Anda di halaman 1dari 241

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM LANSIA SEHAT DENGAN DIABETES MELLITUS (LANSET


DM) SEBAGAI STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN
KOMUNITAS DALAM PENGENDALIAN DM PADA KELOMPOK
LANSIA DI KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

DIAH RATNAWATI
1006800781

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
DESEMBER 2013

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM LANSIA SEHAT DENGAN DIABETES MELLITUS (LANSET


DM) SEBAGAI STRATEGI INTERVENSI KEPERAWATAN
KOMUNITAS DALAM PENGENDALIAN DM PADA KELOMPOK
LANSIA DI KELURAHAN CISALAK PASAR, CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Komunitas

DIAH RATNAWATI
1006800781

Pembimbing I : Dra. Junaiti Sahar, SKp, M. App. Sc, PhD


Pembimbing II : Ns. Henny Permatasari, SKep, M.Kep, Sp.Kom

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS
DEPOK
DESEMBER 2013

i
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan anugerah-
Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah akhir dengan judul
“Program Lansia Sehat Dengan Diabetes Mellitus (LANSET DM) Sebagai
Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas Dalam Pengendalian DM Pada
Kelompok Lansia Di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.” Karya ilmiah
akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Ners Spesialis
Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penyelesaian karya ilmiah akhir yang dibuat oleh penulis tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih dan penghargaan yang tinggi kepada yang terhormat:
1. Dra. Junaiti Sahar, M. App. Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) dan Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
2. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjana Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
3. Ns. Henny Permatasari, M.Kep, Sp.Kom, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah akhir.
4. Segenap Tim Dosen Keperawatan Komunitas dan dosen Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
5. Segenap karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
6. Ibuku yang tersayang Eva Padmaratna yang juga penuh kesabaran dan selalu
tidak putus mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir.
7. Suamiku tersayang Rizal Akbar, ST dan anakku tercinta Adha Torane yang
selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis selama proses
penyusunan karya ilmiah akhir.
8. Adikku Muhammad Firmansyah, S.I.Kom dan istri tercintanya Dinda
Maradani, SH yang juga ikut mendoakan dan mendukung penulis dalam
menyelesaikan karya ilmiah akhir.
9. Rekan-rekan Residen “Khusus Berlima (Jajang, Herlina, Intan, Uswah dan
Ratna)” Angkatan 2013 yaitu Program Spesialis Keperawatan Komunitas

iv
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
yang selalu kompak dan saling memberi dukungan dalam mencapai
kesuksesan praktik residen keperawatan komunitas.
10. Rekan-rekan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Ilmu
Kesehatan Universitas Pembangunan “Veteran” Jakarta yang selalu
memberikan dukungan dalam penyelesaian Praktik Residen Keperawatan
Komunitas dan karya ilmiah akhir.

Semoga seluruh kebaikan, bimbingan, serta dukungan yang diberikan mendapat


berkat, rahmat dan hidayah dari Allah SWT .

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan karya


ilmiah akhir, maka kritik dan saran yang membangun untuk melengkapi karya
ilmiah akhir sangat penulis hargai.

Depok, Januari 2014

Penulis

v
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR ISI

Hal.
HALAMAN JUDUL........................................................................ ......................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................... .....................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................... ................iv-v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS..................................... vi
HALAMAN ABSTRAK.............................................................................. vii-viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix-x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR SKEMA .............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xiii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... .........1
1.2 Tujuan ...................................................................................... .......10
1.3 Manfaat.............................................................................................11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kelompok Lanjut Usia Sebagai Populasi Rentan..................... .......12
2.2 Lansia Dengan Diabetes Mellitus....................................................19
2.3 Keperawatan Komunitas..................................................................23
2.4 Asuhan Keperawatan........................................................................35
2.5 Peran Perawat Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan
Diabetes Mellitus...................................................................... .......49
2.6 Teori dan Model Yang Melandasi Program LANSET
DM............................................................................................ .......52

BAB 3 KERANGKA KONSEP KIA

ix
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas........................60
3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar............................................................65
3.3 Pelaksanaan Program LANSET DM................................................68

BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA KELOMPOK LANSIA DENGAN DIABETES MELLITUS
DI KELUARAHAN CISALAK PASAR
4.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas........73
4.2 Asuhan Keperawatan Keluarga................................................ ….108
4.3 Asuhan Keperawatan Komunitas...................................................122

BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Analisis Pencapaian Kesenjangan..................................................135
5.2 Keterbatasan .......................................................................... ….150
5.3 Implikasi Keperawatan............................................................. .....151

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN


6.1 Simpulan.........................................................................................154
6.2 Saran......................................................................................... .....155

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 158

LAMPIRAN

x
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kategori kadar gula darah menurut Direktorat Pengendalian


Penyakit Tidak Menular………………………………………... 19

Tabel 4.1 Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan DM di Kelurahan


Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, Desember 2013…..… .121

Tabel 4.2 Distribusi Rata-rata Perilaku Kelompok Swabantu LANSET DM


Menurut Pre-Test Dan Post Test di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Kota Depok Desember 2013 (n=53) ...................... 124

xi
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR SKEMA

2.1 Modifikasi langkah-langkah dalam proses keperawatan individu dan


keluarga lansia dengan diabetes mellitus………………………………..40

2.2 Model Community as Partner…………………………………………..43

2.3 Model Preceed- Proceed………………………………………………...54

2.4 Skema Kerangka Kerja sebagai integrasi dari teori Community as Partner,
Preceed- Proceed Model dan Familly Center Nursing Model……….58-59

3.1 Skema Kerangka Konsep Residensi ....................................................... 64

4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan
kesehatan pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus...................... 93

4.2 WOC hasil analisis terhadap pengkajian keperawatan keluarga pada


keluarga lansia dengan diabetes mellitus................................................112

4.3 WOC (Web of Causation) Keperawatan Komunitas ..............................127

xii
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penapisan Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan

Lampiran 2 Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 3 Penapisan Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas

Lampiran 4 SOP Relaksasi “BEBAS DM” Untuk Penderita Diabetes Mellitus

Lampiran 5 Format Penilaian Kegiatan KPM LANSET DM

Lampiran 6 Format Kegiatan Yang Dilakukan Keluarga Dalam Penerapan


LANSET DM

Lampiran 7 KPM LANSET DM

Lampiran 8 Kontrak Belajar Residen Semester 1

Lampiran 9 Kontrak Belajar Residen Semester 2

Lampiran 10 Kuesioner Pengkajian Pada Aggregate Lansia Dengan Diabetes


Mellitus

Lampiran 11 Kumpulan Materi Program Lansia Sehat Dengan DM

Lampiran 12 Modul Pemberdayaan Kader Kesehatan Program Lansia Sehat


Dengan DM

xiii
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan
manfaat dari pelaksanaan program Lansia Sehat dengan Diabetes Mellitus
(LANSET DM) sebagai salah satu strategi intervensi keperawatan komunitas
dalam pengendalian masalah DM pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan pembangunan sekarang ini menyebabkan berbagai kemajuan di
segala bidang, diantaranya bidang kesehatan, pendidikan, pengetahuan, dan
perekonomian masyarakat. Seiring dengan kemajuan tersebut, maka Usia Harapan
Hidup (UHH) penduduk juga meningkat. Peningkatan UHH membuat jumlah
penduduk berusia di atas 60 tahun, yaitu kelompok usia lanjut, semakin besar.
Peningkatan UHH bahkan mencapai 70,6 tahun pada tahun 2009 di Indonesia
(Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010a).

Hasil Susenas di Jawa Barat menunjukkan bahwa UHH mencapai 63,8 sampai 68
tahun pada tahun 2004 dan menurut BPPS UHH Kota Depok adalah 73,1 tahun
pada tahun 2009 (Bappeda Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok,
2009; Redaksi, 2012). Kecamatan Cimanggis sebagai salah satu kecamatan yang
terdapat di Kota Depok adalah UHH yaitu 73,66 tahun pada tahun 2009 (Bappeda
Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok, 2009).

Jumlah lanjut usia (lansia) pada tahun 2025 diperkirakan akan melebihi jumlah
anak balita (Balitbangkes Depkes RI, 2008). Peningkatan UHH berbanding lurus
dengan pertumbuhan populasi lansia yang terus meningkat, jumlah lansia pada
tahun 2009 sebanyak 17.985.400, dan tahun 2010 sebanyak 18.575.000 (Badan
Pusat Statistik, 2010). Jumlah lansia di Jawa Barat sebanyak 13% dari 40.737.594
penduduk (Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2007). Hasil laporan

1 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


2

PKK di Kelurahan Cisalak Pasar menunjukkan jumlah lansia sebanyak 5,27%


(941 jiwa) dari total penduduk (Kelurahan Cisalak Pasar, 2011).

Pertumbuhan populasi lansia tidak diiringi perbaikan pelayanan kesehatan pada


lansia. Kelompok lansia tidak mendapatkan perhatian khusus dalam pelayanan
kesehatan karena dianggap kelompok usia yang tidak produktif. Padahal lansia
merupakan kelompok usia akhir yang memiliki berbagai perubahan akibat proses
penuaan dan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh seluruh manusia
dan tidak dapat dihindarkan (Miller, 2012). Perubahan pada masa lansia yang
terjadi antara lain: perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan
psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2008; Santrock, 2009; Potter, Perry,
Stockert, dan Hall, 2011; Miller, 2012). Perubahan masa lansia membuat
kelompok lansia berisiko terjadi gangguan atau penyakit fisik, mental maupun
interaksi sosial sehingga lansia disebut sebagai kelompok at risk.

Karakteristik lansia yang mempunyai berbagai faktor risiko diiringi pertambahan


usia membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatannya. Status kesehatan
lansia cenderung memburuk sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan untuk
menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya paparan faktor risiko pada
kelompok lansia, sehingga lansia termasuk dalam kelompok populasi rentan
(vulnerable population) (Stanhope dan Lancaster, 2004). Pada lansia ini akan
muncul penyakit-penyakit yang disebabkan oleh penurunan fungsi organ dan
akibat kumulatif dari gaya hidup lansia ketika muda, misalnya diabetes mellitus
(Greene, Merendino, dan Jibrin, 2009; Grundy, 2006; Glumer dkk., 2006).

Penyakit diabetes mellitus, disebut juga kencing manis merupakan salah satu
penyakit kronis yang banyak diderita oleh lansia. Lansia menderita diabetes
melitus jika konsentrasi glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau
sama dengan 126 mg/ dl, atau kadar glukosa darah 2 jam setelah makan lebih atau
sama dengan 200 mg/ dl, atau lebih dari 200 mg/ dl pada pemeriksaan kadar
glukosa darah sewaktu (Soegondo, 2008).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


3

Prevalensi diabetes melitus diperkirakan terus mengalami peningkatan. Jumlah


penderita diabetes melitus (diabetisi) di dunia pada tahun 2003 mencapai lebih
dari 200 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 333 juta orang pada
tahun 2025 (Soegondo, 2008). Sementara itu, International of Diabetic
Federation (IDF) dalam risetnya menemukan sebanyak 366 juta orang di dunia
menderita diabetes mellitus pada tahun 2011 dan kemungkinan diprediksi akan
meningkat menjadi 552 juta orang pada tahun 2030 (IDF Diabetes Atlas, 2012).

Negara Indonesia dewasa ini menduduki urutan keempat jumlah diabetisi


terbanyak di dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat pada tahun 2000 yang
lalu dan diprediksi bertahan pada urutan tersebut pada tahun 2030 yang akan
datang (Wild dkk., 2004). International of Diabetic Federation (IDF) mengatakan
bahwa dari 125 juta penduduk Indonesia yang berusia 20 tahun keatas pada tahun
2000, diperkirakan sebanyak 5,6 juta orang menderita diabetes melitus (dengan
asumsi prevalensi sebesar 4,6%), dan jumlah ini akan meningkatkan menjadi 8,2
juta orang pada tahun 2020 (Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011). Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendapatkan prevalensi diabetes
melitus penduduk perkotaan Indonesia sebesar 5,7% dan propinsi Jawa Barat
4,2% (Balitbangkes Depkes RI, 2007).

Tingginya kasus diabetes mellitus pada lansia disebabkan oleh kemunduran sel-sel
akibat proses penuaan yang berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik,
diperberat dengan kelebihan berat badan dan kegemukan karena pola makan yang
tidak sehat dengan banyak makan, aktifitas fisik yang kurang, dan stres yang
berlebihan sehingga menimbulkan komplikasi (kelainan kardiovaskular,
neuropati, dan retinopati) bagi kesehatan diabetisi secara keseluruhan (Aziza,
2007; Ramachandran dkk., 2012). Peningkatan jumlah diabetisi disebabkan
beberapa faktor risiko diabetes melitus, antara lain: faktor genetik atau keturunan,
faktor karakteristik biologis, faktor lingkungan, faktor perilaku, dan faktor usia
(Dunning, 2003; Aziza, 2007; Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011; Astapa,
2012).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


4

Prevalensi lansia yang menderita DM di Indonesia menurut Riskesdas (2007)


berkisar 3,7%, sedangkan di daerah Jawa Barat adalah 1,3%. Data dari Puskesmas
Cimanggis tahun 2011 didapatkan bahwa diabetes mellitus menempati urutan
ketiga dari penyakit terbanyak yang diderita lansia setelah hipertensi dan artritis,
dengan jumlah 13,17%. Data tahun 2012 menunjukkan kunjungan lansia
penderita DM di Puskesmas Cimanggis sebanyak 85 orang. Sementara itu,
berdasarkan hasil pengkajian diketahui bahwa jumlah lansia yang menderita DM
di Kelurahan Cisalak Pasar adalah 106 lansia.

Lansia dengan diabetes mellitus menambah beban bagi keluarga dan juga menjadi
tanggung jawab negara karena menyangkut masalah ekonomi dan meningkatkan
biaya kesehatan dalam hal pengelolaan dan pemberantasan penyakit (Arief, 2011;
Suharko, 2012). Oleh karena itu, penyakit diabetes yang diderita oleh kelompok
lansia ini membutuhkan pengelolaan yang tepat dalam hal pengobatan dan
perawatan, bahkan dalam pencegahan komplikasinya. Menurut Ramachandran
(2012) bahwa upaya preventif dapat memberikan biaya yang efektif dalam
perkembangan lebih lanjut dari penyakit diabetes dan penurunan kejadian
komplikasi.

Preventif diabetes difokuskan pada modifikasi faktor risiko, misalnya resistensi


terhadap insulin dan obesitas dengan melakukan perubahan gaya hidup yang lebih
sehat. Penatalaksanaan diabetes melitus terdiri dari: 1) edukasi tentang perjalanan
penyakit diabetes melitus, terapi, evaluasi, komplikasi, latihan fisik, pola makan,
dan perawatan diri; 2) terapi gizi medis untuk mengukur dan mengatur kebutuhan
kalori penderita diabetes melitus perhari; 3) latihan fisik lebih kurang 30 menit
perhari sebanyak 3-4 kali perminggu; dan 4) terapi farmakologis berupa insulin
atau obat hipoglikemik oral (Aziza, 2007; Soegondo, Soewondo, dan Subekti,
2011).

Hasil pengkajian terhadap 106 responden melalui kuesioner bahwa lansia di


Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis mempunyai pengetahuan tentang
penyakit diabetes mellitus dan perawatannya masih kurang (43,4%). Lansia yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


5

memiliki sikap negatif tentang perawatan diabetes mellitus yaitu sebesar 49,1%.
Hasil kuesioner juga menunjukkan 50% lansia memiliki keterampilan yang
kurang tentang perawatan diabetes mellitus dan 51,9% belum menunjukkan
tindakan perawatan DM dengan baik ditandai dengan 20% tidak pernah
mengontrol kadar gula darah secara rutin, 35% tidak pernah mengatur diet dan
pola makan untuk penderita DM, dan 28% tidak pernah melakukan latihan fisik.
Hasil focus group discussion yang dilakukan pada lansia yang datang ke Posbindu
RW 5 didapatkan hasil: sebagian besar lansia yang menderita diabetes
mengatakan tidak pernah mengatur jadwal makannya, lansia tidak pernah
menakar makannya sehari-hari, lansia kurang mendapatkan pendidikan kesehatan
tentang diet diabetes mellitus dengan gizi seimbang. Lansia dengan diabetes
jarang mengatur jenis, jumlah dan jadwal makannya.

Lansia jarang sekali mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pengendalian


diabetes mellitus dan modifikasi diet yang tepat. Hasil wawancara dengan kader
Posbindu RW 5 didapatkan data: 1) Banyak lansia yang terkena diabetes melitus
karena gaya hidup yang tidak sehat, akan tetapi belum ada kegiatan untuk cara
mengendalikan masalah kesehatan lansia tersebut; 2) RW 5 belum ada kegiatan
khusus untuk pengendalian diabetes mellitus pada lansia; 3) Kegiatan Posbindu
lebih banyak untuk kegiatan pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi badan,
penimbangan berat badan dan pengobatan; dan 4) Pendidikan kesehatan untuk
lansia terkait pengendalian diabetes mellitus jarang dilakukan.

Hasil pengkajian tersebut menjadi dasar disusunnya program agar perilaku lansia
dengan DM dan masyarakat yang berisiko DM dapat memiliki perilaku yang lebih
baik dalam perawatan DM. Program promotif, protektif dan preventif pada lansia
DM harus dilaksanakan, dimulai dari kesepakatan program dari perencanaan yang
dibuat sebelumnya melalui lokakarya mini (lokmin). Pelaksanaan program yang
telah direncanakan dan disepakati pada lokmin pertama dilakukan dalam bentuk
promosi kesehatan pada lanjut usia (lansia) untuk dapat meningkatkan kesehatan
lansia, khususnya berkaitan dengan masalah DM.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


6

Peran promosi kesehatan terhadap pengendalian masalah kesehatan terutama


masalah DM cukup besar terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam perawatan DM di rumah. Perilaku perawatan yang bisa
dilakukan lansia di rumah (Depkes RI 2008; American Diabetes Association,
2012) meliputi: mengendalikan asupan nutrisi, berolahraga secara teratur,
menggunakan obat sesuai resep, memantau kadar gula darah, memiliki sistem
rujukan, berusaha mencari informasi tentang penyakit diabetes mellitus, dan
melakukan perawatan kaki. Pengelolaan makanan; ditujukan untuk pengendalian
glukosa, lemak, tekanan darah dan berat badan. Latihan fisik; dilakukan secara
teratur oleh penderita DM untuk memperbaiki kontrol gula darah. Manajemen
obat; intervensi farmakologis dapat membantu penderita DM untuk mencapai
kadar gula darah yang stabil. Sistem rujukan; meliputi kontrol rutin gula darah.
Pencarian informasi; lansia dan keluarga harus rutin mencari dan informasi
mengenai DM baik mencakup pengertian, tanda dan gejala, komplikasi, dan
penatalaksanaan. Perawatan kaki; untuk mencegah timbulnya luka penderita DM,
harus dilakukan secara rutin setiap hari dirumah maupun secara berkala
memeriksakan kakinya ke pelayanan kesehatan dimana pemeriksaannya meliputi
kondisi neoropati, vaskularisasi, kondisi ulkus, dan perubahan bentuk kaki (ADA,
2012; Eddy dan Price, 2009).

Perawat komunitas mengelola praktik pelayanan dan asuhan keperawatan


berlandaskan berbagai teori dan model. Teori dan model yang digunakan dalam
karya ilmiah akhir (KIA) ini merupakan integrasi dari teori dan model manajemen
keperawatan, community as partner, family center nursing, preceed-proceed
models dan konsekuensi fungsional (Anderson dan McFarlane, 2011; Friedman,
Bowden, dan Jones, 2003; Marquis dan Huston, 2012; Miller, 2012). Integrasi
kelima teori dan model tersebut digunakan dalam proses keperawatan yang
dimulai dari pengkajian faktor risiko dan manajemen keperawatan,
mengidentifikasi diagnosis keperawatan, membuat intervensi untuk mencapai
hasil yang diharapkan, implementasi keperawatan, dan melakukan evaluasi
terhadap efektifitas dari implementasi yang diberikan (Miller, 2012).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


7

Perawatan yang diberikan pada lansia yang menderita DM difokuskan pada upaya
prevensi dan promosi kesehatan. Sebelum melakukan intervensi keperawatan,
perawat perlu merencanakan dan menyusun program bagi lansia yang menderita
DM, sehingga diharapkan dapat membawa lansia menuju penuaan yang sehat.
Ketercapaian penuaan yang sehat diharapkan akan dapat meningkatkan kesehatan
fisik, sosial, dan mental lansia agar dapat berperan aktif dalam masyarakat serta
menikmati kehidupan yang mandiri tanpa diskriminasi (Pramesti, 2012). Prevensi
dan promosi kesehatan lansia dengan DM dapat dilakukan dengan dukungan
keluarga, kelompok dan masyarakat. Metode itu dikenal dengan nama Type 2
Diabetes Self-Management Social Support Intervention (T2DM Self-Management
Social Support Intervention) yang terdapat didalamnya Diabetes self-management
education (DSME) yang merupakan program intervensi yang diinisiasikan pada
tahun 2001 di negara bagian dari US. (McEwen, Pasvogel, Gallegos, dan Barera,
2010).

Program intervensi tersebut menggunakan strategi pemberdayaan kemampuan


individu sebagai klien dan dukungan sosialnya. Strategi intervensi untuk
mengatasi masalah DM difokuskan pada Diabetes Mellitus Self Management dan
Social Support yang diberikan secara dini. Diabetes Mellitus Self Management
dan Social Support (DSME) merupakan hal terpenting dalam perawatan diabetes
karena tidak hanya berisi pendidikan kesehatan tapi juga pengaktifan dukungan
sosial sehingga individu dengan DM dapat berperilaku manajemen diri yang
efektif bagi kesehatannya (Mensing dkk., 2007). Berdasarkan penelitian, ada
hubungan antara DSME dengan meningkatnya pengetahuan diabetes dan perilaku
manajemen diri serta hasil klinis yang lebih baik (Norris, Engelgau, dan Venkat
Narayan, 2001; Philis-Tsimikas dkk., 2004). Namun, intervensi manajemen diri
sendiri tidak memungkinkan individu untuk mempertahankan perubahan perilaku
tanpa dukungan sosial (Norris, Engelgau, dan Venkat Narayan, 2001).

Program T2DM Self Management Social Support yang diambil dari jurnal
kesehatan ini menunjukkan bahwa intervensi yang berbasis dukungan sosial ini
efektif untuk diberikan di masyarakat (McEwen, Pasvogel, Gallegos, dan Barera,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


8

2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa T2DM Self Management Social


Support mempunyai hubungan terhadap dukungan sosial dan manajemen perilaku
diri pada kelompok usia dewasa berisiko DM di Meksiko (Carranza dan Le Baron,
2004). Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pemberian dukungan sosial
efektif dalam manajemen diri diabetes dan ditunjukkan dari hasil klinik (Ingram,
Torres, Redondo, Bradford, dan O’Toole, 2007; Van Dam dkk., 2005). Hasil
penelitian yang berkaitan dengan program promosi kesehatan menunjukkan hasil
yang efektif pemberian pendidikan kesehatan terhadap perubahan dan
terkendalinya HbA1c, tekanan darah, lipid, dan IMT pada klien dengan diabetes
tipe 2 (Salinero-Fort dkk., 2011).

Integrasi strategi yang diambil dari T2DM Self Management Social Support
dimodifikasi dengan formulasi baru yaitu program Lansia Sehat dengan DM
(LANSET DM). Program LANSET DM ini menambahkan penanganan dini pada
lansia dan keluarga dengan terapi komplementer seperti terapi herbal dengan daun
sirih merah dan relaksasi BEBAS DM (Berkombinasi Benson, Meditasi dan
Afirmasi Stres DM). Perawatan mandiri dalam program ini juga dilatih seperti
perawatan kaki dan senam kaki. Strategi program ini dengan membuat
pencegahan lansia berisiko dan pemantauan lansia dengan DM melalui Kartu
Pemantauan Mandiri Lansia DM (KPM Lansia DM) terhadap penilaian status gizi
lansia, kebutuhan kalori perhari, kecukupan aktifitas fisik dan kekebalan stres.

Intervensi keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan LANSET DM


adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang DM pada lansia serta penerapan
LANSET DM, pemberdayaan keluarga dalam penerapan LANSET DM dalam
keluarga, pembentukan kelompok pendukung dengan lansia DM serta kerjasama
dengan lintas sektoral dan lintas program terkait pengendalian kadar gula darah
sehingga lansia sehat dengan DM. Pendidikan kesehatan diberikan dengan cara
penyuluhan kesehatan, pelatihan atau penyegaran kader lansia, dan penyebaran
leaflet. Rencana kegiatan ini dirancang untuk memberikan bekal pengetahuan,
sikap, dan praktik yang baik pada lansia dalam rangka pengelolaan DM. Selain
pada lansia, pembekalan juga dilakukan bagi kader posbindu dan masyarakat yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


9

berisiko DM. Kegiatan dilaksanakan di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar dengan


melibatkan lansia yang menderita DM dan kader.

Penyuluhan kesehatan dilaksanakan dalam 4 sesi. Sesi pertama tentang


pengetahuan DM secara umum meliputi pengertian, penyebab, tanda gejala,
komplikasi dan penatalaksanaan DM. Sesi kedua tentang manajemen diet DM,
demonstrasi perawatan kaki, senam kaki dan senam diabetes. Sesi ketiga tentang
terapi komplementer herbal daun sirih merah, modalitas relaksasi “BEBAS DM”
dan akupresur yang bisa digunakan untuk membantu pengendalian DM. Sesi
keempat tentang penanganan pertama komplikasi akut. Selain penyuluhan
kesehatan, juga dilakukan penyebaran leaflet dan penyegaran kader. Penyegaran
kader bertujuan untuk menjadikan kader sebagai penggerak dan role model
kesehatan bagi masyarakat sehingga memiliki keterampilan yang lebih dalam
menangani masalah DM.

Penurunan kadar gula darah yang tinggi pada Kelompok Swabantu Lansia Sehat
dengan DM (KS LANSET DM) setelah dilakukan 4 sesi kegiatan dalam paket
program LANSET DM, rata-rata glukosa darah KS LANSET DM pada pretest
adalah 256,30 mg/dL dengan standar deviasi 74,628 mg/dL; dan rata-rata glukosa
darah KS LANSET DM pada posttest adalah 208,68 mg/dL dengan standar
deviasi 56,405 mg/dL. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara glukosa darah pre-test dan
post-test. Hasil perubahan kadar gula darah tersebut terjadi selama 8 bulan
pelaksanaan program LANSET DM menunjukkan bahwa pertemuan pertama
sampai dengan ke dua belas secara rata-rata mengalami perubahan yang signifikan
sebanyak 47,2%.

Program LANSET DM merupakan strategi intervensi keperawatan diperuntukkan


untuk lansia berisiko dan lansia dengan DM dengan mengaktifkan 3 komponen
yaitu lansia, keluarga dan masyarakat melalui kader kesehatan. Peran perawat
kesehatan komunitas (Community Health Nurses) dalam program tersebut sebagai
tenaga kesehatan yang menempati posisi promotor dan fasilitator utama untuk

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


10

pencegahan bagi aggregate lansia berisiko dan promosi kesehatan dalam


meningkatkan status kesehatan populasi bagi aggregate lansia dengan diabetes
mellitus. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik menggambarkan program
LANSET DM dalam pengendalian masalah DM yang diterapkan pada lansia
berisiko dan lansia dengan diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar.

1.2 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan pada lansia, keluarga, dan
masyarakat melalui pelayanan dan program LANSET DM untuk
pengendalian DM pada aggregate lansia di Kelurahan Cisalak Pasar,
Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

1.1.2 Tujuan Khusus


Tujuan penulisan ini adalah teridentifikasinya:
1.2.2.1 Susunan program LANSET DM untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan lansia dengan masalah DM.
1.2.2.2 Peningkatan kemampuan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
lansia dalam pengendalian masalah DM pada aggregate lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
”Program LANSET DM”.
1.2.2.3 Penurunan kadar gula darah yang tinggi pada aggregate lansia
dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi ”Program LANSET DM”.
1.2.2.4 Kemandirian keluarga melalui pemberian asuhan keperawatan
keluarga pada aggregate lansia dengan DM sebelum dan sesudah
pelaksanaan program LANSET DM sebagai strategi intervensi di
keluarga untuk deteksi dini dan pengendalian masalah DM di
Kelurahan Cisalak Pasar.
1.2.2.5 Kemampuan kader kesehatan melalui asuhan keperawatan
komunitas pada aggregate lansia sebelum dan sesudah pelaksanaan
program LANSET DM sebagai strategi intervensi di kelompok

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


11

pendukung untuk memenuhi kebutuhan kesehatan lansia dengan


masalah DM pada aggregate lansia di Kelurahan Cisalak Pasar.

1.3 Manfaat
Karya ilmiah akhir ini diharapkan memberikan manfaat, sebagai berikut:
1.3.1 Aggregate lansia, sebagai sarana dan media pembelajaran lansia dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan lansia DM secara mandiri dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan lansia dengan
DM melalui program LANSET DM, sehingga lansia dapat memiliki
ketrampilan hidup dalam mencapai hidup sehat dalam kelompoknya.
1.3.2 Keluarga dengan tahap perkembangan lansia, terjadinya kemandirian
keluarga dalam memenuhi kebutuhan kesehatan lansia DM yang sehat
melalui program LANSET DM, sehingga keluarga dapat memfasilitasi
pengendalian DM pada lansia.
1.3.3 Pelayanan keperawatan komunitas antara lain: Dinas Kesehatan dan
Puskesmas, sebagai dasar merumuskan kebijakan pengembangan program
Pelayanan Kesehatan Peduli Lansia (PKPL) yang ramah lansia melalui
strategi intervensi “Program LANSET DM” yang berbasis masyarakat
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan lansia DM.
1.3.4 Perkembangan ilmu keperawatan komunitas, sebagai dasar
mengembangkan intervensi “Program LANSET DM” sebagai strategi
yang efektif dalam pemenuhan kebutuhan kesehatan lansia dengan DM.
Sebagai rujukan bagi perawat untuk menerapkan teori keperawatan dalam
tatanan keluarga dan komunitas, serta menerapkan evidence based nursing
dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan status kesehatan lansia
dengan DM.
1.3.5 Kader kesehatan dan masyarakat, sebagai panduan untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan partisipasi aktif masyarakat khususnya
kader kesehatan lansia. Sebagai masukan untuk tetap menerapkan program
LANSET DM sehingga dapat memenuhi kebutuhan lansia sehat dengan
DM melalui proses kelompok pendukung (support group) dan kelompok
swabantu (self help group).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini diuraikan berbagai teori dan konsep yang menjadi sumber referensi
atau landasan dalam menulis karya ilmiah. Tinjauan teoritis yang digunakan
mencakup konsep lanjut usia sebagai populasi rentan (vulnerable population);
lansia dengan diabetes mellitus; model konseptual yang mendasari praktik
keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan diabetes mellitus, antara
lain: model Community As Partner, Preceed-Proceed Model, Family Center
Nursing Model dan Model Intervensi T2DM Self Management Social Support
(Diabetes Self Management Education and Social Support); manajamen
pelayanan kesehatan; dan asuhan keperawatan yang terdiri dari asuhan
keperawatan komunitas dan keluarga.

2.1. Kelompok Lanjut Usia Sebagai Populasi Rentan


2.1.1. Definisi Populasi Rentan
Aggregate adalah kumpulan individu sebagai satu kesatuan dan mempunyai
ikatan diantara mereka (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Aggregate lanjut
usia (lansia) merupakan kelompok usia akhir yang memiliki berbagai perubahan
akibat proses penuaan dan merupakan suatu proses alami yang dihadapi oleh
seluruh manusia dan tidak dapat dihindarkan (Miller, 2012). Perubahan pada masa
lansia yang terjadi antara lain: perubahan fisik, perkembangan kognitif, dan
perkembangan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2008; Santrock, 2009;
Potter, Perry, Stockert, dan Hall, 2011; Miller, 2012). Perubahan tersebut
berakibat kemunduran pada lansia sehingga menimbulkan masalah kesehatan.

Masalah kesehatan lansia pada umumnya berupa penyakit degeneratif seperti


diabetes mellitus, cenderung menimbulkan berbagai komplikasi karena terkait
dengan faktor usia, faktor perilaku berisiko, dan faktor lingkungan berisiko.
Lansia termasuk kelompok berisiko yang berarti lansia memiliki kemungkinan
lebih besar untuk sakit dibandingkan tahapan tumbuh kembang lainnya. Hal
tersebut terjadi dikarenakan timbulnya proses menua yang terjadi sepanjang

12 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


13

hidup, tidak dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999) menjelaskan at risk
population adalah populasi dari orang-orang yang memiliki beberapa
kemungkinan untuk mengalami masalah kesehatan.

Seorang individu atau suatu kelompok dapat masuk kelompok at risk jika mereka
memiliki beberapa faktor risiko, antara lain: risiko biologis bawaan/ genetis
(inherited biological risk), risiko lingkungan (environmental risk), risiko perilaku
(behavioral risk), dan risiko yang terkait dengan usia (age-related risk) (Pender,
Murdaugh, Parson, 2002; Califano, 1979 dalam Stanhope dan Lancaster, 2004).
Pernyataan lain dari New Collins Dictionary dan Webster’s Distionary, lansia
berada dalam kelompok berisiko menjadi rentan terhadap gangguan fisik atau
cedera atau luka artinya vulnerable population (Mechanic dan Tanner, 2007; Polit
dan Beck, 2012; Rose dan Killien, 1983). Pendapat lain tentang vulnerable
population adalah kelompok sosial yang mengalami masalah kesehatan akibat
keterbatasan sumber dan berakibat resiko relatif tinggi terhadap kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas) dengan melihat berbagai faktor risiko yaitu
usia, jenis kelamin, ras, etnik, dukungan sosial, pendidikan, pendapatan, dan
perubahan hidup (Flaskerud, Jacquelyn dan Winslow dalam Allender, Rector, dan
Warner, 2010; Rogers dalam Ruof, 2004; Stanhope dan Lancaster, 2004).

Lansia juga mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan akibat


penghasilan yang kurang atau masa hidup lebih singkat akibat kondisi kesehatan
(Maurer dan Smith, 2005). Beberapa pendapat para ahli tersebut menjadikan
lansia yang mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang dapat berdampak
pada kematian, sehingga termasuk dalam kelompok rentan. Berbagai penyakit
kronis yang mengakibatkan keterbatasan fungsional pada lansia karena perubahan
fisiologis yang berkaitan dengan usia atau proses penuaan (Miller, 2012; Stanhope
dan Lancaster, 2004). Faktor keturunan dapat membuat lansia termasuk kelompok
rentan ditambah dengan kondisi sosioekonomi yang lemah, gaya hidup yang tidak
sehat, bahkan gangguan psikologis akibat pensiun sehingga terjadi kemiskinan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


14

membuat lansia termasuk kelompok rentan terhadap diabetes mellitus (Maurer


dan Smith, 2005).

2.1.2. Karakteristik Lansia Dengan Diabetes Mellitus Sebagai Kelompok


Rentan
Karakteristik lansia dengan diabetes mellitus sebagai kelompok rentan meliputi
ketersediaan sumber yang dapat dicapai, risiko relatif, dan status kesehatan
(Flaskerud dan Winslow, 1998 dalam Allender, Rector, dan Warner, 2010) akan
dijelaskan sebagai berikut:

2.1.1.1. Ketersediaan Sumber


Ketersediaan sumber yang dimaksud adalah keterbatasan diri, keterbatasan
lingkungan, kondisi sosioekonomi, dan dukungan sosial (Allender, Rector, dan
Warner, 2010; Mechanic dan Tanner, 2007). Kondisi sosioekonomi mencakup
kondisi sosial, yaitu lingkungan fisik maupun non fisik yang merupakan faktor
risiko bagi lansia dengan diabetes mellitus. Lingkungan tersebut sering kali
menimbulkan kondisi yang penuh stres. Stres sosial pada lansia karena perubahan
dalam ketajaman visual, gangguan pendengaran, permasalahan kaki, gaya
berjalan dan ketidakseimbangan berjalan menimbulkan diskriminasi sosial
karena akibat situasi itu maka akan timbul bahaya di rumah serta komunitas jika
sumber daya tidak memadai dan proses koping tidak tersedia maka akan timbul
masalah kesehatan (Stanhope dan Lancaster, 2004). Situasi sosial yang lain
seperti kebisingan, kepadatan lalu lintas, polusi, kejahatan dan korban penipuan,
peran berubah menjadi kakek atau nenek (Mechanic dan Tanner, 2007).

Kondisi lain terkait ekonomi seperti status ekonomi yang berhubungan dengan
sumber daya keuangan dan tuntutan terhadap sumber tersebut. Sumber daya
keuangan menurun dilihat dari penghasilan menurun pada lansia akibat pensiun
dari pekerjaan, penurunan produktivitas dalam bekerja, tingkat pendidikan yang
rendah berdampak pada pengetahuan, penyediaan makanan, dan menjangkau
pelayanan kesehatan yang tidak adekuat (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Mechanic dan Tanner, 2007). Lansia yang memiliki sumber daya keuangan yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


15

memadai akan mampu membeli komoditi yang diperlukan berkaitan dengan


kesehatan meliputi: perumahan yang layak, pakaian, makanan, pendidikan,
perawatan kesehatan/penyakit (Stanhope dan Lancaster, 2004). Perbedaan terjadi
jika lansia mengalami penurunan dari segi penghasilan karena mengalami masa
pensiun.

Lansia yang memiliki keterbatasan ekonomi kemungkinan akan hadir perasaan


negatif sehingga berakibat semakin buruk status kesehatannya. Lansia juga akan
kehilangan kemandirian mereka akibat harga diri rendah menjadi awal terjadinya
masalah perilaku dan psikologis pada lansia sehingga makin memperburuk
kondisi kesehatan fisik lansia. Sebaliknya lansia mampu mempertahankan
kesehatan mereka dengan tetap menjaga keaktifan dalam aktivitasnya serta
memiliki sumber ekonomi yang adekuat menunjukkan proporsi lansia yang
signifikan dan merasa positif melewati tahap kehidupan ini (Friedman, 2003).

Kehilangan ketersediaan sumber pada lansia berupa dukungan sosial yang tidak
memadai dan tidak adanya bantuan emosional maupun tidak efektifnya
manajemen stres terhadap stressor yang datang membuat perbedaan antara koping
yang adekuat dan tidak adekuat sehingga mempengaruhi status kesehatan lansia
(Mechanic dan Tanner, 2007). Keterbatasan dukungan sosial yang dirasakan
lansia juga terjadi berupa isolasi sosial terhadap lansia, hilangnya jejaring sosial,
timbulnya kecemasan dan depresi (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Mechanic
dan Tanner, 2007).

Fase kehidupan lansia memang mengalami sindrom kehilangan dalam kehidupan


dapat menjadi faktor munculnya masalah kesehatan. Kejadian tersebut tidak
hanya kehilangan jejaring sosial berupa hilangnya anggota keluarga (kematian
adopsi), anak atau anggota keluarga keluar dari rumah (sekolah, kerja,
pernikahan) tetapi yang utama kehilangan pendapatan keluarga. Apabila peristiwa
hidup tersebut bersifat non normative maka sering menjadi sumber stres bagi
lansia (Stanhope dan Lancaster, 2004). Penghasilan menurun berakibat timbulnya
tekanan ekonomi bagi kelompok lansia dan waktu kerja yang semakin tidak ada

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


16

setiap harinya, tidak cukup waktu luang untuk rekreasi dan olahraga, dan pola
makan yang tidak teratur, kondisi tersebut merupakan pencetus terjadinya stress
pada lansia (Edelman dan Mandle, 2010).

Stres lansia juga timbul karena kesulitan mengakses pelayanan kesehatan, kualitas
pelayanan kesehatan yang tidak memadai, dan tidak mempunyai jaminan
pelayanan kesehatan serta keterbatasan individu yang mudah cemas, depresi,
karakteristik personal seperti mudah marah (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999;
Miller, 2012). Ketersediaan sumber yang berhubungan dengan berbagai
keterbatasan yang menyebabkan stress, salah satunya keterbatasan diri lansia yang
sulit belajar dan mudah cemas berkontribusi terhadap masalah kesehatan
khususnya sistem endokrin terutama diabetes mellitus (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003; Mechanic dan Tanner, 2007; Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Miller, 2012).

2.1.1.2. Risiko Relatif


Risiko relatif merupakan kekuatan hubungan antara suatu paparan dengan
kejadian penyakit yang disebut konsep faktor risiko (Carr, Unwin, dan Pless-
Mulloli, 2007). Faktor risiko adalah kondisi yang berkaitan dengan peningkatan
probabilitas (risiko) terjadinya penyakit tetapi tidak berarti faktor tersebut
merupakan penyebab penyakit (Carr, Unwin, dan Pless-Mulloli, 2007). Penyakit
diabetes mellitus pada lansia terjadi bersamaan dengan proses penuaan akibat
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari luar sehingga
kemunduran fisik semakin meningkat. Pengertian diabetes mellitus adalah
penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi dan bersifat menahun,
insiden meningkat dengan adanya keluarga yang memiliki riwayat obesitas
(Stanhope dan Lancaster, 2004).

Berdasarkan pengertian itu, faktor risiko diabetes mellitus adalah genetik. Faktor
risiko munculnya masalah diabetes ternyata bukan genetik, paling berpengaruh
yaitu gaya hidup, perilaku, dan berbagai pilihan (diet yang buruk, kurang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


17

latihan/olahraga, merokok, minum alkohol yang berlebihan), kegemukan atau


obesitas, aterosklerosis, penggunaan pelayanan kesehatan (promosi kesehatan
tentang diabetes mellitus), peristiwa yang membuat stres (kejahatan pada lansia,
kekerasan pada lansia), dan proses penuaan yang mencakup perubahan pada
fungsi pankreas, penurunan jumlah hormon insulin pada sirkulasi darah,
peningkatan tekanan perifer pada pembuluh darah, dan gangguan osmolalitas
darah (Stanhope dan Lancaster, 2004). Faktor risiko juga menimbulkan
konsekuensi fungsional negatif yang mencakup penurunan respon terhadap
latihan, meningkatnya kerentanan terhadap jantung maupun gunjal, penurunan
aliran darah ke otak, meningkatnya kerentanan terhadap hipoglikemik dan
hiperglikemik, kurangnya praktek hygiene karena penurunan ketajaman sensory,
gangguan keseimbangan, kekuatan otot yang berkurang, serta penurunan waktu
reaksi mengurangi kemampuan lanjut usia untuk menerjemahkan respon
terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungan mereka, sehingga mudah terancam
keselamatannya (Miller, 2012; Allender, Rector, dan Warner, 2010; El Fakiri,
dkk., 2008; Uitewall, dkk., 2004; Tuomilehto, dkk., 2001).

Kelemahan dan ketidakmampuan tersebut mengakibatkan meningkatnya perilaku


pemeliharaan yang tidak sehat pada lansia seperti kurang latihan fisik (malas
berolah raga atau senam), disamping pola makan yang tidak sehat dengan sering
makan makanan siap saji, minum-minuman bersoda dan beralkohol, merokok,
kurang kontrol kesehatan dan kurang patuh terhadap regimen terapeutik sehingga
banyak lansia mengalami penyakit diabetes mellitus. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa kebiasaan merokok, kurang melakukan aktivitas fisik,
konsumsi makanan yang tidak sehat, berat badan yang berlebihan merupakan
risiko gaya hidup yang mempunyai hubungan dengan masalah sistem endokrin
menimbulkan penyakit diabetes mellitus (Heideman, dkk., 2011).

2.1.1.3. Status Kesehatan


Kemampuan individu untuk berfungsi secara optimal walaupun mengalami
perubahan baik proses penuaan dan faktor-faktor risiko yang ada pada dirinya
adalah status kesehatan (Miller, 2012). Starus kesehatan lansia merupakan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


18

kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara optimal di masyarakat yang
ditampilkan dengan lansia mampu melakukan latihan secara mandiri, dan
memiliki otonomi yang tidak harus bebas atau terlepas dari penyakit (Williams,
1979 dalam Anderson dan McFarlane, 2011). Menurut Messecar (2002, dalam
Anderson dan McFarlane, 2011), ketika lansia dapat pergi dan melakukan sesuatu
yang bermakna, lansia dapat berguna dan dapat melakukan sesuatu, adanya
keseimbangan antara kemampuan dan tantangan, sesuai dengan sumber daya yang
dimiliki, dan memiliki kepribadian yang berkarakter itu adalah kesehatan lansia.

Status kesehatan individu merupakan situasi atau kondisi kesehatan seseorang


yang dipengaruhi perilaku kesehatan berupa kemampuan memahami status
kesehatan sendiri, kemampuan mempertahankan status kesehatan yang optimal,
kemampuan mencegah peningkatan faktor risiko penyakit atau cedera, dan
kemampuan mencapai potensi fisik dan mental secara optimal (Blois, Hayes,
Kozier, dan Erb, 2006). Status kesehatan lansia sebagai individu dengan keluarga
saling mempengaruhi, status kesehatan lansia mengalami penurunan karena risiko
fisik memerlukan asuhan keperawatan komunitas sebagai pemberi asuhan agar
lansia mengalami penuaan yang sehat (healthy ageing) (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003; Miller, 2012).

Proses penuaan yang terjadi pada lansia berkaitan faktor usia yang digambarkan
sebagai berikut: young old yaitu kelompok lansia yang berusia 65 sampai 74
tahun; middle old yaitu kelompok lansia yang berusia 75 sampai 84 tahun; dan old
old atau very old atau frail elderly yaitu kelompok lansia yang berusia lebih atau
sama dengan 85 tahun (Mauk, 2006; Miller, 2012). Lansia yang disebut old atau
older adults ialah kelompok usia yang berumur lebih dari 65 tahun (Anderson dan
McFarlane, 2011; Carmody dan Forster, 2003; Mauk, 2006). Penyataan dari UU
No. 13 tahun 1998 dan PP RI No. 43 tahun 2004, lansia ialah individu yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun (Biro Hukum dan Humas BPKP, 1998, 2004).
Lansia yang berusia lebih dari 60 tahun cukup banyak mengalami penyakit kronis
seperti diabetes mellitus (Harrison dkk., 2003)

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


19

2.2.Lansia Dengan Diabetes Mellitus


Masalah lansia dengan diabetes mellitus dipengaruhi oleh penurunan fisik,
masalah psikososial, dan kondisi sosioekonomi (Allender, Rector, dan Warner,
2010; Miller, 2012). Diabetes mellitus merupakan suatu kondisi tingginya kadar
gula darah dalam tubuh akibat dari berkurangnya hormon insulin yang
membutuhkan pengobatan antidiabetes (Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011;
Miller, 2012).

Tabel 2.1 Kategori kadar gula darah menurut Direktorat Pengendalian Penyakit
Tidak Menular

Kadar GulaDarah Bukan DM Pradiabetes DM


1. Gula darah sewaktu (mg/ dL)
a. Pembuluh darah vena < 100 100-199 ≥ 200
b. Pembuluh darah kapiler < 90 90-199 ≥ 200
2. Gula darah puasa (mg/ dL)
a. Pembuluh darah vena < 100 100-125 ≥ 126
b. Pembuluh darah kapiler < 90 90-99 ≥ 100
Sumber: Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular (dalam Petunjuk Teknis
Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus Depkes RI, 2008)

Penentuan kondisi diabetes dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah, yaitu:


Fasting Plasma Glucose (FPG) dan Oral Glucose Tolerance Test (OGTT)
(Copstead dan Banasik, 2010). Fasting Plasma Glucose dilakukan setelah puasa
semalam atau puasa selama delapan jam sebelum pemeriksaan. Pemeriksaan ini
relatif mudah dilakukan dan tidak mahal. Hasil pemeriksaan dikatakan normal
jika kadar glukosa darah kurang dari 100 mg/dl, pradiabetes jika kadar glukosa
darah antara 100-125 mg/dl, dan diabetes jika kadar glukosa darah 126 mg/dl atau
lebih.

Oral Glucose Tolerance Test dilakukan setelah pemeriksaan glukosa darah puasa.
Individu yang akan diperiksa diminta untuk mengkonsumsi tinggi gula terlebih
dahulu untuk mengubah kadar glukosa dalam darah. Setelah dua jam baru

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


20

pemeriksaan glukosa darah dilaksanakan. Hasil pemeriksaan dikatakan normal


jika kadar glukosa darah kurang dari 140 mg/dl, pradiabetes jika kadar glukosa
darah antara 140-199 mg/dl, dan diabetes jika kadar glukosa darah 200 mg/dl atau
lebih.

Perubahan kadar gula darah yang berkaitan dengan usia yaitu perubahan biologis
pada lansia yang ditandai dengan proses menua (aging), salah satunya dalam
proses metabolisme tubuh. Metabolisme tubuh dalam hal ini adalah karbohidrat,
protein dan lemak dalam tubuh terjadi karena kerja dari hormon insulin. Hormon
insulin berikatan dengan membran reseptor yang membuat membran sel menjadi
sangat permeabel sehingga glukosa dapat masuk ke dalam sel. Proses di dalam
sel, hormon insulin akan berikatan dengan enzim (protein kinase, glikogen kinase,
glukokinase) sehingga terjadi proses metabolisme (Sherwood, 2004). Pada proses
menua, produksi enzim-enzim ini mulai terganggu, sehingga tidak dapat berikatan
dengan insulin dan mengakibatkan glukosa di dalam hati dan otot kembali beredar
ke dalam darah. Proses menua juga menimbulkan perubahan permeabilitas sel dan
perubahan respon inti sel terhadap hormon insulin sehingga glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel (Darmojo, 2009).

Kondisi tersebut diatas menyebabkan tingginya kadar gula dalam darah


(hiperglikemia). Hiperglikemia juga dapat terjadi karena faktor genetik atau
adanya riwayat keluarga dengan penyakit diabetes melitus. Faktor genetik dan
obesitas menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin merupakan
suatu resistensi terhadap efek insulin pada penyerapan, metabolisme, dan
penyimpanan glukosa. Resistensi insulin mengakibatkan penurunan penyerapan
glukosa dalam otot dan jaringan adiposa, dan ketidakmampuan hormon untuk
menekan glukoneogenesis hati. Hal ini menyebabkan kondisi hiperglikemia
(Copstead dan Banasik, 2010). Becker (2004) menyatakan resistensi insulin dapat
terjadi karena berat badan yang berlebih, gaya hidup yang monoton, dan sel beta
pankreas bekerja terlalu keras sehingga produksi insulin menjadi berlebihan.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


21

Selain proses penuaan, karakteristik lansia yang sering mengalami stres dapat
berakibat pada munculnya masalah kesehatan diabetes mellitus. Stres yang timbul
pada lansia yang tinggal diperkotaan sangat tinggi karena aneka perubahan yang
pesat dari bentuk fisik, ekonomi, jumlah penduduk, aspek sosial , dan aspek huku
(Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pada saat stress terjadi stimulasi sistem
saraf simpatis yang mengakibatkan pelepasan hormon glukortikoid, katekolamin,
dan glukagon sehingga berdampak pada berkurangnya pelepasan insulin. Hal ini
menyebabkan terjadinya hiperglikemia dan penurunan insulin serum (keadaan
pseudodiabetic). Pemanfaatan glukosa oleh otot dan jaringan menurun (resistensi
insulin) mengakibatkan berkurangnya energi dalam tubuh. Kondisi ini
menstimulasi oksidasi asam amino dari simpanan otot dan pembentukan alanine
sehingga akan menstimulasi sekresi glukagon yang menyebabkan proses
glukoneogenesis dan ureagenesis yang pada akhirnya akan mengakibatkan
hiperglikemia dan keseimbangan nitrogen negatif (Guerra dkk.,2010). Rubin, dkk.
(2010) menyatakan diabetes melitus dapat juga terjadi karena stres psikologis
yang dialami oleh seseorang dalam jangka waktu yang lama.

Lansia perlu melakukan pengontrolan terhadap kadar gula darah karena ketika
kondisi tubuh mengalami hiperglikemik maka bisa berakibat terjadinya penyakit
jantung dan stroke sehingga perlu dilakukan pengelolaan dan perawatan terhadap
masalah diabetes mellitus pada lansia baik individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Miller, 2012). Hal tersebut
diperkuat dari penelitian tentang penyakit diabetes mellitus dapat memicu
timbulnya masalah kesehatan lain, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
penurunan aktivitas sel darah putih sehingga rentan terhadap infeksi, gangguan
saraf, dan Alzheimer (Challem, 2007). Penelitian lain menjelaskan bahwa diabetes
melitus yang dialami oleh seseorang akan menyebabkan risiko penyakit jantung,
penyakit pembuluh darah perifer, dan stroke sebesar 50% daripada orang yang
memiliki kadar glukosa darah normal (Greene, Merendino, dan Jibrin, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, pengendalian diabetes melitus dan pencegahan


komplikasinya sangat penting dilakukan dengan memperhatikan penyebab utama

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


22

yaitu gaya hidup tidak sehat atau terkait pola makan, aktifitas dan stres
(Riskesdas, 2007 dalam Kemenkes, 2012). Penatalaksanaan diabetes melitus
dengan merubah gaya hidup terdiri dari: pendidikan kesehatan tentang penyakit
diabetes melitus, pengobatan, dan perawatannya; pengelolaan diet sehari-hari;
olahraga atau latihan fisik; dan terapi pengobatan insulin atau obat hipoglikemik
oral (Aziza, 2007; Soegondo, Soewondo, dan Subekti, 2011). Drabkin dan
Smitherman (2011) menyebutkan pengendalian diabetes mellitus dapat dilakukan
dengan cara mengurangi konsumsi beras putih, memperbanyak makan sayuran
hijau dan buah, mengurangi minum kopi dan minuman manis lainnya,
menghentikan rokok dan alkohol, dan meningkatkan aktivitas fisik.

