Anda di halaman 1dari 11

Buletin Psikologi ISSN 0854-7106 (Print)

2018, Vol. 26, No. 2, 86 – 96 ISSN 2528-5858 (Online)


DOI: 10.22146/buletinpsikologi.38660 https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi

Berpikir Kritis: Mendorong Introduksi dan Reformulasi


Konsep dalam Psikologi Islam
Ahmad Sulaiman1, & Nandy Agustin Syakarofath2
1 College of Education, Psychology and Social Work, Flinders University
2Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

Abstract

Islam once triumphed as a great civilization with two main characteristics: an appreciation of
science as well as submission to the value of Tawheed. Unfortunately, at present these
characteristics seem not to belong to Islam. Various measurement data show that Muslim-
dominated countries such as Indonesia, have low values in higher-order thinking skills such
as creative thinking and problem-solving. As a solution effort, this paper attempts to
reintroduce the concept of critical thinking in the body of the current Muslim community.
The effort begins by showing how important critical thinking is in Islam, the relevance of
Islam and critical thinking and the adaptation of current research in the frame of Islamic
Psychology. The main implication of this paper is the importance of seeing the significance
of all researchers, both Muslim researchers and outside Muslims, in the process of Islamizing
the concept.
Keywords: critical thinking; islamic education; islamic psychology

Pendahuluan diperoleh berdampak terhadap problema-


tika sosial dan chaos dalam berbagai aspek
Berpikir 1kritis dapat diartikan sebagai upa- kehidupan manusia. Salah satu contohnya,
ya seseorang untuk memeriksa kebenaran pada tahun 2015 masyarakat sempat
dari suatu informasi menggunakan keter- ditimpa kekhawatiran dan resah oleh
sediaan bukti, logika, dan kesadaran akan adanya informasi palsu yang menyebar luas
bias (Halpern, 1998; Larsson, 2017). bahwasanya akan terjadi kiamat karena
Mengingat kondisi sosial yang semakin tabrakan yang terjadi antara bumi dan
kompleks dan kemajuan teknologi infor- astereoid besar, padahal menurut NASA
masi, mendorong derasnya pertukaran dari pengamatan yang dilakukan tidak
informasi yang belum terverifikasi. demikian (Syahputra, 2017). Kondisi ini
Tidak terverivikasinya pertukaran menggambarkan bagaimana kondisi masya-
informasi berdampak terhadap munculnya rakat kita saat ini. Agar masyarakat dapat
berbagai persoalan. Menurut Al-Walidah objektif menerima informasi yang diper-
(2017) ketidakmampuan masyarakat untuk oleh, kritisisme menjadi penting karena
mengkritisi kebenaran informasi yang akan menghalangi ketergesaan untuk
menilai kebenaran data begitu saja, selain
1
itu ia memberi ruang untuk memeriksa dan
Korespondensi artikel ini dapat dilakukan melalui:
1sulaiman_amdamin@outlook.com, menolak kebohongan yang mungkin berada
2nandi.psikologi@gmail.com di dalamnya.

86 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM

Di dalam Islam sendiri untuk memas- bersama-sama tokoh intelektual muslim


tikan kebenaran akan sebuah informasi tersebut melalui saling uji di antaranya,
dikenal sebuah istilah yang disebut dengan menghasilkan khazanah keilmuan yang
“tabayyun”. Menurut Efendi (2016) Tabayyun hingga sekarang menjadi pondasi bagi
diartikan dengan sebuah tindakan yang dunia modern (Bakar, 1986). Merujuk pada
dilakukan untuk mencari kejelasan hakekat fakta tersebut, memperkuat bahwa berpikir
atau kebenaran suatu fakta dengan teliti, kritis tidak dapat dipisahkan Islam dari
seksama dan hati–hati. Artinya, dalam sejak kemunculannya hingga saat ini.
Islam setiap manusia dituntut dan didorong Bahwasanya berpikir kritis adalah ruh dari
untuk senantiasa bersikap hati-hati, tidak setiap gerakan ummat Islam tidak hanya
mudah mencerna dan mengambil kesim- pada suatu momentum tertentu saja tetapi
pulan dari setiap informasi yang diperoleh sepanjang masa.
tanpa terlebih dahulu berusaha membuk- Melihat adanya berbagai kasus terkini
tikan kebenarannya. terkait penyebaran informasi atau isu yang
Konsep tabayyun yang ada dalam Islam tidak akurat (fenomena hoax) yang disebab-
menggambarkan betapa berpikir kritis kan oleh derasnya arus informasi di era
menjadi perhatian khusus yang kemudian digital ini dan dampaknya terhadap
digalakkan sejak awal kemunculannya kehidupan maka peneliti tertarik untuk
bahkan hal ini tercantum di dalam kitab melakukan penelitian terkait kesadaran
suci Alquran. Jafar (2017) menyebutkan seorang muslim terhadap pentingnya
bahwa dalam Alquran perintah untuk berpikir kritis itu sendiri dalam konteks
tabayyun dimaksudkan agar menjaga kekinian. Harapannya, informasi yang akan
kemungkinan dampak timbulnya negatif diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi
dari penerimaan berita yang tidak selektif, masukan bagi setiap individu ataupun
khususnya berita yang terkait kemasyara- sekolah sebagai instansi yang menjadi
katan karena jika tidak berhati-hati akan wadah upaya menumbuhkan berpikir kritis
menimbulkan instabilitas dan disharmoni, yang dapat diajarkan kepada anak sejak
bahkan dapat menyebabkan kekacauan dini sehingga ruh berpikir kritis yang
dalam suatu kehidupan. Hal ini menun- ditekankan oleh Islam tetap terjiwai dalam
jukkan bahwasanya ada keselarasan antara setiap tindakan seorang muslim.
konsep berpikir kritis dan tabayyun. Berdasarkan uraian tersebut maka
Berdasarkan perkembangannya, perha- tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan
tian Islam terhadap berpikir kritis tidak lebih dalam terkait tiga ide utama isu terkait
hanya berhenti menjadi tulisan dalam konsep berpikir kritis. Pertama, membahas
sebuah ayat saja tetapi juga termanifes- pentingnya berpikir kritis dalam Islam,
tasikan dalam setiap tindakan setiap tokoh dimana berpikir kritis ini kemudian
danilmuwan muslim. Contohnya, pada menjadi kebutuhan yang utama di dalam
abad pertengahan muncul tokoh-tokoh dunia muslim dalam konteks kekinian.
intelektual dan sarjana muslim seperti Ibnu Kedua, mengkaji hubungan antara Islam
Sina, Ibnu Rusyd dan Al Ghazali yang dan berpikir kritis yang di mediasi oleh
terlahir dari upaya menjawab keresahan filsafat, yang akan membantu kita menge-
yang muncul ditengah-tengah kepentingan nali nilai-nilai kritis yang berasal dari
politik, faktor geografis dan kebutuhan khazanah keislaman. Pada bagian terakhir,
untuk adaptasi nilai-nilai Islam kepada penyajian hasil penelitian terkini mengenai
dunia baru (Bakar, 1986). Bahkan secara berpikir kritis dalam bingkai Psikologi islam

