BAB V
RESUME PENGETAHUAN
PERSAMPAHAN
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
18
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau
pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang
ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam
sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah
zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-
ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul
dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah
organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan
sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos
(pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan
nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa
didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu
alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan
per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran
material yang dapat mensuplai industri.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
19
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor
penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya
penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan
berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa
dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan sampah di
sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan
berbahaya dari sampah yang umum.
Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan
pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah
medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan
rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator.
Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan
oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi.
Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-
bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati
dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini
dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di
India dan rumah sakit umum besar di Amerika.
Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah
domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara
kimia.
Produksi Bersih
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk
samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan
produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-
prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian
misalnya dengan menerapkan Prinsip 3R, 4R, 5R. (Sumber: www.walhi.or.id)
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
20
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
LAMA BARU
REDUCE
Angkut
Ang kut
Pengolahan
Buang Sanitary Landfill/ Pengendalian gas
Waste to Energy Methan & CO2 (CDM)
Manfaat Sampah
Sampah yang tampak tidak berguna sebesarnya masih banyak manfaatnya seperti dapat
dibuat biogas, briket, pakan ternak, kompos, pupuk, dan dapat didaur-ulang bagi sampah
anorganik.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
21
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Dalam sampah dan kotoran sungai ditemukan bakteri yang dapat menghasilkan vitamin
B12 yang samajenisnya dengan vitamin B12 yang dihasilkan oleh hewan. Yang paling aktif
dapat memfermentasikan sampah dan kotoran sungai sehingga dihasilkan vitamin B12
adalah bakteri-bakteri yang termasuk Streptomyces. Kadar vitamin B12 dalam sampah
dan kotoran sungai berkisar 4,2 – 8,2 µg untuk setiap satu gram berat kering. Diperkirakan
dari 26.000 ton sampah dan kotoran sungai akan dihasilkan 465 vitamin B12. Pemberian
sampah dan kotoran sungai sebesar 2% pada ternak, ternyata mampu meningkatkan
berat badan ternak. Sampah dan kotoran sungai mengandung senyawa organic 40-85%,
mineral 15-70%, nitrogen 1-10%, fosfat 1-4,5% dan kalium 0,1-4,5%. Sampah rumah
tangga, sampah restoran, kertas, kotoran ternak, limbah pertanian dan industri yang
bersifat sampah organic semuanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Dengan pengolahan sampah menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan
keuntungan selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi bagi
pengolah sampah, juga dapat mengurangi biaya pengangkutkan ke pembungan akhir
(TPA) dan mengurangi biaya pembuangan akhir, menghemat sumber daya alam,
menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA dan lingkungan asri
(bersih, sehat, nyaman).
Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk
melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi
volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang
dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.
Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip
pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi
beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero
waste diantaranya meliputi :
1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu
2. Teknologi pengomposan
3. Daur ulang sampah plastik dan kertas
4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator
5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak
6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
22
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Pengertian Zero Waste adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu
proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya
“sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle).
Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang
bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya,
mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-
limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan
pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan skala rumah tangga.
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan
menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep
penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali),
recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari
sumbernya. Prinsip 5-R selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan replant
(menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam
rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.
Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat
memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini
sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain.
Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga
teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya,
ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan
Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
23
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik
lingkungan rumah, perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman
kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.
Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
24
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
25
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Recycle - Jual produk-produk hasil daur ulang sampah dengan lebih menarik.
- Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur
ulang sampah.
- Oleh kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat
bagi proses lainnya.
- Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
- Lakukan penanganan sampah anorganik.
Replace - Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah
lingkungan.
- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat
dengan lingkungan.
Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda, dan gunakan bahan/barang yang
dibuat dari sampah.