Depkes (2008) menjelaskan bahwa perencanaan dan pengelolaan diet yang baik
untuk penderita diabetes mellitus adalah dengan makan makanan gizi seimbang
dengan komposisi energi dari karbohidrat 45-65%, protein 10-15% dan lemak 20-
25% serta dengan jadwal teratur, jumlah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan jenis
makanan yang bervariasi. Marlow (2012) menjelaskan diet yang sehat meliputi:
makan makanan yang tinggi serat seperti sayur, buah, kacang-kacangan sebanyak
20-30 gram perhari; sayur dan buah yang dikonsumsi berwarna hijau, orange,
atau kuning seperti brokoli, wortel, semangka, blewah, jeruk; kurangi minum
bersoda (cukup dikonsumsi sebanyak 12 ons sekali sehari = 160 kalori, dan dapat
ditambah 16 pons); pilih makanan yang tidak berlemak dan hentikan lemak jenuh;
makan lebih banyak ikan dan kacang-kacangan; jaga porsi makan sedang terutama
untuk makanan tinggi kalori; konsumsi kolesterol < 300 mg/ hari; hindari
pengulangan jenis makanan setiap hari; dapatkan asupan vitamin dan mineral
langsung dari makanan; pastikan asupan makanan seimbang dengan haluaran;
dan ganti snack dengan buah, sayur, kacang-kacangan, atau kismis; serta kurangi
konsumsi alkohol.

Selain pola makan yang sehat, latihan fisik secara teratur dan terus-menerus
sangat bermanfaat untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah, meningkatkan
fungsi jantung dan pernafasan, menurunkan berat badan dan meningkatkan
kualitas hidup (Depkes RI, 2008). Menurut Physical Activity Guidelines Advisory

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


23

Committee USA dalam Rubin (2009) menjelaskan aktivitas yang dianjurkan untuk
mengontrol glukosa darah adalah aktivitas dengan intensitas sedang selama 150
menit perminggu atau intensitas tinggi selama 75 menit perminggu, latihan
aerobik selama 30 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas sedang atau
selama 20 menit dalam 5 hari perminggu dengan intensitas tinggi, dan 8-10 kali
latihan kekuatan (resistensi) dengan 8-12 kali pengulangan setiap latihan yang
dilakukan 2 kali seminggu.

Program latihan fisik untuk pencegahan dan perawatan diabetes mellitus menurut
Depkes RI (2008) meliputi:

2.2.1. Jenis latihan fisik


Latihan fisik dilakukan bertujuan untuk kesegaran kardiovaskular, pernafasan,
kekuatan otot, kelenturan dan kelincahan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
latihan fisik adalah: continue, yaitu latihan fisik harus berkesinambungan dan
rutin sesuai jadwal; rhythmical, yaitu latihan fisik harus dipilih yang berirama
sehingga otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, seperti jalan kaki,
berenang, bersepeda; interval, yaitu latihan fisik dilakukan secara selang-seling
antara gerak cepat dan lambat, seperti jalan cepat diselingi jalan lambat;
progressive, yaitu latihan fisik dilakukan bertahap sesuai dengan kemampuan
individu mulai dari intensitas ringan sampai berat; dan endurance, yaitu latihan
daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti berjalan,
berenang, dan bersepeda.

2.2.2. Dosis atau Takaran Olah raga


Latihan fisik yang dilakukan harus memenuhi dosis atau takaran yang ditentukan
karena jika kurang tidak memberikan manfaat. Pertama, intensitas: latihan
dikontrol dengan pemantauan denyut nadi atau jantung. Kedua, lamanya latihan
antara 30-60 menit dalam zona latihan. Ketiga, frekuensi latihan paling sedikit 3
kali seminggu karena ketahanan seseorang akan menurun setelah 48 jam.

2.3. Keperawatan Komunitas

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


24

Praktik keperawatan komunitas (community health nursing practice) adalah


sintesis teori keperawatan dan teori kesehatan masyarakat untuk promosi,
pemeliharaan, dan perawatan kesehatan populasi melalui pemberian pelayanan
keperawatan pada individu, keluarga, dan kelompok yang mempunyai pengaruh
terhadap kesehatan komunitas (Stanhope dan Lancaster, 2004).

2.3.1. Unsur-unsur penting dalam Kesehatan Masyarakat


Unsur-unsur penting dalam kesehatan masyarakat perlu diketahui sebelum
dilakukan proses dalam asuhan keperawatan komunitas. Menurut Allender,
Rector, dan Warner (2010), prioritas kesehatan masyarakat adalah pencegahan,
proteksi, dan promosi kesehatan diabetes mellitus tanpa mengesampingkan kuratif
sebagai bentuk praktik profesional. Selanjutnya perawat profesional mengukur
dan menganalisis masalah kesehatan komunitas dengan konsep epidemiologi dan
biostatistik. Unsur lain yang juga perlu diperhatikan dan mempengaruhi yaitu
lingkungan untuk kesehatan aggregate atau kelompok. Prinsip pelaksanaan proses
dalam keperawatan komunitas yang mendasari adalah manajemen dan
pengorganisasian kesehatan komunitas karena tujuannya adalah kesehatan
masyarakat yang dicapai melalui pengorganisasian masyarakat. Fungsi
pengorganisasian berjalan dengan baik berdasarkan unsur dari analisis kebijakan
dan pengembangan publik beserta advokasi terhadap kesehatan dan pemahaman
terhadap proses politik

2.3.2. Karakteristik Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas mempunyai karakteristik mencakup (Clark, 2008 dalam
Maglaya dkk., 2009): bentuk praktik profesional yang mempromosikan kesehatan
dan mencegah penyakit (diabetes mellitus); dilakukan komprehensif, general, dan
berkelanjutan; penerapan praktik pada tiga level atau tingkatan klien yaitu
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (populasi) lansia yang mengalami
diabetes mellitus; praktik pengawasan dan pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan perawatan kesehatan lansia dengan diabetes mellitus oleh perawat dan
klien yang berkolaborasi secara setara (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003;
Maglaya dkk., 2009); perawat mengenal dampak dari faktor yang berbeda pada

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


25

kesehatan dan mempunyai kesadaran yang lebih besar terhadap situasi dan
kehidupan klien.

Pendapat lain terkait karakteristik keperawatan komunitas mencakup (Allender,


Rector, dan Warner, 2010; Anderson dan McFarlane, 2011): populasi adalah klien
atau unit perawatannya; kewajiban utama untuk mencapai kebaikan terbesar dan
jumlah terbesar penduduk atau populasi secara keseluruhan; cara kerja dengan
melakukan kemitraan dengan komunitas; pencegahan primer sebagai pilihan
kegiatan yang paling tepat dan menjadi prioritas; fokus populasi yaitu melakukan
seleksi strategi untuk membuat kondisi lingkungan, sosial, dan ekonomi yang
sehat; mempunyai kewajiban untuk secara aktif menjangkau semua orang yang
mungkin mendapat manfaat dari kegiatan atau pelayanan tertentu;
mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menjamin
peningkatan kesehatan penduduk; bekerjasama dengan profesi, organisasi, dan
berbagai pihak sebagai cara yang paling efektif untuk melakukan promosi dan
perlindungan bagi kesehatan penduduk.

2.3.2. Manajemen Pelayanan Kesehatan


2.3.2.1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan proses pelaksanaan kerja yang dilakukan melalui oleh
orang lain (Gillies, 1994). Manajemen juga merupakan suatu proses memimpin
dan mengarahkan semua atau bagian dari sebuah organisasi melalui penyebaran
dan manipulasi sumber daya yang tersedia (Marquis dan Huston, 2012). Esensial
dari manajemen adalah menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Whitehead,
Weiss, dan Tappen, 2010). Berdasarkan definisi yang disampaikan para ahli maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses bekerja dengan
mengarahkan sumber daya yang tersedia untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah menyusun


kebijakan dan strategi nasional pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak
menular (PTM) yang meliputi tiga komponen utama yaitu surveilans PTM,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


26

promosi dan pencegahan PTM serta manajemen dan pelayanan PTM (Pusat
Promosi Kesehatan, 2007).

2.3.2.2. Fungsi Manajemen


Fungsi manajemen pelayanan mencakup perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), pengarahan (directing),
dan pengawasan (controlling) (Gillies, 1994; Jones, 2007; Marquis danHuston,
2012). Setiap fungsi manajemen memiliki fase perencanaan dan pengarahan
(Allender, Rector, dan Warner, 2010; Marquis dan Huston, 2012). Manajemen
atau pengelolaan akan optimal apabila fungsi-fungsi manajemen dilaksanakan
dengan baik (Marquis dan Huston, 2012).

a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang terperinci
dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang membutuhkan solusi melalui
intervensi yang terstruktur (Ervin, 2002). Perencanaan dapat didefinisikan
juga sebagai upaya untuk membuat keputusan tentang apa yang akan
dilakukan; siapa yang melakukan; dan bagaimana, kapan dan di mana hal
tersebut dilakukan (Marquis dan Huston, 2012). Perencanaan sebuah
organisasi juga merupakan bentuk pembuatan keputusan manajerial yang
meliputi penelitian lingkungan, gambaran sistem organisasi secara
menyeluruh serta seluruh bagian-bagian sistem, memberikan kejelasan
filosofi dan misi organisasi, prediksi sumber-sumber dan kemampuan
organisasi, identifikasi langkah-langkah yang dapat dilakukan, prediksi
efektifitas dari berbagai alternatif tindakan yang ditentukan, pilihan tindakan
yang akan dilakukan, dan menyiapkan staf atau karyawan untuk
melaksanakan berbagai tindakan yang perlu dilakukan (Gillies, 1994).

Organisasi dalam melakukan perencanaan mempunyai beberapa tahapan,


antara lain: memformulasikan perencanaan organisasi, menentukan visi,
menentukan misi, menggali berbagai sumber dan kendala, mengidentifikasi
metode dan aktivitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan (Ervin, 2002).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


27

Perencanaan merupakan hal yang penting dan merupakan proses yang


pertama dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan yang
adekuat maka proses manajemen menjadi gagal dan koordinasi serta tujuan
tidak akan tercapai (Marquis dan Huston, 2012).

Visi merupakan pernyataan yang digunakan untuk menggambarkan tujuan


atau sasaran organisasi, sedangkan tujuan atau misi adalah penyataan singkat
untuk mengidentifikasi alasan keberadaan sebuah organisasi (Marquis dan
Huston, 2012). Pernyataan pada misi mengidentifikasi konstituen dan arah
organisasi pada posisi yang sesuai dengan etika, prinsip, dan standar praktik
(Marquis dan Huston, 2012). Pernyataan misi merupakan prioritas tertinggi
pada hirarki perencanaan karena dapat mempengaruhi perkembangan filosofi,
tujuan umum, tujuan khusus, kebijakan, prosedur, dan peran organisasi
(Marquis dan Huston, 2012). Visi dan misi harus diketahui oleh seluruh staf
atau anngota yang terdapat di dalam sebuah organisasi (Swanburg, 2000).

Filosofi dibuat berdasarkan pernyataan tujuan atau misi dan menggambarkan


perangkat nilai dan keyakinan yang mengarahkan semua tindakan organisasi
dan menjadi dasar yang mengarahkan semua perencanaan sesuai dengan misi
yang telah ditetapkan (Marquis dan Huston, 2012). Tujuan umum dan khusus
merupakan bentuk operasional dari filosofi. Tujuan umum merupakan hasil
yang diharapkan yang dilakukan secara terarah dan merupakan tujuan dari
filosofi begitu juga dengan tujuan khusus sama dengan tujuan umum yang
memberikan motivasi kepada orang untuk mencapai hasil akhir yang lebih
spesifik dan jelas, dapat diukur, dapat dilihat/ diobservasi atau diulang, dan
dapat dicapai, akan tetapi tujuan khusus lebih spesifik dan dapat diukur
dibandingkan tujuan umum karena tujuan khusus melakukan identifikasi
terhadap bagaimana dan kapan tujuan umum dapat dicapai (Marquis dan
Huston, 2012).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


28

b. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fase yang kedua setelah perencanaan dalam
proses manajemen dan dalam tahap pengorganisasian menjelaskan tentang
hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas
(Marquis danHuston, 2012). Pengorganisasian dalam pelaksanaan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko masalah diabetes mellitus
bertujuan agar program yang dilaksanakan lebih efektif, efisien, dan
berkualitas serta dapat memanfaatkan segala sumber daya atau potensi yang
terdapat di wilayah kerja (Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
2006) sehingga kondisi tersebut memerlukan struktur organisasi (Marquis dan
Huston, 2012). Struktur organisasi sebagai bentuk upaya kesehatan
diperlukan untuk menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko
masalah diabetes mellitus yang berbasis komunitas (Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular, 2006).

Setiap organisasi juga mempunyai struktur yang formal maupun yang tidak
formal (informal) (Gillies, 1994; Marquis dan Huston, 2012). Struktur
organisasi formal direncanakan dan disebarluaskan serta merupakan peraturan
jabatan yang resmi dalam suatu pola hubungan kerja yang mengatur
pembagian divisi kerja, menyediakan prosedur kerja sebagai garis komando,
mengatur tanggung jawab dan tanggung gugat, mengatur peran dan fungsi
secara jelas dan sistematis, setiap orang mempunyai perannya masing-
masing, serta mempunyai pangkat atau jabatan dan hirarki dan garis
komunikasi yang jelas, sedangkan struktur organisasi informal umumnya
sosial yang terdiri dari hubungan perseorangan yang tidak resmi di antara staf
karyawan, tidak harus memiliki garis komando yang jelas, tidak terlalu
dituntut tanggung jawab dan tanggung gugatnya, serta tidak secara resmi
diakui namun hubungan tersebut memberikan dampak positif atau
mempengaruhi efektifitas pekerjaan (Gillies, 1994; Marquis danHuston,
2012). Struktur organisasi yang formal dan informal saling melengkapi satu
sama lain sebagai suatu cara untuk memberikan dukungan terhadap

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


29

kekurangan yang terdapat pada struktur formal oleh struktur informal (Gillies,
1994).

Struktur organisasi menentukan tingkah laku staf pegawai sebagai akibat dari
peran, kekuatan, tanggung jawab, kekuasaan, pemusatan, dan komunikasi
(Gillies, 1994). Struktur organisasi atau bagan organisasi menentukan
hubungan formal, hubungan komunikasi, dan kewenangan yang digambarkan
dalam bagan dengan garis yang utuh. Garis yang digunakan adalah garis yang
utuh vertikal dan horizontal. Garis utuh horizontal menunjukkan hubungan
komunikasi antara orang dengan lingkup tanggung jawab dan kekuasaan yang
sama tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Garis utuh vertikal antara posisi
menunjukkan rantai komando resmi, jalur formal komunikasi dan
kewenangan. Orang yang mempunyai kewenangan terbesar dalam
pengambilan keputusan berada pada posisi atas sedangkan orang yang
memiliki kewenangan terkecil dalam pengambilan keputusan berada pada
posisi bawah. Tingkat posisi pada bagan juga menunjukkan status dan
kekuasaan. Garis putus-putus atau titik-titik pada bagan organisasi
menujukkan posisi staf karena posisi tersebut berfungsi sebagai penasihat
yang memberikan informasi dan bantuan kepada manajer tatapi memilki
kewenangan organisasi yang terbatas (Marquis dan Huston, 2003, 2012).

Rentang kendali juga dapat ditentukan dari bagan organisasi. Jumlah orang
yang bertanggungjawab kepada salah satu manajer menggambarkan rentang
kendali manajer tersebut dan menentukan jumlah interaksi yang diharapkan
dari manajer. Rentang kendali manajer yang optimal berkisar 3 sampai 50
pegawai tetapi tetap memperhatikan kemampuan manajer (Marquis dan
Huston, 2003, 2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi yang
berkaitan pengorganisasian terutama pengorganisasian sumber daya manusia
(SDM) perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat sebanyak 50,7%
termasuk dalam kategori baik (Ratnasari, Setyowati, dan Kuntarti, 2012).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


30

c. Ketenagaan (Staffing)
Ketenagaan merupakan fase ketiga proses manajemen yang berkaitan dengan
perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi, dan peningkatan perkembangan
individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan kesehatan
(Marquis dan Huston, 2012). Proses perekrutan yang paling mudah adalah
dengan menyebarkan informasi dari mulut ke mulut dan rekomendasi oleh
staf. Perekrutan merupakan proses mencari atau menarik tenaga atau staf
secara aktif untuk menempati posisi yang tersedia di dalam sebuah organisasi
atau pelayanan kesehatan dengan cara wawancara; setelah dilakukan
perekrutan maka selanjutnyan melakukan pemilihan atau seleksi yang
merupakan proses pemilihan individu atau tenaga kesehatan untuk pekerjaan
atau menempati posisi tertentu dari banyak pelamar (Marquis dan Huston,
2012). Proses pemilihan staf memerlukan perhatian yang penuh untuk
mendapatkan karyawan yang mempunyai kemampuan yang berkompeten
dalam bidang pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Tahap selanjutnya setelah
staf melewati proses seleksi yaitu orientasi (Marquis dan Huston, 2012).

Orientasi merupakan proses penyesuaian seorang karyawan baru dengan


lingkungan pekerjaan sehingga karyawan tersebut dapat berinteraksi dengan
cepat dan efektif dengan lingkungan baru tepat bekerja atau memberikan
pelayanan kesehatan (Gillies, 1994). Proses orientasi yang adekuat akan
meminimalkan kecenderungan pelanggaran peraturan, keluhan, dan
kesalahpahaman; serta lebih menumbuhkan perasaan memiliki dan menerima
serta meningkatkan antusiasme dalam bekerja pada institusi dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien atau masyarakat (Marquis dan Huston,
2012). Proses orientasi pada staf baru juga dilakukan melalui induksi
(mendidik staf baru tentang organisasi dan pekerjaan serta kebijakan dan
prosedur pekerjaan) sehingga staf tersebut mempunyai kompeten pada tugas
yang diberikan (Gillies, 1994; Marquis dan Huston, 2003, 2012).

Tahap selanjutnya setelah staf melalui proses orientasi maka dilanjutkan


dengan melakukan pembinaan atau pengembangan staf. Pembinaan atau

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


31

pengembangan staf merupakan metode yang metode yang efektif dalam


meningkatkan produktivitas. Pembinaan atau pengembangan staf dapat
dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan. Proses pendidikan dan pelatihan
bagi staf dapat meningkatkan produktifitas yang lebih baik dalam
menjalankan suatu organisasi atau program (Marquis dan Huston, 2003,
2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanan dan pengaturan sumber


daya manusia (SDM) perawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) di
Puskesmas Wilayah Jakarta Barat secara berurutan sebanyak 54% dan 52,1%
baik dan juga ada hubungan perencanaan, pengorganisasian SDM dengan
pelaksanaan perkesmas (Ratnasari, Setyowati, dan Kuntarti, 2012).

d. Fungsi Pengarahan (directing)


Pengarahan adalah tindakan fisik dari manajemen, yaitu proses interpersonal
yang ditunjukan dengan staf pegawai atau karyawan mencapai objektifitas
dan merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk mencapai visi
dan misi (Swanburg, 2000). Komponen atau elemen fungsi pengarahan
meliputi menciptakan suasana yang memberikan motivasi, membina
komunikasi organisasi, supervisi, pendelegasian, dan manajemen konflik
(Marquis dan Huston, 2012).

Elemen yang pertama dalam fungsi pengarahan yaitu motivasi. Motivasi


merupakan tenaga dalam diri individu yang mempengaruhi kekuatan atau
mengarahkan perilaku (Marquis dan Huston, 2003, 2012). Motivasi juga
merupakan proses emosional yang lebih cenderung psikologis daripada logika
yang terfokus pada kebutuhan di dalam diri individu yang kuat, langsung,
terus-menerus, dan menghentikan perilaku (Swanburg, 2000). Salah satu
motivator terkuat yang dapat digunakan oleh manajer untuk menciptakan
suasana memotivasi adalah penguatan atau reinforcement positif (Marquis
dan Huston, 2003, 2012). Penghargaan umpan balik yang efektif yang
menggunakan penguatan positif harus spesifik untuk performa tertentu,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


32

diberikan setelah peristiwa jika memungkinkan, diberikan pada pencapaian


atau prestasi yang kecil maupun yang besar, dan diberikan sewaktu-waktu
atau tidak terduga agar penghargaan tersebut mempunyai nilai (Marquis dan
Huston, 2003, 2012).

Elemen yang kedua dalam fungsi pengarahan yaitu komunikasi. Komunikasi


membentuk inti kegiatan manajemen dan masuk di dalam semua proses
manajemen (Marquis dan Huston, 2003, 2012). Komunikasi merupakan
proses transmisi pikiran, perasaan, kebenaran, dan informasi lain termasuk
perilaku verbal dan non verbal (DeLaune dan Ladner, 2011). Komunikasi
adalah pertukaran pikiran, pesan, gagasan, atau informasi melalui
pembicaraan, tanda, tulisan, dan perilaku (Marquis dan Huston, 2003, 2012).
Komunikasi juga merupakan pertukaran informasi antara dua atau lebih orang
dalam bentuk kata-kata dan pertukaran ide atau pikiran (Berman, Snyder,
Kozier, dan Erb, 2008). Jadi, komunikasi adalah pertukaran informasi baik
pikiran, perasaan, dan kebenaran yang dilakukan oleh dua atau lebih orang
dalam bentuk verbal maupun nonverbal dalam suatu organisasi atau program.

Komunikasi dalam organisasi dapat jelas dan lengkap dengan strategi


komunikasi yang meliputi manajer harus memahami struktur organisasi dan
mengenali siapa yang akan terpengaruh oleh keputusan yang dibuat;
komunikasi dilakukan dua arah atau tidak hanya satu arah; komunikasi harus
jelas, sederhana, dan pasti; manajer sebaiknya mencari umpan balik mengenai
komunikasi yang diberikan dapat diterima dengan benar; dan tidak
membebani pegawai dengan informasi yang tidak perlu (Marquis dan Huston,
2003, 2012).

Elemen yang ketiga dalam fungsi pengarahan yaitu pendelegasian.


Pendelegasian adalah proses penyelesaian tugas melalui orang lain atau
mengarahkan tugas kepada satu orang tau lebih untuk mencapai tujuan
organisasi atau program (Marquis dan Huston, 2003, 2012). Pendelegasian
merupakan elemen esensial fungsi pengarahan yang ditandai dengan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


33

pemberian kewajiban, tugas-tugas, dan tanggung jawab dari atasan kepada


bawahan (Swanburg, 2000) dan sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh
manajer (tingkat atas, menengah, dan bawah) bukan hanya hasil usaha
manajer tersebut tetapi juga hasil usaha pegawai atau staf pada level bawah
(Marquis dan Huston, 2003, 2012). Pendelegasian juga merupakan pemberian
tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dari satu orang ke orang yang
lain (Whitehead, Weiss, dan Tappen, 2010). Pendelegasian pun mengandung
makna bahwa seseorang memberikan kepercayaan kepada orang lain untuk
melakukan tugas yang sangat penting (Marquis dan Huston, 2012).

Elemen keempat dalam fungsi pengarahan adalah supervisi. Supervisi


merupakan suatu bentuk pengawasan pekerjaan atau kinerja orang lain secara
langsung (Whitehead, Weiss, dan Tappen, 2010). Supervisi juga merupakan
hubungan kolaborasi dan termasuk konsultasi dan memberikan masukan bila
diperlukan. Supervisi mencakup pemeriksaan individu sepanjang hari untuk
melihat sejauhmana kegiatan telah diselesaikan dan yang masih perlu
diselesaikan. Supervisi juga terkadang memerlukan evaluasi secara langsung
terhadap kinerja seperti evaluasi kinerja dan diskusi tentang interaksi individu
dengan klien atau dengan anggota staf lain. Individu yang melakukan
supervisi terhadap orang lain juga mendelegasikan tugas dan kegiatan
(Whitehead, Weiss, dan Tappen, 2010).

Elemen berikutnya dalam fungsi pengarahan adalah manajemen konflik.


Konflik adalah perselisihan internal dan eksternal yang disebabkan oleh
perbedaan nilai, pendapat, atau perasaan antara dua orang atau lebih (Marquis
danHuston, 2003, 2012). Kategori konflik yang utama yaitu intrapersonal,
interpersonal, dan interkelompok. Konflik intrapersonal terjadi di dalam diri
individu sendiri meliputi upaya internal untuk mengklarifikasi nilai atau
keinginan yang berlawanan, oleh karena itu sadar diri dan secara sadar
bekerja untuk menyelesaikan konflik segera setelah pertama kali dirasakan
adalah hal yang sangat penting bagi kesehatan mental dan fisik seorang
individu. Konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


34

memiliki nilai, tujuan, dan keyakinan yang berbeda. Seorang individu yang
memiliki konflik tersebut dapat mengalami pertentangan dalam
berkomunikasi ke atasan, bawahan, dan horizontal atau diagonal. Konflik
interkelompok terjadi antara dua atau lebih kelompok orang, departemen, atau
organisasi (Marquis dan Huston, 2003, 2012).

Berbagai konflik yang terjadi baik intrapersonal, interpersonal, maupaun


interkelompok perlu melakukan penanganan. Penanganan yang baik dalam
menyelesaikan konflik adalah menciptakan penyelesaian menang-menang
(win-win solution) untuk semua pihak yang terkait. Seorang pemimpin
memerlukan strategi yang baik dalam menangani konflik. Strategi
penanganan konflik melalui berkompromi, berkompetisi, bekerjasama/
mengakomodasi, smoothing/melancarkan, menghindari, dan berkolaborasi
(Marquis dan Huston, 2003, 2012).

e. Fungsi Pengawasan atau Pengendalian (controlling)


Pengawasan atau pengendalian mempunyai fungsi yang sangat besar dalam
manajemen keperawatan. Pengawasan atau pengendalian merupakan suatu
bentuk koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan organisasi mulai
dari perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan, pelaporan,
penggunaan berbagai sumber-sumber yang digunakan untuk mengamati
tercapainya visi atau misi sebuah instansi (Swanburg, 2000). Fungsi
pengendalian manajemen mencakup evaluasi secara periodik filosofi, misi,
tujuan umum, tujuan khusus organisasi atau program tersebut; pengukuran
kinerja secara individu dan kelompok menggunakan standar yang telah
ditentukan sebelumnya; pemantauan biaya yang dikeluarkan dan penggunaan
persediaan; dan memeriksa tujuan serta hasil akhir (Marquis dan Huston,
2003, 2012).

Pengukuran kualitas pelayanan merupakan hal yang kompleks sehingga


diperlukan penggunaan proses secara spesifik dan sistematis yang dapat
dilihat secara sederhana menjadi tiga langkah dasar yaitu kriteria atau standar

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


35

telah ditentukan, informasi dikumpulkan untuk menentukan apakah standar


telah tercapai, dan tindakan edukasi atau korektif dilakukan jika kriteria tidak
tercapai (Marquis dan Huston, 2003, 2012). Elemen lain yang terdapat pada
pengendalian yaitu penilaian kinerja atau performance evaluation (Marquis
dan Huston, 2003, 2012). Penilaian kinerja berarti penilaian seberapa baik
pegawai atau anggota dalam melakukan pekerjaan yang diuraikan dalam
deskripsi pekerjaan. Penilaian kinerja juga memberikan informasi untuk
penyesuaian gaji, promosi, transfer, tindakan disiplin, dan terminasi.
Penilaian kinerja merupakan salah satu alat terbaik yang dimiliki organisasi
untuk mengembangkan dan memotivasi staf dan jika digunakan secara benar
penilaian kinerja dapat memotivasi dan meningkatkan retensi dan kinerja staf.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian atau pengawasan sumber


daya manusia (SDM) perkesmas di Puskesmas Wilayah Jakarta Barat
sebanyak 52,1% baik dan juga menunjukkan ada hubungan pengendalian atau
pengawasan SDM dengan pelaksanaan perkesmas (Ratnasari, Setyowati, dan
Kuntarti, 2012).

2.4. Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan yang efektif adalah suatu rangkaian langkah terpadu yang
seksama dengan melakukan persiapan dan perencanaan sebelum pelaksanaan
(Gillies, 1994). Asuhan keperawatan komunitas menggunakan keluarga sebagai
titik masuk. Keluarga sebagai subsistem komunitas. Teori dan model yang
digunakan adalah family center nursing (FCN) dan community as partner (CAP).

2.4.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
kedekatan emosional satu sama lain (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).
Maglaya dkk. (2009) menjelaskan bahwa keluarga merupakan dua atau lebih
individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan darah,
perkawinan atau adopsi yang saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai
peranan masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaannya.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


36

Pendapat lain juga menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih
individu yang saling ketergantungan emosional, fisik, dan dukungan secara
ekonomi antara yang satu dengan yang lainnya (Hanson, Gedaly-Duff, dan
Kaakinen, 2005; Kaakinen, Gedaly-Duff, Coehlo, dan Hanson, 2010).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah kumpulan individu dua orang atau lebih yang mempunyai ikatan secara
biologis, sosial ekonomi, dan psikososial.

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga pada keluarga lansia dengan diabetes


mellitus menggunakan family center nursing sebagai berikut:

2.4.2.1. Pengkajian
Model pengkajian keluarga menggunakan Friedman yang merupakan pendekatan
terpadu dengan teori sistem secara umum, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga (tipe keluarga, riwayat perkembangan keluarga, tahap perkembangan
keluarga, tugas perkembangan keluarga), lingkungan tempat tinggal, struktur
keluarga, fungsi keluarga, serta stres dan mekanisme koping keluarga (Friedman,
Bowden, dan Jones, 2003).
a. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Meliputi tahap perkembangan keluarga saat ini yang ditentukan berdasarkan
usia anak tertua, tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi yang
dapat menjadi sumber stres bagi lansia dan keluarga, riwayat kesehatan
keluarga inti, riwayat kesehatan sebelumnya termasuk riwayat kesehatan
masing masing anggota keluarga.
b. Lingkungan
Ditujukan pada lingkungan rumah dan lingkungan sekitar. Dilakukan untuk
mengidentifikasi keadaan lingkungan yang dapat menimbulkan masalah
kesehatan baik fisik maupun emosional yang dapat mempengaruhi masalah
diabetes mellitus antara lain meliputi kebisingan, keamanan dan lain lain.
c. Struktur Keluarga
Meliputi pola komunikasi keluarga yaitu bagaimana cara berkomunikasi antar
anggota keluarga, peran dari masing masing anggota keluarga, struktur

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


37

kekuatan keluarga yang dapat mempengaruhi anggota keluarga untuk


merubah perilaku yang berhubungan dengan pencegahan diabetes mellitus
d. Fungsi Keluarga
Meliputi fungsi afektif yang memberikan gambaran hubungan psikososial
dalam keluarga dan dukungan anggota keluarga pada lansia dengan diabetes
mellitus; dan fungsi perawatan kesehatan keluarga praktik diet keluarga,
kebiasaan tidur dan istirahat keluarga, praktik aktivitas fisik dan rekreasi,
praktik penggunaan obat, penggunaan terapi komplementer.
e. Stres dan mekanisme koping
Meliputi stresor jangka pendek dan jangka panjang yang dialami lansia
dengan diabetes mellitus dan keluarga, kemampuan lansia dan keluarga
berespon terhadap stresor, strategi koping yang digunakan ketika menghadapi
masalah. Koping yang dilakukan lansia dan keluarga merupakan upaya untuk
beradaptasi terhadap stimulus yang mengharuskan sistem keluarga merubah
perilakunya. Pelaksanaan adaptasi, keluarga dan unsur-unsur didalamnya
akan menerapkan koping individu dan koping keluarga yang saling
mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai keseimbangan keluarga.

2.4.1.2.Diagnosis Keperawatan Keluarga


Diagnosis keperawatan keluarga merupakan pengembangan dari diagnosis
keperawatan ke sistem dan subsistem keluarga serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga mencakup masalah kesehatan
aktual, risiko atau ancaman kesehatan, dan sejahtera (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003; Maglaya dkk., 2009). Diagnosis keperawatan yang telah didapat
dilanjutkan dengan membuat prioritas dan proses pembuatan prioritas
menggunakan perhitungan tertentu yang dapat dilihat pada lampiran (lampiran 2).

2.4.1.3. Rencana Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga merupakan bentuk asuhan keperawatan yang
dirancang secara sistematis untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk
memelihara kesehatan dan atau mengelola masalah kesehatan melalui tujuan
umum dan khusus keperawatan, kriteria evaluasi, dan standar (Maglaya dkk.,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


38

2009). Penentuan rencana keperawatan keluarga dilakukan dengan melibatkan


keluarga lansia dengan diabetes mellitus (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

Pembuatan rencana dengan menetapkan tujuan bersama dengan keluarga.


Penyusunan tujuan yang jelas, spesifik dan dapat diterima oleh keluarga dalam
mengatasi masalah diabetes mellitus. Pembuatan tujua mencakup jangka panjang
dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek diperlukan agar lebih spesifik,
langsung dan terukur. Tujuan jangka pendek dibuat untuk memotivasi dan
memberikan keyakinan kepada keluarga dan individu lansia dengan diabetes
mellitus telah membuat kemajuan dan untuk menuntun keluarga ke tujuan yang
lebih luas dan lebih komprehensif (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Maglaya
dkk., 2009).

Tujuan jangka pendek mencakup peningkatan kemampuan keluarga dalam


mengenal masalah diabetes mellitus, membuat keputusan untuk mengatasi
masalah diabetes mellitus, melakukan tindakan perawatan pada lansia dengan
diabetes mellitus, memodifikasi lingkungan terhadap lansia dengan diabetes
mellitus, dan menggunakan fasilitas kesehatan pada lansia dengan diabetes
mellitus. Penentuan evaluasi terhadap rencana keperawatan dengan kriteria atau
indikator yang pengetahuan (kognitif), psikomotor (keterampilan), dan afektif
atau sikap yang terdiri dari emosi, perasaan, dan nilai (Maglaya dkk., 2009).

2.4.1.4. Implementasi Keperawatan Keluarga


Implementasi keperawatan didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan perawat
untuk pasien dan keluarga dengan tujuan membantu pasien dan keluarga
meningkatkan, mengoreksi, dan menyesuaikan kondisi fisik, emosi, psikososial,
spiritual, dan lingkungan sebagai alasan mencari bantuan (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003). Implementasi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan hasil
pengkajian, diagnosis keperawatan, dan perencanaan keluarga dengan
memperhatikan prioritas. Implementasi yang diberikan kepada keluarga
mencakup tiga domain yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif (Friedman,
Bowden, dan Jones, 2003). Strategi intervensi dalam keperawatan keluarga

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


39

mencakup pendidikan kesehatan, konseling, melakukan kontrak, manajemen


kasus, kolaborasi, dan konsultasi (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

2.4.1.5. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Evaluasi merupakan proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dari proses
lainnya. Evaluasi keperawatan berdasarkan seberapa besar efektifitas intervensi
yang dilakukan oleh keluarga dan perawat dan intervensi yang diberikan telah
sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).
Apabila tujuan tidak tercapai maka perlu dilakukan analisa alasan yang dapat
diidentifikasi seperti keadekuatan hasil pengkajian, tujuan umum dan tujuan
khusus yang tidak realistik, sumber yang dimiliki keluarga tidak fokus pada
kebutuhan yang menjadi prioritas; atau keluarga kehilangan dukungan baik
internal maupun eksternal (Maglaya dkk., 2009), sehingga evaluasi keperawatan
keluarga dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan hingga dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi di dalam keluarga (Friedman, Bowden, dan
Jones, 2003).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


40

Modifikasi langkah-langkah dalam proses asuhan keperawatan individu dan


keluarga lansia dengan diabetes mellitus ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Pengkajian individu
Pengkajian keluarga:
anggota keluarga:
- Identifikasi data sosial budaya dan
- Mental
lingkungan
- Fisik
- Struktur
- Emosi
- Fungsi
- Sosial
- Stres dan strategi koping keluarga
- Spiritual

Identifikasi keluarga, subsistem keluarga,


masalah kesehatan individu:
(Diagnosa Keperawatan)

Rencana Keperawatan:
- Menyusun tujuan, identifikasi sumber-sumber,
definisikan pendekatan alternatif, pilih intervensi
keperawatan, susun prioritas
- Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan untuk mengatasi masalah,
melakukan tindakan perawatan, memodifikasi
lingkungan, dan menggunakan fasilitas kesehatan
terhadap lansia dengan diabetes mellitus

Implementasi:
Mengimplementasikan rencana

Evaluasi keperawatan

Gambar 2.1 Modifikasi langkah-langkah dalam proses keperawatan individu


dan keluarga lansia dengan diabetes mellitus (Friedman, Bowden, dan Jones,
2003; Maglaya dkk., 2009)

2.4.1.6. Tingkat Kemandirian Keluarga


Kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan masyarakat dibagi
dalam empat tingkatan (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Maglaya dkk.,
2009; KepMenKes RI No 279/MENKES/SK/IV/2006) yaitu:
a. Keluarga mandiri tingkat pertama (KM – I) mempunyai kriteria:
1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


41

2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana


keperawatan

b. Keluarga mandiri tingkat kedua (KM – II) mempunyai kriteria:


1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran

c. Keluarga mandiri tingkat ketiga (KM – III) mempunyai kriteria:


1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5) Melakukan pencegahan secara aktif
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
7) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran

d. Keluarga mandiri tingkat keempat (KM – IV) mempunyai kriteria:


1) Menerima petugas perawatan kesehatan masyarakat
2) Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan rencana
keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan
5) Melakukan pencegahan secara aktif
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
7) Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
8) Melakukan tindakan promotif secara aktif

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


42

2.4.1.7. Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga


Tugas perawatan kesehatan keluarga meliputi (Friedman, Bowden, dan Jones,
2003; Maglaya dkk., 2009; Miller, 2012): 1). Kemampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan pada lansia dengan diabetes mellitus; 2). Kemampuan keluarga
membuat keputusan untuk mengatasi masalah pada lansia dengan diabetes
mellitus; 3). Kemampuan keluarga melakukan tindakan perawatan pada lansia
dengan diabetes mellitus; 4). Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
terhadap lansia dengan diabetes mellitus; dan 5). Kemampuan keluarga
menggunakan fasilitas kesehatan terhadap lansia dengan diabetes mellitus.

2.4.2. Asuhan Keperawatan Komunitas


Asuhan keperawatan komunitas menggunakan pengkajian model Community as
Partner. Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu praktik keperawatan
yang dilakukan oleh perawat profesional yang telah memperoleh pendidikan
proses keperawatan berdasarkan populasi dan klien sebagai kelompok salah
satunya ialah lansia dengan diabetes mellitus (Anderson dan McFarlane, 2011).
Kelompok adalah suatu massa atau kelompok individu yang berbeda dan
dianggap sebagai satu kesatuan dan saling terkait secara bebas antara satu sama
lain seperti halnya kelompok lansia dengan diabetes mellitus (Allender, Rector,
dan Warner, 2010). Fokus kelompok yang menjadi perhatian atau ciri khas praktik
keperawatan komunitas (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Allender dan
Spradley, 2004).

Asuhan keperawatan komunitas mencakup pengkajian, analisis dan diagnosa,


rencana, implementasi, dan evaluasi (Anderson dan McFarlane, 2011).

2.4.2.2. Pengkajian Keperawatan Komunitas


Pengkajian keperawatan komunitas menggunakan model Community as Partner
mempunyai dua komponen utama yaitu core (inti komunitas) dan delapan
subsistem dari masyarakat atau komunitas (Anderson dan McFarlane, 2011).
Pengkajian model Community as Partner dapat terlihat dari gambar berikut:

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


43

Gambar 2.2 Model Community As Partner


Sumber: Community As Partner: Theory and Practice in Nursing.
Anderson, Elizabeth T and McFarlane, Judith, 2011, Lippincott

a. Inti Komunitas
Inti komunitas mencakup demografi, angka-angka statistik, nilai dan
kepercayaan kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Demogafi mencakup
pengetahuan umur, jenis kelamin, dan suku dari lansia yang mengalami
diabetes mellitus; angka statistik mencakup angka kematian akibat kasus
diabetes mellitus (Ervin, 2002); nilai dan kepercayaan terkait praktik
keagamaan yang berkaitan dengan perawatan lansia dengan diabetes mellitus.

b. Subsistem
1) Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik yang dimaksudkan adalah lingkungan rumah yang
dihuni oleh lansia dan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


44

berupa situasi tempat tinggal lansia yang dapat mempengaruhi masalah


diabetes mellitus seperti tingkat kebisingan di sekitar rumah dan suasana
rumah yang kondusif.
2) Pelayanan Kesehatan dan Sosial
Ketersedian posbindu bagi lansia, adanya kelompok pendukung bagi
lansia yang mengalami diabetes mellitus serta sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan posbindu dan kelompok pendukung diabetes
mellitus pada lansia. Penyediaan pelayanan kesehatan seperti pendidikan
kesehatan terkait diabetes mellitus termasuk pola makan, akitivitas dan
manajemen stres, pemeriksaan tekanan darah pada lansia, selain itu juga
pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
3) Ekonomi
Ekonomi terkait alokasi dana dan pemanfaatannya untuk pemenuhan
kesehatan lansia dengan diabetes mellitus, dan pekerjaan lansia.
4) Komunikasi
Media yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang masalah
diabetes mellitus.
5) Pendidikan
Pendidikan formal atau pun informal yang terdapat di masyarakat.
6) Rekreasi
Fasilitas rekreasi yang terdapat di wilayah setempat yang dapat
digunakan oleh lansia dan kegiatan rekreasi bagi lansia untuk
meningkatkan kesehatan lansia dengan diabetes mellitus.

2.4.2.3. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Diagnosa keperawatan dibuat setelah dilakukan pengkajian dan analisis data yang
mengancam masyarakat dan reaksi yang timbul pada masyarakat. Hasil analisis
tersebut kemudian disusun diagnosa keperawatan yang mengandung tiga
komponen yaitu yang pertama menggambarkan masalah kesehatan, respon, atau
situasi yang terdapat di dalam masyarakat, kedua mengidentifikasi etiologi yang
berkaitan dengan masalah, dan ketiga ialah sign atau symptom yang merupakan
karakteristik masalah (Anderson dan McFarlane, 2000).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


45

2.4.2.4. Rencana Keperawatan Komunitas


Tahap ketiga dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan rencana
tindakan untuk membantu masyarakat dalam upaya promotif, preventif, primer,
sekunder, dan tersier. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah
menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah
ditetapkan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Saat menentukan tahap
berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka ada dua faktor yang
mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat
masalah dan sumber/potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.

Strategi yang digunakan mencakup proses kelompok, pendidikan kesehatan dan


kerjasama serta mendemontrasikan keterlibatan dalam asuhan keperawatan untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan
yang dihadapi diperlukan pengorganisasian komunitas yang dirancang untuk
mengembangkan masyarakat berdasarkan sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki serta mampu mengurangi hambatan yang ada. Selain itu untuk
menumbuhkan kondisi, kemajuan sosial dan ekonomi masyarakat dengan
partisipasi aktif masyarakat dan dengan penuh percaya diri dalam memecahkan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.

2.4.2.5. Implementasi Keperawatan Komunitas


Implementasi merupakan fase melakukan tindakan dalam proses keperawatan dan
implementasi adalah menempatkan rencana pada tindakan (Allender, Rector, dan
Warner, 2010). Implementasi keperawatan dilakukan dengan mempersiapkan
waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan, menyiapkan dana yang diperlukan,
bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar komunitas yang diperlukan,
merekrut relawan masyarakat tambahan yang diperlukan untuk implementasi
rencana kegiatan, dan benar-benar menempatkan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat pada tahap perencanaan (Allender,
Rector, dan Warner, 2010).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


46

Praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat pencegahan yaitu


(Allender, Rector, dan Warner, 2010; Anderson dan McFarlane, 2011):
a. Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh penyuluhan kesehatan tentang
diabetes mellitus, diet rendah gula dan lemak, dan penyluhan kesehatan
tentang diabetes mellitus di dalam keluarga.
b. Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan pada kelompok lansia dan ditemukan masalah
kesehatan seperti masalah diabetes mellitus. Pencegahan sekunder
menekankan pada diagnosa dini dan tindakan untuk menghambat proses
penyakit diabetes mellitus, seperti mengkaji tekanan darah lansia,
mengidentifikasi faktor risiko yang dapat menimbulkan diabetes mellitus,
memotivasi lansia untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah, memotivasi
keluarga untuk menganjurkan lansia untuk melakukan pemeriksaan ke tenaga
kesehatan.
c. Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian individu
pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan keluarga,
seperti membantu keluarga yang mempunyai lansia dengan diabetes mellitus
untuk melakukan pemeriksaan secara teratur ke posbindu.

2.4.2.6. Evaluasi Keperawatan Komunitas


Evaluasi merupakan peralatan terhadap program yang telah dilaksanakan
dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar untuk memodifikasi
rencana berikutnya. Evaluasi yang dilakukan dengan menggunakan konsep
evaluasi struktur, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Sedangkan fokus dari
evaluasi hasil sedangkan fokus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah (Anderson dan McFarlane, 2011):
a. Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


47

b. Perkembangan atau kemajuan proses kesesuaian dengan perencanaan, peran


staf atau pelaksanaan, peran alat atau pelaksana tindakan, fasilitas dan jumlah
peserta.
c. Efesiensi biaya: melakukan evaluasi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan terapi relaksasi “BEBAS DM” (Marquis dan Huston, 2012;
Snyder dan Lindquist, 2010).
d. Efektifitas kerja: melakukan evaluasi pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM”
terhadap terjadi penurunan tekanan darah dan kepuasan kelompok lansia
dengan diabetes mellitus (Snyder dan Lindquist, 2010).
e. Dampak: mengevaluasi status kesehatan kelompok lansia dengan diabetes
mellitus meningkat setelah dilaksanakan tindakan terapi relaksasi “BEBAS
DM”, perubahan yang terjadi dalam 6 bulan seperti tekanan darah menjadi
stabil dan dalam kondisi yang normal bagi lansia (Snyder dan Lindquist,
2010).

2.4.2.7. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


Keperawatan kesehatan komunitas dapat menggunakan strategi intervensi berupa
pendidikan kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kolaborasi, kemitraan, dan
proses kelompok, dan negosiasi (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Anderson
dan McFarlane, 2011; Friedman, Bowden, dan Jones, 2003; Helvie, 1998;
Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999). Keperawatan kesehatan komunitas juga
dapat memberikan keuntungan dalam promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit; bekerja, belajar dan penyediaan pelayanan pada sepanjang rentang
kehidupan; mengembangkan kapasitas masyarakat (capacity building) untuk
kesehatan; bekerja dengan bermitra, pemberdayaan masyarakat, berkoalisi
(bergabung), dan pembuat kebijakan untuk mempromosikan lingkungan yang
lebih sehat (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Anderson dan McFarlane, 2011).

Strategi intervensi yang pertama adalah pendidikan kesehatan atau promosi


kesehatan. Promosi kesehatan adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan potensi kesehatan manusia
(Pander, Murdaugh, dan Parsons, 2006 dalam Allender, Rector, dan Warner,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


48

2010; Hitchcock, Schubert, dan Thomas, 1999). Strategi pendidikan kesehatan


merupakan suatu proses yang memfasilitasi pembelajaran yang mendukung
perilaku sehat dan mengubah perilaku tidak sehat (Friedman, Bowden, dan Jones,
2003). Strategi yang kedua yaitu pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah
proses membantu masyarakat untuk bersama-sama mengekspresikan nilai dan ide
untuk orang lain di komunitas (Bernstein, dkk.; Weis, Schank, dan Matheus dalam
Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pendapat lain tentang pemberdayaan adalah
proses pengembangan pengetahuan dan keterampilan yang meningkatkan
kemampuan seseorang atas keputusan-keputusan mempengaruhi orang lain
khususnya lansia dengan diabetes mellitus (Helvie, 1998). Pemberdayaan juga
merupakan proses yang memungkinkan orang untuk memilih, mengendalikan,
dan membuat keputusan tentang kehidupannya dengan rasa saling menghargai
terhadap semua yang terlibat (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

Strategi yang ketiga yaitu kolaborasi didefinisikan sebagai suatu proses berbagi
perencanaan dan tindakan secara berkelanjutan yang disertai tanggung jawab
bersama terhadap hasil (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Kolaborasi juga
adalah interaksi yang terarah antara perawat, klien, atau profesional lainnya dan
anggota masyarakat berdasarkan nilai-nilai bersama, saling partisipasi dan usaha
bersama (Allender, Rector, dan Warner, 2010). Teknik yang digunakan dalam
kolaborasi adalah penyelesaian masalah (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).
Strategi yang keempat yaitu kemitraan (partnership) adalah perjanjian antara
orang-orang (dan lembaga) yang mendukung tujuan bersama (Zahner, Kaiser, dan
Kapelke-Dale, 2005 dalam Allender, Rector, dan Warner, 2010). Pendapat lain
terkait partnership adalah suatu strategi negosiasi membagi kekuasaan antara
tenaga kesehatan profesional dengan individu, keluarga, dan/atau rekan komunitas
yang mempunyai tujuan saling menguntungkan untuk meningkatkan kemampuan
individu, keluarga dan mitra masyarakat untuk melakukan kepentingan sendiri
secara efektif (Helvie, 1998).

Strategi yang kelima yaitu proses kelompok (group process). Aspek penting dari
komunikasi dalam keperawatan komunitas termasuk kerja dengan kelompok

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


49

masyarakat dan perawat komunitas juga berkerja dengan kelompok dengan sering
mengajar, mengumpulkan pengkajian masyarakat, evaluasi data, dan
memfasilitasi kelompok pendukung. Penerapan atau aplikasi dari keterampilan
proses kelompok akan memudahkan tugas dari kelompok pendukung atau support
group (Helvie, 1998). Strategi yang keenam yaitu negosiasi adalah suatu upaya
yang dilakukan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat tentang isu-isu atau
masalah yang spesifik (Helvie, 1998). Kemampuan berkomunikasi dengan baik
dan jelas serta bernegosiasi secara efektif merupakan keterampilan interpersonal
untuk keberhasilan suatu kolaborasi (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

2.5. Peran Perawat Komunitas Pada Kelompok Lansia Dengan Diabetes


Mellitus
Peran perawat komunitas terdiri dari pelaksana, edukator, advokasi, manajer,
kolaborator, leader/pemimpin, dan peneliti (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Peran perawat komunitas sebagai
pelaksana, perawat memberikan pelayanan keperawatan dalam bentuk asuhan
keperawatan tidak hanya individu dan keluarga tetapi juga kelompok dan populasi
lansia yang mengalami diabetes mellitus (Allender, Rector, dan Warner, 2010).
Perawat melakukan pengkajian secara kolektif dan memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan kelompok lansia dengan diabetes mellitus
(Allender, Rector, dan Warner, 2010). Perawat juga melakukan kunjungan
terhadap kelompok lansia dengan diabetes mellitus di wilayah masing-masing
serta memberikan pelayanan keperawatan di puskesmas dan posbindu yang
terdapat pada wilayah setempat (Allender, Rector, dan Warner, 2010).

Perawat melakukan kunjungan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada


individu, keluarga maupun kelompok atau masyarakat (kelompok pendukung
diabetes mellitus) tentang masalah diabetes mellitus, pencegahan dan penanganan
diabetes mellitus mencakup diet rendah gula dan kolesterol, olahraga teratur
sesuai dengan kemampuan lansia, dan manajemen stres dengan melakukan
relaksasi “BEBAS DM”, peran perawat komunitas sebagai edukator. Pemberian
informasi kesehatan yang benar dapat meningkatkan pengetahuan keluarga

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


50

tentang diabetes mellitus. Selain itu, perawat bertindak sebagai konsultan masalah
diabetes mellitus dan penanganannya bagi individu, keluarga, maupun kelompok
atau masyarakat (Allender, Rector, dan Warner, 2010).

Perawat melakukan koordinasi dengan kader dan keluarga dalam memfasilitasi


lansia dengan diabetes mellitus untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan lansia seperti mengikutsertakan lansia dalam kegiatan
posbindu, mengikutsertakan lansia dalam kegiatan kelompok lansia seperti
penyuluhan kesehatan tentang diabetes mellitus dan pelaksanaan terapi
komplementer maupun modalitas serta menganjurkan atau merujuk lansia untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan ke puskesmas atau rumah sakit yang tersedia
serta memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan sumber-sumber komunitas yang
sesuai yang dapat memberikan keluarga informasi kesehatan yang sesuai, peran
perawat komunitas sebagai advocator (Allender, Rector, dan Warner, 2010;
Friedman, Bowden, dan Jones, 2003). Perawat juga mengoptimalkan kemandirian
lansia dalam mengatasi masalah diabetes mellitus dan kelompok pendukung
diabetes mellitus untuk memberikan dukungan bagi lansia dengan diabetes
mellitus untuk mengatasi masalah diabetes mellitus dengan melakukan kegiatan
relaksasi “BEBAS DM” (Maglaya, dkk., 2009).

