Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


II.1.1 Definisi Leaching
Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau
lebih komponen dari satu fase ke fase yang lainnya. Namun dibalik definisi sederhana ini
tersimpan kerumitan yang cukup besar. Pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik,
karena entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode ekstrkasi
dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika perpindahan
massa tidak dapat diabaikan (Majid dan Nurkholis, 2008).
Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah suatu teknik ekstraksi untuk memindahkan zat
terlarut dari fase padat dengan bantuan pelarut. Prinsip dari ekstraksi padat-cair adalah zat padat
mengalami kontak dengan pelarut sehingga senyawa dalam zat padat akan berpindah ke dalam
pelarut. Dengan demikian terjadi transfer massa senyawa dari zat aktif ke pelarut dan proses
tersebut berlangsung dalam gradient konsentrasi. Kecepatan transfer massa akan menurun
ketika konsentrasi senyawa dalam pelarut meningkat hingga kesetimbangan tercapai yaitu
konsentrasi senyawa dalam zat padat dan pelarut sama. Jika kesetimbanagn telah tercapai maka
transfer massa senyawa dari zat padat ke dalam pelarut akan berhenti. Transfer massa senyawa
bergantung pada kelarutannya dalam pelarut, pemanasan pelarut dapat meningkatkan transfer
senyawa (ICS UNIDO,2008).
Ekstraksi padat – cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dalam dari
padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena
komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan
kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut
dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit
larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya
(Lucas, 1949).
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan
dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan
dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
molekul – molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat aktif di dalam
simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun
kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna
ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20 – 25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986).

Gambar II.1 Alat Soxhlet


Gambar di atas merupakan alat yang diguanakan untuk ekstraksi padat-cair atau
leaching, yaitu soxhlet. Di atas kolom diletakkan sebuah pendingin. Dengan cara ini perkolasi
menjadi lebih sempurna karena proses ekstraksi dilakukan dengan pemanasan/pendidihan.
Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel) dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan
dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya
akan jatuh dan melewati sampel. Saat pelarut kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi
senyawa dalam sampel terjadi. Pelarut yang telah mengadakan kontak dengan sampel dan telah
mengekstrak sampel akan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat. Demikian proses berlangsung
berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.2 Jenis-Jenis Ekstraksi
Menurut Winarti (2008), ekstraksi pelarut dibagi menjadi dua yaitu :
1. Ekstraksi Padat – Cair
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan
menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu, dapat
dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris-iris menjadi bagian yang tipis-tipis. Kemudian
padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah terbungkus kertas
saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik dimasukkan ke dalam pelarut
godog. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan pendingin air. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua analit terekstrak. Pada ekstraksi
padat – cair, satu atau beberapa komponen yang dapat larut dispisahkan dari bahan padat dengan
bantuan pelarut. Pada ekstraksi, yaitu ketika bahan ekstraksi dicampur dengan pelarut, maka
pelarut menembus kapiler – kapiler dalam bahan padat dan melarutkan ekstrak. Larutan ekstrak
dengan konsentrasi yang tinggi terbentuk di bagian dalam bahan ekstraksi. Dengan cara difusi
akan terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan tersebut dengan larutan luar bahan padat.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai unjuk kerja ekstraksi atau kecepatan
ekstraksi yang tinggi pada ekstraksi padat-cair, yaitu:
a. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fase padat dan fase
cair, maka bahan itu perlu sekali memiliki permukaan yang seluas mungkin.
b. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan laju alir bahan
ekstraksi.
c. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan ekstrak lebih besar)
pada umumnya menguntungkan unjuk kerja ekstraksi.
Menurut J. Basset (1994), pemilihan pelarut untuk ekstraksi ditentukan oleh
pertimbangan-pertimbangan berikut :
1. Angka banding distribusi yang tinggi untuk zat terlarut, angka banding yang rendah
untuk zat-zat pengotor yang tak diinginkan.
2. Kelarutan yang rendah dalam fase air.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Kekentalan yang cukup rendah dan perbedaan rapatan yang cukup besar dari fase
airnyauntuk mencegah pembentukan emulsi.
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat beracun.
5. Mudah mengambil kembali zat terlarut dari pelarut untuk proses-proses analisis
berikutnya.
2. Ekstraksi Cair – Cair
Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair - cair terutama digunakan, bila pemisahan campuran
dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan (misalnya karena pembentukan azeotrop atau
karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi
cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Pada ekstraksi
cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan
pelarut. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction): solute dipisahkan dari cairan
pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen
(immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan
fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasadengan konsentrasi pada
keadaan setimbang merupakan pendorong terjadinya pelarutan (pelepasan) solute dari larutan
yang ada. Gaya dorong (driving force) yang menyebabkan terjadinya proses ekstraksi dapat
ditentukan dengan mengukur jarak system dari kondisi setimbang.
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut.
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solve
Operasi ekstraksi cair-cair terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1. Kontak antara pelarut (solvent) dengan fasa cair yang mengandung zat terlarut (diluent),
kemudian zat terlarut akan berpindah dari fasa diluent kefasa pelarut.
2. Pemisahan fasa yang tidak saling larut yaitu fasa yang banyak mengandung pelarut disebut
ekstrak dan fasa yang banyak mengandung pelarut asal disebut fasa rafinat rafinat (Degaleesan,
1976 dalam Martunus, 2007).

