DIAH RATNAWATI
1006800781
DIAH RATNAWATI
1006800781
i
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir dengan judul
“Program Lansia Sehat Dengan Diabetes Mellitus (LANSET DM) Sebagai
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Dalam Pengendalian DM Pada
Kelompok Lansia Di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.” Karya ilmiah
akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penyelesaian karya ilmiah akhir yang dibuat oleh penulis tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dan Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
2. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ns. Henny Permatasari, M.Kep, Sp.Kom, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
4. Segenap Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan dosen Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
5. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Ibuku yang tersayang Eva Padmaratna yang juga penuh kesabaran dan selalu
tidak putus mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.
7. Suamiku tersayang Rizal Akbar, ST dan anakku tercinta Adha Torane yang
selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama proses
penyusunan karya ilmiah akhir.
8. Adikku Muhammad Firmansyah, S.I.Kom dan istri tercintanya Dinda
Maradani, SH yang juga ikut mendoakan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah akhir.
9. Rekan-rekan Residen “Khusus Berlima (Jajang, Herlina, Intan, Uswah dan
Ratna)” Angkatan 2013 yaitu Program Spesialis Keperawatan Komunitas
iv
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
yang selalu kompak dan saling memberi dukungan dalam mencapai
kesuksesan praktik residen keperawatan komunitas.
10. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Ilmu
Kesehatan Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta yang selalu
memberikan dukungan dalam penyelesaian Praktik Residen Keperawatan
Komunitas dan karya ilmiah akhir.
Penulis
v
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................ ......................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... .....................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................... ................iv-v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS..................................... vi
HALAMAN ABSTRAK.............................................................................. vii-viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix-x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR SKEMA .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... .........1
1.2 Tujuan ...................................................................................... .......10
1.3 Manfaat.............................................................................................11
ix
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas........................60
3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar............................................................65
3.3 Pelaksanaan Program LANSET DM................................................68
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan..................................................135
5.2 Keterbatasan .......................................................................... ….150
5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. .....151
LAMPIRAN
x
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL
xi
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA
2.4 Skema Kerangka Kerja sebagai integrasi dari teori Community as Partner,
Preceed- Proceed Model dan Familly Center Nursing Model……….58-59
4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan
kesehatan pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus...................... 93
xii
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat dari pelaksanaan program Lansia Sehat dengan Diabetes Mellitus
(LANSET DM) sebagai salah satu strategi intervensi keperawatan komunitas
dalam pengendalian masalah DM pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Hasil Susenas di Jawa Barat menunjukkan bahwa UHH mencapai 63,8 sampai 68
tahun pada tahun 2004 dan menurut BPPS UHH Kota Depok adalah 73,1 tahun
pada tahun 2009 (Bappeda Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok,
2009; Redaksi, 2012). Kecamatan Cimanggis sebagai salah satu kecamatan yang
terdapat di Kota Depok adalah UHH yaitu 73,66 tahun pada tahun 2009 (Bappeda
Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009).
Jumlah lanjut usia (lansia) pada tahun 2025 diperkirakan akan melebihi jumlah
anak balita (Balitbangkes Depkes RI, 2008). Peningkatan UHH berbanding lurus
dengan pertumbuhan populasi lansia yang terus meningkat, jumlah lansia pada
tahun 2009 sebanyak 17.985.400, dan tahun 2010 sebanyak 18.575.000 (Badan
Pusat Statistik, 2010). Jumlah lansia di Jawa Barat sebanyak 13% dari 40.737.594
penduduk (Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2007). Hasil laporan
1 Universitas Indonesia
Penyakit diabetes mellitus, disebut juga kencing manis merupakan salah satu
penyakit kronis yang banyak diderita oleh lansia. Lansia menderita diabetes
melitus jika konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau
sama dengan 126 mg/ dl, atau kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih atau
sama dengan 200 mg/ dl, atau lebih dari 200 mg/ dl pada pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu (Soegondo, 2008).
Universitas Indonesia
Tingginya kasus diabetes mellitus pada lansia disebabkan oleh kemunduran sel-sel
akibat proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,
diperberat dengan kelebihan berat badan dan kegemukan karena pola makan yang
tidak sehat dengan banyak makan, aktifitas fisik yang kurang, dan stres yang
berlebihan sehingga menimbulkan komplikasi (kelainan kardiovaskular,
neuropati, dan retinopati) bagi kesehatan diabetisi secara keseluruhan (Aziza,
2007; Ramachandran dkk., 2012). Peningkatan jumlah diabetisi disebabkan
beberapa faktor risiko diabetes melitus, antara lain: faktor genetik atau keturunan,
faktor karakteristik biologis, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor usia
(Dunning, 2003; Aziza, 2007; Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011; Astapa,
2012).
Universitas Indonesia
Lansia dengan diabetes mellitus menambah beban bagi keluarga dan juga menjadi
tanggung jawab negara karena menyangkut masalah ekonomi dan meningkatkan
biaya kesehatan dalam hal pengelolaan dan pemberantasan penyakit (Arief, 2011;
Suharko, 2012). Oleh karena itu, penyakit diabetes yang diderita oleh kelompok
lansia ini membutuhkan pengelolaan yang tepat dalam hal pengobatan dan
perawatan, bahkan dalam pencegahan komplikasinya. Menurut Ramachandran
(2012) bahwa upaya preventif dapat memberikan biaya yang efektif dalam
perkembangan lebih lanjut dari penyakit diabetes dan penurunan kejadian
komplikasi.
Universitas Indonesia
memiliki sikap negatif tentang perawatan diabetes mellitus yaitu sebesar 49,1%.
Hasil kuesioner juga menunjukkan 50% lansia memiliki keterampilan yang
kurang tentang perawatan diabetes mellitus dan 51,9% belum menunjukkan
tindakan perawatan DM dengan baik ditandai dengan 20% tidak pernah
mengontrol kadar gula darah secara rutin, 35% tidak pernah mengatur diet dan
pola makan untuk penderita DM, dan 28% tidak pernah melakukan latihan fisik.
Hasil focus group discussion yang dilakukan pada lansia yang datang ke Posbindu
RW 5 didapatkan hasil: sebagian besar lansia yang menderita diabetes
mengatakan tidak pernah mengatur jadwal makannya, lansia tidak pernah
menakar makannya sehari-hari, lansia kurang mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang diet diabetes mellitus dengan gizi seimbang. Lansia dengan diabetes
jarang mengatur jenis, jumlah dan jadwal makannya.
Hasil pengkajian tersebut menjadi dasar disusunnya program agar perilaku lansia
dengan DM dan masyarakat yang berisiko DM dapat memiliki perilaku yang lebih
baik dalam perawatan DM. Program promotif, protektif dan preventif pada lansia
DM harus dilaksanakan, dimulai dari kesepakatan program dari perencanaan yang
dibuat sebelumnya melalui lokakarya mini (lokmin). Pelaksanaan program yang
telah direncanakan dan disepakati pada lokmin pertama dilakukan dalam bentuk
promosi kesehatan pada lanjut usia (lansia) untuk dapat meningkatkan kesehatan
lansia, khususnya berkaitan dengan masalah DM.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Perawatan yang diberikan pada lansia yang menderita DM difokuskan pada upaya
prevensi dan promosi kesehatan. Sebelum melakukan intervensi keperawatan,
perawat perlu merencanakan dan menyusun program bagi lansia yang menderita
DM, sehingga diharapkan dapat membawa lansia menuju penuaan yang sehat.
Ketercapaian penuaan yang sehat diharapkan akan dapat meningkatkan kesehatan
fisik, sosial, dan mental lansia agar dapat berperan aktif dalam masyarakat serta
menikmati kehidupan yang mandiri tanpa diskriminasi (Pramesti, 2012). Prevensi
dan promosi kesehatan lansia dengan DM dapat dilakukan dengan dukungan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Metode itu dikenal dengan nama Type 2
Diabetes Self-Management Social Support Intervention (T2DM Self-Management
Social Support Intervention) yang terdapat didalamnya Diabetes self-management
education (DSME) yang merupakan program intervensi yang diinisiasikan pada
tahun 2001 di negara bagian dari US. (McEwen, Pasvogel, Gallegos, dan Barera,
2010).
Program T2DM Self Management Social Support yang diambil dari jurnal
kesehatan ini menunjukkan bahwa intervensi yang berbasis dukungan sosial ini
efektif untuk diberikan di masyarakat (McEwen, Pasvogel, Gallegos, dan Barera,
Universitas Indonesia
Integrasi strategi yang diambil dari T2DM Self Management Social Support
dimodifikasi dengan formulasi baru yaitu program Lansia Sehat dengan DM
(LANSET DM). Program LANSET DM ini menambahkan penanganan dini pada
lansia dan keluarga dengan terapi komplementer seperti terapi herbal dengan daun
sirih merah dan relaksasi BEBAS DM (Berkombinasi Benson, Meditasi dan
Afirmasi Stres DM). Perawatan mandiri dalam program ini juga dilatih seperti
perawatan kaki dan senam kaki. Strategi program ini dengan membuat
pencegahan lansia berisiko dan pemantauan lansia dengan DM melalui Kartu
Pemantauan Mandiri Lansia DM (KPM Lansia DM) terhadap penilaian status gizi
lansia, kebutuhan kalori perhari, kecukupan aktifitas fisik dan kekebalan stres.
Universitas Indonesia
Penurunan kadar gula darah yang tinggi pada Kelompok Swabantu Lansia Sehat
dengan DM (KS LANSET DM) setelah dilakukan 4 sesi kegiatan dalam paket
program LANSET DM, rata-rata glukosa darah KS LANSET DM pada pretest
adalah 256,30 mg/dL dengan standar deviasi 74,628 mg/dL; dan rata-rata glukosa
darah KS LANSET DM pada posttest adalah 208,68 mg/dL dengan standar
deviasi 56,405 mg/dL. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara glukosa darah pre-test dan
post-test. Hasil perubahan kadar gula darah tersebut terjadi selama 8 bulan
pelaksanaan program LANSET DM menunjukkan bahwa pertemuan pertama
sampai dengan ke dua belas secara rata-rata mengalami perubahan yang signifikan
sebanyak 47,2%.
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada lansia, keluarga, dan
masyarakat melalui pelayanan dan program LANSET DM untuk
pengendalian DM pada aggregate lansia di Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.
Universitas Indonesia
1.3 Manfaat
Karya ilmiah akhir ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut:
1.3.1 Aggregate lansia, sebagai sarana dan media pembelajaran lansia dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan lansia DM secara mandiri dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan lansia dengan
DM melalui program LANSET DM, sehingga lansia dapat memiliki
ketrampilan hidup dalam mencapai hidup sehat dalam kelompoknya.
1.3.2 Keluarga dengan tahap perkembangan lansia, terjadinya kemandirian
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatan lansia DM yang sehat
melalui program LANSET DM, sehingga keluarga dapat memfasilitasi
pengendalian DM pada lansia.
1.3.3 Pelayanan keperawatan komunitas antara lain: Dinas Kesehatan dan
Puskesmas, sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program
Pelayanan Kesehatan Peduli Lansia (PKPL) yang ramah lansia melalui
strategi intervensi “Program LANSET DM” yang berbasis masyarakat
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan lansia DM.
1.3.4 Perkembangan ilmu keperawatan komunitas, sebagai dasar
mengembangkan intervensi “Program LANSET DM” sebagai strategi
yang efektif dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan lansia dengan DM.
Sebagai rujukan bagi perawat untuk menerapkan teori keperawatan dalam
tatanan keluarga dan komunitas, serta menerapkan evidence based nursing
dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan status kesehatan lansia
dengan DM.
1.3.5 Kader kesehatan dan masyarakat, sebagai panduan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan partisipasi aktif masyarakat khususnya
kader kesehatan lansia. Sebagai masukan untuk tetap menerapkan program
LANSET DM sehingga dapat memenuhi kebutuhan lansia sehat dengan
DM melalui proses kelompok pendukung (support group) dan kelompok
swabantu (self help group).
Universitas Indonesia
Pada bab ini diuraikan berbagai teori dan konsep yang menjadi sumber referensi
atau landasan dalam menulis karya ilmiah. Tinjauan teoritis yang digunakan
mencakup konsep lanjut usia sebagai populasi rentan (vulnerable population);
lansia dengan diabetes mellitus; model konseptual yang mendasari praktik
keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan diabetes mellitus, antara
lain: model Community As Partner, Preceed-Proceed Model, Family Center
Nursing Model dan Model Intervensi T2DM Self Management Social Support
(Diabetes Self Management Education and Social Support); manajamen
pelayanan kesehatan; dan asuhan keperawatan yang terdiri dari asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga.
12 Universitas Indonesia
hidup, tidak dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999) menjelaskan at risk
population adalah populasi dari orang-orang yang memiliki beberapa
kemungkinan untuk mengalami masalah kesehatan.
Seorang individu atau suatu kelompok dapat masuk kelompok at risk jika mereka
memiliki beberapa faktor risiko, antara lain: risiko biologis bawaan/ genetis
(inherited biological risk), risiko lingkungan (environmental risk), risiko perilaku
(behavioral risk), dan risiko yang terkait dengan usia (age-related risk) (Pender,
Murdaugh, Parson, 2002; Califano, 1979 dalam Stanhope dan Lancaster, 2004).
Pernyataan lain dari New Collins Dictionary dan Webster’s Distionary, lansia
berada dalam kelompok berisiko menjadi rentan terhadap gangguan fisik atau
cedera atau luka artinya vulnerable population (Mechanic dan Tanner, 2007; Polit
dan Beck, 2012; Rose dan Killien, 1983). Pendapat lain tentang vulnerable
population adalah kelompok sosial yang mengalami masalah kesehatan akibat
keterbatasan sumber dan berakibat resiko relatif tinggi terhadap kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) dengan melihat berbagai faktor risiko yaitu
usia, jenis kelamin, ras, etnik, dukungan sosial, pendidikan, pendapatan, dan
perubahan hidup (Flaskerud, Jacquelyn dan Winslow dalam Allender, Rector, dan
Warner, 2010; Rogers dalam Ruof, 2004; Stanhope dan Lancaster, 2004).
Universitas Indonesia
Kondisi lain terkait ekonomi seperti status ekonomi yang berhubungan dengan
sumber daya keuangan dan tuntutan terhadap sumber tersebut. Sumber daya
keuangan menurun dilihat dari penghasilan menurun pada lansia akibat pensiun
dari pekerjaan, penurunan produktivitas dalam bekerja, tingkat pendidikan yang
rendah berdampak pada pengetahuan, penyediaan makanan, dan menjangkau
pelayanan kesehatan yang tidak adekuat (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Mechanic dan Tanner, 2007). Lansia yang memiliki sumber daya keuangan yang
Universitas Indonesia
Kehilangan ketersediaan sumber pada lansia berupa dukungan sosial yang tidak
memadai dan tidak adanya bantuan emosional maupun tidak efektifnya
manajemen stres terhadap stressor yang datang membuat perbedaan antara koping
yang adekuat dan tidak adekuat sehingga mempengaruhi status kesehatan lansia
(Mechanic dan Tanner, 2007). Keterbatasan dukungan sosial yang dirasakan
lansia juga terjadi berupa isolasi sosial terhadap lansia, hilangnya jejaring sosial,
timbulnya kecemasan dan depresi (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Mechanic
dan Tanner, 2007).
Universitas Indonesia
setiap harinya, tidak cukup waktu luang untuk rekreasi dan olahraga, dan pola
makan yang tidak teratur, kondisi tersebut merupakan pencetus terjadinya stress
pada lansia (Edelman dan Mandle, 2010).
Stres lansia juga timbul karena kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, kualitas
pelayanan kesehatan yang tidak memadai, dan tidak mempunyai jaminan
pelayanan kesehatan serta keterbatasan individu yang mudah cemas, depresi,
karakteristik personal seperti mudah marah (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999;
Miller, 2012). Ketersediaan sumber yang berhubungan dengan berbagai
keterbatasan yang menyebabkan stress, salah satunya keterbatasan diri lansia yang
sulit belajar dan mudah cemas berkontribusi terhadap masalah kesehatan
khususnya sistem endokrin terutama diabetes mellitus (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003; Mechanic dan Tanner, 2007; Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Miller, 2012).
Berdasarkan pengertian itu, faktor risiko diabetes mellitus adalah genetik. Faktor
risiko munculnya masalah diabetes ternyata bukan genetik, paling berpengaruh
yaitu gaya hidup, perilaku, dan berbagai pilihan (diet yang buruk, kurang
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara optimal di masyarakat yang
ditampilkan dengan lansia mampu melakukan latihan secara mandiri, dan
memiliki otonomi yang tidak harus bebas atau terlepas dari penyakit (Williams,
1979 dalam Anderson dan McFarlane, 2011). Menurut Messecar (2002, dalam
Anderson dan McFarlane, 2011), ketika lansia dapat pergi dan melakukan sesuatu
yang bermakna, lansia dapat berguna dan dapat melakukan sesuatu, adanya
keseimbangan antara kemampuan dan tantangan, sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki, dan memiliki kepribadian yang berkarakter itu adalah kesehatan lansia.
Proses penuaan yang terjadi pada lansia berkaitan faktor usia yang digambarkan
sebagai berikut: young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74
tahun; middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 sampai 84 tahun; dan old
old atau very old atau frail elderly yaitu kelompok lansia yang berusia lebih atau
sama dengan 85 tahun (Mauk, 2006; Miller, 2012). Lansia yang disebut old atau
older adults ialah kelompok usia yang berumur lebih dari 65 tahun (Anderson dan
McFarlane, 2011; Carmody dan Forster, 2003; Mauk, 2006). Penyataan dari UU
No. 13 tahun 1998 dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Biro Hukum dan Humas BPKP, 1998, 2004).
Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun cukup banyak mengalami penyakit kronis
seperti diabetes mellitus (Harrison dkk., 2003)
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Kategori kadar gula darah menurut Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular
Oral Glucose Tolerance Test dilakukan setelah pemeriksaan glukosa darah puasa.
Individu yang akan diperiksa diminta untuk mengkonsumsi tinggi gula terlebih
dahulu untuk mengubah kadar glukosa dalam darah. Setelah dua jam baru
Universitas Indonesia
Perubahan kadar gula darah yang berkaitan dengan usia yaitu perubahan biologis
pada lansia yang ditandai dengan proses menua (aging), salah satunya dalam
proses metabolisme tubuh. Metabolisme tubuh dalam hal ini adalah karbohidrat,
protein dan lemak dalam tubuh terjadi karena kerja dari hormon insulin. Hormon
insulin berikatan dengan membran reseptor yang membuat membran sel menjadi
sangat permeabel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel. Proses di dalam
sel, hormon insulin akan berikatan dengan enzim (protein kinase, glikogen kinase,
glukokinase) sehingga terjadi proses metabolisme (Sherwood, 2004). Pada proses
menua, produksi enzim-enzim ini mulai terganggu, sehingga tidak dapat berikatan
dengan insulin dan mengakibatkan glukosa di dalam hati dan otot kembali beredar
ke dalam darah. Proses menua juga menimbulkan perubahan permeabilitas sel dan
perubahan respon inti sel terhadap hormon insulin sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel (Darmojo, 2009).