Perawat menilai secara langsung kebutuhan masyarakat untuk mencapai


kesehatan yang optimal dengan menjalankan fungsi manajemen yaitu perencanaan
dan pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan evaluasi kemajuan untuk
mengetahui rencana yang telah dicapai sudah berjalan dengan lancar atau tidak
serta mencapai tujuan yang ingin diinginkan untuk meningkatkan kesehatan
kelompok lansia dengan diabetes mellitus, peran perawat komunitas sebagai
manajer (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Marquis dan Huston, 2012).

Peran perawat komunitas sebagai kolaborator, perawat melakukan kerja sama


lintas sektoral dengan berbagai pihak termasuk klien, perawat lain, tenaga
kesehatan lain, aparat setempat mencakup ketua RW dan RT, kader (Allender,
Rector, dan Warner, 2010). Kerja sama yang dibangun dalam tim bersifat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


51

kemitraan. Perawat dalam menjalankan peran sebagai kolaborator perlu


menyiapkan kemampuan diri dalam berkomunikasi, melakukan interpretasi, dan
bertindak secara asertif dengan mitra kerja untuk bersama-sama melakukan
penanganan masalah diabetes mellitus pada lansia (Allender, Rector, dan Warner,
2010).

Peran perawat komunitas sebagai leader, perawat berfokus pada kemampuan


mempengaruhi masyarakat untuk berubah dan menjadi agen pembawa perubahan
bagi lansia dengan diabetes mellitus ke arah hidup yang lebih sehat (Allender,
Rector, dan Warner, 2010). Perawat mengamati hal positif yang dapat
mempengaruhi dan berkontribusi terhadap kesehatan lansia dengan diabetes
mellitus, seperti melakukan relaksasi “BEBAS DM”, membentuk kelompok
swabantu (kelompok terapi terdiri dari lansia dan keluarga), membentuk
kelompok pendukung (kelompok pendukung diabetes mellitus). Perawat
komunitas juga mempengaruhi anggota dan keluarga dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada lansia dengan diabetes mellitus dengan menciptakan
lingkungan yang kondusif di dalam keluarga agar tercapai rasa nyaman bagi
lansia dengan diabetes mellitus (Allender, Rector, dan Warner, 2010).

Peran perawat komunitas sebagai peneliti adalah melakukan identifikasi,


mengumpulkan dan menganalisis data masalah diabetes mellitus secara sistematis
unutk mencari solusi dan meningkatkan praktik keperawatan komunitas dalam
penanganan masalah pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus (Allender,
Rector, dan Warner, 2010). Perawat komunitas melakukan praktik keperawatan
berdasarkan evidence dari literature dan hasil penelitian keperawatan komunitas
yang sesuai untuk mengatasi masalah diabetes mellitus pada lansia (Allender,
Rector, dan Warner, 2010).

Menurut Danielson dkk. (1993) dalam Friedman (2003), peran perawat


komunitas yang lain sebagai agen perubahan dengan mempromosikan perubahan,
mengundang perubahan dari kondisi bermasalah hingga mencapai keluarga
sejahtera. Perawat komunitas membuat perubahan melalui pengembangan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


52

program inovasi pengendalian DM pada lansia dengan perubahan persepsi


terhadap masalah, struktur, konteks, dan tujuan pengembangan terapi..

2.6. Teori Dan Model Yang Melandasi Program LANSET DM


2.6.1. Model Precede-Proceed
Model precede-proceed menurut Green dan Kreuter (1991) terdiri dari 9 fase,
dimana PRECEDE terdiri dari 5 fase pertama yaitu social diagnosis,
epidemiological diagnosis, behavioral and environtmental diagnosis, educational
and organizational diagnosis, dan administrative and policy diagnosis.
Sedangkan PROCEED terdiri dari 4 fase tambahan yaitu implementasi, proses
evaluasi, evaluasi dampak, dan evaluasi hasil.

Sembilan fase model Precede-Proceed (Green dan Kreuter, 1991) tersebut, yaitu :
2.6.1.1.Social diagnosis
Mencakup pengkajian tentang kualitas hidup komunitas setempat baik secara
subjektif maupun objektif misalnya tentang populasi (demografi) kesejahteraan,
pekerjaan, pengangguran, kekerasan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk,
tingkat kejahatan, perumahan, pelayanan sosial, diskriminasi, isolasi dan
sebagainya terutama yang terkait langsung dengan masalah kesehatan yang ada.

2.6.1.2.Epidemiological diagnosis
Di antara pengkajian sosial dan epidemiologi terdapat korelasi dimana masalah
sosial dapat menyebabkan masalah kesehatan dan sebaliknya masalah kesehatan
dapat menyebabkan masalah sosial. Ada dua pendekatan dalam pengkajian sosial
dan epidemiologi. Pendekatan reduksionis yaitu dengan menelusuri masalah
epidemiologi dari masalah- masalah sosial yang ada di komunitas serta
pendekatan ekspansionis yaitu dengan mengidentifikasi masalah kesehatan yang
ada di komunitas dan kemudian mengkaji masalah-masalah sosial yang timbul.
Data mencakup tentang status kesehatan komunitas secara spesifik terkait masalah
kesehatan yang ada, statistik vital (morbiditas, mortalitas, fertilitas; disabilitas)
meliputi insidensi, prevalensi, distribusi, intensitas dan durasi.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


53

2.6.1.3.Behavioral and environmental diagnosis


Mengkaji domain perilaku dan lingkungan di komunitas yang berkontribusi
menyebabkan masalah kesehatan spesifik yang terjadi, meliputi gaya hidup, pola
konsumsi (misal nutrisi, rokok, alkohol dsb.), tindakan pencegahan masalah
kesehatan atau penyakit (pengendalian berat badan, olahraga teratur, menghindari
stress, latihan relaksasi, check up kadar gula darah rutin dsb.), pemenuhan
kebutuhan perawatan diri dari aspek frekuensi, kualitas; lingkungan yang rawan
bencana, lingkungan suhu ekstrim, lingkungan yang kotor dan sebagainya.

2.6.1.4.Educational and organizational diagnosis


Mencakup pengkajian tentang faktor predisposisi meliputi; pengetahuan mengenai
kesehatan, kepercayaan terhadap kesehatan (upaya promosi, pencegahan,
pengobatan, rehabilitasi), nilai tentang kesehatan, sikap terhadap kesehatan secara
spesifik terkait masalah kesehatan yang terjadi. Faktor enabling meliputi;
ketrampilan kesehatan dan sumber (dukungan/ rujukan sosial dan kesehatan) di
komunitas (aksesibilitas/ keterjangkauan dari aspek biaya, jarak, transpostasi,
waktu pelayanan). Faktor reinforcing meliputi; dukungan, reward dan punishment
dari pihak yang berpengaruh di komunitas misal aparat, tokoh, perilaku tenaga
kesehatan dsb.

2.6.1.5.Administrative and policy diagnosis


Mencakup identifikasi tentang sumber daya manusia, sumber dana, program kerja
kesehatan yang ada di dalam organisasi setempat dan organisasi lain yang
berpengaruh terhadap pelaksanaan program.

2.6.1.6.Implementasi program
Pelaksanaan intervensi yang diidentifikasi dari 5 fase pertama pada tahap Precede.
Catatan perkembangan meliputi kolom diagnosis keperawatan, tanggal dan jam,
implementasi, evaluasi formatif untuk menilai perubahan pada aspek knowledge
dan skill yang terjadi segera pada komunitas setelah tindakan dilakukan
sebelumnya, respon komunitas, faktor pendukung dan penghambat terlaksananya
kegiatan serta nama dan tanda tangan.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


54

2.6.1.7.Proses Evaluasi
Melakukan evaluasi terhadap proses pelaksanaan intervensi.

2.6.1.8.Evaluasi Dampak
Dilaksanakan pada (menjelang) akhir PBL, evaluasi dampak merujuk pada
dampak yang terjadi pada komunitas pada aspek behavioral dan environmental,
aspek edukasional dan organisasional serta aspek administrasi dan kebijakan
terkait masalah kesehatan spesifik yang terjadi. Evaluasi ini mengevaluasi dampak
dari intervensi pada faktor-faktor pendukung perilaku, dan perilaku itu sendiri.

2.6.1.9.Evaluasi Hasil
Pada akhir program dilakukan evaluasi hasil yang mencakup perubahan aspek
sosial (kualitas hidup) dan aspek epidemiologi (kesehatan) komunitas setelah
dilaksanakan program. Evaluasi ini menentukan efek akhir dari intervensi pada
kesehatan dan kualitas hidup penduduk.

Model precede proceed untuk promosi kesehatan dapat dilihat dari gambar
dibawah ini.

Gambar 2.3 Model precede proceed (Green dan Kreuter, 1991)


Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


55

Penggunaan model Precede-Proceed ini dapat mendorong dan memfasilitasi


perencanaan yang lebih sistematis dan komprehensif terhadap program kesehatan
masyarakat. Kadang-kadang praktisi dan peneliti berusaha untuk mengatasi
masalah kesehatan tertentu dan kualitas hidup masyarakat tanpa mengetahui
apakah masyarakat menganggap tersebut perlu diatasi. Seringkali mereka memilih
intervensi yang menurut mereka nyaman digunakan daripada mencari intervensi
yang paling tepat untuk populasi tersebut. Perlu menjadi perhatian bahwa setiap
populasi memiliki karakteristik, nilai, perilaku dan prioritas masalah sendiri,
sehingga intervensi yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan
populasi. Oleh karena itu model Precede-Proceed dimulai dengan melibatkan
kepentingan masyarakat dalam proses identifikasi kesehatan yang paling
dibutuhkan dan masalah kualitas hidup mereka.

Berdasarkan cara ini, intervensi dapat dirancang bukan berdasarkan pada


spekulasi, melainkan pada pemahaman yang jelas tentang faktor yang
mempengaruhi kesehatan dan masalah kualitas hidup populasi tersebut.
Harapannya, intervensi yang diberikan dapat sesuai untuk mengatasi masalah
kesehatan yang terjadi di masyarakat. Selain itu, perkembangan dari fase ke fase
dalam Precede memungkinkan praktisi untuk menetapkan prioritas dalam setiap
fase yang membantu mempersempit fokus di setiap tahap berikutnya sehingga
sampai pada suatu fokus yang didefinisikan sebagai target pemberian intervensi.
Hal ini penting, karena tidak ada program tunggal yang mampu menangani semua
faktor predisposisi, enabling, dan reinforcing untuk semua perilaku, gaya hidup,
dan lingkungan yang mempengaruhi semua masalah kualitas hidup dan kesehatan
masyarakat.

2.6.2. Model Intervensi T2DM Self Management Social Support (Diabetes


Mellitus Self Management Education and Social Support)
Model intervensi T2DM Self Management Social Support adalah suatu proyek
inovasi yang dikembangkan di Meksiko untuk mengendalikan kadar gula darah
dengan perawatan DM pada lansia. Program ini akan mengembangkan strategi
intervensi yang bisa diterapkan di masyarakat. Tujuan dari proyek inovasi ini

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


56

adalah kelanjutan dari proyek inovasi sebelumnya yang hanya dengan melakukan
pendidikan kesehatan tentang perawatan mandiri DM yang mempengaruhi
kejadian DM pada lansia. T2DM Self Management Social Support merupakan
inovasi yang sudah dilakukan di Meksiko yang efektivitas program ini sangat
bermakna hasilnya dengan efektifnya pengendalian komplikasi DM pada lansia.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif dengan wawancara dan
survei langsung terhadap kemampuan lansia, keluarga dan kelompok serta
masyarakat terhadap pengelolaan diet DM, aktifitas fisik dan manajemen stres
pada lansia DM. Komponen dalam T2DM Self Management Social Support
adalah pendidikan kesehatan tentang manajemen mandiri DM dan dukungan
sosial.

Metode yang dilakukan adalah dengan wawancara pada lansia dengan DM setelah
itu akan dilakukan survei langsung untuk melihat komponen dari T2DM Self
Management Social Support Model survei yang digunakan dengan menggunakan
lembar observasi dan pengukuran. Program T2DM Self Management Social
Support ini mempunyai beberapa indikator keberhasilan yang bisa diukur
langsung saat dilakukan survei. Hasil penerapan T2DM Self Management Social
Support menunjukkan bahwa model yang diintervensi menggunakan T2DM Self
Management Social Support mengendalikan komplikasi DM sebesar hampir
100% sedangkan untuk model yang tidak diintervensi sebesar 7,0% (McEwen,
Pasvogel, Gallegos, dan Barera, 2010).

Berdasarkan hasil jurnal kesehatan yang menunjukkan bahwa program inovasi


T2DM Self Management Social Support dapat menurunkan angka kejadian DM
pada lansia, maka penulis mencoba mengintegrasikan model tersebut agar bisa
diaplikasikan di Indonesia. Modifikasi yang akan diterapkan disini adalah
LANSET DM yaitu program gaya hidup sehat untuk lansia DM agar terkontrol
kadar gula darahnya. Inovasi untuk pengendalian kadar gula darah pada lansia
merupakan konsep T2DM Self-Management Social Support Intervention.
Program “Lansia Sehat dengan DM “ (LANSET DM) adalah suatu program

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


57

inovasi yang terdiri dari 10 langkah pengendalian DM. LANSET DM terdiri dari
lansia, keluarga dan kelompok pendukung.

Komponen lansia terdiri dari kemampuan lansia dalam self management dengan
makan sesuai diet DM, melakukan aktifitas fisik terutama senam DM dan senam
kaki secara teratur serta meminimalkan stres. Komponen keluarga yang
difokuskan adalah pengelolaan makanan atau modifikasi diet DM, pemberian
terapi relaksasi “BEBAS DM”, terapi herbal dengan daun sirih merah, perawatan
kaki, dan dukungan keluarga. Komponen kelompok pendukung (kader-kader)
sebagai pendukung terbesar yaitu pemantauan status gizi lansia, pengaturan
kebutuhan kalori lansia DM, penilaian aktifitas fisik dan olahraga serta
memanajemen stres. Kegiatan ini akan difokuskan pada RW yang mempunyai
jumlah lansia terbanyak yaitu di RW 03 dan RW 05, kedua RW ini juga sebagai
RW inovasi karena terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung untuk kegiatan
ini. Pelaksanaan kegiatan ini melalui koordinasi dan kerjasama Puskesmas
Cimanggis dan Dinas Kesehatan Kota Depok, kader Posbindu, PKK Kelurahan
Cisalak Pasar serta aktif melibatkan peran serta masyarakat.

Berikut kerangka kerja sebagai integrasi dari teori Community as Partner,


Preceed-Proceed Model dan Family Center Nursing Model dapat dilihat pada
skema pada halaman selanjutnya.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


2.1 Skema Kerangka Kerja sebagai integrasi dari teori Community as
Partner, Preceed-Proceed Model dan Family Center Nursing Model

Pada Agregate Lansia dengan DM


INPUT PROSES OUTPUT
Perencanaan
Model Intervensi IMPLEMENTASI
PENGKAJIAN - Nilai dan Keyakinan, seperti: nilai- Transportasi & keamanan
“LANSET DM”
CAP, Preceed-Proceed, FCN, nilai keluarga, pelaksanaan Ekonomi Manajemen Pelayanan Kep
kegiatan keagamaan dan - Pekerjaan, pendapatan atau (a lifestyle
Teori konsekuensi fungsional
keyakinan tentang kesehatan pengeluaran programme)
dan Manajemen 1. Perencanaan dan pembentukan
Sub sistem: - Potensi SDA - Manajemen
CORE/INTI: program
Lingkungan Fisik Komunikasi program
- Riwayat kesehatan lansia dan 2. Meningkatkan kemitraan antar
Kondisi rumah - Sumber informasi kesehatan - Level prevensi:
keluarga, seperti: penyakit lembaga terkait
Yankes dan Yansos - Pola komunikasi keluarga Primer
degeneratif 3. Pelatihan Kader Kesehatan
- Jenis yankes, Akses yankes Edukasi Sekunder
- Karakteristik lansia (jenis 4. Pembentukan peer group care
- Jamkes, Jenis yansos - Tingkat pendidikan Tersier
kelamin, usia, lama tinggal di - Akses yansos, Jamsos SPM Rekreasi
giver
wilayah tersebut, status 5. Revitalisasi posbindu
- Perencanaan: - Sarana rekreasi Strategi
perkawinan, perubahan fisik 6. Pembentukan dana sehat lansia
Visi dan misi, Biaya, Renstra serta - Tempat rekreasi
yang terjadi pada berbagai Perencanaan 7. Penyebaran KMS lansia
Alokasi sumber daya Persepsi perawat dan masyarakat E
fungsi (pencernaan, endokrin, 8. Pembuatan dan penyebaran
tentang lansia DM
kardiovaskuler, muskulo - Pengorganisasian: KPM lansia DM
- Pengetahuan tentang DM Manajemen
skeletal, psikososial), faktor Staf, Struktur organisasi, Tupoksi V
- Sikap tentang DM pelayanan kep
resiko terjadi masalah pada kerja dan Kerjasama lintas program - Motivasi untuk mengontrol gula Askep Komunitas
1. Partnership
fungsi pencernaan, endokrin, - Pengarahan: darah A
2. Bimbingan dan
kardiovaskuler, muskulo Motivasi, Pelatihan, Pendelegasian - Perilaku perawatan DM supervisi 1. PendKes pencegahan dan
skeletal, psikososial dan dan Supervisi - Modeling and role modelling : L
3. Sosialisasi/ penatalaksanaan DM
perubahan mental) Karakteristik - Pengawasan: Evaluasi perilaku dan SDM (Predisposing kampanye 2. Pemberian peer edukasi dan
INDIKA
keluarga, terkait: Kualitas dan kuantitas pelayanan, factors) media edukasi care giver U TOR
Tipe keluarga Perencanaan, pengorganisasian, (Anderson & McFarlane, 2011; Miller, 4. Pendekatan
Tahap perkembangan 3. Modeling and role modelling :
pengarahan, dan pelaksanaan serta 1995; Direktorat Bina Pelayanan wilayah perilaku dan SDM A
keluarga 5. Profesionalism
Kinerja puskesmas Keperawatan Dan Keteknisian 4. Dukungan kelompok sosial
Tugas perkembangan e dan
(4 proses manajemen) Medik, 2004; Friedman, Bowden, & (SHG, SG) S
keluarga dengan lansia kemandirian
- Screening DM Jones, 2003; Maglaya et al., 2009; 5. Penyebaran leaflet dan brosur
Struktur kekuasaan 6. Monitoring
- Dukungan masyarakat/ Ervin, 2002; Swanburg, 2000; Clark, 6. Manajemen stress dan krisis
Struktur peran 7. Evaluasi I
SHG,Support group 2002) 7. Sistem rujukan keluarga ke
Fungsi perawatan Askep puskesmas
kesehatan keluarga - Konseling
komunitas
Stres dan Koping - Rujukan pelayanan kesehatan
1. Proses
keluarga - Manajemen kasus Askep Keluarga
kelompok
Tingkat kemandirian (Reinforcing factors)
2. Partnership 1. PendKes pencegahan dan
keluarga Politik & pemerintahan 3. Pendidikan penatalaksanaan DM
(Friedman,2009) Kebijakan kesehatan lansia Diagnosis kesehatan 2. Modifikasi lingkungan psikososial
- Tanda pengabaian oleh Struktur dan program geriatri 4. Pemberdayaan 3. Modifikasi diet
keluarga Ketersediaan fasilitas dan - Masalah Manajemen masyakarakat Tterapi komplementer dan modalitas
- Statistik vital (Mortalitas lansia, sarana (posyandu, pemberi pelayanan Askep (seperti: herbal, senam DM, senam kaki,
Morbiditas lansia dan UHH) pelayanan dan jenis pelayanan) - Masalah askep Keluarga perawatan luka, dan perawatan kaki
- Suku terkait sosial budaya, Ketersediaan kelompok sosial komunitas 1. Pendidikan serta relaksasi)
Kebiasaan hidup, pola makan lansia - Masalah askep keluarga kehatan 4. Terapi keluarga
dan pola aktifitas Koordinasi dengan lembaga 2. Penggunaan 5. Pembentukan support system keluarga
(Predisposing factors) terkait, LSM media massa
Kunjungan rumah/home visit
58 3. Guidance
Universitas Indonesia
Pelaporan data kesehatan 4. Coaching
(Enabling factors) Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI,5.2013
Konseling
2.1 Skema Kerangka Kerja sebagai integrasi dari teori Community as
Partner, Preceed-Proceed Model dan Family Center Nursing Model

Pada Agregate Lansia dengan DM

OUTPUT

Indikator Proses Indikator Hasil


MANAJEMEN: MANAJEMEN:
80% lansia rutin mengikuti Posbindu Terbentuk perencanaan program
80% kader mampu mendemonstrasikan kembali Terbentuknya SG lansia dan keluarga
materi yang diajarkan 80% undangan menghadiri pembentukan SG
Jumlah kader yang hadir 80% dari yang diundang
80% kader lansia dan keluarga hadir pada pelatihan
80% lansia menyetujui adanya dana sehat dan
pelaksanaan LANSET DM (a lifestyle programme Peningkatan 2 SD pengetahuan, sikap dan perilaku kader dalam
untuk lansia) manajerial SG
KOMUNITAS dan KELUARGA: Tersusun POA SG selama 1 tahun
Jumlah keluarga dan lansia yang hadir 80% dari yang 100% POA dari SG terlaksana
diundang Setiap lansia memiliki KMS dan KPM lansia DM
80% keluarga dan lansia mampu menjawab Pelaksanaan LANSET DM (a lifestyle programme untuk lansia)
pertanyaan yang diberikan
80% keluarga dan lansia mampu mendemonstrasikan
INDIKATOR keterampilan yang diajarkan
Adanya peningkatan 5 – 10% keluarga memodifikasi Indikator Hasil
lingkungan KOMUNITAS dan KELUARGA:
80% lansia diperiksa kadar gula darah Peningkatan 2SD pengetahuan lansia tentang pengendalian DM
Lebih dari 80% lansia mengikuti modifikasi diet, terapi Peningkatan 2 SD pengetahuan dan kemampuan kader tentang
komplementer, dan modalitas (seperti: senam DM pengendalian DM
dan senam kaki), perawatan kaki serta perawatan 80% kader mampu melakukan deteksi kasus dan menggunakan KPM
luka LANSET DM
100% lansia setuju pembentukan SHG/SG
Peningkatan 2SD tingkat kemandirian keluarga dalam pengendalian
Setiap lansia bercerita pengalamannya masing-
masing DM
Setiap keluarga bersedia menjadi support system 80% keluarga mampu mendemonstrasikan terapi komplementer dan
bagi lansia modalitas dalam pengendalian DM
Pihak puskesmas setuju adanya rujukan dari Tidak terjadi penurunan ketahanan fisik selama 3 bulan (hasil kadar
keluarga ke puskesmas gula darah, tekanan darah, tingkat stres)
Kegiatan SHG/ SG dilaksanakan secara rutin

59 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


BAB 3
KERANGKA KONSEP, PROFIL WILAYAH
DAN PROGRAM LANSET DM

Bab ini penulis menguraikan tentang keterkaitan antar konsep yang mendasari
praktik keperawatan komunitas pada agregat lansia dengan masalah diabetes
mellitus yang menggunakan integrasi teori konsekuensi fungsional, teori
manajemen keperawatan, family center nursing, preeced-proceed models dan
community as partner serta T2DM Self Management Social Support dalam
meningkatkan kesehatan aggregat lansia.

3.1 Kerangka Konsep Praktik Keperawatan Komunitas


Pelaksanaan praktik keperawatan kesehatan komunitas kepada aggregat lansia
dengan masalah diabetes mellitus berfokus pada masyarakat secara keseluruhan.
Tindakan praktek dimasyarakat berupa perawatan kepada individu, keluarga dan
kelompok pendukung serta kelompok swabantu dalam konteks deteksi dini,
pencegahan dan pengendalian diabetes mellitus terhadap lansia sehingga terjadi
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan masyarakat pada umumnya. Profesi
perawat komunitas sebagai bagian dari keperawatan komunitas perlu memiliki
strategi khusus terkait pelayanan keperawatan pada lansia di keluarga dan
komunitas.

Strategi khusus dengan menitik beratkan pada dukungan sosial sangat


berkonstribusi dalam meningkatkan status kesehatan lansia, maka kombinasi dari
teori konsekuensi fungsional, teori manajemen keperawatan, family center
nursing, preeced-proceed dan community as partner serta T2DM Self
Management Social Support sangat tepat. Integrasi tersebut dalam praktik perawat
komunitas secara komprehensif menggunakan praktik manajemen pelayanan
keperawatan, asuhan keperawatan komunitas dan keluarga pada aggregate lansia
dengan diabetes mellitus.

64 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


61

Aplikasi program inovasi yang akan dikembangkan pada aggregate lansia dengan
diabetes mellitus berlandaskan teori community as partner yang dikembangkan
dari teori Betty Neuman oleh Anderson dan McFarlane (Anderson & McFarlane,
2011). Aplikasi program inovasi tersebut praktiknya pada populasi lansia dengan
melihat elemen-elemen yang terdapat di dalam masyarakat.

Variabel-varibel yang teridentifikasi dalam penulisan mencakup teori konsekuensi


fungsional, teori manajemen keperawatan, family center nursing, preeced-proceed
dan community as partner serta T2DM Self Management Social Support. Program
inovasi Lansia Sehat dengan Diabetes mellitus (LANSET DM) melalui tahap
pengkajian dengan menggunakan community as partner, perawat mendeteksi dini
keterkaitan elemen-elemen dengan kejadian penyakit diabetes mellitus pada
lansia. Selain itu, teori konsekuensi fungsional melandasi perubahan lansia karena
penuaan dan faktor risiko masih memiliki kemampuan untuk berfungsi secara
optimal (Miller, 2012).

Manajemen keperawatan meliputi fungsi pengorganisasian (belum adanya


kelompok pendukung dan kelompok swabantu diabetes mellitus) dan fungsi
pengarahan meliputi motivasi, pelatihan, dan pendelegasian (Gillies, 1994;
Marquis & Huston, 2012). Manajemen keperawatan lansia dengan masalah
diabetes mellitus adalah suatu tugas khusus yang dilaksanakan oleh perawat
komunitas untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta
mengawasi sumber-sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga
dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada lansia,
keluarga dan masyarakat (Gillies, 2000; Swansburg, 1999). Family Center
Nursing meliputi pelaksanaan 5 tugas perawatan kesehatan dan peningkatan level
kemandirian keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

Preceed-Proceed Models memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik, nilai,


perilaku populasi dan prioritas masalah yang ditimbulkannya, sehingga intervensi
yang dipilih sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan populasi (Green dan
Kreuter, 1991). Model tersebut dimulai dengan melibatkan kepentingan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


62

masyarakat dalam proses identifikasi kesehatan yang paling dibutuhkan dan


masalah kualitas hidup mereka. Hal ini penting, karena tidak ada program tunggal
yang mampu menangani semua faktor predisposing, enabling, dan reinforcing
untuk semua masalah kesehatan khususnya diabetes mellitus dengan
memperhatikan karakteristik lansia, nilai yang dianut, pengetahuan, sikap,
perilaku, persepsi, gaya hidup, dan lingkungan yang mempengaruhi semua
masalah kualitas hidup dan kesehatan masyarakat dengan satu strategi saja.

Penyakit diabetes mellitus yang terjadi pada lansia membutuhkan intervensi dari
perawat komunitas. Perawat komunitas memberikan strategi intervensi yang
paling utama dengan program inovasi Lansia Sehat dengan Diabetes mellitu
(LANSET DM) yang merupakan modifikasi T2DM Self Management Social
Support untuk mengendalikan kadar gula darah pada individu, keluarga, dan
kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Program T2DM Self Management
Social Support menitikberatkan tindakannya pada pemberdayaan masyarakat
sehingga kerjasama seluruh pihak terutama Puskesmas, keluarga dan kader.

Berdasarkan hal tersebut, maka program LANSET DM sangat diperlukan karena


mengelola dan mengendalikan komplikasi (ganggren dan amputasi) pada lansia
dengan DM sehingga dapat meningkatkan kemandirian lansia dalam melakukan
deteksi dini, pencegahan dan perawatan kesehatannya secara aktif yang berarti
akan dapat menurunkan angka ketergantungan dan beban finansial terhadap
keluarga yang merawat lansia. Perawat membentuk kelompok pendukung
LANSET DM (KP LANSET), kartu pengontrolan mandiri (KPM LANSET DM,
dan kelompok swabantu LANSET DM (KS LANSET DM) yang membantu
perawat komunitas dalam melanjutkan pelaksanaan program LANSET DM di
wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Kegiatan program ini berupa pemantauan dan
pengelolaan masalah kesehatan lansia dengan diabetes mellitus. Prosedur
kegiatannya, apabila ditemukan lansia dengan risiko dan masalah DM dengan
maupun tanpa keluhan maka diberikan KPM dan pelayanan langsung untuk
mengatasi masalah kesehatannya.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


63

Selanjutnya lansia dapat memantau kesehatannya dengan KPM, berkunjung ke


pelayanan kesehatan maupun dikunjungi kader LANSET DM. Kader LANSET
DM sebagai kelompok pendukung bagi lansia dengan diabetes mellitus dibentuk
dan diberikan sosialisasi mengenai penatalaksanaan masalah DM, penggunaan
KPM dan pemantauan kesehatan lansia dengan menggunakan KPM untuk menilai
status kesehatan lansia terkait masalah diabetes mellitus. KP LANSET DM
memiliki peranan dalam membantu lansia untuk memelihara dan mengelola
kesehatannya dengan wujud adanya kunjungan rumah yang dilakukan kader untuk
menilai status kesehatan lansia. Keberhasilan program LANSET DM ini
dipengaruhi oleh adanya sarana dan prasarana dan adanya kader dan tenaga
kesehatan serta yang paling utama kemauan lansia untuk sehat dan juga dukungan
sosial dari keluarga maupun orang terdekat bahkan masyarakat.

Integrasi teori dan model tersebut terangkum dalam skema kerangka konsep pada
halaman selanjutnya.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


3.1 Skema Kerangka Konsep Residensi
Input Proses Output

Manajemen Pelayanan
Kesehatan
Manajemen: Manajemen:
Perencanaan: pengendalian DM - Pembentukan KP - Terbentuknya KP LANSET
Pengorganisasian: LANSET DM DM
pembentukan KP LANSET - Pelatihan KP - Peningkatan perilaku
DM dan KS LANSET DM LANSET DM anggota KP LANSET DM
Pengarahan: pelatihan dan - Supervisi dan - Peningkatan keterampilan
supervisi anggota kelompok bimbingan pada anggota KP LANSET DM
Pengawasan: monitoring dan kader dalam melakukan
evaluasi supervisi dan umpan balik
- Deteksi dini kasus DM
pada lansia
Community as Partner:
- Pendidikan kesehatan
Komunitas:
- Yankes: terapi akupressure tentang DM
- Deteksi dini Kasus
DM - Pendidikan kesehatan
DM
- Pendidikan: Penkes diabetes tentang diet DM,
Masalah - Pendidikan kesehatan Komunitas:
termasuk diet, olahraga dan LANSET olahraga dan
manajemen stres Keperawatan: manajemen stres
DM pada kelompok - Peningkatan perilaku
DM lansia lansia dalam perawatan
- Rekreasi: relaksasi relaksasi Manajemen - Pendidikan perawatan
“BEBAS DM” Komunitas - Terapi relaksasi diabetes mellitus
DM pada lansia
“BEBAS DM” pada - Penurunan kadar gula
Keluarga - Pelaksanaan terapi
kelompok lansia
akupressure DM dan darah kelompok lansia
- Pengukuran gula
relaksasi “BEBAS
darah pada kelompok
Family Center Nursing: DM”
Anggota keluarga : fisik lansia
- Pembentukan
(DM) kelompok pendukung
Anggota keluarga: fungsi DM pada lansia
perawatan kesehatan, perilaku
sehat dengan diabetes Keluarga:
mellitus, dan tingkat - Peningkatan perilaku
kemandirian keluarga Keluarga:
- Pendidikan kesehatan keluarga dalam
pada anggota perawatan lansia
Teori konsekuensi fungsional: keluarga diabetes mellitus
Faktor resiko terjadi masalah - Terapi akupressure - Penurunan gula darah
pada fungsi sistem endokrin: DM dan relaksasi lansia di dalam
diabetes mellitus “BEBAS DM” pada keluarga
(Miller, 2012) anggota keluarga - Peningkatan
- Pengukuran gula kemandirian keluarga
Preceed-Proceed models
Karakteristik lansia, nilai yang
darah pada lansia
dianut, pengetahuan, sikap,
perilaku, persepsi, gaya hidup,
dan lingkungan

Program lansia…, Diah64


Ratnawati, FIK UI, 2013 Universitas Indonesia
65

3.2 Profil Wilayah Cisalak Pasar


Kelurahan Cisalak Pasar memiliki luas wilayah 165 km² berada dalam wilayah
Kecamatan Cimanggis Depok. Adapun batas wilayah sebagai berikut: sebelah
Utara berbatasan dengan Kelurahan Mekarsari, sebelah Timur berbatasan dengan
Kelurahan Harjamukti, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Curug, dan
sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Cisalak (Kelurahan Cisalak Pasar,
2011).

Kelurahan Cisalak Pasar terdiri dari 9 RW, sebagian besar penduduk asli
bermukim di RW 1-7 dan sebagian besar penduduk pendatang bermukim di
daerah perumahan yaitu RW 8-9. Jumlah penduduk pria sebanyak 1047 orang,
dan jumlah penduduk wanita sebanyak 8297 orang (Kelurahan Cisalak Pasar,
2011). Data laporan kegiatan Lansia di Posbindu dari Puskesmas Cimanggis
didapatkan jumlah lansia berusia lebih atau sama dengan 60 tahun yang terdapat
di Kelurahan Cisalak Pasar adalah 941 orang. Jumlah lansia laki-laki adalah 517
orang dan jumlah lansia wanita adalah 424 orang (Kelurahan Cisalak Pasar,
2011).

Hasil winshield survey diketahui bahwa kondisi iklim lingkungan diwilayah


Cisalak Pasar cukup panas. Lingkungan diwilayah Cisalak Pasar mempunyai jalan
utama yaitu jalan sebelah barat Kantor Kecamatan Cimanggis sampai dengan
perempatan Jalan Raya Gadog yang keadaannya kurang baik. Jalan tersebut
berlubang yang cukup besar yang ketika musim hujan akan digenangi oleh air.
Kondisi tersebut menyebabkan jalanan macet.

Sarana dan prasarana umum di Kelurahan Cisalak Pasar antara lain pasar, fasilitas
olah raga, warung kuliner, kawasan pertokoan, kolam renang, pombensin, dan
fasilitas lainnya yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat wilayah Kelurahan
Cisalak Pasar. Fasilitas kesehatan diwilayah Kelurahan Cisalak Pasar antara lain:
Puskesmas Cimanggis yang berjarak kurang lebih 1,5 km dari Kelurahan Cisalak
Pasar kearah selatan. Puskesmas ini terletak dipinggir jalan raya Bogor yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


66

menjadi salah satu akses utama Jakarta – Bogor sehingga dapat memudahkan
lansia untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
Beberapa klinik dokter swasta juga banyak terdapat diwilayah Kelurahan Cisalak
Pasar yang dapat digunakan masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan.
Pada tahun 2013 ini, Puskesmas Cisalak Pasar sudah selesai dibangun dan mulai
beroperasi walaupun tidak setiap hari dibuka. Selain itu, jalan masuk kedalam
wilayah RW Cisalak Pasar hanya bisa dilewati kendaraan roda dua dan sangat
kecil.

Kondisi jalan terdapat banyak polisi tidur yang berjarak kurang lebih setiap tiga
meter dan selokan yang ada tidak diberikan pelindung. Kondisi lain jarak rumah
yang satu dengan yang lainnya berdekatan yang ditandai dengan jarak 3 meter
antar rumah dan tembok menyatu antara rumah yang satu dan yang lainnya.
Lingkungan perumahan juga menjadi satu dengan pasar membuat situasi pada
pagi, siang bahkan malam sangat ramai sebagai faktor risiko diabetes mellitus
pada lansia.

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh penulis kepada 106 responden yang
merupakan lansia dengan diabetes mellitus didapatkan hasil bahwa terlihat
masyarakat lansia merokok di sembarang tempat, seperti kantor kelurahan,
warung makan, ataupun di rumah mereka. Kemudian terdapat 36,8% masyarakat
lansia lebih banyak duduk sambil menonton TV dalam mengisi waktu luangnya.
Selanjutnya 5,7% masyarakat lansia mempunyai sikap kurang baik tentang
pentingnya olahraga bagi kesehatannya. Didapatkan hasil juga bahwa 30%
masyarakat lansia memiliki sikap kurang baik tentang manfaat olahraga dapat
membantu mengontrol gula darah dan berat badan. Terakhir terdapat 44,34%
masyarakat lansia tidak setuju jika harus menghindari rokok dalam kehidupan
sehari-harinya.

Hasil wawancara kepada Ketua RT dan RW 05 mengatakan kurangnya fasilitas


olahraga yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selain itu, menurut kader,
masyarakat jarang melakukan olahraga karena sudah disibukkan dengan pekerjaan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


67

sehari-hari. Kader mengatakan belum terdapatnya kelompok olahraga atau


kegiatan olahraga bersama masyarakat di wilayahnya. Kemudian beberapa
masyarakat mengatakan tidak sempat atau tidak memiliki waktu untuk
berolahraga atau malas melakukan latihan fisik (khususnya laki-laki).

Beberapa warga juga mengatakan tidak mengetahui manfaat serta perbedaan dari
olahraga dan aktivitas. Berdasarkan hasil wawancara juga kepada beberapa Ketua
RT dan RW mengatakan mereka mempunyai kebiasaan merokok, baik di rumah
ataupun di luar rumah. Beberapa lansia mengatakan merokok itu dapat
memberikan ketenangan, rileks, kenyamanan diri.

Hasil lain yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 106 responden warga
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar diketahui penderita diabetes melitus sebanyak
50%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 70% responden memiliki kebiasaan
makan makanan yang berisiko terhadap diabetes melitus. Makanan yang berisiko
tersebut adalah makanan yang mengandung kadar gula tinggi seperti nasi, gula
dan roti. Terdapat 38,75% responden mengatakan mengkonsumsi teh dan kopi
lebih dari tiga kali sehari. Hasil penelitian juga menunjukkan sebanyak 35%
responden tidak dapat mengatur porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi. Selain
itu, 36% reponden tidak melakukan olah raga secara rutin.

Berdasarkan hasil tersebut juga didapatkan data bahwa dari 106 reponden,
sebanyak 88,6% keluarga memiliki pengetahuan yang tinggi tentang diabetes
mellitus. Sebanyak 43% responden mengatakan memiliki tanda-tanda diabetes
melitus seperti mudah lapar, mudah haus, mudah lelah, sering BAK di malam
hari, pengelihatan kabur gelap, dan penurunan berat badan drastis 3 bulan
terakhir. Hasil kuesioner juga menunjukkan 61,4% responden jarang mengatakan
memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk pemeriksaan kadar glukosa secara teratur.
Selanjutnya terdapat 84,1% warga tidak memperoleh informasi kesehatan dari
kader/petugas kesehatan mengenai diabetes mellitus. Selain itu, terdapat 57%
keluarga memiliki perilaku yang negatif dalam mencegah diabetes mellitus dan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


68

terdapat 50% keluarga memiliki sikap yang buruk dalam mengatasi diabetes
mellitus.

Penguatan data juga didapatkan dari wawancara dengan kader Posbindu diperoleh
data yang mengatakan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan lansia diabetes
mellitus belum pernah dilakukan secara komprehensif, belum adanya penyuluhan
kesehatan mengenai diabetes mellitus yang holistik dengan memperhatikan
biopsikospiritual lansia sehingga berdampak pada kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap pencegahan, penanganan DM di rumah, kurang patuhnya
terhadap pengobatan. Kegiatan pembinaan kader juga belum pernah dilakukan
secara khusus untuk pengendaliaan DM pada lansia sehingga kader kurang
terlatih. Kurang terampilnya kader menyulitkan pelaksanaan program tentang
pencegahan dan pengendalian DM pada lansia.

Kendala-kendala yang terjadi itu memerlukan alternatif penyelesaian masalah


berupa program intervensi dan strategi keperawatan yang tepat dan efektif untuk
mengendalikan masalah kesehatan pada lansia khususnya dengan masalah
diabetes mellitus. Program intervensi diawali dengan pertemuan antara
mahasiswa residensi keperawatan komunitas, pengurus RW dan RT serta ibu-ibu
kader RW 05 yang juga melibatkan masyarakat dalam menentukan alternatif
penyelesaian dari masalah kesehatan tersebut. Berdasarkan pertemuan tersebut,
salah satu kegiatan yang telah disepakati akan dilakukan adalah penyuluhan
kesehatan terkait pengelolaan makanan (diet DM), exercise senam Diabetes
Mellitus, dan manajemen stres dengan terapi relaksasi “BEBAS DM” (modifikasi
relaksasi Benson).

3.3 Pelaksanaan Program LANSET DM


Program LANSET DM adalah sebuah program inovasi yang mengembangkan
strategi intervensi melalui kelompok pendukung dan kelompok swabantu untuk
manajemen pengendalian diabetes mellitus. Mahasiswa residensi keperawatan
komunitas menjadi promotor kegiatan kader yang merupakan anggota kelompok
pendukung bertugas melakukan sosialisasi tentang KPM, bagaimana memantau

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


69

kasus diabetes mellitus menggunakan KPM, melakukan pelatihan dan pelatihan


ulang tentang peran dan fungsi kader, penyuluhan tentang manajemen diabetes
mellitus, pengawasan dan pemantauan kegiatan kader dalam pengelolaan lansia
dengan diabetes mellitus, dan memberikan dukungan yang positif kepada kader.

Pada pelaksanaan program intervensi keperawatan ini, mahasiswa membuat KPM


“LANSET DM” ( Kartu Pengontrolan MANDIRI “Lansia Sehat dengan DM”).
Kartu KPM untuk lansia dengan diabetes mellitus adalah kartu catatan tentang
perkembangan status kesehatan dari lansia dengan diabetes mellitus yang
dimonitor sebulan sekali setiap kunjungan ke Posbindu atau tenaga kesehatan
yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan pengobatan untuk diabetes mellitus
masalah. Tujuan menggunakan kartu KPM adalah untuk meningkatkan
kemampuan lansia untuk memonitor status kesehatan mereka sendiri dengan
mandiri, melakukan pencegahan dan pengobatan diabetes mellitus dengan
mandiri, dan memfasilitasi kader untuk memantau dari lansia dengan diabetes
mellitus status kesehatan.

Standar operasional prosedur untuk menggunakan KPM dengan benar, pengisian


KPM yang dapat dilakukan oleh kader terdiri dari: a). Identitas lansia yang
dituliskan identitas lengkap dari lansia yang memiliki KPM ditemukan di luar sisi
kanan halaman; b). Tanggal kunjungan yang disi tanggal dan kolom bulan
kunjungan pertama, kedua dan seterusnya setiap bulan pada saat lansia memonitor
kesehatannya di Posbindu atau mengecek kadar gula darah dengan petugas
kesehatan atau ketika pergi ke pelayanan kesehatan lain; c). Pemeriksaan
kesehatan yang dituliskan hasilnya dalam kolom dan memberikan kategori sesuai
dengan standar pengkajian yang telah dibuat, contoh hasil pengukuran untuk
kategori “B” untuk Baik, “C” untuk Cukup dan kemudian “K” untuk status
kesehatan Kurang Baik atau Buruk. Hasil pemeriksaan kesehatan seperti: tekanan
darah, pulse/denyut nadi, pernapasan, suhu, kadar asam urat, kadar gula darah,
kadar kolesterol total, keluhan saat ini ( untuk hal yang dikeluhkan berikan tanda
centang (√) dan untuk hal yang tidak dikeluhkan berikan tanda (-), status gizi (
berat badan (kg) dan tinggi badan (meter atau m), IMT dan kebutuhan kalori

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


70

perhari. Ketika terjadi peningkatan kadar gula darah dan lansia mengeluhkan
gejala yang berhubungan dengan diabetes maka lihat halaman Cara Perawatan
Diabetes Mellitus pada KPM. KPM tersebut sebaiknya dibawa pulang oleh lansia
dan lansia membawa KPM setiap saat ketika mengunjungi kader/petugas
kesehatan. Pengisian KPM dilakukan oleh kader/petugas kesehatan. KPM dapat
diperbanyak

Program LANSET DM yang dilakukan merupakan strategi intervensi yang telah


dimodifikasi dari T2DM self management social support khususnya pada
penambahan sesi tentang manajemen stres dan bentuk intervensi berupa terapi
akupressure DM dan terapi relaksasi “BEBAS DM”. Modifikasi dilakukan dengan
cara memadukan 3 komponen yaitu kemampuan mandiri lansia, keluarga dan
kader untuk pencegahan diabetes mellitus dan pengendalian kadar gula darah.
Komponen tersebut ditingkatkan melalui upaya pendidikan kesehatan, pelatihan
mengendalikan tingkat gula darah, pencegahan amputasi dengan manajemen luka
dan perawatan kaki, perawatan langsung dengan akupresur, aktivitas fisik, dan
pemeriksaan diri secara teratur setiap minggu melalui kunjungan rumah oleh
kader dan mahasiswa.

Terapi akupressure DM sebagai direct care oleh perawat membantu pengendalian


kadar gula darah pada lansia. Selain itu, terapi relaksasi “BEBAS DM” juga
diberikan dengan memadukan gerakan relaksasi nafas dalam, relaksasi otot
progresif, dan meditasi. Gerakan relaksasi otot progresif yang boleh dilakukan
oleh anggota KS LANSET DM dengan posisi berbaring di matras atau tempat
tidur. Meditasi yang dilakukan dipusatkan kepada tasbih setiap melakukan
gerakan relaksi otot progresif ataupun relaksasi nafas dalam dan diakhiri dengan
afirmasi positif. Panduan pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” terlampir
(Lampiran 4). Pelaksanaan terapi relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi
bertujuan untuk menurunkan kadar gula darah pada lansia yang mengalami
diabetes mellitus.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


71

Pelaksanaan program LANSET DM terdiri dari dua tahap. Tahap pertama,


mahasiswa residensi keperawatan komunitas melakukan intervensi 8 bulan sampai
dengan 1 tahun dengan melatih sejumlah kader dalam kelompok pendukung.
Tahap kedua, para kader yang melakukan pelatihan dan memberikan dukungan
sosial kepada lansia dan keluarga dalam intervensi 8 bulan untuk diabetes
mellitus. Saat tahapan antara pre-post intervention, diharapkan adanya
peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan diabetes dan perilaku manajemen
diri kader, lansia maupun keluarga.

Mahasiswa residensi keperawatan komunitas mendidik kader tentang pengetahuan


tentang diabetes mellitus tipe 2, pengalaman memfasilitasi kelompok, kemampuan
verbal dan tertulis yang efektif, dan kemampuan dalam merujuk klien. Tidak ada
kriteria yang terkait dengan tingkat pendidikan. Kader yang bersedia dan
memenuhi kriteria diikutsertakan dalam KP LANSET DM untuk kegiatan
program selama 8 jam/minggu.

Program ini didasarkan pada studi ini tentang keefektifan intervensi program
T2DM self management social support dalam manajemen diri dan dukungan
sosial budaya pada lansia Amerika Meksiko dengan diabetes mellitus tipe 2 yang
tinggal di komunitas perbatasan perkotaan dan keefektifan perekrutan dan
pelatihan kader sebagai komponen intervensi (McEwen et al., 2007). Pelatihan
kader disampaikan oleh mahasiswa residensi keperawatan komunitas dalam enam
sesi pelatihan dengan durasi 4 jam yang dilakukan selama 8 minggu. Pelatihan
meliputi review tentang diabetes mellitus tipe 2 dan pendidikan kesehatan tentang
diabetes melitus, protokol intervensi dan intervensi kesetiaan, dan keterampilan
mengajar / belajar.

Relatif sederhana dan murah, pelaksanaan program tersebut membuat strategi ini
menarik. Program manajemen diabetes mellitus ini menggunakan KPM yang
menggambarkan kondisi lansia dengan diabetes. KPM tersebut diharapkan dapat
digunakan dalam meningkatkan status kesehatan yang baik bagi lansia.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


72

Keefektifan program diukur setelah data dikumpulkan pada pre-intervention dan


post-intervention dalam waktu kurang lebih 8 bulan. Mahasiswa residensi
keperawatan komunitas menggunakan kuesioner demografi, kuesioner penilaian
pengetahuan diabetes serta perilaku manajemen diri (nutrisi, aktivitas fisik, dan
tingkat stres lansia). Penilaian dengan KPM untuk menilai hasil tindakan
fisiologis dari nilai gula darah dan IMT.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


BAB 4
PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA
AGREGATTE LANSIA BERISIKO DAN LANSIA DENGAN DIABETES
MELLITUS DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS
KOTA DEPOK

Pada bab ini akan diuraikan proses manajemen pelayanan dan asuhan keperawatan
komunitas meliputi kegiatan pengkajian atau analisis situasi dilanjutkan dengan
perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi intervensi yang telah dilakukan pada
masing-masing komponen pelayanan manajemen pelayanan keperawatan komunitas,
pelayanan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas.

4.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


Berikut ini gambaran analisis situasi manajemen pelayanan kesehatan masyarakat untuk
pencegahan risiko dan pengendalian diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Analisis dilakukan dengan merujuk pada fungsi-
fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan (Marquis dan Houstan, 2000; Allender dan Spradley, 2005). Sumber data
yang digunakan adalah dari Dinas Kesehatan Depok, Puskesmas Cimanggis, Kelurahan
Cisalak Pasar, dan Kecamatan Cimanggis dengan menggunakan metode wawancara,
observasi, dan studi literatur. Analisis situasi dilakukan dengan pendekatan fungsi-
fungsi manajemen pelayanan kesehatan meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Analisis yang diuraikan untuk kemudian dituangkan ke
dalam analisis tulang ikan (fish bone) guna mempermudah dalam menentukan masalah
yang diidentifikasi (Ervin, 2002). Berikut uraian dari masing-masing tahapannya
manajmen pelayanan kesehatan Program “Lansia Sehat dengan Diabetes Mellitus“
dengan pendekatan pemberdayaan lansia, keluarga dan kader.

4.1.1 Analisis Situasi


a. Perencanaan (planning)
Langkah pertama dalam merencanakan suatu program atau kegiatan adalah
mendefinisikan misi (Gillies, 1994). Pemerintah Kota Depok sebagai salah satu wilayah
yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi di Jawa Barat tentu memiliki misi daerah
yang mengarah pada kesejahteraan masyarakatnya. Rencana perubahan dibuat dalam

73 Universitas Indonesia
Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
74

bentuk program kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kota Depok tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menenggah (RPJMD) tahun 2012-2016. Visi Dinas Kesehatan
Kota Depok adalah “Terwujudnya Kota Depok Sehat dengan Layanan Kesehatan
Merata dan Berkualitas”, antara lain mewujudkan pelayanan publik yang profesional,
berbasis teknologi informasi; mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat berbasis
potensi lokal; mewujudkan infrastruktur dan lingkungan yang nyaman; dan
mewujudkan SDM unggul, kreatif dan religius (Dinas Kesehatan kota Depok, 2012).

Misi adalah “Meningkatkan pemerataan layanan, kualitas layanan, kualitas sumber daya
manusia dan pembiayaan, dan meningkatkan upaya promosi serta kesehatan
lingkungan” (Dinkes Kota Depok, 2009). Misi pembangunan pemerintah Kota Depok
yang keempat sejalan dengan bidang kesehatan yaitu memiliki tujuan meningkatkan
kualitas kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat dengan sasaran meningkatnya
kualitas kesehatan masyarakat (Dinas Kominfo Kota Depok, 2012). Penyelenggaraan
urusan pemerintahan di bidang kesehatan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Depok
dalam membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di
bidang kesehatan dalam rangka mewujudkan visi Kota Depok.

Peran penting Dinas Kesehatan Kota Depok tersebut dilaksanakan dengan peran aktif
seluruh petugas kesehatan dan pihak yang berkepentingan sehingga lebih mengenal cara
hidup sehat di tengah-tengah masyarakat dan mengetahui program-program kesehatan
serta hasil yang akan dicapai di masa yang akan datang. Bentuk dukungan terhadap visi
dan misi pembangunan Kota Depok di bidang kesehatan khususnya lansia, pemerintah
Propinsi Jawa Barat membentuk Komisi Daerah Lanjut Usia yang mempunyai visi yaitu
“Tercapainya lansia Jawa Barat yang mandiri, produktif, dan menjadi tauladan generasi
penerus” yang mempunyai tugas menyusun, merumuskan, dan mengkoordinasikan
kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan langkah-langkah yang diperlukan dalam
penanganan lansia di Kota Depok (Komda Lansia Propinsi Jawa Barat, 2010). Program
Komda Lansia adalah mewujudkan Renstra Kota Depok yang didalamnya
mengendalikan masalah umum kesakitan yang terkait dengan lansia antara lain Penyakit

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


75

Jantung dan Pembuluh darah, Diabetes Mellitus dan Gangguan mental/stress (Renstra
Kota Depok, 2011).