Buletin Psikologi 87
SULAIMAN & SYAKAROFATH

dan langkah strategis ke depan yang dapat sebaliknya, tanpa kemampuan berpikir
dilakukan. Sebelum masuk ke dalam ketiga kritis maka seseorang akan menghasilkan
uraian pokok tersebut, perlu kita pahami produk pemikiran yang kurang berkualitas.
tentang pengertian berpikir kritis.
Berfikir Kritis: Paradigma Barat Vs Islam
Pembahasan Definisi berpikir kritis yang dikemukakan
oleh Facione di tahun 1990 melalui laporan
Definisi Berpikir Kritis Delphi memberikan suatu konsep yang
telah terbukti bermanfaat dalam penelitian
Definisi berpikir kritis yang paling luas
secara luas, namun banyak yang menyang-
diterima oleh mayoritas peneliti, baik
sikan kesempurnaannya. Misalnya saja,
muslim maupun selain muslim adalah
definisi yang dikenalkan oleh Facione Moore (2013) menemukan bahwa dalam
(1990). Dalam karya yang dijuluki sebagai persepsi pendidik, berpikir kritis memiliki
‘Laporan Delphi’, sebuah proyek penelitian definisi yang begitu luas. Berpikir kritis bisa
klasik inisiasi Asosiasi Filsafat Amerika pula berarti berpikir di luar kotak (kreati-
(America Philosophical Association), berpikir vitas), menghasilkan ide segar (originalitas)
kritis merujuk pada penilaian bertujuan serta kepedulian terhadap masalah-masalah
untuk menghasilkan penafsiran, analisa, sosial (sensitivitas). Sebagaimana pula
evaluasi dan kesimpulan, serta penjelasan menurut Abrami et al. (2008), definisi
atas bukti, konsep, metodologi dan kriteria berpikir kritis yang dominan selama ini
atau pertimbangan-pertimbangan yang memiliki kekurangan karena terlalu kental
menjadi dasar dari penilaian tadi (Facione, akan pandangan positivisme. Mereka
1990; Nur, Nasution & Suryanti, 2013). melihat bahwa berpikir kritis merupakan
Definisi ini memiliki nilai penting karena ia kekuatan alami manusia yang seringkali
menggambarkan berpikir kritis sebagai tidak dapat secara penuh ditangkap oleh
proses kognitif yang sistematis untuk metode pengambilan data paling mutakhir
menghasilkan suatu produk berpikir yang sekalipun. Mereka menyimpulkan bahwa
dapat dipertanggungjawabkan. berpikir kritis terlalu sederhana bila diang-
gap sebagai suatu kemampuan dan sikap
Lebih jauh lagi, Facione (1990) meng-
dalam menghasilkan produk pikiran yang
konseptualisasi berpikir kritis sebagai
benar.
variabel yang terdiri dari dua aspek utama,
yaitu aspek (1) keterampilan berpikir kritis Berbeda dengan konsep barat yang
atau critical-thinking skills dan (2) sikap kritis fokus hanya kepada pembuktian akan
atau critical-thinking dispositions. Bila aspek kebenaran sebuah data, berpikir kritis bagi
pertama merujuk pada kemampuan untuk ilmuwan muslim juga memiliki nilai dan
menganalisis, mengevaluasi dan menyim- tujuan akhir yang ingin dicapai dari proses
pulkan, maka aspek yang kedua merujuk berfikir, yaitu mencapai iman dan taqwa.
pada tendensi seseorang untuk mengguna- Jika konsep barat menafikkan keyakinan
kan atau berpikir kritis. Berpikir kritis akan Tuhan dalam proses berpikir kritis,
dipandang sulit tercapai bila seseorang konsep Islam justru melibatkan. Beberapa
hanya memiliki atau menekankan satu di peneliti muslim sendiri telah memulai
antara kedua aspek di atas (Facione, 1990). untuk mengkonseptualisasikan berpikir
Tanpa disposisi berpikir kritis, seseorang kritis dengan menyerap intisari dan hikmah
akan jarang untuk mengaplikasikan yang terkandung dalam Alquran serta
kemampuan berpikir kritisnya, begitu pula pemikiran ilmuwan muslim terdahulu