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Ekstraksi
Menurut Budhikarjono (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi leaching atau
ekstraksi padat-cair adalah sebagai berikut:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel yang lebih kecil akan memperbesar luas permukaan kontak antara
partikel dengan liquid, sehingga akan memperbesar laju perpindahan massa, selain itu
juga akan memperkecil jarak difusi. Tetapi partikel yang sangat halus tidak efektif bila
sirkulasi proses tidak di jalankan, di samping itu juga akan mempersulit pembuangan
ampas padat. Jadi harus ada range tertentu untuk ukuran partikel, di mana partikel harus
cukup kecil agar tiap partikel mempunyai waktu ekstraksi yang sama. Partikel yang
terlalu kecil akan menyulitkan dalam aliran pembuangan.
2. Pelarut
Pelarut harus memilih yang baik maka tidak akan merusak solute atau residu pelarut,
viskositasnya tidak tinggi (kental) agar sirkulasi bebas dapat terjadi.
3. Suhu operasi
Umumnya kelarutan suatu solut yang akan di ekstrak akan bertambah jika suhunya juga
semakin tinggi dan akan memperbesar difusi sehingga naiknya suhu akan menaikkan
kecepatan ekstraksi. Tetapi suhu tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan
bahan yang diproses rusak.
4. Pengadukan
Dengan adanya pengadukan, dapat menaikkan difusi, kecepatan perpindahan massa dari
permukaan partikel ke dalam larutan dan mencegah pengendapan.

II.1.4 Pemilihan Jenis Sovlen


Jenis pelarut berpengaruh pada laju ekstraksi karena setiap pelarut memiliki karakterisa
si masing-masing untuk mempengaruhi laju ekstraksi. Minyak dapat diesktraksi dengan
perkolasi, imersi dan gabungan perkolasi dan imersi. Metode perkolasi pelarut membasahi
bahan tanpa merendam dan berkontak dengan seluruh spasi diantara partikel. Sementara imersi

