Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

D I N A S K E S E H ATA N
UPTD PUSKESMAS DAMPIT
Jl. Semeru Selatan No. 04 Telp. 0341 896309
DAMPIT 65181
MALANG

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT
NOMOR: 440/1051.054/SK/ 35.07.103.119/2015

T E NTAN G
PENGELOLAAN OBAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT,

Menimbang : a. bahwa dalam upaya pelayanan kesehatan dan upaya


penyediaan obat yang bermutu serta meningkatkan mutu
pelayanan kefarmasian di Puskesmas yang berorientasi kepada
pasien diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai
acuan dalam pelayanan kefarmasian;
b. bahwa untuk memenuhi pertimbangan huruf a di atas
pelaksanaannya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kepala
UPTD Puskesmas Dampit tentang pengelolaan obat;

Mengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;


2. Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika;
3. Undang Undang RI Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 30 Tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun
2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;

M E M U T U S K A N:

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT


TENTANG PENGELOLAAN OBAT.

Kesatu : Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas Dampit yang mengatur pelayanan


kefarmasian di Puskesmas Dampit terlampir dalam Keputusan ini.

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan akan diadakan
perbaikan/perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Dampit
pada tanggal : 1 Desember 2015

KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT,

T. Prayitno Notohusodo
NIP. 195912181989031006
LAMPIRAN 1 : SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD
PUSKESMAS DAMPIT TENTANG
PENGELOLAAN OBAT
NOMOR : 440/1051.054/SK/35.07.103.119/2015
TANGGAL : 1 DESEMBER 2015

PEDOMAN PENGELOLAAN OBAT DI PUSKESMAS DAMPIT

BAB I
PENDAHULUAN

Pelayanan Kefarmasian merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang merupakan unit pelaksana tehnis Dinas Kesehatan.

Dengan makin kompleknya upaya pelayanan kesehatan, khususnya masalah terapi obat, telah
menuntut kita untuk memberikan perhatian dalam pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang dapat menunjang pelayanan kesehatan secara optimal.

Agar mampu menyediakan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan yang bermutu perlu
pedoman dalam pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan. Dengan adanya
pedoman yang jelas dalam pengelolaan farmasi, pengelola obat akan mampu memilih,
merencanakan, menerima, menyimpan, mendistribusikan dan mengadministrasikan pengelolaan
farmasi sesuai dengan standar yang ditetapkan.

BAB II
PENYEDIAAN OBAT YANG MENJAMIN KETERSEDIAAN OBAT

Penyediaan obat di puskesmas sesuai dengan formularium Puskesmas. Penyediaan obat harus
menjamin ketersediaan obat di Puskesmas, melalui pengelolaan obat yang baik.

Tujuan :
(1) Memberikan pedoman dalam penyediaan obat
(2) Menjamin ketersediaan obat yang terjangkau segala lapisan masyarakat
(3) Meningkatkan mutu pelayanan farmasi
(4) Melindungi masyarakat dari pelayanan kefarmasian yang tidak profesional

Fungsi :
(1) Memilih obat sesuai dengan kebutuhan pelayanan puskesmas
(2) Merencanakan kebutuhan obat secara optimal
(3) Mengadakan/permintaan obat

BAB III
PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN OBAT

Penyelengaraan Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan oleh Apoteker sebagai penanggung jawab,


yang dibantu oleh Tenaga Teknis Kefarmasian, yang mendapat tugas dan wewenang yang
ditetapkan oleh Kepala Puskesmas

Penanggung jawab pelayanan obat sebagaimana dimaksud diatas dalam melaksanakan


kegiatannya harus berpedoman pada :
(1) Tugas dan Fungsi Puskesmas
(2) Visi dan Misi Puskesmas
(3) Tugas dan Fungsi Gudang Obat dan Ruang Farmasi Puskesmas
(4) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 30 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
(5) Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan obat di puskesmas
PELAYANAN OBAT 24 JAM

Pelayanan obat 24 jam dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasien pada Unit Gawat
Darurat (UGD)24 jam terbatas dan Unit Rawat Inap. Terdapat mekanisme pelayanan yang jelas
dan teratur dalam melaksanakan pelayanan obat 24 jam.
Pelayanan obat 24 jam di UPTD Puskesmas Dampit dilaksanakan oleh perawat yang sudah
memperoleh pelatihan. Pelayanan obat 24 jam dilaksanakan di Unit UGD Rawat inap oleh
perawat yang pada saat pelayanan sedang melaksanakan tugas piket jaga. Dalam pelaksanaannya
perawat jaga harus:
1. Menulis obat yang dikeluarkan pada resep pasien.
2. Memberi etiket pada obat yang diresepkan.
3. Memberikan obat kepada pasien dengan disertai penjelasan cara penggunaan.
4. Memastikan pasien mengerti penjelasan yang telah diberikan.
5. Ikut menjaga dan memastikan keamanan obat dalam penyimpanan di tiap unit
BAB IV
PERESEPAN

Peresepan adalah proses pesanan atau permintaan obat tertulis dari dokter, dokter gigi kepada
pengelola obat untuk menyediakan atau membuatkan obat dan menyerahkannya kepada pasien.