88 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM

(Rohmadi, 2018; Endut, Abdullah, Suhaimi, Urgensi Berpikir Kritis dalam Dunia Islam
& Abu Bakar, 2012; Endut & AS, 2015). Tidak ada yang bisa menolak betapa
Sayangnya, meski konsepsi Islam dinilai pentingnya berpikir kritis. Ia misalnya
penting, namun perlu dilakukan pengujian berpengaruh signifikan terhadap aspek
empiris lebih lanjut untuk mendukung demokrasi dari suatu negara. Demokrasi
mengingat saat ini tidak banyak diteliti. yang ideal tidak akan tercapai tanpa
Meskipun tidak banyak diteliti, jejak kemampuan dari masyarakat untuk berdiri
berpikir kritis dalam Islam hingga saat ini di atas informasi akurat disertai deduksi
dapat dilacak hingga masa-masa terdahulu tepat untuk mendukung kebijakan-kebi-
bahkan sebelum Socrates. Contohnya, kisah jakan yang mengarah pada peningkatan
Nabi Ibrahim dalam upaya perjalanannya pembangunan dan kesejahteraan (Giroux,
untuk menemukan Tuhan atau kisah-kisah 2004). Bahkan, di tengah-tengah perkem-
para sahabat dan terkhusus Umar Bin bangan teknologi informasi dan menguat-
Khatab yang beradu argumen karena perbe- nya proses islamisasi dalam berdemokrasi,
daan pendapat dengan Rasul misalnya, isu ini seharusnya mendapat perhatian
menunjukkan betapa Islam hadir untuk yang paling serius. Beredarnya berita-berita
mengajak muslim memahami betul menge- hoax yang viral di tengah masyarakat
nai agamanya dan menekankan dialog menjadi benalu bagi demokrasi, dan
dalam proses penghayatan keagamaan berpikir kritis dapat menjadi perisai untuk
(Murrad, 2009). Sesuai dengan berkem- menyeleksi dan menilai kebenaran suatu
bangnya zaman, tidak hanya fokus akan informasi.
keyakinan dalam beragama saja tetapi Selain itu, berpikir kritis merupakan
berpikir kritis juga dapat terlihat di dalam jantung dari peradaban ilmu. Ia mengizin-
berbagai aspek kehidupan dan pengem- kanilmuwan untuk terus berinovasi,
bangan keilmuan seorang muslim. Menurut mengembangkan temuan-temuan dari studi
McCarthy (1980) dalam autobiografinya sebelumnya, melalui koreksi atau bahkan
yang berjudul Al-Munqidh Min Al-Ḍalāl, membongkar dan menawarkan orisinalitas
ilmuwan muslim bernama Al-Ghazali juga yang tidak pernah terbayangkan sebelum-
telah menekankan berulangkali akan nya. Tidak heran karenanya bila perguruan
pentingnya pemeriksaan baik berita, penda- tinggi terkemuka di dunia menjadikan
pat maupun teori-teori ilmu (McCarthy, berpikir kritis sebagai salah satu ekspektasi
1980). utama dalam proses pendidikan (Larsson,
Meskipun terjadi perdebatan, baik 2017; Philip et al., 2008). Bahkan untuk
konsep berpikir kritis yang dikemukakan dianggap sebagai seseorang pelajar, syarat
oleh barat maupun Islam hingga saat ini utamanya adalah mampu menilai segala
belum sepenuhnya mampu menawarkan sesuatu yang diterimanya secara kritis.
konsep dasar berpikir kritis yang dapat Berbeda dengan kondisi tersebut, saat
diterima oleh semua kalangan karena ini kondisi pendidikan di Indonesia yang
dianggap masing-masing memiliki kele- mayoritas penduduknya seorang muslim
mahan tersendiri. Untuk itu perlu langkah berbanding terbalik. Alih-alih berfikir kritis,
konkret yang diambil untuk mereformulasi- dalam perkembangannya justru mengalami
kan konsep keduanya melalui pengintegra- kemandekan berfikir. Kemandekan berfikir
sian konsep. ummat Islam saat ini terlihat dari beberapa
kasus miskonsepsi yang terjadi, salah satu-
nya adalah miskonsepsi terhadap pandang-