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
terjadi saat bahan benar-benar terendam oleh pelarut yang bersikulasi di dalam ekstraktor,
sehingga dapat disimpulkan:
a. Dalam proses perkolasi laju disaat pelarut berkontak dengan cepat membasahi bahan karen
a pengaruh gravitasi.
b. Dalam proses imersi, bahan berkontak dengan pelarut secara periodic sampai bahan benar-
benar terendam oleh pelarut. Oleh karena itu pealrut mengalir perlahan pada permukaan ba
han bahkan saat sirkulasi.
c. Untuk perkolasi yang baik, partikel bahan harus sama besar untuk mempermudah pelarut
bergerak melalui bahan.
d. Dalam kedua prosedur, pelarut disirkulasikan secara counter terhadap bahan sehingga
dengan kandungan minyak paling sedikit harus berkontak dengan pelarut yang
konsentrasinya paling rendah.
Metode perkolasi biasa digunakan untuk mengekstraksi bahan yang kandungan minyak
nya mudah terekstraksi. Sementara metode inersi lebih cocok untuk mengekstraksi minyak ya
ng berdifusi lambat.
Menurut Gozen (2006), salah satu hal yang sangat menentukan dalam pertimbangan
desain proses ekstraksi adalah pemilihan solven yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a. Reproksivitas, kemampuan untuk melakukan kontak antara pelarut dengan suatu zat
terlarut.
b. Selektivitas, kekuatan pelarut untuk melarutkan salah satu komponen zat terlarut. Harga
rasio kesetimbangan solut tiap fasa.
c. Koefisien distribusi, pembagian rasio y/x dalam kesetimbangannya yang menunjukkan
kemampuan zat terlarut terdistribusi dalam pelarut. Nilai 1 menunjukkan zat terlarut
sangat mudah terdistribusi dalam pelarut. y/x pada kesetimbangani hal ini semakin
besar semakin bagus.
d. Ketidaklarutan (insolubility), pelarut tidak boleh larut dalam cairan karir.
e. Recoverability, kemampuan pelarut untuk dapat dimurnikan lagi (recover). (Misalnya:
azeotrop)

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
f. Kerapatan (density), menunjukkan konsentrasi zat terlarut dalam solven. Penurunan
densitas zat c berarti kelarutannya semakin banyak dalam pelarut. Harus ada perbedaan
densitas antar komponen sehingga fasa-fasa dapat dipisahkan dengan pengendapan.
g. Tegangan permukaan (interfasial tension), menunjukkan kemampuan dua jenis cairan
untuk bercampur. Jika tegangan permukaan terlalu tinggi maka cairan akan sulit
bercampur.
h. Reaktivitas kimia, ada kemampuan untuk dibawa secara kimiawi antara 2 cairan
sehingga dapat diketahui apakah dua larutan dapat dicampurkan tanpa reaksi (inert).
Tujuannya adalah supaya kita bisa mengetahui apakah nanti bisa bergabung kembali
setelah ekstraksi. Pelarut haruslah stabil dan tak beraksi (inert).
i. Viskositas, tekanan uap, dan titik beku rendah.
j. Sifat lain seperti toksisitas, flammabilitas, serta nilai ekonomi adalah sifat- sifat yang
perlu diperhatikan untuk menentukan pilihan pelarut pengekstraksi.
Berikut ini adalah Macam-macam pelarut dan sifat-sifatnya :
1. Pelarut non polar
Tabel II.1 Pelarut Non Polar
Pelarut Rumus kimia Titik Didih Konst. Þ
Dielektrik
Heksana C6H14 690C 2,0 0,655 g/mL
Kloroform CHCL3 610C 4,8 1,498 g/mL
Toluena C6H5-CH3 1110C 2,4 0,867 g/mL
2. Pelarut Polar Aprotik
Jenis pelarut polar aprotik dapat dilihat pada tabel II.2
Tabel II.2 Pelarut Polar Aprotik
Pelarut Rumus Kimia Titik Didih Konst. Dielektrik Þ
Diklorometana CH2Cl2 400C 9,1 1,326 g/mL
Dimetil sulfoksid CH5-5(=O)- 1890C 4,7 1,096 g/mL
CH3

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3. Pelarut Polar
Jenis pelarut polar terdapat pada Tabel II.3
Tabel II.3 Pelarut Polar
Pelarut Rumus Kimia Titik Didih Konst. Dielektrik Þ
As. Asetat CH3COOH 1180C 6,2 1,049 g/mL
Etanol CH3-CH2-OH 790C 30 0,789 g/mL
Metanol CH3-OH 650C 33 0,791 g/mL
Air H-O-H 1000C 80 1,000 g/mL