Masalah kesehatan lain yang dialami lansia khususnya mengenai komplikasi akibat
diabetes mellitus tidak terangkum dalam Renstra tersebut. Perencanaan program
kegiatan pada lansia diajukan melalui usulan program tahun 2012 dan dilaksanakan
pada tahun 2013. Proses pengusulan program dilakukan melalui rapat para pemegang
program yang dilakukan di tingkat provinsi. Usulan pada rapat tersebut kemudian
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat sebagai program kegiatan
pembinaan kesehatan lansia yang akan dilakukan oleh setiap kabupaten/kota di wilayah
Jawa Barat. Para penanggung jawab program dalam mencapai visi dan misi
mengembangkan rencana program Dinas Kesehatan Kota Depok yang disusun menjadi
16 program kerja.

Program kerja tersebut, antara lain: kegiatan yang mengarah pada kesehatan lansia
tertuang dalam 2 program yaitu program pencegahan dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular; dan program peningkatan kesehatan kerja (Renstra Kota
Depok, 2011). Keberhasilan kedua program diatas dapat dicapai dengan program lain
yaitu program peningkatan promosi kesehatan, program pengembangan pengobatan
tradisional, program peningkatan pelayanan kesehatan dasar, program peningkatan dan
pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan, dan program peningkatan kualitas
SDM aparatur. Penanggungjawab program lansia Dinkes Kota Depok juga telah
merencanakan program-program kegiatan dengan sasaran lansia meliputi pelatihan
kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia yang dilaksanakan setiap tahun serta
lomba senam jantung sehat bagi lansia yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali.

Hasil pengkajian wawancara dengan Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas
Kesehatan Kota Depok tanggal 14 Maret 2013 menyatakan bahwa upaya terkait
kesehatan lansia belum dilaksanakan secara berkesinambungan, hanya dilakukan satu
tahun sekali hanya bersifat insidental, dan belum merata pada semua Kelurahan di
wilayah Puskesmas Cimanggis. Berdasarkan hasil wawancara, hal ini disebabkan
keterbatasan anggaran yang tersedia. Hasil wawancara lain dengan penanggung jawab

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


76

program lansia bahwa untuk tahun 2012 agregat lansia bukan merupakan program
utama kegiatan. Anggaran dana yang diajukan untuk pelaksanaan program lansia
diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun 2012 sebesar
Rp 150.000.000.

Anggaran dana tersebut berjumlah jauh lebih sedikit dari anggaran tahun-tahun
sebelumnya (Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok,
Maret 2013). Kegiatan masing-masing Posbindu oleh pemerintah telah menyediakan
dana untuk pelaksanaan kegiatan. Dana dari pemerintah diteruskan ke kecamatan, ke
kelurahan dan ke Posbindu. Posbindu yang memperoleh dana dari pemerintah adalah
Posbindu yang telah terdaftar dan juga telah mengajukan proposal permohonan dana
(Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret
2013). Keterbatasan dana dan tenaga menyebabkan kegiatan manajemen pelayanan
tidak dapat terselenggara dengan baik (Marquis dan Huston, 2006). Anggaran
merupakan ekspresi angka dari program perencanaan (Rakich, Longest, dan Darr, 1992,
dalam Ervin, 2002 ).

Marquis dan Houston (2006) menjelaskan bahwa perencanaan meliputi : rencana


perubahan (planning change), rencana waktu (time planning), dan anggaran (fiscal
planning). Perencanaan perubahan dibuat berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
program sebelumnya. Apabila program pengendalian diabetes mellitus dilakukan secara
insidental akan mengalami kesulitan dalam menyusun rencana perubahan untuk
membuat perencanaan program yang lebih baik. Hasil penelitian Devenish dan Fisher
(2000) menjelaskan bahwa penyusunan perencanaan adalah proses yang kompleks yang
meliputi berbagai sumber daya termasuk didalamnya adalah sumber daya manusia,
perencanaan waktu, dan perencanaan anggaran. Mereka menambahkan bahwa hasil
perencanaan yang baik sangat dipengaruhi oleh perencanaan anggaran yang memadai
dalam pelaksanaan program.

Program-program kegiatan yang telah dianggarkan oleh Dinas Kesehatan,


pelaksanaannya akan dilakukan oleh Puskesmas, dalam hal ini Puskesmas Cimanggis.
Perencanaan anggaran (budget) mempunyai fungsi pokok sebagai pedoman kerja,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


77

sebagai alat pengkoordinasian kerja serta sebagai alat pengawasan kerja. Anggaran bila
dibandingkan dengan fungsi-fungsi manajemen, terlihat bahwa anggaran mempunyai
kaitan yang sangat erat dengan manajemen, khususnya yang berhubungan dengan
penyusunan rencana (planning). Anggaran merupakan alat manajemen untuk membantu
menjalankan fungsi-fungsi manajemen (Siregar, 2003).

Puskesmas Cimanggis mempunyai kegiatan yang terkait lansia yang dilaksanakan oleh
2 orang yaitu penanggung jawab lansia dan penanggung jawab Promkes. Hasil
wawancara dengan penanggung jawab promkes disampaikan bahwa seluruh kegiatan
yang dilaksanakan berkaitan dengan lansia adalah program-program yang direncanakan
oleh Dinas kesehatan Kota Depok. Kegiatan lansia yang berhubungan dengan promosi
kesehatan dikoordinir oleh penanggung jawab promkes, sedangkan kegiatan lain diluar
promkes yang terkait dengan lansia seperti pengobatan gratis, pemeriksaan kesehatan,
kegiatan Posbindu dan senam lansia dikoordinasikan oleh Penanggung jawab lansia
dengan tetap melibatkan SDM Puskesmas lainnya dalam pelaksanaan kegiatan
(Interview dengan penanggung jawab promkes Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Fokus program promosi kesehatan pada agregat lansia sejak tahun 2012 sudah tidak
menjadi prioritas. Promosi kesehatan terkait lansia dengan masalah diabetes mellitus
belum pernah dilakukan secara khusus (Interview dengan penanggung jawab promkes
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013). Strategi promosi kesehatan dalam
penyelenggaraan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat adalah
meningkatkan komitmen dan dukungan stakeholder, pembuat kebijakan, dan pengambil
kebijakan, dan pengambil keputusan melalui advokasi kebijakan kesehatan dan
koordinasi serta kolaborasi lintas program/lintas sektor; meningkatkan aliansi dan
kemitraan dengan swasta/dunia usaha; meningkatkan peran serta organisasi
kemasyarakatan/kelompok potensial; memperkuat gerakan masyarakat; meningkatkan
akses informasi dan edukasi kepada individu, keluarga, dan masyarakat; dan
meningkatkan kapasitas pengelola (Pusat Promkes Kemenkes RI, 2010).

Menurut Dubois et al (2001) menjelaskan bahwa perencanaan program kesehatan yang


baik perlu melibatkan stakeholder atau berbagai pihak yang memiliki kepentingan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


78

terhadap program untuk mendapatkan hasil perencanaan yang lengkap dan baik. Hasil
penelitian Ugboro, Obeng, dan Spann (2010) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan
perencanaan strategik yang efektif perlu melibatkan semua staf, semua divisi, dan
manajer puncak dari semua struktur organisasi. Mereka juga menambahkan bahwa
penyusunan perencanaan adalah proses yang fleksibel dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan dan tantangan yang muncul dalam mencapai tujuan program.

Fungsi dari perencanaan program kesehatan lansia dengan khususnya dengan masalah
diabetes mellitus belum berjalan secara optimal, hal ini dapat dilihat dari (1)
penatalaksanaan kesehatan lansia khususnya dengan diabetes mellitus yang belum
menjadi fokus program kerja tahun 2013; (2) belum adanya struktur delegasi yang jelas
bagi pengelola kegiatan lansia; (3) penanggung jawab program kegiatan bisa dipegang
oleh 1 orang yang berdampak pada ketidakefektifan pelaksanaan program; (4)
ketidakmerataan pembagian tugas dalam pelaksanaan program kerja; (5) tidak
terlibatnya perawat dalam penyusunan perencanaan program kerja bagi lansia
khususnya dengan masalah diabetes mellitus; (6) tidak terlibatnya perawat komunitas
dalam perencanaan pelaksanaan kegiatan bagi lansia; dan (7) belum adanya
perencanaan pencegahan dan penatalaksanaan kesehatan lansia khususnya dengan
diabetes mellitus baik di tatanan komunitas maupun institusional.

Dampak yang dapat dilihat dari belum optimalnya fungsi perencanaan antara lain (1)
belum adanya data kuantitatif jumlah lansia yang mengalami masalah diabetes mellitus;
(2) belum adanya SDM perawat yang terlibat langsung secara intens dalam pengelolaan
masalah kesehatan lansia khususnya dengan diabetes mellitus di tatanan komunitas; (3)
pelaksanaan kegiatan Poliklinik lansia di Puskesmas Cimanggis yang masih berorientasi
pada pengobatan dan kurangnya promosi kesehatan terkait masalah kesehatan yang
dialami lansia; (4) belum terkoordinasinya kader-kader kesehatan khusus lansia di
Kelurahan Cisalak pasar dimana kader yang ada masih merangkap menjadi kader
Posyandu dan Posbindu yang dapat berdampak pada ketidakefektifan kinerja; dan (5)
belum adanya kemampuan untuk self monitoring lansia terhadap masalah kesehatannya.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


79

b. Organisasi (organizing)
Dinas Kesehatan dalam fungsinya sebagai pembuat program, telah memiliki struktur
organisasi yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas. Kepala Dinas Kesehatan
membawahi langsung 4 kepala bidang antara lain kepala bidang pengembangan sumber
daya kesehatan; kepala bidang pelayanan kesehatan masyarakat; kepala bidang
pengendalian pencegahan penyakit; dan kepala bidang perbekalan kesehatan,
pengawasan obat dan makanan. Masing-masing kepala bidang ini juga membawahi
seksi-seksi pelaksana kegiatan yang dipimpin oleh seorang kepala seksi (Renstra Kota
Depok, 2011). Program kesehatan lansia di Dinas Kesehatan Kota Depok dikelola oleh
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi (Dinkes Kota Depok, 2012a).

Puskesmas Cimanggis, sebagai perpanjangan tangan dari pelaksanaan program yang


direncanakan oleh Dinas Kesehatan, juga memiliki struktur organisasi yang dapat
memandu pendelegasian tugas dan wewenang pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan yang
direncanakan dapat terorganisir dan terlaksana dengan baik. Puskesmas Cimanggis
dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas yang bertugas mengawasi pelaksanaan
program-program dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bawahannya kepada
masyarakat. Kepala Puskesmas Cimanggis membawahi langsung 5 unit yang dipimpin
oleh seorang kepala unit. Unit-unit tersebut antara lain unit P2P; unit Kesga; unit
Perawatan; unit Yan Kes Mas; dan unit Penunjang. Dari masing-masing unit tersebut
membawahi bidang-bidang tertentu. Pengelolaan terhadap lansia dilakukan oleh bidang
Promkes dan Lansia yang berada dibawah unit Kesga. Dari pembagian-pembagian
diatas dapat disimpulkan bahwa program dalam kesehatan keluarga telah dibagi sesuai
dengan kekhususan masing-masing. Pembagian ini menandakan bahwa setiap program
telah diserahkan pada bagian yang sesuai dengan sasaran. Contohnya, program yang
berkaitan dengan lansia maka dikelola oleh pemegang program lansia, program
kesehatan ibu maka akan dikelola oleh pemegang program KIA/KB.

Berdasarkan hasil observasi penulis, fungsi perorganisasian belum sepenuhnya


terlaksana di tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok dan Puskesmas. Walaupun
penanggung jawab program pelayanan kesehatan lansia telah ditentukan baik di tingkat
Dinas Kesehatan sampai di tingkat Puskesmas. Hal ini disebabkan keterbatasan sumber

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


80

daya manusia sehingga penanggung jawab program mempunyai beberapa tanggung


jawab. Menurut hasil penelitian Barney (2011) di dalam strategi manajemen dalam
membangun strategi sumber daya harus mampu didistribusikan secara merata dan
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan manajemen dari waktu ke waktu untuk
mempertahankan keuntungan yang mampu berdaya saing. Barney (2011) menambahkan
ada empat keuntungan yang diperoleh dengan dengan adanya perencanaan sumber daya
yang baik, yaitu: keuntungan nilai organisasi, mempertahankan keunggulan, sedikit
kesalahan, dan keberlangsungan sumber daya manusia yang berkelanjutan.

Manajemen sumber daya manusia yang kurang baik akan mengakibatkan penanggung
jawab program tidak optimal dalam melakukan pekerjaan yang ada. Selain itu
cenderung munculnya peran ganda dari penangung jawab program, SDM yang berganti-
ganti juga merupakan kendala untuk tidak terorganisirnya kegiatan dengan optimal.
Selain itu, pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya
organisasi (Mulyadi, 2007). Penanggung jawab pemegang program kesehatan lansia
terdiri dari 2 orang dengan kualifikasi pendidikan S1 kedokteran gigi dan D3
keperawatan. Tugas yang dipegang oleh masing-masing penanggung jawab program
lansia ini berbeda-beda.

Penanggungjawab program lansia dengan kualifikasi pendidikan S1 kedokteran gigi


mempunyai tupoksi untuk (1) mengkoordinir program kesehatan lansia; merencanakan
dan menyusun kegiatan program kesehatan lansia dalam jangka waktu 1 bulan, 1 tahun,
dan 5 tahun; (2) melaksanakan kegiatan serta fasilitasi program kesehatan lansia; (3)
melaksanakan pengawasan (monitoring) dan evaluasi kegiatan program kesehatan
lansia; (4) mencatat dan melaporkan program kesehatan lansia; melakukan analisa dan
pengembangan kinerja dalam rangka tindak lanjut kegiatan program kesehatan lansia;
(5) melakukan analisa dan pengembangan kinerja dalam rangka tindak lanjut kegiatan;
(6) membantu pelaksanaan lintas program, lintas sektoral dan organisasi profesi terkait,
masyarakat serta LSM; (7) membuat laporan akhir kegiatan program kesehatan lansia;
(8) sebagai pelaksana administrasi kegiatan seksi kesehatan lansia; (9) sebagai
pelaksana pemeriksa barang dan jasa; (10) melaksanakan tugas lain sesuai dengan
bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala Bidang dan Kepala Seksi. Sedangkan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


81

penanggungjawab program lansia dengan kualifikasi pendidikan D3 keperawatan


mempunyai tupoksi (1) mengkoordinir pengelolaan kearsipan seksi kesehatan keluarga
dan gizi, daftar kehadiran serta surat-menyurat; (2) melaksanakan kegiatan serta
fasilitasi program kesehatan lansia; (3) mencatat dan melaporkan program kesehatan
lansia; (4) melaksanakan entri data laporan data bulanan dari seluruh Puskesmas; (5)
melaksanakan evaluasi laporan kegiatan Program Lanjut Usia; (6) melaksanakan tugas
lain sesuai dengan bidang tugasnya yang diberikan oleh Kepala Bidang dan Kepala
Seksi (Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi DinKes Kota
Depok, 2012).

Dilihat dari tupoksi penanggung jawab program khususnya dengan latar belakang
pendidikan D3 keperawatan, tugas dan peran yang dijalankannya lebih banyak berada di
“balik meja” padahal dari hasil interview yang dilakukan terhadap Penanggung jawab
lansia, pembina kelurahan yang bertugas dalam setiap kegiatan dimasyarakat yang
berhubungan dengan lansia hanya seorang itupun dengan latar belakang pendidikan
kebidanan yang dapat dikatakan pendidikannya adalah mengenai kesehatan ibu dan
anak (Hasil interview dengan Penanggung Jawab Lansia Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013). Pembina Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan,
dalam masa kerjanya sebagai pembina Kelurahan Cisalak Pasar selama 17 tahun, belum
pernah ada perawat yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan dimasyarakat seperti
dalam kegiatan Posbindu. Tenaga medis seperti dokter kadangkala ikut serta dalam
kegiatan Posbindu, namun dengan intensitas yang sangat jarang (Hasil interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Harrison dkk. (2010) hasil penelitiannya mengatakan bahwa orang-orang yang


dilibatkan dalam organisasi harus memahami budaya dan nilai organisasi khususnya
tanggung jawab yang diterima, karena akan sangat membantu dalam proses
pengambilan keputusan yang sebaiknya dilakukan untuk membantu kelancaran
organisasi. Proses pelaksanaan fungsi manajemen, sumber daya manusia sangat
ditentukan oleh persyaratan-persyaratan mental, phisik, dan emosional untuk posisi
jabatan yang ada melalui analisa jabatan, deskripsi jabatan dan spesifikasi jabatan dan
kemudian menarik karyawan yang diperlukan dngan karakteristik personalia tertentu.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


82

Seperti keahlian, pendidikan, umur, latihan, dan pengalaman (PNP dan Tripathi, 2006).
Anne dan Miguel (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa pentingnya hubungan
komponen dalam organisasi yang menekankan pada pentingnya pertukaran kolaborasi
dalam pembagian tugas dan wewenang. Mereka menambahkan bahwa pembagian tugas
dan wewenang meliputi; strategi gabungan, kerja sama, kesepakatan pembagian tugas
dan tanggungjawab, kerja sama lintas sektor, dan membangun jaringan.

Upaya kolaborasi itu semua diarahkan untuk membangun pemahaman yang utuh atau
menyeluruh untuk mencapai tujuan organisasi. Pembagian wewenang merupakan
sesuatu yang vital dalam organisasi. Atasan perlu melakukan pendelegasian wewenang
agar mereka bisa menjalankan operasi manajemen dengan baik. Selain itu,
pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin besarnya organisasi
(Mulyadi, 2007). Janice, Robert, dan Patrick (2011) dalam review jurnalnya
mengatakan bahwa pembagian subordinat besar atau kecil dalam organisasi akan
mampu memberikan gambaran peta yang detail tentang setiap tahapan yang dibutuhkan
untuk menjembatani tingkatan system dan pembagian keahlian/keilmuan serta membuat
banyaknya hal yang mudah dicapai diantara keahlian/keilmuan dan departemen yang
lebih rendah (subdomain). Ditambahkan Marquis dan Huston (2006) bahwa
departementasi dibentuk dalam upaya untuk meningkatkan kinerja dan fungsi organisasi
dalam mencapai tujuan manajemen.

Hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program Lansia Dinas Kesehatan Depok
tentang mekanisme komunikasi dan informasi program lansia di Kota Depok minimal
dilakukan setahun sekali pada acara laporan Tahunan Program Komda Lansia. Alur
komunikasi dan informasi belum semua berjalan di sebabkan kadang merasa belum
menjadi kebutuhan dan prioritas karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang
pentingnya Program Komda Lansia pada lansia di Kota Depok. Hasil Wawancara
dengan pemegang program Komda Lansia di tingkat Puskesmas mengatakan bahwa
sulit sekali melakukan koordinasi dengan posbindu untuk menjalankan program
posbindu PTM khususnya pencegahan risiko dan pengendalian diabetes mellitus.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


83

Personalia memiliki tiga macam hubungan yakni : line relation, functional relation, dan
lateral relation. Line relation dimaksud hubungan antara seorang atasan dengan
bawahannya misalnya pemberian instruksi, pemberian saran-saran dan lain-lain.
Functional relation dimaksud hubungan antara sesuatu pejabat dengan pejabat-pejabat
lainnya dimana pejabat pertama memberikan bantuan dan layanan kepada pejabat kedua
dalam bidang keahliannya. Sedangkan lateral relation yang dimaksud hubungan-
hubungan untuk berkoordiner dan bekerja sama antara para manager yang setingkat
misalnya antara kepala-kepala bagian atau antara kepala-kepala seksi (Filipo, 1988).

Hasil wawancara dengan Penanggung Jawab Program Lansia Dinas Kesehatan Depok
tentang mekanisme komunikasi dan informasi Program Lansia di Kota Depok minimal
dilakukan setahun sekalai pada acara laporan Tahunan Program Komda Lansia. Alur
komunikasi dan informasi di tingkat kecamatan belum semua berjalan di sebabkan
belum semua Kecamatan di Kota Depok memiliki Puskesmas Santun Lansia. Pemegang
Program Lansia di tingkat Puskesmas mengatakan bahwa sulit sekali melakukan
koordinasi dengan semua Posbindu karena kurangnya jumlah kader dan masih kurang
kesadaran masyarakat khususnya lansia tentang pentingnya bergaya hidup sehat.

Seperti yang kita ketahui, Posbindu merupakan wadah pelayanan kesehatan terhadap
lansia yang ada di masyarakat. Posbindu dibentuk untuk mempermudah lansia
memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar
berjumlah 6 buah yaitu di RW 01 adalah Posbindu Dahlia, RW 02 adalah Posbindu
Melati, RW 03 adalah Posbindu Mawar, RW 04 adalah Posbindu Seruni, RW 05 adalah
Posbindu Anggrek, RW 07 adalah Posbindu Flamboyan dan RW 08 adalah Posbindu
Asyifa (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas
Cimanggis, Maret 2013). Kegiatan Posbindu dilaksanakan di masing-masing RW
kecuali RW 01 dan 02 yang pelaksanaannya masih bergabung dengan RW 08. Kader
Lansia di RW 02 mengatakan penggabungan tempat pelaksanaan Posbindu di RW 08
dikarenakan di RW 01 dan 02 tidak memiliki tempat yang luas untuk pelaksanaan
Posbindu. Tempat pelaksanaan Posbindu RW 01, 02 dan 08 sama tetapi dalam
pelaporan, masing-masing Posbindu memiliki pelaporan yang berbeda-beda (Hasil

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


84

interview dengan Kader RW 01 dan 02 Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis,


Maret 2013).

Jumlah kader Posbindu untuk masing-masing RW yang terdapat di Kelurahan Cisalak


Pasar bervariasi antara 4 sampai dengan 15 orang kader Posbindu. Kader Posbindu juga
ada yang merangkap sebagai kader Posyandu (yaitu suatu wadah pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat yang diperuntukkan bagi kesehatan ibu dan anak). Total jumlah
kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar adalah 54 orang namun yang sudah
mengikuti pelatihan Posbindu hanya 3 kader (Puskesmas Cimanggis, 2011). Kurangnya
jumlah kader Posbindu, kurangnya pemahaman kader terkait masalah kesehatan yang
umum dialami oleh lansia serta masih merangkapnya tugas dan peran kader dalam
kegiatan Posbindu dan Posyandu dapat berdampak terhadap kurang maksimalnya
pemahaman, pelayanan dan pembinaan terhadap kesehatan lansia terutama dengan
masalah diabetes mellitus.

Kegiatan Posbindu yang dilaksanakan di masing-masing RW dilaksanakan dengan


sistem 4 meja, dimana meja pengobatan dan promosi kesehatan dijadikan satu dan
dilakukan oleh pembina kelurahan. Meja pengobatan harusnya dilakukan oleh seorang
dokter. Jika dokter berhalangan maka hanya didelegasikan secara lisan (tidak tertulis)
kepada bidan karena bidan selaku pembina kelurahan, namun seringkali yang terjadi
adalah pelaksanaan kegiatan posbindu ini didatangi oleh bidan selaku pembina
kelurahan. Untuk kegiatan promosi kesehatan, dan pembagian media pembelajaran
seperti leaflet maupun poster, dll jarang dilakukan karena bidan berfokus pada
pengobatan. Promosi kesehatan yang diberikan kepada lansiapun sifatnya adalah
individualis sesuai masalah yang dikeluhkan saat itu saja dan sering kali tidak
menyeluruh hanya terbatas pada pencegahan penyakit tersebut (Hasil interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Beberapa Posbindu yang ada sudah terdapat kader Posbindu yang melakukan
penyuluhan kesehatan namun belum menggunakan media dalam memberikan
penyuluhan. Kader juga mengatakan bahwa seringkali tidak merasa percaya diri dalam
memberikan penyuluhan kesehatan karea takut salah dan sering kali penyuluhan yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


85

disampaikan dikolaborasikan dengan pengetahuan yang diperolehnya dari petugas


kesehatan, media cetak/elektronik dan pengalaman pribadinya. Kader sangat berharap
apabila ada pelatihan tentang cara penyuluhan kesehatannya untuk meningkatkan rasa
percaya dirinya dan diberikan media penyuluhan untuk membatu kader dalam
memberikan penyuluhan kesehatan. Selama ini kader yang bertugas pada meja-meja
pelaksanaan kegiatan Posbindu adalah orang yang sama, kader ingin adanya rotasi
dalam pelaksanaan tugas yang bisa dilakukannya agar mereka dapat menguasai semua
meja pelaksanaan Posbindu sehingga apabila ada kader yang berhalangan datang
kegiatan Posbindu masih tetap dapat bejalan (Interview dengan Kader Kelurahan
Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Pelatihan yang diberikan bagi kader Posbindu di Kelurahan Cisalak Pasar diadakan oleh
Dinkes langsung dengan pengisi pelatihan adalah orang-orang dari Dinkes sendiri.
Pihak Puskesmas hanya bersifat koordinasi untuk mengumpulkan peserta baik lansia
maupun kader lansia atau mengundang peserta. Jumlah kader yang diundang dalam
kegiatan pelatihan sangat terbatas biasanya hanya perwakilan. Kenyataannya kader yang
telah mendapatkan pelatihan kurang mau menyosialisasikan kepada kader lain di RW
nya tentang pelatihan yang telah diperoleh dan ada pula yang berhenti menjadi kader
sehingga skill yang didapatkan selama pelatihan hanya dimiliki oleh kader tersebut,
padahal harapan dari penyelenggara pelatihan peserta yang hadir dalam pelatihan
berbagi dengan anggota kader lainnya sehingga pelatihan yang diberikan oleh
penyelenggara menjadi bermanfaat. (Hasil interview dengan Pembina Kelurahan dan
Kader Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Kader lansia sebagai perpanjangan tangan dari petugas kesehatan dalam hal
memberikan promosi kesehatan terhadap lansia tentunya perlu untuk mendapat
pelatihan dan penyegaran terkait masalah kesehatan yang banyak dialami oleh lansia.
Hasil interview dengan lansia di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan sangat terbantu
dengan adanya kader kesehatan karena mereka memperoleh informasi tentang
pencegahan masalah kesehatan yang dialaminya meskipun minimal tanpa harus
membayar. Selain itu kader yang ada di wilayah RW tersebut juga dekat dengan lansia
sehingga lansia yang sudah mengalami penurunan kemampuan mobilitas mudah untuk

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


86

memperoleh informasi tanpa harus jauh-jauh datang ke Puskesmas (Hasil interview


dengan Lansia Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013). Hasil
wawancara dengan kader di Kelurahan Cisalak Pasar mengatakan selama ini belum
pernah diberikan pelatihan mengenai deteksi dini dan perawatan masalah diabetes
mellitus pada lansia. Kader juga mengatakan apabila pelatihan yang dilakukan diberikan
kepada perwakilan masing-masing RT di tiap RW dan dibuat dalam suatu kelompok
diharapkan masing-masing kader akan dapat saling mendukung dalam memberikan
penyuluhan dan dukungan bagi lansia (Hasil interview dengan Lansia Kelurahan
Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Menurut Filipo (1988), menjadi penting fungsi koordinasi diantara pejabat dalam
struktur organisasi baik yang bersifat lintas sektor maupun lintas program dalam upaya
membangun mekanisme kerja yang baik yang dapat menunjang pencapaian tujuan dari
organisasi. Perilaku positif organisasi menjadi sumber harapan, sikap optimis, dan
kegembiraan yang muncul dalam hubungan diantara pekerja mampu meningkatkan
penampilan kerja (performance), kepuasaan kerja, kesenagan kerja, dan komitmen
organisasi (Carolyn dan Fred, 2011).

c. Pengarahan (actuating)
Langkah selanjutnya setelah perencanaan dan pengorganisasian adalah pengarahan
mempunyai fungsi mengarahkan dan menggerakkan semua sumber daya untuk
mencapai tujuan, dengan memperhatikan peranan pimpinan, motivasi staf, kerjasama
dan komunikasi antar staf. Fungsi pengarahan atau actuating yang secara harfiah
diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong diartikan
penggerak atau pelaksanaan. Tujuan fungsi pengarahan adalah menciptakan kerjasama
yang lebih efisien; mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf; menumbuhkan
rasa memiliki dan menyukai pekerjaan; menciptakan suasana lingkungan kerja yang
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf; dan membuat organisasi
berkembang lebih dinamis (Marquis dan Huston, 2006; Muninjaya, 2004).

Kegiatan yang dilaksanakan dalam fungsi actuating adalah koordinasi kegiatan;


penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


87

mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi; mobilisasi dan alokasi sumber daya


fisik dan dana yang diperlukan dan pembuatan keputusan secara umum dan khusus
dengan koordinasi kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama
penerapan. Hal yang penting diperhatikan dalam actuating ini adalah bahwa seorang
karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu. Fungsi manajemen actuating ini
adalah fungsi koordinasi (coordinating), pengarahan (directing), dan kepemimpinan
(leading).

Menurut Marquis dan Huston (2006) bahwa directing terdiri dari peningkatan motivasi
kerja atau supervisi, dan komunikasi interpersonal. Peningkatan motivasi kerja kepada
anggota dapat berbentuk moril maupun materil atau verbal dan nonverbal. Pemberian
motivasi akan berdampak positif pada anggota untuk berusaha mencapai yang terbaik.
Motivasi kerja juga harus disertai peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal.
Kemampuan interpersonal yang bagus akan dapat meningkatkan kerjasama antar
anggota.

Fungsi pelaksanaan ditingkat Dinas Kesehatan dilakukan oleh penanggung jawab


program. Program yang dilaksanakan dalam periode tahun 2012 ini adalah lomba senam
jantung sehat, kegiatan lansia lainnya pada periode tahun 2012 ini tidak dilaksanakan
(Interview dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013).
Dinas Kesehatan telah melakukan fungsi pengarahan, baik secara intern maupun di luar
organisasi. Kepala dinas sering memberikan pengarahan pada semua bidang agar
menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai ketentuan yang sering diberikan pada saat
apel pagi sebagai motivasi untuk meningkatkan kinerja bawahannya dalam upaya
memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Hal yang sama juga dilakukan
kepala bidang.

Kepala bidang Yandasus yang membawahi seksi Kesga juga telah memberikan arahan
pada tiap seksinya. Untuk fungsi pendelegasian juga dilaksanakan di Dinas Kesehatan
maupun Puskesmas Cimanggis. Apabila pemegang program berhalangan hadir pada
pelaksanaan suatu kegiatan, maka akan dilakukan pendelegasian kepada petugas lainnya
dalam satu seksi. Namun pendelegasian yang dilakukan adalah delegasi lisan (Interview

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


88

dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013) begitupun
dengan Puskesmas Cimanggis dimana pendelegasian hanya dengan penyampaian lisan
tanpa ada format tertulis (Interview dengan Pembina Kelurahan Cisalak Pasar
Puskesmas Cimanggis, Maret 2013).

Dirk (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa seorang pemimpin dalam


kepemimpinannya perlu menggunakan motivasi untuk melayani dalam organisasi. Dia
juga menambahkan bahwa pelayanan kepemimpinan dapat ditunjukkan dengan
melakukan pemberdayaan dan mengembangkan kemampuan orang-orang bawahannya
dalam rangka untuk meningkatkan aktualisasi diri, sikap positif terhadap pekerjaan, dan
memperkuat fokus organisasi untuk mempertahankan kesambungan organisasi dan
tanggung jawab sosial. Pengarahan yang dilakukan oleh masing- masing bagian tanpa
adanya jalur komunikasi yang efektif, mengakibatkan kinerja organisasi tidak berjalan
dengan optimal dan dibutuhkan fungsi pengarahan yang baik, dimana diperlukan suatu
komunikasi yang efektif untuk memotivasi pihak - pihak yang terlibat (Marquis dan
Houston, 2006).

Fungsi supervisi juga telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan terhadap Pelaksanaan
program yang dilaksanakan oleh Puskesmas Cimanggis melalui penanggung jawab
program. Kinerja Dinas Kesehatan juga di supervisi oleh pemerintah Propinsi Jawa
Barat dalam bentuk koordinasi yang dilaksanakan setahun sekali (Interview dengan
Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013). Segala jenis
kegiatan yang dilaksanakan di masyarakat yang menjadi program Dinas kesehatan telah
dilakukan supervisi bertahap, dimana pelaksanaan di masyarakat disupervisi oleh
pembina kelurahan yang akan dilaporkan kepada kepala unit kesga di Puskesmas,
kemudian pelaporan ini dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan kepala seksi Kesga di
Dinas kesehatan. Supervisi oleh tim pembina pusat dilakukan satu kali setahun, tim
pembina provinsi dua kali setahun, tim pembina kabupaten 3 kali setahun dan tim
pembina kecamatan empat kali setahun (Marquis dan Huston, 2006; Kemenkes RI Pusat
Promosi Kesehatan, 2011).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


89

Penelitian Kirkby dkk. (1998), mengatakan bahwa untuk merubah dari staf krisis ke staf
proaktif diperlukan supervisi yang terjadwal, perlengkapan supervisi, manajemen
informasi, dan beban kerja pada setiap bagian. Dijelaskan juga dalam hasil penelitian itu
bahwa upaya pengembangan peningkatan kinerja melalui supervise bisa dilakukan
dengan cara; merevisi kembali pedoman kegiatan, menghilangkan supervisi yang
terpusat, mendorong atau memotivasi tanggungjawab harian setiap bagian organisasi,
menciptakan ruang kreatifitas bagi staf, dan menentukan capaian (indikator) pada setiap
unit kerja. Kegiatan supervisi yang tidak terjadwal belum memenuhi fungsi pengarahan
yang baik dimana penting adanya komunikasi yang efektif untuk memotivasi pihak
pihak yang terlibat, menyelesaikan konflik, serta memberikan pengarahan yang
dibutuhkan dalam melakukan proses pengarahan (Azwar, 1996). Dirk (2011) di dalam
hasil penelitiannya mengatakan bahwa perlunya membangun komunikasi yang baik
diantara staf untuk membangun kualitas dinamika hubungan, rasa percaya, dan
kejujuran yang diharapkan dapat membantu proses penampilan kerja yang lebih baik
untuk mencapai tujuan organisasi.

Fungsi pengarahan program kesehatan lansia yang belum dilaksanakan dengan baik
yaitu:1) belum adanya jalur koordinasi yang jelas terkait kegiatan lintas program dan
lintas sektoral; (2) belum adanya jadwal rutin untuk supervisi kinerja puskesmas
terhadap pelaksanaan program kesehatan lansia; (3) belum optimalnya proses
pemberian motivasi, pengarahan, bimbingan dan supervisi terkait program mulai dari
tingkat dinas kesehatan, puskesmas sampai Posbindu. Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa belum optimalnya pelaksanaan fungsi pengarahan pada
program pelayanan kesehatan lansia masih belum optimal baik dari tingkat Dinas
Kesehatan, Puskesmas Cimanggis, Posbindu sampai pada kegiatan kader lansia.

d. Evaluasi (controling)
Evaluasi bertujuan untuk melihat efektifitas dan efisiensi program yang sedang atau
telah dilaksanakan (Ervin, 2002). Evaluasi dapat mengidentifikasi masalah dan
keterbatasan program yang dilakukan. Evaluasi dapat dilakukan saat program sedang
berlangsung atau setelah program terlaksana. Menurut Marquis dan Huston (2006)
bahwa controlling terdiri dari quality control, instrumen evaluasi, dan disiplin.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


90

Pemerintah Kota Depok melakukan evaluasi setiap tahun dalam rangka membuat
laporan pertanggung jawaban APDB Kota Depok oleh Walikota Depok. Pada laporan
pertanggung jawaban Walikota Depok terlihat keberhasilan secara umum pelaksanaan
kegiatan Komda Lansia di Kota Depok. Evaluasi kegiatan lansia lebih banyak terhadap
Dinas Kesehatan Kota Depok, sementara struktur lainnya kurang terevaluasi (Depok
online, 2011).

Evaluasi program kesehatan seharusnya sudah dijelaskan sejak awal pembuatan model
sebagai kerangka kerja dalam penyusunan perencanaan hasil yang diinginkan. Belum
adanya kerangka kerja yang digunakan dalam upaya pencegahan risiko dan
pengendalian diabetes mellitus pada lansia di sekolah menyebabkan kurangnya jelasnya
capaian keberhasilan dari program. Evaluasi proses dan evaluasi hasil yang belum
dilakukan dengan baik berdampak pada tidak memungkinkannya dilakukan perbaikan
terhadap deviasi dan modifikasi terhadap rencana untuk mencapai tujuan dan standar
pengawasan yang telah ditetapkan. Fungsi pengontrolan yang tidak efektif ini
menyebabkan tidak dapat dilakukannya pengembangan dan modifikasi program untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang terutama program
pengendalian diabetes mellitus pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,
Depok. Sehingga tujuan dari evaluasi program tidak dapat dipenuhi yaitu melihat
efektifitas dan efisiensi program yang sedang atau telah dilaksanakan ( Ervin, 2002).

Seperti yang kita ketahui, pengawasan merupakan fungsi terakhir manajemen,


didalamnya ada evaluasi yang menjadi tolak ukur pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan dan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan yang telah disusun (Marquis
dan Huston, 2006; Muninjaya, 20004; Stanhope dan Lancaster, 2004). Pengawasan
(controling) merupakan fungsi manajemen agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan
rencana, apakah orang – orangnya, cara dan waktunya tepat. Pengawasan juga berfungsi
agar kesalahan dapat segera diperbaiki. Pengawasan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan adalah terkait pelaksanaan program dan kinerja SDM.

Fungsi pengawasan pengelolaan program kesehatan lansia Dinas Kesehatan di Kota


depok dilakukan oleh penanggungjawab program kesehatan lansia. Tenaga pengawasan
terdiri dari 2 orang, 1 orang dokter dan 1 orang perawat. Alokasi anggaran untuk

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


91

monitor dan evaluasi pelaksanaan program pembinaan kesehatan lansia sudah disiapkan
satu tahun sekali. Pengawasan ini dilakukan dari tingkat Dinas Kesehatan sampai
dengan kinerja Puskesmas Cimanggis terhadap pelaksanaan Program. Program-program
yang telah dilaksanakan oleh Puskesmas dilaporkan kepada penganggung jawab
program di Dinas Kesehatan Tujuan pelaporan ini adalah agar penanggung jawab
program dapat menilai keberhasilan dan kendala yang dialami dalam pelaksanaan
program.

Harapannya dengan dilakukan penilaian program, maka rencana program yang akan
dilaksanakan pada tahun berikutnya dan penentuan kebijakan dapat lebih baik lagi.
Pengendalian merupakan elemen manajemen keperawatan yang meliputi penilaian
tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat, pemberian instruksi dan menetapkan
prinsip-prinsip melalui penetapan standar, membandingkan penampilan dengan standar
dan memperbaiki kekurangan. Hasil wawancara dengan pembina kelurahan dikatakan
bahwa belum ada penilaian kinerja kader dalam kegiatan posbindu termasuk
pengelolaan masalah diabetes mellitus pada lansia, selain itu juga belum adanya sistem
pemantauan dam pelaporan terhadap masalah diabetes mellitus yang dialami oleh
lansia, belum ada evaluasi dari kepala puskesmas terhadap penanggung jawab program
tingkat puskesmas tentang program lansia.

Kondisi lain yang terjadi yaitu belum efektifnya supervisi kegiatan pembinaan lansia
diabetes mellitus, belum efektifnya perencanaan program rutin tahunan lansia dengan
masalah diabetes mellitus tetapi hanya memperhatikan lansia secara umum yaitu dengan
mengadakan lomba senam lansia yang diadakan dua atau tiga tahun sekali. Program
tahunan dari Penanggungjawab Program Lansia di tingkat Dinkes Kota Depok hanya
mencakup pelatihan kader, pengadaan sarana cetak, dan kit lansia (Interview dengan
Pembina Kelurahan Cisalak Pasar Puskesmas Cimanggis, Maret 2013; Interview
dengan Penanggungjawab Program Lansia Dinkes Kota Depok, Maret 2013). Belum
efektifnya fungsi pengawasan ini akan berdampak pada kurangnya kemampuan dalam
pengembangan dan modifikasi program untuk pengendalian masalah kesehatan lansia
khususnya dengan diabetes mellitus. Ketidakefektifan evaluasi Program Lansia di Kota
Depok akibat monitoring dan evaluasi yang tidak dilakukan secara terus menerus.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


92

Pengawasan pelaksanaan program kesehatan lansia dilihat dari penampilan lansia serta
proses dan hasil pelaksanaan Program Lansia. Sasaran evaluasi adalah lansia,
lingkungan masyarakat, perilaku keluarga dan kelompok pendukung serta manajemen
Program Lansia. Secara rinci unsur yang dievaluasi adalah perubahan pengetahuan
kesehatan, tingkah laku, kebiasaan dan keterampilan hidupsehta, lingkungan kelompok
dan masyarakat yang sehat serta keberhasilan pembinaan dan pengelolaan Program
Lansia. Fungsi pengontrolan tidak berjalan dengan baik akibat belum jelasnya indikator
pencapaian tujuan jangka pendek maupun jangka panjang terkait program yang
dilaksanakan. Blake, Spencer, dan Kevin (2011), dalam penelitiannya mengatakan
bahwa capaian program yang efektif sangat ditentukan oleh hasil pengkajian
manajemen sebagai dasar penetapan masalah dan tujuan dari sebuah program.

Berdasarkan uraian data tentang pelaksanaan empat fungsi manajemen pelayanan


kesehatan lansia program Lansia khususnya pencegahan risiko dan pengendalian
diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Cimanggis, Kota Depok, maka dapat
digambarkan diagram fish bone untuk mempermudah merumuskan masalah yang
ditemukan. Diagram fish bone tentang masalah manajemen pelayanan kesehatan lansia
program Lansia khususnya pencegahan risiko dan pengendalian diabetes mellitus di
wilayah kerja Puskesmas Cimanggis, Kota Depok adalah sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


4.1 Diagram fish bone tentang hasil analisis terhadap manajemen pelayanan kesehatan pada kelompok lansia dengan DM
93
PERENCANAAN PENGORGANISASIAN
Belum optimalnya sistem Belum ada perencanaan untuk
monitoring dan evaluasi program pengendalian kadar Ketidakmampuan Belum adanya kelompok
Kurang motivasi lansia DM
kesehatan lansia dengan gula darah pada lansia dengan pengelolaan masalah khusus kader yang mampu
dalam mengelola
diabetes mellitus diabetes mellitus melalui kesehatan Lansia DM mengelola masalah diabetes
kesehatannya
kegiatan self manajement secara mandiri mellitus pada lansia
Belum optimalnya social support Jumlah kader Posbindu Tumpang tindih tugas dan
pengorganisasian SDM berkisar 4 – 15 orang dan peran kader sebagai kader
Program Lansia bukan Angka kejadian diabetes
kader lansia tingkat kader yang terlibat hanya 12 Posyandu dan Posbindu
merupakan program mellitus pada lansia
Posbindu orang
prioritas ketiga tertinggi Kurang SDM dalam Kurang optimal
Keterbatasan Pengelola program pelayanan kesehatan
anggaran bagi Kurang optimal lansia di Puskesmas lansia dalam upaya
program pembinaan dan pelatihan Cimanggis hanya 2 (1 preventif dan promotif
pembinaan terhadap manajemen dokter + 1 perawat) dan lebih fokus kepada
kesehatan lansia kesehatan lansia orang dan pembina upaya kuratif
kelurahan hanya 1
Kurang motivasi kader
Belum terlihat Belum adaorang yaitukinerja
penilaian bidan kader
dalam mengelola kesehatan
Tidak adanya format dalam kegiatan posbindu
proses lansia karena minimnya
tertulis dalam
pendelegasian reward
pendelegasian baik
Belum adanya sistem
di Dinkes maupun Tidak terkontrolnya kadar gula darah
Kurangnya kader pemantauan mandiri kasus
Puskesmas lansia dan kurangnya kemampuan
yang memiliki diabetes mellitus pada lansia
Belum optimalnya kemampuan pencegahan terhadap masalah DM
pelaksanaan program dan Kurang sosialisasi tentang dalam Belum ada evaluasi terhadap
mekanisme perawatan, pelatihan kader Posbindu pembinaan pelaksanaan Program Lansia dari Kurangnya pelaksanaan program yang
perhatian dan dukungan yang baru mengikuti masalah kepala puskesmas terhadap penanggung berorientasi pada peningkatan
sosial pada lansia dengan pelatihan hanya 3 orang kesehatan lansia jawab program kesehatan lansia dengan DM
diabetes mellitus dari 54 kader Posbindu DM Belum ada evaluasi terhadap Masih rendahnya pemanfaatan
Kinerja kader tidak pelaksanaan kinerja Posbindu pelayanan Posbindu oleh lansia
Belum optimalnya pengarahan Belum adanya pengarahan optimal akibat tumpang
yang dilakukan oleh Petugas secara kontinu yang tindih jobdesk
Puskesmas terhadap kader dilakukan terhadap kinerja PENGAWASAN
dalam pemberian pelayanan kader PENGARAHAN
pada lansia dengan diabetes
mellitus Universitas
Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


94

4.1.1. Masalah Manajemen Keperawatan


Perumusan masalah manajemen keperawatan berdasarkan hasil analisis diagram
fishbone. Masalah yang muncul dipilih melalui prioritas, antara lain: 1). Belum
optimalnya pelaksanaan program, mekanisme perawatan, perhatian dan dukungan
sosial pada lansia dengan diabetes mellitus oleh kader di Kelurahan Cisalak Pasar;
2). Belum optimalnya pengorganisasian SDM kader lansia tingkat Posbindu di
Kelurahan Cisalak Pasar; 3). Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi
pelayanan kesehatan lansia dengan diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar;
4). Belum optimalnya pengarahan yang dilakukan oleh Petugas Puskesmas
terhadap kader dalam pemberian pelayanan pada lansia dengan diabetes mellitus
di Kelurahan Cisalak Pasar.

4.1.2. Penapisan Masalah


Berdasarkan prioritas, masalah manajemen pelayanan kesehatan pada lansia
dengan masalah asam urat yang dilakukan intervensi selama 8 bulan adalah 1)
Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi kesehatan lansia dengan
diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar; 2). Belum optimalnya pelaksanaan
program, mekanisme perawatan, perhatian dan dukungan sosial pada lansia
dengan diabetes mellitus oleh kader di Kelurahan Cisalak Pasar. Kriteria
penapisan masalah dapat dilihat pada lampiran 1.

4.1.3. Perencanaan, Implementasi, Evaluasi dan Rencana tindak lanjut


Kedua masalah manajemen pelayanan kesehatan komunitas tersebut kemudian
diselesaikan melalui program inovasi dengan tema ”Lansia Sehat dengan Diabetes
Mellitus” dengan metode ”pemberdayaan lansia, keluarga dan kader” yang akan
dilakukan selama 8 bulan pada lansia di Kelurahan Cisalak Pasar. Adapun
perencanaan dan program inovasi tersebut adalah sebagi berikut:

Masalah Manajemen 1: Belum optimalnya sistem monitoring dan evaluasi


kesehatan lansia dengan diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar.

Tujuan Umum: Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


95

komunitas yaitu selama 8 bulan diharapkan monitoring dan evaluasi kesehatan


lansia dengan diabetes mellitus menjadi optimal melalui program LANSET DM
di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.

Tujuan Khusus: Setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan


komunitas melalui program LANSET DM selama 8 bulan di Kelurahan Cisalak
Pasar, Cimanggis, Depok diharapkan : 1). Terbentuknya KP LANSET DM; 2).
Terbentuknya struktur organisasi kepengurusan KP LANSET DM di Kelurahan
Cisalak Pasar; 3). Peningkatan pengetahuan anggota KP LANSET DM minimal
2SD; 4). Peningkatan sikap anggota KP LANSET DM minimal 2SD; 5). 70%
anggota KP dan KS LANSET DM termasuk kategori baik dalam melakukan
relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi secara mandiri.

Rencana Kegiatan: 1). Sosialisasi kegiatan pemantauan kesehatan secara mandiri


oleh lansia dengan menggunakan KPM LANSET DM; 2). Pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan masalah kesehatan pada lansia menggunakan KPM
LANSET DM oleh keluarga; 3). Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan masalah kesehatan pada lansia menggunakan KPM LANSET DM
oleh kader; 4). Pendampingan KP LANSET DM dalam melakukan pemantauan
terrhadap pengelolaan masalah kesehatan yang dilakukan oleh lansia secara
mandiri menggunakan KPM; 5). Memfasilitasi pendampingan yang dilakukan
oleh pembina kelurahan terhadap kegiatan KP LANSET DM dalam memantau
kemampuan lansia dalam mengelola kesehatannya secara mandiri.

Pembenaran: Intervensi masalah fungsi pengorganisasian ditekankan pada


pembentukan struktur dan pembagian kerja penanggung jawab KP LANSET DM
merupakan bagian dari keberhasilan penanganan permasalahan DM pada
kelompok lansia di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. Marquis dan
Houston (2006) pembentukan struktur dan pembagian kerja, dan wewenang
bertujuan agar program terlaksana secara optimal. Hal ini memerlukan
pembentukan struktur kegiatan KP LANSET DM di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok melalui negosiasi dengan Lurah setempat. Strategi yang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


96

dilakukan adalah pemberdayaan kader, lansia dan keluarga setempat dalam


kepengurusan KP LANSET DM dalam mengatasi permasalahan DM pada lansia.

Pemberdayaan merupakan bentuk optimalisasi sumber daya yang ada di


masyarakat dengan berbagai pihak terkait dalam mengatasi masalah kesehatan.
Pemberdayaan sangat berperan penting dalam tindakan keperawatan komunitas
(Ervin, 2002). Bentuk pemberdayaan masyarakat dalam pengorganisasian adalah
negosiasi, koordinasi dan penjelasan program kesehatan lansia dengan program
yang berkaitan serta instansi-instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas
Cimanggis, PERGERI, PERSADIA, Masyarakat/LSM, dan semua komponen
sekolah. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pelayanan promotif dan
preventif melalui penyebaran informasi dalam upaya merubah perilaku yang lebih
sehat. (Stanhope dan Lancaster, 2004).

Pengarahan atau supervisi merupakan bagian penting dari manajemen pelayanan


kesehatan untuk menjaga supaya program berjalan sesuai dengan perencanaan dan
mencari solusi terhadap kendala yang dihadapi saat program sedang berjalan.
Menurut Marquis dan Huston (2006) bahwa directing terdiri dari peningkatan
motivasi kerja atau supervisi, dan komunikasi interpersonal. Peningkatan motivasi
kerja kepada anggota dapat berbentuk moril maupun materil atau verbal dan
nonverbal. Pemberian motivasi akan berdampak positif pada anggota untuk
berusaha mencapai yang terbaik. Motivasi kerja juga harus disertai peningkatan
kemampuan komunikasi interpersonal. Kemampuan interpersonal yang bagus
akan dapat meningkatkan kerjasama antar anggota.

Kemampuan interpersonal diperoleh melalui kelompok pendukung merupakan


pemberi perawatan bagi anggota keluarga atau kelompok di dalam masyarakat
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga atau masyarakat (Neufeld dan
Harrison, 2010). Kelompok pendukung tersebut merupakan anggota masyarakat
atau kader yang bersedia membantu keluarga atau kelompok lansia dengan
diabetes mellitus dengan melakukan berbagai kegiatan untuk mengedalikan
masalah diabetes mellitus pada lansia. Kelompok pendukung berperan dalam

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


97

memfasilitasi keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan kesehatan anggota


keluarga atau masyarakat khususnya lansia dengan diabetes mellitus.

Implementasi
1) Melakukan perekrutan dan membentuk struktur organisasi KP LANSET DM
di RW 05 pada tanggal 31 Mei 2013 pukul 08.30 – 10.00 WIB dihadiri oleh
15 orang kader. Proses pelaksanaan perekrutan dilakukan dengan
mendiskusikan terlebih dahulu tentang kelompok pendukung diabetes
mellitus, tujuan kelompok pendukung diabetes mellitus, dan kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok pendukung diabetes mellitus. Langkah selanjutnya
yaitu menentukan keanggotaan KP LANSET DM, membuat struktur kepung
tensi.

Struktur keanggotaan KP LANSET DM di RT 05 RW 05 mengikuti struktur


Posbindu yang terdapat di masing-masing RW, sedangkan struktur KP
LANSET DM di RW 03 tidak dibuat struktur khusus karena hanya terdiri dari
2 orang anggota. Kondisi di RW 03 seperti demikian karena sudah ada tiga
kelompok pendukung yang telah terbentuk di RW tersebut yang melibatkan
kader posyandu maupun posbindu, sementara yang bukan kader atau anggota
masyarakat kurang bersedia menjadi anggota KP LANSET DM.