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis.
Persyaratan administrasi meliputi: Nama, umur, berat badan,alamat pasien, Nama, dan paraf
dokter, Tanggal resep, Ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi: Bentuk dan
kekuatan sediaan, Dosis dan jumlah Obat, Stabilitas dan ketersediaan, Aturan dan cara
penggunaan, Inkompatibilitas. Persyaratan klinis meliputi: Ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan Obat, Duplikasi pengobatan, Alergi, interaksi dan efek samping Obat, Kontra
indikasi, Efek adiktif. Pelayanan obat racikan (pulveres) diberikan pada pasien dengan
pertimbangan usia yang berkaitan dengan dosis terbagi, ketidakmampuan pasien menerima obat
tablet utuh, serta pertimbangan klinis yang lain. Untuk pasien rawat inap penyiapan obat
diberikan dalam dosis sehari.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan label/etiket yang berisi nama
pasien, tanggal dan aturan pakai, menyerahan obat disertai dengan informasi penggunaan obat
yang memadai disertai pendokumentasian. Konseling dilakukan pada pasien tertentu dengan
penyakit kronis dan didokumentasikan.
Jika ada obat yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga, maka obat harus diidentifikasi dan
ditindaklanjuti sesuai dengan instruksi dokter.
Efek samping obat harus dilaporkan dan ditindak lanjuti, dan dicatat dalam rekam medis. Jika
terjadi kesalahan dalam pemberian obat maka harus dilaporkan dan ditindak lanjuti.
Persyaratan Petugas Yang Berhak Memberikan Resep

1. Semua kegiatan pengobatan dan penulisan resep di UPTD Puskesmas Dampit dilaksanakan
oleh dokter/dokter gigi sesuai kompetensinya dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi.
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Dokter/Dokter gigi di UPTD Puskesmas Dampit.
2. Dengan pelimpahan wewenang yang diberikan, petugas pelayanan kesehatan yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang obat, yaitu perawat/perawat gigi/bidan
menulis resep obat, yang telah memiliki :
a. Memiliki Surat Tanda Registrasi
b. Memiliki Surat Ijin Praktik Perawat/ Memiliki Surat Ijin Praktik Bidan

Persyaratan Petugas Yang Berhak Menyediakan Obat

Penyediaan obat dan Pengelolaan Obat di UPTD Puskesmas Dampit dilaksanakan oleh:
1. Apoteker sesuai kompetensinya.
2. Tenaga Teknis Kefarmasian sesuai kompetensinya.
3. Petugas kesehatan lain yang sesuai kompetensinya memiliki pengetahuan dan pengalaman
di bidang farmasi, yaitu: Perawat/Perawat gigi/Bidan dengan diberikan pelatihan khusus
yang diberikan oleh penanggung jawab pengelola obat Puskesmas, yakni Apoteker untuk
melaksanakan tugas penyediaan obat.

BAB V
PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

Pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai adalah suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
perencanaan, permintaan/pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian,
penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.

A. Pemilihan
1. Pemilihan obat-obat yang dipakai berdasarkan Daftar Obat Esensial dan Formularium
Nasional.
2. Bila mana diperlukan obat di luar Daftar Obat Esensial dan Formularium Nasional, maka
dilakukan pemilihan obat berdasarkan Formularium Puskesmas yang diterbitkan oleh
UPTD Puskesmas Dampit Kabupaten Malang.