Universitas Indonesia
Selain proses penuaan, karakteristik lansia yang sering mengalami stres dapat
berakibat pada munculnya masalah kesehatan diabetes mellitus. Stres yang timbul
pada lansia yang tinggal diperkotaan sangat tinggi karena aneka perubahan yang
pesat dari bentuk fisik, ekonomi, jumlah penduduk, aspek sosial , dan aspek huku
(Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pada saat stress terjadi stimulasi sistem
saraf simpatis yang mengakibatkan pelepasan hormon glukortikoid, katekolamin,
dan glukagon sehingga berdampak pada berkurangnya pelepasan insulin. Hal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan penurunan insulin serum (keadaan
pseudodiabetic). Pemanfaatan glukosa oleh otot dan jaringan menurun (resistensi
insulin) mengakibatkan berkurangnya energi dalam tubuh. Kondisi ini
menstimulasi oksidasi asam amino dari simpanan otot dan pembentukan alanine
sehingga akan menstimulasi sekresi glukagon yang menyebabkan proses
glukoneogenesis dan ureagenesis yang pada akhirnya akan mengakibatkan
hiperglikemia dan keseimbangan nitrogen negatif (Guerra dkk.,2010). Rubin, dkk.
(2010) menyatakan diabetes melitus dapat juga terjadi karena stres psikologis
yang dialami oleh seseorang dalam jangka waktu yang lama.
Lansia perlu melakukan pengontrolan terhadap kadar gula darah karena ketika
kondisi tubuh mengalami hiperglikemik maka bisa berakibat terjadinya penyakit
jantung dan stroke sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan perawatan terhadap
masalah diabetes mellitus pada lansia baik individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Miller, 2012). Hal tersebut
diperkuat dari penelitian tentang penyakit diabetes mellitus dapat memicu
timbulnya masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
penurunan aktivitas sel darah putih sehingga rentan terhadap infeksi, gangguan
saraf, dan Alzheimer (Challem, 2007). Penelitian lain menjelaskan bahwa diabetes
melitus yang dialami oleh seseorang akan menyebabkan risiko penyakit jantung,
penyakit pembuluh darah perifer, dan stroke sebesar 50% daripada orang yang
memiliki kadar glukosa darah normal (Greene, Merendino, dan Jibrin, 2009).
Universitas Indonesia
yaitu gaya hidup tidak sehat atau terkait pola makan, aktifitas dan stres
(Riskesdas, 2007 dalam Kemenkes, 2012). Penatalaksanaan diabetes melitus
dengan merubah gaya hidup terdiri dari: pendidikan kesehatan tentang penyakit
diabetes melitus, pengobatan, dan perawatannya; pengelolaan diet sehari-hari;
olahraga atau latihan fisik; dan terapi pengobatan insulin atau obat hipoglikemik
oral (Aziza, 2007; Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011). Drabkin dan
Smitherman (2011) menyebutkan pengendalian diabetes mellitus dapat dilakukan
dengan cara mengurangi konsumsi beras putih, memperbanyak makan sayuran
hijau dan buah, mengurangi minum kopi dan minuman manis lainnya,
menghentikan rokok dan alkohol, dan meningkatkan aktivitas fisik.
Depkes (2008) menjelaskan bahwa perencanaan dan pengelolaan diet yang baik
untuk penderita diabetes mellitus adalah dengan makan makanan gizi seimbang
dengan komposisi energi dari karbohidrat 45-65%, protein 10-15% dan lemak 20-
25% serta dengan jadwal teratur, jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan jenis
makanan yang bervariasi. Marlow (2012) menjelaskan diet yang sehat meliputi:
makan makanan yang tinggi serat seperti sayur, buah, kacang-kacangan sebanyak
20-30 gram perhari; sayur dan buah yang dikonsumsi berwarna hijau, orange,
atau kuning seperti brokoli, wortel, semangka, blewah, jeruk; kurangi minum
bersoda (cukup dikonsumsi sebanyak 12 ons sekali sehari = 160 kalori, dan dapat
ditambah 16 pons); pilih makanan yang tidak berlemak dan hentikan lemak jenuh;
makan lebih banyak ikan dan kacang-kacangan; jaga porsi makan sedang terutama
untuk makanan tinggi kalori; konsumsi kolesterol < 300 mg/ hari; hindari
pengulangan jenis makanan setiap hari; dapatkan asupan vitamin dan mineral
langsung dari makanan; pastikan asupan makanan seimbang dengan haluaran;
dan ganti snack dengan buah, sayur, kacang-kacangan, atau kismis; serta kurangi
konsumsi alkohol.
Selain pola makan yang sehat, latihan fisik secara teratur dan terus-menerus
sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah, meningkatkan
fungsi jantung dan pernafasan, menurunkan berat badan dan meningkatkan
kualitas hidup (Depkes RI, 2008). Menurut Physical Activity Guidelines Advisory
Universitas Indonesia
Committee USA dalam Rubin (2009) menjelaskan aktivitas yang dianjurkan untuk
mengontrol glukosa darah adalah aktivitas dengan intensitas sedang selama 150
menit perminggu atau intensitas tinggi selama 75 menit perminggu, latihan
aerobik selama 30 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas sedang atau
selama 20 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas tinggi, dan 8-10 kali
latihan kekuatan (resistensi) dengan 8-12 kali pengulangan setiap latihan yang
dilakukan 2 kali seminggu.
Program latihan fisik untuk pencegahan dan perawatan diabetes mellitus menurut
Depkes RI (2008) meliputi:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kesehatan dan mempunyai kesadaran yang lebih besar terhadap situasi dan
kehidupan klien.
Universitas Indonesia
promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan PTM (Pusat
Promosi Kesehatan, 2007).
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terperinci
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan solusi melalui
intervensi yang terstruktur (Ervin, 2002). Perencanaan dapat didefinisikan
juga sebagai upaya untuk membuat keputusan tentang apa yang akan
dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan dan di mana hal
tersebut dilakukan (Marquis dan Huston, 2012). Perencanaan sebuah
organisasi juga merupakan bentuk pembuatan keputusan manajerial yang
meliputi penelitian lingkungan, gambaran sistem organisasi secara
menyeluruh serta seluruh bagian-bagian sistem, memberikan kejelasan
filosofi dan misi organisasi, prediksi sumber-sumber dan kemampuan
organisasi, identifikasi langkah-langkah yang dapat dilakukan, prediksi
efektifitas dari berbagai alternatif tindakan yang ditentukan, pilihan tindakan
yang akan dilakukan, dan menyiapkan staf atau karyawan untuk
melaksanakan berbagai tindakan yang perlu dilakukan (Gillies, 1994).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam
proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang
hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis danHuston, 2012). Pengorganisasian dalam pelaksanaan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko masalah diabetes mellitus
bertujuan agar program yang dilaksanakan lebih efektif, efisien, dan
berkualitas serta dapat memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang
terdapat di wilayah kerja (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
2006) sehingga kondisi tersebut memerlukan struktur organisasi (Marquis dan
Huston, 2012). Struktur organisasi sebagai bentuk upaya kesehatan
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko
masalah diabetes mellitus yang berbasis komunitas (Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, 2006).
Setiap organisasi juga mempunyai struktur yang formal maupun yang tidak
formal (informal) (Gillies, 1994; Marquis dan Huston, 2012). Struktur
organisasi formal direncanakan dan disebarluaskan serta merupakan peraturan
jabatan yang resmi dalam suatu pola hubungan kerja yang mengatur
pembagian divisi kerja, menyediakan prosedur kerja sebagai garis komando,
mengatur tanggung jawab dan tanggung gugat, mengatur peran dan fungsi
secara jelas dan sistematis, setiap orang mempunyai perannya masing-
masing, serta mempunyai pangkat atau jabatan dan hirarki dan garis
komunikasi yang jelas, sedangkan struktur organisasi informal umumnya
sosial yang terdiri dari hubungan perseorangan yang tidak resmi di antara staf
karyawan, tidak harus memiliki garis komando yang jelas, tidak terlalu
dituntut tanggung jawab dan tanggung gugatnya, serta tidak secara resmi
diakui namun hubungan tersebut memberikan dampak positif atau
mempengaruhi efektifitas pekerjaan (Gillies, 1994; Marquis danHuston,
2012). Struktur organisasi yang formal dan informal saling melengkapi satu
sama lain sebagai suatu cara untuk memberikan dukungan terhadap
Universitas Indonesia
kekurangan yang terdapat pada struktur formal oleh struktur informal (Gillies,
1994).
Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Struktur organisasi atau bagan organisasi menentukan
hubungan formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan yang digambarkan
dalam bagan dengan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah garis yang
utuh vertikal dan horizontal. Garis utuh horizontal menunjukkan hubungan
komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang
sama tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertikal antara posisi
menunjukkan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi dan
kewenangan. Orang yang mempunyai kewenangan terbesar dalam
pengambilan keputusan berada pada posisi atas sedangkan orang yang
memiliki kewenangan terkecil dalam pengambilan keputusan berada pada
posisi bawah. Tingkat posisi pada bagan juga menunjukkan status dan
kekuasaan. Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menujukkan posisi staf karena posisi tersebut berfungsi sebagai penasihat
yang memberikan informasi dan bantuan kepada manajer tatapi memilki
kewenangan organisasi yang terbatas (Marquis dan Huston, 2003, 2012).
Rentang kendali juga dapat ditentukan dari bagan organisasi. Jumlah orang
yang bertanggungjawab kepada salah satu manajer menggambarkan rentang
kendali manajer tersebut dan menentukan jumlah interaksi yang diharapkan
dari manajer. Rentang kendali manajer yang optimal berkisar 3 sampai 50
pegawai tetapi tetap memperhatikan kemampuan manajer (Marquis dan
Huston, 2003, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang
berkaitan pengorganisasian terutama pengorganisasian sumber daya manusia
(SDM) perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat sebanyak 50,7%
termasuk dalam kategori baik (Ratnasari, Setyowati, dan Kuntarti, 2012).
Universitas Indonesia
c. Ketenagaan (Staffing)
Ketenagaan merupakan fase ketiga proses manajemen yang berkaitan dengan
perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi, dan peningkatan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan kesehatan
(Marquis dan Huston, 2012). Proses perekrutan yang paling mudah adalah
dengan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi oleh
staf. Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf
secara aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi
atau pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan
perekrutan maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang
merupakan proses pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan
atau menempati posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis dan Huston,
2012). Proses pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk
mendapatkan karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten
dalam bidang pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah
staf melewati proses seleksi yaitu orientasi (Marquis dan Huston, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memiliki nilai, tujuan, dan keyakinan yang berbeda. Seorang individu yang
memiliki konflik tersebut dapat mengalami pertentangan dalam
berkomunikasi ke atasan, bawahan, dan horizontal atau diagonal. Konflik
interkelompok terjadi antara dua atau lebih kelompok orang, departemen, atau
organisasi (Marquis dan Huston, 2003, 2012).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pendapat lain juga menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
individu yang saling ketergantungan emosional, fisik, dan dukungan secara
ekonomi antara yang satu dengan yang lainnya (Hanson, Gedaly-Duff, dan
Kaakinen, 2005; Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson, 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah kumpulan individu dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan secara
biologis, sosial ekonomi, dan psikososial.
2.4.2.1. Pengkajian
Model pengkajian keluarga menggunakan Friedman yang merupakan pendekatan
terpadu dengan teori sistem secara umum, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga (tipe keluarga, riwayat perkembangan keluarga, tahap perkembangan
keluarga, tugas perkembangan keluarga), lingkungan tempat tinggal, struktur
keluarga, fungsi keluarga, serta stres dan mekanisme koping keluarga (Friedman,
Bowden, dan Jones, 2003).
a. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini yang ditentukan berdasarkan
usia anak tertua, tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yang
dapat menjadi sumber stres bagi lansia dan keluarga, riwayat kesehatan
keluarga inti, riwayat kesehatan sebelumnya termasuk riwayat kesehatan
masing masing anggota keluarga.
b. Lingkungan
Ditujukan pada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Dilakukan untuk
mengidentifikasi keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan baik fisik maupun emosional yang dapat mempengaruhi masalah
diabetes mellitus antara lain meliputi kebisingan, keamanan dan lain lain.
c. Struktur Keluarga
Meliputi pola komunikasi keluarga yaitu bagaimana cara berkomunikasi antar
anggota keluarga, peran dari masing masing anggota keluarga, struktur
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pengkajian individu
Pengkajian keluarga:
anggota keluarga:
- Identifikasi data sosial budaya dan
- Mental
lingkungan
- Fisik
- Struktur
- Emosi
- Fungsi
- Sosial
- Stres dan strategi koping keluarga
- Spiritual
Rencana Keperawatan:
- Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber,
definisikan pendekatan alternatif, pilih intervensi
keperawatan, susun prioritas
- Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan untuk mengatasi masalah,
melakukan tindakan perawatan, memodifikasi
lingkungan, dan menggunakan fasilitas kesehatan
terhadap lansia dengan diabetes mellitus
Implementasi:
Mengimplementasikan rencana
Evaluasi keperawatan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Inti Komunitas
Inti komunitas mencakup demografi, angka-angka statistik, nilai dan
kepercayaan kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Demogafi mencakup
pengetahuan umur, jenis kelamin, dan suku dari lansia yang mengalami
diabetes mellitus; angka statistik mencakup angka kematian akibat kasus
diabetes mellitus (Ervin, 2002); nilai dan kepercayaan terkait praktik
keagamaan yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan diabetes mellitus.
b. Subsistem
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksudkan adalah lingkungan rumah yang
dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Strategi yang ketiga yaitu kolaborasi didefinisikan sebagai suatu proses berbagi
perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan yang disertai tanggung jawab
bersama terhadap hasil (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Kolaborasi juga
adalah interaksi yang terarah antara perawat, klien, atau profesional lainnya dan
anggota masyarakat berdasarkan nilai-nilai bersama, saling partisipasi dan usaha
bersama (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Teknik yang digunakan dalam
kolaborasi adalah penyelesaian masalah (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).
Strategi yang keempat yaitu kemitraan (partnership) adalah perjanjian antara
orang-orang (dan lembaga) yang mendukung tujuan bersama (Zahner, Kaiser, dan
Kapelke-Dale, 2005 dalam Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pendapat lain
terkait partnership adalah suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara
tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas
yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan
individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri
secara efektif (Helvie, 1998).
Strategi yang kelima yaitu proses kelompok (group process). Aspek penting dari
komunikasi dalam keperawatan komunitas termasuk kerja dengan kelompok
Universitas Indonesia
masyarakat dan perawat komunitas juga berkerja dengan kelompok dengan sering
mengajar, mengumpulkan pengkajian masyarakat, evaluasi data, dan
memfasilitasi kelompok pendukung. Penerapan atau aplikasi dari keterampilan
proses kelompok akan memudahkan tugas dari kelompok pendukung atau support
group (Helvie, 1998). Strategi yang keenam yaitu negosiasi adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tentang isu-isu atau
masalah yang spesifik (Helvie, 1998). Kemampuan berkomunikasi dengan baik
dan jelas serta bernegosiasi secara efektif merupakan keterampilan interpersonal
untuk keberhasilan suatu kolaborasi (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).
Universitas Indonesia
tentang diabetes mellitus. Selain itu, perawat bertindak sebagai konsultan masalah
diabetes mellitus dan penanganannya bagi individu, keluarga, maupun kelompok
atau masyarakat (Allender, Rector, dan Warner, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Sembilan fase model Precede-Proceed (Green dan Kreuter, 1991) tersebut, yaitu :
2.6.1.1.Social diagnosis
Mencakup pengkajian tentang kualitas hidup komunitas setempat baik secara
subjektif maupun objektif misalnya tentang populasi (demografi) kesejahteraan,
pekerjaan, pengangguran, kekerasan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk,
tingkat kejahatan, perumahan, pelayanan sosial, diskriminasi, isolasi dan
sebagainya terutama yang terkait langsung dengan masalah kesehatan yang ada.
2.6.1.2.Epidemiological diagnosis
Di antara pengkajian sosial dan epidemiologi terdapat korelasi dimana masalah
sosial dapat menyebabkan masalah kesehatan dan sebaliknya masalah kesehatan
dapat menyebabkan masalah sosial. Ada dua pendekatan dalam pengkajian sosial
dan epidemiologi. Pendekatan reduksionis yaitu dengan menelusuri masalah
epidemiologi dari masalah- masalah sosial yang ada di komunitas serta
pendekatan ekspansionis yaitu dengan mengidentifikasi masalah kesehatan yang
ada di komunitas dan kemudian mengkaji masalah-masalah sosial yang timbul.
Data mencakup tentang status kesehatan komunitas secara spesifik terkait masalah
kesehatan yang ada, statistik vital (morbiditas, mortalitas, fertilitas; disabilitas)
meliputi insidensi, prevalensi, distribusi, intensitas dan durasi.
Universitas Indonesia
2.6.1.6.Implementasi program
Pelaksanaan intervensi yang diidentifikasi dari 5 fase pertama pada tahap Precede.
Catatan perkembangan meliputi kolom diagnosis keperawatan, tanggal dan jam,
implementasi, evaluasi formatif untuk menilai perubahan pada aspek knowledge
dan skill yang terjadi segera pada komunitas setelah tindakan dilakukan
sebelumnya, respon komunitas, faktor pendukung dan penghambat terlaksananya
kegiatan serta nama dan tanda tangan.
Universitas Indonesia
2.6.1.7.Proses Evaluasi
Melakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan intervensi.
2.6.1.8.Evaluasi Dampak
Dilaksanakan pada (menjelang) akhir PBL, evaluasi dampak merujuk pada
dampak yang terjadi pada komunitas pada aspek behavioral dan environmental,
aspek edukasional dan organisasional serta aspek administrasi dan kebijakan
terkait masalah kesehatan spesifik yang terjadi. Evaluasi ini mengevaluasi dampak
dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku, dan perilaku itu sendiri.
2.6.1.9.Evaluasi Hasil
Pada akhir program dilakukan evaluasi hasil yang mencakup perubahan aspek
sosial (kualitas hidup) dan aspek epidemiologi (kesehatan) komunitas setelah
dilaksanakan program. Evaluasi ini menentukan efek akhir dari intervensi pada
kesehatan dan kualitas hidup penduduk.
Model precede proceed untuk promosi kesehatan dapat dilihat dari gambar
dibawah ini.
Universitas Indonesia
adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya yang hanya dengan melakukan
pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri DM yang mempengaruhi
kejadian DM pada lansia. T2DM Self Management Social Support merupakan
inovasi yang sudah dilakukan di Meksiko yang efektivitas program ini sangat
bermakna hasilnya dengan efektifnya pengendalian komplikasi DM pada lansia.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif dengan wawancara dan
survei langsung terhadap kemampuan lansia, keluarga dan kelompok serta
masyarakat terhadap pengelolaan diet DM, aktifitas fisik dan manajemen stres
pada lansia DM. Komponen dalam T2DM Self Management Social Support
adalah pendidikan kesehatan tentang manajemen mandiri DM dan dukungan
sosial.
Metode yang dilakukan adalah dengan wawancara pada lansia dengan DM setelah
itu akan dilakukan survei langsung untuk melihat komponen dari T2DM Self
Management Social Support Model survei yang digunakan dengan menggunakan
lembar observasi dan pengukuran. Program T2DM Self Management Social
Support ini mempunyai beberapa indikator keberhasilan yang bisa diukur
langsung saat dilakukan survei. Hasil penerapan T2DM Self Management Social
Support menunjukkan bahwa model yang diintervensi menggunakan T2DM Self
Management Social Support mengendalikan komplikasi DM sebesar hampir
100% sedangkan untuk model yang tidak diintervensi sebesar 7,0% (McEwen,
Pasvogel, Gallegos, dan Barera, 2010).
Universitas Indonesia
inovasi yang terdiri dari 10 langkah pengendalian DM. LANSET DM terdiri dari
lansia, keluarga dan kelompok pendukung.
