KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya tugas
elemen mesin roda gigi ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Berdasarkan kurikulum yang dilaksanakan di INSTITUT TEKNOLOGI
MEDAN ( ITM ), untuk mengambil tugas sarjana harus menyelesaikan beberapa
tugas, diantaranya tugas roda gigi yang saya kerjakan ini.
Kemudian saya menyadari dalam penulisan dan penyusunan masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya mengucapkan terima kasih kepada bapak
Ir. K. OPPUSUNGGU selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
pengarahan dalam penyelesaian dan penyusunan tugas roda gigi ini, sehingga dapat
terselesaikan.
Akhirnya saya mengucapkan Alhamdulillah dan berterima kasih kepada
Allah, karena ridho-Nya saya dapat menyelesaikan tugas rancangan roda gigi ini, tak
lupa saya mengucapkan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah membantu
saya baik dalam memperoleh informasi dan literatur yang dipakai, sehingga tugas
roda gigi ini terselesaikan.
Demikian laporan ini saya tulis dengan harapan laporan ini dapat berguna
bagi penulis khususnya dan bagi mahasiswa – mahasiswa teknik mesin pada
umumnya. Akhir kata saya ucapkan Terimakasih.
Wassalam….
Nim : 11202225
DAFTAR ISI
LITERATURE
GAMBAR ASSEMBLING
KETERANGAN GAMBAR
12 Baut Pengikat 2
Kecepatan I
Bila pemindah daya (perseneling) ditekan kedepan maka garpu pemindah
gigi akan menggerakkan pinion A kemudian pinion B bergerak kekiri dan
menyatu dengan pinion A sehingga putaran pada poros input (2) diteruskan
ke gear (H) sehingga putaran poros input diteruskan ke poros output.
Kecepatan III
Untuk kecepatan tiga, pemindah daya ditekan kedepan maka garpu pemindah
akan menggerakkan pinion (C) kekanan dan menggerakkan gear (F) maka
putaran poros input diteruskan keporos output.
Kecepatan IV
Untuk kecepatan empat, pemindah daya ditekan kedepan, garpu pemindah
gigi akan menggerakkan pinion (C) kekanan dan menyatu dengan pinion
(D), dan pinion (D) akan menggerakkan gear (E), dan putaran poros input
diteruskan keporos output, dan pada posisi tersebut kendaraan dalam
keadaanTOPGEAR.
BAB I
PENDAHULUAN
3. Jarak bagi diametral adalah jumlah gigi per inchi diameter jarak bagi lingkar.
z
DP [Lit. 7 hal.
d (dalam inchi)
215]
4. Pada roda gigi luar, bagian gigi di luar lingkarang jarak bagi disebut kepala dan
tingginya disebut tinggi kepala atau addendum yang biasanya sama dengan modul
dalam mm atau 1/DP dalam inchi.
h kepala m mm
1 [Lit. 7 hal.
h kepala mm
DP
215]
5. Bagian gigi di sebelah dalam lingkaran jarak bagi disebut kaki dan tingginya disebut
tinggi kaki atau dedendum yang besarnya:
h kaki m C k mm
1 [Lit. 7 hal. 215]
h kepala C k mm
DP
6. Ck adalah kelonggaran puncak yaitu celah antara lingkaran kepala dan lingkaran kaki
dari gigi pasangannya
7. Pada lingkaran diameter jarak bagi terdapat tebal gigi dan celahnya yaitu setengah
jarak bagi lingkar.
t m
b mm
2 2
[Lit. 7 hal. 215]
inchi
2 DP
8. Titik potong antara profil gigi dengan lingkaran jarak bagi disebut titik jarak bagi.
Sudut yang dibentuk garis normal pada kurva bentuk profil pada jarak bagi dengan
garis singgung lingkaran jarak bagi (juga pada titik jarak bagi) disebut sudut tekanan.
Dimana i adalah perbandingan jumlah gigi pada roda gigi 2 (digerakkan) terhadap roda
gigi 1 (penggerak / pinyon).