Buletin Psikologi 89
SULAIMAN & SYAKAROFATH

an Alghazali yang membantah pemikiran- muslim menjadi agama mayoritas. Rashid &
pemikiran Ibnu Sina dan pengikutnya Hashim (2008) dan Akkari (2004) menye-
terkait kekadiman karena kekhawatiran akan butkan hasil sejumlah penelitian bahwa
membuat manusia menjadi kurang kritis pelajar yang berasal dari negara yang Islam
(Halstead, 2004). Selanjutnya miskonsepsi sebagai agama mayoritas rata-rata
lain yang menjadi sumbangsih terhadap mengalami kesulitan di dalam berpikir
kemandekan berfikir tersebut adalah kritis. Negara-negara tersebut antara lain
adanya pendambaan yang terlalu tinggi Saudi Arabia (Elyas & Picard, 2013) dan
kepada ulama serta metode pembelajaran Maroko (Ennaji, 2005). Bahkan disebutkan
yang berbasis hafalan (Sabki & Hardaker, bahwa siswa-siswa muslim dianggap
2013). kurang kompeten dan tidak seaktif siswa-
Kondisi yang berbeda antara di barat siswa yang berasal dari negara maju
dan di Indonesia terkait berpikir kritis (Martin, 2003). Hal ini tentu bertentangan
sering menjadi masalah tersendiri, dengan kondisi ideal yang seharusnya
khususnya bagi siswa-siswa asal daerah terjadi mengingat telah disebutkan
yang menuntut ilmu atau belajar di negara- sebelumnya bahwa Islam memberikan
negara tersebut. Masalah-masalah yang perhatian penuh terhadap proses berpikir
dihadapi oleh pelajar muslim asal Indonesia kritis karena dari sanalah kemudian para
yang menuntut ilmu di negara tersebut pemeluk Islam khususnya ilmuwan dan
disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya sarjana muslim dapat memperoleh
adalah kultur belajar reseptif yang kebenaran.
menekankan hafalan dan ujian jauh berbeda
dengan kultur reproduksi sains yang ber- Penelitian Terkini
tumpu pada kekuatan berargumen dalam
Secara umum, kami melihat terdapat dua
menulis (Halstead, 2004). Selanjutnya, juga
macam gerakan penelitian pada tema
disebabkan adanya pesimisme dan tuduhan
berpikir kritis dalam Islam dan keduanya
tentang corak praktik pendidikan Islam
dipelopori oleh ilmuwan yang mayoritas
sendiri yang cenderung memengaruhi gaya
berlatar belakang ilmu Psikologi dan
berpikir siswanya untuk tunduk tanpa
Pendidikan. Gerakan yang pertama berfo-
banyak mempertanyakan (Abdullah, 2010).
kus pada penggunaan teori-teori yang
Agar sejalan dengan fakta sejarah dikembangkan negara barat untuk
bahwa sebelumnya Islam menjadi katali- dikenakan pada populasi muslim dan
sator peradaban ilmu yang paling megah menguji efektivitas teori itu pada partisipan
dan pernah ada di dunia maka perlu sebuah yang baru. Sementara gerakan kedua,
tindakan serta upaya membongkar tradisi berupaya mengekstrak konsep berpikir
lama yang menyebabkan adanya keman- kritis dalam literatur klasik Islam dan
dekan berfikir pada sarjana atau intelektual Alquran untuk kemudian melahirkan suatu
muslim saat ini mengingat akan kebutuhan teori baru. Berdasar pendekatan tersebut,
zaman yang semakin berkembang, modern, gerakan pertama dapat disebut sebagai
teknologi yang semakin canggih, dan dunia gerakan kontekstualisasi, sedangkan gerakan
yang kompetitif. kedua disebut gerakan Islamisasi. Meski
Menariknya tidak hanya Indonesia pendekatan yang dilakukan keduanya
yang merupakan negara dengan penduduk berbeda, baik gerakan Kontekstualiasasi
muslim terbesar, kemandekan berfikir juga maupun Islamisasi memiliki kelebihan dan
dialami oleh negara-negara lainnya di mana kekurangan.