B. Perencanaan
1. Perencanaan tahunan dibuat satu tahun sekali, apabila ada kebutuhan yang tidak
terprediksi maka dibuat perencanaan lagi pada waktu perencanaan bulanan.
2. Untuk melakukan permintaan, maka perencanaan obat dilakukan setiap dua bulan sekali
sesuai dengan kebutuhan.
3. Perencanaan dengan menggunakan metode konsumsi.
4. Dasar perencanaan obat adalah :
a. Pemakaian/penggunaan obat bulan yang lalu.
b. Safety stock (Dibuat 60 hari kerja)
c. Stok optimal
Dihitung dari Safety stock ditambahkan stok pengaman (10-20%) dan stok selama
waktu tunggu. Untuk mempermudah stok optimal diperhitungkan dari pemakaian
rata-rata per hari (bulan sebelumnya) dikalikan 80.
d. Kebutuhan
Stok Optimal dikurangi sisa stok

C. Pemesanan/Permintaan
1. Permintaan dilakukan setiap dua bulan sekali sesuai dengan perencanaan kebutuhan obat
dan bahan medis habis pakai.
2. Permintaan dilakukan bersama dengan pelaporan pemakaian obat dan bahan medis habis
pakai bulan lalu.
3. Permintaan dan pelaporan ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
4. Pelaporan dan permintaan menggunakan format LPLPO (Laporan Pemakaian dan
Laporan Permintaan Obat).
5. Bila mana dibutuhkan obat dan bahan medis habis pakai di luar perencanaan (karena
pemakaian yang banyak, tidak sesuai dengan prediksi), maka dilakukan permintaan ke
Dinas Kesehatan sesuai dengan kebutuhan saat itu.

D. Penerimaan
1. Obat dan bahan medis habis pakai yang diminta kepada Dinas Kesehatan diambil sesuai
jadwal pengambilan obat ke Unit Perbekalan Kesehatan Kabupaten.
2. Untuk selanjutnya obat dan bahan medis habis pakai yang diterima oleh
penanggungjawab untuk disimpan dalam gudang obat puskesmas.

E. Penyimpanan
1. Tata Ruang pendukung
Ruang penyimpanan gudang obat harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
kelembaban, ventilasi, untuk menjamin mutu obat. Ruang penyimpanan di UPTD
Puskesmas Dampit dilengkapi dengan rak/lemari Obat, pallet, lemari pendingin, lemari
penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, pengukur suhu.
Secara garis besar penyimpanan gudang obat puskesmas terbagi atas :
a. Rak obat dalam bentuk tablet
b. Rak obat untuk obat pemakaian luar seperti salep, obat tetes dsb
c. Rak khusus bahan medis habis pakai
d. Obat-obat Sirup diletakan diatas palet.
2. Cara penataan
Penataan obat dan bahan mrdis habis pakai harus mendukung sistem FIFO dan FEFO dan
sifat fisiko-kimianya serta bentuk sediaannya.
Masing-masing tempat diatur berdasarkan alfabetis.
3. Ruang penyimpanan harus memenuhi syarat :
a. Memenuhi syarat suhu
1) Suhu kamar (15oC – 25oC)
Sebagian barang perbekalan farmasi disimpan pada suhu kamar (cairan, tablet,
capsul, injeksi, alat kesehatan dll).
2) Untuk mencapai suhu 15oC – 25oC diperlukan AC, tetapi di gudang obat belum
tersedia, sehingga disiasati dengan menyimpan obat-obat pada tempat yang tidak
kena langsung oleh sinar matahari.
3) Suhu dingin barang-barang seperti suppositorian harus disimpan pada suhu dingin
dalam almari pendingin (2oC – 8oC).
b. Memenuhi syarat kelembaban
Ruang penyimpanan harus cukup kering dengan tingkat kelembaban 45 – 75%.
c. Memenuhi syarat pencahayaan
Ruang penyimpanan harus cukup oleh pencahayaan lampu, tetapi harus terhindar
cahaya matahari secara langsung

F. Pendistribusian
Adalah kegiatan pendistribusian sediaan obat dan bahan medis habis pakai dari
gudang obat puskesmas ke semua bagian, meliputi :
1. Kamar Obat
Distribusi dilakukan berdasarkan LPLPO Kamar Obat, sehubungan dengan ruang
penyimpanan ruang farmasi tidak mencukupi, maka distribusi dilakukan sesuai dengan
kapasitas ruang farmasi. Untuk UGD, rawat inap, kamar bersalin dan poli (BP, Gigi,
KIA, KB) pemberian obat serta bahan medis habis pakai sesuai permintaan petugas.
2. Polindes dan Ponkesdes
Distribusi dilakukan berdasarkan LPLPO masing-masing Polindes dan Ponkesdes dan
didistribusikan setiap dua bulan.
3. UGD
Sediaan farmasi (selain injeksi, alat medis habis pakai dan infus) dibuat stok tetap yang
setiap hari dikontrol untuk mengisi obat yang sudah digunakan/sistem floor stock.
4. Kamar Bersalin dan Poli-poli (BP, KIA, KB, Gigi, Laborat)
Distribusi dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan masing-masing poli dan ditulis
di buku permintaan masing-masing poli.