Pada roda gigi lurus standar i = 4 ÷ 5 atau hingga 7 jika dengan perubahan kepala.
Pada roda gigi miring dan miring ganda dapat mencapai 10. Roda gigi dipakai untuk
reduksi jika u < 1 atau i > 1 dan juga menaikkan putaran jika u > 1 atau i < 1.
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d 1 dan d2 dalam mm
dapat dinyatakan sebagai berikut:
d1 d 2 m z1 z 2
a
2 2
2a
d1 [Lit. 7 hal. 216]
1 i
2ai
d2
1 i
BAB III
PERANCANGAN POROS
Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
sesuai dengan Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Jenis – jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan ditransmisikan
Untuk merancang poros, daya yang ditransmisikan sesuai dengan brosur kenderaan
merupakan daya maksimum mesin, dari harga fc pada tabel 3.1. diperoleh faktor koreksi
0,8 – 1,2. Disini dipilih faktor koreksi sebesar ( 1,2 ) yang merupakan harga terbesar
sehingga daya recana yang dipakai pada perancangan lebih besar sehingga rancangan
akan memilki dimensi yang lebih besar dan akan benar – benar aman. Selain itu juga
dapat mengimbangi kerugian – kerugian yang terjadi akibat gesekan. Maka:
Pd 1,2 8,452 kW
10,1426 kW
10142,6 W .
Besarnya momen punter ( torsi ) yang dikerjakan pada poros dapat dihitung dari
Pd
T 9,55 [joseph,hal 55]
n
dimana:
T = Torsi (Nmm)
Pd = daya rencana (W)
n = putaran (rpm).
Untuk daya rencana Pd = 10142,6 kW dan putaran n = 8500 rpm, maka Torsinya adalah:
10142,6
T 9,55
8500
11,39 N .m
1161,05 kg .mm
Dalam perancangan poros output ini dipilih bahan S 45 C-D tanpa dilunakkan dan
diperkirakan diameternya < 20 mm maka kekuatan tariknya diambil 81 kg/mm 2.
tegangan geser ijin untuk bahan ini dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
B
a [Lit. 7 hal. 8]
Sf 1 Sf 2
dimana:
τa = tegangan geser ijin bahan (kg/mm2)
σB = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan untuk batas kelelahan puntir yang harganya 5,6 untuk
bahan S-F dan 6,0 untuk bahan S-C
Sf2 = faktor keamanan akibat pengaruh konsentrasi tegangan seperti adanya
alur pasak pada poros, harganya 1,3÷3,0
Dari data di atas untuk bahan S-C dipilih harga Sf1 = 6,0 dan harga Sf2 = 1,5
karena terdapat alur spline pada poros. Maka diperoleh:
81
a
6,0 1,5
9 kg / mm 2
Dari tabel 3.3. kita pilih bahan poros perantara dari baja paduan dengan
pengerasan kulit jenis SNC 21 dengan kekuatan tarik 80 kg/mm 2. Dari data sebelumnya
16 T
a 3
K t Cb [Lit. 7 hal. 8]
dp
dimana:
dp = diameter poros (mm)
Kt = faktor koreksi terhadap momen puntir yang besarnya:
1,0 jika beban dikenakan halus
1,0 – 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan
1,5 – 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban lentur harganya
berkisar 1,2 – 2,3
T = momen puntir yang ditransmisikan (kgmm).
Dari data – data yang diperoleh di atas maka diambil harga faktor koreksi momen
puntir Kt =1,2 karena poros akan mendapat kejutan atau tumbukan. Faktor koreksi
terhadap beban lentur diambil Cb = 1,3, karena pada poros output akan dipasang roda
a a
16 T
Kt C a
b
d 3
o
3 16 T
do Kt C
b
a
16 1161,05 1,2 1,3
do 3
9
d o 10,08 mm
3 16 T
dP Kt C
b
a
16 1161,05 1,2 1,4
dp 3
8,888
d P 10,37 mm
Tampak bahwa tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser ijin
bahan atau
τa ( 6,93 kg/mm2 ) < τa ijin ( 9 kg/mm2 )
16 T
K Cb
a t
d 3
P
Tampak bahwa tegangan geser yang timbul lebih kecil dari tegangan geser ijin
bahan atau :
τa ( 7,074 kg/mm2 ) < τa ijin ( 8,888 kg/mm2 )
BAB IV
PERANCANGAN RODA GIGI
dimana,
m = modul
z = Jumlah gigi
= koef. Pemasangan
C = konstanta bahan
T = Torsi rencana (1161,05 kg.mm).
