Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan

secara terus-menerus dan berkesinambungan (Maryam, 2008). Pertambahan

usia akan menimbulkan perubahan-perubahan pada struktur dan fisiologis dari

berbagai sel (jaringan) organ dan sistem yang ada pada tubuh manusia

sehingga menyebabkan sebagian besar lansia mengalami kemunduran atau

perubahan pada fisik, psikologis, dan sosial (Azizah, 2011). Sekitar 30%

lanjut usia di dunia yang tinggal di komunitas pernah terjatuh (Stanley, 2007).

Pada lanjut usia terjadi perubahan kondisi fisik, kondisi psikologis, serta

perubahan kondisi sosial dan ekonomi (Noorkasiani, 2009). Perubahan-

perubahan tersebut, menurut Stockslager (2008), dianggap dapat

meningkatkan terjadinya resiko jatuh dan cedera pada lanjut usia. Ada banyak

faktor yang berperan dalam kejadian jatuh pada lanjut usia, baik faktor

intrinsik yang berasal dari dalam diri lanjut usia itu sendiri dan faktor

ekstrinsik yang berasal dari luar diri lanjut usia (Bandiyah, 2009)

Lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun (Maryam, 2008). Perkembangan penduduk lanjut usia dari tahun

ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Pada tahun 2010, jumlah penduduk

lansia yang tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal

di pedesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Sepuluh tahun kemudian atau pada

2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 %

dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007). Jumlah lanjut usia

1
2

diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2

miliyar pada tahun 2050, pada saat itu jumlah lanjut usia akan melebihi

jumlah anak (0-14 tahun) (Maryam, 2008).

Di Indonesia berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) didapatkan

proporsi cedera akibat jatuh pada lanjut usia (60 tahun keatas) sekitar 70,2%,

lansia cenderung mengalami jatuh (Riyadina, 2009). Faktor resiko spesifik

terjadinya jatuh dapat dikategorikan sebagai faktor intrinsik dan ekstrinsik.

Faktor resiko intrinsik bersifat alami, termasuk variabel pasien, seperti usia

dan penyakit. Faktor resiko ekstrinsik meliputi hal-hal di lingkungan, yang

dapat mengakibatkan jatuh, seperti pencahayaan yang buruk, ruangan yang

penuh dengan barang, lantai licin, dan alas kaki yang mudah selip. (Meridian,

2011). Kejadian jatuh yang dialami lanjut usia biasanya akan menimbulkan

komplikasi-komplikasi. Komplikasi dari jatuh yaitu patah tulang, hematoma,

kecacatan dan kematian. Jatuh pada lanjut usia merupakan salah satu isu

utama untuk masalah kesehatan pada lanjut usia (Azizah, 2011).

Berdasarkan laporan Rumah Sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit

(SIRS) tahun 2010, 10 peringkat terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari

seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun

yang paling tingggi adalah hipertensi esensial (primer). Keluhan kesehatan

lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit

kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes

(32,99%), Jenis kesulitan yang dialami lansia berdasarkan sensus penduduk

tahun 2010 yang paling tinggi adalah kesulitan dalam melihat (17,57%),

kemudian kesulitan dalam hal mendengar (12,77%) (Kemenkes RI. 2013).


3

Perubahan postur umum terjadi pada lansia akibat penurunan kekuatan dan

fleksibilitas. Pada lansia secara anatomis kepala akan lebih maju, bahu

menjadi lebih melengkung dan punggung mengalami kifosis. Perubahan

postur dan kesegarisan vertebrata dapat mempengaruhi keseimbangan dan

meningkatkan resiko jatuh (Dewi, 2014).

Ani susiani pada tahun 2014 melakukan penelitian tentang pencegahan

jatuh pada lanjut usia di panti dengan pendekatan proses keperawatan:

literatur review yang bertujuan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lanjut

usia yang tinggal dipanti dengan pendekatan proses keperawatan. Metode

yang digunakan dalam pembuatan artikel adalah penelusuran jurnal, buku dan

artikel-artikel lain yang mendukung baik melalui internet maupun

perpustakaan. Sumber-sumber tersebut dianalisis dan menghasilkan

kesimpulan bahwa kejadian jatuh yang banyak dialami oleh lanjut usia yang

tinggal dipanti dapat dicegah melalui kolaborasi antar perawat, dokter, tim

rehabilitasi medis dan occupational therapist dengan pihak pengelola untuk

mengidentifikasi dan mengeleminasi faktor risiko serta memberikan latihan

keseimbangan berdiri pada lanjut usia.