Pemilahan Sampah
Berdasarkan uraian tentang 3-R, 4-R atau 5-R tersebut, maka pemilahan sampah menjadi sangat
penting artinya. Adalah tidak efisien jika pemilahan dilakukan di TPA, karena ini akan
memerlukan sarana dan prasarana yang mahal. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di
sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal
dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas. Mengapa perlu pemilahan? Sesungguhnya
kunci keberhasilan program daur ulang adalah justru di pemilahan awal. Pemilahan berarti
upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis
atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen. Manajemen
Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak
dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali
dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui
pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pada setiap tempat aktivitas dapat disediakan empat buah tempat sampah yang diberi kode,
yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu
tempat sampah untuk sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng, dan
satu tempat sampah untuk botol. Malah bisa jadi menjadi lima tempat sampah, jika kertas
dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan penanganan tersendiri.
Sampah jenis ini tidak boleh sampai ke TPA. Sementara sampah-sampah elektronik (seperti
kulkas, radio, TV), keramik, furniture dll. ditangani secara tersendiri pula. Jadwal pengangkutan
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
26
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
sampah jenis ini perlu diatur, misalnya pembuangan sampah-sampah tersebut ditentukan setiap
3 bulan sekali.
Di Australia, misalnya, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model pemilahan antara
sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah
untuk tiga jenis sampah yang berbeda. Satu untuk sampah kering (an-organik), satu untuk bekas
makanan, dan satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut
oleh tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan mengambil
jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak berhenti pada level
rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada TPA.
Sampah-sampah yang telah dipilah inilah yang kemudian dapat didaur ulang menjadi barang-
barang yang berguna. Jika pada setiap tempat aktivitas melakukan pemilahan, maka
pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap
hari dan tidak lagi kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta
dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna. Dengan cara ini,
maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin.
Pemanfaatan sampah
Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan,
khususnya di negara industri antara lain adalah:
- Pemilahan sampah secara manual maupun mekanis berdasar jenisnya
- Pemadatan sampah (baling)
- Pemotongan sampah
- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa
- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio
- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas
Sampah basah dapat dibuat kompos, pupuk dan pakan ternak, sampah kering dapat dipakai
kembali dan didaur ulang, dan sampah kertas didaur ulang dan pakan ternak.
Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas pakai.
Material yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll.,
kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll., besi bekas, plastic
bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll., sampah basah dapat diolah menjadi
kompos.
Daur ulang bisa menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
27
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Menggunakan kembali: barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya
dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah
didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini,
sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.
Sampah organik dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk
kandang, briket dan biogas.
Tabel 4. Beberapa sampah yang dapat dijual
No. Jenis barang Harga/kg
1 Gelas aqua 1600
2 Kaleng oli 1500
3 Ember biasa 1100
4 Kaset, botol yakult, botol kecap 150
5 Ember hitam (anti pecah) 800
6 Botol aqua 700
7 Putian (botol bayclin, infuse) 1600
8 Kardus 500
9 Kertas putih 700
10 Majalah 350
11 Koran 500
12 Duplek (kardus tipis) 150
13 Pembungkus semen 400
14 Besi beton 700
15 Besi super 450
16 Besi pipa 250
17 Tembaga super 8000
18 Tembaga bakar 7000
19 Aluinium tebal 6000
20 Aluminium tipis 4000
21 Botol air besar 400
22 Botol bir kecil, sprite, fanta. 200
Sumber: Urip Santoso, 2009
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
28
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan
sehari – hari.
Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material
yang kita konsumsi. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tercantum dalam buku
infrastruktur Indonesia(Bappenas, 2003), pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di
Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020
menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar di Indonesia diperkirakan timbulan
sampah perkapita berkisar antara 600 – 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa
besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat
menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6.2 ribu
ton, Kota Bandung sebesar 2.1 ribu ton, Kota Surabaya sebeasar 1.7 ribu ton, dan Kota
Makasar 0.8 ribu ton (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak
sedikit dalam penanganannya.
Kompleksitas penanganan persampahan semakin meningkat seiring dengan
berkembangnya suatu kota, dalam hal ini sentralisasi kegiatan ekonomi maupun
meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi
maupun meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas
ekonomi yang menarik para pendatang lebih banyak dan menambah jumlah penduduk
kota, sehingga kota akan menghadapi problem volume dan jenis sampah yang semakin
meningkat.
