Anda di halaman 1dari 36

Hukum Perkawinan dalam

Sistem Hukum Indonesia


Pertemuan ke-3
Hukum Perkawinan Islam
• Pengertian dan Tujuan
• Hukum-Hukum Melakukan Perkawinan
• Sahnya perkawinan dan Syarat-Syarat Perkawinan
• Larangan Perkawinan

danuaris07-p3-20181_phk
Hakikat Perkawinan dalam Islam
• Perkawinan dalam Islam sering disebut pernikahan
• Perkawinan merupakan Perintah Allah baik dalam al-Qur’an dan
Hadits serta bernilai ibadah
• Bernilai sakral dan sebagai peristiwa penting
• Q. S Ar Rum: 21

danuaris07-p3-20181_phk
Perkawinan

Perkawinan

– ‫الزوج – الزواج‬
‫النكاح‬
‫الزيجه‬

- ‫زوج – يزوج‬
ّ
‫تزويجا‬

Mengawinkan,
mencampuri, menemani,
mempergauli, menyertai,
memperistri
danuaris07-p3-20181_phk
‫النكاح‬

‫الجمع‬ ‫الضم‬ ‫الوطء‬

- ‫جمع – يجمع‬ - ‫ضم – يضم‬


‫وطأ‬-‫يطأ‬-‫وطأ‬
‫جمﻌا‬ ‫ضما‬

Mengumpulkan, Berjalan di atas,


Mengumpulkan,
menyatukan, menginjak, memasuki,
menggabungkan,
menggabungkan, menaiki, bersetubuh,
menjumlahkan, merangkul
menjumlahkan, menyusun bersenggama

danuaris07-p3-20181_phk
danuaris07-p3-20181_phk
Makna Perkawinan/ pernikahan menurut para ahli
• Ali Yusuf as-Subki menyimpulkan bahwa pernikahan menurut ahli
hadist dan ahli fikih adalah perkawinan; dalam arti hubungan yang
terjalin antar suami istri dengan ikatan hukum Islam, dengan
memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun pernikahan. (Ali Yusuf As-
Subki, 2010, Fiqh Keluarga, (Jakarta: Amzah), hlm. 1)
• Ulama Hanafiah mendefinisikan pernikahan atau perkawinan sebagai
suatu akad yang berguna untuk memiliki mut’ah dengan sengaja.
Artinya seorang laki-laki dapat menguasai perempuan dengan seluruh
anggota badannya untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan.
• Ulama Syafi’iyah mengatakan bahwa perkawinan adalah suatu akad
dengan mengunakan lafal nikah atau zauj, yang menyimpan arti
memilki. Artinya dengan pernikahan seseorang dapat memiliki atau
mendapatkan kesenangan dari pasangannya.

danuaris07-p3-20181_phk
Makna Perkawinan/ pernikahan menurut para
ahli
• Ulama Malikiyah menyebutkan bahwa perkawinan adalah suatu akad
yang mengandung arti mutah untuk mencapai kepuasaan dengan
tidak mewajibkan adanya harga.
• Ulama Hanabilah mengatakan bahwa perkawinan adalah akad dengan
menggunakan lafadh nikah atau tazwij untuk mendapatkan kepuasan,
artinya seorang laki-laki dapat mendapatkan kepuasaan dari seorang
perempuan atau sebaliknya.

danuaris07-p3-20181_phk
3 aspek dalam pengertian perkawinan dalam
Islam
• Aspek hukum: Perkawinan merupakan perjanjian yang sangat kuat,
maka a) tidak dapat dilangsungkan tanpa persetujuan kedua belah
pihak; b)ditentukan cara pelaksanaan dan tata cara pemutusannya; c)
ditentukan akibat-akibat dari perjanjian tersebut
• Aspek Sosial: sarana untuk meningkatkan status seseorang dalam
masyarakat.
• Segi agama: merupakan ibadah kepada Allah dan merupakan ibadah

danuaris07-p3-20181_phk
Asas-Asas perkawinan dalam Islam
• Kesukarelaan
• Persetujuan keduabelah pihak
• Kebebasan memilih pasangan
• Kemitraan suami istri
• Untuk selamanya-lamanya
• Monogami terbuka

danuaris07-p3-20181_phk
Tujuan Perkawinan dalam Islam
• Meneruskan keturunan
• Untuk menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang
Allah
• Untuk menimbulkan rasa cinta antara suami istri, kasih
sayang antara orangtua dan anak-anaknya dan sesama
anggota keluarga
• Untuk menghormati Sunnah Rasullullah SAW.