90 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM

Mereka yang dapat digolongkan pada gaan dan penggalian pada kekayaan
gerakan kontekstualisasi, adalah peneliti intelektual Islam yang terkubur. Para
yang secara umum mengadopsi penelitian- peneliti ini umumnya menjadikan Al
penelitan negara barat. Rujukan mereka Ghazali sebagai rujukan, dengan
biasanya kepada dua arus utama meletakkan dialektika yang sang tokoh
pendidikan kritis barat, yaitu arus filsafat alami sebagai salah satu metode dalam
(Ennis, 1989; Larsson, 2017; McPeck, 1990) berpikir kritis (Endut, Abdullah, Suhaimi, &
dan arus psikologi (Halpern, 1998; Magno, Abu Bakar, 2012; Endut & AS, 2015; Zhaffar,
2010; Sternberg, 1986). Kedua kutub ahli Hamzah, & Razak, 2017). Langkah-langkah
berpikir kritis ini, memiliki peran penting dari para peneliti ini bisa dibilang berani,
dalam membangun peradaban barat, secara bila mempertimbangkan bagaimana mereka
khusus dalam upaya pendidikan yang menggali dan menafsirkan kembali
demokratis. Beberapa penelitian yang khazanah kearifan ilmu Islam. Sayangnya,
merujuk pada paradigma kontekstualis ini penelitian mereka masih terbilang baru dan
misalkan Dwijananti dan Yulianti (2018), sangat sedikit muslim yang tertarik untuk
Fakhriyah (2014), dan Rohaeti (2010). menggunakan framework penelitian yang
Kelebihan dari gerakan ini adalah autentik ini.
mereka memiliki teori yang telah teruji Namun kemudian, meskipun upaya
sehingga fungsi dari penelitian mereka para ilmuwan islamisasi sains ini patut
yang utama adalah menjustifikasi kekuatan diapresiasi, terdapat beberapa kelemahan
dari teori barat pada subjek penelitian yang perlu diselesaikan. Mereka misalnya,
beragama Islam. Peneliti pada golongan ini kurang mengeksplorasi tokoh-tokoh mus-
bermodalkan teori-teori yang telah popular lim lain seperti Ibnu Rusyd dan Ibnu Sina
dan telah dikonfirmasi oleh ribuan peneli- sehingga sangat disangsikan apakah teori
tian sebelumnya. Sehingga, dapat dikatakan yang mereka tawarkan adalah Psikologi
bahwa fungsi utama dari usaha mereka Islam atau Psikologi Al Ghazali, bila fokus
adalah promosi dan peningkatan kapasitas kajian yang mereka lakukan begitu sempit.
berpikir kritis. Tentunya dikarenakan Belum lagi bila dipahami bahwa tokoh-
proses adopsi itu, mereka seringkali gagal tokoh muslim termasuk Al Ghazali memi-
melihat kelemahan dari teori. Mereka liki kecenderungan yang mungkin berbeda
menutup pada kemungkinan bahwa teori dengan kecenderungan dari intelektual
yang mereka gunakan tidak kompetibel muslim lain, misalnya dalam epistemologi
dengan nafas Islam dan dapat berdampak ilmu yang diyakini. Hal ini menjadikan
buruk pada jangka panjang. Sebagaimana pengabaian kepada pemikiran tokoh
banyak dipahami, bahaya utama dari muslim lain yang mungkin penting untuk
konsep barat adalah kegagapan mereka dilibatkan, baik di generasi yang sama
dalam memelihara nilai-nilai yang luhur, dengan Al Ghazali maupun yang berbeda
seperti agama dan budaya. Akibatnya, dengannya.
ujung dari pendidikan kritis ini adalah Juga, hal mendasar yang menjadi kritik
manusia yang ulung namun rendah moral. keras bagi penelitian mereka adalah
Sementara itu, gerakan kedua adalah kurangnya kemampuan mereka untuk
gerakan penggalian nilai-nilai Islam yang melakukan penelitian dengan standar ilmu
bertemakan berpikir kritis. Berbeda dengan yang tinggi. Mereka menghindari penjara
gerakan kontekstualiasi atau replikasi, gera- keilmuan barat namun menuju padang
kan Islamisasi merupakan wujud penghar- pasir Islam yang hingga kini belum