Perkembangan kota yang meluas akan menghadirkan tantangan bagi Pemerintah Kota
dalam menyelenggarakan pelayanan yang mampu menjangkau seluruh lokasi
permukiman secara efektif dan efisien. Untuk kota-kota besar dan metropolitan,
persoalan menjadi semakin serius bila sudah menyentuh perencanaan lokasi bagi
prasarana dan sarana pengolahan sampah, berkait dengan kelangkaan tanah di
perkotaan, penolakan warga disekitar lokasi yang direncanakan, pembiayaan serta
perlunya mekanisme kerjasama antar kota.
Berdasarkan data diatas diperkirakan kebutuhan lahan TPA di Indonesia pada tahun 1995
adalah 675 Ha, dan meningkat menjadi 1.610 Ha pada tahun 2020. Berbeda dengan di
daerah pedesaan dimana lahan yang tersedia masih luas dan sampahnya kebanyakan
bersifat degradable atau mudah terurai sehingga persoalan sampah belum dipandang
sebagai suatu problem, maka di perkotaan masalah persampahan merupakan sebuah
tantangan yang akan menentukan sustainaibility lingkungan suatu kota. Kegagalan
menangani problem persampahan ini akan meningkatkan resiko warga kota berhadapan
dengan berbagai macam penyakit yang akan meningkatkan biaya sosisal untuk kesehatan.
Selain itu sampah yang dibuang ke sungai dan saluran pembuangan berpotensi
menimbulkan banjir. Kelompok pertama yang paling dirugikan adalah masyarakat miskin.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
29
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Pengertian
Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan
sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan,
dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Dalam
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
30
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
pengertian ini pemeran (penguasa, kekuatan) utama dalam pengelolaan sampah adalah
masyarakat. Bukan pemerintah atau lembaga lainnya seperti LSM dan lain – lain.
Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan fasilitator.
Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan dan
mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka hadapi. Tetapi jika
masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga lain adalah menyiapkan
terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan, study banding dan
memperlihatkan contoh – contoh program yang sukses dan lain – lain. Fungsi fasilitator
adalah memfasilitasi masyarakat untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah secara baik
dan berkesinambungan. Jika masyarakat mempunyai kelemahan dibidang teknik
pemilahan dan pengomposan maka tugas fasilitator adalah memberikan kemampuan
masyarakat dengan berbagai cara misalnya dengan memberikan pelatihan, begitu juga
jika masyarakat lemah dalam hal pendanaan, maka tugas fasilitator adalah membantu
mencari jalan keluar agar masyarakat mampu mendapat pendanaan yang dibutuhkan,
tetapi harus dilakukan secara hati – hati jangan sampai membuat masyarakat tergantung.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
31
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
pemerintah maka mustahil permasalahan sampah dapat terselesaikan secara baik dan
berkelanjutan.
Berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh
masyarakat, tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang
mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Yang penting adalah apa yang layak dan
realistis dilakukan untuk memecahkan masalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat
trersebut. Misalnya kalau secara realistis masyarakat tidak mampu dari sisi waktu dan
manajemen untuk mengoperasikan maka jangan diserahkan pengeoperasiannya pada
masyarakat. Lebih baik masyarakat didorong untuk mencari dan menunjuk lembaga
profesional atau perorangan yang mampu dan dipercaya untuk mengoperasikan.
Mekanisme Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat sangat
beragam tergantung siapa yang mengambil inisistif, ditingkat mana kita mulai dan siapa
saja (stakeholders) yang dilibatkan. Jika inisiatif datang dari LSM biasanya dimulai dari
penentuan calon lokasi, kemudian dilanjutkan dengan proses berikutnya. Namun jika
inisiatif datang dari pemerintah pusat, maka tahapannya tentu lebih panjang. Misalnya,
jika inisiatifnya datang dari pemerintah pusat biasanya, ada beberapa tahapan yang biasa
dilakukan antara lain: (1). Penentuan Calon Pemda (longlist). (2). Sosialisasi dan promosi
program kepada pemerintah daerah. (3). Seleksi pemerintah daerah yang berminat (short
list). (4). Penentuan calon lokasi masyarakat (long list lokasi masyarakat), (5). Sosialisasi ke
masyarakat, (6). Seleksi masyarakat (short list masyarakat), (7). Pembentukan kelompok
masyarakat. (8) Pelatihan dan Penyusunan rencana kerja masyarakat. (9). Pelaksanaan
program, monitoring dan evaluasi program pada berbagai tingkatan (ditingkat
masyarakat, ditingkat pemda dan ditingkat nasional).
