Disusun oleh :
Nama : Yosfian Pratama Akbar (210017095)
Kelas : 01
Mata Kuliah : Mesin Konversi Energi
2019
A. PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN
Energi angin merupakan salah satu potensi energy terbarukan yang dapat memberikan
kontribusi signifikan terhadap kebutuhan energy listrik domestik, khususnya wilayah
terpencil. Pembangkit energi angin yang biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Angin ini
bebas polusi dan sumber energinya yaitu angin tersedia dimanapun, maka pembangki tini
dapat menjawab masalah lingkungan hidup dan ketersediaan sumber energi.
2. Besarnya fluktuasi kecepatan angin di Indonesia. Yang berarti profil kecepatan angin
selalu berubah secara drastic dengan interval yang cepat.
Peta persebaran potensi angin Indonesia. Dapat dilihat bahwa distribusi kecepatannya
relatif rendah. Dengan rata-rata kecepatan angin yang rendah, generator yang dipasang harus
dirancang untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin yang rendah (yang
kemungkinan terjadinya paling besar). Masalahnya, karena fluktuasi kecepatan angin di
Indonesia cukup besar, kecepatan angin sering melonjak tinggi selama beberapa saat. Jika
kita merancang generator untuk berputar secara optimal pada kecepatan angin rendah,
generator tidak akan kuat menahan kecepatan angin yang tinggi. Akibatnya generator akan
rusak.
Maka dari itu, biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia tidak dirancang
untuk berputar secara optimal pada kecepatan rendah yang kemungkinan terjadinya paling
besar tersebut. Biasanya turbin angin yang dipasang di Indonesia dirancang untuk berputar
secara optimal pada kecepatan angin yang sedikit lebih tinggi dari pada kecepatan rendah
yang dimaksud tadi.
Namun solusi ini menghadapi masalah baruya itu turbin tidak akan berputar dengan
baik pada kecepatan yang sangat rendah (yang sering terjadi juga karena besarnya fluktuasi).
Akibatnya daya tidak terbangkitkan pada kecepatan rendah. Maka sistem turbin angin di
Indonesia sering tidak menghasilkan daya (karena kecepatan sangat rendah cukup sering
terjadi).
Meskipun belum ada batasan yang jelas, PLTS yang menggunakan modul surya lebih
dari 100Wp (Output energi >400Wh), dan oleh karenanya lebih memungkinkan digunakan
system AC (Alternating current; karena listrik yang dapat digunakan setelah dikurangi losses
dan self consumption inverter masih cukup memadai), dalam tulisan ini, termasuk dalam
kategori PLTS skala menengah-besar. PLTS pada skala ini umumnya tidak lagi
menggunakan system desentralisasi, tetapi menggunakan system sentralisasi ( dus
menggunakan jaringan distribusi), dan dikombinasikan dengan system pembangkit lainnya.
Sumber energi terbarukan, pada prinsipnya, merupakan sumber daya alam non fossil
yang dapat diperbarui dan apabila dikelola dengan baik akan dapat menjadi sumber energi
listrik yang melimpah dan tidak akan habis dalam jangka waktu yang sangat lama. Beberapa
sumber energi yang dikategorikan sebagai sumber energi terbarukan adalah energi biomassa,
energi biogas, energi panas bumi, energi angin, energi surya, energi air, dan energi nuklir
[Tim Peneliti, Deptamben Sul-Sel, 2006].Jika dibandingkan dengan pemanfaatan energi fosil
sampai saat ini maka pemberdayaan potensi energi terbarukan tergolong masih sangat kecil
khususnya energi-energi alternatif. Untuk itu perlu upaya peningkatan pemberdayaan energi
terbarukan, terutama untuk mendukung program pengembangan energi nasional salah
satunya sebagai salah satu sumber energi listrik yang sangat potensial di masa depan.
Di banyak negara maju pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai salah satu
sumber energi listrik alternatif telah meningkat secara pesat. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya nyata mengurangi dampak-dampak negatif sistem pembangkit listrik yang bersumber
dari sumber energi dari fossil seperti bahan bakar minyak, batubara dan sumber-sumber
pembangkit dengan tingkat emisi gas karbon yang tinggi lainnya. Kebanyakan negara modern
saat ini telah mengerahkan segala usaha untuk terus meningkatkan penetrasi pemakaian
sumber-sumber energi terbarukan untuk pembangkitan listrik [F. Bouffard and F.D. Galiana,
2008] yang lebih murah, aman dan ramah lingkungan terutama untuk mengurangi
”greenhouse effects”. Contoh sistem pembangkit hibrid yang ada di Amerika Serikat
diperlihatkan pada Gambar 2.3. Pada gambar tersebut diperlihatkan gabungan sistem
pembangkit tenaga surya dan angin. Dua model sistem pembangkitan listrik yang berbeda ini
akan saling mendukung satu sama lain untuk menyediakan suplai pasokan listrik yang
mencukupi untuk kebutuhan jaringan listrik lokal.