danuaris07-p3-20181_phk
Hukum perkawinan dalam Islam
• Ibahah atau jaiz:orang telah mau dan memenuhi syarat minimal
untuk melangsungkan pernikahan
• Sunnah: sudah cukup matang untuk berumahtangga baik jasmani,
rohani, dan kemampuan kehidupan RT, dan sudah boleh
melangsungkan pernikahan (mendapatkan pahala) dan apabila belum
mau berumah tangga dan mampu menjaga diri maka tidak berdosa.
• Wajib: sudah cukup matang untuk berumahtangga baik jasmani,
rohani, dan kemampuan kehidupan RT dan takut melakukan perzinan.
• Makruh: apabila belum siap secara jasmani dan rohani, mental dan
biaya berumah tangga.
• Haram: melanggar larangan perkawinan

danuaris07-p3-20181_phk
Rukun dan Syarat Perkawinan dalam Hukum
Islam
• Persetujuan kedua belah pihak
• Harus ada saksi
• Wali
• Mahar (Syarat)
• Adanya ijab Qobul

danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan Karena Nasab dalam Al-
Qur’an Surat An
َ
Nisa: 23 ُ
ۡ ُ ُ ٰ َ ‫• ُ ّ َ ۡ َ َ ۡ ُ ۡ أ َ ٰ ُ ُ ۡ َو َ َ ُ ُ ۡ َوأ َ َ ٰ ُ ُ ۡ َو‬
ٰ ُ ُ ُ َ ُ َ ۡ ُ ۡ ُ َ َ َ َ ۡ ُ َ َ َ ۡ ُ ُ َ َِ َ
ِٓ ‫ٱ‬ ٰ ‫ِ وأ‬ ‫ٱ‬ ُ ‫ت‬ ‫و‬ ِ
‫خ‬ ‫ٱ‬ ‫ت‬ ‫و‬َ ٰ ٰ ‫َو‬
ُ ُ ُ َ ‫ُ ۡ َو َر‬ ٓ َ ِ ُ ٰ َ ‫أ َ ۡ َ ُ ۡ َوأ َ َ ٰ ُ ُ ّ ِ َ ٱ َ ٰ َ ِ َوأ‬
ْ ُ ُ ِ َ ۡ َِ ُ ۡ َ َ ٰ ُ ُ ٓ َّ ّ ُ ُ ُ ٰ
‫ا‬ ‫رَِ َ ِ ِ ِ َ ٱ ِ د َ ُ َ ِ ِ ٓ ِن‬ ِ ۡ ِ ‫ٱ‬
ِۡ َ ِ ‫َۡ ُ ُ ٱ‬ َ ‫ُ َ َح َ ۡ ُ ۡ َو‬ ُ َ ‫َد‬
َ َ َ َ َ ِ َ ۡ َ َِ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ ۡ َ ْ ُ َ ۡ َ َ َ ِۡ ِ ُ ٰ َ ۡ َ
‫ن‬ ‫ۗ إِن ٱ‬ ِ‫ِ إ‬ ‫ٱ‬ ‫ا‬ ‫وأن‬ ِ ‫َأ‬
ٗ ِ ‫ُ ٗر ر‬