Bahan roda gigi yang digunakan adalah Baja S 45 dengan konstanta bahan C = 60
kg/cm2 dan koefisien pemasangan =30 (Dengan kolager dst).
Tabel 4.3: Harga modul standart (JIS B 1701 – 1973) (satuan : mm)
1161,05
m = 3
1,57 x30 x 0,6 x 20
= 3
2,0
Ratio transmisi direncanakan (i) = 2,25 sehingga jumlah gigi pada gear H adalah:
zH i x zA
zH 2,25 x 20
zH 45 buah.
= 20 x 1,25
= 30 mm
= 30 + (2 x 1,25)
= 32,5 mm
= 30 – (2 x 1,25 x 1,25)
= 26,1875 mm
Gear H.
a. Diameter Pitch (DpH) = zH x m
= 45 x 1,25
= 56,25 mm
= 56,25 + (2 x1,25)
= 53,125 mm
C. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Dimana :
σt = tegangan lentur yang terjadi (kg/mm2)
Ft = gaya tangensial pada roda gigi (kg)
h = tinggi gigi (mm)
= h = ha+ hf=1,25+1,5625=1,81 mm.
b = lebar sisi roda gigi (didapat 10 mm)
t = tebal gigi (didapat 1,9625 mm)
21,85 kg mm 2
77,52 kg
a
10mm x 1,81mm
4,28 kg / mm 2 .
Gear H.
Tegangan lentur yang terjadi adalah :
6 Ft h
t [Lit. 7 hal. 239]
b t2
Dimana :
σt = tegangan lentur yang terjadi (kg/mm2)
Ft = gaya tangensial pada roda gigi (kg)
h = tinggi gigi (mm)
= h = ha+ hf=1,25+1,5625=1,81 mm.
b = lebar sisi roda gigi (didapat 10 mm)
t = tebal gigi (didapat 1,9625 mm)
Selanjutnya akan dihitung kecepatan keliling dari roda gigi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
. D p . ni
V [Lit. 7 hal. 238]
60000
dimana :
V = kecepatan keliling (m/s)
Dp = diameter roda gigi (mm)
ni = putaran poros input (rpm)
Maka diperoleh kecepatan keliling sebagai berikut:
.56,25 8500
V
60000
25,02 m s
11,65 kg mm 2
41,34 kg
a
10mm x 1,81mm
2,283 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi :
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 4,28 kg mm , maka
a ( 24 kg mm 2 ) a ( 4,28 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
1161,05
m = 3
1,57 x 25 x 0,6 x 27
= 3
1,825
= 27 x 1,25
= 33,75 mm
= 38 x 1,25
= 47,5 mm
C. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Selanjutnya akan dihitung kecepatan keliling dari roda gigi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
19,43 kg mm 2
68,92 kg
a
10mm x 1,81mm
3,8 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,8 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,8 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
.