Gambar 2.12 Sistem pembangkit listrik hybrid tenaga surya dan angin.
Sebagai salah satu model pembangkit listrik yang cukup menguntungkan untuk
dikembangkan terkhusus untuk sistem pembangkit daya kelistrikan stand-alone pada single
remote premises, komunitas-komunitas masyarakat terisolir, dan sebagai sumber-sumber
pembangkitan cadangan terutama untuk beban-beban kritikal, maka sistem pembangkit hibrid
merupakan alternatif yang sangat potensial untuk ditindaklanjuti [J. Driesen dan F. Katiraei,
2008). Para pakar di bidang energi terbarukan berpendapat bahwa terdapat banyak
keuntungan yang dapat diperoleh melalui sistem pembangkit listrik hibrid contohnya dari
sumber-sumber energi solar, angin dan air, meskipun itu untuk kebutuhan skala kecil
sekalipun. Beberapa aspek menguntungkan tersebut, diantaranya:
1. Peluang penurunan harga listrik akan terjadi secara signifikan; hal ini dikarenakan
oleh semakin banyaknya sumber-sumber energi listrik terbarukan yang dapat
dikembangkan. Melalui proses diversifikasi sistem pembangkitan listrik semacam ini
akan dapat memberikan suplai/pasokan energi listrik yang mencukupi dan murah.
Kontribusi sistem pembangkitan listrik hibrid di suatu lokasi remote/ isolated area akan
pula menguntungkan untuk suplai di daerah tersebut tanpa perlu lagi membebani sistem
distribusi listrik secara nasional.
2. Sebagai sistem back-up/ cadangan/reserve bagi sistem jaringan listrik dengan kondisi
beban kritis seperti halnya terjadi di beberapa daerah di Indonesia yang mengalami krisis
listrik pada tingkat yang mengkhawatirkan. Hal ini sangat memungkinkan bila sentra-
sentra pembangkit listrik hibrid energi terbarukan ini mampu dikembangkan dan
membangkitkan kapasitas listrik yang melebihi kebutuhan lokal, maka kelebihannya
dapat dilimpahkan ke sistem distribusi makro.
Stabilitas pasokan tenaga listrik lebih terjamin. Sistem pembangkit listrik energi
terbarukan yang dibangun dengan mengoptimalkan diversifikasi sumber energi akan lebih
menjaga aspek ketersediaan (reliability) dan kestabilan (stability) pasokan listrik. Sistem
pembangkit listrik yang hanya berasal dari satu sumber energi terbarukan memiliki
keterbatasan-keterbatasan, diantaranya suplai kapasitas listrik dapat berubah sesuai dengan
musim di dalam satu tahun. Contohnya untuk sistem pembangkit listrik energi angin sangat
dipengaruhi musim, apakah musim dingin, panas, hujan, dan gugur. Hal ini tiada lain karena
kecepatan angin berubah-ubah selama musim-musim tersebut. Kecepatan angin juga
berubah-ubah dalam satu hari, akibatnya kemampuan turbin untuk menghasilkan daya listrik
akan berubah-ubah pula sesuai perubahan kondisi lingkungan sekitar sistem pembangkit.
Keadaan semacam itu juga terjadi pada sistem-sistem pembangkit listrik tenaga surya dan air,
sebagai contoh lainnya.
Diatas telah dibahas mengenai prinsip dari kedua pembangkit yaitu pembangkit
tenaga bayu yang mebutuhkan angin dan pembangkit tenaga surya yang membutuhkan
cahaya matahari. Lantas bagaimana cara agar kedua pembangkit dapat beroperasi pada satu
sistem kelistrikan.
a. Instalasiterpusat AC
Gampardisampingdilakukansentralisasi bus-
AC dimanasemuapembangkit (angin, surya,)
danbateraidihubungkanke bus-AC
utamasebelumdisalurkankebeban
(grid).InstalasiinidisebutsebagaiInstalasiterpusa
t AC, karenadaya yang
dihasilkanolehsemuapembangkitdihubungkank
ebebanmelaluisatutitik.Karenakeluaran PV
danbateraiadalahtegangan DC, makadiperlukan
inverter untukmengubahtegangan DC ke AC.
b. InstalasiDesentralisasi AC
c. Sistem DC terpusat
Pembangkit terhubung ke beban secara terpusat menggunakan bus-DC. Dengan instalasi ini,
tegangan AC yang dihasilkan oleh
pembangit energi angin dan diesel harus
diubah menjadi tegangan searah. Selanjutnya
inverter DC-AC digunakan untuk mengubah
tegangan DC pada bus menjadi tegangan AC
pada beban. Keutungan dari sistem ini
adalah tidak diperlukan kendali frekuensi
dan tegangan pada bus dan memungkinkan
penggunaan variable speed generator dalam
sistem. Sedangkan kelemahan dari sistem ini
adalah adanya dua proses perubahan
tegangan AC ke DC, lalu ke AC lagi, sehingga akan berpengaruh pada efisiensi sistem.