Penentuan calon pemda, biasanya didasarkan pada beberapa kriteria misalnya urgensi
persoalan sampah yang ada, kemampuan APBD serta kerjasama. Sosialisasi kepada
Pemda biasanya lebih ditekankan pada pemecahan masalah persampahan yang ada
dikota tersebut, serta memperkenalkan pendekatan berbasis masyarakat, keuntungan
dan kerugiannya, prosedur dan mekanisme pendanaannya baik sumber maupun sistem
pencairan dana. Disamping itu diperkenalkan pula contoh – contoh praktek unggulan yang
pernah dan sedang dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat umumnya pemda terbentur pada
kepres no 80 atau yang sudah diperbaharui tentang sistem pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Karena sampai saat ini belum ada pedoman umum tentang pelaksanaan
proyek yang berbasis masyarakat, terutama yang nilainya diatas Rp 50 juta ke atas. Hal ini
tentunya menjadi bahan diskusi dan pemikiran semua pihak dimasa mendatang.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
32
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
33
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
masyarakat adalah melakukan survey kepuasan pengguna (user satisfactory survey), hal
ini biasanya dilakukan setahun sekali. Untuk melakukan survey dapat bekerjasama dengan
mahasiswa yang sedang dan akan membuat skripsi.
Stakeholder Terkait
Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat perlu melibatkan semua pihak
yang terkait dan berkepentingan (stakeholders). Tetapi harus hati – hati sebab jika terlalu
banyak yang terlibat bisa terjadi lebih banyak diskusi daripada bekerja. Perlu dilakukan
analisa yang tepat mengenai fungsi dan peran stakeholder. Di Pemda perlu ada leading
sektor yang bisa mengkoordinasikan dan memimpin program. Karena programnya
berbasis masyarakat maka perlu ada fasilitator handal yang mampu memfasilitasi baik
secara teknik maupun sosial. Biasanya teman – teman LSM mempunyai kemampuan
dibidang ini.
Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan program pengelolaan sampah terpadu berasal dari patungan (share)
dari berbagai pihak terutama dari masyarakat dan pemerintah daerah. Masyarakat
biasanya hanya mampu berkontribusi antara 2 – 4 persen untuk investasi, dan 100 persen
pada tahap operasi dan perawatan. Selebihnya merupakan dana pemda dan atau
pemerintah pusat, swasta dan atau donor (jika ada).
Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan sinergi kekuatan
dana dari pemerintah daerah dipadukan dengan kekuatan sosial masyarakat (social
capital) serta kekuatan teknologi dari para ahli (LSM, Universitas, konsultan dll). (sumber:
anonim)
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
34
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
SAMPAH ORGANIK
KERTAS
KONSTRUKSI
PLASTIK
METAL
LAIN-LAIN
KACA
Cara/Metode Pengelolaan
a. Pemilahan sampah
Memilah sampah adalah langkah awal dalam pengelolaan sampah. Dulunya, hanya
dikenal pemilahan sampah basah dan sampah kering. Cara ini dapat dikembangkan
lagi dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya yang lebih spesifik. Misalnya,
sampah kering dipisahkan lagi menjadi sampah kertas, plastik, kaleng, dan kaca.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
35
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
36
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
b. Proses 3R
Proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang berarti “Mengurangi, Menggunakan
Kembali, dan Mendaur Ulang” adalah proses yang paling umum dan paling sering
dipropagandakan untuk mengurangi jumlah sampah. Proses ini sendiri akan lebih
efektif jika dilakukan pada skala rumah tangga.