Komponen lansia terdiri dari kemampuan lansia dalam self management dengan
makan sesuai diet DM, melakukan aktifitas fisik terutama senam DM dan senam
kaki secara teratur serta meminimalkan stres. Komponen keluarga yang
difokuskan adalah pengelolaan makanan atau modifikasi diet DM, pemberian
terapi relaksasi “BEBAS DM”, terapi herbal dengan daun sirih merah, perawatan
kaki, dan dukungan keluarga. Komponen kelompok pendukung (kader-kader)
sebagai pendukung terbesar yaitu pemantauan status gizi lansia, pengaturan
kebutuhan kalori lansia DM, penilaian aktifitas fisik dan olahraga serta
memanajemen stres. Kegiatan ini akan difokuskan pada RW yang mempunyai
jumlah lansia terbanyak yaitu di RW 03 dan RW 05, kedua RW ini juga sebagai
RW inovasi karena terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan
ini. Pelaksanaan kegiatan ini melalui koordinasi dan kerjasama Puskesmas
Cimanggis dan Dinas Kesehatan Kota Depok, kader Posbindu, PKK Kelurahan
Cisalak Pasar serta aktif melibatkan peran serta masyarakat.
Universitas Indonesia
OUTPUT
59 Universitas Indonesia
Bab ini penulis menguraikan tentang keterkaitan antar konsep yang mendasari
praktik keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan masalah diabetes
mellitus yang menggunakan integrasi teori konsekuensi fungsional, teori
manajemen keperawatan, family center nursing, preeced-proceed models dan
community as partner serta T2DM Self Management Social Support dalam
meningkatkan kesehatan aggregat lansia.
64 Universitas Indonesia
Aplikasi program inovasi yang akan dikembangkan pada aggregate lansia dengan
diabetes mellitus berlandaskan teori community as partner yang dikembangkan
dari teori Betty Neuman oleh Anderson dan McFarlane (Anderson & McFarlane,
2011). Aplikasi program inovasi tersebut praktiknya pada populasi lansia dengan
melihat elemen-elemen yang terdapat di dalam masyarakat.
Universitas Indonesia
Penyakit diabetes mellitus yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari
perawat komunitas. Perawat komunitas memberikan strategi intervensi yang
paling utama dengan program inovasi Lansia Sehat dengan Diabetes mellitu
(LANSET DM) yang merupakan modifikasi T2DM Self Management Social
Support untuk mengendalikan kadar gula darah pada individu, keluarga, dan
kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Program T2DM Self Management
Social Support menitikberatkan tindakannya pada pemberdayaan masyarakat
sehingga kerjasama seluruh pihak terutama Puskesmas, keluarga dan kader.
Universitas Indonesia
Integrasi teori dan model tersebut terangkum dalam skema kerangka konsep pada
halaman selanjutnya.
Universitas Indonesia
Manajemen Pelayanan
Kesehatan
Manajemen: Manajemen:
Perencanaan: pengendalian DM - Pembentukan KP - Terbentuknya KP LANSET
Pengorganisasian: LANSET DM DM
pembentukan KP LANSET - Pelatihan KP - Peningkatan perilaku
DM dan KS LANSET DM LANSET DM anggota KP LANSET DM
Pengarahan: pelatihan dan - Supervisi dan - Peningkatan keterampilan
supervisi anggota kelompok bimbingan pada anggota KP LANSET DM
Pengawasan: monitoring dan kader dalam melakukan
evaluasi supervisi dan umpan balik
- Deteksi dini kasus DM
pada lansia
Community as Partner:
- Pendidikan kesehatan
Komunitas:
- Yankes: terapi akupressure tentang DM
- Deteksi dini Kasus
DM - Pendidikan kesehatan
DM
- Pendidikan: Penkes diabetes tentang diet DM,
Masalah - Pendidikan kesehatan Komunitas:
termasuk diet, olahraga dan LANSET olahraga dan
manajemen stres Keperawatan: manajemen stres
DM pada kelompok - Peningkatan perilaku
DM lansia lansia dalam perawatan
- Rekreasi: relaksasi relaksasi Manajemen - Pendidikan perawatan
“BEBAS DM” Komunitas - Terapi relaksasi diabetes mellitus
DM pada lansia
“BEBAS DM” pada - Penurunan kadar gula
Keluarga - Pelaksanaan terapi
kelompok lansia
akupressure DM dan darah kelompok lansia
- Pengukuran gula
relaksasi “BEBAS
darah pada kelompok
Family Center Nursing: DM”
Anggota keluarga : fisik lansia
- Pembentukan
(DM) kelompok pendukung
Anggota keluarga: fungsi DM pada lansia
perawatan kesehatan, perilaku
sehat dengan diabetes Keluarga:
mellitus, dan tingkat - Peningkatan perilaku
kemandirian keluarga Keluarga:
- Pendidikan kesehatan keluarga dalam
pada anggota perawatan lansia
Teori konsekuensi fungsional: keluarga diabetes mellitus
Faktor resiko terjadi masalah - Terapi akupressure - Penurunan gula darah
pada fungsi sistem endokrin: DM dan relaksasi lansia di dalam
diabetes mellitus “BEBAS DM” pada keluarga
(Miller, 2012) anggota keluarga - Peningkatan
- Pengukuran gula kemandirian keluarga
Preceed-Proceed models
Karakteristik lansia, nilai yang
darah pada lansia
dianut, pengetahuan, sikap,
perilaku, persepsi, gaya hidup,
dan lingkungan
Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 9 RW, sebagian besar penduduk asli
bermukim di RW 1-7 dan sebagian besar penduduk pendatang bermukim di
daerah perumahan yaitu RW 8-9. Jumlah penduduk pria sebanyak 1047 orang,
dan jumlah penduduk wanita sebanyak 8297 orang (Kelurahan Cisalak Pasar,
2011). Data laporan kegiatan Lansia di Posbindu dari Puskesmas Cimanggis
didapatkan jumlah lansia berusia lebih atau sama dengan 60 tahun yang terdapat
di Kelurahan Cisalak Pasar adalah 941 orang. Jumlah lansia laki-laki adalah 517
orang dan jumlah lansia wanita adalah 424 orang (Kelurahan Cisalak Pasar,
2011).
Sarana dan prasarana umum di Kelurahan Cisalak Pasar antara lain pasar, fasilitas
olah raga, warung kuliner, kawasan pertokoan, kolam renang, pombensin, dan
fasilitas lainnya yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar. Fasilitas kesehatan diwilayah Kelurahan Cisalak Pasar antara lain:
Puskesmas Cimanggis yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak
Pasar kearah selatan. Puskesmas ini terletak dipinggir jalan raya Bogor yang
Universitas Indonesia
menjadi salah satu akses utama Jakarta – Bogor sehingga dapat memudahkan
lansia untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
Beberapa klinik dokter swasta juga banyak terdapat diwilayah Kelurahan Cisalak
Pasar yang dapat digunakan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
Pada tahun 2013 ini, Puskesmas Cisalak Pasar sudah selesai dibangun dan mulai
beroperasi walaupun tidak setiap hari dibuka. Selain itu, jalan masuk kedalam
wilayah RW Cisalak Pasar hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan sangat
kecil.
Kondisi jalan terdapat banyak polisi tidur yang berjarak kurang lebih setiap tiga
meter dan selokan yang ada tidak diberikan pelindung. Kondisi lain jarak rumah
yang satu dengan yang lainnya berdekatan yang ditandai dengan jarak 3 meter
antar rumah dan tembok menyatu antara rumah yang satu dan yang lainnya.
Lingkungan perumahan juga menjadi satu dengan pasar membuat situasi pada
pagi, siang bahkan malam sangat ramai sebagai faktor risiko diabetes mellitus
pada lansia.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis kepada 106 responden yang
merupakan lansia dengan diabetes mellitus didapatkan hasil bahwa terlihat
masyarakat lansia merokok di sembarang tempat, seperti kantor kelurahan,
warung makan, ataupun di rumah mereka. Kemudian terdapat 36,8% masyarakat
lansia lebih banyak duduk sambil menonton TV dalam mengisi waktu luangnya.
Selanjutnya 5,7% masyarakat lansia mempunyai sikap kurang baik tentang
pentingnya olahraga bagi kesehatannya. Didapatkan hasil juga bahwa 30%
masyarakat lansia memiliki sikap kurang baik tentang manfaat olahraga dapat
membantu mengontrol gula darah dan berat badan. Terakhir terdapat 44,34%
masyarakat lansia tidak setuju jika harus menghindari rokok dalam kehidupan
sehari-harinya.
Universitas Indonesia
Beberapa warga juga mengatakan tidak mengetahui manfaat serta perbedaan dari
olahraga dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara juga kepada beberapa Ketua
RT dan RW mengatakan mereka mempunyai kebiasaan merokok, baik di rumah
ataupun di luar rumah. Beberapa lansia mengatakan merokok itu dapat
memberikan ketenangan, rileks, kenyamanan diri.
Hasil lain yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 106 responden warga
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar diketahui penderita diabetes melitus sebanyak
50%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 70% responden memiliki kebiasaan
makan makanan yang berisiko terhadap diabetes melitus. Makanan yang berisiko
tersebut adalah makanan yang mengandung kadar gula tinggi seperti nasi, gula
dan roti. Terdapat 38,75% responden mengatakan mengkonsumsi teh dan kopi
lebih dari tiga kali sehari. Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 35%
responden tidak dapat mengatur porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi. Selain
itu, 36% reponden tidak melakukan olah raga secara rutin.
Berdasarkan hasil tersebut juga didapatkan data bahwa dari 106 reponden,
sebanyak 88,6% keluarga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang diabetes
mellitus. Sebanyak 43% responden mengatakan memiliki tanda-tanda diabetes
melitus seperti mudah lapar, mudah haus, mudah lelah, sering BAK di malam
hari, pengelihatan kabur gelap, dan penurunan berat badan drastis 3 bulan
terakhir. Hasil kuesioner juga menunjukkan 61,4% responden jarang mengatakan
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kadar glukosa secara teratur.
Selanjutnya terdapat 84,1% warga tidak memperoleh informasi kesehatan dari
kader/petugas kesehatan mengenai diabetes mellitus. Selain itu, terdapat 57%
keluarga memiliki perilaku yang negatif dalam mencegah diabetes mellitus dan
Universitas Indonesia
terdapat 50% keluarga memiliki sikap yang buruk dalam mengatasi diabetes
mellitus.
Penguatan data juga didapatkan dari wawancara dengan kader Posbindu diperoleh
data yang mengatakan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia diabetes
mellitus belum pernah dilakukan secara komprehensif, belum adanya penyuluhan
kesehatan mengenai diabetes mellitus yang holistik dengan memperhatikan
biopsikospiritual lansia sehingga berdampak pada kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap pencegahan, penanganan DM di rumah, kurang patuhnya
terhadap pengobatan. Kegiatan pembinaan kader juga belum pernah dilakukan
secara khusus untuk pengendaliaan DM pada lansia sehingga kader kurang
terlatih. Kurang terampilnya kader menyulitkan pelaksanaan program tentang
pencegahan dan pengendalian DM pada lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
perhari. Ketika terjadi peningkatan kadar gula darah dan lansia mengeluhkan
gejala yang berhubungan dengan diabetes maka lihat halaman Cara Perawatan
Diabetes Mellitus pada KPM. KPM tersebut sebaiknya dibawa pulang oleh lansia
dan lansia membawa KPM setiap saat ketika mengunjungi kader/petugas
kesehatan. Pengisian KPM dilakukan oleh kader/petugas kesehatan. KPM dapat
diperbanyak
Universitas Indonesia
Program ini didasarkan pada studi ini tentang keefektifan intervensi program
T2DM self management social support dalam manajemen diri dan dukungan
sosial budaya pada lansia Amerika Meksiko dengan diabetes mellitus tipe 2 yang
tinggal di komunitas perbatasan perkotaan dan keefektifan perekrutan dan
pelatihan kader sebagai komponen intervensi (McEwen et al., 2007). Pelatihan
kader disampaikan oleh mahasiswa residensi keperawatan komunitas dalam enam
sesi pelatihan dengan durasi 4 jam yang dilakukan selama 8 minggu. Pelatihan
meliputi review tentang diabetes mellitus tipe 2 dan pendidikan kesehatan tentang
diabetes melitus, protokol intervensi dan intervensi kesetiaan, dan keterampilan
mengajar / belajar.
Relatif sederhana dan murah, pelaksanaan program tersebut membuat strategi ini
menarik. Program manajemen diabetes mellitus ini menggunakan KPM yang
menggambarkan kondisi lansia dengan diabetes. KPM tersebut diharapkan dapat
digunakan dalam meningkatkan status kesehatan yang baik bagi lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan diuraikan proses manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan
komunitas meliputi kegiatan pengkajian atau analisis situasi dilanjutkan dengan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi intervensi yang telah dilakukan pada
masing-masing komponen pelayanan manajemen pelayanan keperawatan komunitas,
pelayanan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas.
73 Universitas Indonesia
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
74
bentuk program kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Depok tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menenggah (RPJMD) tahun 2012-2016. Visi Dinas Kesehatan
Kota Depok adalah “Terwujudnya Kota Depok Sehat dengan Layanan Kesehatan
Merata dan Berkualitas”, antara lain mewujudkan pelayanan publik yang profesional,
berbasis teknologi informasi; mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis
potensi lokal; mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; dan
mewujudkan SDM unggul, kreatif dan religius (Dinas Kesehatan kota Depok, 2012).
Misi adalah “Meningkatkan pemerataan layanan, kualitas layanan, kualitas sumber daya
manusia dan pembiayaan, dan meningkatkan upaya promosi serta kesehatan
lingkungan” (Dinkes Kota Depok, 2009). Misi pembangunan pemerintah Kota Depok
yang keempat sejalan dengan bidang kesehatan yaitu memiliki tujuan meningkatkan
kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat dengan sasaran meningkatnya
kualitas kesehatan masyarakat (Dinas Kominfo Kota Depok, 2012). Penyelenggaraan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok
dalam membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi Kota Depok.
Peran penting Dinas Kesehatan Kota Depok tersebut dilaksanakan dengan peran aktif
seluruh petugas kesehatan dan pihak yang berkepentingan sehingga lebih mengenal cara
hidup sehat di tengah-tengah masyarakat dan mengetahui program-program kesehatan
serta hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang. Bentuk dukungan terhadap visi
dan misi pembangunan Kota Depok di bidang kesehatan khususnya lansia, pemerintah
Propinsi Jawa Barat membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia yang mempunyai visi yaitu
“Tercapainya lansia Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan menjadi tauladan generasi
penerus” yang mempunyai tugas menyusun, merumuskan, dan mengkoordinasikan
kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam
penanganan lansia di Kota Depok (Komda Lansia Propinsi Jawa Barat, 2010). Program
Komda Lansia adalah mewujudkan Renstra Kota Depok yang didalamnya
mengendalikan masalah umum kesakitan yang terkait dengan lansia antara lain Penyakit
Universitas Indonesia
Jantung dan Pembuluh darah, Diabetes Mellitus dan Gangguan mental/stress (Renstra
Kota Depok, 2011).
Masalah kesehatan lain yang dialami lansia khususnya mengenai komplikasi akibat
diabetes mellitus tidak terangkum dalam Renstra tersebut. Perencanaan program
kegiatan pada lansia diajukan melalui usulan program tahun 2012 dan dilaksanakan
pada tahun 2013. Proses pengusulan program dilakukan melalui rapat para pemegang
program yang dilakukan di tingkat provinsi. Usulan pada rapat tersebut kemudian
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai program kegiatan
pembinaan kesehatan lansia yang akan dilakukan oleh setiap kabupaten/kota di wilayah
Jawa Barat. Para penanggung jawab program dalam mencapai visi dan misi
mengembangkan rencana program Dinas Kesehatan Kota Depok yang disusun menjadi
16 program kerja.
Program kerja tersebut, antara lain: kegiatan yang mengarah pada kesehatan lansia
tertuang dalam 2 program yaitu program pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular; dan program peningkatan kesehatan kerja (Renstra Kota
Depok, 2011). Keberhasilan kedua program diatas dapat dicapai dengan program lain
yaitu program peningkatan promosi kesehatan, program pengembangan pengobatan
tradisional, program peningkatan pelayanan kesehatan dasar, program peningkatan dan
pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan, dan program peningkatan kualitas
SDM aparatur. Penanggungjawab program lansia Dinkes Kota Depok juga telah
merencanakan program-program kegiatan dengan sasaran lansia meliputi pelatihan
kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta
lomba senam jantung sehat bagi lansia yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali.
Hasil pengkajian wawancara dengan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas
Kesehatan Kota Depok tanggal 14 Maret 2013 menyatakan bahwa upaya terkait
kesehatan lansia belum dilaksanakan secara berkesinambungan, hanya dilakukan satu
tahun sekali hanya bersifat insidental, dan belum merata pada semua Kelurahan di
wilayah Puskesmas Cimanggis. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan
keterbatasan anggaran yang tersedia. Hasil wawancara lain dengan penanggung jawab
Universitas Indonesia
program lansia bahwa untuk tahun 2012 agregat lansia bukan merupakan program
utama kegiatan. Anggaran dana yang diajukan untuk pelaksanaan program lansia
diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 sebesar
Rp 150.000.000.
Anggaran dana tersebut berjumlah jauh lebih sedikit dari anggaran tahun-tahun
sebelumnya (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
Maret 2013). Kegiatan masing-masing Posbindu oleh pemerintah telah menyediakan
dana untuk pelaksanaan kegiatan. Dana dari pemerintah diteruskan ke kecamatan, ke
kelurahan dan ke Posbindu. Posbindu yang memperoleh dana dari pemerintah adalah
Posbindu yang telah terdaftar dan juga telah mengajukan proposal permohonan dana
(Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret
2013). Keterbatasan dana dan tenaga menyebabkan kegiatan manajemen pelayanan
tidak dapat terselenggara dengan baik (Marquis dan Huston, 2006). Anggaran
merupakan ekspresi angka dari program perencanaan (Rakich, Longest, dan Darr, 1992,
dalam Ervin, 2002 ).
Universitas Indonesia
sebagai alat pengkoordinasian kerja serta sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran bila
dibandingkan dengan fungsi-fungsi manajemen, terlihat bahwa anggaran mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan manajemen, khususnya yang berhubungan dengan
penyusunan rencana (planning). Anggaran merupakan alat manajemen untuk membantu
menjalankan fungsi-fungsi manajemen (Siregar, 2003).
Puskesmas Cimanggis mempunyai kegiatan yang terkait lansia yang dilaksanakan oleh
2 orang yaitu penanggung jawab lansia dan penanggung jawab Promkes. Hasil
wawancara dengan penanggung jawab promkes disampaikan bahwa seluruh kegiatan
yang dilaksanakan berkaitan dengan lansia adalah program-program yang direncanakan
oleh Dinas kesehatan Kota Depok. Kegiatan lansia yang berhubungan dengan promosi
kesehatan dikoordinir oleh penanggung jawab promkes, sedangkan kegiatan lain diluar
promkes yang terkait dengan lansia seperti pengobatan gratis, pemeriksaan kesehatan,
kegiatan Posbindu dan senam lansia dikoordinasikan oleh Penanggung jawab lansia
dengan tetap melibatkan SDM Puskesmas lainnya dalam pelaksanaan kegiatan
(Interview dengan penanggung jawab promkes Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).