Buletin Psikologi 91
SULAIMAN & SYAKAROFATH

menemukan bentuk konkrit dari kriteria tangan masyarakat awam (grass root society)
Ilmu. Dampak darinya menjadikan temuan cenderung terlepas dari pengetahuan akan
mereka tidak terbangun berdasar bukti logika (metodologi) hukum Islam atau
yang kuat, yang antara peneliti muslim istilah lainnya disebut dengan taqlid
sendiri enggan sepakat karena keraguan (Mawardi, 2011). Padahal islam memposisi-
menjustifikasi sesuatu hanya karena kan akal sebagai elemen penting agar
pelabelan Islam. Intinya, banyak yang medapatkan sebuah keyakinan yang tinggi
memandang upaya muslim disini seringkali dalam mengamalkan sebuah amalan (haqqul
terlihat sebagai gerakan instanisasi ilmu, yakin), bahkan ia diakui sebagai sumber
ketimbang islamisasi ilmu. hukum Islam ketiga sesudah Alquran dan
Pada sub-bab ini dapat kita tarik Hadis yang diistilahkan dengan ijtihad
kesimpulan, bahwa upaya peneliti muslim (Sidiq, 2007).
untuk membedah tema ‘berpikir kritis’ telah Tabunya berpikir kritis dalam kehi-
memberi beberapa sumbangan penting. dupan seorang muslim tidak hanya pada
Namun, kontribusi kedua kelompok pene- aspek praktik dan pemahaman keagamaan
litian itu dinilai kurang dan memerlukan saja namun juga pada aspek muamalah.
pengkajian lebih lanjut. Dengan demikian, Menurut Suprayogo (2007) dan Jannah
penelitian berikutnya musti mampu meng- (2015) ada peran kiai yang sangat besar
integrasikan konsep-konsep Islam ke dalam dalam pengambilan keputusan masyarakat
framework sains yang mapan, sehingga di mana ia menjadi tumpuan utama tempat
pembuktian yang ditunjukkan mampu berkonsultasi dalam hampir semua perso-
diterima oleh sivitas akademika secara luas, alan, seperti masalah keluarga, pendidikan,
tak hanya ilmuwan muslim yang fokus jodoh, politik, pekerjaan hingga keagamaan.
pada Islamisasi Sains, namun mayoritas Sayangnya, posisi kiai yang seharusnya
muslim peneliti. Demikian juga, peneliti menjadi agen perubahan sosial beralih
tema ‘Berpikir Kritis’ musti memahami fungsi menjadi dinding pembatas kebe-
secara lebih mendalam mengenai konsep basan berpikir dan bertindak. Hal ini
berpikir kritis dalam pandangan negara disebabkan adanya dogma kultural bahwa
barat. Hal ini penting agar dapat dilakukan kiai dianggap sebagai orang yang memiliki
kritik yang produktif terhadapnya. kekuatan supranatural yang doanya
Mengingat usaha yang telah dilakukan terijabah serta memiliki posisi dan kedu-
selama ini seolah tidak melihat berbagai dukan yang tinggi sehingga masyarakat
perkembangan konsep berpikir kritis di harus patuh dan tunduk tanpa ada proses
barat yang mungkin penting bagi proses berprikir kritis sebelumnya (Kosim, 2007).
integrasi atau islamisasi konsep tersebut. Seperti pada praktik politik misalnya,
bagi masyarakat pedesaaan saat pemilihan
Tantangan bagi Pendidikan Kritis dalam Islam kepala daerah pengaruh kiai sangat kuat
Kita juga perlu menyadari bahwa sebagai penentu dasar pemilihan pribadi
mendorong individu untuk berpikir kritis (Hasanah, 2013), dianggap sebagai pengikat
tidak selamanya dipandang positif oleh loyalitas umat (Jati, 2012) bahkan dianggap
sebagian masyarakat muslim, sebab dalam sebagai alat untuk mengumpulkan suara
Islam sendiri pada tataran tertentu berpikir menuju kemenangan, terutama dalam
kritis menjadi hal yang tabu. Kondisi ini rangka mengerahkan massa (Subiyakto,
dapat dilihat pada realitas praktik dan 2011). Kondisi ini mecerminkan adanya
pemahaman keagamaan yang ada pada ketidakberdayaan intelektual masyarakat

92 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM

awam (grass root society) karena tidak Penutup


terlatih berpikir kritis sehingga menerima
informasi secara pasif. Berdasarkan pemaparan penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
Berpikir kritis adalah suatu keteram-
konsep berfikir kritis saat ini dianggap
pilan yang harus diajarkan kepada individu
perlu direstrukturasi kembali dengan mem-
sejak dini melalui pengetahuan-pengeta-
pertimbangkan aspek-aspek keislaman dan
huan ataupun disiplin keilmuan agar
memadukannya dengan konsep berpikir
berhasil dalam kehidupannya di masa
kritis terakhir yang berkembang di barat.
mendatang, baik itu sebagai akademisi,
Upaya untuk mereformulasi kembali
profesional, wirausahawan, Pegawai Negeri
konsep berpikir kritis tersebut maka ada
Sipil (PNS) dan pegawai di perusahaan.
tiga tema utama yang perlu dilakukan
Fein (1981) menyebutkan bahwa berpikir
untuk mengkaji kembali literatur dan hasil-
kritis pada anak mulai berkembang pada
hasil penelitian terdahulu. Adapun ketiga
tahun-tahun pra sekolah yaitu usia 5-7
tema tersebut mencakup, 1) membahas
tahun. Hal ini kemudian menjadi penentu
terkait urgensi berpikir kritis dalam islam,
kreativitas cara menyelesaikan permasa-
2) penelitian terkini, dan 3) tantangan bagi
lahan di masa remajanya (Calvery & Vilson,
pendidikan kritis dalam islam.
2010), serta bagaimana ide-ide berpikirnya
berkembang hingga dewasa (Root-
Breinstein, 2004). Daftar Pustaka
Mengajarkan keterampilan berpikir Abdullah, A. K. (2010). Strengthening
kritis sejak dini menjadi tanggung jawab critical thinking skills among muslim
bersama, tidak hanya lembaga pendidikan students. Islam and Civilisational Renewal,
sebagai intitusi tetapi juga perorangan 1(4), 649.
seperti guru dan orang tua. Newman (1996)
Abrami, P. C., Bernard, R. M., Borokhovski,
menyebutkan tugas institusi pendidikan
E., Wade, A., Surkes, M. A., Tamim, R.,
adalah sebagai wadah yang berfungsi
& Zhang, D. (2008). Instructional
mendidik siswanya untuk bernalar dengan
interventions affecting critical thinking
baik di dalam segala hal, termasuk men-
skills and dispositions: A stage 1 meta-
jangkau kebenaran dan memahaminya.
analysis. Review of Educational Research,
Sedangkan pada peran perorangan, guru
78(4), 1102-1134. doi: 10.3102/003465
bertanggung jawab mengembangkan
4308326084
perangkat pembelajaran yang efektif agar
peserta didik dapat aktif dan kemampuan Akkari, A. (2004). Education in the middle
berpikirnya berkembang saat mengikuti east and north africa: The current situa-
proses pembelajaran (Windarti, Tjandra- tion and future challenges. International
kirana & Widodo, 2018; Anggraini & Sani, Education Journal, 5(2), 144-153.
2015). Selanjutnya, orang tua sebagai ling- Al-Walidah. (2017). Tabayyun di era
kungan yang paling dekat dengan anak generasi millennial. Jurnal Living Hadis,
berperan menumbuhkan dan mengembang- 2(1), 317-3144. doi: 10.4421/livinghadis.
kan kreativitas anak dalam menyelesaikan 2017.1359
suatu permasalahan melalui proses-proses
Anggraini, P. & Sani, A. (2015). The effect of
berpikir kritis (Setia, 2017; Taneri, 2012).
scientific inquiry learning model and