4.3 Analisa Perhitungan Roda Gigi Pada Kecepatan III.
A. Perhitungan Modul.
Pada kecepatan III direncanakan jumlah gigi zB = 30 gigi, maka modulnya dapat
dihitung :
1161,05
m = 3
1,57 x30 x0,6 x30
= 3
1,369
= 35 x 1,25
= 43,75 mm
Selanjutnya akan dihitung kecepatan keliling dari roda gigi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
D p B ni
V [Lit. 7 hal. 238]
60000
dimana :
V = kecepatan keliling (m/s)
D pC = diameter jarak bagi input (mm)
ni = putaran poros input (rpm)
17,48 kg mm 2
62,02 kg
a
10mm x 1,81mm
3,42 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,42 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,42 kg mm 2 ) ,
= 3
1,283
= 33 x 1,25
= 41,25 mm
C. Untuk tebal, lebar dan tinggi pinion dan gear direncanakan sama, yaitu :
Selanjutnya akan dihitung kecepatan keliling dari roda gigi dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
D p ni
V [Lit. 7 hal. 238]
60000
17,48 kg mm 2
62,02 kg
a
10mm x 1,81mm
3,42 kg / mm 2 .
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan lentur yang terjadi.
Sedangkan Tegangan geser yang diizinkan pada roda gigi ini adalah ;
a 0,8 x b
0,8 x 30 kg mm 2
24 kg mm 2 .
2
Dari perhitungan sebelumnya didapat a terjadi = 3,42 kg mm , maka
a (24 kg mm 2 ) a (3,42 kg mm 2 ) ,
sehingga konstruksi roda gigi aman terhadap tegangan geser yang terjadi.
BAB V
Ukuran spline untuk berbagai kondisi operasi telah ditetapkan dalam standar SAE
dan dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.
Tabel 5.1. Spesifikasi spline untuk berbagai kondisi operasi (standar SAE)
Number To Slide When not To Slide When
Permanent Fit All Fits
of Under Load Under Load
Splines H D H D h d w
4 0,075D 0,850D 0,125D 0,750D - - 0,241D
6 0,050D 0,900D 0,075D 0,850D 0,100D 0,800D 0,250D
10 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,156D
16 0,045D 0,910D 0,070D 0,860D 0,095D 0,810D 0,098D
Sumber : Kent’s, Mechanical Engineering Handbook, Halaman 15-15
di mana:
T = momen puntir yang bekerja pada poros, dari perhitungan pada Bab 3
diperoleh sebesar 1161,05 kg.mm
F = gaya yang bekerja pada spline (kg)
rm = jari-jari rata-rata spline (mm).
Maka diperoleh:
1161,05
F 232,21 kg
5
Didalam perencanaan roda gigi ini, untuk panjang dari spline tidak dihitung
karena roda gigi ini dipakai untuk transmisi kenderaan sepeda motor jadi, panjang spline
harus sesuai dengan panjang sinkronisasi antara roda gigi yang terpasang di poros spline
tersebut.
w
11 6 2
6
3,75 mm
Tampak bahwa tegangan geser dan tumbuk yang timbul, jauh lebih kecil dari
tegangan geser dan tegangan tumbuk ijin bahan naaf
( a a 1,436 kg mm2 9 kg mm 2 )
Maka naaf yang dirancang pada poros input cukup aman terhadap tegangan yang
terjadi.
Tampak bahwa tegangan geser dan tumbuk yang timbul, jauh lebih kecil dari
tegangan geser dan tegangan tumbuk ijin bahan naaf
( a a 1,31 kg mm 2 8,888 kg mm 2 )
Maka naaf yang dirancang pada poros output cukup aman terhadap tegangan yang
terjadi.
BAB VI
PERANCANGAN BANTALAN
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros sehingga putaran dan gerak bolak –
baliknya berlangsung dengan halus, aman dan tahan lama. Bantalan yang akan dirancang pada
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros output adalah bantalan bola radial
beralur dalam baris tunggal (single row deep groove radial ball bearing), sebanyak dua buah
yang diletakkan pada ujung dan pada poros antara roda gigi input mundur dengan roda gigi
output 1 (dapat dilihat pada gambar assembly roda gigi). Bantalan bola radial ini dipilih karena
ketahanan bantalan ini dalam menahan beban radial dan putaran tinggi.