Fokus program promosi kesehatan pada agregat lansia sejak tahun 2012 sudah tidak
menjadi prioritas. Promosi kesehatan terkait lansia dengan masalah diabetes mellitus
belum pernah dilakukan secara khusus (Interview dengan penanggung jawab promkes
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013). Strategi promosi kesehatan dalam
penyelenggaraan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat adalah
meningkatkan komitmen dan dukungan stakeholder, pembuat kebijakan, dan pengambil
kebijakan, dan pengambil keputusan melalui advokasi kebijakan kesehatan dan
koordinasi serta kolaborasi lintas program/lintas sektor; meningkatkan aliansi dan
kemitraan dengan swasta/dunia usaha; meningkatkan peran serta organisasi
kemasyarakatan/kelompok potensial; memperkuat gerakan masyarakat; meningkatkan
akses informasi dan edukasi kepada individu, keluarga, dan masyarakat; dan
meningkatkan kapasitas pengelola (Pusat Promkes Kemenkes RI, 2010).
Universitas Indonesia
terhadap program untuk mendapatkan hasil perencanaan yang lengkap dan baik. Hasil
penelitian Ugboro, Obeng, dan Spann (2010) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan
perencanaan strategik yang efektif perlu melibatkan semua staf, semua divisi, dan
manajer puncak dari semua struktur organisasi. Mereka juga menambahkan bahwa
penyusunan perencanaan adalah proses yang fleksibel dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan dan tantangan yang muncul dalam mencapai tujuan program.
Fungsi dari perencanaan program kesehatan lansia dengan khususnya dengan masalah
diabetes mellitus belum berjalan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari (1)
penatalaksanaan kesehatan lansia khususnya dengan diabetes mellitus yang belum
menjadi fokus program kerja tahun 2013; (2) belum adanya struktur delegasi yang jelas
bagi pengelola kegiatan lansia; (3) penanggung jawab program kegiatan bisa dipegang
oleh 1 orang yang berdampak pada ketidakefektifan pelaksanaan program; (4)
ketidakmerataan pembagian tugas dalam pelaksanaan program kerja; (5) tidak
terlibatnya perawat dalam penyusunan perencanaan program kerja bagi lansia
khususnya dengan masalah diabetes mellitus; (6) tidak terlibatnya perawat komunitas
dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan bagi lansia; dan (7) belum adanya
perencanaan pencegahan dan penatalaksanaan kesehatan lansia khususnya dengan
diabetes mellitus baik di tatanan komunitas maupun institusional.
Dampak yang dapat dilihat dari belum optimalnya fungsi perencanaan antara lain (1)
belum adanya data kuantitatif jumlah lansia yang mengalami masalah diabetes mellitus;
(2) belum adanya SDM perawat yang terlibat langsung secara intens dalam pengelolaan
masalah kesehatan lansia khususnya dengan diabetes mellitus di tatanan komunitas; (3)
pelaksanaan kegiatan Poliklinik lansia di Puskesmas Cimanggis yang masih berorientasi
pada pengobatan dan kurangnya promosi kesehatan terkait masalah kesehatan yang
dialami lansia; (4) belum terkoordinasinya kader-kader kesehatan khusus lansia di
Kelurahan Cisalak pasar dimana kader yang ada masih merangkap menjadi kader
Posyandu dan Posbindu yang dapat berdampak pada ketidakefektifan kinerja; dan (5)
belum adanya kemampuan untuk self monitoring lansia terhadap masalah kesehatannya.
Universitas Indonesia
b. Organisasi (organizing)
Dinas Kesehatan dalam fungsinya sebagai pembuat program, telah memiliki struktur
organisasi yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas. Kepala Dinas Kesehatan
membawahi langsung 4 kepala bidang antara lain kepala bidang pengembangan sumber
daya kesehatan; kepala bidang pelayanan kesehatan masyarakat; kepala bidang
pengendalian pencegahan penyakit; dan kepala bidang perbekalan kesehatan,
pengawasan obat dan makanan. Masing-masing kepala bidang ini juga membawahi
seksi-seksi pelaksana kegiatan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi (Renstra Kota
Depok, 2011). Program kesehatan lansia di Dinas Kesehatan Kota Depok dikelola oleh
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi (Dinkes Kota Depok, 2012a).
Universitas Indonesia
Manajemen sumber daya manusia yang kurang baik akan mengakibatkan penanggung
jawab program tidak optimal dalam melakukan pekerjaan yang ada. Selain itu
cenderung munculnya peran ganda dari penangung jawab program, SDM yang berganti-
ganti juga merupakan kendala untuk tidak terorganisirnya kegiatan dengan optimal.
Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya
organisasi (Mulyadi, 2007). Penanggung jawab pemegang program kesehatan lansia
terdiri dari 2 orang dengan kualifikasi pendidikan S1 kedokteran gigi dan D3
keperawatan. Tugas yang dipegang oleh masing-masing penanggung jawab program
lansia ini berbeda-beda.
Universitas Indonesia
Dilihat dari tupoksi penanggung jawab program khususnya dengan latar belakang
pendidikan D3 keperawatan, tugas dan peran yang dijalankannya lebih banyak berada di
“balik meja” padahal dari hasil interview yang dilakukan terhadap Penanggung jawab
lansia, pembina kelurahan yang bertugas dalam setiap kegiatan dimasyarakat yang
berhubungan dengan lansia hanya seorang itupun dengan latar belakang pendidikan
kebidanan yang dapat dikatakan pendidikannya adalah mengenai kesehatan ibu dan
anak (Hasil interview dengan Penanggung Jawab Lansia Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013). Pembina Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan,
dalam masa kerjanya sebagai pembina Kelurahan Cisalak Pasar selama 17 tahun, belum
pernah ada perawat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dimasyarakat seperti
dalam kegiatan Posbindu. Tenaga medis seperti dokter kadangkala ikut serta dalam
kegiatan Posbindu, namun dengan intensitas yang sangat jarang (Hasil interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).
Universitas Indonesia
Seperti keahlian, pendidikan, umur, latihan, dan pengalaman (PNP dan Tripathi, 2006).
Anne dan Miguel (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pentingnya hubungan
komponen dalam organisasi yang menekankan pada pentingnya pertukaran kolaborasi
dalam pembagian tugas dan wewenang. Mereka menambahkan bahwa pembagian tugas
dan wewenang meliputi; strategi gabungan, kerja sama, kesepakatan pembagian tugas
dan tanggungjawab, kerja sama lintas sektor, dan membangun jaringan.
Upaya kolaborasi itu semua diarahkan untuk membangun pemahaman yang utuh atau
menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi. Pembagian wewenang merupakan
sesuatu yang vital dalam organisasi. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang
agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik. Selain itu,
pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi
(Mulyadi, 2007). Janice, Robert, dan Patrick (2011) dalam review jurnalnya
mengatakan bahwa pembagian subordinat besar atau kecil dalam organisasi akan
mampu memberikan gambaran peta yang detail tentang setiap tahapan yang dibutuhkan
untuk menjembatani tingkatan system dan pembagian keahlian/keilmuan serta membuat
banyaknya hal yang mudah dicapai diantara keahlian/keilmuan dan departemen yang
lebih rendah (subdomain). Ditambahkan Marquis dan Huston (2006) bahwa
departementasi dibentuk dalam upaya untuk meningkatkan kinerja dan fungsi organisasi
dalam mencapai tujuan manajemen.
Hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program Lansia Dinas Kesehatan Depok
tentang mekanisme komunikasi dan informasi program lansia di Kota Depok minimal
dilakukan setahun sekali pada acara laporan Tahunan Program Komda Lansia. Alur
komunikasi dan informasi belum semua berjalan di sebabkan kadang merasa belum
menjadi kebutuhan dan prioritas karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya Program Komda Lansia pada lansia di Kota Depok. Hasil Wawancara
dengan pemegang program Komda Lansia di tingkat Puskesmas mengatakan bahwa
sulit sekali melakukan koordinasi dengan posbindu untuk menjalankan program
posbindu PTM khususnya pencegahan risiko dan pengendalian diabetes mellitus.
Universitas Indonesia
Personalia memiliki tiga macam hubungan yakni : line relation, functional relation, dan
lateral relation. Line relation dimaksud hubungan antara seorang atasan dengan
bawahannya misalnya pemberian instruksi, pemberian saran-saran dan lain-lain.
Functional relation dimaksud hubungan antara sesuatu pejabat dengan pejabat-pejabat
lainnya dimana pejabat pertama memberikan bantuan dan layanan kepada pejabat kedua
dalam bidang keahliannya. Sedangkan lateral relation yang dimaksud hubungan-
hubungan untuk berkoordiner dan bekerja sama antara para manager yang setingkat
misalnya antara kepala-kepala bagian atau antara kepala-kepala seksi (Filipo, 1988).
Hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program Lansia Dinas Kesehatan Depok
tentang mekanisme komunikasi dan informasi Program Lansia di Kota Depok minimal
dilakukan setahun sekalai pada acara laporan Tahunan Program Komda Lansia. Alur
komunikasi dan informasi di tingkat kecamatan belum semua berjalan di sebabkan
belum semua Kecamatan di Kota Depok memiliki Puskesmas Santun Lansia. Pemegang
Program Lansia di tingkat Puskesmas mengatakan bahwa sulit sekali melakukan
koordinasi dengan semua Posbindu karena kurangnya jumlah kader dan masih kurang
kesadaran masyarakat khususnya lansia tentang pentingnya bergaya hidup sehat.
Seperti yang kita ketahui, Posbindu merupakan wadah pelayanan kesehatan terhadap
lansia yang ada di masyarakat. Posbindu dibentuk untuk mempermudah lansia
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar
berjumlah 6 buah yaitu di RW 01 adalah Posbindu Dahlia, RW 02 adalah Posbindu
Melati, RW 03 adalah Posbindu Mawar, RW 04 adalah Posbindu Seruni, RW 05 adalah
Posbindu Anggrek, RW 07 adalah Posbindu Flamboyan dan RW 08 adalah Posbindu
Asyifa (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas
Cimanggis, Maret 2013). Kegiatan Posbindu dilaksanakan di masing-masing RW
kecuali RW 01 dan 02 yang pelaksanaannya masih bergabung dengan RW 08. Kader
Lansia di RW 02 mengatakan penggabungan tempat pelaksanaan Posbindu di RW 08
dikarenakan di RW 01 dan 02 tidak memiliki tempat yang luas untuk pelaksanaan
Posbindu. Tempat pelaksanaan Posbindu RW 01, 02 dan 08 sama tetapi dalam
pelaporan, masing-masing Posbindu memiliki pelaporan yang berbeda-beda (Hasil
Universitas Indonesia
Beberapa Posbindu yang ada sudah terdapat kader Posbindu yang melakukan
penyuluhan kesehatan namun belum menggunakan media dalam memberikan
penyuluhan. Kader juga mengatakan bahwa seringkali tidak merasa percaya diri dalam
memberikan penyuluhan kesehatan karea takut salah dan sering kali penyuluhan yang
Universitas Indonesia
Pelatihan yang diberikan bagi kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar diadakan oleh
Dinkes langsung dengan pengisi pelatihan adalah orang-orang dari Dinkes sendiri.
Pihak Puskesmas hanya bersifat koordinasi untuk mengumpulkan peserta baik lansia
maupun kader lansia atau mengundang peserta. Jumlah kader yang diundang dalam
kegiatan pelatihan sangat terbatas biasanya hanya perwakilan. Kenyataannya kader yang
telah mendapatkan pelatihan kurang mau menyosialisasikan kepada kader lain di RW
nya tentang pelatihan yang telah diperoleh dan ada pula yang berhenti menjadi kader
sehingga skill yang didapatkan selama pelatihan hanya dimiliki oleh kader tersebut,
padahal harapan dari penyelenggara pelatihan peserta yang hadir dalam pelatihan
berbagi dengan anggota kader lainnya sehingga pelatihan yang diberikan oleh
penyelenggara menjadi bermanfaat. (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan dan
Kader Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).
Kader lansia sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan dalam hal
memberikan promosi kesehatan terhadap lansia tentunya perlu untuk mendapat
pelatihan dan penyegaran terkait masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia.
Hasil interview dengan lansia di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan sangat terbantu
dengan adanya kader kesehatan karena mereka memperoleh informasi tentang
pencegahan masalah kesehatan yang dialaminya meskipun minimal tanpa harus
membayar. Selain itu kader yang ada di wilayah RW tersebut juga dekat dengan lansia
sehingga lansia yang sudah mengalami penurunan kemampuan mobilitas mudah untuk
Universitas Indonesia
Menurut Filipo (1988), menjadi penting fungsi koordinasi diantara pejabat dalam
struktur organisasi baik yang bersifat lintas sektor maupun lintas program dalam upaya
membangun mekanisme kerja yang baik yang dapat menunjang pencapaian tujuan dari
organisasi. Perilaku positif organisasi menjadi sumber harapan, sikap optimis, dan
kegembiraan yang muncul dalam hubungan diantara pekerja mampu meningkatkan
penampilan kerja (performance), kepuasaan kerja, kesenagan kerja, dan komitmen
organisasi (Carolyn dan Fred, 2011).
c. Pengarahan (actuating)
Langkah selanjutnya setelah perencanaan dan pengorganisasian adalah pengarahan
mempunyai fungsi mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan, dengan memperhatikan peranan pimpinan, motivasi staf, kerjasama
dan komunikasi antar staf. Fungsi pengarahan atau actuating yang secara harfiah
diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan
penggerak atau pelaksanaan. Tujuan fungsi pengarahan adalah menciptakan kerjasama
yang lebih efisien; mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; menumbuhkan
rasa memiliki dan menyukai pekerjaan; menciptakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf; dan membuat organisasi
berkembang lebih dinamis (Marquis dan Huston, 2006; Muninjaya, 2004).
Universitas Indonesia
Menurut Marquis dan Huston (2006) bahwa directing terdiri dari peningkatan motivasi
kerja atau supervisi, dan komunikasi interpersonal. Peningkatan motivasi kerja kepada
anggota dapat berbentuk moril maupun materil atau verbal dan nonverbal. Pemberian
motivasi akan berdampak positif pada anggota untuk berusaha mencapai yang terbaik.
Motivasi kerja juga harus disertai peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal.
Kemampuan interpersonal yang bagus akan dapat meningkatkan kerjasama antar
anggota.
Kepala bidang Yandasus yang membawahi seksi Kesga juga telah memberikan arahan
pada tiap seksinya. Untuk fungsi pendelegasian juga dilaksanakan di Dinas Kesehatan
maupun Puskesmas Cimanggis. Apabila pemegang program berhalangan hadir pada
pelaksanaan suatu kegiatan, maka akan dilakukan pendelegasian kepada petugas lainnya
dalam satu seksi. Namun pendelegasian yang dilakukan adalah delegasi lisan (Interview
Universitas Indonesia
dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013) begitupun
dengan Puskesmas Cimanggis dimana pendelegasian hanya dengan penyampaian lisan
tanpa ada format tertulis (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).
Fungsi supervisi juga telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap Pelaksanaan
program yang dilaksanakan oleh Puskesmas Cimanggis melalui penanggung jawab
program. Kinerja Dinas Kesehatan juga di supervisi oleh pemerintah Propinsi Jawa
Barat dalam bentuk koordinasi yang dilaksanakan setahun sekali (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013). Segala jenis
kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat yang menjadi program Dinas kesehatan telah
dilakukan supervisi bertahap, dimana pelaksanaan di masyarakat disupervisi oleh
pembina kelurahan yang akan dilaporkan kepada kepala unit kesga di Puskesmas,
kemudian pelaporan ini dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kepala seksi Kesga di
Dinas kesehatan. Supervisi oleh tim pembina pusat dilakukan satu kali setahun, tim
pembina provinsi dua kali setahun, tim pembina kabupaten 3 kali setahun dan tim
pembina kecamatan empat kali setahun (Marquis dan Huston, 2006; Kemenkes RI Pusat
Promosi Kesehatan, 2011).
Universitas Indonesia
Penelitian Kirkby dkk. (1998), mengatakan bahwa untuk merubah dari staf krisis ke staf
proaktif diperlukan supervisi yang terjadwal, perlengkapan supervisi, manajemen
informasi, dan beban kerja pada setiap bagian. Dijelaskan juga dalam hasil penelitian itu
bahwa upaya pengembangan peningkatan kinerja melalui supervise bisa dilakukan
dengan cara; merevisi kembali pedoman kegiatan, menghilangkan supervisi yang
terpusat, mendorong atau memotivasi tanggungjawab harian setiap bagian organisasi,
menciptakan ruang kreatifitas bagi staf, dan menentukan capaian (indikator) pada setiap
unit kerja. Kegiatan supervisi yang tidak terjadwal belum memenuhi fungsi pengarahan
yang baik dimana penting adanya komunikasi yang efektif untuk memotivasi pihak
pihak yang terlibat, menyelesaikan konflik, serta memberikan pengarahan yang
dibutuhkan dalam melakukan proses pengarahan (Azwar, 1996). Dirk (2011) di dalam
hasil penelitiannya mengatakan bahwa perlunya membangun komunikasi yang baik
diantara staf untuk membangun kualitas dinamika hubungan, rasa percaya, dan
kejujuran yang diharapkan dapat membantu proses penampilan kerja yang lebih baik
untuk mencapai tujuan organisasi.
Fungsi pengarahan program kesehatan lansia yang belum dilaksanakan dengan baik
yaitu:1) belum adanya jalur koordinasi yang jelas terkait kegiatan lintas program dan
lintas sektoral; (2) belum adanya jadwal rutin untuk supervisi kinerja puskesmas
terhadap pelaksanaan program kesehatan lansia; (3) belum optimalnya proses
pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program mulai dari
tingkat dinas kesehatan, puskesmas sampai Posbindu. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan fungsi pengarahan pada
program pelayanan kesehatan lansia masih belum optimal baik dari tingkat Dinas
Kesehatan, Puskesmas Cimanggis, Posbindu sampai pada kegiatan kader lansia.
d. Evaluasi (controling)
Evaluasi bertujuan untuk melihat efektifitas dan efisiensi program yang sedang atau
telah dilaksanakan (Ervin, 2002). Evaluasi dapat mengidentifikasi masalah dan
keterbatasan program yang dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan saat program sedang
berlangsung atau setelah program terlaksana. Menurut Marquis dan Huston (2006)
bahwa controlling terdiri dari quality control, instrumen evaluasi, dan disiplin.
Universitas Indonesia
Pemerintah Kota Depok melakukan evaluasi setiap tahun dalam rangka membuat
laporan pertanggung jawaban APDB Kota Depok oleh Walikota Depok. Pada laporan
pertanggung jawaban Walikota Depok terlihat keberhasilan secara umum pelaksanaan
kegiatan Komda Lansia di Kota Depok. Evaluasi kegiatan lansia lebih banyak terhadap
Dinas Kesehatan Kota Depok, sementara struktur lainnya kurang terevaluasi (Depok
online, 2011).
Evaluasi program kesehatan seharusnya sudah dijelaskan sejak awal pembuatan model
sebagai kerangka kerja dalam penyusunan perencanaan hasil yang diinginkan. Belum
adanya kerangka kerja yang digunakan dalam upaya pencegahan risiko dan
pengendalian diabetes mellitus pada lansia di sekolah menyebabkan kurangnya jelasnya
capaian keberhasilan dari program. Evaluasi proses dan evaluasi hasil yang belum
dilakukan dengan baik berdampak pada tidak memungkinkannya dilakukan perbaikan
terhadap deviasi dan modifikasi terhadap rencana untuk mencapai tujuan dan standar
pengawasan yang telah ditetapkan. Fungsi pengontrolan yang tidak efektif ini
menyebabkan tidak dapat dilakukannya pengembangan dan modifikasi program untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang terutama program
pengendalian diabetes mellitus pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,
Depok. Sehingga tujuan dari evaluasi program tidak dapat dipenuhi yaitu melihat
efektifitas dan efisiensi program yang sedang atau telah dilaksanakan ( Ervin, 2002).