Buletin Psikologi 93
SULAIMAN & SYAKAROFATH

creative thinking ability on science subject specificity: Clarification and


process skills of student. Journal needed research. Educational Researcher,
Pendidikan Fisika, 4(2), 47-54. doi: 18(3), 4-10. doi: 10.3102/0013189 X0180
10.22611/jpf.v4i2.3238. doi: 10.22611/ 03004
jpf. v4i2.3238 Facione, P. (1990). Critical thinking: A
Bakar, O. (1986). The meaning and statement of expert consensus for purposes
significance of doubt in Al-Ghazzali's of educational assessment and instruction
philosophy. Islamic Quarterly, 30(1), 31. (The Delphi Report). Diakses dari
Calvery, S. L. & Vilson, B. J. (2010). The https://www.researchgate.net/profile/Pe
Hanbook of children, media, and ter_Facione/publication/242279575_Criti
development. UK: John Wiley and Sons. cal_Thinking_A_Statement_of_Expert_
Consensus_for_Purposes_of_Education
Dwijananti, P., & Yulianti, D. (2010).
al_Assessment_and_Instruction/links/58
Pengembangan kemampuan berpikir
49b94508ae82313e7108de/Critical-
kritis mahasiswa melalui pembelajaran
Thinking-A-Statement-of-Expert-
problem based instruction pada mata
Consensus-for-Purposes-of-
kuliah fisika lingkungan. Jurnal Pendi-
Educational-Assessment-and-
dikan Fisika Indonesia, 6(2). doi: 10.
Instruction.pdf
15294/ jpfi.v6i2.1122
Fakhriyah, F. (2014). Penerapan problem
Efendi, E. (2016). Tabayyun dalam
based learning dalam upaya mengem-
jurnalistik. Jurnal Komunika Islamika:
bangkan kemampuan berpikir kritis
Jurnal Komunikasi dan Kajian Islam, 3(3).
mahasiswa. Jurnal Pendidikan IPA
Elyas, T., & Picard, M. (2013). Critiquing of Indonesia, 3(1). 95-101. doi: 10.15294/
higher education policy in Saudi jpii.v3i1.2906
Arabia: Towards a new neoliberalism.
Fein, G. G. (1981). Pretend play in
Education, Business and Society: Contem-
childhood: An integrative review. Child
porary Middle Eastern Issues, 6(1), 31-41.
Development, 52(4), 1095-1118. doi: 10.
Ennaji, M. (2005). Multilingualism, cultural 2307/1129497.
identity, and education in Morocco. New
Giroux, H. A. (2004). Critical pedagogy and
York: Springer Science & Business
the postmodern/modern divide: To-
Media.
wards a pedagogy of democratization.
Endut, M. N. A.-A., Abdullah, W., Suhaimi, Teacher Education Quarterly, 31(1), 31-47.
W., & Abu Bakar, Z. (2012). The Islamic
Halpern, D. F. (1998). Teaching critical
element of Al-‘Adl in critical thinking:
thinking for transfer across domains:
the perception of muslim engineering
Disposition, skills, structure training,
undergraduates in Malaysia. World
and metacognitive monitoring. Ameri-
Academy of Science, Engineering and
can Psychologist, 53(4), 449.
Technology (WASET), 758-765.
Halstead, M. (2004). An Islamic concept of
Endut, M. N. A.-A., & AS, N. A. (2015). The
education. Comparative Education, 40(4),
Islamic epistemological element of Al-
517-529. doi: 10.1080/030500604200028
Yaqin in critical thinking. Pertanika
4510
Journal of Social Sciences & Humanities,
23. Hasanah, I. (2013). Peran Kiai terhadap
Pengambilan Keputusan Pemilih dalam
Ennis, R. H. (1989). Critical thinking and
Pemilukada Tahun 2013 di Kabupaten