danuaris07-p3-20181_phk
Al-Qur’an Surat An Nisa: 23
• Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara
bapakmu yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan;
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang
menyusui kamu; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu
(mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang
telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan
diharamkan bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan
menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara,
kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan Karena Masih Terikat
dengan Perkawinan
ْ ُ َ ۡ َ َ ۡ ُ َٰ َ ٓ َ َ ُ َ َُ ۡ ُ َۡ َ َ َٰ ۡ ُ ُ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ َ َ ٓ َ ّ ُ ٰ َ َ ۡ ُ ۡ ‫• َوٱ‬
‫ا‬ ‫أن‬ ِ ‫وراء‬ ِ ‫ۚ وأ‬ ِ ‫ٱ‬ ِ ۖ
َٰ ُِ
‫إ‬ ِ‫َ ء‬ ِ ‫ۡ َِ ٱ‬ ُ َٰ ۡ َ
ۡ ُ ۡ َ َ ‫َا ُ ُ أُ ُ َر ُ َ َ ٗ ۚ َو َ ُ َ َح‬ ٔ ‫ِ َ ۚ َ َ ٱ ۡ َ ۡ َ ۡ ُ ِۦ ِ ۡ ُ َف‬ ِ َۡ َۡ َ ِ
ِ ِ
ِ ٗ ِ َ ً ِ ِ َ ‫َ ِ إن ٱ َ َ َن‬ َۡ ۢ ِ ‫ِ ِۦ‬ ُ ۡ َ ٰ َ َ َ ِِ
ِ ِ ‫ِٱ‬

dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-
budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya
atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-
isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang
telah kamu nikmati (campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban; dan tiadalah mengapa
bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu telah saling merelakannya, sesudah
menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. (Q.S An Nisa: 24)

danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan Karena Murtad

ّٞ ۡ ُ ُ َ َ ‫ُ ۡ َو‬ ّٞ َ َٰ ِ ۡ‫ٱ‬ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ ُ َ ُ َۡ ۡ
ۖۡ ُ َِ ۡ ْ ُ ُ َ ِ ‫ۡ ٱ ِ ۖ ۡ و م ٱ ِ أ ۡو ا‬َ ُ ٰ ّ ُ ِ ‫• ٱ َۡ م أ‬
َ
ُِ ٰ ُ َ
ِ ‫َ ۡ ٰ ُ ِ ۡ َ ٱ ِ َأ َو ا ٱ‬
ۡ ُ ۡ ‫َ ٰ ِ َوٱ‬ ۡ ۡ
ِ َ ُ ‫َ ٱ ُ َ ِ َ ٰ ِ َوٱ ُ ۡ َ َ َ ٰ ُ ِ َ ٱ‬ ِ ُۡ ٰ َ َ ۡ ُ ‫َوٱ‬
َ َ َ ۡ َ ۡ ٓ َ ُ ۡ ُ َۡ
‫َ ُۥ‬ ِ ِ ِ
ٰ ِ
ۡ َ َ ‫َ ان َو‬
ٖ ‫َ ۡ ۡ َ ُ ٰ ِ ِ َ َو ُ ِ ِ ي أ‬ ِ ِ ِ
َ ِ َٰ ‫ِ َٱ‬ ِ ‫ِ َة‬ ُ
‫َو َ ِ ٱ‬
ِ
• 5. Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu
halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mengawini) wanita yang
menjaga kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar
mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula)
menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum
Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi. (Q. S Al Miadah: 5)

danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan Karena Perzinaan
َ ‫ۚك َو ُح ِ ّر َم ٰذَ ِل َك‬ٞ ‫ان أ َ ۡو ُم ۡش ِر‬
‫علَى‬ ‫ٱلزا ِني َﻻ َين ِك ُح ِإ ﱠﻻ زَ ا ِنيَةً أ َ ۡو ُم ۡش ِر َك ٗة َو ﱠ‬
ٍ َ‫ٱلزا ِن َيةُ َﻻ َين ِك ُح َها ٓ ِإ ﱠﻻ ز‬ ‫• ﱠ‬
َ‫ۡٱل ُم ۡؤ ِمنِين‬
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin. (Q. S An Nur: 3)

danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan karena Lian
َ ُ
ۡ ِ ِ َ ‫ٰ َة أ‬ َ َ َ ُ َ
ۡ ُ ُ ‫ُ ۡ ُ َ َ ا ٓ ُء إ ٓ أ‬ ُ َ ۡ َ ‫َو‬ َ
ۡ ُ َ ٰ َ ‫• َوٱ ِ َ َ ۡ ُ َن أ ۡز‬
َ َ َۡ َ َ َ ۡ َ َ ِ ُ َ َٰ ۡ َ َ ٰ َ ُ‫ِ إ ۥ‬ َٰ ٰ َ َ ُ َ ۡ َ
َ
‫ِ إِن َ ن‬
َ ِ ‫ِ إ ُۥ‬
ِ ‫َ ِ ِ َوٱ َ ۡ ِ َ أن َ ٱ‬
َ َٰ َ َ ۡ َ َ َ َ ۡ ‫َ ِۡ َ ٱ‬ ْ ُ ِ َ ۡ َ َ ِ َ ‫أر َ ۡ َ ٰ ت‬
ِ َِ ‫ت‬ ٰ ‫ر‬ ‫أ‬ ‫ن‬‫أ‬ ‫اب‬ ‫َ ٱ‬ ‫ِ ۡ َ ٱ ِ ِ ۡ و َرؤ َا‬
ٰ َ َ َ ٓ ََۡ َ َ َ َ ٰ َ َ َ ٰ
ِ ِ ‫إِن ن ِ ٱ‬ ِ ‫ٱ‬ ‫ٱ ِ ِ وٱ ِ أن‬
Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai
saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah
dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang
berdusta. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama
Allah sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. Dan
(sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang
yang benar.
(Q. S An Nuur 6-9)
danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan
Nasab (UUP Pasal 18 a, b; KHI Pasal 39 a, b,c)
Haram Persusuan (Radhaah) (UUP Pasal 8 huruf d); KHI Pasal 39 ayat (3))
Ta’bîd)/
Halangan Hubungan masaharah atau perkawinan Kerabat Semenda (UUP Pasal 8c; KHI Pasal 39 ayat
Abadi 2)
Larangan yang dipersillihkan: Perzinaan (UUP Pasal 8f, KHI Pasal 53), Sumpah Lian (UUP
Perkawinan

Pasal 44; KHI Pasal 162)


Larangan

Halangan Bilangan (UUP ; KHI Pasal 42)

Halangan mengumpulkan (KHI Pasal 41)

Halangan mengumpulkan dua wanita: Bibi dan Kemenakan (KHI Pasal 41)
(Haram gairu
ta’bîd/ Halangan Kafir (KHI Pasal 40c)
ta’qít)/
Halangan Halangan Ihram (KHI Pasal 54)
Sementara
Halangan Iddah (KHI Pasal 40b, 153. 154)

Halangan Perceraian 3 kali (UUP Pasal 10, pasal 43 KHI)

Halangan Peristrian (UUP Pasal 9, 10; KHI Pasal 40a)


danuaris07-p3-20181_phk
Hukum Perkawinan Adat
• Pengertian Perkawinan
• Tujuan Perkawinan
• Larangan Perkawinan
• Batas Umur Perkawinan
• Harta Benda dalam Perkawinan

danuaris07-p3-20181_phk
Pengertian Perkawinan dalam Hukum Adat
• Mempersatukan anggota warganya yaitu antara seorang pria dan
seorang wanita sebagai sarana untuk melangsungkan hidup
kelompoknya secara tertib, sarana untuk melahirkan generasi baru
sebagai pelanjut garis hidup kelompoknya dan juga sarana untuk
meneruskan garis keluarga dari persekutuan.

danuaris07-p3-20181_phk
Tujuan Perkawinan dalam Hukum Adat
• Mempertahankan dan meneruskan kelangsungan hidup masyarakat
adatnya.
• Maka ada istilah exogami untuk kekeluargaan matrilineal dan
endogami
• Exogami: mengharuskan mencari calon suami/istri di luar marga atau
kerabatnya
• Endogami: mengharuskan mencari calon suami istri dalam lingkungan
kerabat (suku, klen, famili) sendiri.
• Eleutherogami: tidak mengenal keharusan mencari calon istri baik
exogami maupun endogami

danuaris07-p3-20181_phk
Larangan Perkawinan dalam Hukum Adat
• Perkawinan paralel cousin (anak-anak dua saudara perempuan atau
anak-anak saudara laki-laki)
• Perkawinan cross cousin (anak saudara perempuan dengan anak
saudara laki-laki)
• Ada hubungan darah
• Larangan perkawinan bagi adik perempuan sebelum kakaknya yang
perempuan kawin
• Larangan perkawinan bagi perempuan dengan laki-laki yang
derajatnya lebih rendah