BAB VI
PENILAIAN, PENGENDALIAN, PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN OBAT

Pengelolaan Obat di Puskesmas bertujuan untuk melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).
Kegiatan penilaian, pengendalian penyediaan obat bertujuan agar tidak terjadi kelebihan dan
kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan penilaian, pengendalian penggunaan obat adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan,
Kegiatan ini bertujuan untuk menjaga kualitas pelayanan obat.

Penilaian dan Pengendalian Penggunaan meliputi:


1. Pengendalian resep sesudah diterima melalui skrining resep.
2. Pengendalian obat sebelum diserahan ke pasien.
3. Penyerahan obat diberikan kepada pasien/keluarga pasien harus disertai pemberian
informasi Obat.
4. Pemilihan untuk pasien yang diberi konseling.
5. Penilaian dan pengendalian penggunaan obat meliputi peresepan rasional yang mencakup
prosentase peresepan rasional, prosentase penulisan obat generik dan rata-rata jumlah resep
tiap lembar resep dan dilaporkan setiap bulan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

Penyediaan obat yang menjamin ketersediaan obat diwujudkan dalam kegiatan pengendalian
obat. Tujuan kegiatan pengendalian obat agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat di unit
pelayanan kesehatan dasar, yang terdiri dari:
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan
seluruh unit pelayanan.
2. Menentukan: Stok optimum, Stok pengaman/penyangga (bufferstock), dan waktu tunggu.
Pengendalian obat terdiri dari:
1. Pengendalian Persediaan.
2. Pengendalian Penggunaan.
3. Penanganan Obat Hilang.

1. Pengendalian Persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja,
stok pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan
perlu diperhitungkan keadaan stok yang seharusnya ada pada waktu kedatangan obat atau
jika dimungkinkan memesan, maka dapat dihitung jumlah obat yang dapat dipesan
dengan rumus:

Q = SK + SP (WT x D) – SS
Keterangan:
Q = jumlah obat yang dipesan
SK = stok kerja
SP = stok pengaman
WT = waktu tunggu
SS = sisa stok
D = pemakaian rata – rata per minggu/ per bulan

Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan, maka hal – hal yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Mencantumkan jumlah stok optimum pada kartu stok.
2. Melaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Malang apabila terdapat pemakaian
yang melebihi rencana.
3. Membuat laporan secara sederhana dan berkala kepada Kepala Puskesmas tentang
pemakaian obat tertentu yang banyak dan obat lainnya masih mempunyai persediaan
banyak.

2. Pengendalian Penggunaan
Tujuan dilaksanakannya pengendalian penggunaan adalah untuk menjaga kualitas
pelayanan obat dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat.
Pengendalian penggunaan meliputi:
a. Prosentase penggunaan antibiotik.
b. Prosentase penggunaan injeksi.
c. Prosentase rata – rata jumlah R/.
d. Prosentase Obat penggunaan obat generik.
e. Kesesuaian dengan formularium.

3. Penanganan Obat Hilang, Obat Rusak dan Kadaluwarsa


a. Penanganan Obat Hilang
Obat dinyatakan hilang apabila jumlah obat dalam tempat penyimpanannya
ditemukan kurang dari catatan sisa stok pada kartu stok. Pengujian silang antara
jumlah obat dalam tempat penyimpanan dengan catatan sisa stok dilakukan secara
berkala satu tahun sekali.
Dalam menangani obat hilang, maka langkah – langkah yang harus dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat menyusun daftar jenis dan jumlah obat yang hilang untuk
dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.
2. Kepala Puskesmas memeriksa dan memastikan kejadian tersebut kemudian
menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
3. Kepala Puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang disertai Berita Acara Obat Hilang.
4. Petugas pengelola obat mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang pada Kartu Stok.
5. Apabila jumlah obat yang tersisa tidak mencukupi kebutuhan pelayanan, maka
petugas pengelola obat segera mengajukan permintaan obat kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang dengan menggunakan LPLPO.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian, maka dilaporkan kepada Kepolisian.

b. Penanganan Obat Rusak/Kadaluwarsa


Tujuan dilaksanakannya penanganan obat rusak/kadaluwarsa adalah untuk melindungi
pasien dari terjadinya pemberian obat rusak/kadaluwarsa.
Dalam menangani obat rusak/kadaluwarsa, maka langkah – langkah yang harus
dilakukan adalah:
1. Petugas pengelola obat mengumpulkan obat rusak/kadaluarsa.
2. Obat yang rusak/kadaluwarsa dikurangkan dari catatan sisa stok pada Kartu Stok
oleh petugas pengelola obat.
3. Petugas pengelola obat melaporkan obat rusak/kadaluwarsa kepada Kepala
Puskesmas.
4. Kepala Puskesmas melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluwarsa
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.

