Anda di halaman 1dari 35

Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R

Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

BAB V

RESUME PENGETAHUAN
PERSAMPAHAN

5.1. Alternatif Pengelolaan Sampah


Untuk menangani permasalahan sampah secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-
alternatif pengelolaan. Landfill bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill
tidak berkelanjutan dan menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif
tersebut harus bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara
mendaur-ulang semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat  atau ke
alam, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai
hal tersebut, ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga
prinsip-prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan
jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah, sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-
ulang secara optimal, daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur
seperti yang ada saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk
mereka untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk
semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak dan mengurangi nilai dari material yang
mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/
mencemari bahan-bahan yang mungkin masih bisa di daur-ulang dan racun dapat
menghancurkan kegunaan dari keduanya. Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan
alur limbah yang berasal dari produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak
dirancang untuk mudah didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem
daur-ulang atau tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil,
dan tidak mungkin dibuat sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di
negara-negara berkembang seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang
telah berhasil dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

18
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

fisik, ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau
pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang
ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam
sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah
zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan daur-
ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang terkumpul
dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah
organik merupakan komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan
sampah kota. Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos
(pengomposan dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan
nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang masih bisa
didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci ekonomis dari suatu
alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah menciptakan lebih banyak pekerjaan
per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan lain, dan menghasilkan suatu aliran
material yang dapat mensuplai industri.

Tanggung Jawab Produsen dalam Pengelolaan Sampah


Hambatan terbesar daur-ulang, bagaimanapun, adalah kebanyakan produk tidak
dirancang untuk dapat didaur-ulang jika sudah tidak terpakai lagi. Hal ini karena selama ini
para pengusaha hanya tidak mendapat insentif ekonomi yang menarik untuk
melakukannya. Perluasan Tanggungjawab Produsen (Extended Producer Responsibility -
EPR) adalah suatu pendekatan kebijakan yang meminta produsen menggunakan kembali
produk-produk dan kemasannya. Kebijakan ini memberikan insentif kepada mereka untuk
mendisain ulang produk mereka agar memungkinkan untuk didaur-ulang, tanpa material-
material yang berbahaya dan beracun. Namun demikian EPR tidak selalu dapat
dilaksanakan atau dipraktekkan, mungkin baru sesuai untuk kasus pelarangan terhadap
material-material yang berbahaya dan beracun dan material serta produk yang
bermasalah. 
Di satu sisi, penerapan larangan penggunaan produk dan EPR untuk memaksa industri
merancang ulang ulang, dan pemilahan di sumber, komposting, dan daur-ulang di sisi lain,
merupakan sistem-sistem alternatif yang mampu menggantikan fungsi-fungsi landfill atau
insinerator. Banyak komunitas yang telah mampu mengurangi 50% penggunaan landfill
atau insinerator dan bahkan lebih, dan malah beberapa sudah mulai mengubah
pandangan mereka untuk menerapkan "Zero Waste" atau "Bebas Sampah".

Sampah Bahan Berbahaya Beracun (B3)

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

19
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Sampah atau limbah dari alat-alat pemeliharaan kesehatan merupakan suatu faktor
penting dari sejumlah sampah yang dihasilkan, beberapa diantaranya mahal biaya
penanganannya. Namun demikian tidak semua sampah medis berpotensi menular dan
berbahaya. Sejumlah sampah yang dihasilkan oleh fasilitas-fasilitas medis hampir serupa
dengan sampah domestik atau sampah kota pada umumnya. Pemilahan sampah di
sumber merupakan hal yang paling tepat dilakukan agar potensi penularan penyakit dan
berbahaya dari sampah yang umum.
Sampah yang secara potensial menularkan penyakit memerlukan penanganan dan
pembuangan, dan beberapa teknologi non-insinerator mampu mendisinfeksi sampah
medis ini. Teknologi-teknologi ini biasanya lebih murah, secara teknis tidak rumit dan
rendah pencemarannya bila dibandingkan dengan insinerator. 
Banyak jenis sampah yang secara kimia berbahaya, termasuk obat-obatan, yang dihasilkan
oleh fasilitas-fasilitas kesehatan. Sampah-sampah tersebut tidak sesuai diinsinerasi.
Beberapa, seperti merkuri, harus dihilangkan dengan cara merubah pembelian bahan-
bahan; bahan lainnya dapat didaur-ulang; selebihnya harus dikumpulkan dengan hati-hati
dan dikembalikan ke pabriknya. Studi kasus menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip ini
dapat diterapkan secara luas di berbagai tempat, seperti di sebuah klinik bersalin kecil di
India dan rumah sakit umum besar di Amerika.
Sampah hasil proses industri biasanya tidak terlalu banyak variasinya seperti sampah
domestik atau medis, tetapi kebanyakan merupakan sampah yang berbahaya secara
kimia.

Produksi Bersih
Produksi Bersih (Clean Production) merupakan salah satu pendekatan untuk merancang
ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk
samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan
produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis. Prinsip-
prinsip Produksi Bersih adalah prinsip-prinsip yang juga bisa diterapkan dalam keseharian
misalnya dengan menerapkan Prinsip 3R, 4R, 5R. (Sumber: www.walhi.or.id)

5.2. Paradigma Penanganan Sampah


Penumpukkan sampah di TPA adalah akibat hampir semua pemerintah daerah di
Indonesia masih menganut paradigma lama penanganan sampah kota, yang
menitikberatkan hanya pada pengangkutan dan pembuangan akhir. TPA dengan system
lahan urug saniter yang ramah lingkungan ternyata tidak ramah dalam aspek pembiayaan,
karena pembutuhkan biaya tinggi untuk investasi, konstruksi, operasi dan pemeliharaan.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

20
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Untuk mengatasi  permasalahan tersebut, sudah saatnya pemerintah daerah mengubah


pola pikir yang lebih bernuansa lingkungan. Konsep pengelolaan sampah yang terpadu
sudah saatnya diterapkan, yaitu dengan meminimisasi sampah serta maksimasi daur
ulang dan pengomposan disertai TPA yang ramah lingkungan. Paradigma baru
penanganan sampah lebih merupakan satu siklus yang sejalan dengan konsep ekologi.
Energi baru yang dihasilkan dari hasil penguraian sampah maupun proses daur ulang
dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

PARADIGMA PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

LAMA BARU
REDUCE

SAMPAH REUSE SAMPAH RECYCLE


RESIDU
Kum pul

Angkut
Ang kut
Pengolahan
Buang Sanitary Landfill/ Pengendalian gas
Waste to Energy Methan & CO2 (CDM)

Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu tersebut setidaknya mengkombinasikan pendekatan


pengurangan sumber sampah, daur ulang & guna ulang, pengkomposan, insinerasi dan
pembuangan akhir. pengurangan sumber sampah untuk industri berarti perlunya
teknologi proses yang nirlimbah serta packing produk yang ringkas/ minim serta ramah
lingkungan. Sedangkan bagi rumah tangga berarti menanamkan kebiasaan untuk tidak
boros dalam penggunaan  barang-barang keseharian. Untuk pendekatan daur ulang dan
guna ulang diterapkan khususnya pada sampah non organik seperti kertas, plastik,
alumunium, gelas, logam dan lain-lain. Sementara untuk sampah organik diolah, salah
satunya dengan pengkomposan.

Manfaat Sampah
 Sampah yang tampak tidak berguna sebesarnya masih banyak manfaatnya seperti dapat
dibuat biogas, briket, pakan ternak, kompos, pupuk, dan  dapat didaur-ulang bagi sampah
anorganik.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

21
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Dalam sampah dan kotoran sungai ditemukan bakteri  yang dapat menghasilkan vitamin
B12 yang samajenisnya  dengan vitamin B12 yang dihasilkan oleh hewan. Yang paling aktif
dapat memfermentasikan sampah dan kotoran sungai sehingga dihasilkan vitamin B12
adalah bakteri-bakteri yang termasuk Streptomyces. Kadar vitamin B12 dalam sampah
dan kotoran sungai berkisar 4,2 – 8,2 µg untuk setiap satu gram berat kering. Diperkirakan
dari 26.000 ton sampah dan kotoran sungai akan dihasilkan 465 vitamin B12. Pemberian
sampah dan kotoran sungai sebesar 2% pada ternak, ternyata mampu meningkatkan
berat badan ternak. Sampah dan kotoran sungai mengandung senyawa organic 40-85%,
mineral 15-70%, nitrogen 1-10%, fosfat 1-4,5% dan kalium 0,1-4,5%. Sampah rumah
tangga, sampah restoran, kertas, kotoran ternak, limbah pertanian dan industri yang
bersifat sampah organic semuanya dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Dengan pengolahan sampah menjadi bahan-bahan yang berguna akan memberikan
keuntungan selain meningkatkan efisiensi produksi dan keuntungan ekonomi bagi
pengolah sampah, juga dapat mengurangi biaya pengangkutkan ke pembungan akhir
(TPA) dan mengurangi biaya pembuangan akhir, menghemat sumber daya alam,
menghemat energi, mengurangi uang belanja, menghemat lahan TPA dan lingkungan asri
(bersih, sehat, nyaman).
 