Universitas Indonesia
monitor dan evaluasi pelaksanaan program pembinaan kesehatan lansia sudah disiapkan
satu tahun sekali. Pengawasan ini dilakukan dari tingkat Dinas Kesehatan sampai
dengan kinerja Puskesmas Cimanggis terhadap pelaksanaan Program. Program-program
yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas dilaporkan kepada penganggung jawab
program di Dinas Kesehatan Tujuan pelaporan ini adalah agar penanggung jawab
program dapat menilai keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan
program.
Harapannya dengan dilakukan penilaian program, maka rencana program yang akan
dilaksanakan pada tahun berikutnya dan penentuan kebijakan dapat lebih baik lagi.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan. Hasil wawancara dengan pembina kelurahan dikatakan
bahwa belum ada penilaian kinerja kader dalam kegiatan posbindu termasuk
pengelolaan masalah diabetes mellitus pada lansia, selain itu juga belum adanya sistem
pemantauan dam pelaporan terhadap masalah diabetes mellitus yang dialami oleh
lansia, belum ada evaluasi dari kepala puskesmas terhadap penanggung jawab program
tingkat puskesmas tentang program lansia.
Kondisi lain yang terjadi yaitu belum efektifnya supervisi kegiatan pembinaan lansia
diabetes mellitus, belum efektifnya perencanaan program rutin tahunan lansia dengan
masalah diabetes mellitus tetapi hanya memperhatikan lansia secara umum yaitu dengan
mengadakan lomba senam lansia yang diadakan dua atau tiga tahun sekali. Program
tahunan dari Penanggungjawab Program Lansia di tingkat Dinkes Kota Depok hanya
mencakup pelatihan kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia (Interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013; Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013). Belum
efektifnya fungsi pengawasan ini akan berdampak pada kurangnya kemampuan dalam
pengembangan dan modifikasi program untuk pengendalian masalah kesehatan lansia
khususnya dengan diabetes mellitus. Ketidakefektifan evaluasi Program Lansia di Kota
Depok akibat monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara terus menerus.
Universitas Indonesia
Pengawasan pelaksanaan program kesehatan lansia dilihat dari penampilan lansia serta
proses dan hasil pelaksanaan Program Lansia. Sasaran evaluasi adalah lansia,
lingkungan masyarakat, perilaku keluarga dan kelompok pendukung serta manajemen
Program Lansia. Secara rinci unsur yang dievaluasi adalah perubahan pengetahuan
kesehatan, tingkah laku, kebiasaan dan keterampilan hidupsehta, lingkungan kelompok
dan masyarakat yang sehat serta keberhasilan pembinaan dan pengelolaan Program
Lansia. Fungsi pengontrolan tidak berjalan dengan baik akibat belum jelasnya indikator
pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang terkait program yang
dilaksanakan. Blake, Spencer, dan Kevin (2011), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa capaian program yang efektif sangat ditentukan oleh hasil pengkajian
manajemen sebagai dasar penetapan masalah dan tujuan dari sebuah program.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Implementasi
1) Melakukan perekrutan dan membentuk struktur organisasi KP LANSET DM
di RW 05 pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 08.30 – 10.00 WIB dihadiri oleh
15 orang kader. Proses pelaksanaan perekrutan dilakukan dengan
mendiskusikan terlebih dahulu tentang kelompok pendukung diabetes
mellitus, tujuan kelompok pendukung diabetes mellitus, dan kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok pendukung diabetes mellitus. Langkah selanjutnya
yaitu menentukan keanggotaan KP LANSET DM, membuat struktur kepung
tensi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
pada lansia disertai dengan proses mulai dari persiapan sampai evaluasi.
Langkah selanjutnya secara bersama-sama melakukan relaksasi “BEBAS
DM” dan akupresur DM dengan memberi contoh dua sampai tiga kali
setiap satu gerakan kemudian langsung didemonstrasikan kembali dua
kali oleh anggota KP LANSET DM. Pertemuan pertama dimulai dengan
melakukan teknik pernapasan dan meditasi dilanjutkan dengan kelompok
otot wajah.
Pertemuan ketiga yaitu mengulang kembali gerakan mulai dari otot wajah
hingga otot kaki kemudian memberikan kesempatan kepada kader untuk
melakukan kembali seluruh gerakan mulai dari otot wajah sampai otot
kaki.
Evaluasi
1) Adanya struktur kepengurusan KP LANSET DM
2) Pengetahuan anggota KP LANSET DM mengalami peningkatan menjadi rata-
rata pada pre-test adalah 7,83 dengan standar deviasi 1,193; dan rata-rata pada
post-test adalah 9,00 dengan standar deviasi 0,953. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,041 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan pre-test dan post-test pada KP LANSET DM.
3) Sikap anggota KP LANSET DM mengalami peningkatan menjadi rata-rata
pada pretest adalah 17,50 dengan standar deviasi 2,153; dan rata-rata pada
posttest adalah 19,42 dengan standar deviasi 0,793. Hasil uji statistik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
maupun modalitas relaksasi “BEBAS DM” pada wilayah lain yang belum
terbentuk.
3) Kelurahan Cisalak Pasar:
Pihak Kelurahan juga ikut memberikan motivasi bagi anggota KP LANSET
DM yang merupakan anggota masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar agar tetap
eksis kepengurusan setiap pelaksanaan rapat koordinasi di kelurahan serta
memfasilitasi dan memotivasi anggota masyarakat agar bersedia menjadi
anggota KP LANSET DM sehingga dapat membentuk KP LANSET DM di
wilayah lain yang belum terbentuk atau menambah anggota dari KP LANSET
DM yang sudah terbentuk.
4) Kader Kesehatan
Kader kesehatan terutama anggota KP LANSET DM melakukan kegiatan
secara mandiri setiap bulan dengan melakukan evaluasi kegiatan KP LANSET
DM, melakukan diskusi terkait diabetes mellitus dan melakukan latihan
relaksasi “BEBAS DM secara terus-menerus, saling mengevaluasi sesama
anggota KP LANSET DM dalam melakukan kegiatan dalam paket program
LANSET DM. Anggota KP LANSET DM juga melakukan perekrutan
anggota baru dan belajar bersama terkait diabetes mellitus dan pelaksanaan
program LANSET DM.
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
berikan umpan balik kepada keluarga atau kelompok lansia dengan diabetes
mellitus terkait pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 5) Evaluasi
secara langsung pelaksanaan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap anggota
KP LANSET DM; 6) Berikan masukan kepada anggota KP LANSET DM
terhadap pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 7) Berikan
motivasi kepada anggota KP LANSET DM setelah melaksanakan kegiatan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM kepada lansia dengan diabetes mellitus.
Pembenaran
Pelaksanaan supervisi sebagai salah satu elemen dari fungsi manajemen
pengarahan merupakan bentuk pengawasan terhadap kinerja anggota KP
LANSET DM (Whitehead, Weiss, dan Tappen, 2010). Pelaksanaan supervisi juga
membantu untuk memberikan masukan dan dan evaluasi terhadap anggota KP
LANSET DM dalam melaksanakan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang telah
dimodifikasi pada lansia dengan diabetes mellitus (Whitehead, Weiss, dan
Tappen, 2010) sehingga dapat meningkatkan kinerja dari anggota KP LANSET
DM melakukan kegiatan dalam paket program LANSET DM.
Universitas Indonesia
Implementasi
1) Melakukan persiapan pada tanggal 6 November 2013 sebelum melaksanakan
supervisi keluarga dan 8 November 2013 oleh kader terkait pelaksanaan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap anggota KS LANSET
DM maka lembar observasi pelaksanaan program LANSET DM begitu juga
media petunjuk pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM maupun KPM LANSET
DM. Kader atau anggota KP LANSET DM yang akan dilakukan supervisi di
keluarga tampak ragu melakukan kunjungan karena untuk pertama kalinya
melakukan kunjungan rumah dan mengajarkan keluarga lansia dengan
diabetes mellitus tentang pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM,
perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan
akupresur DM, namun karena motivasi yang kuat dari mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas maka anggota tersebut siap dan berani melakukan
pendidikan kesehatan dalam program LANSET DM, begitu juga yang terjadi
pada anggota KP LANSET DM yang melakukan penyuluhan dalam bentuk 4
sesi kegiatan program LANSET DM pada kelompok lansia dengan diabetes
mellitus merasakan hal yang sama.
2) Melaksanakan supervisi pada anggota KP LANSET DM dalam melakukan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada keluarga tanggal 10 Mei
2013 dan pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus tanggal 23 April
2013. Supervisi terhadap anggota KP LANSET DM pada keluarga lansia
dengan diabetes mellitus dimulai dengan fase prainteraksi. Fase prainteraksi
anggota KP LANSET DM menyampaikan salam pembuka dan keluarga
membalas salam yang disampaikan anggota KP LANSET DM, selanjutnya
anggota KP LANSET DM mengidentifikasi kondisi yang dialami keluarga
saat dilakukan kunjugan dan keluarga berespon bahwa kondisi yang dialami
saat ini baik. Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan. Tahap pelaksanaan kader
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Evaluasi
Evaluasi keperawatan berupa: 1). Kader atau anggota KP LANSET DM dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam
DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada kelompok lansia
diabetes mellitus dengan bantuan Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
berupa lembar observasi pelaksanaan program LANSET DM terhadap kader dan
media yang digunakan saat pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” serta glukotest
digital; 2). Kader atau anggota KP LANSET DM mampu memberikan masukan
kepada keluarga atau kelompok lansia dengan diabetes mellitus pada gerakan
yang masih salah dilakukan oleh keluarga lansia maupun kelompok lansia dengan
diabetes mellitus; 3). Anggota KP LANSET DM juga mampu menjelaskan atau
Universitas Indonesia
memberikan umpan balik yang cukup baik kepada keluarga terkait masalah
diabetes mellitus dan pelaksanaan kegiatan dalam paket program LANSET DM;
4). Menurut anggota KP LANSET DM hambatan dalam melakukan kegiatan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM yaitu belum menguasai secara mendalam
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga memerlukan banyak waktu untuk belajar
dan latihan secara terus-menerus; 5) Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
dapat memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota KP LANSET DM
terkait pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang telah
dilakukan pada keluarga, lansia dengan diabetes mellitus, dan anggota KP
LANSET DM menerima secara positif evaluasi dari Mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Ibu I mengatakan mengurangi konsumsi gula, serta porsi dan frekuensi makan
agar gula darahnya tidak naik, sehingga dalam sehari sering makan nasi hanya 2
kali dan tidak makan makanan lain lagi. Keluarga mengatakan sudah
mengingatkan dan selalu menyiapkan makanan untuk Ibu I, namun Ibu I belum
mengetahui apa saja makanan yang menyebabkan kadar gula darahnya meningkat.
Keluarga mengatakan tidak menyiapkan menu khusus untuk Ibu I. Menurut Ibu I
dirinya yang setiap hari menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga. Ibu
I mengatakan jarang makan karena khawatir gula darah naik. Keluarga termasuk
Ibu I juga tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Ibu I juga mengatakan hanya
makan jika perutnya lapar, jadi porsi makan yang diambilnya seperlunya saja
yang penting ia kenyang. Ibu I mengatakan takut untuk makan banyak sehingga
terkadang juga tidak makan.
Universitas Indonesia
Menurut Ibu I hal tersebut mungkin juga dikarenakan aktifitasnya sekarang yang
belum kembali normal sejak 1 bulan lalu di rawat di rumah sakit. Keluarga
mengatakan hanya menyarankan Ibu I jangan banyak pikiran apalagi anak-
anaknya sudah dewasa semua. Ibu I mengatakan masih takut untuk pergi jauh, dan
memilih untuk di rumah saja serta tiduran sambil melihat TV sehingga kurang
aktifitas sehingga pada malam harinya sulit tidur. Keluarga menyatakan belum
ada perawatan khusus untuk masalah Ibu I tersebut.
Universitas Indonesia
IMT (Indeks massa tubuh) tergolong normal; sedangkan Ibu I mempunyai tekanan
darah 140/90 mm Hg, nadi 82 kali/menit,R : 22 x/mnt, dan suhu tubuh 36 ° C.
Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa Ibu I sebelum mengalami koma
diabetikum tidak mau melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi
kesehatan yang dialami karena takut atau cemas jika ditemukan masalah
kesehatan lain pada tubuh ibu. Ibu I tidak mau kalau diketahui lebih jauh tentang
kondisi kesehatan yang dialami. Menurut Ibu I selama kondisinya tidak terlalu
berat maka Ibu I tidak mau melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau pun rumah
sakit. Menurut keluarga, cemas merupakan adanya rasa takut; penyebabnya tidak
tahu secara pasti. Menurut keluarga tanda-tanda cemas yaitu adanya rasa takut dan
kalau cemas akibatnya adalah membuat orang menjadi sakit. Menurut keluarga
untuk mengurangi kecemasan berdoa kepada Tuhan YME dan bercerita dengan
pasangan yaitu bapak. Sekarang ini Ibu I merasa cukup diperiksa oleh residen
yang datang ke rumah. Ibu I cepat dan banyak berkeringat dan juga mengalami
kesulitan untuk tidur pada malam hari namun tidak ngantuk pada pagi hari atau
siang hari. Ibu juga merasa bingung dengan kondisi kesehatan yang dialami. Hasil
observasi menunjukkan adanya palpitasi, keringat yang berlebihan, kurang
konsentrasi dan terkadang sedih.
Universitas Indonesia
Kurang
pengetahuan
keluarga tentang Risiko injuri
DM
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan: DM
Universitas Indonesia
yang berarti kondisi yang terjadi menuju ke arah pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi; risiko berarti masalah yang akan terjadi; sedangkan aktual berarti
masalah sudah terjadi saat pengkajian. Penapisan menggunakan kriteria
kemungkinan masalah dapat diubah mencakup mudah, sebagian, dan tidak dapat
dengan pembenaran pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah, sumber daya yang dimiliki keluarga (fisik,
keuangan, dan tenaga), sumber daya perawat atau tenaga kesehatan (pengetahuan,
keterampilan, dan waktu), serta sumber daya masyarakat (fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat).
Hasil proses penapisan menggunakan kriteria tersebut maka dapat ditentukan skor
yang paling tertinggi dari ketiga diagnosa yang muncul. Skor yang tertinggi dari
ketiga diagnosis akan menjadi prioritas yang berarti harus diselesaikan terlebih
dahulu atau pertama. Skor yang tertinggi dari ketiga diagnosa tersebut tergambar
dari urutan penulisan diagnosa berikut yaitu:
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp As khususnya Bp
Ibu I
b. Cemas pada keluarga Bp As khususnya Ibu I
c. Risiko injuri pada keluarga Bp As khususnya Bp I
Penentuan atau perhitungan prioritas masalah keperawatan keluarga terlampir .
Universitas Indonesia
Tujuan khusus:
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1). Keluarga dapat mengenal
masalah diabetes mellitus dengan menjelaskan pengertian, menyebutkan faktor
risiko, tanda dan gejala diabetes mellitus; 2). Keluarga mampu mengambil
keputusan untuk melakukan pencegahan terjadinya diabetes mellitus pada anggota
keluarga dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah
terjadinya diabetes mellitus dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
diabetes mellitus; 3). Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus di rumah dengan menjelaskan cara mencegah dan merawat
diabetes mellitus lebih lanjut di rumah dan mendemonstrasikan cara melakukan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM ; 4). Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan yang kondusif untuk mencegah diabetes mellitus dengan cara
menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk diabetes mellitus, mau
menyediakan lingkungan yang aman bagi keluarga, dan melakukan modifikasi
lingkungan yang aman bagi keluarga dengan diabetes mellitus; 5) Keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mencegah
diabetes mellitus dengan menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau menggunakan dan akhirnya
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Universitas Indonesia
Pembenaran
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses belajar yang berarti terjadi
perubahan kearah yang lebih baik pada individu dalam kelompok masyarakat dari
tidak tahu masalah kesehatan dan pencegahannya menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan
(Pender, 2001; Purwanto, 1999). Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang
masalah diabetes mellitus mulai dari pengertian sampai dengan penggunaan
fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah kesehatan terutama diabetes
mellitus (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Maglaya dkk., 2009). Perawatan
sederhana dan profesional seperti manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi DM maupun akupresur DM sangat penting
untuk prevensi dan promosi kesehatan lansia dengan DM dengan meningkatkan
kemandirian keluarga.
Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Melakukan pengukuran
kadar gula darah pada lansia dengan diabetes mellitus; 2). Mendiskusikan diabetes
Universitas Indonesia
mellitus terkait pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta
komplikasi diabetes mellitus; 3). Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengulang kembali materi yang dijelaskan atau didiskusikan bersama perawat; 4).
Memberikan pujiian atau reinforcement positif bagi keluarga atas partisipasi
keluarga yang aktif dalam mendiskusikan masalah diabetes mellitus; 5).
Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga tentang pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi diabetes mellitus; 6). Memberikan
motivasi bagi keluarga untuk memutuskan melakukan penanganan terhadap
masalah diabetes mellitus pada lansia; 7). Mendiskusikan tentang cara merawat
lansia dengan diabetes mellitus dan salah satunya adalah dengan melakukan
relaksasi “BEBAS DM”; 8). Menjelaskan persiapan dan prosedur pelaksanaan
relaksasi “BEBAS DM”, mendemonstrasikan pelaksanaan relaksasi “BEBAS
DM”; 9). Meminta keluarga untuk menuntun lansia dalam melakukan relaksasi
“BEBAS DM”; 10). Mengidentifikasi juga kemampuan keluarga dalam
menyediakan lingkungan yang nyaman atau kondusif bagi lansia dengan diabetes
mellitus; 11) Mengidentifikasi keluarga terkait pengetahuan tentang pelayanan
kesehatan yang ada dan gambaran penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia;
12) Mendiskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang tersedia yang dapat
dijangkau oleh lansia dengan diabetes mellitus; 13) Memotivasi keluarga untuk
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
Universitas Indonesia
Rencana tindak lanjut yaitu: 1). Keluarga harus membuat keputusan untuk
melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin di posbindu yang telah
tersedia sekali dalam sebulan; 2). Melakukan relaksasi “BEBAS DM” minimal
satu kali dalam sehari; 3). Mendelegasikan kepada kelompok pendukung diabetes
mellitus (KP LANSET DM) untuk melakukan supervisi atau pemantauan
terhadap pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” di rumah.
Tujuan khusus
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1). Mengenal tentang kecemasan
dengan cara menjelaskan pengertian tentang kecemasan, penyebab kecemasan,
serta tanda dan gejala kecemasan; 2). Mampu mengambil keputusan dengan cara
menjelaskan akibat dari kecemasan dan mengambil keputusan untuk mengatasi
kecemasan; 3). Merawat anggota keluarga yang mengalami kecemasan dengan
cara menjelaskan cara mengurangi kecemasan, mau melakukan cara mengurangi
kecemasan, melakukan cara mengurangi kecemasan dengan melakukan taknik
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM; 4). Memodifikasi lingkungan
untuk mengurangi kecemasan dengan cara menyebutkan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan, mau menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan, dan menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan; 5). Mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengurangi masalah kecemasan dengan cara menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan,
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau menggunakan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan, dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan.
Universitas Indonesia
Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1). Identifikasi pengetahuan keluarga
tentang kecemasan; 2). Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan secara sederhana dan mudah
dimengerti keluarga; 3). Mengajarkan cara melakukan relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4).
Demonstrasikan cara melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM ;
5). Minta keluarga untuk melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur
DM; 6). Berikan penjelasan cara menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
mengurangi kecemasan.
Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang kecemasan mulai dari pengertian
sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah
kesehatan terutama kecemasan (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Maglaya
dkk., 2009). Relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM merupakan suatu
bentuk intervensi untuk memberikan suasana yang rileks atau nyaman sehingga
dapat juga mengatasi masalah kecemasan di dalam keluarga (Kelley dan Barret,
1999).
Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Mendiskusikan tentang
kecemasan terkait pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut; 2).
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulang kembali materi yang
dijelaskan atau didiskusikan bersama perawat. Memberikan pujiian atau
reinforcement positif bagi keluarga atas partisipasi keluarga yang aktif dalam
mendiskusikan masalah kecemasan; 3). Mengevaluasi kembali pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan. Memberikan
motivasi bagi keluarga untuk memutuskan melakukan penanganan terhadap
masalah kecemasan pada keluarga; 4). Mendiskusikan tentang cara merawat
lansia atau anggota keluarga yang mengalami kecemasan salah satunya adalah
dengan melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM; 5).
Universitas Indonesia
Rencana tindak lanjut yaitu 1). Keluarga membuat keputusan untuk melakukan
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM secara terus-menerus minimal
satu kali sehari untuk mengurangi masalah kecemasan; 2). Mendelegasikan
kepada kelompok pendukung diabetes mellitus (KP LANSET DM) untuk
melakukan supervisi atau pemantauan terhadap pelaksanaan relaksasi “BEBAS
DM” maupun akupresur DM di rumah serta memotivasi keluarga atau anggota
keluarga untuk mau kalau dirujuk ke pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
mengalami kadar gula darah yang tinggi. Kejadian kadar gula darah yang tinggi
yang terjadi pada lansia pun dapat terjadi karena beberapa faktor risiko seperti
kebiasaan makan atau diet tinggi gula, tinggi lemak, kurang olahraga, stres, dan
juga melakukan aktivitas atau kegiatan di rumah yang berlebihan atau yang tidak
sesuai dengan kondisi fisik lansia, sehingga muncul diagnosis keperawatan
keluarga yang paling sering adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
keluarga dengan lansia. berdasarkan diagnosis keperawatan tersebut maka perawat
menentukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan keluarga dengan
lansia yang mengalami diabetes mellitus.
Universitas Indonesia
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1. Menerima petugas
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Perkesmas)
2. Menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan keluarga
4. Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anjuran
5. Melakukan tindakan
keperawatan sederhana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai anjuran
6. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif
7. Melakukan tindakan
- - √ √ √ √ √ √ - -
promotif secara aktif
Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Universitas Indonesia
sakit dan keluarga lainnya tidak bisa membantu merawat akibat kesibukan sebagai
guru sehingga belum dapat melakukan promosi kesehatan secara aktif seperti
pengelolaan diet DM, memantau aktifitas fisik, dan berkomunikasi efektif dengan
lansia.
Universitas Indonesia
Metode Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan lansia, keluarga dan kader.
Metode ini dimodifikasi dengan menggunakan wawancara pada kader RW 03 dan
05 sehingga didapat data yang diperlukan terkait dengan masalah DM pada
lansia.
Kesulitan penentuan sampel dialami oleh residen pada saat pengkajian awal
disebabkan data dari Puskesmas tidak memiliki data tentang permasalahan DM
pada lansia yang spesifik untuk satu kelurahan. Puskesmas hanya memiliki data
tentang pelayanan pengobatan lansia yang datang berkunjung saja. Penulis
mengalami kesulitan dalam identifikasi kantong masalah DM pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar. Identifikasi masalah DM lansia, residen peroleh
melalui identifikasi melalui pendekatan key informan kader kesehatan, dan ketua
RW serta keluarga lansia. Mahasiswa melakukan pengkajian secara langsung dari
rumah ke rumah dalam menggali permasalahan lansia. Wilayah yang menjadi
fokus pengkajian adalah di RW 01, 03, 05, dan 07. Penentuan lokasi tersebut dari
hasil wawancara dengan ketua kader kesehatan di Kelurahan Cisalak Pasar yang
menyatakan bahwa di wilayah tersebut jumlah lansianya banyak.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dua orang lansia mengatakan jarang sekali bercerita dengan pasangan atau
anggota keluarga lain kalau ada masalah. Masalah yang ada dipikirkan sendiri.
Kedua lansia tersebut mengatakan bahwa ingin sakit kencing manisnya sembuh,
sehingga tidak perlu berobat terus dan merasakan sakit sekujur tubuh dan
terkadang baal pada ekstremitas. Tiga orang lansia mengatakan bahwa kalau
merasa pusing atau seperti mau pingsan maka minum banyak makan air
mengkudu dan mengurangi makan makanan yang manis. Perilaku tersebut
dilakukan lansia karena takut terjadi stroke. Hasil wawancara dan observasi juga
menunjukkan belum adanya kelompok pendukung diabetes mellitus pada lansia
sehingga belum adanya penanganan secara khusus terhadap lansia yang
mengalami diabetes mellitus, selain itu juga banyak lansia yang tidak terlibat
Universitas Indonesia
dalam posbindu karena alasan mengurus cucu atau karena jauh dari tempat
tinggal.
Data lain juga menunjukkan bahwa sebanyak 26,42% (53) lansia kurang
mengetahui batasan normal kadar gula darah pada lansia; sebanyak 28,3% (53)
lansia kurang mengetahui kalau pandangan kabur merupakan salah satu tanda dan
gejala diabetes mellitus; sebanyak 43,4% (53) lansia kurang mengetahui kalau
untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengurangi stress; sebanyak 66,04%
(53) kurang mengetahui kalau akibat lanjut dari diabetes mellitus adalah
mengalami penyakit ginjal. Selanjutnya hasil pengkajian akan dianalisis untuk
dapat merumuskan masalah keperawatan yang akan digambarkan dalam skema
berikut:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pendidikan kesehatan tentang
diabetes mellitus pada kelompok lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi diabetes mellitus; 2) Pendidikan
kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus pada kelompok lansia; 3) Evaluasi
perilaku kelompok lansia terhadap perawatan diabetes mellitus; 4) Pelaksanaan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
Universitas Indonesia
komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi
akupresur DM” pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus; 5) Pemeriksaan
tekanan darah sebelum dan setelah program LANSET DM dalam sesi pelaksanaan
terapi relaksasi “BEBAS DM” dan akupresur DM; 6) Pemberian tugas kepada
kelompok lansia dengan diabetes mellitus untuk melakukan kegiatan manajemen
diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal
daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM di
rumah sesuai dengan kemampuan masing-masing; 7) Pemberian tugas kepada
kelompok lansia dengan diabetes mellitus untuk makan makanan yang rendah
gula dan rendah lemak.
Pembenaran
Diabetes mellitus merupakan kondisi kadar gula darah yang tidak normal yang
dapat memberikan dampak lebih buruk terhadap penderita seperti stroke, masalah
pada jantung, dan ginjal (Miller, 2012) sehingga perlu dilakukan intervensi.
Intervensi yang dapat diberikan berupa pendidikan kesehatan dan perawatan pada
lansia dengan diabetes mellitus seperti latihan nafas dalam, mendengarkan musik,
dan relaksasi otot progresif serta meditasi (relaksasi “BEBAS DM”). Relaksasi
“BEBAS DM” mempunyai peranan penting dalam mengelola kadar gula darah
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penurunan tingkat stres atau
kecemasan, atau juga dapat memberikan suasana yang rileks atau tenang,
sehingga dampak lebih lanjut yaitu menurunkan kadar gula darah yang tinggi pada
lansia yang mengalami diabetes mellitus (Kelley dan Barret, 1999).
Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup:
a) Melakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus pada kelompok
lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta
komplikasi diabetes mellitus di masing-masing RW yang dihadiri oleh lansia; b)
Melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus pada
kelompok lansia mencakup diet rendah garam, makanan yang perlu diperhatikan
bagi lansia dengan diabetes mellitus, dan tanaman atau tumbuhan yang dapat
Universitas Indonesia
digunakan untuk menurunkan kondisi kadar gula darah yang tinggi pada lansia; c)
Melakukan evaluasi perilaku kelompok lansia terhadap perawatan diabetes
mellitus; d) Melaksanakan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM pada kelompok lansia dengan diabetes
mellitus pada masing-masing RW satu kali dalam seminggu; e) Melakukan
pemeriksaan tekanan darah sebelum dan setelah pelaksanaan terapi relaksasi
“BEBAS DM” pada masing-masing RW; f) Memberi tugas kepada kelompok
lansia dengan diabetes mellitus untuk melakukan kegiatan manajemen diet DM,
perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih
merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM di rumah sesuai
dengan kemampuan masing-masing; g) Memberikan tugas kepada kelompok
lansia dengan diabetes mellitus untuk makan makanan yang rendah gula dan
rendah lemak
Evaluasi
1) Terjadi peningkatan pengetahuan KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pre-
test adalah 29,40 dengan standar deviasi 4,448; dan rata-rata pengetahuan KS
LANSET DM pada post-test adalah 31,36 dengan standar deviasi 3,758. Hasil
uji statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan pre-test dan post-test.
2) Terjadi peningkatan sikap KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pretest
adalah 45,43 dengan standar deviasi 6,747; dan rata-rata sikap KS LANSET
DM pada posttest adalah 50,11 dengan standar deviasi 3,906. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara sikap pre-test dan post-test.
3) Terjadi peningkatan perilaku KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pretest
55,26 dengan standar deviasi 8,136; dan rata-rata perilaku KS LANSET DM
pada posttest adalah 65,02 dengan standar deviasi 4,774. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara perilaku pre-test dan post-test.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
11) 75% lansia juga mengatakan masih mengurus keluarga terutama cucu
sehingga kadang dapat menimbulkan stres.
Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama delapan bulan terjadi koping efektif pada
pada kelompok swabantu lansia dengan diabetes mellitus
Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1) Terlaksana kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam
DM, dan terapi komplementer herbal daun sirih merah pada KS LANSET DM
secara rutin sesuai indikasi
2) Terlaksana terapi relaksasi “BEBAS DM” dan terapi akupresur DM pada KS
LANSET DM sebulan sekali
3) Terlaksana kegiatan posbindu sebulan sekali
Universitas Indonesia
Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup: 1). Pengadaan program kegiatan
berupa manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
komplementer herbal daun sirih merah, dan terapi relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM pada KS LANSET DM; 2). Pengadaan program kegiatan
posbindu; 3). Pemeriksaan kadar gula darah pada kelompok lansia dengan
diabetes mellitus di posbindu; 4). Identifikasi lansia yang mengalami kadar gula
darah yang tinggi pada saat pelaksanaan posbindu.
Pembenaran
Rencana keperawatan yang telah ditentukan dibutuhkan agar kelompok swabantu
lansia dengan diabetes mellitus mempunyai wadah untuk melakukan diskusi atau
sharing terkait masalah diabetes mellitus yang dialami, melakukan skreening
kasus diabetes mellitus serta ikut membantu dalam meningkatkan kondisi
kesehatan KS LANSET DM.
Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Mengadakan paket
program kegiatan berupa manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih merah, dan terapi relaksasi
“BEBAS DM” maupun akupresur DM pada KS LANSET DM; 2). Mengadakan
paket program kegiatan setiap pelaksanaan posbindu; 3). Melakukan pemeriksaan
kadar gula darah pada lansia dengan diabetes mellitus di posbindu; 4).
Mengidentifikasi lansia yang mengalami kadar gula darah yang tinggi pada saat
pelaksanaan posbindu
Evaluasi
Evaluasi keperawatan mencakup: a). Pelaksanaan program kegiatan LANSET DM
di 3 RT dalam RW 05 dihadiri oleh kader dan kelompok lansia dengan diabetes
Universitas Indonesia
mellitus; b). Program posbindu setiap bulan dilakukan pada masing-masing RW;
c). Kelompok lansia dengan diabetes mellitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah secara rutin pada saat kegiatan KS LANSET DM yang dilakukan
setiap bulan oleh kader dan juga tenaga perawat atau pun bidan; d). Teridentifikasi
kelompok lansia dengan diabetes mellitus pada salah satu RW; e). Kelompok
lansia sangat senang karena telah terbentuk KS LANSET DM dan kegiatannya
pada salah satu RW yang dilakukan pemantauan status kesehatan lansia
khususnya kadar gula darah; f). KS LANSET DM sangat termotivasi dengan
adanya program LANSET DM yang membuat kadar gula darah lansia yang
sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian
Universitas Indonesia
Menurut analisis penulis juga bahwa kendala yang dialami oleh anggota KP
LANSET DM dalam melakukan supervisi merupakan bahan evaluasi bagi
anggota KP LANSET DM tersebut untuk tetap mengembangkan kemampuannya
tentang masalah DM dan perawatannya. Pengembangan kemampuan tersebut
dapat dilakukan dengan cara terus mempelajari tentang DM dari berbagai media
dan mengikuti pelatihan jika memiliki kesempatan dan terus melakukan
keterampilan relaksasi “BEBAS DM” sehingga kemampuan kader dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah dan
kecemasan pada lansia dengan DM setelah melakukan relaksasi “BEBAS DM”.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa relaksasi Benson secara signifikan dapat
menurunkan kecemasan dengan nilai p=0,019 (Datak, 2008). Terapi-terapi
komplementer keperawatan yang dimodifikasi sangat efektif untuk
mengendalikan penyakit DM, seperti hasil penelitian terapi Reiki khususnya
dalam transfer energi menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara KGDS
sebelum dan setelah intervensi Reiki (p=0,000) (Sylvia, 2008). Hasil penelitian
lain juga menunjukkan senam kaki yang digunakan dalam pengelolaan DM pada
aggregate lansia di Magelang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penurunan kadar gula darah yang tinggi serta peningkatan sensitivitas kaki
(Priyanto, 2012).
Hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor utama yang berkonstribusi dalam
memberikan dampak perubahan kadar darah yang tinggi ke arah menurun pada
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kehidupan sehari-hari lansia tidak terlepas dari manusia sebagai makhluk sosial
yang saling berhubungan dan ketergantungan. Dukungan sosial sangat penting
dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas lansia yang mempunyai
kecendrungan ketergantungan khususnya dalam upaya promosi kesehatan.
Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang melibatkan masyarakat seperti keluarga dan kelompok berisiko
tinggi melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan kelompok yang
telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2004).
Universitas Indonesia
Herni. Pembentukan kelompok ini cukup efektif membangun motivasi lansia dan
masyarakat. Salah satu bentuk dukungan sosial adalah dengan membentuk
kelompok (support group) dan kelompok swabantu. Dukungan sosial sangat
penting dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas lansia yang
mempunyai kecenderungan ketergantungan khususnya dalam upaya proteksi dan
promosi kesehatan. Kelompok pendukung (social support group) merupakan
suatu bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada orang lain dengan tujuan
untuk promosi kesehatan atau saling memotivasi (Lanza dan Revenson, 1993).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memastikan bahwa perilaku yang diterapkan oleh keluarga adalah perilaku positif.
Implementasi keperawatan yang telah residen lakukan pada keluarga binaan
merupakan tahapan tindakan pencegahan primer dan sekunder sesuai model
Preeceed-Proceed Models dengan melakukan upaya pengobatan dan tindakan
pencegahan terhadap masalah yang dialami oleh lansia dan keluarga dari faktor
risiko.
Kelompok swabantu merupakan himpunan atau kesatuan dari lansia yang hidup
bersama dimana hubungan tersebut meliputi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi. Proses kelompok ini diharapkan lansia akan merasakan
kebersamaan berbagi pengalaman, pengetahuan penatalaksanaan diabetes mellitus
yang dialaminya. Pembentukan kelompok ini diakukan lebih kearah membangun
dukungan dari semua pihak dalam prosesnya, mengingat sistem pelayanan.
Pembentukan kelompok disusun rencana kegiatan terkait masalah diabetes
mellitus pada lansia.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dalam pelaksanaan kegiatan. Beberapa kader yang aktif dan tidak penah absen
dalam setiap kegiatan, sehingga informasi yang tersampaikan tidak terputus.
Upaya promosi kesehatan juga dilakukan pada anak sekolah SD Bright Kiddie
kelas 4,5, dan 6 melalui kegiatan simulasi mengenal risiko diabetes mellitus sejak
dini. Upaya mengenali diabetes mellitus sejak usia dini penting bagi anak usia
sekolah dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan gaya hidup sehat
pada anak usia sekolah. Karbohidrat adalah zat tenaga yang amat penting bagi
manusia, asupan gizi harus seimbang sejak dini berperan besar dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Untuk itu diharapkan agar semua kebutuhan gizi
anak tercukupi, termasuk asupan karbohidrat untuk energi, baik melalui makanan
pokok maupun cemilan apalagi untuk anak yang sulit makan. Tidak cukup hanya
gizi seimbang, aktivitas fisik secara teratur juga sangat diperlukan bagi
perkembangan kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti kondisi tulang, otot dan juga rangsangan aktivitas
fisik.
5.2. Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan program LANSET DM terkait dengan sumber daya
manusia yang terdapat di masyarakat hanya para kader yang memberikan atau
melaksanakan kegiatan baik pendidikan kesehatan maupun cara pencegahan dan
perawatan DM kepada lansia, bukan tenaga profesional. Kondisi lain juga yang
terjadi di masyarakat yaitu kader kesehatan mempunyai tugas yang banyak seperti
terlibat juga dalam mengurus posyandu balita dan juga kegiatan lainnya seperti
telah terbentuk juga kelompok pendukung lainnya yang membuat jumlah kader
kesehatan menjadi terbatas sehingga pelayanan terhadap kesehatan lansia menjadi
kurang optimal. Tenaga dari puskesmas juga hanya seorang bidan yang bukan
menjadi kompetensinya terutama dalam melakukan relaksasi “BEBAS DM”.
Perawat jarang sekali melakukan supervisi ke masyarakat karena perawat
mempunyai multi peran di Puskesmas yaitu membantu pengobatan di poli lansia
serta banyak melakukan tugas yang non keperawatan
Universitas Indonesia
Keterbatasan lain juga ditemukan berupa hambatan sistem, residen bukan bagian
dari sistem yang ada di wilayah Kota Depok dan program ini hanya sebagai
suplemen dari institusi pendidikan sehingga program ini kemungkinan tidak dapat
berjalan secara optimal. Tidak tepat sasarannya dari target yaitu kesinergian
dengan program Dinas Kesehatan dan Puskesmas diakibatkan informasi yang
diberikan dalam kegiatan Lokakarya mini tidak diterima secara kontiniu akibat
persepsi yang berbeda dari perwakilan orang yang datang. Pendampingan dalam
pemantauan mandiri pada lansia menggunakan KPM LANSET DM tidak dapat
dilakukan secara optimal karena beban kerja kader maupun pemegang program
sangat tinggi akibat mengelola Posyandu dan Posbindu di seluruh wilayah Cisalak
Pasar.
Universitas Indonesia
Dukungan juga datang dari kelompok swabantu dan kelompok pendukung dalam
membangun motivasi lansia untuk aktif pada kegiatan kelompok dan Posbindu.