94 Buletin Psikologi
INTRODUKSI, REFORMULASI, PSIKOLOGI ISLAM

Pamekasan. diakses dari http://jurnal- Moore, T. (2013). Critical thinking: Seven


online.um.ac.id/data/artikel/artikel987B definitions in search of a concept.
CB73E871DD267BE4BFA55392BD4F.pdf Studies in Higher Education, 38(4), 506-
Jafar, I. (2017). Konsep berita dalam 522.
Alquran (implikasinya dalam sistem Murrad, M. (2009). Kisah hidup Umar ibn
pemberitaan di media sosial. Jurnalisa, Khattab. Serambi Ilmu Semesta.
3(1), 1-15. Newman, H. J. (1996). The idea of the
Jannah, h. (2015). Kyai, perubahan sosial university. Yale University Press
dan dinamika politik kekuasaan. Nur, M., Nasution, & Suryanti, J. (2013).
FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah dan Studi Keterampilan proses sains dan berpikir
Keagamaan, 3(1). 157-176. doi: 10.21043/ kritis. Surabaya: Universitas Negeri
fikrah.v3i1. 1831 Surabaya
Jati, W. R. (2012). Ulama dan pesantren Philip, C. A., Robert, M. B., Evgueni, B.,
dalam dinamika politik dan kultur Anne, W., Michael, A. S., Rana, T., &
Nahdatul Ulama. Jurnal Studi Islam Ulul Dai, Z. (2008). Instructional inter-
Albab, 13(1), 1–15. doi: 10.18860/ ua. ventions affecting critical thinking skills
v0i0.2377 and dispositions: A stage 1 meta-
Kosim, M. (2007). Kyai dan blater (elite lokal analysis. Review of Educational Research,
dalam masyarakat Madura). Jurnal 78(4), 1102-1134. doi: 10.3102/003465430
Karsa, 12(2). 161-167. doi: 10.19105/ 8326 084
karsa.v12i2.139 Rashid, R. A., & Hashim, R. A. (2008). The
Larsson, K. (2017). Understanding and Relationship Between Critical Thinking and
teaching critical thinking—A new Language Proficiency of Malaysian
approach. International Journal of Undergraduates. Diakses dari
Educational Research, 84, 32-42. doi: 10. http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi
1016/j.ijer.2017.05.004 ?article=1035&context=ceducom
Magno, C. (2010). The role of metacognitive Rohaeti, E. E. (2010). Critical and creative
skills in developing critical thinking. mathematical thinking of Junior High
Metacognition and Learning, 5(2), 137-156. School student. Educationist Journal, 4(2),
Martin, A. (2003). An experience of teaching 99-106.
in the United Arab Emirates. English Rohmadi, S. H. (2018). Pengembangan
Today, 19(2), 49-54. berpikir kritis (crititcal thinking) dalam
Mawardi, A. I. (2011). Sisi positif taqlid Alquran. Jurnal Psikologi Islam, 5(1), 27-
dalam sejarah perkembangan hukum 36.
islam. Islamica, 5(2), 65–67. Root-Bernstein, R. S., & Root-Bernstein, M.
McCarthy, R. J. (1980). Freedom and M. (2004). Artictic scientists and
fulfillment: an annotated translation of scientific artists: The link between
Al-Ghazālīʼ s al-Munqidh min al-ḍalāl polymathy and creativity. https: //www.
and other relevant works of al-Ghazālī researchgate.net/publication/232558153_
(Vol. 4): NY: Macmillan Reference USA. Artistic_Scientists_and_Scientific_Artist
s_The_Link_Between_Polymathy_and_
McPeck, J. E. (1990). Critical thinking and
Creativity. doi: 10.1037/106 92-008
subject specificity: A reply to Ennis.
Educational Researcher, 19(4), 10-12. Sabki, A. I. A., & Hardaker, G. (2013). The

Buletin Psikologi 95
SULAIMAN & SYAKAROFATH

madrasah concept of Islamic pedagogy. Syahputra, H. (2017). Melepas hoax dari


Educational Review, 65(3), 342-356. doi: genggaman kita. Dalam A.Wahyudi, &
10.1080/00131911.2012.668873. M. Suantari, Melawan Hoax di Media
Setia, I. (2017). Peran orang tua dalam Sosial dan Media Massa (hal. 125-126).
menumbuhkembangkan kreativitas Yogyakarta: Trust Media Publishing.
anak. Atthulab: Islamic Religion Teaching Taneri, P. O. (2012). Roles of parents in
and Learning Journal, 2(1), 83-96. enhancing children's creative thingking
Sidiq. (2007). Aktivitas akal dalam skills. International Journal of Human
pembuktian wahyu. Jurnal Hunafa, 4(1), Sciences. 9(2), 91-108.
41–48. Windarti, Tjandrakirana & Widodo. (2013).
Sternberg, R. J. (1986). Critical thinking: Its Melatih keterampilan berpikir kritis
nature, measurement, and improvement. menggunakan metode pembelajaran
Washington, DC: National Inst. of penemuan terbimbing (guided discovery)
Education pada siswa SMP. Jurnal Penelitian
Pendidikan Sains, 3(1), 274-281.
Subiyakto, R. (2011). Panggung politik kiai
di era pemilukada. Jurnal Ilmu Syari’ah Zhaffar, N. M., Hamzah, M. I., & Razak, K.
Dan Hukum, 45(22), 1564–1579. A. (2017). Elemen pemikiran kritis
dalam konteks kemahiran berpikir aras
Suprayogo, I. (2010). Kiyai dan Politik
tinggi. Asean Comparative Education
membaca citra politik kiyai. Malang: UIN-
Research Journal on Islam And
Malang Press.
Civilization, 1(2), 92-101.

96 Buletin Psikologi

Anda mungkin juga menyukai