama dalam
kritis menjadi hal yang tabu. Kondisi ini rangka mengerahkan massa (Subiyakto,
dapat dilihat pada realitas praktik dan 2011). Kondisi ini mecerminkan adanya
pemahaman keagamaan yang ada pada ketidakberdayaan intelektual masyarakat
92 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM
Buletin Psikologi 93
SULAIMAN & SYAKAROFATH
94 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM
Buletin Psikologi 95
SULAIMAN & SYAKAROFATH
96 Buletin Psikologi