Kerjasama lintas program dan sektoral sebagai kemitraan pada level tertinggi
belum terjalin maksimal selama praktik residensi. Perawat spesialis komunitas
memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan
dengan anggota masyarakat. Ervin (2002) menegaskan bahwa kemitraan
merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya
yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), perawat spesialis komunitas
harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bagian kesimpulan dan saran menguraikan tentang hasil dan pembahasan secara
singkat terkait pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan keluarga, dan keperawatan komunitas
6.1. Simpulan
Integrasi Teori Manajemen, Community as Partner Model, Preceed-Proceed
Model, Family Centered Nursing efektif digunakan dalam pelayanan dan asuhan
keperawatan pada aggregate lansia terkait pengendalian DM dengan intervensi
utama pada pemberdayaan masyarakat khususnya manajemen diri dan dukungan
sosial. Hal itu ditunjukkan dengan adanya :
6.1.1. Peningkatan perilaku anggota KP LANSET DM yang mencakup
pengetahuan keterampilan, sikap anggota KP LANSET DM termasuk
kategori sangat baik dalam mengelola diet DM, perawatan dan senam kaki
serta relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi secara mandiri di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.2. Anggota KP LANSET DM terampil dalam melakukan supervisi dan
umpan terhadap pelaksanaan diet DM, perawatan dan senam kaki serta
relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi pada lansia di Kelurahan
Cisalak Pasar.
6.1.3. Peningkatan perilaku kelompok lansia yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap pencegahan dan perawatan DM di
Kelurahan Cisalak Pasar
6.1.4. Penurunan kadar gula darah setelah dilakukan terapi diet DM, perawatan
dan senam kaki serta relaksasi “BEBAS DM” pada lansia dengan DM di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.5. Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam perawatan lansia dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.6. Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia
dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
6.2.1.1. Dinas Kesehatan dapat menetapkan kebijakan perencanaan mengatasi
masalah DM dengan melakukan terapi diet DM, perawatan dan senam
kaki serta terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM yang
terintegrasi dalam Program Penyakit Tidak Menular (PTM).
6.2.1.2. Dinas kesehatan dapat meningkatkan program pelayanan PTM dengan
mengintegrasikan penatalaksanaan pemantauan kesehatan lansia dengan
kadar gula darah menggunakan KPM untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk mencegah komplikasi DM.
6.2.1.3. Dinas kesehatan dapat menetapkan anggaran untuk supervisi dan
monitoring berkala pelaksanaan kegiatan posbindu dan kelompok
pendukung dalam pemantauan kesehatan lansia dengan KPM, baik di
tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok maupun di tingkat Puskesmas
Cimanggis.
6.2.1.4. Dinas kesehatan dapat meningkatkan anggaran untuk pengadaan sarana
pemeriksaan kesehatan bagi lansia dengan DM di Posbindu.
6.2.1.5. Dinas Kesehatan dapat memberdayakan SDM dengan pelatihan
ketrampilan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk kegiatan
supervisi dan evaluasi kinerja pemegang progam serta kinerja kader
dalam kegiatan Posbindu dan pengelolaan KPM pada lansia maupun
menempatkan perawat kesehatan masyarakat untuk mengembangkan
program inovasi dan program kerja pelayanan kesehatan, untuk membina
dan untuk melakukan pelaksanaan diet DM, perawatan dan senam kaki
serta terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM bagi
kelompok lansia dengan DM.
6.2.1.6. Dinas Kesehatan dan Pihak Puskesmas melakukan pelatihan pengelolaan
DM dengan salah satu point yang dikedepankan adalah pelaksanaan
program LANSET DM melalui diet DM, perawatan dan senam kaki serta
terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM.
6.2.1.7. Dinas kesehatan meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan
membuat MOU dari Dinas kesehatan dengan lembaga-lembaga swasta
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Aditama (2012) dalam RMOL. Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai
90 Persen. Diunduh dari http://ekbis.rmol.com pada tanggal 16 Maret
2013.
Amigo, T. A. E., Sahar, J., dan Sukihananto. (2012). Hubungan Karakteristik dan
Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Status
Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan Hipertensi Di Kecamatan Jetis
Yogyakarta. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.
Aziza, Lucky (2007). Ledakan Cuci Darah Akibat Diabetes Melitus: Nefropati
Diabetic dan Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.
Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Profil Daerah Provinsi
Jawa Barat. Bandung: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat.
Balitbangkes Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Balitbangkes Depkes RI. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Bappeda Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2009). Indeks
Pembangunan Kota Depok 2009. Depok: Bappeda Kota Depok dan Badan
Pusat Statistik Kota Depok.
Becker, G. (2004). Prediabetes: What You Need to Know to Keep Diabetes Away.
New York: Marlow & Company.
Carmody, S., dan Forster, S. (2003). Aged Care Nursing: A Guide to Practice.
San Francisco: Ausmed Publications.
Universitas Indonesia
Challem, J. (2007). AARP: Stop Prediabetes Now. New Jersey: John Willey &
Sons, Inc.
Chomutare, T., dkk. (2011). Mobile peer support in diabetes. User Centred
Networked Health Care. IOS Press.
Copstead & Banasik (2010). Pathophysiology. Fourth Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier
Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012b). Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Depok
Tahun 2011 - 2016. Retrieved. from
http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_contentdanview=articled
anid=92danItemid=90.
Universitas Indonesia
Eddy and Price (2009). Diabetic Foot Care: Tips and Tools to Streamline Your
Approach. The Journal of Family Practice. Vol 58, No 12.
Edelman dan Mandle (2010). Health Promotion: Throughout The Life Span.
Seventh Edition. St. Louis: Mosby Elsevier.
Universitas Indonesia
Glumer, C. dkk. (2006). Risk Scores for Type 2 Diabetes Can Be Applied in
Some Populations but Not All. Diabetes Care 29: 410-414.
Greene, B., Merendino, J.J., dan Jibrin, J. (2009). The Best Life Guide to
Managing Diabetes and Pre-Diabetes. New York: Simon & Schuster.
Universitas Indonesia
Ingram, M., Torres, E., Redondo, F., Bradford, G., dan O’Toole, M. L. (2007).
The impact of promotras on social support and glycemic control among
members of a farmworker community on the US-Mexico border. Diabetes
Educator, 33(6), 172S-178S.
Kaushik, R. M., Kaushik, R., Mahajan, S. K., dan Rajesh, V. (2006). Effects of
mental relaxation and slow breathing in essential hypertension.
Complementary. Therapies in Medicine, 14(2), 120-126.
Kelurahan Cisalak Pasar. (2011). Laporan Tahunan TP. PKK Kelurahan Cisalak
Pasar Tahun 2011. Retrieved. from.
Kholifah, S. N. (2007). Aplikasi Teori Orem dan Model Health Belief pada
Asuhan Keperawatan Komunitas Pralansia dan Lansia dengan Diabetes
Mellitus di Kelurahan Pancoran Mas-Depok. Depok: FIK UI.
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. (2010). Rencana Strategis:
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. Retrieved. from.
Universitas Indonesia
Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010b). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.
Lynn, P., dan LeBon, M. (2011). Skill Checklists for Taylor’s Clinical Nursing
Skills: A Nursing Process Approach. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
| Lippincott Williams dan Wilkins.
Mahale, S. (2008). Music, the best medicine. McClatchy - Tribune Business News,
from http://search.proquest.com/docview/464769966?accountid=17242
Mandel, S. E., Hanser, S. B., Secic, M., dan Davis, B. A. (2007). Effects of Music
Therapy on Health-Related Outcomes in Cardiac Rehabilitation: A
Randomized Controlled Trial. Journal of Music Therapy, 44(3), 176-197.
Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., dan Akhmadi. (2010).
Buku Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.
Universitas Indonesia
McEwen, M., Pasvogel, A., Gallegos, G., dan Barera, L. (2010). Type-2 diabetes
self-management social support intervention at the U.S-Mexico border.
Public Health Nursing, vol 27, no 4, 310-319.
Murphy, E., dkk. (2013). A new approach to design and implement a lifestyle
intervention programme to prevent type-2 diabetes in New Zealand Maori.
Asia Pasific Journal Clinic Nutrient, vol 12, no 4, 419-422.
Neufeld, V., dan Harrison, M. J. (2010). Nursing and Family Caregiving: Social
Support and Nonsupport. New York: Springer Publishing Company.
Universitas Indonesia
Papalia, DE.,Olds, S.W, dan Feldman, Ruth.D. (2008). Human Development. 10th
edition. Boston : Mc.Graw-Hill.
Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Depok. (2012). Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Kesehatan
Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Depok: Program Kesehatan Lanjut Usia. Retrieved. from.
Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Retrieved. from http://www.depok.go.id/profil-kota/peta.
Polit, D. F., dan Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams dan
Wilkins.
Potter, Perry, Stockert, dan Hall (2011). Basic Nursing. Seventh Edition. St.
Louis: Mosby Elsevier.
Universitas Indonesia
Puskesmas Cimanggis. (2011). Data Posbindu Kota Depok 2011. Retrieved. from.
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Shetty, A.S., dan Nandhita, A. (2012).Trends
in prevalence of diabetes in Asian Countries.World Journal of Diabetes, 3
(6): 110-117. Diunduh dari www.wjgnet.com pada tanggal 16 Maret 2013.
Rose, M. H., dan Killien, M. (1983). Risk and vulnerability: A case for
differentiation. Advances in Nursing Science, 5(3), 60-73.
Santrock, J.W. (2009). Life-Span Development. 12th edition. New Yok: McGraw-
Hill.
Universitas Indonesia
Stanhope, M., dan Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing.
St. Louis Missouri: Mosby.
Suharko (2012) dalam RMOL. Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai
90 Persen. Diunduh dari http://ekbis.rmol.com pada tanggal 16 Maret
2013.
Universitas Indonesia
Van Dam, H. A., dkk. (2005). Social support in diabetes: A systematic review of
controlled intervention studies. Patient Education and Counseling. 59(1),
1-12.
Wild dkk. (2004). Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and
projections for 2030. Diabetes Care 27:1047–1053.
World Health Organization. (2011). World Health Statistics 2011: World Health
Organization.
Universitas Indonesia
Sebagian
Potensial masalah dapat 2/3 x 1 2/3 Proses penuaan yang terjadi pada lansia
dicegah: yang sulit untuk dimodifikasi
Total 3 2/3
sebagian
cukup
Total 4
Sumber: Maglaya, A. S., Cruz-Earnshaw, R. G., Pambid-Dones, L. B. L., Maglaya, M. C. S., Lao-
Nario, M. B. T., & Leon, W. O. U.-D. (2009). Nursing Practice in the Community. Marikina:
Argonauta Corporation. p. 80
Keterangan Pembobotan
Teknik relaksasi “BEBAS DM” merupakan metode utama yang digunakan untuk mengurangi
stres. Respon relaksasi “BEBAS DM” mengkombinasikan meditasi dengan relaksasi. Selama
mengulang-ulang kata/frase, sikap pasif merupakan hal yang essential. Mekanisme penurunan
kadar gula darah dengan relaksasi “BEBAS DM” ini adalah adanya penurunan stres fisik dan
psokologis akan menurunkan epinefrin, menurunkan kortisol, menurunkan glukagon dan
menurunkan hormon tyroid. Proses ini akan menurunkan gula darah (Brunner & Suddarth’s,
2000; Craven RT & Himle CL, 2000)
II. Tujuan: membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus
III. Manfaat
A. Respon verbal
1. Pikiran menjadi rileks
2. Perasaann lebih tenang
B. Respon non verbal
1. Klien tampak lebih rileks
2. Penurunan kadar gula darah
IV. Prosedur
1. Persiapan
a. Menggunakan baju longgar
b. Tidak diperkenankan memakai kaca mata dan sepatu
c. Lingkungan tenang
2. Tahapan
a. Usahakan situasi ruangan atau lingkungan relatif tenang
b. Ambil posisi tidur terlentang yang dirasakan paling nyaman
c. Leher dan lutut di topang bantal/guling
d. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan sehingga tidak ada
ketegangan otot sekitar mata. Mulai dengan nafas lambat dan teratur, dan ucapka
dalam hati frase kata sesuai keyakinan anda. Sebagai contoh anda menggunakan
frase yaa Allah. Bernafas pelan dan dalam, pada saat mengambil nafas sertai
dengan mengucapkan kata yaa dalam hati, setelah selesai lalu keluarkan nafas
secara perlahan-lahan dengan mengucapkan Allah dalam hati. Lakukan selama 1
menit. Sambil terus melakukan point d ini, lakukan point selanjutnya dibawah ini.
Perlu diketahui ketika melemaskan seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah
kepada Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasif yang diperlukan dalam
relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi yaitu ketenangan. Kata atau
kalimat yang akan diucapkan diubah dan disesuaikan dengan keyakinan klien.
f. Kendurkan otot-otot serileks mungkin mulai dari kaki, betis, paha, perut dan
lanjutkan ke semua otot tubuh. Lemaskan kepala, lebar dan pundak dengan
memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan. Tangan dan lengan,
diulurkan, kemudian kendurkan dan biarkan terkulai wajar di sisi badan.
Usahakan agar tetap rileks dengan pengeluaran nafas selama 3 detik (3 hitungan)
g. Pejamkan mata lebih kuat dan kerutkan alis selama 3detik (3 hitungan)
i. Tangan kanan dan tangan kiri mengepal sekuatnya selama 3detik (3 hitungan)
l. Ujung jari kaki kanan dan kiri di tarik ke arah perut sekuatnya selama 3detik (3
hitungan)
m. Kebalikan dari gerakan sebelumnya, ujung jari kaki kanan dan kiri di tekuk ke
bawah (seperti menginjak rem) selama 3detik (3 hitungan)
n. Akhiri dengan tarik nafas dan klien di,minta untuk mengungkapkan “Saya
merasa nyaman dan tenang”
o. Ulangi semua gerakan sekali lagi, lakukan selama 15 menit lalu anada
diperbolehkan membuka mata untuk melihat waktu tetapi jangan menggunakan
alarm. Bila sudah selesai, tetap berbaring dengan tenang beberapa menit, mula-
mula mata terpejam dan sesudah itu mata dibuka
p. Latihan dilakukan 1 kali sehari dan 2 jam atau lebih setelah makan
Daftar Pustaka
Brunner and Suddarth’s. (2000). Medical surgical nursing. (9th ed). Philadelphia: Lippincott.
Craven, R. F. and Hirnle, C. J. (2003). Fundamental of nursing: Human health and function. (4th
ed). Philadelphia: Lippincott.
Kelley, M. and Barret. (1999). Relaxation diabetes mellitus. Charlotte: University of North
Carolina.
NAMA KADER :
TGL PELAKSANAAN :
TEMPAT :
3 4
NO ASPEK YANG DINILAI 1 2
A. Persiapan (10)
2. Pelaksanaan (80)
1. Kader menanyakan keluhan /kondisi keluarga dengan lansia
dengan DM
2. Kader melakukan skrining
3. Kader menjelaskan kegunaan kartu KPM LANSET DM
4. Kader menjelaskan komponen dari KPM LANSET DM dan
cara pengisiannya
5. Kader menanyakan kepada keluarga adakah yang ingin
ditanyakan mengenai KPM LANSET DM/masalah dalam
merawat lansia dengan DM dalam keluarga
6. Kader berdiskusi dengan keluarga untuk mencari solusi
7. Kader memberi motivasi kepada keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, perilaku dan sikap mengenai DM dan
pengendalian kadar gula darah serta pencegahan komplikasi
bagi lansia dan keluarga.
8. Kader memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
9. Kader menanyakan beberapa pertanyaan mengenai DM dan
pengendalian kadar gula darah serta pencegahan komplikasi
bagi lansia
10. Kader mencatat evaluasi hasil pelaksanaan KPM LANSET
DM
11. Kader memberikan reinforcement terhadap pencapaian positif
dari keluarga
3 Terminasi
1. Kader meminta keluarga untuk menjelaskan kembali kegunaan
KPM LANSET DM
2. Kader meminta keluarga menjelaskan kembali atas jawaban dari
pertanyaan yang keluarga tanyakan
3. Kader mengingatkan keluarga untuk membawa KPM LANSET
DM pada saat posbindu
4. Kader membuat kontrak/janji untuk kunjungan selanjutnya
Keterangan :
Skor pada rentang 0-4
1 = kurang tidak dilakukan sama sekali
2 = Cukup ada salah satu atau lebih bagian tidak dilakukan
3 = Baik dilakukan semua komponen tetapi tidak sesuai dengan pedoman
4 = sangat Baik dilakukan semua dan sesuai dengan pedoman
( )
FORMAT KEGIATAN YANG DILAKUKAN LANSIA DAN KELUARGA DALAM PENERAPAN LANSET DM
Nama KK :
Nama Lansia :
Umur Lansia :
Berikan pada kolom dibawah ini, Tanda Cek List ( Ѵ ) jika dilakukan dan Tanda Strip ( - ) jika tidak dilakukan !
NO KOMPONEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 LANSIA
1.a. Kepatuhan diet DM
Konsumsi gula tidak lebih
dari 8 sendok teh setiap
1 hari.
Tidak mengemil makanan
yang manis-manis.
2
Tidak memakan gorengan
3 setiap hari.
Konsumsi sayuran paling
kurang 1 mangkuk setiap
4 hari
Pengaturan jenis makanan
dan jumlah makanan/diet
5
Pengaturan waktu makan
6 dan makan selingan
Konsumsi kabohidrat
kompleks (nasi, lontong,
ketan, jagung, ubi,
singkong, talas, kentang,
sagu, mie, bihun, makaroni,
roti dan tepung-tepungan)
7 dibatasi
3 Pengobatan medis
Minum obat anti diabetes/
insulin secara teratur serta
mengkonsumsi obat
hipoglikemik sesuai
peresepan.
Lakukan pemeriksaan gula
darah secara rutin.
2 KELUARGA
2.a Pengelolaan makanan
Pemilihan jenis makanan
1 sesuai diet DM
Penentuan jumlah atau
takaran makanan sesuai
2 diet DM
Pembuatan jadwal menu
makanan per hari sesuai
3 diet DM
Penentuan jadwal makan
sesuai rentang waktu 2-3
4 jam
Pengaturan makan dengan
3 kali makan besar dan 3
5 kali selingan
2.b. Dukungan Keluarga
CARA PENGENDALIAN DM
1. Pengendalian makanan dengan
menghindari makanan dengan indeks
glikemik diatas 50 IDENTITAS LANSIA
2. Pengelolaan makanan dg jenis, jumlah
INDEKS GLIKEMIK DIATAS 50 TIDAK DISARANKAN
dan jadwal sesuai kebutuhan tubuh Nama :……………………………….
3. Berikan terapi herbal seperti sirih Umur :……………………………….
merah bila kadar gula darah Agama: ………………………………
meningkat tiba-tiba Alamat:………………………………..