Pada poros output ini bantalan menerima beban berupa beban radial dan aksial. Tetapi
beban aksial yang terjadi pada bantalan nilainya sangat kecil yang muncul pada saat pemindahan
kecepatan oleh tuas persnelling, sehingga dapat dikatakan beban aksialnya adalah nol. Pada poros
output terdapat beban berupa massa dari roda gigi – roda gigi output yang terpasang pada poros
ini. Massa dari roda gigi output masing – masing dihitung sebagai berikut:
Beban massa dari roda gigi dihitung dengan persamaan:
M D d b [Lit. 7 hal. 108]
4
dimana:
M = beban massa roda gigi (kg)
D = diameter jarak bagi roda gigi (mm)
d = diameter poros (mm)
b = lebar roda gigi (mm)
ρ = massa jenis roda gigi dimana untuk bahan baja harganya adalah 7,65×10 -6
kg/mm3
Maka:
o Massa roda gigi input A
MA
4
30 2 11 2 10 x7,65 10 6
0,046 kg
0,06 kg
0,077 kg
Maka diperoleh:
Ft 77,52 tan 20
28, 21 kg
Maka beban radial total dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut:
2
Fr M 2 Ft
0,2712 28,212
28 kg
Maka diperoleh:
P 0,6 28 0,5 0
17,3 kg
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen, sehingga
diperoleh:
C0 P
17,3 kg
dimana:
C = basic dynamic load rating (kg)
P = beban ekivalen yaitu sebesar 17,3 kg
L = umur bantalan yang dinyatakan dalam juta putaran. Dalam rancangan ini kita
rencanakan 5000 juta putaran
Maka diperoleh:
C 17,3 5000
1
3
295,82 kg
Jadi dari perhitungan di atas diperoleh data sebagai berikut:
C0/Fa 5 10 15 20 25
X 1
Fa/VFr ≤ e
Y 0
X 0,56
Fa/VFr > e
Y 1,26 1,49 1,64 1,76 1,85
Dari tabel 6.1. dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal jenis terbuka
nomor terbuka dengan nomor bantalan 6000 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Diameter luar : D = 26 mm
Diameter lubang : d = 10 mm
Lebar : b = 8 mm
Basic static load rating : C0 = 196 kg
Basic dynamic load rating : C = 360 kg
Bantalan yang digunakan untuk mendukung poros perantara dipilih bantalan bola radial
beralur dalam baris tunggal sebanyak dua buah yang diletakkan pada ujung poros dan pada poros
antara roda gigi perantara mundur dengan roda gigi perantara 5 (dapat dilihat pada assembly roda
gigi).
0,094 kg
0,1 kg
0,12 kg
0,18 kg
Beban akibat gaya tangensial pada poros perantara ini sama dengan yang diperoleh
sebelumnya pada poros utama. Sehingga:
Ft = 28,21 kg
1,34 2 28,212
26,56 kg
Besar basic static load rating adalah sebanding dengan beban ekivalen, sehingga
diperoleh:
C0 P
15,936 kg
C 15,936 5000
1
3
272,5 kg
Dari tabel 6.1. dipilih bantalan bola radial beralur dalam baris tunggal jenis terbuka
nomor terbuka dengan nomor bantalan 6000 yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:
Diameter luar : D = 26 mm
Diameter lubang : d = 10 mm
Lebar : b = 8 mm
Basic static load rating : C0 = 196 kg
Basic dynamic load rating : C = 360 kg
BAB VII
PELUMASAN
Pelumasan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam merawat elemen
Pelurnasan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam merawat elemen - elemen
mesin, khususnya roda gigi agar elemen elemen mesin tersebut mempunyai umur yang
lebih lama dan dapat beroperasi dengan baik. Pelumasan berfungsi untuk mengurangi
kontak langsung (gesekan) antara elemen mesin yang saling berkaitan / berhubungan
langsung serta mengurangi panas yang timbul akibat adanya gesekan.
Ada 5 (lima) jenis pelumasan yang sering dijumpai dalarn kehidupan sehari - hari, yaitu
a. Hidrodinamika.
b. Flidrostatika.
c. Elastohjdrodinamika.
d. Batas (Boundary).
e. Lapisan padat tipis (Solid film).