II.1.5 Laju Transfer Massa Solut A dari Fase Padat ke Liquid


Menurut Gozan (2006), laju perpindahan massa pada proses leaching dapat kita
nyatakan dengan :
NA
= k L (cAS − cA )
A

Dengan memindahkan luas ke sebelah kanan persamaan dan menguraikan fluks maka kita
dapatkan persamaan perpindahan massa :

VdcA
= NA = Ak L (cAS − cA ) ……..……………..… (2)
dt
Jika persamaan (2) kita integrasikan maka didapatkan persamaan akumulasi
perpindahan massa sebagai berikut :
cAS − cA k A
−( L )t ………..…………..……. (3)
=e V
cAS − cA0
Keterangan :
NA = (fluks) massa yang berpindah per satuan waktu (kg/jam)
A = luas permukaan kontak (dm2)
kL = koefisien perpindahan massa (dm/jam)
cAS = kandungan bahan A pada padatan (kg/L)
cA = konsentrasi bahan A pada larutan (kg/L)
V = volume leaching (dm3 atau L)

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.2 Jurnal Aplikasi Industri
EKSTRAKSI KONTINYU DENGAN SIMULASI BATCH TIGA TAHAP ALIRAN
LAWAN ARAH: PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT MENGGUNAKAN
PELARUT N-HEXANE DAN ISO PROPIL ALKOHOL
Bambang Pramudono*), Septian Ardi Widioko dan Wawan Rustyawan

Tujuan penelitian ini adalah mengkaji rendemen dan selektivitas dari ekstraksi biji
alpukat dengan pelarut n-hexane dan isopropyl alcohol (IPA). Ekstraksi dilakukan dengan
sistem kontinyu simulasi batch bertahap tiga aliran lawan arah pada temperatur 82 oC (untuk
pelarut n- hexane) dan 69 oC (untuk pelarut IPA), selama 2 jam dengan perbandingan bahan dan
pelarut sebesar 20 gr/250 gr.
Sebelum percobaan dilakukan penyiapan bahan baku yaitu biji alpukat dikupas kulit
arinya, kemudian dicuci dan dipotong-potong, dan selanjutnya. dikeringkan sampai mencapai
kadar air kesetimbangan (equilibrium moisture content). Setelah pengeringan usai, biji alpukat
dihaluskan dengan blender dan diayak hingga mendapatkan ukuran 40 mesh, yang siap
digunakan sebagai bahan kerja. Pada langkah pertama, biji buah alpukat dan pelarut dimasukkan
sebagai umpan ke dalam ekstraktor, dan selanjutnya dilakukan proses leaching. Setelah proses
leaching selesai, cairan dan padatannya dipisahkan sebagai ekstrak dan rafinat. Pada langkah
kedua pelarut baru (fresh solvent) ditambahkan ke dalam ekstraktor ke-3 di mana ekstraktor
masih berisi padatan sisa pada langkah pertama. Setelah dilakukan leaching rafinat dimasukkan
ke dalam ekstraktor yang ke-2, kemudian dimasukan umpan baru. Bila dalam ekstrak terdapat
endapan padatan maka sebelum dianalisis dipisahkan lebih dulu dengan centrifuge.
Berdasarkan hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-hexane dan IPA dapat
disimpulkan beberapa bahwa ditinjau dari rendemen yang diperoleh, proses ekstraksi minyak
secara kuantitatif lebih bagus menggunakan n-hexane sebagai solven karena rendemen yang
diperoleh lebih tinggi. Ditinjau dari selektivitas (kadar asam oleat dan asam linoleat), proses
ekstraksi minyak secara kualitatif lebih bagus menggunakan IPA karena kadar asam oleat dan
asam linoleat lebih tinggi. Selain itu pada minyak hasil ekstraksi menggunakan IPA kadar bahan
berbahaya (keton) lebih rendah.

Laboratorium Proses Pemisahan dengan Perpindahan Massa


Departemen Teknik Kimia Industri
Fakultas Vokasi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember II-9

Anda mungkin juga menyukai