Reduce
Reduce berarti mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Caranya dapat
berbagai macam, misalnya:
- Membeli barang sesuai kebutuhan agar tidak menghasilkan sisa/sampah
(leftover). Dengan cara ini, tidak hanya sampah yang dapat dikurangi, tapi
juga jumlah pengeluaran untuk belanja.
- Membeli dan menggunakan barang yang dapat digunakan berulang kali
atau tahan lama
- Hindari membeli barang dengan pembungkus yang berlebihan. Akan lebih
baik jika membawa tas belanja sendiri dari rumah. Tas-tas ini sudah banyak
beredar di pasaran dengan desain yang unik.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
37
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
- Kurangi kebiaasan membawa pulang makanan. Jika ada waktu untuk makan
di tempat, lebih baik makan di tempat. Lebih baik lagi jika membiasakan diri
untuk makan masakan sendiri di rumah.
- Hindari penggunaan tissue atau produk kertas lainnya untuk mengelap
tangan setelah cuci tangan atau sekedar membersihkan meja. Sebagai
gantinya, gunakan lap kain.
Reuse
Reuse berarti menggunakan kembali barang atau produk. Contohnya:
- Menggunakan sikat gigi bekas sebagai sikat untuk membersihkan sepatu atau
barang-barang
- Menyumbangkan benda-benda lama atau pakaian layak yang tidak terpakai
lagi kepada panti-panti asuhan atau panti sosial. Jika memungkinkan, tas atau
pakaian yang sudah lama bisa didesain ulang menjadi tas/pakaian/aksesoris
baru.
- Menyimpan kardus dari kiriman barang. Jangan langsung dibuang karena
mungkin akan terpakai saat akan mengirimkan barang lagi.
Recycle
Recycle atau proses daur ulang adalah cara yang paling umum dilakukan saat ini.
Biasanya, barang-barang yang didaur ulang ini adalah jenis barang yang tidak
dapat dipakai kembali atau merupakan bahan sisa (sampah anorganik).
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
38
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Jika tidak mampu mendaur ulang sampah sendiri, sebaiknya lakukan pemisahan
sampah, kemudian jual ke tempat loak atau biarkan pemulung mengambilnya.
Biasanya, barang-barang ini nanti akan dibawa ke pabrik pengolahan sendiri
untuk mendaur ulang material-material pembentuknya.
Komposting
Sampah organik (sampah mudah membusuk) yang ada di rumah dapat diolah menjadi
kompos dengan alat-alat yang sederhana. Misalnya dengan menggunakan takakura
untuk skala rumah tangga.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
39
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Sampah
makanan
Corong
Pemisah/ Tangki pencampur Pemisah Fermenter Fermenter Penyimpan
penuang
penghancur bergravitasi asam metan kotoran
Material inert
Air olahan
Penimbunan/ dewater Ke STP
pembakaran
Pembong-
karan
Belt atau baut tekan
Padatan
kotoran
Kompos
Pengomposan
aerob
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
40
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
1. PENGOMPOSAN
b. Manfaat pengomposan
Aspek Ekonomi :
Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
Mengurangi volume/ukuran limbah
Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
41
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
Meningkatkan kesuburan tanah
Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
42
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Tahapan Pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan
teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang
dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga
sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan
dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi
mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di
setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
43
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembaban kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru,
sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan
pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung
dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh
bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang
mungkin terbawa oleh angin. (Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Kompos)
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
44
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Sisa buah-buahan, sisa sayuran, dan sampah taman dipotong dengan ukuran 2-5
cm. Semakin kecil potongan, semakin cepat proses pembusukan. Pemotongan
sampah ini dapat menggunakan alat pencacah sampah. Sementara untuk sisa
makanan, tiriskan terlebih dahulu makana yang berkuah.
Sampah dimasukkan ke dalam komposter rumah tangga
Bila diperlukan, masukkan sumber karbon untuk menutupi bagian atas sampah.
Sumber karbon dapat mengurangi munculnya larva lalat dan mempercepat proses
pembusukan. Sumber karbon antara lain: dedak, sekam, serbuk gergaji, pupuk
kandang, kompos.