125
- 0.861 = 13
Maka :
km
t = Ag x
Dimana :
t = kenaikan temperatur
Km = kalor masuk (417.12 kkal/h)
Ag = luas bidang gesek
= faktor perpindahan panas (136.193 kkal/m2h0C)
Maka :
Ag = (d2)2 - (d1)2
4
= (10.5)2 - (12.25)2
4
= (982)
4
= 76.93 cm
= 0.769 m2
Sehingga :
417.12
t = 0.769 x 136.139 .
= 3.98 0C
180
= 29.33 0.22 x 33.98 x
Tk
= 1161.468 Cp
Maka :
V = 1161.468 Cp x 10-3
= 11.61 Cp
Jadi viskositas absolut minyak pelumas dan temperatur pada roda gigi adalah :
v = = 11.61 Cp
Tk = 33.98 0C
Dari hasil perhitungan diatas didapat SAE yang pantas untuk digunakna adalah
SAE 30 dimana viskositas absolut pelumas (v) = 11.61 Cp dan temperatur kerja (Tk) =
33.980C
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Poros
Bahan poros : S 45 C.
Momen torsi/rencana : 1333,80 kg.mm.
Diameter poros ( ds ) : 16 mm.
Tegangan gezer izin ( τa ) : 8,888 kg/mm².
Tegangan geser yang terjadi ( τg ) : 2,01 kg/mm².
Kekuatan tarik ( τb ) : 81 kg/mm².
2. Spline
Bahan spline : S 45 C.
Lebar spline ( b ) : 1,05 mm.
Panjang spline ( 1 ) : 9 mm.
Diameter minimum (da ) :11,2 mm.
Lebar alur ( w ) : 8,96 mm.
Tinggi alur ( h ) : 1 mm.
Jari – jari rata – rata : 5 mm.
Gaya gesek izin ( τa ) : 5,166 kg/mm²,
Gaya geser yang terjadi ( τk ) : 2,735 kg/mm².
Gaya tangensial ( F ) : 166,72 kg.
Kekuatan tarik ( τb ) : 62 kg/mm².
Gear 15.
Jumlah gigi (z₂) : 42 buah.
Diameter lingkaran bagi (do) : 105 mm.
Diameter lingkaran kepala (dk) : 110 mm.
Diameter lingkaran dasar (dg) : 98,66 mm.
Jarak bagi (to) : 7,85 mm.
Jarak bagi normal (te) : 7,37 mm.
Lebar gigi (b) : 20 mm.
Tebal kaki gigi (ip) : 5,625 mm.
Tebal gigi (h) : 5,625 mm.
Kecepan keliling (V) : 46,70 m/s.
Gaya tangensial (Ft) : 25,42 kg.
Tegangan lentur yang terjadi (τb) : 1,355 kg/mm².
Gear 13
Jumlah gigi (z₂) : 38 buah.
Diameter lingkaran bagi (do) : 95 mm.
Diameter lingkaran kepala (dk) : 100 mm.
Diameter lingkaran dasar (dg) : 89,27 mm.
Jarak bagi (to) : 7,85 mm.
Jarak bagi norml (te) : 7,37 mm.
Lebar gigi (b) : 20 mm.
Tebal kaki gigin (ip) : 5,625 mm.
Tebal gigi (b) : 5,625 mm.
Kecepatan keliling (V) : 42,25 m/s.
Gear 12.
Pinion 5
Gear 11.
4. Bantalan
Spesifikasi bantalan
5. Pelumasan
8.2 Saran
Adapun yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini yaitu penulis
menyarankan agr dalam penulisan perancangan roda gigi ini didukung dengan
pengujian dan pengenalan dalam komponen – komponen didalam laboraturium,
sehingga hasil yang diperoleh lebih baik dan lebih akurat. Dengan demikian penuulis
akan lebih memahami karya tulis yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
4. Ir. Jack Stolk, Ir. C. Kross,”Elemen mesin, Elemen Konstruksi Bangunan Mesin”,
Penerbit Erlangga, Edisi 21, Jakarta 1986.