2) Melakukan penyegaran dan penyuluhan kembali tentang masalah diabetes


mellitus pada KP LANSET DM:
a. RT 04 RW 05 tanggal 4 Juni 2013 pukul 09.00 – 10.00 WIB dihadiri oleh
12 orang kader
b. RT 05 RW 05 tanggal 6 Juni 2013 pukul 09.30 – 10.30 WIB dihadiri oleh
7 orang kader
c. RT 07 RW 05 tanggal 8 Juni 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 9 orang
kader

Proses pelaksanaan penyegaran dan penyuluhan tentang diabetes mellitus


kepada KP LANSET DM sangat interaktif karena para kader sebelumnya

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


98

sudah pernah mengikuti pelatihan tentang diabetes mellitus pada tanggal 13


dan 14 April 2013 yang dilakukan oleh Mahasiswa Residen Program Spesialis
Keperawatan Komunitas, hanya saja anggota KP LANSET DM ingin
memvalidasi terkait proses terjadinya diabetes mellitus sampai mengakibatkan
stroke.

3) Melakukan pelatihan dan demonstrasi relaksasi “BEBAS DM” dan akupresur


DM selama 3 kali pertemuan:
a. RT 04 RW 05:
i. Tanggal 16 Oktober 2013 pukul 09.00 – 10.00 WIB dihadiri oleh 10
orang kader
ii. Tanggal 18 Oktober pukul 09.00 – 10.00 WIB dihadiri oleh 7 orang
kader
iii. Tanggal 23 Oktober pukul 09.30 – 10.30 WIB dihadiri oleh 9 orang
kader
b. RT 05 RW 05:
i. Tanggal 25 Oktober 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 7
orang kader
ii. Tanggal 30 Oktober 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 6
orang kader
iii. Tanggal 1 November 2013 pukul 10.00 – 11.30 WIB dihadiri oleh 9
orang kader
c. RT 07 RW 05:
i. Tanggal 5 November 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 6 orang
kader
ii. Tanggal 7 November 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 7 orang
kader
iii. Tanggal 13 November 2013 jam 09.30 – 10.30 dihadiri oleh 6 orang
kader

Pertemuan pertama dilakukan penjelasan tentang relaksasi “BEBAS DM”


dan akupresur DM sebagai cara penanganan masalah diabetes mellitus

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


99

pada lansia disertai dengan proses mulai dari persiapan sampai evaluasi.
Langkah selanjutnya secara bersama-sama melakukan relaksasi “BEBAS
DM” dan akupresur DM dengan memberi contoh dua sampai tiga kali
setiap satu gerakan kemudian langsung didemonstrasikan kembali dua
kali oleh anggota KP LANSET DM. Pertemuan pertama dimulai dengan
melakukan teknik pernapasan dan meditasi dilanjutkan dengan kelompok
otot wajah.

Pertemuan kedua diawali dengan mengulang kembali teknik pernapasan


dan gerakan pada otot wajah. Langkah selanjutnya yaitu melakukan
gerakan pada otot dada dan punggung, otot bahu, siku, dan lengan atas,
pergelangan tangan, telapak tangan, otot kaki dan paha yang dilakukan
dua sampai tiga kali yang dilanjuti dengan memberikan kesempatan
kepada anggota KP LANSET DM untuk melakukan dua kali pada
masing-masing gerakan.

Pertemuan ketiga yaitu mengulang kembali gerakan mulai dari otot wajah
hingga otot kaki kemudian memberikan kesempatan kepada kader untuk
melakukan kembali seluruh gerakan mulai dari otot wajah sampai otot
kaki.

Evaluasi
1) Adanya struktur kepengurusan KP LANSET DM
2) Pengetahuan anggota KP LANSET DM mengalami peningkatan menjadi rata-
rata pada pre-test adalah 7,83 dengan standar deviasi 1,193; dan rata-rata pada
post-test adalah 9,00 dengan standar deviasi 0,953. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,041 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara pengetahuan pre-test dan post-test pada KP LANSET DM.
3) Sikap anggota KP LANSET DM mengalami peningkatan menjadi rata-rata
pada pretest adalah 17,50 dengan standar deviasi 2,153; dan rata-rata pada
posttest adalah 19,42 dengan standar deviasi 0,793. Hasil uji statistik

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


100

didapatkan p-value 0,019 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang


signifikan antara sikap pre-test dan post-test pada KP LANSET DM.
4) Perilaku anggota KP LANSET DM mengalami peningkatan menjadi rata-rata
pada pretest adalah 16,92 dengan standar deviasi 3,579; dan rata-rata pada
posttest adalah 19,08 dengan standar deviasi 1,832. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,051 maka dapat disimpulkan ada tidak perbedaan yang
signifikan antara perilaku pre-test dan post-test pada KP LANSET DM.
5) 41,7% (12) anggota KP LANSET DM termasuk kategori sangat baik dalam
melakukan kegiatan dalam paket program LANSET DM secara mandiri.
6) 58,3% (12) anggota KP LANSET DM termasuk kategori baik dalam
melakukan kegiatan dalam paket program LANSET DM secara mandiri.

Rencana Tindak Lanjut


1) Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinas Kesehatan (Dinkes) meningkatkan pelayanan dengan melakukan
koordinasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
mendelegasikan kepada pihak puskesmas terutama perawat untuk meninjau
kepengurusan KP LANSET DM serta melakukan pengembangan dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui penyegaran
materi tentang diabetes mellitus dan pelaksanaan program LANSET DM pada
anggota KP LANSET DM.
2) Pihak Puskesmas Cimanggis
Hasil pendelegasian dari Dinkes dapat dilanjutkan oleh pihak Puskesmas
terutama perawat dan secara langsung perawat dari Puskesmas melakukan
koordinasi terkait kelanjutan kepengurusan KP LANSET DM terutama dalam
hal kemampuan kader melakukan relaksasi “BEBAS DM” sekali dalam empat
bulan. Pihak puskesmas juga memberikan motivasi kepada anggota KP
LANSET DM untuk terus melakukan dan mengembangkan kemampuan
dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan dalam paket program LANSET
DM sekali dalam empat bulan serta mengembangkan KP LANSET DM
dengan kemampuan melakukan terapi komplementer herbal daun sirih merah

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


101

maupun modalitas relaksasi “BEBAS DM” pada wilayah lain yang belum
terbentuk.
3) Kelurahan Cisalak Pasar:
Pihak Kelurahan juga ikut memberikan motivasi bagi anggota KP LANSET
DM yang merupakan anggota masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar agar tetap
eksis kepengurusan setiap pelaksanaan rapat koordinasi di kelurahan serta
memfasilitasi dan memotivasi anggota masyarakat agar bersedia menjadi
anggota KP LANSET DM sehingga dapat membentuk KP LANSET DM di
wilayah lain yang belum terbentuk atau menambah anggota dari KP LANSET
DM yang sudah terbentuk.
4) Kader Kesehatan
Kader kesehatan terutama anggota KP LANSET DM melakukan kegiatan
secara mandiri setiap bulan dengan melakukan evaluasi kegiatan KP LANSET
DM, melakukan diskusi terkait diabetes mellitus dan melakukan latihan
relaksasi “BEBAS DM secara terus-menerus, saling mengevaluasi sesama
anggota KP LANSET DM dalam melakukan kegiatan dalam paket program
LANSET DM. Anggota KP LANSET DM juga melakukan perekrutan
anggota baru dan belajar bersama terkait diabetes mellitus dan pelaksanaan
program LANSET DM.

Masalah Manajemen 2: Belum optimalnya pelaksanaan program,


mekanisme perawatan, perhatian dan dukungan sosial pada lansia dengan
diabetes mellitus oleh kader di Kelurahan Cisalak Pasar

Tujuan Umum

Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan pelaksanaan program, mekanisme


perawatan, perhatian dan dukungan sosial pada lansia dengan diabetes mellitus
oleh kader di Kelurahan Cisalak Pasar menjadi optimal

Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pelaksanaan pelayanan keperawatan komunitas melalui paket


kegiatan dalam program LANSET DM selama 8 bulan di Kelurahan Cisalak

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


102

Pasar, Cimanggis, Depok diharapkan: 1). Sosialisasi kegiatan pemantauan


kesehatan secara mandiri oleh lansia dengan menggunakan KPM; 2). Pelaksanaan
kegiatan pengelolaan dan pemantauan masalah kesehatan pada lansia
menggunakan KPM oleh keluarga; 3). Pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan
pemantauan masalah kesehatan pada lansia menggunakan KPM oleh kader; 4).
Pendampingan KP LANSET DM dalam melakukan pemantauan terhadap
pengelolaan masalah kesehatan yang dilakukan oleh lansia secara mandiri
menggunakan KPM; 5). Memfasilitasi pendampingan yang dilakukan oleh kader
terhadap kegiatan KS LANSET DM dalam memantau kemampuan lansia dalam
mengelola kesehatannya secara mandiri; 6). Kader sebagai anggota KP LANSET
DM mampu melakukan supervisi kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki,
senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada
KS LANSET DM dalam hal ini keluarga dan lansia dengan diabetes mellitus; 7).
Kader mampu memberikan umpan balik pada keluarga dan lansia dengan diabetes
mellitus dalam melakukan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 8).
Teridentifikasi hambatan pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan
kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM
oleh kader; 9). Terlaksana evaluasi secara langsung pelaksanaan kegiatan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap lansia dengan DM.

Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana keperawatan berupa 1) Lakukan persiapan sebelum melaksanakan
supervisi pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap anggota
KP LANSET DM; 2) Lakukan supervisi terhadap anggota KP LANSET DM
dalam melaksanakan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 3) Anggota KP
LANSET DM melakukan supervisi manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada
keluarga dan lansia dengan diabetes mellitus; 4) Anggota KP LANSET DM

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


103

berikan umpan balik kepada keluarga atau kelompok lansia dengan diabetes
mellitus terkait pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 5) Evaluasi
secara langsung pelaksanaan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap anggota
KP LANSET DM; 6) Berikan masukan kepada anggota KP LANSET DM
terhadap pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 7) Berikan
motivasi kepada anggota KP LANSET DM setelah melaksanakan kegiatan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM kepada lansia dengan diabetes mellitus.

Pembenaran
Pelaksanaan supervisi sebagai salah satu elemen dari fungsi manajemen
pengarahan merupakan bentuk pengawasan terhadap kinerja anggota KP
LANSET DM (Whitehead, Weiss, dan Tappen, 2010). Pelaksanaan supervisi juga
membantu untuk memberikan masukan dan dan evaluasi terhadap anggota KP
LANSET DM dalam melaksanakan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang telah
dimodifikasi pada lansia dengan diabetes mellitus (Whitehead, Weiss, dan
Tappen, 2010) sehingga dapat meningkatkan kinerja dari anggota KP LANSET
DM melakukan kegiatan dalam paket program LANSET DM.

Disamping itu, pelaksanaan pengawasan yaitu monitoring dan evaluasi merupakan


komponen penting yang digunakan untuk melihat keberhasilan dari suatu tindakan
atau pelayanan (Gillies, 2000). Monitoring dan evaluasi terhadap kemampuan
lansia dalam mengelola masalah kesehatannya secara mandiri dapat dilakukan
dengan melibatkan kader. Pelibatan kader dalam pelayanan kesehatan
dimasyarakan merupakan salah satu bentuk dari pemberdayaan. Helvie (1998)
menjelaskan pemberdayaan merupakan suatu gagasan untuk mendorong klien
atau masyarakat untuk menentukan sendiri apa yang harus dilakukan dalam

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


104

kaitannya mengatasi permasalahan yang dihadapi, sehingga klien atau masyarakat


memiliki kesadaran dan kekuatan penuh untuk menentukan masa depannya.

Implementasi
1) Melakukan persiapan pada tanggal 6 November 2013 sebelum melaksanakan
supervisi keluarga dan 8 November 2013 oleh kader terkait pelaksanaan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM terhadap anggota KS LANSET
DM maka lembar observasi pelaksanaan program LANSET DM begitu juga
media petunjuk pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM maupun KPM LANSET
DM. Kader atau anggota KP LANSET DM yang akan dilakukan supervisi di
keluarga tampak ragu melakukan kunjungan karena untuk pertama kalinya
melakukan kunjungan rumah dan mengajarkan keluarga lansia dengan
diabetes mellitus tentang pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM,
perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan
akupresur DM, namun karena motivasi yang kuat dari mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas maka anggota tersebut siap dan berani melakukan
pendidikan kesehatan dalam program LANSET DM, begitu juga yang terjadi
pada anggota KP LANSET DM yang melakukan penyuluhan dalam bentuk 4
sesi kegiatan program LANSET DM pada kelompok lansia dengan diabetes
mellitus merasakan hal yang sama.
2) Melaksanakan supervisi pada anggota KP LANSET DM dalam melakukan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada keluarga tanggal 10 Mei
2013 dan pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus tanggal 23 April
2013. Supervisi terhadap anggota KP LANSET DM pada keluarga lansia
dengan diabetes mellitus dimulai dengan fase prainteraksi. Fase prainteraksi
anggota KP LANSET DM menyampaikan salam pembuka dan keluarga
membalas salam yang disampaikan anggota KP LANSET DM, selanjutnya
anggota KP LANSET DM mengidentifikasi kondisi yang dialami keluarga
saat dilakukan kunjugan dan keluarga berespon bahwa kondisi yang dialami
saat ini baik. Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan. Tahap pelaksanaan kader

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


105

memulai dengan menjelaskan tujuan kegiatan manajemen diet DM, perawatan


kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur
DM, melakukan pengukuran tekanan darah pada keluarga maupun kelompok
lansia dengan diabetes mellitus menggunakan glukotest digital. Selanjutnya
memulai kegiatan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM dengan
memberikan instruksi mulai dari meditasi pada awal, hingga nafas dalam dan
gerakan relaksasi progresif otot sampai pada afirmasi pada penutup atau akhir.
Kader atau anggota KP LANSET DM melakukan pemeriksaan tekanan darah
setelah pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” dan melakukan terminasi. Kader
memberikan masukan kepada keluarga atau kelompok lansia dengan diabetes
mellitus pada gerakan yang masih salah dilakukan oleh keluarga lansia
maupun kelompok lansia dengan diabetes mellitus dan anggota KP LANSET
DM mampu menjelaskan cukup baik kepada keluarga terkait masalah diabetes
mellitus dan pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” .
3) Memberikan evaluasi secara langsung pelaksanaan kegiatan manajemen diet
DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”,
dan akupresur DM terhadap anggota KP LANSET DM. Menurut kader yang
melakukan kegiatan tersebut pada lansia dan keluarga, kader merasa gugup
saat melakukan terapi pada keluarga, contohnya kader lupa melakukan
afirmasi pada bagian penutup dari pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” ,
namun kader tetap percaya diri dalam melakukan relaksasi “BEBAS DM”.
Kader juga merasa mampu melakukan relaksasi “BEBAS DM” pada keluarga
lansia dengan diabetes mellitus. Menurut kader yang melakukan relaksasi
“BEBAS DM” terhadap kelompok lansia dengan diabetes mellitus juga
merasa gugup dan kurang percaya diri, namun ketika dilaksanakan kader
ternyata dapat memimpin pelaksanaan kegiatan relaksasi “BEBAS DM”
meskipun ada yang terlupakan oleh kader atau anggota KP LANSET DM
tersebut, namun kader anggota KP LANSET DM juga menyadari kekurang
yang terjadi di dalam diri masing-masing sehingga masih perlu banyak belajar
dan latihan. Evaluasi yang dilakukan Mahasiswa Residen Keperawatan
Komunitas bahwa kader cukup baik melakukan relaksasi “BEBAS DM” baik
pada keluarga maupun pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


106

4) Memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota KP LANSET DM


terhadap pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM baik di
keluarga maupun di kelompok lansia dengan diabetes mellitus. Mahasiswa
Residen Keperawatan Komunitas memberikan masukan bahwa perlu
dipelajari lagi manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM,
terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM dan berusaha mengingat
proses pelaksanaan dari awal hingga akhir dan memberikan reinforcement
positif bagi anggota KP LANSET DM yang bersedia melakukan relaksasi
“BEBAS DM” pada keluarga maupun lansia dengan diabetes mellitus.
5) Memberikan motivasi kepada anggota KP LANSET DM setelah
melaksanakan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM kepada lansia
dengan diabetes mellitus. Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
meminta anggota KP LANSET DM untuk terus melakukan paket kegiatan
tersebut pada keluarga dan kelompok lansia dengan diabetes mellitus karena
kader atau anggota KP LANSET DM merupakan kelompok yang ikut
membantu pemerintah dalam meningkatkan kesehatan lansia di masyarakat
dan menjadi perpanjangan tangan tenaga kesehatan di masyarakat.

Evaluasi
Evaluasi keperawatan berupa: 1). Kader atau anggota KP LANSET DM dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam
DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM pada kelompok lansia
diabetes mellitus dengan bantuan Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
berupa lembar observasi pelaksanaan program LANSET DM terhadap kader dan
media yang digunakan saat pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” serta glukotest
digital; 2). Kader atau anggota KP LANSET DM mampu memberikan masukan
kepada keluarga atau kelompok lansia dengan diabetes mellitus pada gerakan
yang masih salah dilakukan oleh keluarga lansia maupun kelompok lansia dengan
diabetes mellitus; 3). Anggota KP LANSET DM juga mampu menjelaskan atau

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


107

memberikan umpan balik yang cukup baik kepada keluarga terkait masalah
diabetes mellitus dan pelaksanaan kegiatan dalam paket program LANSET DM;
4). Menurut anggota KP LANSET DM hambatan dalam melakukan kegiatan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM yaitu belum menguasai secara mendalam
pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga memerlukan banyak waktu untuk belajar
dan latihan secara terus-menerus; 5) Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas
dapat memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota KP LANSET DM
terkait pelaksanaan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang telah
dilakukan pada keluarga, lansia dengan diabetes mellitus, dan anggota KP
LANSET DM menerima secara positif evaluasi dari Mahasiswa Residen
Keperawatan Komunitas.

Rencana Tindak Lanjut


1) Dinas Kesehatan Kota Depok
Dinkes Kota Depok khususnya penanggungjawab program lansia ikut
melakukan supervisi baik secara langsung maupun tidak langsung melalui
tenaga perawat di Puskesmas pelaksanaan manajemen diet DM, perawatan
kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur
DM” yang dilakukan oleh kader serta langsung memberikan umpan balik baik
kelebihan maupun kekurangan anggota KP LANSET DM dalam melakukan
relaksasi “BEBAS DM” .
2) Pihak Puskesmas Cimanggis
Pihak puskesmas menerima delegasi dari Dinkes untuk melakukan supervisi
terhadap pelaksanaan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang dilakukan
oleh anggota KP LANSET DM pada keluarga dan KS LANSET DM atau
pihak puskesmas khususnya perawat atau penanggungjawab program lansia
untuk melakukan supervisi selama setiap empat bulan sekali.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


108

3) Kelurahan Cisalak Pasar


Pihak kelurahan ikut membantu pelaksanaan supervisi tersebut dengan
menghimbau kepada masyarakat untuk bersedia dikunjungi oleh kader
khususnya anggota KP LANSET DM untuk melakukan pendidikan kesehatan
atau melaksanakan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam
DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM di keluarga dan/atau
KS LANSET DM.
4) Kader Kesehatan
Kader khususnya anggota KP LANSET DM tetap meningkatkan keterampilan
dalam melakukan paket kegiatan program LANSET DM agar mempunyai
percaya diri yang kuat dalam memberikan perawatan pada keluarga dan/atau
KS LANSET DM melalui pelaksanaan manajemen diet DM, perawatan kaki,
senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM.

4.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga di wilayah Kelurahan Ciasalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok dilakukan terhadap 10 keluarga dengan lansia
yang mengalami diabetes mellitus. Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama dengan melakukan asuhan keperawatan
keluarga lima keluarga yang dilaksanakan mulai bulan Februari 2013 hingga Mei
2013. Tahap kedua yaitu lima keluarga lainnya yang dilaksanakan mulai bulan
Juli 2013 hingga November 2013. Pendekatan asuhan keperawatan keluarga yang
digunakan yaitu model Family Centered Nursing mulai dari pengkajian hingga
evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan keluarga menggunakan proses
keperawatan dengan melibatkan semua elemen dalam keluarga untuk berinteraksi
dalam menyelesaikan masalah yang terjadi pada lansia yang mengalami diabetes
mellitus.

Berikut akan diuraikan ringkasan asuhan keperawatan keluarga Bp As yang


dilihat sebagai keluarga yang sangat berhasil dilakukan intervensi keperawatan
keluarga.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


109

4.2.1.1. Pengkajian Keperawatan Keluarga


Hasil pengkajian keperawatan keluarga menunjukkan Ibu I saat ini juga menderita
penyakit kencing manis atau Diabetes Mellitus (DM), hal ini sudah terjadi sejak
tahun 2011. Keluarga mengatakan belum mengetahui bagaimana kondisi gula
darah Ibu I saat sedang naik atau bahkan kurang dari normal. Keluarga
mengatakan belum tahu benar penyebab Ibu I meningkat kadar gula darahnya
sehingga sebulan kemarin di rawat sampai mengalami koma diabetikum. Keluarga
mengatakan belum paham benar apa yang dimaksud dengan pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, perawatan, dan akibat lanjut jika penyakit DM tidak
dirawat.

Ibu I mengatakan mengurangi konsumsi gula, serta porsi dan frekuensi makan
agar gula darahnya tidak naik, sehingga dalam sehari sering makan nasi hanya 2
kali dan tidak makan makanan lain lagi. Keluarga mengatakan sudah
mengingatkan dan selalu menyiapkan makanan untuk Ibu I, namun Ibu I belum
mengetahui apa saja makanan yang menyebabkan kadar gula darahnya meningkat.
Keluarga mengatakan tidak menyiapkan menu khusus untuk Ibu I. Menurut Ibu I
dirinya yang setiap hari menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga. Ibu
I mengatakan jarang makan karena khawatir gula darah naik. Keluarga termasuk
Ibu I juga tidak mempunyai kebiasaan berolahraga. Ibu I juga mengatakan hanya
makan jika perutnya lapar, jadi porsi makan yang diambilnya seperlunya saja
yang penting ia kenyang. Ibu I mengatakan takut untuk makan banyak sehingga
terkadang juga tidak makan.

Nn A mengatakan tidak pernah memaksa Ibu I agar teratur makan karena


menurutnya Ia sudah menyiapkan makanan dan Ibu I hanya tinggal mengambil.
Ibu I mengatakan jarang periksa gula darah karena tidak kuat jalan dan karena
jarak pelayanan kesehatan yang jauh dan sulit transportasi untuk menuju kesana.
Nn A juga mengatakan takut kalau dibawa kemana-mana Ibu I jatuh, sehingga
bila Ibu I sakit, Nn A harus mengantarkan berobat ke klinik. Saat pengkajian, Ibu
I juga mengatakan sedang sulit tidur tetapi tidak mengetahui mengapa sulit tidur

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


110

kemungkinan karena stres memikirkan penyakit kencing manisnya dan masa


depan Nn. A.

Menurut Ibu I hal tersebut mungkin juga dikarenakan aktifitasnya sekarang yang
belum kembali normal sejak 1 bulan lalu di rawat di rumah sakit. Keluarga
mengatakan hanya menyarankan Ibu I jangan banyak pikiran apalagi anak-
anaknya sudah dewasa semua. Ibu I mengatakan masih takut untuk pergi jauh, dan
memilih untuk di rumah saja serta tiduran sambil melihat TV sehingga kurang
aktifitas sehingga pada malam harinya sulit tidur. Keluarga menyatakan belum
ada perawatan khusus untuk masalah Ibu I tersebut.

Keluarga mengatakan lingkungan rumahnya tidak ramai dan Ibu I banyak


beraktifitas hanya disekitar ruang tamu. Ibu I juga mengatakan aktifitasnya tidak
yang berat-berat tetapi sebenarnya masih ingin bisa pergi kemana-kemana, dan
mengikuti kegiatan pengajian di wilayahnya. Menurut Ibu I jika dirumah terus
pikiran tentang penyakit dan masa depan Nn. A semakin susah dihilangkan.
Keluarga mengatakan belum pernah mengkonsultasikan ke dokter masalah Ibu I
yang sulit tidur dan karena menganggap hal tersebut bukan masalah yang perlu
ditangani segera. Keluarga juga beranggapan itu akibat Ibu I yang terlalu banyak
pikiran.

Keluarga jarang sekali melakukan pencegahan terhadap masalah kesehatan salah


satunya adalah masalah kadar gula darah tinggi. Keluarga juga tidak pernah
mengikuti berbagai penyuluhan kesehatan dan belum pernah keluarga menerima
atau mendapatkan kesempatan tenaga kesehatan datang ke rumah. Ibu I mudah
lelah ketika melakukan kegiatan di rumah seperti mencuci pakaian, cepat
berkeringat. Ibu I tidak tahu penyebab mudah lelah, mudah berkeringat, sulit tidur
dan tidak tahu cara mengatasi kondisi tersebut. Menurut keluarga, kadar gula
darah tingginya disebabkan oleh banyak makan-makanan yang berlemak dan
manis-manis. Hasil pemeriksaan juga menunjukkan bahwa Ibu I mempunyai
kadar gula darah tinggi dengan GDS: 434 mg/dl, BB : 55 kg, TB : 160 cm, maka

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


111

IMT (Indeks massa tubuh) tergolong normal; sedangkan Ibu I mempunyai tekanan
darah 140/90 mm Hg, nadi 82 kali/menit,R : 22 x/mnt, dan suhu tubuh 36 ° C.
Hasil pengkajian juga menunjukkan bahwa Ibu I sebelum mengalami koma
diabetikum tidak mau melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi
kesehatan yang dialami karena takut atau cemas jika ditemukan masalah
kesehatan lain pada tubuh ibu. Ibu I tidak mau kalau diketahui lebih jauh tentang
kondisi kesehatan yang dialami. Menurut Ibu I selama kondisinya tidak terlalu
berat maka Ibu I tidak mau melakukan pemeriksaan ke puskesmas atau pun rumah
sakit. Menurut keluarga, cemas merupakan adanya rasa takut; penyebabnya tidak
tahu secara pasti. Menurut keluarga tanda-tanda cemas yaitu adanya rasa takut dan
kalau cemas akibatnya adalah membuat orang menjadi sakit. Menurut keluarga
untuk mengurangi kecemasan berdoa kepada Tuhan YME dan bercerita dengan
pasangan yaitu bapak. Sekarang ini Ibu I merasa cukup diperiksa oleh residen
yang datang ke rumah. Ibu I cepat dan banyak berkeringat dan juga mengalami
kesulitan untuk tidur pada malam hari namun tidak ngantuk pada pagi hari atau
siang hari. Ibu juga merasa bingung dengan kondisi kesehatan yang dialami. Hasil
observasi menunjukkan adanya palpitasi, keringat yang berlebihan, kurang
konsentrasi dan terkadang sedih.

Hasil pengkajian tersebut diatas dianalisis menggunakan pendekatan web of


causation (WOC) dapat dirumuskan diagnosis keperawatan keluarga sesuai
dengan hasil identifikasi data. WOC keluarga Bapak As tergambar pada skema
berikut:

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


112

Kurang keaktifan pencegahan masalah DM


seperti ikut penyuluhan kesehatan tentang DM

Kurang
pengetahuan
keluarga tentang Risiko injuri
DM

Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan: DM

Perubahan pola tidur


Kecemasan
dan istirahat

Skema 4.2 WOC hasil analisis terhadap pengkajian keperawatan keluarga


pada keluarga lansia dengan diabetes mellitus

4.2.1.2. Diagnosis Keperawatan Keluarga


Hasil analisis berdasarkan WOC tersebut diatas terhadap pengkajian keperawatan
keluarga maka teridentifikasi diagnosis keperawatan keluarga meliputi
ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan, risiko injuri, dan kecemasan. Diagnosa
yang telah teridentifikasi selanjutnya dilakukan penapisan untuk menentukan
prioritas masalah keperawatan keluarga. Pembuatan prioritas masalah bertujuan
untuk menentukan masalah utama yang harus diatasi terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan dengan keluarga.

Proses penapisan masalah keperawatan keluarga dengan menggunakan empat


kriteria mencakup kriteria pertama adalah sifat masalah, kriteria kedua adalah
kemungkinan masalah dapat diubah, ketiga adalah potensial masalah dapat
dicegah, dan keempat adalah menonjolnya masalah. Penapisan menggunakan
kriteria sifat masalah yaitu dengan menentukan masalah tersebut bersifat potensial

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


113

yang berarti kondisi yang terjadi menuju ke arah pencapaian tingkat fungsi yang
lebih tinggi; risiko berarti masalah yang akan terjadi; sedangkan aktual berarti
masalah sudah terjadi saat pengkajian. Penapisan menggunakan kriteria
kemungkinan masalah dapat diubah mencakup mudah, sebagian, dan tidak dapat
dengan pembenaran pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat
dilakukan untuk menangani masalah, sumber daya yang dimiliki keluarga (fisik,
keuangan, dan tenaga), sumber daya perawat atau tenaga kesehatan (pengetahuan,
keterampilan, dan waktu), serta sumber daya masyarakat (fasilitas kesehatan,
organisasi masyarakat, dukungan sosial masyarakat).

Penapisan menggunakan potensial masalah untuk dicegah bersifat tinggi, cukup,


atau rendah dengan memperhatikan kepelikan masalah yang berhubungan dengan
penyakit, jangka masalah tersebut terjadi serta tindakan yang sedang dijalankan
cukup sesuai untuk menyelesaikan masalah, dan adanya kelompok resiko tinggi
yang sangat peka. Penapisan berdasarkan menonjolnya masalah dengan
menentukan masalah tersebut berat segera ditangani, tidak perlu segera ditangani,
dan tidak dirasakan dengan memperhatikan persepsi keluarga terhadap masalah
yang terjadi, dan jika keluarga menyadari adanya masalah dan merasa perlu untuk
segera ditangani maka harus diberi skor yang tinggi.

Hasil proses penapisan menggunakan kriteria tersebut maka dapat ditentukan skor
yang paling tertinggi dari ketiga diagnosa yang muncul. Skor yang tertinggi dari
ketiga diagnosis akan menjadi prioritas yang berarti harus diselesaikan terlebih
dahulu atau pertama. Skor yang tertinggi dari ketiga diagnosa tersebut tergambar
dari urutan penulisan diagnosa berikut yaitu:
a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bp As khususnya Bp
Ibu I
b. Cemas pada keluarga Bp As khususnya Ibu I
c. Risiko injuri pada keluarga Bp As khususnya Bp I
Penentuan atau perhitungan prioritas masalah keperawatan keluarga terlampir .

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


114

4.2.2. Penyelesaian Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Lansia


Dengan Diabetes Mellitus

Diagnosis Keperawatan Keluarga 1: Ketidakefektifan pemeliharaan


kesehatan pada keluarga Bp As khususnya Ibu I
Tujuan umum:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 kali setiap minggu, diharapkan keluarga
dapat meningkatkan pemeliharaan kesehatan dengan diabetes mellitus pada Ibu I.

Tujuan khusus:
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1). Keluarga dapat mengenal
masalah diabetes mellitus dengan menjelaskan pengertian, menyebutkan faktor
risiko, tanda dan gejala diabetes mellitus; 2). Keluarga mampu mengambil
keputusan untuk melakukan pencegahan terjadinya diabetes mellitus pada anggota
keluarga dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila keluarga tidak mencegah
terjadinya diabetes mellitus dan mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi
diabetes mellitus; 3). Keluarga dapat merawat anggota keluarga yang menderita
diabetes mellitus di rumah dengan menjelaskan cara mencegah dan merawat
diabetes mellitus lebih lanjut di rumah dan mendemonstrasikan cara melakukan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan akupresur DM ; 4). Keluarga mampu memodifikasi
lingkungan yang kondusif untuk mencegah diabetes mellitus dengan cara
menyebutkan lingkungan yang kondusif untuk diabetes mellitus, mau
menyediakan lingkungan yang aman bagi keluarga, dan melakukan modifikasi
lingkungan yang aman bagi keluarga dengan diabetes mellitus; 5) Keluarga
mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk mencegah
diabetes mellitus dengan menyebutkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau menggunakan dan akhirnya
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


115

Rencana intervensi keperawatan


Rencana intervensi keperawatan mencakup: 1). Berikan pendidikan kesehatan
bagi keluarga tentang pengertian, faktor resiko penyebab serta tanda dan gejala
diabetes mellitus secara sederhana dan mudah dimengerti; 2). Diskusikan dengan
keluarga tentang akibat diabetes mellitus bila tidak segera ditangani; 3). Latih cara
melakukan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM yang meliputi persiapan dan
pelaksanaan; 4). Demonstrasikan cara melakukan manajemen diet DM, perawatan
kaki, senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur
DM”; 5). Minta keluarga untuk melakukan manajemen diet DM, perawatan kaki,
senam kaki, senam DM, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan akupresur DM; 6).
Berikan penjelasan tentang cara memelihara lingkungan yang kondusif untuk
mencegah diabetes mellitus; 7). Beri penjelasan dan motivasi keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan; 8). Diskusikan manfaat fasilitas kesehatan.

Pembenaran
Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses belajar yang berarti terjadi
perubahan kearah yang lebih baik pada individu dalam kelompok masyarakat dari
tidak tahu masalah kesehatan dan pencegahannya menjadi tahu, dari tidak mampu
mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu mengatasi masalah kesehatan
(Pender, 2001; Purwanto, 1999). Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang
masalah diabetes mellitus mulai dari pengertian sampai dengan penggunaan
fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah kesehatan terutama diabetes
mellitus (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Maglaya dkk., 2009). Perawatan
sederhana dan profesional seperti manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi relaksasi DM maupun akupresur DM sangat penting
untuk prevensi dan promosi kesehatan lansia dengan DM dengan meningkatkan
kemandirian keluarga.

Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Melakukan pengukuran
kadar gula darah pada lansia dengan diabetes mellitus; 2). Mendiskusikan diabetes

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


116

mellitus terkait pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta
komplikasi diabetes mellitus; 3). Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mengulang kembali materi yang dijelaskan atau didiskusikan bersama perawat; 4).
Memberikan pujiian atau reinforcement positif bagi keluarga atas partisipasi
keluarga yang aktif dalam mendiskusikan masalah diabetes mellitus; 5).
Mengevaluasi kembali pengetahuan keluarga tentang pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi diabetes mellitus; 6). Memberikan
motivasi bagi keluarga untuk memutuskan melakukan penanganan terhadap
masalah diabetes mellitus pada lansia; 7). Mendiskusikan tentang cara merawat
lansia dengan diabetes mellitus dan salah satunya adalah dengan melakukan
relaksasi “BEBAS DM”; 8). Menjelaskan persiapan dan prosedur pelaksanaan
relaksasi “BEBAS DM”, mendemonstrasikan pelaksanaan relaksasi “BEBAS
DM”; 9). Meminta keluarga untuk menuntun lansia dalam melakukan relaksasi
“BEBAS DM”; 10). Mengidentifikasi juga kemampuan keluarga dalam
menyediakan lingkungan yang nyaman atau kondusif bagi lansia dengan diabetes
mellitus; 11) Mengidentifikasi keluarga terkait pengetahuan tentang pelayanan
kesehatan yang ada dan gambaran penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia;
12) Mendiskusikan dengan keluarga fasilitas kesehatan yang tersedia yang dapat
dijangkau oleh lansia dengan diabetes mellitus; 13) Memotivasi keluarga untuk
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.

Evaluasi dan tindak lanjut


Evaluasi keperawatan keluarga mencakup keluarga mampu: 1). Mengenal tentang
diabetes mellitus mencakup pengertian, tanda dan gejala diabetes mellitus; 2).
Mengambil keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah diabetes
mellitus; 3). Melakukan perawatan diabetes mellitus dengan menggunakan
relaksasi “BEBAS DM” selama sembilan kali pertemuan; 4). Memodifikasi
lingkungan seperti menjaga ketenangan saat Ibu I beristirahat agar kondusif
sehingga tidak membuat kenaikan kadar gula darah pada lansia dengan diabetes
mellitus; 5). Menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di masyarakat seperti
posbindu di RW setiap bulan.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


117

Rencana tindak lanjut yaitu: 1). Keluarga harus membuat keputusan untuk
melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin di posbindu yang telah
tersedia sekali dalam sebulan; 2). Melakukan relaksasi “BEBAS DM” minimal
satu kali dalam sehari; 3). Mendelegasikan kepada kelompok pendukung diabetes
mellitus (KP LANSET DM) untuk melakukan supervisi atau pemantauan
terhadap pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” di rumah.

Diagnosis Keperawatan Keluarga 2: Cemas pada keluarga Bp As khususnya


Ibu I
Tujuan umum
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2 kali setiap minggu, diharapkan tingkat
kecemasan keluarga berkurang.

Tujuan khusus
Tujuan khusus keperawatan keluarga mencakup 1). Mengenal tentang kecemasan
dengan cara menjelaskan pengertian tentang kecemasan, penyebab kecemasan,
serta tanda dan gejala kecemasan; 2). Mampu mengambil keputusan dengan cara
menjelaskan akibat dari kecemasan dan mengambil keputusan untuk mengatasi
kecemasan; 3). Merawat anggota keluarga yang mengalami kecemasan dengan
cara menjelaskan cara mengurangi kecemasan, mau melakukan cara mengurangi
kecemasan, melakukan cara mengurangi kecemasan dengan melakukan taknik
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM; 4). Memodifikasi lingkungan
untuk mengurangi kecemasan dengan cara menyebutkan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan, mau menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan, dan menyediakan lingkungan yang
kondusif untuk mengurangi kecemasan; 5). Mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan untuk mengurangi masalah kecemasan dengan cara menyebutkan
fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan,
menyebutkan manfaat fasilitas kesehatan, mau menggunakan fasilitas kesehatan
yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan, dan menggunakan fasilitas
kesehatan yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


118

Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1). Identifikasi pengetahuan keluarga
tentang kecemasan; 2). Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan secara sederhana dan mudah
dimengerti keluarga; 3). Mengajarkan cara melakukan relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM yang meliputi persiapan dan pelaksanaan; 4).
Demonstrasikan cara melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM ;
5). Minta keluarga untuk melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur
DM; 6). Berikan penjelasan cara menyediakan lingkungan yang kondusif untuk
mengurangi kecemasan.

Pembenaran
Pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang kecemasan mulai dari pengertian
sampai dengan penggunaan fasilitas kesehatan dapat mengurangi masalah
kesehatan terutama kecemasan (Allender, Rector, dan Warner, 2010; Maglaya
dkk., 2009). Relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM merupakan suatu
bentuk intervensi untuk memberikan suasana yang rileks atau nyaman sehingga
dapat juga mengatasi masalah kecemasan di dalam keluarga (Kelley dan Barret,
1999).

Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Mendiskusikan tentang
kecemasan terkait pengertian, penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut; 2).
Memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mengulang kembali materi yang
dijelaskan atau didiskusikan bersama perawat. Memberikan pujiian atau
reinforcement positif bagi keluarga atas partisipasi keluarga yang aktif dalam
mendiskusikan masalah kecemasan; 3). Mengevaluasi kembali pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, dan akibat lanjut dari kecemasan. Memberikan
motivasi bagi keluarga untuk memutuskan melakukan penanganan terhadap
masalah kecemasan pada keluarga; 4). Mendiskusikan tentang cara merawat
lansia atau anggota keluarga yang mengalami kecemasan salah satunya adalah
dengan melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM; 5).

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


119

Menjelaskan persiapan dan prosedur pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM maupun


akupresur DM”, mendemonstrasikan pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM, dan meminta keluarga untuk menuntun lansia dalam
melakukan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM; 6). Mendiskusikan
dengan keluarga lingkungan yang nyaman atau kondusif bagi lansia atau keluarga
yang mengalami kecemasan; 7). Memotivasi keluarga untuk menyediakan
lingkungan yang kondusif di dalam keluarga; 8). Mendiskusikan dengan keluarga
fasilitas kesehatan yang tersedia yang dapat dijangkau oleh lansia atau anggota
keluarga yang mengalami kecemasan; 9). Memotivasi keluarga untuk
menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia untuk mengurangi masalah
kecemasan.

Evaluasi dan rencana tindak lanjut


Kecemasan keluarga khususnya Ibu I mulai berkurang yang ditandai dengan
kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kecemasan, mampu mengambil
keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kecemasan, melakukan
perawatan terhadap kecemasan dengan menggunakan relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM, mampu memodifikasi lingkungan agar kondusif sehingga
tidak membuat lansia atau anggota keluarga mengalami kecemasan, serta mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di masyarakat.

Rencana tindak lanjut yaitu 1). Keluarga membuat keputusan untuk melakukan
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM secara terus-menerus minimal
satu kali sehari untuk mengurangi masalah kecemasan; 2). Mendelegasikan
kepada kelompok pendukung diabetes mellitus (KP LANSET DM) untuk
melakukan supervisi atau pemantauan terhadap pelaksanaan relaksasi “BEBAS
DM” maupun akupresur DM di rumah serta memotivasi keluarga atau anggota
keluarga untuk mau kalau dirujuk ke pelayanan kesehatan.

Hasil pengkajian yang dilakukan terhadap sepuluh keluarga lansia dengan


diabetes mellitus mempunyai keunikan masing-masing terkait masalah yang
dialami, namun kondisi yang tidak dapat dihindari bahwa lansia rata-rata

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


120

mengalami kadar gula darah yang tinggi. Kejadian kadar gula darah yang tinggi
yang terjadi pada lansia pun dapat terjadi karena beberapa faktor risiko seperti
kebiasaan makan atau diet tinggi gula, tinggi lemak, kurang olahraga, stres, dan
juga melakukan aktivitas atau kegiatan di rumah yang berlebihan atau yang tidak
sesuai dengan kondisi fisik lansia, sehingga muncul diagnosis keperawatan
keluarga yang paling sering adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
keluarga dengan lansia. berdasarkan diagnosis keperawatan tersebut maka perawat
menentukan tindakan keperawatan sesuai dengan kebutuhan keluarga dengan
lansia yang mengalami diabetes mellitus.

Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain yaitu:


a. Pendidikan kesehatan terkait masalah diabetes mellitus yang mencakup
pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi.
b. Mengajarkan latihan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM dan
mendemostrasikan di dalam keluarga.
c. Mendiskusikan dan mengatur kebiasaan makan seperti rendah gula dan
rendah lemak atau kolesterol serta mengurangi makan-makanan seperti
karbohidrat sederhana yang menjadi faktor risiko masalah diabetes mellitus
juga makanan olahan yang siap saji.
d. Melakukan konseling dengan keluarga.
e. Membuat program latihan atau exercise ringan setiap hari.

Hasil yang diperoleh setelah melakukan intervensi keperawatan pada keluarga


lansia dengan diabetes mellitus menunjukkan bahwa pengetahuan, keterampilan
dan sikap keluarga dalam mengelola diabetes mellitus semakin baik yang ditandai
dengan keluarga mampu mengenal masalah diabetes mellitus, memutuskan untuk
melakukan penanganan terhadap masalah diabetes mellitus, merawat lansia
dengan diabetes mellitus khususnya dengan melakukan perawatan kaki, senam
kaki, senam DM dan relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM,
memodifikasi lingkungan atau menciptakan lingkungan yang kondusif, serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia, selain itu juga tingkat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


121

kemandirian keluarga mengalami peningkatan yang sangat baik yang tergambar


pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tingkat kemandirian keluarga lansia dengan diabetes mellitus di


Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota Depok, Desember 2013

Tingkat Kemandirian
No Kriteria

III III IV IV IV IV IV IV III III

1. Menerima petugas
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
(Perkesmas)

2. Menerima pelayanan
kesehatan sesuai rencana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan keluarga

3. Keluarga tahu dan dapat


mengungkapkan masalahan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kesehatannya secara benar

4. Memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan sesuai √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
anjuran

5. Melakukan tindakan
keperawatan sederhana √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sesuai anjuran

6. Melakukan tindakan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif

7. Melakukan tindakan
- - √ √ √ √ √ √ - -
promotif secara aktif

Keluarga 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebesar 60% keluarga mampu


mencapai tingkat kemandirian IV dan 40% keluarga hanya mencapai tingkat
kemandirian III. Keluarga yang hanya mencapai tingkat kemandirian III karena
ketergantungan lansia terhadap penjagaan satu kali 24 jam dari anggota keluarga
lain dalam hal ini adalah anak, situasi dan kondisi ayah dan ibu keduanya sedang

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


122

sakit dan keluarga lainnya tidak bisa membantu merawat akibat kesibukan sebagai
guru sehingga belum dapat melakukan promosi kesehatan secara aktif seperti
pengelolaan diet DM, memantau aktifitas fisik, dan berkomunikasi efektif dengan
lansia.

4.3. Asuhan Keperawatan Komunitas


4.3.1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang dikembangkan dari
model community as partner, winshield survey, wawancara dengan kader dan
pihak kelurahan dan puskesmas Cimanggis. Kesulitan yang ditemukan pada saat
pengkajian adalah tidak adanya data tertulis mengenai jumlah pasti dari
masyarakat usia lansia yang menderita diabetes di Kelurahan Cisalak Pasar. Data
yang didapatkan hanyalah berdasarkan informasi dari kader yang mengetahui ada
beberapa orang warga yang menderita diabetes melitus. Sedangkan masyarakat
usia lansia yang berisiko didapatkan juga dari informasi kader mengenai warga
yang memiliki faktor risiko dari diabetes melitus. Begitu pula data dari
puskesmas, data yang ada hanya mencantumkan asal kelurahan dan RW dari
pengunjung, tanpa ada alamat yang lebih lengkap, sehingga sulit untuk ditelusuri.

Penggunaan model community as partner dalam pengkajian komunitas di Cisalak


Pasar dirasakan sangat sesuai karena dapat menggali kondisi masyarakat yang
sesungguhnya dan melibatkan masyarakat dalam kegiatan ini, yaitu kader
kesehatan yang ada. Selain itu, sebagian besar masyarakat yang dikunjungi
memberikan respon yang positif dan memberikan informasi yang dibutuhkan.
Model ini sangat sesuai digunakan dalam pengkajian komunitas karena
pengkajian yang dilakukan sangat komprehensif sehingga data yang didapat
menggambarkan kondisi lansia dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar
Kecamatan Cimanggis Kota Depok.

Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode survey, windshield survey,


literatur review dan wawancara dengan keluarga lansia DM, keluarga, kader,
TOMA, dan penanggung jawab Program Lansia di Puskesmas Cisalak Pasar.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


123

Metode Focus Group Discussion (FGD) dilaksanakan lansia, keluarga dan kader.
Metode ini dimodifikasi dengan menggunakan wawancara pada kader RW 03 dan
05 sehingga didapat data yang diperlukan terkait dengan masalah DM pada
lansia.

Kesulitan penentuan sampel dialami oleh residen pada saat pengkajian awal
disebabkan data dari Puskesmas tidak memiliki data tentang permasalahan DM
pada lansia yang spesifik untuk satu kelurahan. Puskesmas hanya memiliki data
tentang pelayanan pengobatan lansia yang datang berkunjung saja. Penulis
mengalami kesulitan dalam identifikasi kantong masalah DM pada lansia di
Kelurahan Cisalak Pasar. Identifikasi masalah DM lansia, residen peroleh
melalui identifikasi melalui pendekatan key informan kader kesehatan, dan ketua
RW serta keluarga lansia. Mahasiswa melakukan pengkajian secara langsung dari
rumah ke rumah dalam menggali permasalahan lansia. Wilayah yang menjadi
fokus pengkajian adalah di RW 01, 03, 05, dan 07. Penentuan lokasi tersebut dari
hasil wawancara dengan ketua kader kesehatan di Kelurahan Cisalak Pasar yang
menyatakan bahwa di wilayah tersebut jumlah lansianya banyak.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan pengkajian adalah kader, lansia dan


keluarganya yang kooperatif dalam memberikan data terkait permasalahan DM
pada lansia. Tokoh masyarakat, dan kader kesehatan di wilayah RW 03 dan 05
yang kooperatif dan mendukung kegiatan residen memudahkan residen untuk
melakukan pengumpulan data terkait masalah DM. Faktor penghambat kegiatan
ini adalah keterbatasan waktu dan sumber daya manusia pada saat pengumpulan
data, dan beberapa ibu lansia serta keluarga yang sibuk untuk mengurus lansia
sehingga tidak fokus dalam menjelaskan permasalahan kesehatan lansia.

Pengkajian awal sebelum dilakukan implementasi program yang dilakukan oleh


residen dalam menggali permasalahan lansia DM difokuskan pada RW 03 dan
05 di Kelurahan Cisalak Pasar yang memiliki kantong permasalahan lansia DM
terbanyak. Pengkajian awal dilakukan dalam menggali permasalahan lansia
dengan DM menggunakan pendekatan model community as partner. Pelaksanaan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


124

implementasi program dalam mengatasi permasalahan kesehatan lansia DM,


residen memfokuskan kegiatan hanya di RW 05. Hal ini dilakukan mahasiswa
mengingat keterbatasan waktu dan sumber daya serta jumlah keluarga lansia yang
bermasalah terkait dengan lansia DM pada pengkajian awal banyak ditemukan di
RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar.

4.3.2. Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang ditemukan berdasarkan hasil pengkajian yang telah
dilakukan adalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dengan penyakit
diabetes melitus pada masyarakat lansia dan manajemen terapeutik infektif
penyakit diabetes melitus pada masyarakat usia lansia. Hal ini didasarkan pada
hasil pengkajian yang menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat belum
mengetahui cara perawatan diabetes melitus seperti pengaturan menu makan,
aktivitas, perawatan kaki, dan kontrol gula darah. Hal menyebabkan masyarakat
atau keluarga tidak melakukan perawatan yang semestinya. Kondisi ini terjadi
mungkin karena kurang terpaparnya masyarakat tentang informasi diabetes
melitus dan perawatannya, baik melalui media massa dan penyuluhan kesehatan
yang dilakukan oleh kader atau petugas kesehatan. Hal ini dikuatkan oleh kader
RW 05 yang mengatakan bahwa pemberian informasi tersebut jarang dilakukan di
masyarakat karena belum adanya kegiatan Posbindu, ataupun wadah lain yang ada
di masyarakat, selain itu sulitnya warga untuk berkumpul karena sebagian besar
adalah pedagang di pasar Cisalak.

4.3.3. Analisis Situasi


4.3.3.1. Perilaku Kelompok Lansia Terhadap Perawatan Diabetes mellitus
Tabel 4.2 Distribusi Rata-Rata Perilaku Kelompok Swabantu LANSET DM
Menurut Pre-Test Dan Post-Test di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Kota
Depok Desember 2013 (n=53) Tahun 2013

Variabel Mean SD SE p-value N


Perilaku pre-test 55.26 8.136 1.118 0.000 53
Perilaku post-test 65.02 4.774 0.656

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


125

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, diketahui bahwa rata-rata perilaku Kelompok


Swabantu LANSET DM pada pretest adalah 55,26 dengan standar deviasi 8,136;
dan rata-rata perilaku Kelompok Swabantu LANSET DM pada posttest adalah
65,02 dengan standar deviasi 4,774. Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,000
maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara perilaku pre-test
dan post-test.

4.3.3.2. Kondisi Kadar Gula Darah Kelompok Lansia dengan Diabetes


Mellitus
Hasil wawancara pada lansia juga menunjukkan bahwa rata-rata yang menjadi
kepala keluarga adalah di dalam rumah tangga adalah lansia. Lima orang lansia
mengatakan bahwa awalnya tidak tahu kalau mengalami kadar gula darah yang
tinggi, karena lansia-lansia tersebut tidak mengalami tanda-tanda orang
mengalami cepat lelah, gatal-gatal pada ekstrimitas, luka kehitaman pada
ektrimitas, dan sebagainya. Tetapi setelah ikut Posbindu dan diukur kadar gula
darahnyanya, akhirnya mengetahui kalau mengalami kadar gula darah yang tinggi.
Kelima lansia meyakini bahwa darah tinggi disebabkan hanya karena banyak
makan makanan yang manis. Ada tiga orang lansia juga mengatakan bahwa selain
karena banyak makan makanan yang manis, kadar gula darah yang menjadi naik
atau tinggi karena terlalu banyak pikiran.

Dua orang lansia mengatakan jarang sekali bercerita dengan pasangan atau
anggota keluarga lain kalau ada masalah. Masalah yang ada dipikirkan sendiri.
Kedua lansia tersebut mengatakan bahwa ingin sakit kencing manisnya sembuh,
sehingga tidak perlu berobat terus dan merasakan sakit sekujur tubuh dan
terkadang baal pada ekstremitas. Tiga orang lansia mengatakan bahwa kalau
merasa pusing atau seperti mau pingsan maka minum banyak makan air
mengkudu dan mengurangi makan makanan yang manis. Perilaku tersebut
dilakukan lansia karena takut terjadi stroke. Hasil wawancara dan observasi juga
menunjukkan belum adanya kelompok pendukung diabetes mellitus pada lansia
sehingga belum adanya penanganan secara khusus terhadap lansia yang
mengalami diabetes mellitus, selain itu juga banyak lansia yang tidak terlibat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


126

dalam posbindu karena alasan mengurus cucu atau karena jauh dari tempat
tinggal.