Jangan terlalu banyak memasukkan sampah taman ke dalam komposter, karena
sampah taman lebih lama membusuk dibandingkan sampah basah lainnya
Jika komposter sudah penuh, sampah bagian bawah yang sudah berubah menjadi
kompos dapat dipanen atau didiamkan selama 30 hari menunggu hingga semua
sampah di bagian atas berubah menjadi kompos
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
45
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
2. PEMBUATAN BIOGAS
Limbah organik lain yang dapat diolah adalah limbah/ kotoran yang berasal dari hewan
ternak. Kotoran ternak mengandung zat-zat yang dapat menjadi sumber gas metana
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas, dalam hal ini gas.
a) Alat
Drum volume 200 liter
Drum volume 120 liter
Sepotong pipa 10 cm yang berdiameter 2 cm
Slang untuk penyalur gas
Kran penyalur gas
Ember
Jerigen volume 5 liter
Martil
Pahat.
b) Bahan
Kotoran sapi, kerbau, unggas atau hewan lainnya
Limbah hasil panen dan atau sampah organik lainnya
Air
c) Cara Kerja
Campurkan 2 liter kotoran sapi dan dua liter air ke dalam ember, aduk hingga
merata
Tambahkan ke dalam campuran tadi cacahan rumput secukupnya dan aduk
kembali hingga merata
Masukan campuran bahan-bahan tadi ke dalam jerigen yang bervolume 5 liter.
Biarkanlah jerigen tersebut terbuka
Simpanlah jerigen yang telah berisi campuran bahan-bahan tadi pada tempat
yang aman dan terlindung selama 2 bulan.
Selama penyimpanan, lakukanlah pengguncangan pada jerigen tersebut sebanyak
3 atau 4 kali dalam satu minggu
d) Persiapan Limbah yang Akan Digunakan
Kumpulkan kotoran sapi atau hewan ternak lainnya
Kumpulkan bahan-bahan organik yang berupa limbah pertanian, limbah pasar,
limbah ternak, atau limbah-limbah organik lainnya.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
46
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan telah kering, hancurkan terlebih
dahulu dengan cara mencacahnya hingga halus.
Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan masih basah (masih segar),
lakukan pencabikan untuk memudahkan pembusukan, kemudian simpanlah
ditempat terbuka selama sekitar 10 hari agar mengalami pembusukan.
e) Menempatkan Limbah dalam Unit Biogas
Masukan 3 ember bahan-bahan organik yang telah disiapkan di atas bersama-
sama dengan 3 ember air kedalam drum yang bervolume 200 liter, kemudian
aduk hingga merata.
Lakukan hal yang sama hingga mencapai volume sekitar 2/3 volume drum 200
liter atau hingga setinggi volume drum 120 liter.
Masukan starter yang telah disiapkan di atas ke dalam drum 200 liter yang telah
diisi bahan-bahan organik, kemudian aduklah hingga merata.
Masukan drum yang bervolume 120 liter dengan kran dalam keadaan terbuka.
Tekanlah drum kecil tersebut hingga mencapai dasar drum besar. Usahakan tidak
ada udara dalam drum kecil tersebut.
Jika permukaan drum bervolume 120 liter tidak terbenam, keluarkan kembali
drum tersebut dan tambahkan kembali bahan-bahan organik dan air ke dalam
drum bervolume 200 liter sampai mencukupi untuk membenamkan drum
bervolume 120 liter.
Bila sudah diyakini bahwa drum bervolume 120 liter terbenam seluruhnya dalam
campuran bahan-bahan organik yang terdapat di dalam drum bervolume 200 liter
dan bagian dalam drum bervolume 120 liter tersebut telah penuh berisi bahan-
bahan organik, tutuplah keran yang terdapat pada drum bervolume 120 liter tadi
(lihat gambar).
Biarkanlah drum-drum tadi selama 3 - 4 minggu. Selama waktu ini proses
fermentasi akan berlangsung dan gas yang dihasilkan akan terjebak di dalam
drum bervolume 120 liter. Gas ini akan menyebabkan drum bervolume 120 liter
terdorong ke atas.