Penanganan Sampah 3-R, 4-R dan 5-R
Pemikiran konsep zero waste adalah pendekatan serta penerapan sistem dan teknologi
pengolahan sampah perkotaan skala kawasan secara terpadu dengan sasaran untuk
melakukan penanganan sampah perkotaan skala kawasan sehingga dapat mengurangi
volume sampah sesedikit mungkin, serta terciptanya industri kecil daur ulang yang
dikelola oleh masyarakat atau pemerintah daerah setempat.
Konsep zero waste yaitu penerapan rinsip 3R (Reduce, Reuse, dan recycle), serta prinsip
pengolahan sedekat mungkin dengan sumber sampah dengan maksud untuk mengurangi
beban pengangkutan (transport cost). Orientasi penanganan sampah dengan konsep zero
waste diantaranya meliputi :
1. Sistem pengolahan sampah secara terpadu
2. Teknologi pengomposan
3. Daur ulang sampah plastik dan kertas
4. Teknologi pembakaran sampah dan insenator
5. Teknologi pengolahan sampah organik menjadi pakan ternak
6. Teknologi tempat pembuangan akhir (TPA) sampah
7. Peran serta masyarakat dalam penanganan sampah

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

22
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

8. Pengolahan sampah kota metropolitan


9. Peluang dan tantangan usaha daur ulang.

Pengertian Zero Waste adalah bahwa mulai dari produksi sampai berakhirnya suatu
proses produksi dapat dihindari terjadi “produksi sampah” atau diminimalisir terjadinya
“sampah”. Konsep Zero Waste ini salah satunya dengan menerapkan prinsip 3 R (Reduce,
Reuse, Recycle).
Produksi bersih merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang
bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya,
mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-
limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologi. Prinsip ini juga dapat diterapkan
pada berbagai aktivitas termasuk juga kegiatan  skala rumah tangga.
Prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam penangan sampah misalnya dengan
menerapkan prinsip 3-R, 4-R atau 5-R. Penanganan sampah 3-R adalah konsep
penanganan sampah dengan cara reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali),
recycle (mendaur-ulang sampah), sedangkan 4-R ditambah replace (mengganti) mulai dari
sumbernya. Prinsip 5-R  selain 4 prinsip tersebut di atas ditambah lagi dengan  replant
(menanam kembali). Penanganan sampah 4-R sangat penting untuk dilaksanakan dalam
rangka pengelolaan sampah padat perkotaan yang efisien dan efektif, sehingga
diharapkan dapat mengrangi biaya pengelolaan sampah.
Prinsip reduce dilakukan dengan cara sebisa mungkin lakukan minimisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin
banyak sampah yang dihasilkan.
Prinsip reuse dilakukan dengan cara sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa
dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai. Hal ini dapat
memeperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah.
Prinsip recycle dilakukan dengan cara sebisa mungkin, barang-barang yang  sudah tidak
berguna lagi, bisa didaur ulang. Tidak semua barang  bisa didaur ulang, namun saat ini
sudah banyak industri non-formal dan industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain.
Prinsip replace dilakukan dengan cara teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah
barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Juga
teliti agar kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan. Misalnya,
ganti kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan
Styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa diurai secara alami.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

23
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Prinsip replant dapat dilakukan dengan cara membuat hijau lingkungan sekitar baik
lingkungan rumah,  perkantoran, pertokoan, lahan kosong dan lain-lain. Penanaman
kembali ini sebagian menggunakan barang atau bahan yang diolah dari sampah.
 
Tabel 1. Upaya 5-R di Daerah Perumahan dan Fasilitas Sosial

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya


Reduce - Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar.
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai
- Jual atau berikan sampah yang telah terpisah kepada pihak yang
memerlukan.
Reuse - Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi
lainnya.
- Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang.
- Gunakan baterai yang dapat diisi kembali.
- Kembangkan manfaat lain dari sampah.
Recycle - Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur-ulang dan mudah terurai.
- Lakukan penangan untuk sampah organic menjadi kompos dengan
berbagai cara yang telah ada atau manfaatkan sesuai dengan kreatifitas
masing-masing.
- Lakukan penanganan sampah anorganik menjadi barang yang
bermanfaat.
Replace - Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah
lingkungan.
- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat
dengan lingkungan.
- Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang
yang lebih tahan lama.
Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda,  dan gunakan bahan/barang yang
dibuat dari sampah.

Tabel 2. Upaya 5-R di Daerah Fasilitas Umum

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya


Reduce - Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

24
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

- Gunakan alat tulis yang dapat diisi kembali.


- Sediakan jaringan informasi dengan computer.
- Maksimumkan penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat
dihapus dan ditulis kembali.
- Khusus untuk rumah sakit, gunakan incinerator untuk sampah medis.
- Gunakan produk yang dapat diisi ulang.
- Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
Reuse - Gunakan alat kantor yang dapat digunakan berulang-ulang.
- Gunakan peralatan penyimpan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis
kembali.
Recycle - Olah sampah kertas menjadi kertas kembali.
- Olah sampah organic menjadi kompos.
Replace - Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang
yang lebih tahan lama.
Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda,  dan gunakan bahan/barang yang
dibuat dari sampah.
 
Tabel 3. Upaya 5-R di Daerah Komersial (Pasar, Pertkoan, Restoran, Hotel)

Penanganan 5-R Cara Pengerjaannya


Reduce - Berikan insentif oleh produsen bagi pembeli yang mengembalikan
kemasan yang dapat digunakan kembali.
- Berikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta kemasan/
bungkusan untuk produk yang dibelinya.
- Memberikan kemasan/bungkusan hanya pada produk  yang benar-
benar memerlukan.
- Sediakan produk yang kemasannya tidak menghasilkan sampah dalam
jumlah besar.
- Kenakan biaya tambahan untuk permintaan kantong plastic belanja.
- Jual atau berikan sampah yang telah terpilah kepada yang
memerlukannya.
Reuse - Gunakan kembali sampah yang masih dapat dimanfaatkan untuk produk
lain, seperti pakan ternak.
- Berikan insentif bagi konsumen yang membawa wadah sendiri, atau
wadah belanjaan yang diproduksi oleh swalayan yang bersangkutan
sebagai bukti pelanggan setia.
- Sediakan perlengkapan untuk pengisian kembali produk umum isi ulang.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

25
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Recycle - Jual produk-produk hasil daur ulang sampah dengan lebih menarik.
- Berilah insentif kepada masyarakat yang membeli barang hasil daur
ulang sampah.
- Oleh kembali buangan dari proses yang dilakukan sehingga bermanfaat
bagi proses lainnya.
- Lakukan penanganan sampah organic menjadi kompos atau
memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.
- Lakukan penanganan sampah anorganik.
Replace - Ganti barang-barang yang kurang ramah lingkungan dengan yang ramah
lingkungan.
- Ganti pembungkus plastik dengan pembungkus yang lebih bersahabat
dengan lingkungan.
Replant - Buat hijau dan teduh lingkungan anda,  dan gunakan bahan/barang yang
dibuat dari sampah.
 