Data lain juga menunjukkan bahwa sebanyak 26,42% (53) lansia kurang
mengetahui batasan normal kadar gula darah pada lansia; sebanyak 28,3% (53)
lansia kurang mengetahui kalau pandangan kabur merupakan salah satu tanda dan
gejala diabetes mellitus; sebanyak 43,4% (53) lansia kurang mengetahui kalau
untuk menurunkan kadar gula darah dengan mengurangi stress; sebanyak 66,04%
(53) kurang mengetahui kalau akibat lanjut dari diabetes mellitus adalah
mengalami penyakit ginjal. Selanjutnya hasil pengkajian akan dianalisis untuk
dapat merumuskan masalah keperawatan yang akan digambarkan dalam skema
berikut:

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


127

Ketidakefektifan Risiko koping Defisiensi


pemeliharaan tidak efektif pada kesehatan di
kesehatan kelompok komunitas
swabantu pada
lansia dengan DM

Kurang optimalnya Tidak adekuatnya Belum adanya


pemanfaatan fasilitas kemampuan kelompok pendukung
pelayanan kesehatan: mengelola stressor DM di masyarakat
posbindu.

Perilaku lansia yang merupakan


faktor resiko terjadinya DM

Skema 4.3 WOC (Web of Causation) Keperawatan Komunitas

4.3.4. Diagnosis Keperawatan Komunitas


Diagnosis keperawatan komunitas berdasarkan hasil perhitungan skoring dalam
menentukan prioritas dengan proses penapisan (Ervin, 2002), yang teridentifikasi
sebagai berikut:
4.3.4.1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia dengan
diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
4.3.4.2. Risiko koping tidak efektif pada kelompok swabantu pada lansia dengan
diabetes mellitus
4.3.4.3. Kurang optimalnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan: posbindu
4.3.4.4. Tidak adekuatnya kemampuan mengelola stressor
4.3.4.5. Belum adanya kelompok pendukung diabetes mellitus di masyarakat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


128

4.3.5. Penyelesaian Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas


Masalah Komunitas 1: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada
kelompok lansia dengan diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar,
Cimanggis, Depok
a. Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama 8 bulan terjadi keefektifan
pemeliharaan kesehatan pada kelompok lansia di Kelurahan Cisalak Pasar.
b. Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1) Peningkatan pengetahuan kelompok lansia dengan diabetes mellitus
sebesar 2SD.
2) Peningkatan keterampilan kelompok lansia dengan diabetes mellitus
sebesar 2SD.
3) Peningkatan sikap kelompok lansia dengan diabetes mellitus sebesar
2SD.
4) Penurunan kadar gula darah pada kelompok lansia dengan diabetes
mellitus setelah mengikuti program LANSET terutama melakukan
manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”,
dan terapi akupresur DM.
5) Kelompok lansia secara mandiri Kegiatan manajemen diet DM,
perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal
daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi akupresur
DM setiap bulan.

Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup 1) Pendidikan kesehatan tentang
diabetes mellitus pada kelompok lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko
penyebab, tanda dan gejala, serta komplikasi diabetes mellitus; 2) Pendidikan
kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus pada kelompok lansia; 3) Evaluasi
perilaku kelompok lansia terhadap perawatan diabetes mellitus; 4) Pelaksanaan
kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


129

komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi
akupresur DM” pada kelompok lansia dengan diabetes mellitus; 5) Pemeriksaan
tekanan darah sebelum dan setelah program LANSET DM dalam sesi pelaksanaan
terapi relaksasi “BEBAS DM” dan akupresur DM; 6) Pemberian tugas kepada
kelompok lansia dengan diabetes mellitus untuk melakukan kegiatan manajemen
diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal
daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM di
rumah sesuai dengan kemampuan masing-masing; 7) Pemberian tugas kepada
kelompok lansia dengan diabetes mellitus untuk makan makanan yang rendah
gula dan rendah lemak.

Pembenaran
Diabetes mellitus merupakan kondisi kadar gula darah yang tidak normal yang
dapat memberikan dampak lebih buruk terhadap penderita seperti stroke, masalah
pada jantung, dan ginjal (Miller, 2012) sehingga perlu dilakukan intervensi.
Intervensi yang dapat diberikan berupa pendidikan kesehatan dan perawatan pada
lansia dengan diabetes mellitus seperti latihan nafas dalam, mendengarkan musik,
dan relaksasi otot progresif serta meditasi (relaksasi “BEBAS DM”). Relaksasi
“BEBAS DM” mempunyai peranan penting dalam mengelola kadar gula darah
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui penurunan tingkat stres atau
kecemasan, atau juga dapat memberikan suasana yang rileks atau tenang,
sehingga dampak lebih lanjut yaitu menurunkan kadar gula darah yang tinggi pada
lansia yang mengalami diabetes mellitus (Kelley dan Barret, 1999).

Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup:
a) Melakukan pendidikan kesehatan tentang diabetes mellitus pada kelompok
lansia yang meliputi pengertian, faktor resiko penyebab, tanda dan gejala, serta
komplikasi diabetes mellitus di masing-masing RW yang dihadiri oleh lansia; b)
Melakukan pendidikan kesehatan tentang perawatan diabetes mellitus pada
kelompok lansia mencakup diet rendah garam, makanan yang perlu diperhatikan
bagi lansia dengan diabetes mellitus, dan tanaman atau tumbuhan yang dapat

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


130

digunakan untuk menurunkan kondisi kadar gula darah yang tinggi pada lansia; c)
Melakukan evaluasi perilaku kelompok lansia terhadap perawatan diabetes
mellitus; d) Melaksanakan kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam
kaki, senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi
“BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM pada kelompok lansia dengan diabetes
mellitus pada masing-masing RW satu kali dalam seminggu; e) Melakukan
pemeriksaan tekanan darah sebelum dan setelah pelaksanaan terapi relaksasi
“BEBAS DM” pada masing-masing RW; f) Memberi tugas kepada kelompok
lansia dengan diabetes mellitus untuk melakukan kegiatan manajemen diet DM,
perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih
merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi akupresur DM di rumah sesuai
dengan kemampuan masing-masing; g) Memberikan tugas kepada kelompok
lansia dengan diabetes mellitus untuk makan makanan yang rendah gula dan
rendah lemak

Evaluasi
1) Terjadi peningkatan pengetahuan KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pre-
test adalah 29,40 dengan standar deviasi 4,448; dan rata-rata pengetahuan KS
LANSET DM pada post-test adalah 31,36 dengan standar deviasi 3,758. Hasil
uji statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara pengetahuan pre-test dan post-test.
2) Terjadi peningkatan sikap KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pretest
adalah 45,43 dengan standar deviasi 6,747; dan rata-rata sikap KS LANSET
DM pada posttest adalah 50,11 dengan standar deviasi 3,906. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara sikap pre-test dan post-test.
3) Terjadi peningkatan perilaku KS LANSET DM sebesar rata-rata pada pretest
55,26 dengan standar deviasi 8,136; dan rata-rata perilaku KS LANSET DM
pada posttest adalah 65,02 dengan standar deviasi 4,774. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara perilaku pre-test dan post-test.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


131

4) Terjadi peningkatan rata-rata persepsi KS LANSET DM pada pretest adalah


122,08 dengan standar deviasi 22,544; dan rata-rata persepsi KS LANSET
DM pada posttest adalah 130,00 dengan standar deviasi 17,676. Hasil uji
statistik didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
yang signifikan antara persepsi pre-test dan post-test.
5) Terjadi penurunan kadar gula darah yang tinggi pada KS LANSET DM
setelah melakukan relaksasi “BEBAS DM”, rata-rata glukosa darah KS
LANSET DM pada pretest adalah 256,30 mg/dL dengan standar deviasi
74,628 mg/dL; dan rata-rata glukosa darah KS LANSET DM pada posttest
adalah 208,68 mg/dL dengan standar deviasi 56,405 mg/dL. Hasil uji statistik
didapatkan p-value 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang
signifikan antara glukosa darah pre-test dan post-test. Hasil perubahan kadar
gula darah tersebut terjadi selama 8 bulan pelaksanaan program LANSET DM
menunjukkan bahwa pertemuan pertama sampai dengan ke dua belas secara
rata-rata mengalami perubahan yang signifikan sebanyak 47,2% meskipun
pada pertemuan yang kedua kadar gula darah meningkat sebelum dilakukan
Relaksasi “BEBAS DM”.
6) KS LANSET DM secara mandiri melakukan relaksasi “BEBAS DM” setiap
bulan
7) 87,5% kelompok lansia melakukan relaksasi “BEBAS DM” di rumah namun
tidak secara berurutan dan yang paling sering dilakukan adalah leher, tangan,
siku, pundak, dan kaki.
8) 87,5% kelompok lansia menyatakan sangat nyaman, otot-otot terasa rileks
setelah melakukan latihan tersebut.
9) 75% kelompok lansia mengurangi makan-makanan yang mengandung tinggi
gula dan tinggi lemak, namun lansia mengkonsumsi makanan tersebut jika ada
acara seperti pesta atau ada upacara tertentu.
10) 75% lansia mengatakan kalau di rumah masih mengalami kesulitan dalam
memisahkan makanan untuk pengaturan diet diabetes mellitus karena
makanan diolah secara bersama-sama sehingga makanan kadang-kadang
masih tinggi kadar gulanya atau tidak sesuai dengan kondisi kadar gula darah
lansia.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


132

11) 75% lansia juga mengatakan masih mengurus keluarga terutama cucu
sehingga kadang dapat menimbulkan stres.

Rencana tindak lanjut


a). Lakukan pendidikan kesehatan tentang masalah diabetes mellitus pada lansia
setiap kegiatan posbindu, kegiatan RT atau RW, atau kegiatan lainnya di
masyarakat; b). Lakukan perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
komplementer herbal daun sirih merah, terapi relaksasi “BEBAS DM”, dan terapi
akupresur DM” setiap bulan pada berbagai kegiatan yang terdapat di masyarakat
dengan meminta bantuan dari kelompok pendukung diabetes mellitus; c).
Lakukan diskusi atau sharing tentang masalah diabetes mellitus dan perawatannya
pada berbagai kegiatan yang terdapat di masyarakat; d). Lakukan diet yang sehat
dengan mengurangi makan-makanan yang tinggi gula dan rendah lemak secara
terus-menerus; e). Lakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala bagi
kelompok lansia dengan diabetes mellitus.

Masalah Komunitas 2: Risiko koping tidak efektif pada kelompok swabantu


lansia dengan diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis,
Depok.

Tujuan umum
Setelah intervensi keperawatan selama delapan bulan terjadi koping efektif pada
pada kelompok swabantu lansia dengan diabetes mellitus

Tujuan khusus
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama delapan bulan diharapkan:
1) Terlaksana kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam
DM, dan terapi komplementer herbal daun sirih merah pada KS LANSET DM
secara rutin sesuai indikasi
2) Terlaksana terapi relaksasi “BEBAS DM” dan terapi akupresur DM pada KS
LANSET DM sebulan sekali
3) Terlaksana kegiatan posbindu sebulan sekali

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


133

4) Menurunnya angka kejadian diabetes mellitus pada kelompok lansia di


Kelurahan Cisalak Pasar

Rencana keperawatan
Rencana intervensi keperawatan mencakup: 1). Pengadaan program kegiatan
berupa manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki, senam DM, terapi
komplementer herbal daun sirih merah, dan terapi relaksasi “BEBAS DM”
maupun akupresur DM pada KS LANSET DM; 2). Pengadaan program kegiatan
posbindu; 3). Pemeriksaan kadar gula darah pada kelompok lansia dengan
diabetes mellitus di posbindu; 4). Identifikasi lansia yang mengalami kadar gula
darah yang tinggi pada saat pelaksanaan posbindu.

Pembenaran
Rencana keperawatan yang telah ditentukan dibutuhkan agar kelompok swabantu
lansia dengan diabetes mellitus mempunyai wadah untuk melakukan diskusi atau
sharing terkait masalah diabetes mellitus yang dialami, melakukan skreening
kasus diabetes mellitus serta ikut membantu dalam meningkatkan kondisi
kesehatan KS LANSET DM.

Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan mencakup: 1). Mengadakan paket
program kegiatan berupa manajemen diet DM, perawatan kaki, senam kaki,
senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih merah, dan terapi relaksasi
“BEBAS DM” maupun akupresur DM pada KS LANSET DM; 2). Mengadakan
paket program kegiatan setiap pelaksanaan posbindu; 3). Melakukan pemeriksaan
kadar gula darah pada lansia dengan diabetes mellitus di posbindu; 4).
Mengidentifikasi lansia yang mengalami kadar gula darah yang tinggi pada saat
pelaksanaan posbindu

Evaluasi
Evaluasi keperawatan mencakup: a). Pelaksanaan program kegiatan LANSET DM
di 3 RT dalam RW 05 dihadiri oleh kader dan kelompok lansia dengan diabetes

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


134

mellitus; b). Program posbindu setiap bulan dilakukan pada masing-masing RW;
c). Kelompok lansia dengan diabetes mellitus dapat dilakukan pemeriksaan kadar
gula darah secara rutin pada saat kegiatan KS LANSET DM yang dilakukan
setiap bulan oleh kader dan juga tenaga perawat atau pun bidan; d). Teridentifikasi
kelompok lansia dengan diabetes mellitus pada salah satu RW; e). Kelompok
lansia sangat senang karena telah terbentuk KS LANSET DM dan kegiatannya
pada salah satu RW yang dilakukan pemantauan status kesehatan lansia
khususnya kadar gula darah; f). KS LANSET DM sangat termotivasi dengan
adanya program LANSET DM yang membuat kadar gula darah lansia yang
sebelumnya tinggi telah mengalami penurunan.

Rencana tindak lanjut


Rencana tindak lanjut berupa: a). Kegiatan manajemen diet DM, perawatan kaki,
senam kaki, senam DM, terapi komplementer herbal daun sirih merah, dan terapi
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM dilaksanakan pada berbagai
kegiatan yang terdapat di masyarakat; b). Lakukan skreening kadar gula darah
tinggi pada KS LANSET DM setiap enam bulan sekali; c). Pelaksanaan kegiatan
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM perlu didampingi oleh kader atau
KP LANSET DM.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


BAB 5
PEMBAHASAN

Bab pembahasan ini akan menguraikan analisis pencapaian dan kesenjangan


pengelolaan manajemen keperawatan, asuhan keperawatan keluarga dan
komunitas serta kesenjangan data yang ditemukan selama melakukan praktik
keperawatan komunitas. Bab pembahasan juga akan menguraikan analisis faktor
pendukung dan penghambat selama melakukan praktek keperawatan komunitas
pada aggregate lansia dengan diabetes mellitus.

5.1. Analisis Pencapaian Kesenjangan


5.1.1. Pengelolaan Manajemen Pelayanan
Pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas pada aggregate lansia
dengan diabetes mellitus sudah menggunakan pendekatan manajemen dari
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan namun pada
praktiknya terlihat belum efektif sehingga perlu diupayakan penyelesaian masalah
tersebut untuk mendapatkan hasil yang optimal. Salah satu bentuk program
pembinaan lansia selama ini yang telah dicanangkan oleh Pemerintah adalah
Posbindu, dan sekarang fokus dari pelaksanaan Posbindu kearah penyakit tidak
menular. Perencanaan pembinaan kesehatan di Dinas Kesehatan Kota Depok
memiliki beberapa perencanaan program lansia yang sudah disusun kedalam
program penyakit tidak menular.

Pembuatan dan pengelolaan program pelayanan kesehatan yang diperuntukkan


bagi lansia seperti Posbindu hendaknya sesuai dengan kebutuhan lansia. Upaya
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan pembuat
dan pengelola program di setiap jenjang administrasi institusi yankes adalah
dengan peningkatan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi pelayanan kesehatan lansia baik lintas sektor maupun lintas program;
pengembangkan program-program komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) baik
media cetak, media elektronik, media tradisional dan interpersonal; dan pelatihan-

135 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


136

pelatihan terkait pembuatan dan pengelolaan program (Hasibuan dan Atmadja,


2006).

Pembuatan program lansia demi meningkatkan angka cakupan pelayanan kepada


lansia di masyarakat tidak ditunjang oleh kualitas pelayanan. Kader sebagai motor
penggerak program lansia dalam wadah Posbindu kurang terampil dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya masalah DM. Fungsi
pengorganisasian akan optimal jika di dukung adanya sumber daya baik manusia
atau bukan manusia yang cukup, sehingga hasil yang diharapkan optimal dapat
terwujud (Marquis dan Huston, 2006). Menyikapi keadaan tersebut residen telah
membentuk program LANSET DM yang juga melakukan pembinaan dalam
bentuk pelatihan dan penyegaran kader sebagai anggota KP LANSET DM terkait
peningkatan peran dan fungsi dalam memberikan pendidikan kesehatan pada
kelompok lansia tentang penanggulangan diabetes mellitus pada lansia.

Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota KP


LANSET adalah melalui kegiatan pelatihan dan penyegaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat McNamara (1999 dalam Huber, 2006) yang menyatakan bahwa
pengorganisasian sumber daya manusia dapat dilakukan dengan melakukan
pelatihan dan pengembangan. Upaya pelatihan dan penyegaran anggota KP
LANSET yang dilakukan menunjukan hasil yang positif terhadap tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku. Evaluasi terhadap program pembinaan lansia
dengan diabetes mellitus menunjukkan bahwa terbentuknya adanya struktur
kepengurusan KP LANSET DM.

Hasil juga menunjukkan peningkatan pengetahuan dan perilaku anggota KP


LANSET DM mengalami peningkatan dari hasil uji statistik dan dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan maupun perilaku
pre-test dan post-test pada KP LANSET DM. Perilaku anggota KP LANSET DM,
sebanyak 41,7% (12) termasuk kategori sangat baik dalam melakukan relaksasi
“BEBAS DM” yang telah dimodifikasi secara mandiri dan sebanyak 58,3% (12)
anggota KP LANSET DM termasuk kategori baik dalam melakukan relaksasi
“BEBAS DM” yang telah dimodifikasi secara mandiri. Hasil penelitian lain yang
Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


137

dilakukan di Puskesmas Wilayah Kotamadya Jakarta Barat menunjukkan bahwa


kondisi yang berkaitan dengan pengorganisasian terutama adanya sumber daya
manusia di dalam sebuah organisasi termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak
50,7% dan juga menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara
pengorganisasian terhadap pelaksanaan perkesmas dengan nilai p = 0,024
(Ratnasari, Setyowati, dan Kuntarti, 2012).

Teori juga menunjukkan bahwa terbentuknya struktur sebuah organisasi yang


ditempati oleh masing-masing SDM tentu dengan pembagian tugas masing-
masing setiap SDM yang terdapat di dalam struktur kepengurusan tersebut
(Gillies, 1994; Marquis dan Huston, 2012). Menurut analisis penulis terbentuknya
sebuah organisasi atau struktur kepengurusan dalam hal ini adalah KP LANSET
DM memberikan manfaat yang positif bagi penanganan masalah DM pada lansia
baik di keluarga maupun di kelompok karena KP LANSET DM sebagai sebuah
wadah organisasi tentu mempunyai anggota atau kepengurusan dengan tugasnya
masing-masing. Kepengurusan KP LANSET DM yang telah terbentuk dapat
membantu pelayanan kesehatan dalam menangani lansia dengan DM.
Keikutsertaan anggota masyarakat dalam KP LANSET DM menunjukkan bahwa
masyarakat mau berpartisipasi aktif membantu pemerintah dalam menangani
masalah DM pada lansia.

Kondisi demikian juga menunjukkan bentuk permberdayaan masyarakat dalam


penanganan DM pada lansia. Pemberdayaan masyarakat pun tidak terlepas dari
kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat tersebut yaitu anggota KP LANSET
DM dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pembekalan yang
diberikan oleh Mahasiswa Residen Program Spesialis Keperawatan Komunitas
kepada anggota KP LANSET DM terkait masalah DM dan penanganannya
terutama relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi tampak terjadi
perubahan yang cukup baik yaitu perubahan ke arah yang positif terkait
pengetahuan, keterampilan, dan sikap anggota KP LANSET DM terhadap
masalah DM dengan melakukan penanganan yang utama adalah “Relaksasi
“BEBAS DM”. Kemampuan anggota KP LANSET DM yang meningkat tersebut

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


138

dapat memberikan pengaruh terhadap penanganan masalah DM pada lansia di


Kelurahan Cisalak Pasar karena kemampuan yang dimiliki anggota KP LANSET
DM tersebut dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyakat khususnya lansia yang mengalami DM, memberikan perawatan, dan
melakukan relaksasi “BEBAS DM” baik di keluarga maupun di kelompok lansia
dengan DM sehingga dapat membantu masyarakat lansia agar tetap sehat.

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan supervisi pada kader terutama anggota KP


LANSET DM menunjukkan bahwa kader atau anggota KP LANSET DM dapat
mempersiapkan diri dengan baik untuk melakukan kunjungan keluarga dan
melakukan relaksasi “BEBAS DM” pada kelompok lansia DM dengan bantuan
Mahasiswa Residen Keperawatan Komunitas berupa lembar observasi
pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” terhadap kader dan media yang digunakan
saat pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” serta glukotest digital. Kader atau
anggota KP LANSET DM mampu memberikan masukan kepada keluarga atau
kelompok lansia dengan DM pada gerakan yang masih salah dilakukan oleh
keluarga lansia maupun kelompok lansia dengan DM. Anggota KP LANSET DM
juga mampu menjelaskan atau memberikan umpan balik yang cukup baik kepada
keluarga terkait masalah DM dan pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM”.

Menurut anggota KP LANSET DM hambatan dalam melakukan relaksasi


“BEBAS DM” yaitu belum menguasai secara mendalam pelaksanaan relaksasi
“BEBAS DM” yang telah dimodifikasi sehingga memerlukan banyak waktu
untuk belajar dan latihan secara terus-menerus. Mahasiswa Residen Keperawatan
Komunitas dapat memberikan masukan atau umpan balik kepada anggota KP
LANSET DM terkait pelaksanaan relaksasi “BEBAS DM” yang telah dilakukan
pada keluarga atau kelompok lansia dengan DM dan anggota KP LANSET DM
menerima secara positif evaluasi dari Mahasiswa Residen Keperawatan
Komunitas.

Hasil penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap RSUD Indramayu terhadap
perawat pelaksana menunjukkan bahwa setelah dilakukan pelatihan dan kemudian

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


139

perawat pelaksana disupervisi oleh kepala ruang mengalami peningkatan secara


bermakna motivasi dari perawat pelaksana (Saefulloh, Keliat, dan Haryati, 2009).
Teori juga menunjukkan bahwa supervisi merupakan salah satu elemen dari
fungsi manajemen pengarahan yang ditujukan untuk melakukan pengawasan
pekerjaan atau kinerja orang lain secara langsung yang disertai adanya hubugan
kolaborasi termasuk konsultasi dan memberikan masukan jika diperlukan yang
dapat dilakukan secara lansung maupun maupun tidak langsung (Whitehead,
Weiss, dan Tappen, 2010). Menurut analisis penulis kondisi tersebut
menunjukkan bahwa anggota KP LANSET DM sangat memerlukan pengetahuan
yang adekuat terkait masalah DM dan perawatannya agar dapat meningkatkan
motivasi anggota KP LANSET DM dalam memberikan atau melakukan
perawatan pada lansia dengan DM.

Pengetahuan anggota KP LANSET DM tentang masalah DM yang diperoleh


melalui pelatihan masalah DM dan perawatannya dapat memberikan rasa percaya
diri sehingga meningkatkan motivasi anggota KP LANSET DM untuk
membagikan pengetahuan yang dimiliki kepada keluarga maupun kelompok
lansia dengan DM serta melakukan perawatan DM dengan melaksanakan
relaksasi “BEBAS DM” di keluarga dan/atau kelompok lansia dengan DM.
Kemampuan yang dimiliki berupa pengetahuan dan keterampilan tersebut ikut
mendukung kemampuan supervisi dari anggota KP LANSET DM seperti mampu
memberikan umpan balik yang positif kepada keluarga dan/atau kelompok lansia
dengan DM saat melakukan supervisi di keluarga dan/atau kelompok lansia
dengan DM.

Menurut analisis penulis juga bahwa kendala yang dialami oleh anggota KP
LANSET DM dalam melakukan supervisi merupakan bahan evaluasi bagi
anggota KP LANSET DM tersebut untuk tetap mengembangkan kemampuannya
tentang masalah DM dan perawatannya. Pengembangan kemampuan tersebut
dapat dilakukan dengan cara terus mempelajari tentang DM dari berbagai media
dan mengikuti pelatihan jika memiliki kesempatan dan terus melakukan
keterampilan relaksasi “BEBAS DM” sehingga kemampuan kader dalam

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


140

melakukan supervisi di keluarga dan/atau kelompok lansia dengan DM


mengalami peningkatan.

Upaya peningkatan program LANSET DM juga dilakukan dengan meningkatkan


kerjasama lintas program dan lintas sektor dalam pelaksanaan pembinaan
kesehatan kelompok lansia diabetes mellitus belum mendapat dukungan penuh
dari pihak Dinas Kesehatan, Puskesmas, Lurah, LPM, TP PKK, dan Pokjakes.
Dukungan ini juga dapat meningkatkan motivasi anggota KP LANSET DM dalam
melaksanakan dan mengikuti kegiatan. Namun disini residen masih menemukan
kendala sehubungan dengan belum dilakukan supervisi secara berkala terhadap
kinerja dan kemampuan kader dalam pelaksanaan kegiatan program. Kegiatan
pengelolaan pelayanan manajemen keperawatan komunitas pada kelompok lansia
sudah berjalan namun belum optimal, keadaan ini tentunya masih menjadi target
dan upaya residen untuk terus melanjutkan program binaan demi pencapaian hasil
yang maksimal.

Hambatan dalam pelaksanaan manajemen kesehatan komunitas yaitu kader


merupakan tenaga sosial sehingga dalam pelaksanaan kegiatannya untuk
mengelola kesehatan masyarakat tidak mendapatkan penghasilan. Pendanan
kegiatan selama ini dengan swadana, kader mencari bantuan dana secara mandiri.
Hal tersebut mempengaruhi penyediaan KPM LANSET DM maka bisa
menimbulkan kesulitan pengadaannya walaupun biaya yang dikeluarkan relatif
murah, tetapi untuk proses selanjutnya diperlukan dukungan dana. Berdasarkan
hal itu, Puskesmas dan Dinas Kesehatan perlu memberikan dukungan dengan
bantuan anggaran dana bagi kegiatan ini.

5.1.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


Keluarga merupakan suatu sistem, sehingga jika salah satu anggota keluarga
mengalami masalah atau sakit, maka akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lainnya. Fokus proses keperawatan akan menjadi sangat bervariasi, tergantung
pada konseptualisasi perawat terhadap keluarga dalam praktek yang dilakukannya
(Friedman, 2003). Empat pendekatan dari proses keperawatan disini yaitu,
pertama memandang keluarga sebagai konteks dimana individu sebagai anggota
Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


141

keluarga dan alasan memulai perawatan keluarga. Kedua memandang keluarga


sebagai klien dimana keluarga merupakan jumlah dari individu sebagai anggota
keluarga. Ketiga memandang keluarga sebagai anggota keluarga yang saling
mempengaruhi, jika salah satu mempunyai masalah kesehatan maka akan
mempengaruhi yang lainnya. Keempat memandang keluarga sebagai komponen
masyarakat yang dilihat sebagai suatu institusi di masyarakat.

Asuhan keperawatan keluarga dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan


seluruh anggota keluarga dengan menggunakan preventif primer, sekunder
maupun tersier. Asuhan keperawatan keluarga Bp As khususnya Ibu I
membutuhkan intervensi keperawatan secara langsung karena keluarga tersebut
termasuk dalam kelompok rentan yang mengalami berbagai masalah. Berbagai
intervensi diberikan kepada keluarga mencakup pengertian, faktor risiko penyebab
DM, tanda dan gejala, serta komplikasi dari DM, selain itu juga intervensi yang
diberikan berupa pengaturan diet DM yaitu diet rendah gula dan rendah lemak,
olah’raga untuk DM, dan yang paling ditonjolkan adalah terapi relaksasi “BEBAS
DM. Pemberian relaksasi “BEBAS DM”, dilakukan pada pagi hari atau sore hari
juga apabila Ibu I mengalami kesulitan tidur, mampu memberikan perubahan
terhadap masalah DM pada keluarga tersebut.

Kecemasan keluarga khususnya Ibu I mulai berkurang yang ditandai dengan


kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kecemasan, mampu mengambil
keputusan untuk melakukan perawatan terhadap masalah kecemasan, melakukan
perawatan terhadap kecemasan dengan menggunakan relaksasi “BEBAS DM”,
mampu memodifikasi lingkungan agar kondusif sehingga tidak membuat lansia
atau anggota keluarga mengalami kecemasan, serta mampu menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia di masyarakat. Hasil penelitian yang dilakukan terhadap
hubungan dukungan memperbaiki perawatan diri di rumah pada lansia dengan
diabetes mellitus (Wardha, 2012). Hasil penelitian lain juga tentang diabetisi
dengan dukungan keluarga non suportif berpeluang 19,74 kali mengalami kadar
gula darah yang buruk dibandingkan diabetisi dengan dukungan keluarga suportif
(Isworo, 2008). Status kesehatan anggota keluarga menurut teori dari Maglaya,

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


142

dkk. (2009) sangat dipengaruhi juga oleh kemampuan keluarga dalam


melaksanakan tugas perawatan kesehatan keluarga yang mencakup lima tugas
yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan, keluarga mengambil keputusan yang
tepat, keluarga merawat anggota keluarga, keluarga mampu memodifikasi
lingkungan, dan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan. Tugas-tugas tersebut
memberikan makna bahwa keluarga mampu memotivasi, memberi kebebasan,
serta memberikan perlindungan dan keamanan untuk mencapai potensi diri bagi
anggota keluarga (Friedman, Bowden, dan Jones, 2003).

Menurut analisis penulis kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas


perawatan kesehatan keluarga yang optimal ditunjang juga oleh peningkatan
kemandirian keluarga tentu dapat meningkatkan kesehatan lansia dengan DM dan
juga yang mengalami kecemasan, terutama kemampuan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mengalami DM dan cemas dengan melakukan relaksasi
“BEBAS DM” dapat menurunkan kadar gula darah yang tinggi dan memberikan
ketenangan atau relaksasi bagi keluarga yang mengalami kecemasan.

Hasil juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar gula darah dan
kecemasan pada lansia dengan DM setelah melakukan relaksasi “BEBAS DM”.
Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa relaksasi Benson secara signifikan dapat
menurunkan kecemasan dengan nilai p=0,019 (Datak, 2008). Terapi-terapi
komplementer keperawatan yang dimodifikasi sangat efektif untuk
mengendalikan penyakit DM, seperti hasil penelitian terapi Reiki khususnya
dalam transfer energi menunjukkan ada perbedaan yang bermakna antara KGDS
sebelum dan setelah intervensi Reiki (p=0,000) (Sylvia, 2008). Hasil penelitian
lain juga menunjukkan senam kaki yang digunakan dalam pengelolaan DM pada
aggregate lansia di Magelang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
penurunan kadar gula darah yang tinggi serta peningkatan sensitivitas kaki
(Priyanto, 2012).

Hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor utama yang berkonstribusi dalam
memberikan dampak perubahan kadar darah yang tinggi ke arah menurun pada

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


143

penderita diabetes mellitus tipe 2 di Tangerang antara lain: dorongan internal,


keyakinan terhadap penatalaksanaan DM, dan komunikasi petugas kesehatan
(Kusniawati, 2011). Penelitian terhadap ketidakpatuhan klien DM yang sudah
berusia lanjut di RSCM dikarenakan tidak memahami manfaat diet DM, usia yang
sudah lanjut dan keterbatasan fisik sehingga tidak melakukan latihan fisik, tidak
memahami manfaat obat bahkan gagal pengobatan akibat masalah ekonomi
(Purba, 2008). Implikasi kedua penelitian tersebut oleh para penelitinya
merekomendasikan perlunya merancang program lansia dengan DM dengan
kegiatan berupa pendidikan kesehatan, latihan aktifitas fisik, dan manajemen stres.
Hasbi (2012) yang menganalisis faktor yang mempengaruhi kepatuhan melakukan
olahraga lebih menyarankan agar program yang dirancang dengan
memberdayakan keluarga karena dukungan keluarga berkonstribusi besar
terhadap kepatuhan (OR=10,047).

Pengelolaan pelayanan kesehatan untuk lansia dengan DM memerlukan


pemberdayaan lansia dan keluarga sebagai strategi utama dengan bentuk kegiatan
berupa berbagai terapi komplementer yang dilakukan bersama dalam kelompok.
Menurut analisis penulis menunjukkan bahwa integrasi dari berbagai terapi
komplementer dalam program LANSET DM memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap penurunan kadar gula darah yang tinggi pada lansia yang
mengalami DM. Kondisi tersebut terjadi karena selain secara langsung residen
melakukan terapi-terapi komplementer dalam paket kegiatan yang frekuensi
pemberiannya dalam kegiatan kelompok dilakukan 2-3 kali dalam seminggu
selama 8 bulan yang dapat mengendalikan kadar gula darah, juga dapat
mengurangi faktor risiko DM seperti cemas, stress atau banyak pikiran, sehingga
paket program LANSET DM memberikan kontribusi yang besar dalam
menurunkan kadar gula darah yang tinggi pada lansia.

Hambatan yang terjadi saat pelaksanaan intervensi keperawatan keluarga adalah,


seringkali keluarga lansia khususnya anak atau pasangan hidup baik suami
maupun istri mengalami penurunan motivasi dalam menerapkan perawatan
diabetes mellitus seperti malas menyiapkan menu diet DM, tidak teraturnya

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


144

menjadwalkan makan dengan mengingatkan lansia untuk makan sesuai jadwal ,


rendahnya dukungan dari anggota yang lain terutama komunikasi efektif. Anggota
keluarga yang dalam fungsi dalam keluarga memberi dukungan informasional
secara tepat dalam mengatasi masalah baik alternatif yang dapat dilakukan antara
lain dengan meninggalkan media informasi berupa leaflet maupun modul serta
jadwal menu bagi anggota keluarga yang lain agar mereka tetap memperoleh
informasi yang sama sehingga mereka tetap mampu untuk memberikan arahan
dan motivasi keluarga lansia terkait masalah kesehatan yang dialami, dan
alternatif kedua adalah dengan melibatkan kader di RT setempat, dengan tujuan
kader akan dapat meneruskan informasi kepada keluarga.

5.1.3. Asuhan Keperawatan Komunitas


Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate lansia dengan
gangguan pergerakan akibat diabetes mellitus di Kelurahan Cisalak Pasar
berdasarkan data insiden lansia yang mengalami tanda dan gejala yang dirasakan
serta komplikasi akibat diabetes mellitus. Gambaran sesuai dengan tanda dan
gejala yang dirasakan lansia diabetes mellitus secara umum dan data melalui
kegiatan Posbindu terjaring lansia yang mengkonsumsi metformin ataupun
glibenklamid secara kontiniu dan hasil pemeriksaan kadar glukosa dalam darah
serta berdasarkan tanda dan gejala yang dialami lansia.

Kehidupan sehari-hari lansia tidak terlepas dari manusia sebagai makhluk sosial
yang saling berhubungan dan ketergantungan. Dukungan sosial sangat penting
dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas lansia yang mempunyai
kecendrungan ketergantungan khususnya dalam upaya promosi kesehatan.
Pembentukan kelompok merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas yang melibatkan masyarakat seperti keluarga dan kelompok berisiko
tinggi melalui pembentukan kelompok atau bekerja sama dengan kelompok yang
telah ada untuk meningkatkan kualitas kerja (Stanhope dan Lancaster, 2004).

Implementasi terkait asuhan keperawatan komunitas yang sudah dilakukan selama


praktik dengan membentuk KP LANSET DM di RW 05 yang diketuai oleh Ibu

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


145

Herni. Pembentukan kelompok ini cukup efektif membangun motivasi lansia dan
masyarakat. Salah satu bentuk dukungan sosial adalah dengan membentuk
kelompok (support group) dan kelompok swabantu. Dukungan sosial sangat
penting dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas lansia yang
mempunyai kecenderungan ketergantungan khususnya dalam upaya proteksi dan
promosi kesehatan. Kelompok pendukung (social support group) merupakan
suatu bentuk dukungan sosial yang diberikan kepada orang lain dengan tujuan
untuk promosi kesehatan atau saling memotivasi (Lanza dan Revenson, 1993).

Intervensi melalui kelompok telah digunakan terhadap masalah antara lain


kegemukan, diabetes mellitus dan hasilnya mengindikasikan intervensi kelompok
pendukung cukup bermanfaat pada kelompok lansia. Badriah (2012) juga telah
melakukan penelitian terhadap pasien diabetes mellitus melalui kelompok
pendukung sebagai komponen yang integral dengan melakukan kegiatan antara
lain konseling dan intervensi. Badriah (2012) telah merekomendasikan gabungan
intervensi kelompok pendukung dalam prevensi dan penanganan masalah
kesehatan fisik sangat efektif dan bermanfaat.

Bentuk intervensi keperawatan yang sangat efektif adalah dengan membentuk


kelompok pendukung yang dapat diintegrasikan kedalam kelompok kader
kesehatan untuk pencegahan dan penanganan lansia dengan gangguan integritas
kulit akibat diabetes mellitus juga telah dilakukan oleh residen. Proses kelompok
adalah suatu bentuk intervensi keperawatan komunitas yang dilakukan bersamaan
dengan masyarakat melalui pembentukan peer group atau social support
berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2004;
Hitchock, Schuber dan Thomas, 1999). Peran serta masyarakat sebagai sarana
pengembangan kemampuan yang berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri, sehingga termotivasi untuk memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi (Depkes, 2003).

Kelompok ini ditempuh dengan membentuk KP LANSET DM dengan harapan


adanya kelompok dari-oleh-untuk-masyarakat yang memperhatikan populasi

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


146

lansia di wilayahnya sehingga dapat secara mandiri mengatasi masalah yang


muncul pada populasi tersebut. Kelompok lansia lain adalah kelompok swabantu.
Kelompok swabantu (KS LANSET DM) di RW 05 diketuai oleh Ibu Yati dengan
hasil pelaksanaan terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku dan persepsi
lansia yang didapat dari uji statistik dengan hasil p-value 0,000 maka dapat
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, perilaku
maupun persepsi pada pre-test dan post-test. Perubahan signifikan kadar gula
darah yang tinggi pada KS LANSET DM setelah melakukan paket kegiatan
program LANSET DM, sebanyak 47,2% penurunan kadar gula darah pada 53
orang lansia yang terjadi selama 8 bulan pelaksanaan program LANSET DM.
Badriah (2012), kegiatan kelompok pendukung selama 90 menit terjadi 25%
penurunan kadar gula darah pada 4 orang lansia.

Pelaksanaan kegiatan kelompok pendukung program LANSET DM dilakukan


sebanyak 8 kali pertemuan rutin termasuk didalamnya kegiatan pertemuan I
adalah sosialisasi pembentukan kelompok pendukung lansia, identifikasi kekuatan
dan kelemahan pembentukan kelompok, penjelasan peran kelompok pendukung
lansia dan pembentukan struktur organisasi kelompok pendukung lansia.
Pertemuan kedua adalah pemberian materi diabetes mellitus dan penanganan
melalui strategi manajemen stres. Pertemuan ketiga adalah denagan menjelaskan
cara mengukur kadar gula darah pada lansia yang mengalami komplikasi dan
demonstrasi diet diabetes mellitus, latihan fisik (senam DM dan senam kaki),
perawatan kaki terapi herbal dan relaksasi “BEBAS DM”.

Pertemuan keempat adalah memberikan penjelasan sistem rujukan dan evaluasi


indikator kelompok pendukung. Program LANSET DM lebih efektif karena tidak
hanya melalui kelompok pendukung tetapi juga kelompok swabantu diadakan
pertemuan pertama sampai dengan ke dua belas yang secara rata-rata anggota
kelompok mengalami penurunan kadar gula darah meskipun pada pertemuan yang
kedua kadar gula darah meningkat sebelum dilakukan terapi relaksasi “BEBAS
DM” dan akupresur DM. Menurut Wijayanti (2006), aplikasi keperawatan
komunitas mampu menurunkan kadar gula darah sewaktu pada 30 orang lansia di

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


147

Kelurahan Kukusan sebanyak 5-10 mg/dL hanya melalui pendidikan kesehatan


dan latihan fisik.

Pelaksanaan kelompok pendukung sangat efektif dilakukan pada masyarakat,


setelah membentuk kelompok pendukung maka masing-masing anggota
kelompok menjaring 2 lansia yang mengalami diabetes mellitus untuk dikelola
bersama dengan residen. Terjadi peningkatan tingkat kemandirian lansia yang
dibina oleh kelompok pendukung RW 05 sebanyak 53 orang, 33,96% (18 orang)
dari tingkat ketergantungan sedang menjadi mandiri dan 66,04% (35 orang) dari
tingkat ketergantungan ringan menjadi tetap dapat meningkatkan kemandirian
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Terjadi penurunan kategori kadar gula
darah dari 4 orang kategori sedang dengan frekuensi 3-4 kali sehari menjadi
kategori baik dengan frekuensi 1-2 kali seminggu dan 8 orang kategori ringan
dengan frekuensi 1-2 kali sehari menjadi terkendali kadar gula darahnya. Hasil
pelaksanaan praktik tampak ada perubahan perilaku yang terlihat lansia
melakukan latihan fisik secara rutin dan jumlah kunjungan rutin pada saat
kegiatan kelompok bertambah dari 15-20 orang menjadi 40-50 orang.

Perubahan perilaku lansia selama dalam pantauan kelompok pendukung cukup


baik, lansia rutin melakukan latihan fisik seperti senam DM dan senam kaki serta
relaksasi “BEBAS DM” maupun akupresur DM. Sementara untuk diet diabetes
mellitus sulit dipantau karena keterbatasan waktu. Teori perubahan perilaku
menyatakan bahwa untuk membentuk sebuah kebiasaan diperlukan paling sedikit
6 bulan untuk mempraktikkan perilaku baru. Perilaku baru terjadi jika diawali
dengan pengalaman-pengalaman dan faktor dari luar (lingkungan) yang diketahui,
dipersepsikan, diyakini sehingga menimbulkan motivasi untuk bertindak
(Notoatmodjo, 2005; CORE, 2003).

Asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan pada lansia perlu lebih


ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas pertemuan dan ditindaklanjuti dengan
penguatan pada kunjungan rumah sehingga perilaku baru yang sudah didapatkan
lebih dikuatkan. Peran penting kader dalam kunjungan tindak lanjut adalah untuk

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


148

memastikan bahwa perilaku yang diterapkan oleh keluarga adalah perilaku positif.
Implementasi keperawatan yang telah residen lakukan pada keluarga binaan
merupakan tahapan tindakan pencegahan primer dan sekunder sesuai model
Preeceed-Proceed Models dengan melakukan upaya pengobatan dan tindakan
pencegahan terhadap masalah yang dialami oleh lansia dan keluarga dari faktor
risiko.

Hasil program LANSET DM juga menunjukkan bahwa KS LANSET DM secara


mandiri melakukan relaksasi “BEBAS DM” setiap bulan; 87,5% kelompok lansia
melakukan relaksasi “BEBAS DM” di rumah namun tidak secara berurutan dan
yang paling sering dilakukan adalah otot bibir, leher, tangan, siku, pundak, dan
kaki; 87,5% kelompok lansia menyatakan sangat nyaman, otot-otot terasa rileks
setelah melakukan latihan tersebut; 82,5% kelompok lansia mengurangi makan-
makanan yang mengandung tinggi gula dan tinggi lemak, namun lansia
mengkonsumsi makanan tersebut jika ada acara seperti pesta atau ada upacara
tertentu.

Kelompok swabantu merupakan himpunan atau kesatuan dari lansia yang hidup
bersama dimana hubungan tersebut meliputi hubungan timbal balik yang saling
mempengaruhi. Proses kelompok ini diharapkan lansia akan merasakan
kebersamaan berbagi pengalaman, pengetahuan penatalaksanaan diabetes mellitus
yang dialaminya. Pembentukan kelompok ini diakukan lebih kearah membangun
dukungan dari semua pihak dalam prosesnya, mengingat sistem pelayanan.
Pembentukan kelompok disusun rencana kegiatan terkait masalah diabetes
mellitus pada lansia.

Kegiatan kelompok swabantu dilakukan kegiatan sebanyak 12 kali pertemuan,


lima pertemuan pertama adalah pembentukan kelompok dan pemberian materi
secara tuntas dan demonstrasi, pertemuan selanjutnya adalah melatih dan
meningkatkan keterampilan lansia dalam melakukan intervensi seperti latihan
fisik, relaksasi dan nafas dalam serta senam diabetes mellitus. Setelah dilakukan
pendidikan kesehatan diabetes mellitus tampak hasil evaluasi terjadi peningkatan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


149

pengetahuan kelompok swabantu tentang diabetes mellitus dan cara pencegahan


dan penanganan diabetes mellitus 33%, hal ini juga terlihat pada hasil evaluasi
proses kegiatan tampak peserta mampu melakukan demonstrasi dengan optimal.

Peningkatan pengetahuan kelompok dapat meningkatkan perilaku lansia kearah


yang lebih baik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya perubahan perilaku. Individu mempunyai kekuatan
dan kemampuan untuk mengubah perilaku sehat atau melakukan modifikasi gaya
hidup sehat dengan adanya peningkatan pengetahuan melalui pendidikan
kesehatan (Pender, Murdaugh dan Parson, 2006). Pendidikan kesehatan
merupakan suatu kegiatan memberikan pengetahuan dalam upaya untuk
meningkatkan derajat kesehatan mencakup berbagai upaya baik itu dalam bentuk
mencegah terjadinya penyakit (health prevention) maupun melindungi diri dari
berbagai masalah kesehatan (health protection) dengan cara melakukan
penyebaran informasi dan peningkatan motivasi masyarakat untuk berperilaku
hidup sehat (Pender, Murdaugh, dan Parson, 2006).

Hambatan dalam pelaksanaan pengelolaan masalah kesehatan diabetes mellitus


berupa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penanggulangan masalah
diabetes mellitus masih rendah karena menganggap bahwa lansia sudah tua dan
tidak produktif sehingga wajar terkena berbagai penyakit termasuk DM. Tidak
semua kader dapat mengikuti setiap kegiatan komunitas yang dilaksanakan karena
kader Posyandu berperan ganda menjadi kader Posbindu dan banyaknya kegiatan
kemasyarakatan seperti arisan dan pengajian ditambah adanya kegiatan pribadi.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan keperawatan komunitas pada lansia dengan


diabetes mellitus berupa dukungan sosial dari dinas kesehatan dan puskesmas, hal
ini dibuktikan adanya kehadiran yang terus menerus dalam setiap kegiatan besar
seperti desiminasi dan lokakarya mini I, II, III, IV, sehingga rencana tindak lanjut
dapat diketahui oleh pembuat kebijakan dan program. Dukungan tersebut juga
didapat dari aparat kecamatan,puskesmas, kelurahan, RW dan RT, terutama dalam
koordinasi dan kerjasama, pengadaan sarana dan prasarana sehingga memudahkan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


150

dalam pelaksanaan kegiatan. Beberapa kader yang aktif dan tidak penah absen
dalam setiap kegiatan, sehingga informasi yang tersampaikan tidak terputus.

Upaya promosi kesehatan juga dilakukan pada anak sekolah SD Bright Kiddie
kelas 4,5, dan 6 melalui kegiatan simulasi mengenal risiko diabetes mellitus sejak
dini. Upaya mengenali diabetes mellitus sejak usia dini penting bagi anak usia
sekolah dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan gaya hidup sehat
pada anak usia sekolah. Karbohidrat adalah zat tenaga yang amat penting bagi
manusia, asupan gizi harus seimbang sejak dini berperan besar dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Untuk itu diharapkan agar semua kebutuhan gizi
anak tercukupi, termasuk asupan karbohidrat untuk energi, baik melalui makanan
pokok maupun cemilan apalagi untuk anak yang sulit makan. Tidak cukup hanya
gizi seimbang, aktivitas fisik secara teratur juga sangat diperlukan bagi
perkembangan kemampuan motorik anak. Kemampuan motorik ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti kondisi tulang, otot dan juga rangsangan aktivitas
fisik.

5.2. Keterbatasan
Keterbatasan pelaksanaan program LANSET DM terkait dengan sumber daya
manusia yang terdapat di masyarakat hanya para kader yang memberikan atau
melaksanakan kegiatan baik pendidikan kesehatan maupun cara pencegahan dan
perawatan DM kepada lansia, bukan tenaga profesional. Kondisi lain juga yang
terjadi di masyarakat yaitu kader kesehatan mempunyai tugas yang banyak seperti
terlibat juga dalam mengurus posyandu balita dan juga kegiatan lainnya seperti
telah terbentuk juga kelompok pendukung lainnya yang membuat jumlah kader
kesehatan menjadi terbatas sehingga pelayanan terhadap kesehatan lansia menjadi
kurang optimal. Tenaga dari puskesmas juga hanya seorang bidan yang bukan
menjadi kompetensinya terutama dalam melakukan relaksasi “BEBAS DM”.
Perawat jarang sekali melakukan supervisi ke masyarakat karena perawat
mempunyai multi peran di Puskesmas yaitu membantu pengobatan di poli lansia
serta banyak melakukan tugas yang non keperawatan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


151

Keterbatasan lain yang muncul pada proses pelaksanaan intervensi program


LANSET DM, salah satunya lingkungan tempat dilaksanakannya kegiatan kurang
kondusif karena pemukiman cukup padat dan merupakan area yang sering dilalui
kendaraan bermotor sehingga menimbulkan kebisingan; kegiatan relaksasi
“BEBAS DM” sering mundur 30 sampai 45 menit karena banyak lansia yang
masih aktif mengurus rumah tangga dan bahkan masih banyak yang aktif bekerja
sebagai pedagang di pasar.

Keterbatasan lain juga ditemukan berupa hambatan sistem, residen bukan bagian
dari sistem yang ada di wilayah Kota Depok dan program ini hanya sebagai
suplemen dari institusi pendidikan sehingga program ini kemungkinan tidak dapat
berjalan secara optimal. Tidak tepat sasarannya dari target yaitu kesinergian
dengan program Dinas Kesehatan dan Puskesmas diakibatkan informasi yang
diberikan dalam kegiatan Lokakarya mini tidak diterima secara kontiniu akibat
persepsi yang berbeda dari perwakilan orang yang datang. Pendampingan dalam
pemantauan mandiri pada lansia menggunakan KPM LANSET DM tidak dapat
dilakukan secara optimal karena beban kerja kader maupun pemegang program
sangat tinggi akibat mengelola Posyandu dan Posbindu di seluruh wilayah Cisalak
Pasar.

5.3. Implikasi Keperawatan


5.3.1. Implikasi Pelayanan Keperawatan Komunitas
Program LANSET DM merupakan strategi intervensi keperawatan komunitas
yang dapat digunakan untuk mengendalikan kadar gula darah yang tinggi.
Program LANSET DM dalam pembinaannya dilakukan oleh tenaga yang
profesional seperti perawat, namun karena keterbatasan tenaga kesehatan terutama
perawat sehingga kegiatannya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan oleh
kader kesehatan yang terdapat di masyarakat. Kader kesehatan dengan adanya
program LANSET DM semakin termotivasi dan percaya diri dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya lansia dengan DM. Upaya
penatalaksanaan progrm LANSET DM di Kelurahan Cisalak Pasar juga didukung
oleh keluarga dalam upaya memberi support dan membantu lansia untuk

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


152

melakukan perubahan perilaku serta mengubah pola pemeliharaan kesehatan


kearah yang lebih baik.

Dukungan juga datang dari kelompok swabantu dan kelompok pendukung dalam
membangun motivasi lansia untuk aktif pada kegiatan kelompok dan Posbindu.
Kerjasama lintas program dan sektoral sebagai kemitraan pada level tertinggi
belum terjalin maksimal selama praktik residensi. Perawat spesialis komunitas
memiliki tugas yang sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan
dengan anggota masyarakat. Ervin (2002) menegaskan bahwa kemitraan
merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai sebuah sumber daya
yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), perawat spesialis komunitas
harus memiliki ketrampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat.

Bagi dinas kesehatan bahwa hasil kegiatan program LANSET DM ternyata


memberikan kontribusi untuk penanganan masalah DM pada lansia. Paket
program LANSET DM yang terdiri dari terapi komplementer dan terapi modalitas
yang dilakukan oleh perawat secara langsung memberikan perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang cukup signifikan dalam penanganan DM
karena langsung dilakukan oleh tenaga perawat yang profesional apalagi perawat
juga melakukan kunjungan ke masyarakat sehingga pelayanan kepada masyarakat
lebih optimal. Implikasi dari program LANSET DM berupa terdeteksinya kasus
DM pada lansia, angka morbiditas dan mortalitas lansia akibat DM, keterikatan
hubungan lansia dengan keluarga dalam pencegahan komplikasi, peningkatan
tingkat kemandirian keluarga serta perilaku manajemen diri lansia dengan DM.