Sambil menunggu proses fermentasi berlangsung, periksalah apakah ada
kebocoran gas dari drum bervolume 120 liter. Bila terjadi kebocoran segera di
tambal dengan cat atau aspal. Untuk mengetahui adanya kebocoran dapat
dilakukan dengan cara membasahi permukaan drum bervolume 120 liter dengan
air sabun. Kebocoran akan terlihat dengan adanya buih pada daerah yang bocor
tersebut.
Setelah diketahui drum bervolume 120 liter berisi gas, periksalah gas tersebut
untuk meyakinkan bahwa gas yang terbentuk merupakan gas yang dapat
digunakan untuk bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuka
kran dan menyalakan api di atas pipa penyalur gas.
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
47
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
f) Catatan
Waktu yang diperlukan untuk memproduksi gas sekitar 3 - 4 minggu, setelah itu
gas akan diproduksi secar kontinyu selama 8 minggu. Selama 8 minggu ini,
separuh dari total gas yang diproduksi dibentuk pada 2 - 3 minggu pertama,
sisanya dibentuk pada 5 - 6 minggu terakhir.
2. Setelah waktu 8 minggu dilalui, gas tidak akan banyak terbentuk, maka unit
biogas dapat dikosongkan kembali dan isinya dapat digunakan sebagai starter
untuk pembuatan biogas berikutnya.
3. Dalam pembuatan starter kotoran sapi yang digunakan diusahakan yang masih
baru (hangat). (Sumber: file.upi.edu - Diana Rochintaniawati: Pembuatan Biogas)
3. PEMBUATAN BIOBRIKET
Pengolahan sampah organik lainnya adalah dengan membuat biobriket. Bahan utama
biobriket adalah ampas tanaman, umumnya tanaman ladang seperti jagung, tebu,
maupun kelapa sawit. Pembuatan biobriket ini digagas oleh Basriyanta, Ketua Lembaga
Sentra Inovasi Energi.
a) Biobriket dari Bonggol Jagung
Untuk pembakaran sampah, digunakan sistem pembakaran sendiri. Maksudnya
adalah dengan menyulut sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api
menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah
berikutnya, menghancurkan arang dengan cara menumbuk dan mengayaknya.
Karbon hasil ayakan itu dicampur dengan perekat agar padat. Pemadatan dilakukan
agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g. Sebagai
bahan perekat, digunakanlah tepung kanji. Bahan lain sebagai perekat adalah
blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air
hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem. Campuran karbon dan lem
dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci.
Kemudian campuran tersebut dipres hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan
lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Biobriket basah dioven selama 2 jam.
Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses
pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2
jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam. (Sumber: trubus-online.co.id)
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
48
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
49
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
Briket tandan kelapa sawit ini masih dalam pengembangan skala laboratorium dan
belum dipasarkan secara bebas dan diperjual belikan secara komersial. Dan
diperlukan usaha pengembangan lebih lanjut dan dibutuhkan dukungan dari berbagai
pihak, tidak hanya institusi pendidikan, dukungan pemerintah dan masyarakat juga
sangat diperlukan untuk menghilangkan ketergantungan akan bahan bakar fosil dan
demi kelanjutan ketersediaan bahan bakar di masa yang akan datang.
(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)
Contoh-contoh biobriket
(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)
Dana bisa mencapai Rp. 40.000.000,- jika kita juga menyewa bangunan untuk tempat
usaha. Minimal, kit aharus mengeluarkan dana sebesar Rp. 4.500.000,- per tahun
untuk menyewa bangunan yang luasnya 50 m². Sebagian besar modal awal
dialokasikan untuk membeli mesin. Jika kita ingin mngurangi jumlah modal awal, kita
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
50
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
bisa mengurangi biaya pembelian dengan hanya membeli mesin pencacah saja.