Pemilahan Sampah
Berdasarkan uraian tentang 3-R, 4-R atau 5-R tersebut, maka pemilahan sampah menjadi sangat
penting artinya. Adalah tidak efisien jika pemilahan dilakukan di TPA, karena ini akan
memerlukan sarana dan prasarana yang mahal. Oleh sebab itu, pemilahan harus dilakukan di
sumber sampah seperti perumahan, sekolah, kantor, puskesmas, rumah sakit, pasar, terminal
dan tempat-tempat dimana manusia beraktivitas. Mengapa perlu pemilahan? Sesungguhnya
kunci keberhasilan program daur ulang adalah justru di pemilahan awal. Pemilahan berarti
upaya untuk memisahkan sekumpulan dari “sesuatu” yang sifatnya heterogen menurut jenis
atau kelompoknya sehingga menjadi beberapa golongan yang sifatnya homogen. Manajemen
Pemilahan Sampah dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penanganan sampah sejak
dari sumbernya dengan memanfaatkan penggunaan sumber daya secara efektif yang diawali
dari pewadahan, pengumpulanan, pengangkutan, pengolahan, hingga pembuangan, melalui
pengendalian pengelolaan organisasi yang berwawasan lingkungan, sehingga dapat mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan yaitu.lingkungan bebas sampah.
Pada setiap tempat aktivitas dapat disediakan empat buah tempat sampah yang diberi kode,
yaitu satu tempat sampah untuk sampah yang bisa  diurai oleh mikrobia (sampah organik), satu
tempat sampah untuk sampah plastik atau yang sejenis, satu tempat sampah untuk kaleng, dan
satu tempat sampah untuk botol. Malah bisa jadi menjadi lima tempat sampah, jika kertas
dipisah tersendiri. Untuk sampah-sampah B3 tentunya memerlukan penanganan tersendiri.
Sampah jenis ini tidak boleh sampai ke TPA. Sementara sampah-sampah elektronik  (seperti
kulkas, radio, TV), keramik, furniture  dll. ditangani secara tersendiri pula. Jadwal pengangkutan

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

26
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

sampah jenis ini perlu diatur, misalnya pembuangan sampah-sampah tersebut ditentukan setiap
3 bulan  sekali.
Di Australia, misalnya, sistem pengelolaan sampah juga menerapkan model pemilahan antara
sampah organik dan sampah anorganik. Setiap rumah tangga memiliki tiga keranjang sampah
untuk tiga jenis sampah yang berbeda. Satu untuk sampah kering (an-organik), satu untuk bekas
makanan, dan satu lagi untuk sisa-sisa tanaman/rumput. Ketiga jenis sampah itu akan diangkut
oleh tiga truk berbeda yang memiliki jadwal berbeda pula. Setiap truk hanya akan mengambil
jenis sampah yang menjadi tugasnya. Sehingga pemilahan sampah tidak berhenti pada level
rumah tangga saja, tapi terus berlanjut pada rantai berikutnya, bahkan sampai pada TPA.
Sampah-sampah yang telah dipilah inilah yang kemudian dapat didaur ulang menjadi barang-
barang yang berguna. Jika pada setiap tempat aktivitas melakukan pemilahan, maka
pengangkutan sampah menjadi lebih teratur. Dinas kebersihan tinggal mengangkutnya setiap
hari dan tidak lagi kesulitan untuk memilahnya. Pemerintah Daerah bekerjasama dengan swasta
dapat memproses sampah-sampah tersebut menjadi barang yang berguna. Dengan cara ini,
maka volume sampah yang sampai ke TPA dapat dikurangi sebanyak mungkin.
 
Pemanfaatan sampah
Teknik-teknik pemrosesan dan pengolahan sampah yang secara luas diterapkan di lapangan,
khususnya di negara industri antara lain adalah:
- Pemilahan sampah secara manual maupun mekanis berdasar jenisnya
- Pemadatan sampah (baling)
- Pemotongan sampah
- Pengomposan sampah baik dengan cara konvensional maupun dengan rekayasa
- Pemrosesan sampah sebagai sumber gas-bio
- Pembakaran dalam Insenerator, dengan pilihan pemanfaatan enersi panas
Sampah basah dapat dibuat kompos, pupuk dan pakan ternak, sampah kering dapat dipakai
kembali dan didaur ulang, dan sampah kertas didaur ulang dan pakan ternak.
Daur ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk bekas pakai.
 Material yang dapat didaur ulang antara lain botol bekas wadah kecap, saos, sirup, creamer dll.,
kertas, aluminium bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue dll., besi bekas, plastic
bekas wadah shampoo, air mineral, jerigen, ember dll., sampah basah dapat diolah menjadi
kompos.
Daur ulang bisa menggunakan prinsip 2 R yaitu reuse dan recycle.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

27
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Menggunakan kembali: barang-barang yang dianggap sampah karena sifat dan karakteristiknya
dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses produksi. Sementara mendaur-ulang sampah
didaur ulang untuk dijadikan bahan baku industri dalam proses produksi. Dalam proses ini,
sampah sudah mengalami perubahan baik bentuk maupun fungsinya.
Sampah organik  dapat didaur ulang menjadi produk-produk berguna seperti kompos, pupuk
kandang, briket dan biogas.
 
Tabel 4. Beberapa sampah yang dapat dijual
No. Jenis barang Harga/kg
1 Gelas aqua 1600
2 Kaleng oli 1500
3 Ember biasa 1100
4 Kaset, botol yakult, botol kecap 150
5 Ember hitam (anti pecah) 800
6 Botol aqua 700
7 Putian (botol bayclin, infuse) 1600
8 Kardus 500
9 Kertas putih 700
10 Majalah 350
11 Koran 500
12 Duplek (kardus tipis) 150
13 Pembungkus semen 400
14 Besi beton 700
15 Besi super 450
16 Besi pipa 250
17 Tembaga super 8000
18 Tembaga bakar 7000
19 Aluinium tebal 6000
20 Aluminium tipis 4000
21 Botol air besar 400
22 Botol bir kecil, sprite, fanta. 200
 Sumber: Urip Santoso, 2009 

5.3. Pengelolaan Sampah Terpadu Berbasis Masyarakat


Sampah pada dasarnya dihasilkan oleh atau merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas
manusia. Hukum termodinamika kedua menyatakan bahwa hakikatnya proses perubahan
materi atau proses produksi apapun tidak ada yang berjalan effisien 100 persen. Setiap
aktifitas manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah yang jumlah dan volumenya

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

28
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

sebanding dengan tingkat konsumsi kita terhadap barang atau material yang kita gunakan
sehari – hari.
Demikian juga dengan jenis sampah, sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material
yang kita konsumsi. Berdasarkan hasil perhitungan sebagaimana tercantum dalam buku
infrastruktur Indonesia(Bappenas, 2003), pada tahun 1995 perkiraan timbulan sampah di
Indonesia mencapai 22,5 juta ton, dan meningkat lebih dua kali lipat pada tahun 2020
menjadi 53,7 juta ton. Sementara di kota besar di Indonesia diperkirakan timbulan
sampah perkapita berkisar antara 600 – 830 gram per hari. Sebagai ilustrasi betapa
besarnya timbulan sampah yang dihasilkan, data beberapa kota besar di Indonesia dapat
menjadi rujukan. Kota Jakarta setiap hari menghasilkan timbulan sampah sebesar 6.2 ribu
ton, Kota Bandung sebesar 2.1 ribu ton, Kota Surabaya sebeasar 1.7 ribu ton, dan Kota
Makasar 0.8 ribu ton (Damanhuri, 2002). Jumlah tersebut membutuhkan upaya yang tidak
sedikit dalam penanganannya.
Kompleksitas penanganan persampahan semakin meningkat seiring dengan
berkembangnya suatu kota, dalam hal ini sentralisasi kegiatan ekonomi maupun
meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas ekonomi
maupun meluasnya wilayah perkotaan. Sentralisasi ini akan meningkatkan aktivitas
ekonomi yang menarik para pendatang lebih banyak dan menambah jumlah penduduk
kota, sehingga kota akan menghadapi problem volume dan jenis sampah yang semakin
meningkat.
Perkembangan kota yang meluas akan menghadirkan tantangan bagi Pemerintah Kota
dalam menyelenggarakan pelayanan yang mampu menjangkau seluruh lokasi
permukiman secara efektif dan efisien. Untuk kota-kota besar dan metropolitan,
persoalan menjadi semakin serius bila sudah menyentuh perencanaan lokasi bagi
prasarana dan sarana pengolahan sampah, berkait dengan kelangkaan tanah di
perkotaan, penolakan warga disekitar lokasi yang direncanakan, pembiayaan serta
perlunya mekanisme kerjasama antar kota.
Berdasarkan data diatas diperkirakan kebutuhan lahan TPA di Indonesia pada tahun 1995
adalah 675 Ha, dan meningkat menjadi 1.610 Ha pada tahun 2020. Berbeda dengan di
daerah pedesaan dimana lahan yang tersedia masih luas dan sampahnya kebanyakan
bersifat degradable atau mudah terurai sehingga persoalan sampah belum dipandang
sebagai suatu problem, maka di perkotaan masalah persampahan merupakan sebuah
tantangan yang akan menentukan sustainaibility lingkungan suatu kota. Kegagalan
menangani problem persampahan ini akan meningkatkan resiko warga kota berhadapan
dengan berbagai macam penyakit yang akan meningkatkan biaya sosisal untuk kesehatan.
Selain itu sampah yang dibuang ke sungai dan saluran pembuangan berpotensi
menimbulkan banjir. Kelompok pertama yang paling dirugikan adalah masyarakat miskin.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