BAB VII
PERESEPAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA

Obat golongan narkotika dan psikotropika di satu sisi bermanfaat dalam pengobatan namun di
sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan
atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat, sehingga diperlukan kebijakan
tentang Peresepan Psikotropika dan Narkotika.

Obat narkotika dan psikotropika hanya bisa diresepkan oleh dokter/dokter gigi sesuai indikasi
dan pertimbangan klinis dengan memperhatikan efek adiktif.

Penyimpanan obat narkotika sesuai persyararatan yang berlaku. Setiap akhir bulan dibuat laporan
penggunaan narkotika dan psikotropika ke Dinas Kesehatan.

BAB VIII
KTD DAN KNC TERKAIT OBAT

Petugas obat, pasien, dokter, perawat dan petugas kesehatan yang lain bekerja bersama untuk
memantau pasien yang mendapat obat. Tujuan pemantauan adalah untuk mengevaluasi efek
pengobatan terhadap gejala pasien atau penyakitnya dan untuk mengevaluasi pasien terhadap Kejadian
yang Tidak Diharapkan (KTD). Dilakukan pelaporan efek samping obat, serta pencatatan,pemantauan,
dan pelaporan semua KTD yang terkait dengan penggunaan obat, misalnya sindroma Stephen Johnson,
sindroma Extra piramidal dan lainnya termasuk kesalahan pemberian obat.

Puskesmas mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat dan near
miss-Kejadian Nyaris Cedera (KNC). Proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat dan
KNC, menggunakan format pelaporan yang ditentukan serta mengedukasi staf tentang proses dan
pentingnya pelaporan. Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu dan program
keselamatan pasien di Puskesmas. Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf
digunakan untuk mencegah kesalahan di kemudian hari.
BAB VIII
PENUTUP

Dengan adanya panduan yang tepat petugas pengelola akan mampu memilih, merencanakan,
menyimpan, mendistribusikan, mengendalikan, dan mengadministrasikan sediaan obat dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan standar yang ditetapkan

KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT

T. Prayitno Notohusodo
NIP. 195912181989031006

LAMPIRAN 2 : SURAT KEPUTUSAN KEPALA UPTD


PUSKESMAS DAMPIT TENTANG
PENGELOLAAN OBAT
NOMOR : 440/1051.054/SK/35.07.103.119/2015
TANGGAL : 1 DESEMBER 2015
OBAT EMERGENSI

Obat emergensi tersedia pada unit-unit dimana akan diperlukan atau dapat terakses segera untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi . Obat emergensi harus tersedia dalam jumlah yang
cukup di unit pelayanan yang melakukan tindakan, untuk mengatasi jika terjadi kedaruratan
dalam pelayanan kesehatan. Obat emergensi dimonitor penggunaannya, dan segera diganti jika
digunakan. Obat emergensi disimpan dalam wadah obat emergensi di tiap unit pelayanan yang
mudah dilihat dan dijangkau.

DAFTAR OBAT EMERGENSI

1. Injeksi Efinefrin 2 ampul


2. Injeksi Dexamethasone 2 ampul
3. Injeksi Sulfas atropine 2 ampul
4. Injeksi Difenhidramine 2 ampul
5. Injeksi Aminophilin 2 ampul
6. Injeksi Asam tranexamat 2 ampul
7. Injeksi Diazepam 2 ampul
8. Stesolid rectal 5mg dan 10mg (UGD) 2 ampul
9. Cairan infus Ringer Lactat 1 botol
10. Cairan infus Na Cl 0,9 % 1 botol
11. Glucose 40% 2 botol
12. Infus set makro/mikro masing-masing 1 buah
13. Abocath 18/20/22/24 masing-masing 1 buah
14. Injeksi Oksitosin (KABER,POLINDES) 2 ampul
15. Injeksi Metil ergometrin (KABER,POLINDES) 2 ampul
16. MgSO420%/40% (KABER,POLINDES) 2 ampul
17. Injeksi Lidocain Comp 2 ampul

KEPALA UPTD PUSKESMAS DAMPIT

T. Prayitno Notohusodo
NIP. 195912181989031006

Anda mungkin juga menyukai