5.3.2. Perkembangan Ilmu Keperawatan


Perkembangan asuhan keperawatan masalah DM pada lansia pada level keluarga
dan komunitas merupakan suatu bentuk peningkatan kompleksitas dari pelayanan
keperawatan komunitas yang diikuti peningkatan sumber daya perawat yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta pengembangan
proyek inovasi komunitas secara berkelanjutan maupun efektifitas terapi

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


153

modalitas keperawatan komunitas. Karya ilmiah akhir ini diharapkan dapat


memberikan gambaran bagi institusi pendidikan bahwa pengembangan proyek
inovasi sangat diperlukan dengan melihat keefektifan strategi intevensi
sebelumnya. Hal tersebut penting karena anggapan yang salah dari beberapa orang
bahwa diabetes mellitus bukan penyakit yang membahayakan dan mematikan.
Peranan dari institusi pendidikan terutama dalam bidang keperawatan sangat
penting dalam pelayanan kesehatan lansia.

Institusi pendidikan keperawatan perlu menjadi wadah bagi perawat dalam


meningkatkan dan memperdalam teori dan konsep keperawatan yang berkaitan
dengan berbagai terapi atau tindakan mandiri perawat untuk memberikan
intervensi kepada lansia dengan DM. Teori dan konsep yang berkaitan dengan
terapi atau intervensi keperawatan dapat diintegrasikan seperti program LANSET
DM yang terintegrasi berbagai kegiatan seperti pemantauan dan deteksi kasus DM
dengan KPM LANSET DM, pendidikan kesehatan, kegiatan terapi komplementer
maupun modalitas yang dilaksanakan dalam kelompok pendukung dan swabantu.
Integrasi ketiga kegiatan tersebut dapat digunakan untuk pencegahan dan
perawatan DM pada lansia. Selain itu, karya ilmiah akhir ini juga memberikan
gambaran bahwa penggunaan KPM LANSET DM mampu memandirikan lansia
dan keluarga untuk melakukan deteksi dini, penatalaksanaan dan pengelolaan
terhadap masalah kesehatan yang dialaminya dengan dukungan dari keluarga dan
kader sebagai kelompok pendukung.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN

Bagian kesimpulan dan saran menguraikan tentang hasil dan pembahasan secara
singkat terkait pengelolaan manajemen keperawatan komunitas, asuhan
keperawatan keluarga, dan keperawatan komunitas

6.1. Simpulan
Integrasi Teori Manajemen, Community as Partner Model, Preceed-Proceed
Model, Family Centered Nursing efektif digunakan dalam pelayanan dan asuhan
keperawatan pada aggregate lansia terkait pengendalian DM dengan intervensi
utama pada pemberdayaan masyarakat khususnya manajemen diri dan dukungan
sosial. Hal itu ditunjukkan dengan adanya :
6.1.1. Peningkatan perilaku anggota KP LANSET DM yang mencakup
pengetahuan keterampilan, sikap anggota KP LANSET DM termasuk
kategori sangat baik dalam mengelola diet DM, perawatan dan senam kaki
serta relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi secara mandiri di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.2. Anggota KP LANSET DM terampil dalam melakukan supervisi dan
umpan terhadap pelaksanaan diet DM, perawatan dan senam kaki serta
relaksasi “BEBAS DM” yang telah dimodifikasi pada lansia di Kelurahan
Cisalak Pasar.
6.1.3. Peningkatan perilaku kelompok lansia yang mencakup pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap pencegahan dan perawatan DM di
Kelurahan Cisalak Pasar
6.1.4. Penurunan kadar gula darah setelah dilakukan terapi diet DM, perawatan
dan senam kaki serta relaksasi “BEBAS DM” pada lansia dengan DM di
Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.5. Peningkatan perilaku keluarga yang meliputi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap dalam perawatan lansia dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar.
6.1.6. Peningkatan kemandirian keluarga dalam melakukan perawatan lansia
dengan DM di Kelurahan Cisalak Pasar.

154 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


155

6.2. Saran
6.2.1. Bagi Pelayanan Kesehatan
6.2.1.1. Dinas Kesehatan dapat menetapkan kebijakan perencanaan mengatasi
masalah DM dengan melakukan terapi diet DM, perawatan dan senam
kaki serta terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM yang
terintegrasi dalam Program Penyakit Tidak Menular (PTM).
6.2.1.2. Dinas kesehatan dapat meningkatkan program pelayanan PTM dengan
mengintegrasikan penatalaksanaan pemantauan kesehatan lansia dengan
kadar gula darah menggunakan KPM untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap untuk mencegah komplikasi DM.
6.2.1.3. Dinas kesehatan dapat menetapkan anggaran untuk supervisi dan
monitoring berkala pelaksanaan kegiatan posbindu dan kelompok
pendukung dalam pemantauan kesehatan lansia dengan KPM, baik di
tingkat Dinas Kesehatan Kota Depok maupun di tingkat Puskesmas
Cimanggis.
6.2.1.4. Dinas kesehatan dapat meningkatkan anggaran untuk pengadaan sarana
pemeriksaan kesehatan bagi lansia dengan DM di Posbindu.
6.2.1.5. Dinas Kesehatan dapat memberdayakan SDM dengan pelatihan
ketrampilan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk kegiatan
supervisi dan evaluasi kinerja pemegang progam serta kinerja kader
dalam kegiatan Posbindu dan pengelolaan KPM pada lansia maupun
menempatkan perawat kesehatan masyarakat untuk mengembangkan
program inovasi dan program kerja pelayanan kesehatan, untuk membina
dan untuk melakukan pelaksanaan diet DM, perawatan dan senam kaki
serta terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM bagi
kelompok lansia dengan DM.
6.2.1.6. Dinas Kesehatan dan Pihak Puskesmas melakukan pelatihan pengelolaan
DM dengan salah satu point yang dikedepankan adalah pelaksanaan
program LANSET DM melalui diet DM, perawatan dan senam kaki serta
terapi relaksasi “BEBAS DM” maupun akupressure DM.
6.2.1.7. Dinas kesehatan meningkatkan kerjasama lintas sektoral dengan
membuat MOU dari Dinas kesehatan dengan lembaga-lembaga swasta

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


156

yang berperan dalam mengatasi masalah kesehatan pada lansia seperti


Lembaga Lanjut Usia Indonesia (LLI) dan Perhimpunan Gerontologi
Indonesia (PERGERI).

6.2.2. Bagi Keluarga Lansia


Keluarga yang terlibat dalam penerapan KPM pada lansia berisiko dan lansia
dengan DM dapat meneruskan pengelolaan kesehatan lansia secara mandiri guna
membantu lansia untuk tetap mempertahankan kualitas hidupnya yang sehat dan
produktif. Anggota keluarga yang dilibatkan dalam program LANSET DM harus
diajak bekerjasama secara terus-menerus dalam perawatan lansia dengan DM agar
dukungan sosial makin kuat untuk pengendalian dan pencegahan komplikasi DM.
Selain itu, keluarga yang terlibat dalam KS LANSET DM dapat menerapkan
KPM dan mensosialisasikan penggunaan KPM pada keluarga lain untuk menuju
masa tua yang bebas masalah DM.

6.2.3. Bagi Perawat Komunitas


6.2.3.1. Meningkatkan kemampuan melakukan pengembangan upaya pengelolaan
masalah kesehatan DM pada lansia dengan program LANSET DM terkait
penggunaan KPM dengan memaksimalkan kemampuan kader yang telah
dilatih, perangkat wilayah dan sumber daya lingkungan yang ada dalam
asuhan keperawatan komunitas dan keluarga.
6.2.3.2.Menetapkan kebijakan terhadap pembentukan dan pengembangan
kelompok pendukung sebagai bentuk pelayanan kesehatan secara promotif
dan preventif yang menyeluruh dengan melakukan pembinaan pada
keluarga yang mengalami rematik dan dikoordinasi oleh Puskesmas.
6.2.3.3.Menggunakan pelaksanaan diet DM, perawatan dan senam kaki serta
terapi akupressure DM maupun relaksasi “BEBAS DM” untuk mengontrol
kadar gula darah pada aggregate lansia dengan DM.
6.2.3.4.Melakukan supervisi bagi kader kesehatan yang terdapat di masyarakat
terkait pelaksanaan program LANSET DM.
6.2.3.5.Bekerjasama dengan pihak masyarakat (lintas sektoral) untuk melakukan
kadernisasi atau perekrutan kader kesehatan untuk membantu kegiatan

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


157

kader dalam pelayanan kesehatan di masyarakat.


6.2.3.6.Dinas kesehatan melakukan pembinaan kegiatan kelompok pendukung
dengan bekerjasama dengan perawat puskesmas atau perawat setempat di
RW percontohan yang mau menjadi kader posbindu dan terlibat dalam
kegiatan kelompok pendukung melalui pelatihan, pendampingan,
memberikan buku panduan kerja dan melakukan informed consent

6.2.4. Bagi Perkembangan Riset Keperawatan

Hasil pelaksanaan pemantauan kesehatan lansia secara mandiri dengan


melaksanakan program LANSET DM sebagai strategi intervensi keperawatan
komunitas dalam pengendalian DM pada aggregate lansia perlu dikembangkan
untuk riset keperawatan komunitas baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Perlu
dilakukan penelitian berupa studi fenomenologi mengenai pengalaman kader
kelompok pendukung dalam melakukan pengendalian masalah DM pada lansia
menggunakan KPM. Pengembangan penelitian tentang efektivitas program
LANSET DM terhadap pengendalian kadar gula darah pada lansia dengan risiko
gangguan integritas kulit akibat luka ganggren dan risiko gangguan pergerakan
akibat amputasi juga penelitian pengaruh terapi relaksasi “BEBAS DM” dan
akupressure DM terhadap klien yang mengalami kadar gula darah tinggi dengan
membuat kelompok kontrol

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). (2012). Standart of Medical Care in


Diabetes -2012. Diabetes Care Volume 35.

Aditama (2012) dalam RMOL. Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai
90 Persen. Diunduh dari http://ekbis.rmol.com pada tanggal 16 Maret
2013.

Allender, J. A., Rector, C., dan Warner, K. D. (2010). Community Health


Nursing: Promoting dan Protecting the Public's Health (7 ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams dan Wilkins.

Allender, J. A., dan Spradley, B. W. (2004). Community Health Nursing:


Promoting and Protecting the Public's Health. Philadelphia: Lippincott
Williams dan Wilkins.

Amigo, T. A. E., Sahar, J., dan Sukihananto. (2012). Hubungan Karakteristik dan
Pelaksanaan Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Dengan Status
Kesehatan Pada Aggregate Lansia Dengan Hipertensi Di Kecamatan Jetis
Yogyakarta. Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Anderson, E. T., dan McFarlane, J. (2011). Community As Partner : Theory And


Practice In Nursing. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott
Williams dan Wilkins.

Anderson, E. T., dan McFarlane, J. M. (2000). Community As Partner: Theory


And Practice In Nursing. Philadelphia: Lippincott Williams dan Wilkins.

Arief, I. (2011). Jumlah Penderita Diabetes di Dunia Meningkat Tajam. Diunduh


dari http://www.pjnhk.go.id/content/view/4194/32/ pada tanggal 16 Maret
2013.

Astapa (2012). Tinggi Prevalensi Diabetes di Indonesia. Diunduh dari


http://beritadewata.com/Sosial_Politik/Kesehatan pada tanggal 16 Maret
2013.

158 Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


159

Aziza, Lucky (2007). Ledakan Cuci Darah Akibat Diabetes Melitus: Nefropati
Diabetic dan Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.

Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat. (2007). Profil Daerah Provinsi
Jawa Barat. Bandung: Badan Perencanaan Daerah Provinsi Jawa Barat.

Badriah, S. (2012). Kelompok pendukung untuk pengendaliam faktor risiko


peningkatan gula darah pada aggregate lansia diabetes mellitus di Pasir
Gunung Selatan Kota Depok. Depok: FIK UI.

Balitbangkes Depkes RI. (2007). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Balitbangkes Depkes RI. (2008). Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.

Bappeda Kota Depok dan Badan Pusat Statistik Kota Depok. (2009). Indeks
Pembangunan Kota Depok 2009. Depok: Bappeda Kota Depok dan Badan
Pusat Statistik Kota Depok.

Becker, G. (2004). Prediabetes: What You Need to Know to Keep Diabetes Away.
New York: Marlow & Company.

Bernstein, D. A., Borkovec, T. D., dan Hazlett-Stevens, H. (2000). New


Directions in Progressive Relaxation Training. London: Praeger.

Biro Hukum dan Humas BPKP. (1998). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Retrieved 18
April 2012. from www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/45/438.bpkp.

BPS (2012).Data Sensus Penduduk Indonesia 2010.http://sp2010.bps.go.id.


Diunduh tanggal 16 Maret 2013.

Carmody, S., dan Forster, S. (2003). Aged Care Nursing: A Guide to Practice.
San Francisco: Ausmed Publications.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


160

Carr, S., Unwin, N., dan Pless-Mulloli, T. (2007). An Introduction to Public


Health and Epidemiology. New York: Mc Graw Hill.

Challem, J. (2007). AARP: Stop Prediabetes Now. New Jersey: John Willey &
Sons, Inc.

Chen,M. –Y.,dkk.(2011). Effectiveness of a health promotion programme for


farmers and fishermen with diabetes type-2 in Taiwan. Journal of
Advanced Nursing. Blackwell Publishing, 2060-2067.

Chomutare, T., dkk. (2011). Mobile peer support in diabetes. User Centred
Networked Health Care. IOS Press.

Clark, Mary Jo. (2003). Nursing in The Community: Dimensions of Community


Health Nursing.Third Edition. Appleton Lange: USA.

Copstead & Banasik (2010). Pathophysiology. Fourth Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier

Darmojo. (2009). Buku Ajar Geriatri. Jakarta: FKUI.

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


Melaksanakan Dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info
Media.

Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012a). Struktur Organisasi. Retrieved. from


http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_contentdanview=articled
anid=93danItemid=91.

Dinas Kesehatan Kota Depok. (2012b). Visi Misi Dinas Kesehatan Kota Depok
Tahun 2011 - 2016. Retrieved. from
http://dinkes.depok.go.id/index.php?option=com_contentdanview=articled
anid=92danItemid=90.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2011). Pedoman Teknis


Penemuan Dan Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


161

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2007). Pedoman Pengendalian


Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2010). Deteksi Dini Faktor


Risiko Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. (2011). Pedoman Pengendalian


Faktor Risiko Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Ditjen P2L dan PM Depkes RI (2004). Peran Masyarakat Dalam Mencegah


Penyakit Tidak Menular. Diunduh dari www.depkes.go.id pada tanggal 16
Maret 2013.

Dunning, T. (2003). Care of people with Diabetes: A Manual of Nursing Practice.


Oxford: Blackwell Publishing.

Eddy and Price (2009). Diabetic Foot Care: Tips and Tools to Streamline Your
Approach. The Journal of Family Practice. Vol 58, No 12.

Edelman dan Mandle (2010). Health Promotion: Throughout The Life Span.
Seventh Edition. St. Louis: Mosby Elsevier.

Edmonds (2006). Diabetic Foot Ulcers Practical Treatment Recommendation.


London Adis Information. BV 66 (7).

El Fakiri, F., dkk. (2008). Process evaluation of an intensified preventive


intervention to reduce cardiovascular risk in general practices in deprived
neighbourhoods. Eur J Cardiovasc Nurs, 7:296-302.

Ervin, N. E. (2002). Advanced Community Health Nursing Practice: Population -


Focused Care. New Jersey: Pearson Education.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., dan Jones, E. G. (2003). Family Nursing:


Research, Theory, dan Practice. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


162

Gillies, D. A. (1994). Nursing Management: A System Approach Philadelphia:


W.B Saunders Company.

Glumer, C. dkk. (2006). Risk Scores for Type 2 Diabetes Can Be Applied in
Some Populations but Not All. Diabetes Care 29: 410-414.

Greene, B., Merendino, J.J., dan Jibrin, J. (2009). The Best Life Guide to
Managing Diabetes and Pre-Diabetes. New York: Simon & Schuster.

Grundy, E. (2006). Ageing and vulnerable elderly people: European perspectives.


Ageing and Society, 26, 105-134.

Hanson, S. M. H., Gedaly-Duff, V., dan Kaakinen, J. R. (2005). Family Health


Care Nursing: Theory, Practice, and Research. Philadelphia: Davis
Company.

Harrison, T. A., dkk. (2003). Family history of diabetes as a potensial public


health tool. Am J Prev Med, 24:152-159.

Hasbi, M. (2012). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan


Penderita Diabetes Mellitus Dalam Melakukan Olahraga Di Wilayah
Kerja Puskesmas Praya Lombok Tengah. Depok: FIK UI.

Hastono, S. P. (2007). Analisa Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan


Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan.

Heideman, dkk. (2011). DiAlert: A lifestyle education programme aimed at people


with a family history of a type-2 diabetes and overweight, study protocol
of a randomised controlled trial. BMC Public Health, vol 11, 751.

Helvie, C. O. (1998). Advanced Practice Nursing in the Community. London:


Sage.

Hitchcock, Schubert, dan Thomas (1999).Community Health Nursing: Caring In


Action. New York: Delmar Publishers.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


163

Hurley, K. R. (2008). Validating music therapy and its effectiveness in treating


brain disorders: The role of emotions in music and in therapy. Florida
Atlantic University, United States -- Florida.

International of Diabetic Federation (IDF) Diabetes Atlas. (2012). New estimates


for 2012 of diabetes prevalence, mortality, and healthcare expenditures.
http://www.idf.org/sites/default/files/5E_IDFAtlasPoster_2012_EN.pdf

Ingram, M., Torres, E., Redondo, F., Bradford, G., dan O’Toole, M. L. (2007).
The impact of promotras on social support and glycemic control among
members of a farmworker community on the US-Mexico border. Diabetes
Educator, 33(6), 172S-178S.

Jones, R. A. P. (2007). Nursing Leadership and Management: Theories,


Processes and Practice. Philadelphia: F.A Davis Company.

Kaakinen, J. R., Gedaly-Duff, V., Coehlo, D. P., dan Hanson, S. M. H. (2010).


Family Health Care Nursing: Theory, Practice And Research.
Philadelphia: F. A. Davis Company.

Kaushik, R. M., Kaushik, R., Mahajan, S. K., dan Rajesh, V. (2006). Effects of
mental relaxation and slow breathing in essential hypertension.
Complementary. Therapies in Medicine, 14(2), 120-126.

Kelurahan Cisalak Pasar. (2011). Laporan Tahunan TP. PKK Kelurahan Cisalak
Pasar Tahun 2011. Retrieved. from.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Profil Kesehatan Indonesia


2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia Republik Indonesia.

Kholifah, S. N. (2007). Aplikasi Teori Orem dan Model Health Belief pada
Asuhan Keperawatan Komunitas Pralansia dan Lansia dengan Diabetes
Mellitus di Kelurahan Pancoran Mas-Depok. Depok: FIK UI.

Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. (2010). Rencana Strategis:
Komisi Daerah Lanjut Usia Propinsi Jawa Barat. Retrieved. from.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


164

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010a). Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut


Usia. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Komisi Nasional Lanjut Usia. (2010b). Profil Penduduk Lanjut Usia 2009.
Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia.

Lynn, P. (2011a). Taylor’s Clinical Nursing Skills: A Nursing Process Approach.


Philadelphia: Wolters Kluwer Health and Lippincott Williams dan
Wilkins.

Lynn, P. (2011b). Taylor’s Handbook of Clinical Nursing Skills. Philadelphia:


Wolters Kluwer Health and Lippincott Williams dan Wilkins.

Lynn, P., dan LeBon, M. (2011). Skill Checklists for Taylor’s Clinical Nursing
Skills: A Nursing Process Approach. Philadelphia: Wolters Kluwer Health
| Lippincott Williams dan Wilkins.

Maglaya, A. S., Cruz-Earnshaw, R. G., Pambid-Dones, L. B. L., Maglaya, M. C.


S., Lao-Nario, M. B. T., dan Leon, W. O. U.-D. (2009). Nursing Practice
in the Community. Marikina: Argonauta Corporation.

Mahale, S. (2008). Music, the best medicine. McClatchy - Tribune Business News,
from http://search.proquest.com/docview/464769966?accountid=17242

Mandel, S. E., Hanser, S. B., Secic, M., dan Davis, B. A. (2007). Effects of Music
Therapy on Health-Related Outcomes in Cardiac Rehabilitation: A
Randomized Controlled Trial. Journal of Music Therapy, 44(3), 176-197.

Mariam, S., Widyastuti, R., Bakar, H. A., Iskandar, A., dan Akhmadi. (2010).
Buku Panduan Bagi Kader Posbindu Lansia. Jakarta: TIM.

Marquis, B. L., dan Huston, C. J. (2003). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application. USA: Lippincott Williams
dan Wilkins.

Marquis, B. L., dan Huston, C. J. (2012). Leadership Roles and Management


Functions in Nursing: Theory and Application. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health and Lippincott Williams dan Wilkins.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


165

Mauk, K. L. (2006). Gerontological Nursing: Competencies For Care.


Mississauga: Jones and Bartlett Publishers.

Maurer, F. A., dan Smith, C. M. (2005). Community/Public Health Nursing


Practice: Health for Families and Populations. Philadelphia: Elsevier
Saunders.

McEwen, M., Pasvogel, A., Gallegos, G., dan Barera, L. (2010). Type-2 diabetes
self-management social support intervention at the U.S-Mexico border.
Public Health Nursing, vol 27, no 4, 310-319.

Mechanic, D., dan Tanner, J. (2007). Vulnerable People, Groups, And


Populations: Societal View. Health Affairs, 26(5), 1220-1230.

Mensing, C., dkk. (2007). National standards for diabetes self-management


educatioon. Diabetes Care, 30, S96-S103.

Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellness in Older Adults. Philadelphia:


Lippincott Williams dan Wilkins.

Murphy, E., dkk. (2013). A new approach to design and implement a lifestyle
intervention programme to prevent type-2 diabetes in New Zealand Maori.
Asia Pasific Journal Clinic Nutrient, vol 12, no 4, 419-422.

Neufeld, V., dan Harrison, M. J. (2010). Nursing and Family Caregiving: Social
Support and Nonsupport. New York: Springer Publishing Company.

Nies, M.A. dan McEwen, M. (2007).Community/ Public Health Nursing:


Promoting The Health Of Populations. Fourth Edition. St. Louis: Saunders
Elsevier.

Norris, S. L., Engelgau, M. M, dan Venkat Narayan, K. M E. (2001).


Effectiveness of self management training in Type 2 diabetes: A
systematic review of randomized controlled trials. Diabetes Care, 24(3),
561-587.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori dan Aplikasi. Edisi Revisi


2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


166

Palestin, B. (2007). Upaya Peningkatan Kepatuhan Lansia Diabetisi pada


Pengellaan Diabetes Secara Mandiri melalui Asuhan Keperawatan
Komunitas di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoranmas, Kota Depo,
Jawa Barat. Depok: FIK UI.

Pander, N. J., Murdaugh, C. L., dan Parsons, M. A. (2002). Health Promotion in


Nursing Practice. New Jersey: Prentice Hall.

Papalia, DE.,Olds, S.W, dan Feldman, Ruth.D. (2008). Human Development. 10th
edition. Boston : Mc.Graw-Hill.

Pelaksana Harian Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan
Kota Depok. (2012). Tugas Pokok dan Fungsi Pelaksana Seksi Kesehatan
Keluarga Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan
Kota Depok: Program Kesehatan Lanjut Usia. Retrieved. from.

Pemerintah Kota Depok. (2012). Visi Dan Misi Kota Depok 2011 - 2016.
Retrieved. from http://www.depok.go.id/profil-kota/peta.

Pender, NJ; Murdaugh, CL; Parson, MA (2002).Health promotion in nursing


practice (4th ed.). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

Polit, D. F., dan Beck, C. T. (2012). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott Williams dan
Wilkins.

Potter, Perry, Stockert, dan Hall (2011). Basic Nursing. Seventh Edition. St.
Louis: Mosby Elsevier.

Pramesti, O. L. (2012). Fokus WHO: Peningkatan Harapan Hidup Lansia.


Diunduh dari http://nationalgeographic.co.id pada tanggal 6 Desember
2012.
Priyanto, S. (2012). Pengaruh senam kaki terhadap sensitivitas kaki dan kadar
gula darah pada aggregat lansia diabetes mellitus di Magelang. Depok:
FIK UI.

Pusat Promosi Kesehatan. (2007). Jejaring Nasional: Pencegahan Dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (PTM). Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


167

Puskesmas Cimanggis. (2011). Data Posbindu Kota Depok 2011. Retrieved. from.
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Shetty, A.S., dan Nandhita, A. (2012).Trends
in prevalence of diabetes in Asian Countries.World Journal of Diabetes, 3
(6): 110-117. Diunduh dari www.wjgnet.com pada tanggal 16 Maret 2013.

Ratnasari, M., Setyowati, dan Kuntarti. (2012). Faktor-Faktor Manajemen


Sumber Daya Manusia Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Perkesmas Di
Puskesmas Wilayah Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2012. Universitas
Indonesia, Depok -- Indonesia.

Redaksi. (2012). Depok, Angka Harapan Hidup Diatas Rata-rata Nasional.


Depoknews.

Rose, M. H., dan Killien, M. (1983). Risk and vulnerability: A case for
differentiation. Advances in Nursing Science, 5(3), 60-73.

Ruof, M. C. (2004). Vulnerability, Vulnerable Populations, and Policy. Kennedy


Institute of Ethics Journal, 14(4), 411-425.

Saefulloh, M., Keliat, B. A., dan Haryati, R. T. S. (2009). Pengaruh Pelatihan


Asuhan Keperawatan Dan Supervisi Terhadap Motivasi Kerja Dan
Kinerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Indramayu.
Universitas Indonesia, Depok -- Indonesia.

Salinero-Fort, dkk. (2011). Effectiveness of PRECEDE model for health education


on changes and level control of HbA1c, blood pressure, lipids, and body
mass index in patients with type-2 diabetes mellitus. BMC Public Health,
vol 11, 267.

Santrock, J.W. (2009). Life-Span Development. 12th edition. New Yok: McGraw-
Hill.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S. (2011).Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis.Jakarta: Sagung Seto.

Soegondo, S. (2008). Hidup Mandiri Dengan Diabetes Melitus, Kencing Manis,


Sakit Gula. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


168

Soegondo, S., Soewondo, P., dan Subekti, I. (2011). Penatalaksanaan Diabetes


Melitus Terpadu: Sebagai Panduan Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Bagi Dokter Maupun Edukator Diabetes. Edisi Kedua. Jakarta: FKUI.

Sherwood, L. (2004). Human Physiology: From Cells To Systems. Fifth Edition.


USA: Thomson Brooks/ Cole.

Snyder, M., dan Lindquist, R. (2010). Complementary dan Alternative Therapies


in Nursing (6 ed.). New York: Springer Publishing Company.

Stanhope, M., dan Lancaster, J. (2004). Community and Public Health Nursing.
St. Louis Missouri: Mosby.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R dan D.


Bandung: Alfabeta.

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


Untuk Perawat Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Swanson, J. M., dan Nies, M. A. (1995). Coomunity Health Nursing: Promoting


the Health of Aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Commpany.

Suharko (2012) dalam RMOL. Penderita Diabetes Tipe Dua Di Indonesia Capai
90 Persen. Diunduh dari http://ekbis.rmol.com pada tanggal 16 Maret
2013.

Tabloski, P. A. (2006). Essentials Of Gerontological Nursing. Jurong: Pearson


Prentice Hall.

Tuomilehto, J., dkk. (2001). Prevention of type 2 diabetes mellitus by changes in


lifestyle among subjects with impaired glucose tolerance. N Engl J Med,
44:1343-1350.

Uitewall, P. J., dkk. (2005). No clear effect of diabetes education on glycaemic


control of Turkish type 2 diabtes patients; a controlled experiment in
general practice. Neth J Med, 63:428-434.

Vadheim,L.M., dkk. (2010). Effectiveness of a lifestyle intervention program


among persons at high risk for cardiovascular diseases and diabetes in
rural community. The Journal of Rural Health, vol 26, 266-272.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


169

Van Dam, H. A., dkk. (2005). Social support in diabetes: A systematic review of
controlled intervention studies. Patient Education and Counseling. 59(1),
1-12.

Wali Kota Depok. (2011). Keputusan Wali Kota Depok No.


821.29/350/Kpts/Bapp/Huk/2011 Tentang Komisi Daerah Lanjut Usia
Kota Depok. Retrieved. from.

Wallace, M. (2008). Essentials of Gerontological Nursing. New York: Springer


Publishing Company.

Whitehead, D. K., Weiss, S. A., dan Tappen, R. M. (2010). Essentials of Nursing


Leadership and Management. Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wigram, T., Pedersen, I. N., dan Bonde, L. O. (2002). A Comprehensive Guide to


Music Therapy: Theory, Clinical Practice, Research and Training.
London: Jessica Kingsley.

Wijayanti, R. (2006). Aplikasi keperawatan komunitas pada populasi lansia


dengan risiko dan gangguan diabetes mellitus di Kelurahan Kukusan
Kecamatan Beji, Depok. Depok: FIK UI.

Wijono, D. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi, dan


Aplikasi. Surabaya: Airlangga University Press.

Wild dkk. (2004). Global prevalence of diabetes: estimates for the year 2000 and
projections for 2030. Diabetes Care 27:1047–1053.

World Health Organization. (2011). World Health Statistics 2011: World Health
Organization.

Universitas Indonesia

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 1

PENAPISAN MASALAH MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Pembobotan Jml


A B C D E F G H I J K
1 Belum optimalnya sistem monitoring 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 38
dan evaluasi kesehatan lansia dengan
diabetes mellitus di Kelurahan
Cisalak Pasar
2 Belum optimalnya pelaksanaan 3 4 5 4 3 3 4 3 3 4 3 37
program , mekanisme perawatan,
perhatian dan dukungan sosial pada
lansia dengan diabetes mellitus oleh
kader di kelurahan Cisalak Pasar
3 Belum optimalnya pengarahan yang 2 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 31
dilakukan oleh Petugas Puskesmas
terhadap kader dalam pemberian
pelayanan pada lansia dengan
diabetes mellitus di Kelurahan
Cisalak Pasa
4 Belum optimalnya pengorganisasian 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 32
SDM kader lansia tingkat Posbindu
di Kelurahan Cisalak Pasar
Keterangan Pembobotan

1= Sangat rendah A: Risiko terjadi G: Tempat


2= Rendah B : Risiko parah H: Waktu
3= Cukup C: Potensial penkes I : Dana
4= Tinggi D : Minat masyarakat J: Fasilitas Kesehatan
5= Sangat tinggi E : Kemungkinan diatasi K: Sumber Daya
F: Sesuai Program Pemerintah

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 2.
PENAPISAN MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada keluarga Bpk As khususnya Ibu I


Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran

Sifat Masalah : Aktual 3/3 x 1 1 Masalah merupakan masih aktual, Ibu


I baru menderita DM sejak tahun 2011
sehingga sangat membutuhkan
perhatian serta perawatan agar tidak
terjadi komplikasi.
Kemungkinan masalah 2/2 x 2 2 Ibu I masih ada semangat untuk
dapat diubah : mudah menjaga agar gula darahnya selalu
normal, serta takut bila mengalami
komplikasi terutama luka yang tidak
sembuh-sembuh. Ibu I juga menyadari
kebiasaan makan yang tidak teratur
dan tidak pernah control menyebabkan
gula darahnya tidak normal.
Potensial masalah dapat 3/3 x 1 1 Keluarga sangat mendukung usaha Ibu
dicegah : Tinggi I untuk merawat gula darahnya agar
tidak sering meningkat.
Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 1 Keluarga Bpk As mengatakan masalah
Ada masalah tetapi tidak tersebut harus mendapat perhatian
perlu segera ditangani karena takut kalau sudah parah bisa
sampai dirawat di RS dan tentu akan
mengeluarkan biaya lebih besar untuk
biaya pengobatannya
Total 5

2. Risiko injuri pada keluarga Bp As khususnya Ibu I


Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran

Sifat Masalah: 2/3 x 1 1 Masalah akan terjadi, kadang mengeluh


pusing, dan keseimbangan cukup
Risiko terganggu

Kemungkinan masalah dapat 1/2 x 2 1 Keluarga tidak tahu cara pencegahan


diubah: terhadap resiko injuri

Sebagian

Potensial masalah dapat 2/3 x 1 2/3 Proses penuaan yang terjadi pada lansia
dicegah: yang sulit untuk dimodifikasi

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Cukup

Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 1 Keluarga merasa bahwa masalah yang


masalah berat perlu segera berkaitan dengan risiko injuri juga harus
ditangani segera ditangani karena dapat berakibat
fatal

Total 3 2/3

3. Cemas pada keluarga Bp As khususnya Ibu I


Kriteria Perhitungan Hasil Pembenaran

Sifat Masalah: 3/3 x 1 1 Masalah sudah terjadi, cemas ke pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit atau puskesmas
Aktual karena takut ketahuan penyakit lain yang terjadi
pada tubuhnya

Kemungkinan 1/2 x 2 1 Ibu sendiri tidak mau ke pelayanan kesehatan,


masalah dapat tetapi mau menerima perawat atau tenaga
diubah: kesehatan yang datang ke rumah

sebagian

Potensial masalah 3/3 x 1 1 Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk


dapat dicegah: mengatasi masalah tersebut

cukup

Menonjolnya 2/2 x 1 1 Perlu ditangani segera agar merasa nyaman atau


masalah: masalah tidak perlu cemas
berat perlu segera
ditangani

Total 4

Sumber: Maglaya, A. S., Cruz-Earnshaw, R. G., Pambid-Dones, L. B. L., Maglaya, M. C. S., Lao-
Nario, M. B. T., & Leon, W. O. U.-D. (2009). Nursing Practice in the Community. Marikina:
Argonauta Corporation. p. 80

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 3
PENAPISAN MASALAH ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

No Diagnosa Keperawatan Pembobotan Jml


A B C D E F G H I J K
1 Ketidakefektifan pemeliharaan 4 4 5 4 3 5 3 3 3 4 3 41
kesehatan pada kelompoklansia
dengan diabetes mellitus di Kelrahan
Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok
2 Kurang optimalnya pemanfaatan 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 35
fasilitas pelayanan kesehatan;
posbindu
3 Risiko koping tidak efektif pada 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 38
kelompok swabantu pada lansia
dengan diabetes mellitus
4 Tidak adekuatnya kemampuan 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 3 32
mengelola stressor
5 Belum adanya kelompok pendukung 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 31
diabetes mellitus di masyarakat

Keterangan Pembobotan

1= Sangat rendah A: Risiko terjadi G: Tempat


2= Rendah B : Risiko parah H: Waktu
3= Cukup C: Potensial penkes I : Dana
4= Tinggi D : Minat masyarakat J: Fasilitas Kesehatan
5= Sangat tinggi E : Kemungkinan diatasi K: Sumber Daya
F: Sesuai Program Pemerintah

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

SOP Relaksasi “BEBAS DM” Untuk Penderita Diabetes Mellitus


I. Pengertian

Teknik relaksasi “BEBAS DM” merupakan metode utama yang digunakan untuk mengurangi
stres. Respon relaksasi “BEBAS DM” mengkombinasikan meditasi dengan relaksasi. Selama
mengulang-ulang kata/frase, sikap pasif merupakan hal yang essential. Mekanisme penurunan
kadar gula darah dengan relaksasi “BEBAS DM” ini adalah adanya penurunan stres fisik dan
psokologis akan menurunkan epinefrin, menurunkan kortisol, menurunkan glukagon dan
menurunkan hormon tyroid. Proses ini akan menurunkan gula darah (Brunner & Suddarth’s,
2000; Craven RT & Himle CL, 2000)

II. Tujuan: membantu menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus

III. Manfaat
A. Respon verbal
1. Pikiran menjadi rileks
2. Perasaann lebih tenang
B. Respon non verbal
1. Klien tampak lebih rileks
2. Penurunan kadar gula darah

IV. Prosedur
1. Persiapan
a. Menggunakan baju longgar
b. Tidak diperkenankan memakai kaca mata dan sepatu
c. Lingkungan tenang
2. Tahapan
a. Usahakan situasi ruangan atau lingkungan relatif tenang
b. Ambil posisi tidur terlentang yang dirasakan paling nyaman
c. Leher dan lutut di topang bantal/guling

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

d. Pejamkan mata dengan pelan tidak perlu dipaksakan sehingga tidak ada
ketegangan otot sekitar mata. Mulai dengan nafas lambat dan teratur, dan ucapka
dalam hati frase kata sesuai keyakinan anda. Sebagai contoh anda menggunakan
frase yaa Allah. Bernafas pelan dan dalam, pada saat mengambil nafas sertai
dengan mengucapkan kata yaa dalam hati, setelah selesai lalu keluarkan nafas
secara perlahan-lahan dengan mengucapkan Allah dalam hati. Lakukan selama 1
menit. Sambil terus melakukan point d ini, lakukan point selanjutnya dibawah ini.
Perlu diketahui ketika melemaskan seluruh tubuh disertai dengan sikap pasrah
kepada Allah. Sikap ini menggambarkan sikap pasif yang diperlukan dalam
relaksasi, dari sikap pasif akan muncul efek relaksasi yaitu ketenangan. Kata atau
kalimat yang akan diucapkan diubah dan disesuaikan dengan keyakinan klien.

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

e. Tarik nafas dan kencangkan otot selama 3 detik (3 hitungan)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

f. Kendurkan otot-otot serileks mungkin mulai dari kaki, betis, paha, perut dan
lanjutkan ke semua otot tubuh. Lemaskan kepala, lebar dan pundak dengan
memutar kepala dan mengangkat pundak perlahan-lahan. Tangan dan lengan,
diulurkan, kemudian kendurkan dan biarkan terkulai wajar di sisi badan.
Usahakan agar tetap rileks dengan pengeluaran nafas selama 3 detik (3 hitungan)

g. Pejamkan mata lebih kuat dan kerutkan alis selama 3detik (3 hitungan)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

h. Tarik dagu ke arah leher selama 3 detik (3 hitungan)

i. Tangan kanan dan tangan kiri mengepal sekuatnya selama 3detik (3 hitungan)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

j. Tekuk siku sekuatnya selama 3detik (3 hitungan)

k. Angkat bahu sekuatnya sambil mengempiskan perut selama 3detik (3 hitungan)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

l. Ujung jari kaki kanan dan kiri di tarik ke arah perut sekuatnya selama 3detik (3
hitungan)

m. Kebalikan dari gerakan sebelumnya, ujung jari kaki kanan dan kiri di tekuk ke
bawah (seperti menginjak rem) selama 3detik (3 hitungan)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 4

n. Akhiri dengan tarik nafas dan klien di,minta untuk mengungkapkan “Saya
merasa nyaman dan tenang”
o. Ulangi semua gerakan sekali lagi, lakukan selama 15 menit lalu anada
diperbolehkan membuka mata untuk melihat waktu tetapi jangan menggunakan
alarm. Bila sudah selesai, tetap berbaring dengan tenang beberapa menit, mula-
mula mata terpejam dan sesudah itu mata dibuka
p. Latihan dilakukan 1 kali sehari dan 2 jam atau lebih setelah makan

Daftar Pustaka

Brunner and Suddarth’s. (2000). Medical surgical nursing. (9th ed). Philadelphia: Lippincott.

Craven, R. F. and Hirnle, C. J. (2003). Fundamental of nursing: Human health and function. (4th
ed). Philadelphia: Lippincott.

Kelley, M. and Barret. (1999). Relaxation diabetes mellitus. Charlotte: University of North
Carolina.

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 5

FORMAT PENILAIAN KEGIATAN KPM LANSET DM

NAMA KADER :
TGL PELAKSANAAN :
TEMPAT :

3 4
NO ASPEK YANG DINILAI 1 2

A. Persiapan (10)

1. Kontrak dengan keluarga (membuat janji)


2. Menyiapkan lembar KPM LANSET DM
3. Menyiapkan buku kerja LANSET DM
4. Menyiapkan leaflet
5. Membawa alat tulis
6. Membawa Set Status Gizi (Timbangan, Meteran dan
Antropometri), membawa set alat pemeriksaan mandiri gula
darah, kolesterol dan asam urat

2. Pelaksanaan (80)
1. Kader menanyakan keluhan /kondisi keluarga dengan lansia
dengan DM
2. Kader melakukan skrining
3. Kader menjelaskan kegunaan kartu KPM LANSET DM
4. Kader menjelaskan komponen dari KPM LANSET DM dan
cara pengisiannya
5. Kader menanyakan kepada keluarga adakah yang ingin
ditanyakan mengenai KPM LANSET DM/masalah dalam
merawat lansia dengan DM dalam keluarga
6. Kader berdiskusi dengan keluarga untuk mencari solusi
7. Kader memberi motivasi kepada keluarga untuk meningkatkan
pengetahuan, perilaku dan sikap mengenai DM dan
pengendalian kadar gula darah serta pencegahan komplikasi
bagi lansia dan keluarga.
8. Kader memberi kesempatan keluarga untuk bertanya
9. Kader menanyakan beberapa pertanyaan mengenai DM dan
pengendalian kadar gula darah serta pencegahan komplikasi
bagi lansia
10. Kader mencatat evaluasi hasil pelaksanaan KPM LANSET
DM
11. Kader memberikan reinforcement terhadap pencapaian positif
dari keluarga

3 Terminasi
1. Kader meminta keluarga untuk menjelaskan kembali kegunaan
KPM LANSET DM
2. Kader meminta keluarga menjelaskan kembali atas jawaban dari
pertanyaan yang keluarga tanyakan
3. Kader mengingatkan keluarga untuk membawa KPM LANSET
DM pada saat posbindu
4. Kader membuat kontrak/janji untuk kunjungan selanjutnya

Keterangan :
Skor pada rentang 0-4
1 = kurang tidak dilakukan sama sekali
2 = Cukup ada salah satu atau lebih bagian tidak dilakukan
3 = Baik dilakukan semua komponen tetapi tidak sesuai dengan pedoman
4 = sangat Baik dilakukan semua dan sesuai dengan pedoman

Depok, Oktober 2013


Penilai,

( )

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


CATATAN KUNJUNGAN KADER

NO HARI/ NAMA HASIL KUNJUNGAN TTD TTD KADER


TANGGAL KELUARGA KELUARGA

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 6

FORMAT KEGIATAN YANG DILAKUKAN LANSIA DAN KELUARGA DALAM PENERAPAN LANSET DM

Nama KK :
Nama Lansia :
Umur Lansia :

Berikan pada kolom dibawah ini, Tanda Cek List ( Ѵ ) jika dilakukan dan Tanda Strip ( - ) jika tidak dilakukan !

NO KOMPONEN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 LANSIA
1.a. Kepatuhan diet DM
Konsumsi gula tidak lebih
dari 8 sendok teh setiap
1 hari.
Tidak mengemil makanan
yang manis-manis.
2
Tidak memakan gorengan
3 setiap hari.
Konsumsi sayuran paling
kurang 1 mangkuk setiap
4 hari
Pengaturan jenis makanan
dan jumlah makanan/diet
5
Pengaturan waktu makan
6 dan makan selingan
Konsumsi kabohidrat
kompleks (nasi, lontong,
ketan, jagung, ubi,
singkong, talas, kentang,
sagu, mie, bihun, makaroni,
roti dan tepung-tepungan)
7 dibatasi

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Konsumsi makanan cukup
protein, vitamin dan mineral
8
Cukup minum setiap
9 harinya minimal 2 liter
Bawa persediaan permen
untuk mengatasi
10 hipoglikemik
Mengurangi atau
menghindari konsumsi
11 rokok
1.b. Aktifitas dan Olahraga
Lakukan olahraga ringan,
misalnya: jalan kaki, joging,
1 senam, bersepeda
Olahraga paling sedikit 3
2 kali dalam seminggu
Olahraga sekitar 50-60
menit, termasuk
pemanasan sebelum
olahraga dan pendinginan
setelah melakukan
3 olahraga
4 Lakukan senam kaki
Istirahat/ tidur antara 6-7
5 jam perhari
1.c. Manajemen Stres
Keluarga atau orang sekitar
sebagai tempat berbagi:
1
Cerita kepada keluarga
atau orang di sekitar untuk
membangkitkan semangat
hidup kembali ketika saya
merasa murung maupun
mendengarkan pikiran
maupun masalah saya
2

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Minta pendapat keluarga
atau orang di sekitar
sebelum memutuskan
sesuatu keputusan penting
atau jika dalam situasi
3 krisis
Cari keluarga atau orang di
sekitar untuk dijadikan
teman mengobrol untuk
mencurahkan kegundahan
bila saya khawatir atau
4 sedih
Minta bantuan keluarga
atau orang di sekitar untuk
membantu saya bila tidak
mampu menyelesaikan
suatu masalah
5
Tidak segan-segan
meminta bantuan jika
membutuhkannya kepada
keluarga atau orang di
6 sekitar
Lakukan relaksasi Benson
7 modifikasi
Lansia melakukan terapi:
1.d.
1 Minum daun sirih merah
2 Perawatan kaki:
1. Biasakan menggunakan
alas kaki di dalam dan di
luar rumah
2. Periksa kaki termasuk
sela-sela jari kaki setiap
hari untuk menemukan
lecet atau luka secara dini

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


3. Cuci kaki setiap hari
dengan air hangat dan
sabun serta menggunakan
cream atau lotion pelembut
kaki bila kulit kaki kering
dan pecah-pecah kecuali
sela-sela kaki dengan
tujuan untuk mencegah
perlukaan/ cidera pada kaki
saya.

3 Pengobatan medis
Minum obat anti diabetes/
insulin secara teratur serta
mengkonsumsi obat
hipoglikemik sesuai
peresepan.
Lakukan pemeriksaan gula
darah secara rutin.
2 KELUARGA
2.a Pengelolaan makanan
Pemilihan jenis makanan
1 sesuai diet DM
Penentuan jumlah atau
takaran makanan sesuai
2 diet DM
Pembuatan jadwal menu
makanan per hari sesuai
3 diet DM
Penentuan jadwal makan
sesuai rentang waktu 2-3
4 jam
Pengaturan makan dengan
3 kali makan besar dan 3
5 kali selingan
2.b. Dukungan Keluarga

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Keluarga atau orang di
sekitar saya dapat
diandalkan dan dipercaya
1 dalam membantu saya
Keluarga atau orang di
sekitar saya mau
menghibur ketika saya
2 merasa khawatir
Keluarga atau orang di
sekitar saya mau
membantu saya ketika
saya membutuhkan
3 sesuatu
Keluarga atau orang di
sekitar saya mau
membantu saya ketika
banyak pekerjaan yang
tidak mampu saya kerjakan
4
Keluarga atau orang di
sekitar saya benar-benar
5 menyukai saya
Keluarga atau orang di
sekitar saya menunjukkan
perhatiannya seperti
bertanya dan tidak
membiarkan saya ketika
perasaan saya tidak
6 menyenangkan
Keluarga atau orang di
sekitar saya menghibur
saya ketika saya sedang
7 sedih
Keluarga atau orang di
sekitar saya bersedia
membantu ketika saya
menginginkan kenyamanan
8

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Keluarga atau orang di
sekitar saya
memperlihatkan bahwa
mereka mencintai saya dan
9 menerima saya
Keluarga atau orang di
sekitar saya menyarankan
sesuatu agar saya lebih
mudah melakukan aktivitas
tertentu
10
Keluarga atau orang di
sekitar saya menghibur
saya ketika perasaan saya
11 sedang tidak enak
Keluarga atau orang di
sekitar saya memberikan
bantuan apa saya kepada
12 saya
Keluarga atau orang di
sekitar saya memberikan
nasehat terkait perawatan
penyakit kencing manis
13 saya
Keluarga atau orang di
sekitar saya sering
berkunjung ke rumah untuk
melihat kondisi saya
14
Keluarga atau orang di
sekitar saya selalu
melibatkan saya pada
15 kegiatan yang diadakan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Keluarga memperhatikan
makanan dan minuman
yang baik untuk saya DM (
rendah karbohidrat
sederhana seperti gula
pasir, madu, minuman
16 kaleng dll )
Keluarga dan orang
disekitar saya membiarkan
saya makan dan minum
apa saja yang saya suka
17
Keluarga memperhatikan
saya jika tidak ada
18 keinginan untuk makan
Keluarga dan orang
disekitar saya
memperhatikan dan
membuat jadwal makan
19 saya
Keluarga dan orang
disekitar menjelaskan pada
saya tentang pentingnya
pengaturan makan
20
Keluarga meminta
pendapat saya untuk
menentukan tempat
berobat atau tempat
21 pemeriksaan DM
Keluarga dan orang
disekitar mengingatkan
saya pentingnya menjaga
dan mengontrol kadar gula
22 darah

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Keluarga dan orang
disekitar saya
mengingatkan dan
memperhatikan saya untuk
meminum obat teratur bagi
kesehatan saya
23
Keluarga dan orang
disekitar menjelaskan pada
saya tentang bahaya
makan-makanan yang
terlalu manis (banyak gula)
24
Keluarga dan orang
disekitar menjelaskan pada
saya manfaat makan sayur
dan buah bagi kesehatan
25 saya
Keluarga dan orang
disekitar saya menemani
26 saya untuk berolahraga
Keluarga dan orang
disekitar saya
mengingatkan saya untuk
mengontrol dan
memperhatikan berat
badan agar tidak terlalu
27 gemuk atau terlalu kurus
Keluarga dan orang
disekitar saya
mengingatkan saya untuk
menggunakan alas kaki
(sandal atau sepatu)
28 apabila keluar rumah
Keluarga dan orang
disekitar saya mengantar
saya untuk berobat atau
memeriksakan kesehatan
29 saya

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Keluarga dan orang
disekitar saya
mempersiapkan dana
khusus untuk biaya berobat
dan periksa kesehatan
30 saya

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 7

CARA PENCEGAHAN DM NO. KARTU :


1. Pencarian informasi melalui kader atau
petugas kesehatan
2. Hindari makan makanan yang
berkadar gula tinggi KARTU PENGONTROLAN MANDIRI
3. Kurangi karbohidrat dan
“LANSET DM”
4. Pperbanyak sayuran serta buah-
buahan LANSIA SEHAT DENGAN DM
5. Olahraga teratur minmal 3-5x/minggu
dengan lama 30-60 menit
6. Istirahat yang cukup
7. Minimalkan stres
8. Kontrol rutin kadar gula darah
9.