29
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Alasan tersebut menyebabkan Pemerintah Kota berkewajiban menyediakan sistem


pengolahan sampah yang efektit, efisien dan terjangkau. Dalam visi kota yang
berkelanjutan, manajemen persampahan yang terintegrasi akan mencakup klasifikasi
limbah ke dalam organik dan non-organik, beracun dan tidak beracun, limbah buangan,
limbah daur ulang dan kompos, dengan penekanan utama opersionalisasi prinsipprinsip
reduce, reuse, dan recycle (3R). Pengomposan sudah banyak dilakukan atau banyak
dibicarakan dan direncanakan untuk dilakukan namun baru terlaksana dalam jumlah yang
sangat terbatas.
Di sisi lain dari manajemen sampah perkotaan, masyarakat telah melihat bahwa TPA yang
ada tidak dikelola dengan baik. Operasional TPA secara open dumping masih dijalankan di
hampir semua TPA di Indonesia. Disamping itu, masih terjadi pembakaran sampah untuk
mengurangi timbunan sampah, dan tidak terkelolanya gas metan yang dihasilkan oleh
timbunan sampah. Hal ini sebenarnya sangat bertentangan dengan semangat Protokol
Kyoto yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia, dimana pengurangan gas metan
menjadi salah satu persyaratan, masalah lain yang timbul akibat pengelolaan TPA yang
tidak persyaratan diantaranya adalah timbulnya bau, menurunnya kualitas air akibat
pembuangan sampah ke sungai, merembesnya air lindi dari TPA ke air tanah dangkal dan
air permukaan, pencemaran udara serta merebaknya dioxin yang bersifat karsinogen.
Kesadaran masyarakat akan kebersihan sudah baik, tetapi baru terbatas hanya pada
lingkungan kecil saja khususnya rumah. Rumah memang bebas dari sampah tetapi
sampah tersebut tidak dibuang pada tempatnya yang benar seperti ke selokan, sungai,
bahkan halaman kosong milik tetangga. Fenomena peduli kebersihan dalam lingkungan
sendiri semata yang tergambar dalam fenomena NIMBY (Not In My Back Yard) sangat
terasa disini.
Jaka dibandingkan dengan kesediaan membayar pelayanan air minum, maka kesediaan
membayar pengelolaan sampah relatif lebih rendah. Ini terjadi karena masyarakat tidak
mengetahui sebenarnya seperti apa pengelolaan sampah itu berlangsung. Rendahnya
tingkat pengorbanan masyarakat untuk memberikan kontribusinya berbanding terbalik
dengan jumlah timbunan sampah, karenanya perlu dicari cara dan metoda yang tepat
agar masyarakat tertarik dan mau bertanggungjawab dalam memecahkan permasalahan
sampah yang ada disekitarnya salah satunya adalah dengan program pengelolaan sampah
terpadu berbasis masyarakat.

Pengertian
Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis masyarakat adalah suatu pendekatan pengelolaan
sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan permintaan masyarakat, direncanakan,
dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan dievaluasi bersama masyarakat. Dalam

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

30
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

pengertian ini pemeran (penguasa, kekuatan) utama dalam pengelolaan sampah adalah
masyarakat. Bukan pemerintah atau lembaga lainnya seperti LSM dan lain – lain.
Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan fasilitator.
Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap memikirkan dan
mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka hadapi. Tetapi jika
masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga lain adalah menyiapkan
terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan, study banding dan
memperlihatkan contoh – contoh program yang sukses dan lain – lain. Fungsi fasilitator
adalah memfasilitasi masyarakat untuk mencapai tujuan pengelolaan sampah secara baik
dan berkesinambungan. Jika masyarakat mempunyai kelemahan dibidang teknik
pemilahan dan pengomposan maka tugas fasilitator adalah memberikan kemampuan
masyarakat dengan berbagai cara misalnya dengan memberikan pelatihan, begitu juga
jika masyarakat lemah dalam hal pendanaan, maka tugas fasilitator adalah membantu
mencari jalan keluar agar masyarakat mampu mendapat pendanaan yang dibutuhkan,
tetapi harus dilakukan secara hati – hati jangan sampai membuat masyarakat tergantung.

Mengapa Berbasis Masyarakat


Produsen sampah utama adalah masyarakat, sehingga mereka harus bertanggung jawab
terhadap sampah yang mereka produksi (poluters must pay). Konsep penangan sampah
yang baik adalah penanganan sampah yang dimulai di sumber. Semakin dekat dengan
sumbernya maka semakin besar rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung
jawab orang untuk mengelola sampahnya. Misalnya jika sampah desa A dibuang ke desa
B, secara sosial pasti akan ada penolakan oleh desa B, karena desa B tidak mempunyai
sense of belonging terhadap sampah dari desa A. Oleh karena itu lebih baik sampah desa
A dibuang dan dikelola sendiri oleh desa A.
Sumber sampah yang berasal dari masyarakat, sebaiknya dikelola oleh masyarakat yang
bersangkutan agar mereka bertanggung jawab terhadap sampahya sendiri, karena jika
dikelola oleh pihak lain biasanya mereka kurang bertanggung jawab bahkan cenderung
destruktif.
Intinya adalah bagaimana mengarahkan kekuatan masyarakat (social capital) untuk
memecahkan masalah sampah. Bukan untuk melawan program pengelolaan sampah.
Sebab tidak jarang ditemukan program – program yang baik untuk masyarakat, karena
tidak melibatkan masyarakat dihalangi, ditolak dan dirusak sendiri oleh masyarakat.
Disamping itu kemampuan pemerintah baik dari sisi manajemen dan pendanaan masih
sangat terbatas, misalnya kemampuan pemda kabupaten Tangerang dalam mengelola
sampah hanya sebesar 30 persen. Jika tanggung jawab sampah hanya diserahkan pada

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

31
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

pemerintah maka mustahil permasalahan sampah dapat terselesaikan secara baik dan
berkelanjutan.
Berbasis masyarakat bukan berarti dalam pengoperasiannya selalu harus dilakukan oleh
masyarakat, tetapi boleh juga dilakukan oleh lembaga atau badan profesional yang
mampu dan diberi mandat oleh masyarakat. Yang penting adalah apa yang layak dan
realistis dilakukan untuk memecahkan masalah sampah yang dihadapi oleh masyarakat
trersebut. Misalnya kalau secara realistis masyarakat tidak mampu dari sisi waktu dan
manajemen untuk mengoperasikan maka jangan diserahkan pengeoperasiannya pada
masyarakat. Lebih baik masyarakat didorong untuk mencari dan menunjuk lembaga
profesional atau perorangan yang mampu dan dipercaya untuk mengoperasikan.