Sementara itu, untuk proses pengadukan, kita bisa melakukannya secara manual
dengan menggunakan cangkul tanpa bantuan mesin pengaduk. Dengan hanya
membeli mesin pencacah, kita bisa menghemat modal Rp. 10.000.000,-
B. PEMBIAYAAN
Komponen biaya utama adalah transportasi dan tenaga kerja. Transportasi yang
utama adalah pengangkutan serbuk gergaji ke lokasi, terutama ongkos bongkar
muatnya. Tenaga kerja terutama untuk pencampuran dan pembalikan. Biaya untuk
tempat dan fasilitas windrow relatif kecil dibandingkan kedua komponen tadi. Untuk
pengomposan 2.628 meter kubik sampah organik, kita membutuhkan biaya-biaya
sebagai berikut:
Keterangan Nilai (Rp.)
A. Biaya Tetap
1. Sewa tempat (Rp. 5.000.000 : 12) 420.000
2. Depresiasi peralatan (Rp. 35.000.000 : 12) 3.000.000
B. Biaya Variabel
1. Upah tenaga kerja (25 orang) 12.000.000
2. Perlengkapan kerja 450.000
3. Inokulan EM4 1.150.000
4. Molase 76.000
5. Plastik/ karung pengemasan 750.000
6. Biaya pengangkutan 1.500.000
Total Biaya 19.346.000
Jika dalam sebulan kita bisa memproduksi kompos sebanyak 25 ton dengan harga
penjualan Rp. 1.000,- per kilogram, maka kita akan memperoleh pemasukan sebesar
Rp. 25.000.000,-. Dari jumlah ini kita akan memperoleh keuntungan bersih Rp.
5.654.000,- setelah dikurangi biaya rutin/ bulanan. Dengan keuntungan bersih lebih
dari Rp. 5.000.000,- modal kita akan kembali dalam jangka waktu 5 – 6 bulan.
C. TENAGA KERJA
Dalam usaha pengomposan, kita membutuhkan banyak tenaga kerja, terutama untuk
proses pengadukan dan pembalikan secara manual. Namun, jika kita sudah memiliki
mesin pengaduk sendiri, maka jumlah tenaga kerja pun dapat dikurangi. Biasanya
untuk mengolah kompos di lahan seluas 500 m², kita membutuhkan minimal 25 orang
pekerja. Di antara mereka ada yang bertugas menyortir sampah dengan memisahkan
sampah organic dari sampah anorganik, atau sampah organic yang bagus dari sampah
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
51
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY
D. PENYALURAN/ DISTRIBUSI
Setelah proses produksi, tahap selanjutnya adalah pemasaran dan aplikasi akhir.
Untuk aplikasi di daerah sekitar, tidaklah perlu dilakukan pengemasan. Selain karena
faktor biaya, pengemasan juga akan menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik.
Aplikasi lainnya adalah pengemasan terselubung, yaitu penjualan kompos yang
digabung dalam paket penjualan bibit tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman
buah-buahan. Penggabungan bisnis pengomposan dan pembibit - an merupakan
simbiosis yang menguntungkan, baik dari pemanfaatan tenaga kerja maupun jumlah
penjualan kompos yang meningkat. Pengembangan selanjut –nya, usaha penjualan
kompos diintegrasikan dengan bisnis untuk pengerjaan landscape dan/ atau
perawatan taman sehingga siklus pemanfaatan kompos dan pembuatan kompos dari
sampah kebun dapat terintegrasi. Dengan bahan baku yang melimpah ruah, kita dapat
memproduksi kompos sesuai permintaan tanpa harus takut kekurangan bahan baku. 1
kg kompos dapat kita jual dengan harga rata-rata Rp. 1.000,-. Dengan harga penjualan
yang murah, kita tetap dapat mengais keuntungan karena permintaan terhadap
kompos tidak pernah berhenti bahkan cenderung meningkat. Ketika usaha
pengomposan telah berkembang, akan lebih baik jika kita mengembangkannya
melalui program kemitraan. Kita bisa bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani
yang membutuhkan kompos dalam kegiatan mereka atau menjalin kemitraan dengan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang agrikultural. (sumber: Gunawan,
2007: 71).
LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan
52