Windy Asih & Roselina Tambunan pada tahun 2015 yang melakukan

penelitian tentang Pengaruh Program Pencegahan Jatuh Berupa Edukasi dan

Latihan Kekuatan Otot Terhadap Faktor Risiko Jatuh Yang Dimiliki Oleh

Lansia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay

Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi yaitu

edukasi dan latihan kekuatan yang diberikan kepada lansia terhadap risiko

jatuh yang dimiliki oleh lansia. Desain penelitian ini adalah pre eksperimental
4

design dengan pendekatan one group pre-test post-test tanpa kelompok

pembanding. Penelitian dilakukan di BPSTW Ciparay. Lansia yang memenuhi

kriteria inklusi sebagai sampel sejumlah 65 orang (1 orang drop out). Hasil

penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lansia secara umum dan

khususnya bagi lansia serta pengelola BPSTW Ciparay dalam menurunkan

risiko jatuh yang dimiliki sehingga lansia dapat mempertahankan kemandirian

dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari dan mencapai kualitas hidup yang

optimal.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti tanggal 08

Maret 2017 melalui wawancara dan observasi didapatkan jumlah penghuni

panti sebanyak 34 orang, Diketahui bahwa lansia yang mengalami gangguan

sistem anggota gerak sebanyak sebanyak 21 orang dengan dibantu total

sebanyak 5 orang, lansia yang menggunakan alat bantu tongkat sebanyak 12

orang dan lansia yang memakai kursi roda sebanyak 4 orang. Jumlah data

lansia berdasarkan penyakit yaitu lansia yang mengalami gangguan jantung

dan sirkulasi darah berupa hipertensi sebanyak 9 orang. Lansia yang

mengalami penurunan penglihatan sebanyak 15 orang dan penyakit lainnya

seperti stroke sebanyak 8 orang, dan demensia sebanyak 23 orang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas panti didapatkan bahwa dua

bulan terakhir lansia yang jatuh sebanyak 7 kejadian terutama di kamar mandi

dan tempat tidur, lansia yang beresiko tinggi akan diletakkan pada bed yang

mempunyai pagar di sampingnya. Selain itu panti hanya memiliki 1 perawat

dan tidak bertempat tinggal di PWU Tresno Mukti Turen.


5

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor intrinsik yang berhubungan dengan

resiko jatuh pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang menceritakan tentang kejadian jatuh pada

lanjut usia, maka dirumuskan masalah “

1.2.1 Apakah faktor yang berhubungan dengan resiko jatuh pada lansia di

PWU Tresno Mukti Turen?

1.2.2 Apakah faktor yang dominan dengan resiko jatuh pada lansia di PWU

Tresno Mukti Turen?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan faktor

intrinsik yang berhubungan dengan resiko jatuh pada lansia di PWU

Tresno Mukti Turen

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengetahui faktor intrinsik (gangguan jantung dan sirkulasi

darah, gangguan sistem anggota gerak, dan gangguan

penglihatan pada lansia di PWU Tresno Mukti Turen.

1.3.2.2 Mengetahui tingkat resiko jatuh pada lansia di PWU Tresno

Mukti Turen.

1.3.2.3 Menganalisis hubungan gangguan jantung dan sirkulasi

darah, gangguan sistem anggota gerak, gangguan


6

penglihatan, terhadap resiko jatuh pada lansia di PWU Tresno

Mukti Turen.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan

pengetahuan kesehatan, khususnya ilmu keperawatan lansia yang

berkaitan faktor-faktor resiko jatuh pada lansia.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi PWU Tresno Mukti Turen

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada

pelayanan kesehatan dapat melakukan pengembangan program

pencegahan resiko jatuh pada lansia.

1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

tambahan informasi dalam proses belajar mengajar, dan

sebagai data dasar penelitian selanjutnya mengenai faktor

intrinsik yang berhubungan dengan resiko jatuh pada lansia.

1.4.2.3 Bagi perawat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi

pelayanan kesehatan khususnya pelayanan asuhan keperawatan

agar meningkatkan edukasi kepada klien dan keluarga terkait

dengan resiko jatuh pada lansia


7

1.4.2.4 Bagi Peneliti

Dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu khususnya

bidang keperawatan yang didapat selama pendidikan,

menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan

penelitian lebih jauh tentang faktor intrinsik yang berhubungan

dengan resiko jatuh pada lansia..

Anda mungkin juga menyukai