Mekanisme Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat sangat
beragam tergantung siapa yang mengambil inisistif, ditingkat mana kita mulai dan siapa
saja (stakeholders) yang dilibatkan. Jika inisiatif datang dari LSM biasanya dimulai dari
penentuan calon lokasi, kemudian dilanjutkan dengan proses berikutnya. Namun jika
inisiatif datang dari pemerintah pusat, maka tahapannya tentu lebih panjang. Misalnya,
jika inisiatifnya datang dari pemerintah pusat biasanya, ada beberapa tahapan yang biasa
dilakukan antara lain: (1). Penentuan Calon Pemda (longlist). (2). Sosialisasi dan promosi
program kepada pemerintah daerah. (3). Seleksi pemerintah daerah yang berminat (short
list). (4). Penentuan calon lokasi masyarakat (long list lokasi masyarakat), (5). Sosialisasi ke
masyarakat, (6). Seleksi masyarakat (short list masyarakat), (7). Pembentukan kelompok
masyarakat. (8) Pelatihan dan Penyusunan rencana kerja masyarakat. (9). Pelaksanaan
program, monitoring dan evaluasi program pada berbagai tingkatan (ditingkat
masyarakat, ditingkat pemda dan ditingkat nasional).
Penentuan calon pemda, biasanya didasarkan pada beberapa kriteria misalnya urgensi
persoalan sampah yang ada, kemampuan APBD serta kerjasama. Sosialisasi kepada
Pemda biasanya lebih ditekankan pada pemecahan masalah persampahan yang ada
dikota tersebut, serta memperkenalkan pendekatan berbasis masyarakat, keuntungan
dan kerugiannya, prosedur dan mekanisme pendanaannya baik sumber maupun sistem
pencairan dana. Disamping itu diperkenalkan pula contoh – contoh praktek unggulan yang
pernah dan sedang dilaksanakan.
Dalam pelaksanaan program berbasis masyarakat umumnya pemda terbentur pada
kepres no 80 atau yang sudah diperbaharui tentang sistem pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Karena sampai saat ini belum ada pedoman umum tentang pelaksanaan
proyek yang berbasis masyarakat, terutama yang nilainya diatas Rp 50 juta ke atas. Hal ini
tentunya menjadi bahan diskusi dan pemikiran semua pihak dimasa mendatang.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

32
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Walaupun begitu, program – program pembangunan yang berbasis masyarakat sudah


banyak juga yang terlaksana, misalnya saja program SANIMAS, sanitasi berbasis
masyarakat.
Dalam seleksi pemda biasanya disusun suatu kriteria untuk menetapkan pemda yang
berhak ikut dalam program tersebut, biasanya dilihat dari urgensi, permasalahan sampah
yang dihadapi, kesediaan pemda untuk berkontribusi dan keseriusan pemda untuk
memecahkan masalah tersebut dan lain – lain. Penentuan calon lokasi masyarakat
biasanya ditentukan oleh pemda berdasarkan pada kepadatan penduduk dan
permasalahan sampah yang dihadapi, dan kesediaan . Umumnya didaerah kumuh dan
miskin. Setelah ditentukan calon lokasi, maka beberapa pemimpin formal dan informal
dari calon lokasi tersebut diundang oleh pemda untuk diinformasikan tentang rencana
pemda dalam program penanganan sampah. Dalam kesempatan ini diperkenalkan
tentang kondisi persampahan yang ada. sistem penanganannya, keuntungan dan
kerugiannya, teknologi yang diterapkan, kriteria calon masyarakat yang bisa ikut dalam
program dan lain – lain.
Dalam seleksi masyarakat biasanya disusun suatu kriteria antara lain: ketersediaan lahan
untuk pengolahan sampah, adanya kelompok yang siap bertanggung jawab, kesiapan
masyarakat untuk berkontribusi (minimal pada saat operasi dan maintenance) dan lain –
lain. Setelah masyarakat diseleksi maka dilakukan pembentukan kelompok yang
difasilitasi oleh fasilitator dari LSM dan atau Pemda. Ditetapkan pengurus (ketua,
sekretaris, bendahara) dan anggota, serta disusun
anggaran dasar kelompok. Didalam kelompok didiskusikan segala hal antara lain
mengenai hak dan kewajiban kelompok. Alternatif teknologi yang akan digunakan,
alternatif pengorganisasian, alternatif sumber dan pengelolaan keuangan, Alternatif
penyebaran informasi program dan lain – lain. Semua hal yang didiskusikan didalam
kelompok kemudian dituangkan dalam rencana kerja kelompok masyarakat atau yang
sering dikenal dengan rencana kerja masyarakat. Rencana kerja masyarakat biasanya
terdiri dari DED (detail engineering desain), RAB (rencana anggaran biaya) dan schedule
pelaksanaan. Rencana kerja harus disetujui dan ditandatangani oleh pihak pihak yang
bekerjasama.
Setelah rencana kerja disusun maka dilaksanakan kegiatan konstruksi pembangunan
tempat pegolahan sampah terpadu (jika opsi ini dipilih). Sebagai sarana pengurangan
(reduce), penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycleable). Setelah dilaksanakan
kontruksi dan pengoperasian maka dilakukan kontrol (monitoring) dan evaluasi. Biasanya
untuk 3 bulan pertama evaluasi dilakukan secara intensif, minimal satu kali perminggu,
namun setelah itu frekuensinya bisa dikurangi bisa menjadi satu bulan sekali, tergantung
pada kebutuhan lapangan. Hal yang cukup penting dalam pengelolaan sampah berbasis

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

33
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

masyarakat adalah melakukan survey kepuasan pengguna (user satisfactory survey), hal
ini biasanya dilakukan setahun sekali. Untuk melakukan survey dapat bekerjasama dengan
mahasiswa yang sedang dan akan membuat skripsi.

Stakeholder Terkait
Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat perlu melibatkan semua pihak
yang terkait dan berkepentingan (stakeholders). Tetapi harus hati – hati sebab jika terlalu
banyak yang terlibat bisa terjadi lebih banyak diskusi daripada bekerja. Perlu dilakukan
analisa yang tepat mengenai fungsi dan peran stakeholder. Di Pemda perlu ada leading
sektor yang bisa mengkoordinasikan dan memimpin program. Karena programnya
berbasis masyarakat maka perlu ada fasilitator handal yang mampu memfasilitasi baik
secara teknik maupun sosial. Biasanya teman – teman LSM mempunyai kemampuan
dibidang ini.

Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan program pengelolaan sampah terpadu berasal dari patungan (share)
dari berbagai pihak terutama dari masyarakat dan pemerintah daerah. Masyarakat
biasanya hanya mampu berkontribusi antara 2 – 4 persen untuk investasi, dan 100 persen
pada tahap operasi dan perawatan. Selebihnya merupakan dana pemda dan atau
pemerintah pusat, swasta dan atau donor (jika ada).
Program pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat merupakan sinergi kekuatan
dana dari pemerintah daerah dipadukan dengan kekuatan sosial masyarakat (social
capital) serta kekuatan teknologi dari para ahli (LSM, Universitas, konsultan dll). (sumber:
anonim)

5.4. Penanganan Sampah pada Tingkat Rumah Tangga


Sampah rumah tangga adalah sampah yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga pada
umumnya. Tidak dapat disangkal bahwa tinggal di suatu rumah akan menghasilkan
sampah dan seringkali merepotkan, terutama jika rumah tidak dirancang agar dapat
segera mengeluarkan sampah-sampah ini dari dalam rumah. Pengelolaan sampah rumah
tangga bukanlah suatu kebiasaan, tapi merupakan satu set instalasi rumah dan ketekunan
yang bertujuan untuk menjaga rumah tetap indah sekaligus melindungi lingkungan.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

34
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

SAMPAH ORGANIK

KERTAS

KONSTRUKSI

PLASTIK

METAL
LAIN-LAIN

KACA

Komposisi sampah rumah tangga.


Sumber: littletrasure2u.com

Manfaat Pengelolaan Sampah Skala Rumah Tangga


Pengelolaan sampah rumah tangga memiliki manfaat yang besar baik bagi penghuni
maupun masyarakat sekitarnya. Bagi penghuni rumah, pengelolaan sampah yang baik
berarti mulai menciptakan lingkungan rumah yang sehat karena jumlah sampah yang ada
di rumah bisa berkurang.

Cara/Metode Pengelolaan
a. Pemilahan sampah
Memilah sampah adalah langkah awal dalam pengelolaan sampah. Dulunya, hanya
dikenal pemilahan sampah basah dan sampah kering. Cara ini dapat dikembangkan
lagi dengan memilah sampah berdasarkan jenisnya yang lebih spesifik. Misalnya,
sampah kering dipisahkan lagi menjadi sampah kertas, plastik, kaleng, dan kaca.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

35
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Contoh pemilahan sampah yang dimulai dari rumah.


Sumber: Modul Pelatihan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat – ESDP

Contoh kantong pemilah sampah untuk tingkat rumah tangga


Sumber: alibaba.com

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

36
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

b. Proses 3R
Proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang berarti “Mengurangi, Menggunakan
Kembali, dan Mendaur Ulang” adalah proses yang paling umum dan paling sering
dipropagandakan untuk mengurangi jumlah sampah. Proses ini sendiri akan lebih
efektif jika dilakukan pada skala rumah tangga.
 Reduce
Reduce berarti mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan. Caranya dapat
berbagai macam, misalnya:
- Membeli barang sesuai kebutuhan agar tidak menghasilkan sisa/sampah
(leftover). Dengan cara ini, tidak hanya sampah yang dapat dikurangi, tapi
juga jumlah pengeluaran untuk belanja.
- Membeli dan menggunakan barang yang dapat digunakan berulang kali
atau tahan lama
- Hindari membeli barang dengan pembungkus yang berlebihan. Akan lebih
baik jika membawa tas belanja sendiri dari rumah. Tas-tas ini sudah banyak
beredar di pasaran dengan desain yang unik.

Contoh tas belanja


Sumber: beta.irri.org/news/bulletin/2009.48/bullimg/recycle.bag.jpg

- Belilah kebutuhan rumah seperti sabun, pembersih, detergen, dalam


kemasan besar. Satu buah kemasan besar akan menghasilkan lebih sedikit
sampah daripada beberapa kemasan kecil untuk jumlah yang sama.
- Gunakan produk yang bisa didaur ulang atau terbuat dari bahan yang bisa
didaur ulang.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

37
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

- Kurangi kebiaasan membawa pulang makanan. Jika ada waktu untuk makan
di tempat, lebih baik makan di tempat. Lebih baik lagi jika membiasakan diri
untuk makan masakan sendiri di rumah.
- Hindari penggunaan tissue atau produk kertas lainnya untuk mengelap
tangan setelah cuci tangan atau sekedar membersihkan meja. Sebagai
gantinya, gunakan lap kain.

Di beberapa negara bahkan sudah menerapkan aturan tegas tentang jumlah


sampah yang diangkut setiap minggunya dari tiap rumah untuk menekan jumlah
sampah yang dihasilkan. Biasanya, kebijakan mereka adalah dengan hanya
mengambil satu tong sampah besar dalam kondisi tertutup. Jika ada kelebihan
muatan, sampah-sampah tersebut tidak diangkut dan akan menjadi ‘masalah’
sendiri bagi penghuni rumah tersebut. Selain satu tong sampah, yang juga
diangkut adalah sampah yang bisa didaur ulang. Sampah ini biasanya diletakkan
dalam plastik transparan khusus untuk benda daur ulang.

Contoh aturan pengangkutan sampah rumah tangga


Sumber:  www.canterbury.gov.uk/clean

 Reuse
Reuse berarti menggunakan kembali barang atau produk. Contohnya:
- Menggunakan sikat gigi bekas sebagai sikat untuk membersihkan sepatu atau
barang-barang
- Menyumbangkan benda-benda lama atau pakaian layak yang tidak terpakai
lagi kepada panti-panti asuhan atau panti sosial. Jika memungkinkan, tas atau
pakaian yang sudah lama bisa didesain ulang menjadi tas/pakaian/aksesoris
baru.
- Menyimpan kardus dari kiriman barang. Jangan langsung dibuang karena
mungkin akan terpakai saat akan mengirimkan barang lagi.
 Recycle
Recycle atau proses daur ulang adalah cara yang paling umum dilakukan saat ini.
Biasanya, barang-barang yang didaur ulang ini adalah jenis barang yang tidak
dapat dipakai kembali atau merupakan bahan sisa (sampah anorganik).

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

38
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Jika tidak mampu mendaur ulang sampah sendiri, sebaiknya lakukan pemisahan
sampah, kemudian jual ke tempat loak atau biarkan pemulung mengambilnya.
Biasanya, barang-barang ini nanti akan dibawa ke pabrik pengolahan sendiri
untuk mendaur ulang material-material pembentuknya.

Pemilahan sampah untuk didaur ulang


Sumber: littletrasure2u.com

Komposting
Sampah organik (sampah mudah membusuk) yang ada di rumah dapat diolah menjadi
kompos dengan alat-alat yang sederhana. Misalnya dengan menggunakan takakura
untuk skala rumah tangga.

Contoh Takakura dan susunan bagian dalam Takakura


Sumber: Modul Pelatihan Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat – ESDP

5.5. Pengelolaan Sampah Organik


Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil
dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. Sampah ini
dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar
merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik, misalnya sampah dari dapur, sisa
tepung, sayuran, kulit buah, dan daun.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

39
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Sumber: www.linergy.co.uk Sumber: www.north-herts.gov.uk

Sumber dan Jenis Sampah Organik

A. PEMANFAATAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK

Sampah
makanan

Air Olahan Pemanas


Gudang
biogas
Lindi
Gudang Pupuk
Generator Listrik

Corong
Pemisah/ Tangki pencampur Pemisah Fermenter Fermenter Penyimpan
penuang
penghancur bergravitasi asam metan kotoran
Material inert

Air olahan
Penimbunan/ dewater Ke STP
pembakaran
Pembong-
karan
Belt atau baut tekan

Padatan
kotoran

Kompos

Pengomposan
aerob

Pengolahan sampah organik.


Sumber: www.hallasanup.com

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

40
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

1. PENGOMPOSAN

Himbauan untuk mendaur ulang sampah organik menjadi kompos


Sumber: www.bionetix.co.uk
a. Pengertian
Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses
alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat
campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan
penambahan aktivator pengomposan.
Secara umum, pengomposan dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni proses aerob
dan anaerob. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah
dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu
sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik.

b. Manfaat pengomposan
Aspek Ekonomi :
 Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
 Mengurangi volume/ukuran limbah
 Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

41
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

 Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
 Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
 Meningkatkan kesuburan tanah
 Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
 Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
 Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
 Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
 Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
 Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
 Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

c. Proses pengomposan aerobik


Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1. Terowongan udara (Saluran Udara)
 Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
 Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
 Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
 Sudut : 45o
 Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton
2. Sekop
 Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
3. Garpu/cangkrang
 Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
4. Saringan/ayakan
 Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh ukuran
yang sesuai
 Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang diinginkan
 Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar
5. Termometer
 Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
 Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian
dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

42
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

 Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak


mencemari kompos jika termometer pecah
6. Timbangan
 Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkan
 Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan
pengemasan
7. Sepatu boot
 Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar
dari bahan-bahan berbahaya
8. Sarung tangan
 Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan
bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan
9. Masker
 Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan
terbang lainnya

Tahapan Pengomposan
1. Pemilahan Sampah
 Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan
teliti karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang
dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
 Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga
sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos
3. Penyusunan Tumpukan
 Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
 Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan
dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
 Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang berfungsi
mengalirkan udara di dalam tumpukan.
4. Pembalikan
 Pembalikan dilakuan untuk membuang panas yang berlebihan, memasukkan
udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di
setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

43
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

5. Penyiraman
 Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering
(kelembaban kurang dari 50%).
 Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
 Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
 Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
 Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
 Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
 Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru,
sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
 Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan
pemasaran.
 Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan terlindung
dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh
bibit jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang
mungkin terbawa oleh angin. (Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Kompos)

d. Pengomposan dengan alat/ mesin komposter


Pengomposan dapat juga menggunakan alat mesin yang berfungsi dalam
memberi asupan oksigen serta membalik bahan secara praktis. Komposter Rotary Klin
berkapasitas 1 ton bahan sampah mengelola proses membalik bahan dan mengontrol
aerasi dengan cara mengayuh pedal serta memutar aerator (exhaust fan). Penggunaan
komposter BioPhoskko disertai aktivator kompos yang tepat akan meningkatkan kerja
penguraian bahan (dekomposisi) oleh jasad renik menjadi 5 sampai 7 hari saja.
Komposter jenis ini lebih banyak digunakan pada skala rumah tangga. Cara
penggunaannya adalah (Sumber: www.rtlima.com/infokomposter.pdf):
 Sampah dipilah di dapur dan di taman

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

44
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Sisa buah-buahan, sisa sayuran, dan sampah taman dipotong dengan ukuran 2-5
cm. Semakin kecil potongan, semakin cepat proses pembusukan. Pemotongan
sampah ini dapat menggunakan alat pencacah sampah. Sementara untuk sisa
makanan, tiriskan terlebih dahulu makana yang berkuah.
 Sampah dimasukkan ke dalam komposter rumah tangga
Bila diperlukan, masukkan sumber karbon untuk menutupi bagian atas sampah.
Sumber karbon dapat mengurangi munculnya larva lalat dan mempercepat proses
pembusukan. Sumber karbon antara lain: dedak, sekam, serbuk gergaji, pupuk
kandang, kompos.
 Jangan terlalu banyak memasukkan sampah taman ke dalam komposter, karena
sampah taman lebih lama membusuk dibandingkan sampah basah lainnya
 Jika komposter sudah penuh, sampah bagian bawah yang sudah berubah menjadi
kompos dapat dipanen atau didiamkan selama 30 hari menunggu hingga semua
sampah di bagian atas berubah menjadi kompos

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

45
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

2. PEMBUATAN BIOGAS
Limbah organik lain yang dapat diolah adalah limbah/ kotoran yang berasal dari hewan
ternak. Kotoran ternak mengandung zat-zat yang dapat menjadi sumber gas metana
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber panas, dalam hal ini gas.
a) Alat
 Drum volume 200 liter
 Drum volume 120 liter
 Sepotong pipa 10 cm yang berdiameter 2 cm
 Slang untuk penyalur gas
 Kran penyalur gas
 Ember
 Jerigen volume 5 liter
 Martil
 Pahat.
b) Bahan
 Kotoran sapi, kerbau, unggas atau hewan lainnya
 Limbah hasil panen dan atau sampah organik lainnya
 Air
c) Cara Kerja
 Campurkan 2 liter kotoran sapi dan dua liter air ke dalam ember, aduk hingga
merata
 Tambahkan ke dalam campuran tadi cacahan rumput secukupnya dan aduk
kembali hingga merata
 Masukan campuran bahan-bahan tadi ke dalam jerigen yang bervolume 5 liter.
Biarkanlah jerigen tersebut terbuka
 Simpanlah jerigen yang telah berisi campuran bahan-bahan tadi pada tempat
yang aman dan terlindung selama 2 bulan.
 Selama penyimpanan, lakukanlah pengguncangan pada jerigen tersebut sebanyak
3 atau 4 kali dalam satu minggu
d) Persiapan Limbah yang Akan Digunakan
 Kumpulkan kotoran sapi atau hewan ternak lainnya
 Kumpulkan bahan-bahan organik yang berupa limbah pertanian, limbah pasar,
limbah ternak, atau limbah-limbah organik lainnya.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

46
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

 Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan telah kering, hancurkan terlebih
dahulu dengan cara mencacahnya hingga halus.
 Bila bahan-bahan organik yang akan digunakan masih basah (masih segar),
lakukan pencabikan untuk memudahkan pembusukan, kemudian simpanlah
ditempat terbuka selama sekitar 10 hari agar mengalami pembusukan.
e) Menempatkan Limbah dalam Unit Biogas
 Masukan 3 ember bahan-bahan organik yang telah disiapkan di atas bersama-
sama dengan 3 ember air kedalam drum yang bervolume 200 liter, kemudian
aduk hingga merata.
 Lakukan hal yang sama hingga mencapai volume sekitar 2/3 volume drum 200
liter atau hingga setinggi volume drum 120 liter.
 Masukan starter yang telah disiapkan di atas ke dalam drum 200 liter yang telah
diisi bahan-bahan organik, kemudian aduklah hingga merata.
 Masukan drum yang bervolume 120 liter dengan kran dalam keadaan terbuka.
Tekanlah drum kecil tersebut hingga mencapai dasar drum besar. Usahakan tidak
ada udara dalam drum kecil tersebut.
 Jika permukaan drum bervolume 120 liter tidak terbenam, keluarkan kembali
drum tersebut dan tambahkan kembali bahan-bahan organik dan air ke dalam
drum bervolume 200 liter sampai mencukupi untuk membenamkan drum
bervolume 120 liter.
 Bila sudah diyakini bahwa drum bervolume 120 liter terbenam seluruhnya dalam
campuran bahan-bahan organik yang terdapat di dalam drum bervolume 200 liter
dan bagian dalam drum bervolume 120 liter tersebut telah penuh berisi bahan-
bahan organik, tutuplah keran yang terdapat pada drum bervolume 120 liter tadi
(lihat gambar).
 Biarkanlah drum-drum tadi selama 3 - 4 minggu. Selama waktu ini proses
fermentasi akan berlangsung dan gas yang dihasilkan akan terjebak di dalam
drum bervolume 120 liter. Gas ini akan menyebabkan drum bervolume 120 liter
terdorong ke atas.
 Sambil menunggu proses fermentasi berlangsung, periksalah apakah ada
kebocoran gas dari drum bervolume 120 liter. Bila terjadi kebocoran segera di
tambal dengan cat atau aspal. Untuk mengetahui adanya kebocoran dapat
dilakukan dengan cara membasahi permukaan drum bervolume 120 liter dengan
air sabun. Kebocoran akan terlihat dengan adanya buih pada daerah yang bocor
tersebut.
 Setelah diketahui drum bervolume 120 liter berisi gas, periksalah gas tersebut
untuk meyakinkan bahwa gas yang terbentuk merupakan gas yang dapat
digunakan untuk bahan bakar. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuka
kran dan menyalakan api di atas pipa penyalur gas.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

47
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

f) Catatan
 Waktu yang diperlukan untuk memproduksi gas sekitar 3 - 4 minggu, setelah itu
gas akan diproduksi secar kontinyu selama 8 minggu. Selama 8 minggu ini,
separuh dari total gas yang diproduksi dibentuk pada 2 - 3 minggu pertama,
sisanya dibentuk pada 5 - 6 minggu terakhir.
 2. Setelah waktu 8 minggu dilalui, gas tidak akan banyak terbentuk, maka unit
biogas dapat dikosongkan kembali dan isinya dapat digunakan sebagai starter
untuk pembuatan biogas berikutnya.
 3. Dalam pembuatan starter kotoran sapi yang digunakan diusahakan yang masih
baru (hangat). (Sumber: file.upi.edu - Diana Rochintaniawati: Pembuatan Biogas)

3. PEMBUATAN BIOBRIKET
Pengolahan sampah organik lainnya adalah dengan membuat biobriket. Bahan utama
biobriket adalah ampas tanaman, umumnya tanaman ladang seperti jagung, tebu,
maupun kelapa sawit. Pembuatan biobriket ini digagas oleh Basriyanta, Ketua Lembaga
Sentra Inovasi Energi.
a) Biobriket dari Bonggol Jagung
Untuk pembakaran sampah, digunakan sistem pembakaran sendiri. Maksudnya
adalah dengan menyulut sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api
menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah
berikutnya, menghancurkan arang dengan cara menumbuk dan mengayaknya.
Karbon hasil ayakan itu dicampur dengan perekat agar padat. Pemadatan dilakukan
agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g. Sebagai
bahan perekat, digunakanlah tepung kanji. Bahan lain sebagai perekat adalah
blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air
hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem. Campuran karbon dan lem
dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci.
Kemudian campuran tersebut dipres hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan
lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Biobriket basah dioven selama 2 jam.
Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses
pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2
jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam. (Sumber: trubus-online.co.id)

b) Biobriket Serbuk Gergaji


Selama ini serbuk gergaji hasil proses pemotongan kayu tidak dimanfaarkan dan
hanya dibuang atau dibakar begitu saja, pada hal serbuk gergaji ini masih mengikat
energi, sehingga dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar alternatif dengan
pembuatan briket arang. Proses pembuatan briket arang dari serbuk gergaji adalah:

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

48
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

 Pengarangan : serbuk gergaji dan tempurung kelapa dibuat dengan pengarangan


manual atau dibakar.
 Pengayakan : bertujuan untuk menghasilkan arang serbuk gergajian dan
tempurung kelapa yang lembut dan halus. Arang serbuk gergaji diayak dengan
saringan ukuran 50 mesh dan arang tempurung kelapa dengan saringan ukuran 70
mesh.
 Pencampuran media : arang serbuk gergaji dan tempurung kelapa yang telah
diayak selanjutnya dicampur dengan perbandingan arang sebuk gergaji 90% dan
arang tempurung kelapa 10%. Pencampuran ditambah dengan lem kanji sebanyak
2,5 &%dari seluruh campuran.
 Pencetakan briket arang : setelah semua bahan-bahan tercampur secara merata,
dimasukkan kedalam cetakan briket dan dikempa, setelah itu dikeringkan dengan
oven. (Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

c) Biobriket Sampah Organik


Membuat briket jenis ini relatif murah dan sederhana. Sampah organik terlebih
dahulu dibakar dalam sebuah lubang sampai menjadi arang. Arang lalu ditumbuk,
dihaluskan, dan disaring menjadi bubuk. Setelah diberi campuran perekat (tepung
kanji), bubuk lalu dicetak. Dalam prosesnya, hanya arang yang berwarna hitam pekat
yang diolah karena lebih berkualitas dalam menghasilkan energi. Arang daun ini
ditumbuk hingga halus dan dicampur dengan tepung kanji dengan takaran 1:4.
Tepung kanji yang digunakan hanya sedikit karena hanya sebagai perekat. Setelah
tercampur rata, adonan ini dicetak sesuai kebutuhan dan dijemur hingga kering.
Setelah dijemur sampai kadar airnya hilang, terbentuklah briket sampah yang siap
pakai.
Selain bisa menggantikan minyak tanah, arang briket juga ramah lingkungan karena
tak mengandung zat kimia yang membahayakan. Briket ini juga hemat dan bisa
menyala lebih lama, yakni enam jam terus-menerus tanpa perlu dikipasi. Setelah
dipakai, ampas briket sampah tetap bermanfaat sebagai pupuk tanaman.
(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

d) Biobriket Tandan Kelapa Sawit


Tandan kelapa sawit dibakar sehingga diperoleh serbuk, selanjutnya serbuk tandan
kelapa dihaluskan dan setelah dihaluskan dan dicampur dengan perekat untuk
memperkuat ikatan-ikatan antar molekul. Kemudian dicetak dan dikeringkan dengan
oven. Briket tandan kelapa sawit telah melalui beberapa tahap pengujian standar.
Berdasarkan hasil pengujian ini kadar gas nitrogen, kadar karbon monooksida kadar
gas sulfur masih berada dalam ambang batas kewajaran yang aman bagi lingkungan.

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

49
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

Briket tandan kelapa sawit ini masih dalam pengembangan skala laboratorium dan
belum dipasarkan secara bebas dan diperjual belikan secara komersial. Dan
diperlukan usaha pengembangan lebih lanjut dan dibutuhkan dukungan dari berbagai
pihak, tidak hanya institusi pendidikan, dukungan pemerintah dan masyarakat juga
sangat diperlukan untuk menghilangkan ketergantungan akan bahan bakar fosil dan
demi kelanjutan ketersediaan bahan bakar di masa yang akan datang.
(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

Contoh-contoh biobriket
(Sumber: www.kaskus.us/showthread.php?t=2504203)

5.6. Pengelolaan Usaha Pengomposan


A. MODAL
Untuk membuka tempat pembuatan kompos perkiraan estimasi dana yang harus
dikeluarkan, yaitu sebesar Rp. 35.000.000,- s/d. Rp. 40.000.000,-. Dana sebesar itu
digunakan untuk membangun sarana prasarana serta peralatan dan perlengkapan.

Keterangan Harga (Rp.)


Biaya sewa lahan untuk setahun (500 m²) 5.000.000,-
Biaya pembelian mesin pencacah 20.000.000,-
Biaya pembelian mesin pengaduk 10.000.000,-
Biaya pembelian mesin penjahit karung 500.000,-
Jumlah 35.500.000,-

Dana bisa mencapai Rp. 40.000.000,- jika kita juga menyewa bangunan untuk tempat
usaha. Minimal, kit aharus mengeluarkan dana sebesar Rp. 4.500.000,- per tahun
untuk menyewa bangunan yang luasnya 50 m². Sebagian besar modal awal
dialokasikan untuk membeli mesin. Jika kita ingin mngurangi jumlah modal awal, kita

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

50
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

bisa mengurangi biaya pembelian dengan hanya membeli mesin pencacah saja.
Sementara itu, untuk proses pengadukan, kita bisa melakukannya secara manual
dengan menggunakan cangkul tanpa bantuan mesin pengaduk. Dengan hanya
membeli mesin pencacah, kita bisa menghemat modal Rp. 10.000.000,-

B. PEMBIAYAAN
Komponen biaya utama adalah transportasi dan tenaga kerja. Transportasi yang
utama adalah pengangkutan serbuk gergaji ke lokasi, terutama ongkos bongkar
muatnya. Tenaga kerja terutama untuk pencampuran dan pembalikan. Biaya untuk
tempat dan fasilitas windrow relatif kecil dibandingkan kedua komponen tadi. Untuk
pengomposan 2.628 meter kubik sampah organik, kita membutuhkan biaya-biaya
sebagai berikut:
Keterangan Nilai (Rp.)
A. Biaya Tetap
1. Sewa tempat (Rp. 5.000.000 : 12) 420.000
2. Depresiasi peralatan (Rp. 35.000.000 : 12) 3.000.000
B. Biaya Variabel
1. Upah tenaga kerja (25 orang) 12.000.000
2. Perlengkapan kerja 450.000
3. Inokulan EM4 1.150.000
4. Molase 76.000
5. Plastik/ karung pengemasan 750.000
6. Biaya pengangkutan 1.500.000
Total Biaya 19.346.000

Jika dalam sebulan kita bisa memproduksi kompos sebanyak 25 ton dengan harga
penjualan Rp. 1.000,- per kilogram, maka kita akan memperoleh pemasukan sebesar
Rp. 25.000.000,-. Dari jumlah ini kita akan memperoleh keuntungan bersih Rp.
5.654.000,- setelah dikurangi biaya rutin/ bulanan. Dengan keuntungan bersih lebih
dari Rp. 5.000.000,- modal kita akan kembali dalam jangka waktu 5 – 6 bulan.

C. TENAGA KERJA
Dalam usaha pengomposan, kita membutuhkan banyak tenaga kerja, terutama untuk
proses pengadukan dan pembalikan secara manual. Namun, jika kita sudah memiliki
mesin pengaduk sendiri, maka jumlah tenaga kerja pun dapat dikurangi. Biasanya
untuk mengolah kompos di lahan seluas 500 m², kita membutuhkan minimal 25 orang
pekerja. Di antara mereka ada yang bertugas menyortir sampah dengan memisahkan
sampah organic dari sampah anorganik, atau sampah organic yang bagus dari sampah

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

51
Pekerjaan Penanganan Sampah Berbasis Masyarakat melalui Mekanisme 3R
Bidang Cipta Karya DPUP-ESDM DIY

organic yang terkontaminasi, sebagian pekerja lainnya bertugas melakukan


pencacahan bahan baku, baik secara manual maupun dengan menggunakan mesin,
dan sisanya bertugas mengaduk dan membolak-balik kompos. Mereka juga bertugas
sebagai pengawas kualitas kompos.

D. PENYALURAN/ DISTRIBUSI
Setelah proses produksi, tahap selanjutnya adalah pemasaran dan aplikasi akhir.
Untuk aplikasi di daerah sekitar, tidaklah perlu dilakukan pengemasan. Selain karena
faktor biaya, pengemasan juga akan menimbulkan masalah baru, yaitu sampah plastik.
Aplikasi lainnya adalah pengemasan terselubung, yaitu penjualan kompos yang
digabung dalam paket penjualan bibit tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman
buah-buahan. Penggabungan bisnis pengomposan dan pembibit - an merupakan
simbiosis yang menguntungkan, baik dari pemanfaatan tenaga kerja maupun jumlah
penjualan kompos yang meningkat. Pengembangan selanjut –nya, usaha penjualan
kompos diintegrasikan dengan bisnis untuk pengerjaan landscape dan/ atau
perawatan taman sehingga siklus pemanfaatan kompos dan pembuatan kompos dari
sampah kebun dapat terintegrasi. Dengan bahan baku yang melimpah ruah, kita dapat
memproduksi kompos sesuai permintaan tanpa harus takut kekurangan bahan baku. 1
kg kompos dapat kita jual dengan harga rata-rata Rp. 1.000,-. Dengan harga penjualan
yang murah, kita tetap dapat mengais keuntungan karena permintaan terhadap
kompos tidak pernah berhenti bahkan cenderung meningkat. Ketika usaha
pengomposan telah berkembang, akan lebih baik jika kita mengembangkannya
melalui program kemitraan. Kita bisa bekerja sama dengan kelompok-kelompok tani
yang membutuhkan kompos dalam kegiatan mereka atau menjalin kemitraan dengan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang agrikultural. (sumber: Gunawan,
2007: 71).

LAPORAN AKHIR
Kegiatan Fasilitasi Teknis Pengelolaan Persampahan

52

Anda mungkin juga menyukai