danuaris07-p3-20181_phk
Batas minimal usia perkawinan dalam Hukum
Adat
• Tidak ada batasan umur perkawinan dalam hukum adat
• Sehingga anak-anak di bawah umur dapat melangsungkan
perkawinan, walaupun mereka dapat hidup bersama sebagai suami
istri ketika sudah dewasa

danuaris07-p3-20181_phk
Proses perkawinan adat
• Didahului dengan pertunangan, yaitu hukum yang dilakukan antara
orang tua pihak laki-laki dengan orang tua perempuan untuk maksud
mengikat tali perkawinan anak-anak mereka dengan jalan
peminangan.
• Pertunangan akan berakibat: 1)pelamar dan yang dilamar sepakat
melakukan perkawinan; 2) kedua belah pihak dilarang melakukan
perkawinann dengan pihak lain yang maksudnya melakukan
pertunangan/ perkawinan; 3) apabila pertunangan tidak dapat lanjut
ke perkawinan oleh salah satu pihak atau kedua belah pihak maka
pihak yang dirugikan dapat menuntut kembali harta benda dan
kerugiannya

danuaris07-p3-20181_phk
Harta Benda dalam Perkawinan Hukum Adat
• Barang-barang bawaan (gono) yang tetap menjadi milik pihak yang
memperolehnya dan akan kembali kepada keluarganya kalau suami
atau istrinya meninggal tanpa anak.
• Harta penghasilan: Harta yang diperoleh oleh masing-masing pihak
sebelum perkawinan dan akan tetap menjadi milik pribadi masing-
masing pihak selam perkawinan
• Harta bersama (gono gini): harta bersama yang diperoleh selama
perkawinan

danuaris07-p3-20181_phk
Hukum Perkawinan menurut UU 1 Tahun
1974
• Pengertian dan Tujuan
• Sahnya Perkawinan
• Syarat-Syarat Perkawinan
• Akibat Hukum Suatu Perkawinan
• Larangan Perkawinan

danuaris07-p3-20181_phk
Pengertian dan Tujuan Perkawinan dalam UU
Perkawinan
• Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
• Penjelasan: Sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila, dimana Sila yang
pertamanya ialah ke Tuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama/kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsur lahir/jasmani, tetapi
unsur bathin/rokhani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk
keluarga yang bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula
merupakan tujuan perkawinan, pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak
dan kewajiban orangtua.
danuaris07-p3-20181_phk
Pengertian Perkawinan dalam KHI
• Perkawinan menurut hukun Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang
sangat kuat atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya merupakan ibadah. (Pasal 2KHI)
• Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. (Pasal 3 KHI)

danuaris07-p3-20181_phk
Sahnya perkawinan dalam UU Perkawinan

•Suatu perkawinan adalah sah bilamana


dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu; dan
disamping itu tiap-tiap perkawinan harus
dicatat menurut peraturan
perundangundangan yang berlaku.

danuaris07-p3-20181_phk
Dimanakah Pencatatan Perkawinan? (UU 22
Tahun 1946)

danuaris07-p3-20181_phk
Dimanakah Pencatatan Perkawinan? (UU 32
Tahun 1954)

danuaris07-p3-20181_phk
Dimanakah Pencatatan Perkawinan? (PP 9Tahun
1975)

danuaris07-p3-20181_phk
Syarat-syarat Perkawinan
• Syarat Materiil: Persetujuan kedua calon (Pasal 6 ayat (1) UUP), Cukup
umur (Pasal 7 ayat (1) UUP, tidak terikat dengan perkawinan lainnya
(Pasal 3 ayat (2) UUP); sudah habis masa tunggu bagi wanita yang
bercerai ataupun karena kematian suaminya (Pasal 11 UUP)
• Syarat Formil (Pasal 2 UUP, PP 9 Tahun 1975)

danuaris07-p3-20181_phk
Akibat Hukum Perkawinan dalam UU
Perkawinan
• Muncul hak dan kewajiban suami istri
• Muncul istilah harta bawaan dan harta bersama
• Kekuasaan orang tua terhadap anaknya, yaitu hak dan kewajiban anak

danuaris07-p3-20181_phk

Anda mungkin juga menyukai