4. Minum obat sesuai anjuran dokter Tinggal dengan :……….…………….
5. Berikan terapi relaksasi bila stres
meningkat
6. Kontrol rutin kadar gula darah
Created by DIAH RATNAWATI
7. Dukung lansia dengan komunikasi
yang efektif dan perilaku yang asertif
Program Spesialis
KADAR GULA DARAH KAT K, RUJUK PADA
KeperawatanKomunitas
KOLOM PENGENDALIAN
FakultasIlmuKeperawatan
Universitas Indonesia Depok
PERAWATAN yang baik dan DOA 2013
INDEKS GLIKEMIK DIBAWAH 50 DISARANKAN Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
akan memberikan hasil yang
terbaik
LAMPIRAN 8
3. Penyusunan latar Teridentifikasi Adanya permasalahan yang 3.3 Residensi Studi literature Minggu Dokumen
belakang dan studi permasalahan yang terjadi terjadi terkait aggregate Dokumen Negara pertama Negara,
pustaka terkait pada aggregate lansia lansia dengan DM Wawancara Friedman,
aggregate lansia dengan DM Konsultasi Bowden, &
dengan DM Jones, 2003;
Miller, 1995;
Stanhope &
Lancaster, 2004
4. Orientasi kebijakan Diketahui visi, misi, Dokumen kebijakan atau 3.4 dan 3.5 Pejabat Dinas Wawancara Minggu Profil Kes Kota
lansia di tingkat Dinas kebijakan, strategi, rencana strategis program Kesehatan Kota Studi literatur II Depok, Laporan
Kesehatan Kota Depok program dan kegiatan khususnya terkait Lansia Depok Observasi Tahunan
ditingkat Dinas Kesehatan Kepala Orientasi lapangan Program Bidang
Kota Depok terkait lansia puskesmas Kesehatan
P.J. Program Masyarakat
CHN & lansia
5. Diskusi dengan Lurah, Diketahui pelaksanaan Informasi kerjasama lintas 3.4 dan 3.5
Ketua RW/RT, dan program kesehatan sektor dan program Lurah Wawancara Minggu Masyarakat
kader. khususnya CHN terhadap Ketua RW/RT Studi Literatur III, IV Lingkungan
lansia DM Kader kesehatan Orientasi lapangan rumah/RT
6. Dialog dengan tokoh Diketahui pelaksanaan Adanya bentuk pelaksanaan 3.4 dan 3.5 Ketua RT Wawancara Minggu Masyarakat
agama atau masyarakat program CHN ditatanan program CHN di Kader kesehatan Observasi III, IV Lingkungan
7. Penelaahan rencana Diketahui rencana Dokumentasi kegiatan dan 3.7 Residen Studi literatur Minggu Rencana
pelaksanaan program pelaksanaan program CHN Laporan tertulis hasil II, III operasional
CHN dan lansia serta terkait dengan lansia analisis kebijakan dan Puskesmas
keterkaitan keduanya di implementasi program CHN Laporan
Puskesmas. di tingkat dinas, Puskesmas tahunan
dan wilayah (fish bone). Rekapitulasi
kegiatan
Bidang
Kesmasy
8. Perencanaan program 8.1Mengembangkan Tersusunnya perencanaan 3.7 Residen Studi literatur dan Minggu Dinkes, Kepala
pelayanan keperawatan perencanaan program program pelayanan dokumen IV PKM, P.J. CHN
komunitas pada pelayanan keperawatan keperawatan komunitas. Kader & Toma.
agregate lansia DM komunitas pada agregate
lansia DM
8.2 Mensosialisasikan Tersosialisasinya rencana Lintas program, Lokakarya mini Minggu
perencanaan program program yang akan lintas sektor, kesehatan. V, VI
dilaksanakan TOMA, Kader,
Masyarakat
beresiko DM
9. Pengorganisasian 9.1. Mengkomunikasikan 75% adanya kegiatan di 3.7 Kader kesehatan Kerja tim Minggu Kepala
program pelayanan 9.2. Menyusun rencana masyarakat dalam upaya Tokoh Pendidikan V, VI Puskesmas
keperawatan komunitas kegiatan penanganan DM yang masyarakat kesehatan PJ CHN
terhadap 9.3. Terlaksananya terorganisir Masyarakat Peran serta Kader kesehatan
penanggulangan DM program pelayanan yang beresiko masyarakat Tokoh
pada lansia keperawatan komunitas. KISS (Koordinasi, masyarakat
integrasi,
sinkronisasi dan
simplifikasi)
12. Menetapkan rencana Mengatasi masalah - 80% kader mampu 3.10 Kader Studi literatur Minggu Dokumen
dan intervensi manajemen pelayanan mendemonstrasikan Lansia (dokumen negara) VIII s.d Pemerintahan
keperawatan keperawatan komunitas kembali materi yang Residen Konsultasi dengan XVI Ervin, 2002
mencakup: diajarkan supervisor utama Swanburg, 2000
- Pelatihan kader - Jumlah kader yang hadir dan supervisor
- Revitalisasi posbindu 80% dari yang diundang
- Pembentukan dana sehat - 80% lansia menyetujui
lansia adanya dana sehat
- Pembuatan KPM lansia
dengan DM
Pembentukan SG kader
13. Mengevaluasi hasil Menilai kinerja dan - Terbentuk 1 RW memiliki 3.10 Kader Studi literatur Minggu Dokumen
intervensi terhadap perubahan yang terjadi support group sebagai Lansia (dokumen negara) VIII s.d Pemerintahan
masalah manajemen setelah dilakukan intervensi percontohan dan Residen Konsultasi dengan XVI Ervin, 2002
pelayanan keperawatan terhadap masalah memberikan dukungan supervisor utama Swanburg, 2000
komunitas manajemen pelayanan bagi lansia dengan DM dan supervisor
keperawatan komunitas - Terbentuknya posbindu
pada RW yang belum
memiliki Posbindu
- Pelaksanaan posbindu
secara rutin
- Setiap lansia memiliki
KMS
- Setiap lansia yang
2. Perencanaan bersama 2.1 Menyusun rencana Adanya bukti fisik rencana 2 Residen Studi literatur Minggu Studi literatur
aggregate dalam upaya asuhan keperawatan asuhan keperawatan IV-VI Supervisor
penanganan penyakit . komunitas secara komunitas
komprehensif.
2.2. Mensosialisasikan Lurah Lokakarya mini Minggu Supervisor
rencana program Ketua RW/RT masyarakat. VI Studi literatur
Tokoh RENSTRA
masyarakat bidang
Kader kesehatan kesehatan Kota
Depok
3. Pelaksanaan program Menyusun berbagai program 75% program kerja 2 Lurah Kerja tim Minggu Hasil MMD
kerja hasil kesepakatan kerja secara terstruktur dilaksanakan sesuai Ketua RW/RT Peran serta VIII - Supervisor
bersama aggregate kesepakatan Tokoh masyarakat XVI Studi literatur
dalam upaya masyarakat Agenda kerja
penanganan DM Kader kesehatan tahunan
Aggregate . Puskesmas.
4. Penilaian bersama Menilai tingkat keberhasilan 75% pemberian asuhan 2 Kepala PKM Curah pendapat Minggu Supervisor
aggregate hasil pemberian asuhan keperawatan pada aggregate . Lurah Self evaluation XVI Studi literatur
pelaksanaan program keperawatan pada agregate dilakukan sesuai rencana. Ketua RW/RT Lembar cek list
penanganan DM lansia DM Adanya rencana tindak Tokoh masy Wawancara
lanjut yang disepakati. Kader kesehatan
2. Melakukan analisis Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah 2 Keluarga Konsultasi Minggu Studi literatur
data dan menetapkan keperawatan keluarga resiko keperawatan keluarga dengan resiko Diskusi V-X Supervisor
masalah keperawatan DM dengan berdasarkan DM Kunjungan rumah Keluarga
keluarga yang beresiko penapisan masalah yang ada.
mengalami penyakit
DM
2 Keluarga Konsultasi Minggu Studi literatur
3. Bersama keluarga Menyusun rencana asuhan Adanya bukti fisik berupa dengan resiko Diskusi V- X Supervisor
merumuskan intervensi keperawatan keluarga rencana asuhan keperawatan DM Kunjungan rumah 2 Keluarga.
dalam upaya dengan resiko bersama keluarga dengan kali seminggu.
menangani masalah keluarga. ditandatangani residen,
resiko penyakit DM keluarga dan supervisor.
4. Melakukan intervensi Melaksanakan berbagai 90% intervensi yang telah 2 Keluarga Simulasi Minggu Studi literatur
keperawatan keluarga intervensi keperawatan yang disusun dilakukan bersama dengan resiko Demonstrasi V-XVI Supervisor
berupa kognitif, afektif telah disusun dan disepakati keluarga sesuai dengan hasil DM Evaluasi Keluarga
dan psikomotor dengan keluarga. kesepakatan bersama. Kunjungan rumah 2
kali seminggu.
5. Penyerahan laporan Melaporkan proses asuhan Adanya dokumen laporan 2 Residen Minggu
keluarga binaan keperawatan keluarga keluarga binaan VII-VIII Studi literatur
Minggu Supervisor
IX-X Keluarga
8. Menilai hasil asuhan Mengidentifikasi pencapaian 80% pencapaian 2 Keluarga Evaluasi diri Minggu
keperawatan keluarga kemandirian keluarga. kemandirian keluarga berada dengan resiko Lembar ceklist IX-X
berdasarkan tingkat pada tingkat IV (mandiri Curah pendapat
kemandirian keluarga penuh). Home visit
Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,M.App.Sc.,PhD Poppy Fitriani, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom. Diah Ratnawati
2.1.1 Tersosialisasikannya 2.1.3 Tersosialisasi rencana 4.2 Puskesmas Studi Literatur Kepala
perencanaan program program posbindu Pengurus RW Diskusi bersama Minggu Puskesmas
pembentukan yang akan Kader kader, puskesmas Kedua P.J. Lansia
posbindu di RW 03, dilaksanakan di RW Masyarakat yang dan pengurus RW Septembe Kader
05 dan 06 Kel/ 03, 05 dan 06 beresiko r Pengurus RW
Cisalak Pasar
3 Pengorganisasian program 3.1 Terlaksananya program 3.1.1 80% terlaksananya 4.4 Kader KIE Minggu Kepala
pelayanan keperawatan pelayanan keperawatan persiapan kegiatan Pengurus RW PSM IV Puskesmas
komunitas terhadap komunitas yang akan posbindu di RW 03, Puskesmas Septembe PJ Lansia
aggregat lansia dengan dilakukan melalui 05 dan 06 r s/d Kader kesehatan
diabetes mellitus melalui program posbindu Minggu I Tokoh
Posbindu dengan program dengan lansia diabetes Oktober masyarakat
inovasi Self Help Group mellitus, keluarga dan
untuk meningkatkan self masyarakat 3.1.2 80% terlaksananya 4.4 Kader KIE Minggu I Kepala
managementlansia diabetes kegiatan posbindu di Pengurus RW PSM Oktober Puskesmas
mellitus RW 03, 05 dan 06 Puskesmas s/d PJ Lansia
Minggu Kader kesehatan
4.1 Kader melalukan 75% tersusun pelaporan Kader Format supervisi Kepala
supervisi setiap bulan kegiatan self help group Self help group Diskusi Bulan Puskesmas
sekali pada self help untuk puskesmas Novembe PJ Lansia
group yang telah r dan Kader kesehatan
terbentuk Desember Pengurus RW
9.1 Petugas puskesmas 75% ada rujukan dari kader PJ Lansia Format supervisi Kepala
melakukan supervisi ke puskesmas dan adanya puskesmas Format Rujukan Puskesmas
setiap bulan sekali pada pelaporan kegiatan self help Kader Diskusi Bulan PJ Lansia
self help group melalui group Self help group Novembe Kader kesehatan
kegiatan posbindu r dan Pengurus RW
Desember
2 Pelaksanaan program kerja 2.1 Menyusun jadwal dan 2.1.1 Terbentuknya self help 1.4 Pengurus RW PSM Minggu Supervisor
dalam upaya penanganan program kerja self help group lansia diabetes Kader KIE IV Studi literatur
aggregate lansia diabetes group lansia diabetes mellitus di RW 03, 05 Lansia diabetes Self help group Septembe
mellitus melalui kegiatan mellitus di RW 03, 05 dan 06 mellitus r s/d
self help group dan 06 2.1.2 75% self help group Minggu
3 Evaluasi kegiatan Evalusia tingkat keberhasilan 3.1.1 80% program 1.6 Kepala Diskusi Minggu I Supervisor
pembinaan kesehatan asuhan keperawatan pelayanan kesehatan Puskesmas Wawancara s/d II Studi literatur
lansia diabetes mellitus komunitas pada aggregat lansia dilakukan Pengurus RW Lembar evaluasi Novembe
melalui program posbindu lansia diabetes mellitus melalui posbindu Kader kesehatan r
3.1.2 80% self help group
lansia diabetes mellitus
dapat melakukan
kegiatan secara mandiri
3.1.3 Terjadi perubahan
tingkat pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan
lansia tentang
penggunaan koping
adaptif
C. KEPERAWATAN KELUARGA
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Pengkajian pada 5 keluarga Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajian 1.1 Keluarga dengan Wawancara Minggu Studi literatur
dengan anggota keluarga masalah kesehatan sesuai keluarga dengan lansia anggota keluarga Observasi II s/d IV Kader kesehatan
5 Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu I Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Oktober Keluarga
6 Ujian ketrampilan di Mengevaluasi ketrampilan Adanya kemampuan Residen Demonstrasi Minggu Studi literatur
Keluarga terkait masalah yang telah dikuasai spesialistik peserta residensi Coaching III s/d IV Keluarga
diabetes mellitus pada dalam mengatasi masalah Pendidikan Oktober
lansia lansia diabetes mellitus kesehatan
Kunjungan rumah
7 Referat askep komunitas 7.1 Mensosialisasikan model Tersosialisasikannya model 1.6 Residen Presentasi Minggu I Studi Literatur
atau intervensi terkait dg atau intervensi terkait dg ( bahasa inggris) s/d II
asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada Novembe
komunitas dengan komunitas dengan masalah r
masalah diabetes mellitus diabetes mellitus pada lansia
pada lansia
8 Mengevaluasi asuhan Mengidentifikasi pencapaian 75% pencapaian kemandirian Keluarga Format evaluasi Minggu Studi Literatur
9 Penyerahan laporan Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
praktek semester II kepada kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi s/d II
supervisor semester II komunitas, dan keluarga Desember
10 Penyerahan laporan akhir Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi s/d II
semester II komunitas, dan keluarga Desember
setelah dikonsultasikan
11 Sidang terbuka Mendesiminasikan hasil Tersosialisasikannya kegiatan Residen Seminar Minggu Studi Literatur
praktek residensi keperawatan praktek dengan masukan dari Supervisor III s/d IV
komunitas tim perkesmas di luar FIK UI Tim Perkesmas Desember
12 Sidang tertutup Mempertanggungjawabkan Hasil kegiatan praktek Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
hasil kegiatan praktek residensi selama 2 semester Supervisor Konsultasi s/d II
residensi dapat dipertanggungjawabkan Tim penguji Januari
didepan tim penguji
13 Penyerahan laboran KIA Mendokumentasikan dan Dokumentasi dan publikasi Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
mempublikasikan hasil hasil praktek residensi Supervisor Konsultasi s/d II
praktek residensi keperawatan komunitas Januari
(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Ns. Henny Permatasari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom) (Diah Ratnawati)
No:
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
2. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu pilih atau beri tanda checklist (√) pada kotak yang
tersedia.
3. Isilah .... (titik-titik) sesuai jawaban Bapak/Ibu.
4. Nomor Responden tidak perlu diisi.
1. Nama : .................................................
2. Umur :………… tahun.
3. Jenis kelamin : .................................................
4. Suku bangsa :
Betawi
Sunda
Jawa
Minang
Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi (D3/ S1/ S2/ S3*)
20. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang memberikan dukungan yang positif pada diri
Bapak/Ibu/ Sebutkan menurut urutan paling berpengaruh.
1. .........
2. .........
3. .........
4. ........
Sikap
Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan anda mengenai
perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan
menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang anda yakini.
SS = Sangat Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat sesuai
dengan yang anda pikirkan dan yakini.
S = Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang anda
pikirkan dan yakini
TS = Tidak Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang anda
pikirkan dan yakini
STS = Sangat Tidak Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat tidak
sesuai dengan yang anda pikirkan dan yakini
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1. Menurut bapak/ ibu, olahraga penting dan harus
dilakukan oleh penderita kencing manis
2. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus selalu menggunakan alas kaki (sandal/
sepatu) saat berjalan.
3. Menurut bapak/ ibu, kebiasaan merokok harus
dihindari oleh penderita kencing manis.
4. Menurut bapak/ ibu, manfaat olah raga pada
penderita kencing manis adalah dapat
mengendalikan gula darah dan mengontrol berat
badan
5. Menurut bapak/ ibu, makan obat secara tepat
waktu dapat membantu mengendalikan gula
darah pada penderita kencing manis.
6. Menurut bapak/ ibu, perawatan kaki penting
dilakukan untuk mencegah luka pada kaki
penderita kencing manis.
7. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus mengontrol berat badannya
8. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus mengatur pola makannya agar gula darah
terkontrol dan berat badan terjaga
9. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
sebaiknya mengurangi makan yang manis-manis,
dan memperbanyak makan sayur.
10. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus memeriksakan gula darahnya secara rutin
11. Menurut bapak/ ibu, rekreasi keluarga setelah
beraktivitas rutin dapat memulihkan kondisi
tubuh dan menambah keakraban.
12. Menurut bapak/ ibu, tidur siang minimal 30-60
Keterampilan
Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan anda mengenai
perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan
menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang anda yakini.
SL = Selalu, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar menjadi kebiasaan yang
rutin dilakukan dalam keluarga anda (jika setiap hari dilakukan).
SR = Sering, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang cukup rutin
dilakukan dalam keluarga anda (jika lebih dari 2 kali seminggu dilakukan).
JR = Jarang, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak rutin
dilakukan dalam keluarga anda (jika hanya 1 kali dalam seminggu dilakukan).
TP = Tidak pernah, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak
pernah sama sekali dilakukan dalam keluarga anda (tidak pernah dilakukan).
No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Perna
h
1. Saya mengkonsumsi gula lebih dari 8 sendok
teh setiap hari.
2. Saya mempunyai kebiasaan mengemil
makanan yang manis-manis.
3. Saya memakan gorengan setiap hari.
4. Saya mengkonsumsi sayuran paling kurang 1
mangkuk setiap hari
5. Saya mengatur jenis makanan dan jumlah
makanan/diet
6. Saya mengatur waktu makan dan makan
selingan
7. Saya mengkonsumsi kabohidrat kompleks
(nasi, lontong, ketan, jagung, ubi, singkong,
talas, kentang, sagu, mie, bihun, makaroni,
roti dan tepung-tepungan) dibatasi
8. Saya ,mengkonsumsi makanan cukup protein,
vitamin dan mineral
9. Saya membawa persediaan permen untuk
mengatasi hipoglikemik
10. Saya melakukan olahraga ringan, misalnya:
jalan kaki, joging, senam, bersepeda
11. Saya berolahraga paling sedikit 3 kali dalam
seminggu
Persepsi terhadap program pengendalian penyakit kencing manis dan dukungan keluarga
Gula darah
2. Kepala
3. Mata
4. Telinga
5. Hidung
6. Mulut
7. Leher
8. Dada
9. Abdomen
12. Kulit
13. Lain-lain
14 Kesimpulan
5. Adakah fasilitas penyampaian informasi terkait penyakit TB, DM, hipertensi, obesitas?
TOKOH MASYARAKAT
Data Inti
1. Riwayat Keluarga Menderita 1. Adakah di keluarga Keluarga, v
TBC, DM, yang menderita Kader
Hipertensi, penyakit TBC, DM,
Obesitas Hipertensi, Obesitas
v
Tetangga 2. Adakah tetangga yang
menderita TBC
2. Kemauan keluarga
terhadap penderita v
TB, DM, hipertensi,
obesitas untuk
menjalani
pengobatan dan
perawatan.
1. Mitos masyarakat
Keyakinan terhadap penyakit v
Masyarakat TB, DM, hipertensi,
obesitas.
2. Keyakinan
masyarakat terhadap v
kesembuhan
penderita TB, DM,
hipertensi, obesitas.
3. Keyakinan
Vital Statistik Jumlah dan jenis Khusus 1. Jumlah penderita Dinas Kesehatan, v
penyakit dewasa TB, TB, DM, hipertensi, Puskesmas, kader
Jumlah penderita DM, obesitas.
Hipertensi,
obesitas
Sub Sistem
5. Apakah sinar
Pencahayaan matahari dapat v
masuk ke dalam
Pemeriksaan sistem head Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien Pemeriksaan fisik
to toe mulai dari kepala hingga ke kaki.