KADAR GULA DARAH KAT B DAN C,


RUJUK PADA KOLOM PENCEGAHAN

CARA PENGENDALIAN DM
1. Pengendalian makanan dengan
menghindari makanan dengan indeks
glikemik diatas 50 IDENTITAS LANSIA
2. Pengelolaan makanan dg jenis, jumlah
INDEKS GLIKEMIK DIATAS 50 TIDAK DISARANKAN
dan jadwal sesuai kebutuhan tubuh Nama :……………………………….
3. Berikan terapi herbal seperti sirih Umur :……………………………….
merah bila kadar gula darah Agama: ………………………………
meningkat tiba-tiba Alamat:………………………………..
4. Minum obat sesuai anjuran dokter Tinggal dengan :……….…………….
5. Berikan terapi relaksasi bila stres
meningkat
6. Kontrol rutin kadar gula darah
Created by DIAH RATNAWATI
7. Dukung lansia dengan komunikasi
yang efektif dan perilaku yang asertif

Program Spesialis
KADAR GULA DARAH KAT K, RUJUK PADA
KeperawatanKomunitas
KOLOM PENGENDALIAN
FakultasIlmuKeperawatan
Universitas Indonesia Depok
PERAWATAN yang baik dan DOA 2013
INDEKS GLIKEMIK DIBAWAH 50 DISARANKAN Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
akan memberikan hasil yang
terbaik
LAMPIRAN 8

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER I RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS


PADA AGGREGATE LANSIA DM
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK, Februari 2013 s.d Juni 2013

No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber


A Manajemen pelayanan
keperawatan komunitas
1. Penyusunan kontrak Membantu pencapaian Dokumen kontrak belajar 3.1 Residen Studi literatur Minggu Pedoman
belajar residensi tujuan pembelajaran sesuai pedoman. Konsultasi pertama residensi
residensi
Residen Studi literatur Minggu Studi literatur
2. Penyusunan Kerangka berpikir sebagai Dokumen framework, 3.2 Konsultasi pertama
framework, instrumen dasar dalam mencapai instrumen dan POA
pengkajian dan POA tujuan pembelajaran

3. Penyusunan latar Teridentifikasi Adanya permasalahan yang 3.3 Residensi Studi literature Minggu Dokumen
belakang dan studi permasalahan yang terjadi terjadi terkait aggregate Dokumen Negara pertama Negara,
pustaka terkait pada aggregate lansia lansia dengan DM Wawancara Friedman,
aggregate lansia dengan DM Konsultasi Bowden, &
dengan DM Jones, 2003;
Miller, 1995;
Stanhope &
Lancaster, 2004
4. Orientasi kebijakan Diketahui visi, misi, Dokumen kebijakan atau 3.4 dan 3.5 Pejabat Dinas Wawancara Minggu Profil Kes Kota
lansia di tingkat Dinas kebijakan, strategi, rencana strategis program Kesehatan Kota Studi literatur II Depok, Laporan
Kesehatan Kota Depok program dan kegiatan khususnya terkait Lansia Depok Observasi Tahunan
ditingkat Dinas Kesehatan Kepala Orientasi lapangan Program Bidang
Kota Depok terkait lansia puskesmas Kesehatan
P.J. Program Masyarakat
CHN & lansia
5. Diskusi dengan Lurah, Diketahui pelaksanaan Informasi kerjasama lintas 3.4 dan 3.5
Ketua RW/RT, dan program kesehatan sektor dan program Lurah Wawancara Minggu Masyarakat
kader. khususnya CHN terhadap Ketua RW/RT Studi Literatur III, IV Lingkungan
lansia DM Kader kesehatan Orientasi lapangan rumah/RT

6. Dialog dengan tokoh Diketahui pelaksanaan Adanya bentuk pelaksanaan 3.4 dan 3.5 Ketua RT Wawancara Minggu Masyarakat
agama atau masyarakat program CHN ditatanan program CHN di Kader kesehatan Observasi III, IV Lingkungan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
yang beresiko di Kel. masyarakat. masyarakat. Tokoh rumah/RT
Cisalak Pasar masyarakat
Keluarga
dengan lansia
DM

7. Penelaahan rencana Diketahui rencana Dokumentasi kegiatan dan 3.7 Residen Studi literatur Minggu Rencana
pelaksanaan program pelaksanaan program CHN Laporan tertulis hasil II, III operasional
CHN dan lansia serta terkait dengan lansia analisis kebijakan dan Puskesmas
keterkaitan keduanya di implementasi program CHN Laporan
Puskesmas. di tingkat dinas, Puskesmas tahunan
dan wilayah (fish bone). Rekapitulasi
kegiatan
Bidang
Kesmasy

8. Perencanaan program 8.1Mengembangkan Tersusunnya perencanaan 3.7 Residen Studi literatur dan Minggu Dinkes, Kepala
pelayanan keperawatan perencanaan program program pelayanan dokumen IV PKM, P.J. CHN
komunitas pada pelayanan keperawatan keperawatan komunitas. Kader & Toma.
agregate lansia DM komunitas pada agregate
lansia DM
8.2 Mensosialisasikan Tersosialisasinya rencana Lintas program, Lokakarya mini Minggu
perencanaan program program yang akan lintas sektor, kesehatan. V, VI
dilaksanakan TOMA, Kader,
Masyarakat
beresiko DM

9. Pengorganisasian 9.1. Mengkomunikasikan 75% adanya kegiatan di 3.7 Kader kesehatan Kerja tim Minggu Kepala
program pelayanan 9.2. Menyusun rencana masyarakat dalam upaya Tokoh Pendidikan V, VI Puskesmas
keperawatan komunitas kegiatan penanganan DM yang masyarakat kesehatan PJ CHN
terhadap 9.3. Terlaksananya terorganisir Masyarakat Peran serta Kader kesehatan
penanggulangan DM program pelayanan yang beresiko masyarakat Tokoh
pada lansia keperawatan komunitas. KISS (Koordinasi, masyarakat
integrasi,
sinkronisasi dan
simplifikasi)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
10. Pengarahan dan Terkendalinya program 75% pelaksanaan program 3.7 Kader kesehatan Curah pendapat Minggu Kepala
pengawasan program pelayanan keperawatan pelayanan keperawatan Tokoh Self evaluation VII Puskesmas
pelayanan keperawatan komunitas khususnya pada komunitas sesuai dengan masyarakat Lembar cek list Pen jawab CHN
komunitas. program kesehatan lansia tujuan dengan terkontrol Masyarakat Kader kesehatan
secara kontinu yang beresiko Tokoh
masyarakat
11. Merumuskan masalah Teridentifikasi masalah Adanya bukti fisik masalah 3.8 dan 3.9 Residen Observasi Minggu Dokumen
manajemen pelayanan manajemen pelayanan manajemen pelayanan Pejabat Dinas Studi literatur VIII s.d Pemerintahan
keperawatan komunitas keperawatan komunitas keperawatan komunitas Kesehatan Kota (dokumen negara) XVI Ervin, 2002
Depok Konsultasi dengan Swanburg, 2000
Kepala supervisor utama
Puskesmas dan supervisor
P.J. Program
CHN & lansia

12. Menetapkan rencana Mengatasi masalah - 80% kader mampu 3.10 Kader Studi literatur Minggu Dokumen
dan intervensi manajemen pelayanan mendemonstrasikan Lansia (dokumen negara) VIII s.d Pemerintahan
keperawatan keperawatan komunitas kembali materi yang Residen Konsultasi dengan XVI Ervin, 2002
mencakup: diajarkan supervisor utama Swanburg, 2000
- Pelatihan kader - Jumlah kader yang hadir dan supervisor
- Revitalisasi posbindu 80% dari yang diundang
- Pembentukan dana sehat - 80% lansia menyetujui
lansia adanya dana sehat
- Pembuatan KPM lansia
dengan DM
Pembentukan SG kader

13. Mengevaluasi hasil Menilai kinerja dan - Terbentuk 1 RW memiliki 3.10 Kader Studi literatur Minggu Dokumen
intervensi terhadap perubahan yang terjadi support group sebagai Lansia (dokumen negara) VIII s.d Pemerintahan
masalah manajemen setelah dilakukan intervensi percontohan dan Residen Konsultasi dengan XVI Ervin, 2002
pelayanan keperawatan terhadap masalah memberikan dukungan supervisor utama Swanburg, 2000
komunitas manajemen pelayanan bagi lansia dengan DM dan supervisor
keperawatan komunitas - Terbentuknya posbindu
pada RW yang belum
memiliki Posbindu
- Pelaksanaan posbindu
secara rutin
- Setiap lansia memiliki
KMS
- Setiap lansia yang

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
mengalami masalah DM
memiliki KPM Lansia
dengan DM

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
B Asuhan keperawatan
pada aggregate lansia
DM
1. Pengkajian pada Mengkaji dan Adanya hasil analisis data 2 Aggregate yang Survey Minggu Studi literatur
aggregate yang mengidentifikasi masalah pengkajian terhadap lansia beresiko FGD II, III, IV Masyarakat
mengalami penyakit : kesehatan pada aggregate DM Pemeriksaan fisik yang beresiko
Identifikasi masalah Observasi
kesehatan dan skrining
masyarakat yang
berisiko.

2. Perencanaan bersama 2.1 Menyusun rencana Adanya bukti fisik rencana 2 Residen Studi literatur Minggu Studi literatur
aggregate dalam upaya asuhan keperawatan asuhan keperawatan IV-VI Supervisor
penanganan penyakit . komunitas secara komunitas
komprehensif.
2.2. Mensosialisasikan Lurah Lokakarya mini Minggu Supervisor
rencana program Ketua RW/RT masyarakat. VI Studi literatur
Tokoh RENSTRA
masyarakat bidang
Kader kesehatan kesehatan Kota
Depok

3. Pelaksanaan program Menyusun berbagai program 75% program kerja 2 Lurah Kerja tim Minggu Hasil MMD
kerja hasil kesepakatan kerja secara terstruktur dilaksanakan sesuai Ketua RW/RT Peran serta VIII - Supervisor
bersama aggregate kesepakatan Tokoh masyarakat XVI Studi literatur
dalam upaya masyarakat Agenda kerja
penanganan DM Kader kesehatan tahunan
Aggregate . Puskesmas.

4. Penilaian bersama Menilai tingkat keberhasilan 75% pemberian asuhan 2 Kepala PKM Curah pendapat Minggu Supervisor
aggregate hasil pemberian asuhan keperawatan pada aggregate . Lurah Self evaluation XVI Studi literatur
pelaksanaan program keperawatan pada agregate dilakukan sesuai rencana. Ketua RW/RT Lembar cek list
penanganan DM lansia DM Adanya rencana tindak Tokoh masy Wawancara
lanjut yang disepakati. Kader kesehatan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
C Asuhan keperawatan
keluarga :
1. Pengkajian pada 5 Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajian 2 Keluarga Wawancara Minggu Studi literatur
keluarga yang beresiko faktor yang ada dalam keluarga dengan resiko dengan resiko Pemeriksaan fisik V Kader kesehatan
mengalami penyakit keluarga yang beresiko sejumlah 5keluarga. DM Observasi Keluarga
DM dengan menggunakan model Ketua RT/RW
PRECEDE PROCEED dan
Friedman.

2. Melakukan analisis Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah 2 Keluarga Konsultasi Minggu Studi literatur
data dan menetapkan keperawatan keluarga resiko keperawatan keluarga dengan resiko Diskusi V-X Supervisor
masalah keperawatan DM dengan berdasarkan DM Kunjungan rumah Keluarga
keluarga yang beresiko penapisan masalah yang ada.
mengalami penyakit
DM
2 Keluarga Konsultasi Minggu Studi literatur
3. Bersama keluarga Menyusun rencana asuhan Adanya bukti fisik berupa dengan resiko Diskusi V- X Supervisor
merumuskan intervensi keperawatan keluarga rencana asuhan keperawatan DM Kunjungan rumah 2 Keluarga.
dalam upaya dengan resiko bersama keluarga dengan kali seminggu.
menangani masalah keluarga. ditandatangani residen,
resiko penyakit DM keluarga dan supervisor.

4. Melakukan intervensi Melaksanakan berbagai 90% intervensi yang telah 2 Keluarga Simulasi Minggu Studi literatur
keperawatan keluarga intervensi keperawatan yang disusun dilakukan bersama dengan resiko Demonstrasi V-XVI Supervisor
berupa kognitif, afektif telah disusun dan disepakati keluarga sesuai dengan hasil DM Evaluasi Keluarga
dan psikomotor dengan keluarga. kesepakatan bersama. Kunjungan rumah 2
kali seminggu.

5. Penyerahan laporan Melaporkan proses asuhan Adanya dokumen laporan 2 Residen Minggu
keluarga binaan keperawatan keluarga keluarga binaan VII-VIII Studi literatur
Minggu Supervisor
IX-X Keluarga

6. Ujian ketrampilan di Menilai ketrampilan dalam 2 Residen Minggu


keluarga pengelolaan asuhan VII-VIII Studi literatur
keperawatan keluarga Minggu Supervisor
IX-X Keluarga

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
7. Referat askep keluarga 7.1. Mensosialisasikan Tersosialisasinya metode 2 Peserta Presentasi seminar Minggu
metode atau model terbaru atau model terkini terkait residensi dan (bahasa Inggris dan VII-VIII Studi literatur
terkait dengan askep pada dengan askep pada keluarga aplikasi Indonesia) Supervisor
keluarga dengan lansia DM dengan lansia DM Keluarga
7.2. Mensosialisasikan
metode atau model terbaru
terkait dengan askep pada
keluarga dengan lansia DM

8. Menilai hasil asuhan Mengidentifikasi pencapaian 80% pencapaian 2 Keluarga Evaluasi diri Minggu
keperawatan keluarga kemandirian keluarga. kemandirian keluarga berada dengan resiko Lembar ceklist IX-X
berdasarkan tingkat pada tingkat IV (mandiri Curah pendapat
kemandirian keluarga penuh). Home visit

9. Penyerahan draff Minggu


laporan praktek kepada XII-XIII
supervisor

10. Penyerahan laporan


akhir Minggu
XV

Depok, Februari 2013


Menyetujui
Supervisor utama, Supervisor Residen,

Dra. Junaiti Sahar, S.Kp.,M.App.Sc.,PhD Poppy Fitriani, S.Kp., M.Kep.Sp.Kom. Diah Ratnawati

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 9

KONTRAK PEMBELAJARAN SEMESTER II


RESIDENSI SPESIALIS KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGGREGAT LANJUT USIA DENGAN DIABETES MELLITUS
DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

A. MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN KOMUNITAS


No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Penyusunan kontrak belajar Membantu pencapaian Adanya kontrak belajar 4.1 Residen Studi Literatur Minggu BPKM
residensi semester 2 tujuan pembelajaran sesuai pedoman pembelajaran Konsultasi Ketiga- Semester 2
residensi residensi Keempat
Agustus
2 Perencanaan program 2.1 Mengembangkan 2.1.2 Tersusunnya 4.2 Residen Studi Literatur Minggu Buku Pembinaan
pelayanankeperawatan perencanaan program perencanaan program Pengurus RW Diskusi bersama Kedua Kesehatan Lanjut
komunitas pada aggregat pelayanan keperawatan posbindu yaitu Kader kader dan pengurus Septembe Usia
lansia dengan diabetes komunitas pada pembentukan self help RW r
mellitus aggregat lansia melalui group bagi lansia
pembentukan posbindu diabetes mellitus di
PTM di RW 05 Kel. RW 03, 05 dan 06
Cisalak Pasar

2.1.1 Tersosialisasikannya 2.1.3 Tersosialisasi rencana 4.2 Puskesmas Studi Literatur Kepala
perencanaan program program posbindu Pengurus RW Diskusi bersama Minggu Puskesmas
pembentukan yang akan Kader kader, puskesmas Kedua P.J. Lansia
posbindu di RW 03, dilaksanakan di RW Masyarakat yang dan pengurus RW Septembe Kader
05 dan 06 Kel/ 03, 05 dan 06 beresiko r Pengurus RW
Cisalak Pasar

3 Pengorganisasian program 3.1 Terlaksananya program 3.1.1 80% terlaksananya 4.4 Kader KIE Minggu Kepala
pelayanan keperawatan pelayanan keperawatan persiapan kegiatan Pengurus RW PSM IV Puskesmas
komunitas terhadap komunitas yang akan posbindu di RW 03, Puskesmas Septembe PJ Lansia
aggregat lansia dengan dilakukan melalui 05 dan 06 r s/d Kader kesehatan
diabetes mellitus melalui program posbindu Minggu I Tokoh
Posbindu dengan program dengan lansia diabetes Oktober masyarakat
inovasi Self Help Group mellitus, keluarga dan
untuk meningkatkan self masyarakat 3.1.2 80% terlaksananya 4.4 Kader KIE Minggu I Kepala
managementlansia diabetes kegiatan posbindu di Pengurus RW PSM Oktober Puskesmas
mellitus RW 03, 05 dan 06 Puskesmas s/d PJ Lansia
Minggu Kader kesehatan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


IV Tokoh
Novembe masyarakat
3.1.3 80% tersusunnya 4.4 Kader Diskusi r Kepala
kegiatan self help Pengurus RW KIE Puskesmas
group lansia diabetes PSM PJ Lansia
mellitus di RW 03, 05 Minggu Kader kesehatan
dan 06 IV Pengurus RW
Septembe
4.4 Kader Diskusi r Kepala
3.1.4 80% terlaksananya Pengurus RW KIE Puskesmas
kegiatan self help Lansia diabetes PSM PJ Lansia
group untuk mellitus Kader kesehatan
meningkatkan self Minggu I Pengurus RW
managementdi RW Oktober
03, 05 dan 06 s/d
KIE Minggu
3.1.5 Terbinanya 5 keluarga PSM IV
binaan dengan Novembe
pemasalahan diabetes r
mellitus pada lansia di
RW 03dan 04
4 Pengarahan dan Terkontrolnya program 75% pelaksanaan program 4.2 PJ Lansia Format supervisi Bulan Kepala
pengawasan program pelayanan keperawatan pelayanan keperawatan puskesmas Diskusi Novembe Puskesmas
pelayanan keperawatan komunitas melalui kegiatan komunitas terkontrol secara Kader r dan PJ Lansia
komunitas supervisi, bimbingan dan kontinu Self help group Desember Kader kesehatan
pengarahan. Pengurus RW

4.1 Kader melalukan 75% tersusun pelaporan Kader Format supervisi Kepala
supervisi setiap bulan kegiatan self help group Self help group Diskusi Bulan Puskesmas
sekali pada self help untuk puskesmas Novembe PJ Lansia
group yang telah r dan Kader kesehatan
terbentuk Desember Pengurus RW

9.1 Petugas puskesmas 75% ada rujukan dari kader PJ Lansia Format supervisi Kepala
melakukan supervisi ke puskesmas dan adanya puskesmas Format Rujukan Puskesmas
setiap bulan sekali pada pelaporan kegiatan self help Kader Diskusi Bulan PJ Lansia
self help group melalui group Self help group Novembe Kader kesehatan
kegiatan posbindu r dan Pengurus RW
Desember

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


B. KEPERAWATAN KOMUNITAS
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompeten Target/sasaran Metode Waktu Sumber
si
1 Perencanaan upaya 1.1 Menyusun rencana 1.1.1 Adanya rencana asuhan 1.2 Pengurus RW Studi literatur Minggu Supervisor
pembinaan kesehatan asuhan keperawatan keperawatan komunitas Kader Diskusi Kedua Studi literatur
lansia diabetes mellitus komunitas secara hasil konsultasi dan Lansia diabetes Agustus
melalui self help group komprehensif pada revisi mellitus
untuk meningkatkan self aggregate lansia diabetes 1.1.2 Adanya kegiatan self
management lansia mellitus melalui self help help group lansia
diabetes mellitus group diabetes mellitus di
RW 02, 03 dan 04
1.1.3 Adanya praktek latihan
manajemen stres degan
‘BEBAS DM” dalam
kegiatan self help
group
1.2 Mensosialisasikan Studi literatur
rencana salah satu 1.2.1 Kegiatan dilakukan Pengurus RW Diskusi Minggu Supervisor
program posbindu yaitu dalam upaya 1.2 Kader III Studi literatur
pelaksanaan asuhan meningkatkan self Lansia diabetes Agustus
keperawatan pada lansia managementlansia mellitus s/d
diabetes mellitus melalui diabetes mellitus Minggu
self help group di RW 03, KIE IV
05 dan 06 1.2.2 Promosi kesehatan Septembe Studi Literatur
pada aggregate remaja Residen r
di tatanan sekolah Remaja
tentang cara membina
hubungan yang efektif Bulan
dengan lansia diabetes Septembe
mellitus r

2 Pelaksanaan program kerja 2.1 Menyusun jadwal dan 2.1.1 Terbentuknya self help 1.4 Pengurus RW PSM Minggu Supervisor
dalam upaya penanganan program kerja self help group lansia diabetes Kader KIE IV Studi literatur
aggregate lansia diabetes group lansia diabetes mellitus di RW 03, 05 Lansia diabetes Self help group Septembe
mellitus melalui kegiatan mellitus di RW 03, 05 dan 06 mellitus r s/d
self help group dan 06 2.1.2 75% self help group Minggu

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


dapat melakukan IV
kegiatan peningkatan Oktober
self management lansia
diabetes mellitus
PSM Supervisor
2.2 Terlaksananya kegiatan 2.2.1 Peserta self help group 1.4 Residen KIE Minggu Studi literatur
self help group dalam mampu melakukan Lansia diabetes Self help group IV
upaya meningkatkan self kegiatan secara mandiri mellitus Oktober
management lansia dengan supervisi dari Kader s/d
diabetes mellitus kader Minggu
2.2.2 Terjadi peningkatan IV
pengetahuan, sikap, Novembe
dan ketrampilan lansia r
tentang penggunaan
self management untuk
perawatan diabetes
mellitus

3 Evaluasi kegiatan Evalusia tingkat keberhasilan 3.1.1 80% program 1.6 Kepala Diskusi Minggu I Supervisor
pembinaan kesehatan asuhan keperawatan pelayanan kesehatan Puskesmas Wawancara s/d II Studi literatur
lansia diabetes mellitus komunitas pada aggregat lansia dilakukan Pengurus RW Lembar evaluasi Novembe
melalui program posbindu lansia diabetes mellitus melalui posbindu Kader kesehatan r
3.1.2 80% self help group
lansia diabetes mellitus
dapat melakukan
kegiatan secara mandiri
3.1.3 Terjadi perubahan
tingkat pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan
lansia tentang
penggunaan koping
adaptif

C. KEPERAWATAN KELUARGA
No Kegiatan Tujuan Keluaran Kompetensi Target/sasaran Metode Waktu Sumber
1 Pengkajian pada 5 keluarga Mengidentifikasi berbagai Adanya hasil pengkajian 1.1 Keluarga dengan Wawancara Minggu Studi literatur
dengan anggota keluarga masalah kesehatan sesuai keluarga dengan lansia anggota keluarga Observasi II s/d IV Kader kesehatan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


lansia yang menderita dengan model Friedman diabetes mellitus sejumlah 5 lansia yang Pemeriksaan fisik Agustus Keluarga
diabetes mellitus keluarga. menderita Kunjungan rumah Pengurus RW
diabetes mellitus
2 Melakukan analisis data Mengidentifikasi masalah Adanya rumusan masalah 1.2 Keluarga dengan Diskusi Minggu Studi literatur
dan menetapkan masalah keperawatan keluarga yang keperawatan keluarga anggota keluarga Kunjungan rumah II s/d IV Keluarga
keperawatan keluarga muncul berdasarkan hasil berdasarkan hasil pengkajian lansia yang Agustus
pengkajian menderita
diabetes mellitus
3 Bersama keluarga Menyusun rencana asuhan Adanya rencana asuhan 1.3 Keluarga dengan Diskusi Minggu Studi literatur
merumuskan intervensi keperawatan keluarga keperawatan keluarga untuk anggota keluarga Kunjungan rumah II s/d IV Keluarga
yang sesuai bersama keluarga semua masalah keperawatan lansia yang Agustus
yang muncul menderita
diabetes mellitus
4 Melakukan intervensi Melaksanakan intervensi 90% intervensi dilakukan 1.4 Keluarga dengan Demonstrasi Minggu Studi literatur
keperawatan keluarga keperawatan yang telah bersama keluarga untuk anggota keluarga Coaching IV Keluarga
kriteria kognitif, afektif disusun dan disepakati menyelesaikan masalah lansia yang Konseling Agustus
dan perilaku ; bersama keluarga menderita Pendidikan s/d IV
a. Konseling koping diabetes mellitus kesehatan Septembe
adaptif Kunjungan rumah r
b. Latihan relaksasi
progresif
c. Penyuluhan
d. Demonstrsi obat herbal

5 Penyerahan laporan Mengevaluasi kegiatan yang Adanya dokumen laporan Residen Konsultasi Minggu I Studi literatur
keluarga binaan telah dilaksanakan keluarga kelolaan dan resume Diskusi Oktober Keluarga

6 Ujian ketrampilan di Mengevaluasi ketrampilan Adanya kemampuan Residen Demonstrasi Minggu Studi literatur
Keluarga terkait masalah yang telah dikuasai spesialistik peserta residensi Coaching III s/d IV Keluarga
diabetes mellitus pada dalam mengatasi masalah Pendidikan Oktober
lansia lansia diabetes mellitus kesehatan
Kunjungan rumah

7 Referat askep komunitas 7.1 Mensosialisasikan model Tersosialisasikannya model 1.6 Residen Presentasi Minggu I Studi Literatur
atau intervensi terkait dg atau intervensi terkait dg ( bahasa inggris) s/d II
asuhan keperawatan pada asuhan keperawatan pada Novembe
komunitas dengan komunitas dengan masalah r
masalah diabetes mellitus diabetes mellitus pada lansia
pada lansia

8 Mengevaluasi asuhan Mengidentifikasi pencapaian 75% pencapaian kemandirian Keluarga Format evaluasi Minggu Studi Literatur

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


keperawatan keluarga kemandirian keluarga keluarga berada pada tingkat Residen Diskusi III s/d IV
berdasarkan tingkat IV Kunjungan rumah Novembe
kemandirian keluarga r

9 Penyerahan laporan Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
praktek semester II kepada kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi s/d II
supervisor semester II komunitas, dan keluarga Desember

10 Penyerahan laporan akhir Mendokumentasikan hasil Tersusunnya laporan semester Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
kegiatan praktek residensi II praktek manajemen, Supervisor Konsultasi s/d II
semester II komunitas, dan keluarga Desember
setelah dikonsultasikan
11 Sidang terbuka Mendesiminasikan hasil Tersosialisasikannya kegiatan Residen Seminar Minggu Studi Literatur
praktek residensi keperawatan praktek dengan masukan dari Supervisor III s/d IV
komunitas tim perkesmas di luar FIK UI Tim Perkesmas Desember
12 Sidang tertutup Mempertanggungjawabkan Hasil kegiatan praktek Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
hasil kegiatan praktek residensi selama 2 semester Supervisor Konsultasi s/d II
residensi dapat dipertanggungjawabkan Tim penguji Januari
didepan tim penguji
13 Penyerahan laboran KIA Mendokumentasikan dan Dokumentasi dan publikasi Residen Studi literatur Minggu I Studi Literatur
mempublikasikan hasil hasil praktek residensi Supervisor Konsultasi s/d II
praktek residensi keperawatan komunitas Januari

Depok, Juni 2013


Menyetujui:
Supervisor Utama, Supervisor, Residen Spesialis Keperawatan Komunitas,

(Dra. Junaiti Sahar, S.Kp, M.App.Sc, Ph.D) (Ns. Henny Permatasari, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom) (Diah Ratnawati)

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


LAMPIRAN 10

No:

ANGKET PENGKAJIAN KOMUNITAS PADA LANSIA DENGAN MASALAH


KESEHATAN DIABETES MELITUS DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN
CIMANGGIS
KOTA DEPOK

Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
2. Lingkarilah jawaban yang Bapak/Ibu pilih atau beri tanda checklist (√) pada kotak yang
tersedia.
3. Isilah .... (titik-titik) sesuai jawaban Bapak/Ibu.
4. Nomor Responden tidak perlu diisi.

Nomor Responden : ..............

A. Data Kepala Keluarga


1. Nama Kepala Keluarga : .................................................
2. Umur : .................................................
3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
4. Suku : .................................................
5. Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik
4. Hindu 5. Budha 6. Kepercayaan lainnya
6. Alamat : ..................................................................................................
..................................................................................................
Telp: .........................................................................................
7. Tingkat Pendidikan : 1. Tidak Sekolah 2. SD 3. SMP 4. SMA
5. Akademi/ Perguruan Tinggi
8. Pekerjaan : 1. Pedagang 2. Petani 3. Swasta 4. Buruh
5. TNI/ Polri 6. PNS 7. Lainnya, sebutkan
.....................................
8. Penghasilan per bulan : 1. < Rp 2.042.000,00
2. ≥ Rp 2.042.000,00

B. Data Anggota Keluarga

Sex Tgl Gol


No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Hub dg KK
(L/P) Lahir Darah

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


C. Data Penderita DM dan Riwayat Kesehatan

1. Nama : .................................................
2. Umur :………… tahun.
3. Jenis kelamin : .................................................
4. Suku bangsa :

Betawi

Sunda

Jawa

Minang

Lain-lain, sebutkan …………….

5. Pendidikan terakhir ................................................................................ :

Tidak sekolah
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Tamat Perguruan Tinggi (D3/ S1/ S2/ S3*)

6. Pekerjaan saat ini:

Pegawai negeri (sipil/ polisi/ tentara)


Pegawai swasta
Wiraswasta
Buruh
Pensiunan
Tidak bekerja
Lain-lain, sebutkan ………………………………..

7. Jaminan kesehatan yang dimiliki:


1. Askes 3. Jamkesmas 5. Tidak punya
2. Jamsostek 4. Lain-lain : .................

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


8. Sejak kapan bapak/ ibu terdiagnosa menderita DM:
1. Kurang dari 6 bulan yang lalu
2. Lebih dari 6 bulan yang lalu
9. Waktu Mulai Berobat : ..................................................
10. Cara bepergian ke fasilitas kesehatan:
1. Diantar 2. Pergi sendiri
11. Hasil pemeriksaan gula darah terakhir, isi salah satu yang diketahui:
a. Gula darah sewaktu : ...............
b. Gula darah puasa : ...............
c. Gula darah habis puasa :...............
12. Berat Badan :............... Tinggi Badan: .................
13. Dimana Bapak/ ibu mengambil obat atau memeriksa kesehatan:
1. Posbindu 5. Puskesmas 8. Klinik
2. Rumah sakit 6. Posyandu 9. Praktik Bidan
3. Praktik Dokter 7. Praktik Perawat 10. Lain-lain sebutkan..............
4. Alternatif
14. Apakah obat diberikan secara gratis.
1. Ya 2. Tidak
15. Darimana Bapak/ ibu memperoleh informasi tentang penyakit DM:
1. Teman 2. Televisi 3. Koran/ Majalah
4. Buku 5. Petugas Kesehatan 6. Lainnya, sebutkan ................
16. Apakah di dalam keluarga bapak/ ibu ada yang mengalami penyakit yang sama:
1. Ada, sebutkan .......................... 2. Tidak ada
17. Keluhan yang bapak/ ibu rasakan saat ini atau yang pernah dirasakan:
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
18. Kegiatan yang bapak/ ibu ikuti di masyarakat:
1. Tidak ada
2. Pengajian
3. Arisan
4. Lain – lain, sebutkan......
19. Aktivitas apa yang bapak/ ibu lakukan saat mengisi waktu luang di rumah:
1. Memasak
2. Membaca
3. Menonton TV
4. Tidur
5. Lain – lain, sebutkan……

20. Menurut Bapak/Ibu, siapakah yang memberikan dukungan yang positif pada diri
Bapak/Ibu/ Sebutkan menurut urutan paling berpengaruh.
1. .........
2. .........
3. .........
4. ........

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


D. Masalah Kesehatan Diabetes Melitus
Angket di bawah ini bertujuan untuk menggali hal-hal yang anda ketahui mengenai perilaku
yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan menggunakan
tanda checklist (√) pada kolom “YA” atau “TIDAK” sesuai dengan yang anda pahami.
Pengetahuan
No Pernyataan Ya Tidak
1. Seseorang dikatakan menderita kencing manis jika kadar jumlah
gula darah sewaktu diatas 200 mg/ dL.
2. Penyakit kencing manis disebabkan oleh keturunan dalam
keluarga.
3. Penyakit kencing manis dapat disebabkan oleh pola makan yang
tidak sehat.
4. Penyakit kencing manis dapat disebabkan oleh kurang aktivitas.
5. Stres/ banyak pikiran dapat menyebabkan naiknya kadar gula
darah
6. Banyak makan/ minum minuman yang mengandung gula dan
karbohidrat seperti minuman manis, dapat menyebabkan
penyakit kencing manis
7. Penyakit kencing manis juga disebabkan karena kurang atau
tidak adanya hormon insulin
8. Penderita kencing manis biasanya mengalami sering buang air
kecil, sering merasa haus, dan sering merasa lapar.
9. Penderita kencing manis biasanya mengalami penurunan berat
badan.
10. Penderita kencing manis biasanya juga mengalami lemes, sering
kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal.
11. Jika mengalami luka, penderita kencing manis akan sulit untuk
sembuh.
12. Komplikasi yang dapat terjadi pada orang yang mengalami
kencing manis yang tidak dirawat dengan baik adalah gangguan
pada jantung, ginjal, mata, dan lain-lain.
13. Peningkatan kadar gula darah yang meningkat tiba-tiba dapat
mengakibatkan keadaan koma
14. Perawatan yang perlu dilakukan pada orang yang mengalami
kencing manis adalah pengaturan pola makan, berolahraga, dan
minum obat secara teratur.
15. Tujuan penatalaksanaan penyakit kencing manis adalah
menstabilkan kadar gula darah dan mencegah komplikasi kronis
16. Jika terjadi hipoglikemik yaitu penderita kencing manis
merasakan gemetar, berkeringat dingin, mata berkunang-kunang
dan rasa perih di ulu hati maka sebaiknya minum satu gelas teh
manis
17. Diet penderita kencing manis dengan diet makanan biasa,
perbedaannya penggunaan karbohidrat (makanan pokok diatur)
dan jumlah makanan sehari serta pembagiannya perlu diatur
dengan baik

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


18. Olahraga harus ditangguhkan jika kadar gula darah sangat tinggi

Sikap
Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan anda mengenai
perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan
menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang anda yakini.
SS = Sangat Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat sesuai
dengan yang anda pikirkan dan yakini.
S = Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut cukup sesuai dengan yang anda
pikirkan dan yakini
TS = Tidak Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan yang anda
pikirkan dan yakini
STS = Sangat Tidak Setuju, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar sangat tidak
sesuai dengan yang anda pikirkan dan yakini
Sangat
Sangat Tidak
No Pertanyaan Setuju tidak
setuju setuju
setuju
1. Menurut bapak/ ibu, olahraga penting dan harus
dilakukan oleh penderita kencing manis
2. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus selalu menggunakan alas kaki (sandal/
sepatu) saat berjalan.
3. Menurut bapak/ ibu, kebiasaan merokok harus
dihindari oleh penderita kencing manis.
4. Menurut bapak/ ibu, manfaat olah raga pada
penderita kencing manis adalah dapat
mengendalikan gula darah dan mengontrol berat
badan
5. Menurut bapak/ ibu, makan obat secara tepat
waktu dapat membantu mengendalikan gula
darah pada penderita kencing manis.
6. Menurut bapak/ ibu, perawatan kaki penting
dilakukan untuk mencegah luka pada kaki
penderita kencing manis.
7. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus mengontrol berat badannya
8. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus mengatur pola makannya agar gula darah
terkontrol dan berat badan terjaga
9. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
sebaiknya mengurangi makan yang manis-manis,
dan memperbanyak makan sayur.
10. Menurut bapak/ ibu, penderita kencing manis
harus memeriksakan gula darahnya secara rutin
11. Menurut bapak/ ibu, rekreasi keluarga setelah
beraktivitas rutin dapat memulihkan kondisi
tubuh dan menambah keakraban.
12. Menurut bapak/ ibu, tidur siang minimal 30-60

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


menit diperlukan oleh lansia.
13. Menurut bapak/ ibu, kebutuhan tidur seseorang
tidak ditentukan oleh lamanya waktu tidur dan
lelapnya tidur.
14. Menurut bapak/ ibu, sebaiknya waktu luang
digunakan untuk tidur saja agar kesehatan tetap
terjaga.
15. Menurut bapak/ibu, kesulitan tidur di malam hari
akan mengganggu kesehatan.
16. Menurut bapak/ibu, kebiasaan minum kopi setiap
hari sebaiknya tidak dilakukan oleh penderita
kencing manis karena dapat mengganggu
kesehatan

Keterampilan
Angket di bawah ini bertujuan untuk mengetahui pendapat dan keyakinan anda mengenai
perilaku yang sehat dalam keluarga. Bacalah pernyataan secara teliti dan isilah dengan
menggunakan tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan yang anda yakini.
SL = Selalu, jika anda merasa pernyataan tersebut benar-benar menjadi kebiasaan yang
rutin dilakukan dalam keluarga anda (jika setiap hari dilakukan).
SR = Sering, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang cukup rutin
dilakukan dalam keluarga anda (jika lebih dari 2 kali seminggu dilakukan).
JR = Jarang, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak rutin
dilakukan dalam keluarga anda (jika hanya 1 kali dalam seminggu dilakukan).
TP = Tidak pernah, jika anda merasa pernyataan tersebut merupakan kebiasaan yang tidak
pernah sama sekali dilakukan dalam keluarga anda (tidak pernah dilakukan).
No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Perna
h
1. Saya mengkonsumsi gula lebih dari 8 sendok
teh setiap hari.
2. Saya mempunyai kebiasaan mengemil
makanan yang manis-manis.
3. Saya memakan gorengan setiap hari.
4. Saya mengkonsumsi sayuran paling kurang 1
mangkuk setiap hari
5. Saya mengatur jenis makanan dan jumlah
makanan/diet
6. Saya mengatur waktu makan dan makan
selingan
7. Saya mengkonsumsi kabohidrat kompleks
(nasi, lontong, ketan, jagung, ubi, singkong,
talas, kentang, sagu, mie, bihun, makaroni,
roti dan tepung-tepungan) dibatasi
8. Saya ,mengkonsumsi makanan cukup protein,
vitamin dan mineral
9. Saya membawa persediaan permen untuk
mengatasi hipoglikemik
10. Saya melakukan olahraga ringan, misalnya:
jalan kaki, joging, senam, bersepeda
11. Saya berolahraga paling sedikit 3 kali dalam
seminggu

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


12. Saya melakukan olahraga sekitar 50-60 menit,
termasuk pemanasan sebelum olahraga dan
pendinginan setelah melakukan olahraga
13. Saya minum obat anti diabetes/ insulin secara
teratur serta mengkonsumsi obat
hipoglikemik sesuai peresepan.
14. Saya melakukan pemeriksaan gula darah
secara rutin.
15. Saya cukup minum setiap harinya minimal 2
liter
16. Saya membiasakan menggunakan alas kaki di
dalam dan di luar rumah
17. Saya memeriksa kaki termasuk sela-sela jari
kai setiap hari untuk menemukan lecet atau
luka secara dini
18. Saya mencuci kaki setiap hari dengan air
hangat dan sabun serta menggunakan cream
atau lotion pelembut kaki bila kulit kaki
kering dan pecah-pecah kecuali sela-sela kaki
dengan tujuan untuk mencegah perlukaan/
cidera pada kaki saya.
19. Saya melakukan latihan kaki
20. Saya beristirahat/ tidur antara 6-7 jam perhari.
21. Saya lebih banyak duduk dalam keseharian
saya.
22. Saya mengurangi atau menghindari konsumsi
rokok

Persepsi terhadap program pengendalian penyakit kencing manis dan dukungan keluarga

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


Pernah
1. Saya menerima kondisi kesehatan saya sepeti
saat ini
2. Saya menjalani pengobatan sesuai dengan
perintah dokter
3. Saya menjalani nasehat-nasehat sesuai
perintah dokter
4. Saya memahami semua perintah dokter
dalam program pengendalian penyakit
kencing manis
5. Program pengendalian penyakit kencing
manis sangat membantu meringankan
penyakit saya
6. Saya membutuhkan keluarga atau orang di
sekitar untuk membangkitkan semangat
hidup kembali ketika saya merasa murung
7. Saya membutuhkan keluarga atau orang di
sekitar yang mau mendengarkan pikiran
maupun masalah saya
8. Saya membutuhkan pendapat keluarga atau

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
orang di sekitar sebelum memutuskan
sesuatu keputusan penting
9. Saya cenderung meminta pendapat keluarga
atau orang di sekitar dalam situasi krisis
10. Saya mencari keluarga atau orang disekitar
untuk membangkitkan semangat hidup
kembali jika saya merasa murung
11. Saya mencari keluarga atau orang di sekitar
untuk dijadikan teman mengobrol untuk
mencurahkan kegundahan bila saya khawatir
atau sedih
12. Saya meminta bantuan keluarga atau orang
di sekitar untuk membantu saya bila tidak
mampu menyelesaikan suatu masalah
13. Saya tidak segan-segan meminta bantuan
jika membutuhkannya kepada keluarga atau
orang di sekitar
14. Keluarga atau orang di sekitar saya dapat
diandalkan dan dipercaya dalam membantu
saya
15. Keluarga atau orang di sekitar saya mau
menghibur ketika saya merasa khawatir
16 Keluarga atau orang di sekitar saya mau
membantu saya ketika saya membutuhkan
sesuatu
17 Keluarga atau orang di sekitar saya mau
membantu saya ketika banyak pekerjaan
yang tidak mampu saya kerjakan
18. Keluarga atau orang di sekitar saya benar-
benar menyukai saya
19. Keluarga atau orang di sekitar saya
menunjukkan perhatiannya seperti bertanya
dan tidak membiarkan saya ketika perasaan
saya tidak menyenangkan
20. Keluarga atau orang di sekitar saya
menghibur saya ketika saya sedang sedih
21. Keluarga atau orang di sekitar saya bersedia
membantu ketika saya menginginkan
kenyamanan
22. Keluarga atau orang di sekitar saya
memperlihatkan bahwa mereka mencintai
saya dan menerima saya
23. Keluarga atau orang di sekitar saya
menyarankan sesuatu agar saya lebih mudah
melakukan aktivitas tertentu
24. Keluarga atau orang di sekitar saya
menghibur saya ketika perasaan saya sedang
tidak enak
25. Keluarga atau orang di sekitar saya
memberikan bantuan apa saya kepada saya

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
26. Keluarga atau orang di sekitar saya
memberikan nasehat terkait perawatan
penyakit kencing manis saya
27. Keluarga atau orang di sekitar saya sering
berkunjung ke rumah untuk melihat kondisi
saya
28. Keluarga atau orang di sekitar saya selalu
melibatkan saya pada kegiatan yang
diadakan
29. Keluarga memperhatikan makanan dan
minuman yang baik untuk saya DM ( rendah
karbohidrat sederhana seperti gula pasir,
madu, minuman kaleng dll )
30. Keluarga dan orang disekitar saya
membiarkan saya makan dan minum apa saja
yang saya suka
31. Keluarga memperhatikan saya jika tidak ada
keinginan untuk makan
32. Keluarga dan orang disekitar saya
memperhatikan dan membuat jadwal makan
saya
33. Keluarga dan orang disekitar menjelaskan
pada saya tentang pentingnya pengaturan
makan
34. Keluarga meminta pendapat saya untuk
menentukan tempat berobat atau tempat
pemeriksaan DM
35. Keluarga dan orang disekitar mengingatkan
saya pentingnya menjaga dan mengontrol
kadar gula darah
36. Keluarga dan orang disekitar saya
mengingatkan dan memperhatikan saya
untuk meminum obat teratur bagi kesehatan
saya
37. Keluarga dan orang disekitar menjelaskan
pada saya tentang bahaya makan-makanan
yang terlalu manis (banyak gula)
38. Keluarga dan orang disekitar menjelaskan
pada saya manfaat makan sayur dan buah
bagi kesehatan saya
40. Keluarga dan orang disekitar saya menemani
saya untuk berolahraga
41. Keluarga dan orang disekitar saya
mengingatkan saya untuk mengontrol dan
memperhatikan berat badan agar tidak terlalu
gemuk atau terlalu kurus
42. Keluarga dan orang disekitar saya
mengingatkan saya untuk menggunakan alas
kaki (sandal atau sepatu) apabila keluar
rumah

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Pernah
43. Keluarga dan orang disekitar saya mengantar
saya untuk berobat atau memeriksakan
kesehatan saya
44. Keluarga dan orang disekitar saya
mempersiapkan dana khusus untuk biaya
berobat dan periksa kesehatan saya
E. Format pemeriksaan fisik untuk penderita DM

No Sistem Hasil Pemeriksaan


1. TTV, TB, BB

Gula darah
2. Kepala

3. Mata

4. Telinga

5. Hidung

6. Mulut

7. Leher

8. Dada

9. Abdomen

10. Ekstremitas atas

11. Ekstremitas bawah

12. Kulit

13. Lain-lain

14 Kesimpulan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


PANDUAN WINSHIELD SURVEY

1. Bagaimana kondisi perumahan masyarakat Kelurahan Cisalak Pasar?

2. Bagaimana keadaan ventilasi dan pencahayaan di dalam rumah?

3. Apa saja yang dilakukan masyarakat terkait kebersihan lingkungan?

4. Jumlah fasilitas kesehatan yang ada dan akses kepada masyarakat?

5. Adakah fasilitas penyampaian informasi terkait penyakit TB, DM, hipertensi, obesitas?

6. Apa saja pekerjaan masyrakat di wilayah tersebut?

7. Adakah sumber polusi dai aderah tersebut?

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN LURAH, KADER, DAN

TOKOH MASYARAKAT

1. Apakah rata-rata jenis pekerjaan masyarakat?

2. Apakah masyarakat mengetahui tentang risiko DM?

3. Adakah kader kelurahan, RW, RT aktif?

4. Berapa jumlah kader yang ada saat ini?

5. Bagaimana peran penyampaian informasi terkait penyakit DM?

6. Apakah masyarakat sebagian besar masyarakat sudah mengetahui tentang DM?

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013
KISI-KISI PENGKAJIAN KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN TB PARU, DIABETES MELITUS, HIPERTENSI, DAN
OBESITAS DI KELURAHAN CISALAK PASAR KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK

NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE


VARIABEL WS S I FGD

Data Inti
1. Riwayat Keluarga Menderita 1. Adakah di keluarga Keluarga, v
TBC, DM, yang menderita Kader
Hipertensi, penyakit TBC, DM,
Obesitas Hipertensi, Obesitas

v
Tetangga 2. Adakah tetangga yang
menderita TBC

Imunisasi BCG 3. Pernahkah Imunisasi v


BCG

Status gizi Kenaikan/ 4. Adakah anggota v


penurunan BB keluarga yang
mengalami kenaikan/
penurunan BB

Demografi Kepala keluarga 1. Nama KK Keluarga v


2. Usia v
3. Agama v
4. Pekerjaan v
5. Alamat v
6. Nama pasien TB v
7. Umur v

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD

Anggota keluarga 1. Berapa orang Keluarga v


anggota keluarga
yang tinggal satu
rumah?
2. Berapa umur v
masing-masing
anggota keluarga?
3. Apakah golongan v
darah masing-
masing anggota
keluarga?
4. Apa saja jenis v
kelamin anggota
keluarga?
5. Apakah pendidikan v
terakhir masing-
masing anggota
keluarga?
6. Apakah pekerjaan v
terakhir masing-
masing anggota
keluarga?
7. Apa hubungan v
anggota keluarga
dengan KK?

Anggota keluarga 8. Siapakah nama v


yang sakit anggota keluarga
yang sakit?
9. Jaminan kesehatan v
apa yang dimiliki

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
oleh anggota
keluarga yang sakit?
10. Kapankan anggota
keluarga tersebut v
didiagnosis sakit?
11. Kapan pasien mulai
berobat? v
12. Dimanakah anggota
keluarga berobat v
atau memeriksa
kesehatan?
13. Bagaimana
pembiayaan obat
pasien selama ini? v
14. Darimanakah pasien
dan keluarga
memperoleh v
informasi tentang
penyakitnya?
15. Adakah anggota
keluarga yang
menderita penyakit v
yang sama?
16. Apa keluhan pasien
saat ini?
17. Apakah kegiatan v
yang diikuti oleh
pasien di v
masyarakat?
18. Aktivitas apa yang
dilakukan pasien di
waktu luang? v

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD

Etnis/ Suku Suku 1. Suku bangsa Keluarga v


Bangsa Budaya 2. Budaya yang dianut v
Tipe Keluarga 3. Tipe Keluarga
v

Nilai dan Keyakinan 1. Keyakinan keluarga Keluarga v


Keyakinan keluarga terhadap penderita
TB, DM, hipertensi,
obesitas untuk
sembuh/ terkendali
penyakitnya

2. Kemauan keluarga
terhadap penderita v
TB, DM, hipertensi,
obesitas untuk
menjalani
pengobatan dan
perawatan.

1. Mitos masyarakat
Keyakinan terhadap penyakit v
Masyarakat TB, DM, hipertensi,
obesitas.
2. Keyakinan
masyarakat terhadap v
kesembuhan
penderita TB, DM,
hipertensi, obesitas.
3. Keyakinan

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
masyarakat terhadap
penularan TB. v

Vital Statistik Jumlah dan jenis Khusus 1. Jumlah penderita Dinas Kesehatan, v
penyakit dewasa TB, TB, DM, hipertensi, Puskesmas, kader
Jumlah penderita DM, obesitas.
Hipertensi,
obesitas

Jumlah kematian 2. Jumlah kematian v


penderita TB, DM,
hipertensi, obesitas.

Jumlah DO 3. Jumlah drop out v


pengobatan TB.

Jumlah 4. Jumlah kepatuhan v


Kepatuhan berobat penderita
TB.

Sub Sistem

2. Lingkungan Perumahan Kepadatan 1. Bagaimana jarak Keluarga, Kader v


Fisik antar rumah
Ventilasi 2. Apakah jenis v
ventilasinya
3. Berapa luasnya v
4. Apakah difungsikan v

5. Apakah sinar
Pencahayaan matahari dapat v
masuk ke dalam

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
rumah
6. Bagaimana kondisi
Kebersihan kebersihan rumah v

Pelayanan Fasilitas Jumlah 1. Jumlah fasilitas Dinas Kesehatan, v


Kesehatan kesehatan di Puskesmas,
Kelurahan Csalak Kader
Pasar
Jenis 2. Jenis fasilitas yang v
ada
Pemanfaatan 3. Kebiasaan keluarga v
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
4. Jumlah fasilitas v
kesehatan yang
menangani TB, DM,
hipertensi, obesitas
5. Jumlah kader PMO
Kader PMO, yang aktif v
kader kesehatan 6. Jumlah kader
lain (DM, kesehatan khusus v
hipertensi, untuk DM,
obesitas) hipertensi, obesitas
7. Pelatihan kader
PMO dan kader v v
lainnya.
8. Status hubungan
PMO dengan v v v
penderita TB.
9. Ketersediaan obat
Obat untuk TB, DM, v

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
Peran PMO hipertensi.
10. Peran PMO dan
kader kesehatan v v v
terhadap kepatuhan
minum obat pada
penderita TB, dan
pemeriksaan
kesehatan pasien
DM, hipertensi,
obesitas

11. Reward yang


Reward diterima PMO dan v
kader kesehatan.
12. Peran petugas
Peran Petugas kesehatan dalam v
Kesehatan peningkatan
pengetahuan
masyarakat tentang
penyakit TB, DM,
hipertensi, obesitas
13. Peran petugas dalam
pencegahan TB, v
DM, hipertensi,
obesitas pada
keluarga dan
masyarakat yang
berisiko terkena TB,
DM, hipertensi,
obesitas
14. Peran petugas
kesehatan untuk v

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
mencegah
kekambuhan pada
penderita TB

Ekonomi Jenis Pekerjaan 1. Jenis pekerjaan rata- Lurah, Keluarga v


rata masyarakat
2. Jumlah penghasilan
Jumlah keluarga per bulan v
Penghasilan
Transportasi dan Jarak 1. Jarak rumah dengan Keluarga v
Keamanan fasilitas kesehatan
2. Alat transportasi v
Alat Transportasi yang digunakan

Politik dan Kebijakan 1. Kebijakan Dinkes, v


Keamanan pemerintah terkait Puskesmas, Toma
penanganan TB,
DM, hipertensi,
obesitas.
2. Fasilitas untuk v
berkumpul.??pendid v
ikan..
3. Proses pengambilan
keputusan dalam
masyarakat
4. Masyarakat peduli v
TB, DM, hipertensi,
obesitas
Komunikasi Fasilitas 1. Fasilitas komunikasi Keluarga, Kader v
2. Kegiatan
Kegiatan komunikasi v
3. Sudah terpapar

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


NO KOMPONEN VARIABEL SUB ITEM PERTANYAAN SUMBER DATA METODE
VARIABEL WS S I FGD
Informasi yang dengan informasi v
diterima terkait TB, DM,
hipertensi, obesitas

Pendidikan Fasilitas 1. Fasilitas pendidikan Puskesmas, Kader v


yang ada untuk
orang dewasa di
masyarakat/
kelurahan cisalak
pasar
2. Adakah layanan
Layanan kesehatannya di v
kesehatan tempat pendidikan
tersebut

Rekreasi Fasilitas 1. Fasilitas rekreasi Keluarga v


untuk orang dewasa
2. Kebiasaan
berkumpul di v
keluarga

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Pokok Variabel Subvariabel Pertanyaan Sumber data
Pengkajian
3. Persepsi Pengetahuan Pengertian Apakah yang dimaksud dengan DM? Keluarga
Penyebab Apakah penyebab dari DM? Keluarga
Tanda dan gejala Apa saja tanda dan gejala dari DM? Keluarga
Akibat lanjut Apakah akibat lanjut dari DM? Keluarga
Pengobatan dan 1. Bagaimana pengobatan untuk DM? Keluarga
perawatan 2. Apa saja perawatan yang dapat
dilakukan untuk pasien DM?
Pencegahan Tindakan pencegahan apa yang dilakukan Keluarga
untuk menghindari DM dan komplikasinya?

Sikap Pengobatan 1. Bagaimana keyakinan pasien dan Keluarga


keluarga terhadap pengobatan yang
dilakukan?
2. Bagaimana sikap pasien dan keluarga
terhadap pengobatan yang dilakukan?

Perawatan 1. Bagaimana keyakinan pasien dan Keluarga


keluarga terhadap perawatan yang
dilakukan?
2. Bagaimana sikap pasien dan keluarga
terhadap perawatan yang dilakukan?

Pencegahan 1. Bagaimana keyakinan pasien dan Keluarga


keluarga terhadap pencegahan yang
dilakukan?
2. Bagaimana sikap pasien dan keluarga
terhadap pencegahan yang dilakukan?

Praktik perawatan Pengobatan Bagaimana praktik pasien dan keluarga Keluarga


kesehatan dalam mengobati penyakit pasien?

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013


No Pokok Variabel Subvariabel Pertanyaan Sumber data
Pengkajian

Perawatan Bagaimana perilaku pasien dan keluarga Keluarga


dalam merawat pasien?

Pencegahan Tindakan pencegahan apa saja yang Keluarga


dilakukan oleh pasien dan keluarga?

Pemeriksaan fisik Antropometri 1. Melakukan penimbangan berat badan. Pemeriksaan fisik


pasien (anggota 2. Melakukan pengukuran tinggi badan.
keluarga yang 3. Melakukan pengukuran lingkar lengan.
sakit) 4. Melakukan pengukuran lingkar
pinggang.
5. Menghitung BMI.

Tanda-tanda vital 1. Melakukan pengukuran tekanan darah. Pemeriksaan fisik


2. Melakukan pengukuran denyut nadi.

3. Melakukan pengukuran pernapasan


(jika diperlukan).
4. Melakukan pengukuran suhu tubuh
(jika diperlukan).

Pemeriksaan sistem head Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien Pemeriksaan fisik
to toe mulai dari kepala hingga ke kaki.

Program lansia…, Diah Ratnawati, FIK UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai