observation except the number of leaves. padi dan hasilnya pun lebih baik
Jajar Legowo cropping system could create dibandingkan dengan teknik konvensional
micro climate in optimum condition, that yang diterapkan oleh masyarakat selama
approaching the requirement for plant ini, namun model ini bisa diterapkan pada
growth of corn. The use of Jajar Legowo komoditas lain, contohnya seperti pada
cropping system with 1 seed/hole produce jagung. Diharapkan dengan penerapan
12,08 tons ha-1. model tanam seperti ini pada tanaman
Keywords: Micro Climate, Croping System, jagung, mampu meningkatkan produktifitas
Population, Corn. hasil dibandingkan dengan model tanam
secara konvenisonal.
PENDAHULUAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Pertumbuhan dan hasil tanaman
dapat ditentukan oleh tiga faktor utama, Penelitian dilaksanakan pada bulan
ketiga faktor tersebut adalah tanah, April 2014 sampai dengan bulan Juli 2014,
iklim/cuaca dan tanaman. Untuk mencapai di Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo,
hasil yang optimum, maka ketiga faktor Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Alat yang
tersebut harus dalam keadaan seimbang. digunakan pada pelaksanaan penelitian
Iklim merupakan salah satu faktor yang adalah thermohygrometer, thermometer
mempengaruhi pertumbuhan dan tanah, lux meter dan timbangan analitik.
produktivitas tanaman. Faktor-faktor iklim Bahan yang digunakan ialah bibit jagung
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan manis varietas Talenta, pupuk kandang
tanaman adalah curah hujan, terutama kambing, pupuk anorganik berupa pupuk
untuk pertanian lahan kering, suhu Urea, pupuk SP-36 dan pupuk KCL.
maksimum dan minimum serta radiasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
Dengan mengetahui faktor-faktor cuaca kelompok (RAK) dengan 4 pengulangan.
tersebut pertumbuhan tanaman, tingkat Terdapat 6 perlakuan yaitu P1 : Sistem
fotosintesis dan respirasi yang berkembang Tanam jagung konvensional dengan 1 benih
secara dinamis dapat disimulasi (Setiawan, / lubang tanam, P2 : Sistem Tanam Jagung
2009). Intensitas cahaya dan suhu udara konvensional dengan 2 benih / lubang
merupakan komponen iklim yang dapat tanam, P3 : Sistem Tanam Jagung
diamati. Pada skala kecil, iklim mikro sangat konvensional dengan 3 benih / lubang
mudah untuk diamati karena lingkupnya tanam, P4 : Sistem Tanam Jagung Jajar
yang tidak terlalu luas. Iklim mikro adalah Legowo (2:1) dengan 1 benih / lubang
faktor-faktor kondisi iklim setempat yang tanam, P5 : Sistem Tanam Jagung Jajar
memberikan pengaruh langsung terhadap Legowo (2:1) dengan 2 benih / lubang
fisik pada suatu lingkungan. Iklim mikro tanam dan P6 = Sistem Tanam Jagung
merupakan iklim di lapisan udara terdekat Jajar Legowo (2:1) dengan 3 benih / lubang
permukaan bumi dengan ketinggian + 2 tanam.
meter (Bunyamin, 2010). Salah satu produk
pertanian yang prospektif untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
dikembangkan di Indonesia adalah komoditi
hortikultura. Jagung ialah komoditas yang Suhu Udara
prospektif untuk dikembangkan di Hasil analisis sidik ragam setiap
Indonesia. Tanaman ini memiliki permintaan perbedaan sistem tanam dan populasi
pasar dan nilai jual yang cukup tinggi. terhadap suhu udara 06.00 WIB pada
Salah satu alternatif yang bisa pengamatan 15, 45 dan 60 hst
digunakan ialah dengan teknik budidaya memperlihatkan pengaruh yang nyata
menggunakan sistem tanam jajar legowo. terhadap perbedaan suhu udara 06.00 WIB.
Sistem legowo merupakan suatu rekayasa Perlakuan berbagai sistem tanam dan
teknologi untuk meningkatkan populasi populasi berpengaruh nyata terhadap suhu
tanaman (Maifendri, 2013). Model tanam ini udara. Dari hasil analisis didapatkan bahwa
sudah cukup berkembang pada komoditas perbedaan sistem tanam dan populasi
94
22.50
22.00 P1
21.50 P2
Suhu (oC)
21.00 P3
20.50 P4
20.00 P5
19.50 P6
0 5 10 15 20 25 30
Tinggi Tanaman (cm)
Gambar 1 Pola Suhu Udara Umur 15 HST pada Perlakuan SIstem Tanam dan Populasi
Tanaman Jagung
27.50
27.00
P1
26.50
Suhu (oC)
P2
26.00
25.50 P3
25.00 P4
24.50 P5
24.00 P6
0 5 10 15 20 25
Tinggi Tanaman (cm)
Gambar 2 Pola Suhu Tanah Umur 15 HST pada Perlakuan SIstem Tanam dan Populasi
Tanaman Jagung
Gambar 3 Pola Kelembaban Udara Umur 15 HST pada Perlakuan SIstem Tanam dan Populasi
Tanaman Jagung
menyatakan bahwa suhu tanah dalam udara, dengan masa uap air yang
naungan lebih rendah dibandingkan suhu maksimum dapat dikandung pada suhu dan
tanah tanpa naungan. Kondisi kanopi yang tekanan yang sama. Kelembaban udara
rapat dapat mempertahankan kelembaban pada pagi hari menunjukkan rata-rata nilai
tanah dan mengendalikan suhu tanah. berkisar antara 75-80% (Gambar 3).
Menurut Tjasyono (2004) Kelembaban
Kelembaban Udara udara erat hubungannya dengan
Hasil analisis sidik ragam pada ketersediaan air. Saat kelembaban terlalu
perlakuan perbedaan sistem tanam dan tinggi, seluruh pori-pori tanah akan terisi air
populasi memperlihatkan pengaruh yang hingga titik jenuh. Pada siang hari
nyata terhadap kelembaban udara 06.00 kelembaban udara menurun hingga 45-50%
WIB pada pengamatan 15, 45 dan 60 hst. pada keseluruhan perlakuan. Kelembaban
Kelembaban udara menggambarkan udara pada siang hari menunjukkan
kandungan uap air di udara yang dapat penurunan pada semua perlakuan, hal ini
dinyatakan sebagai kelembaban multak, disebabkan intensitas radiasi matahari siang
kelembaban nisbi, maupun defisit tekanan hari relatif lebih besar yang mengenai
uap air (Handoko, 1995). Kelembaban relatif secara langsung pada tanaman. Pada sore
adalah perbandingan antara masa uap air hari, kelembaban udara memiliki persentasi
yang ada di dalam satu satuan volume
96
Intensitas Radiasi
Intensitas Radiasi
600 600
400 400
(Lux)
(Lux)
200 200
0 0
0 15 30 45 60 75 0 15 30 45 60 75
Umur Tanaman (HST) Umur Tanaman (HST)
Tajuk Atas Tajuk Tengah Tajuk Bawah Tajuk Atas Tajuk Tengah Tajuk Bawah
Gambar 4 Pola Intensitas Radiasi Matahari pada Berbagai Umur Pengamatan pada Perlakuan
SIstem Tanam dan Populasi Tanaman Jagung
yang hampir sama dengan kelembaban menunjukan pengaruh pada iklim mikro
udara pada pagi namun lebih tinggi pada sekitar tanaman.
dibandingkan dengan kelembaban udara
pada siang hari yaitu menunjukkan nilai Komponen Pertumbuhan Tanaman
berkisar antara 75-85%. Pertumbuhan suatu tanaman sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti
Radiasi Matahari cahaya matahari, temperatur, kelembaban
Hasil analisis sidik ragam perlakuan serta kondisi tanah (Tjasyono, 2004).
perbedaan sistem tanam dan populasi Secara umum komponen pertumbuhan
memperlihatkan pengaruh yang nyata pada tanaman jagung yang berpengaruh nyata
intensitas radiasi matahari pada terhadap perlakuan perbedaan sistem
pengamatan 0 hst sampai dengan 75 hst. tanam dan populasi tanaman yaitu tinggi
Intensitas radiasi matahari yang diterima tanaman, jumlah daun dan luas daun.
cenderung mengalami penurunan dapat
disebabkan oleh pertumbuhan tanaman. Tinggi Tanaman
Pertumbuhan tanaman mengakibatkan Hasil analisis sidik ragam
peningkatan kanopi tanaman, sehingga menunjukan pada sistem tanam dan
cahaya matahari yang menuju tanah populasi terhadap memperlihatkan
terhalang oleh kanopi tanaman. Pada pengaruh yang nyata terhadap tinggi
perlakuan sistem tanam dengan 3 benih tanaman pada pengamatan 7 - 63 hst.
perlubang tanam baik pada perlakuan Berdasarkan rata-rata tinggi tanaman
sistem tanam konvensional dan jajar jagung pada perbedaan sistem tanam dan
legowo, keduanya memiliki intensitas radiasi populasi tanaman (Tabel 1) menunjukan
matahari yang lebih rendah dibandingkan bahwa tanaman jagung pada sistem tanam
dengan perlakuan lainnya (Gambar 4). Hal dengan menggunakan 3 benih / lubang
ini disebabkan radiasi matahari yang masuk tanam mempengaruhi tinggi tanaman.
kedalam tajuk tanaman mengalami Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa pada
pengurangan akibat kanopi tanaman yang perlakuan tersebut menunjukan rata-rata
padat. Usman, (1991) menyatakan bahwa nilai tinggi tanaman yang tertinggi
pada tanaman jagung dengan populasi dan dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
jarak tanam yang berbeda, pertumbuhan Seperti yang dinyatakan oleh Ferry (2009)
tinggi jagung dengan perlakuan baik Pada umumnya makin tinggi kepadatan
populasi maupun jarak tanam dan interaksi populasi tanaman, individu tanaman makin
keduanya memperlihatkan pengaruh yang bersaing untuk memperebutkan cahaya,
nyata. Hal ini menunjukan terdapat sehingga individu tanaman makin
persaingan diantara tanaman tersebut memperlihatkan gejala etiolasi.
tertuma dalam memperoleh cahaya dan
unsur hara. Selain berpengaruh pada Jumlah Daun
pertumbuhan tanaman, radiasi matahari Hasil analisis sidik ragam
menunjukan pada sistem tanam dan
97
Tabel 2 Rerata Jumlah Daun per Tanaman (helai) pada Berbagai Umur Tanaman untuk Setiap
Perlakuan Sistem Tanam dan Populasi
Jumlah Daun (helai per tanaman)
Perlakuan
7 hst 21 hst 35 hst 49 hst 63 hst
Konvensional + 1 Benih/Lb Tanam 4.00 6.50 10.25 13.00 13.50
Konvensional + 2 Benih/Lb Tanam 4.00 6.25 10.25 12.25 13.25
Konvensional + 3 Benih/Lb Tanam 3.75 6.50 10.75 12.50 12.75
Jajar Legowo + 1 Benih/Lb Tanam 4.25 6.25 10.00 12.50 13.00
Jajar Legowo + 2 Benih/Lb Tanam 4.25 6.50 10.50 12.50 13.50
Jajar Legowo + 3 Benih/Lb Tanam 3.75 6.50 11.00 12.50 12.75
BNT 5% TN TN TN TN TN
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berarti berbeda nyata pada uji
BNT (P<0,05); HST = Hari Setelah Tanam.
98
Tabel 3 Rerata Luas Daun Tanaman (cm2) Pada Berbagai Umur Tanaman Untuk Setiap
Perlakuan Sistem Tanam dan Populasi
Luas Daun (cm2)
Perlakuan
7 hst 21 hst 35 hst 49 hst 63 hst
Konvensional + 1 Benih/Lb Tanam 65.03 c 674.28 b 1283.52 b 2482.50 b 3225.63 b
Konvensional + 2 Benih/Lb Tanam 49.66 b 459.44 ab 869.22 ab 1888.22 ab 2566.82 a
Konvensional + 3 Benih/Lb Tanam 44.16 ab 459.67 ab 875.18 ab 1473.34 a 2261.96 a
Jajar Legowo + 1 Benih/Lb Tanam 58.73 bc 575.32 b 1091.91 b 2245.16 b 2976.61 ab
Jajar Legowo + 2 Benih/Lb Tanam 36.78 ab 428.15 a 819.51 ab 1619.07 a 2338.09 a
Jajar Legowo + 3 Benih/Lb Tanam 34.65 a 363.46 a 692.28 a 1476.42 a 2358.77 a
BNT 5% 13.39 143.76 283.57 451.27 570.01
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berarti berbeda nyata pada uji
BNT (P<0,05); HST = Hari Setelah Tanam.
Tabel 4 Rerata Hasil Panen per Tanaman pada Berbagai Umur Tanaman untuk Setiap
Perlakuan Sistem Tanam dan Populasi
Bobot Bobot
Tongkol Tongkol Diameter Panjang Konversi
Perlakuan dengan Tanpa Tongkol Tongkol Panen
Kelobot Kelobot (cm) (cm) (Ton/ha/tan)
(g/tan) (g/tan)
Sistem Tanam Konvensional
352.42 c 269.30 f 5.3 c 20.27 c 11.98 b
+ 1 benih / lubang tanam
Sistem Tanam Konvensional
281.47 b 196.42 c 5.2 b 18.55 b 9.57 a
+ 2 benih / lubang tanam
Sistem Tanam Konvensional
265.67 a 178.61 b 4.9 a 17.99 a 8.80 a
+ 3 benih / lubang tanam
Sistem Tanam Jajar Legowo
348.10 c 262.86 e 5.4 c 20.16 c 12.08 b
+ 1 benih / lubang tanam
Sistem Tanam Jajar Legowo
282.50 b 212.44 d 5.2 b 18.73 bc 9.67 a
+ 2 benih / lubang tanam
Sistem Tanam Jajar Legowo
262.60 a 169.26 a 4.9 a 18.06 ab 8.93 a
+ 3 benih / lubang tanam
BNT 5% 10.90 4.38 0.17 0.47 1.01
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, berarti berbeda nyata pada uji BNT
(P<0,05); HST = Hari Setelah Tanam.
sistem tanam dengan populasi yang yang rapat, banyak permukaan daun yang
berbeda berpengaruh nyata terhadap saling menutup, sehingga menghambat
komponen hasil tanaman jagung. proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang
Berdasarkan data rata-rata hasil tanaman terhambat akan berdampak pada jumlah
jagung dalam berbagai sistem tanam dan fotosintat yang dihasilkan. Hal tersebut
populasi (Tabel 4) menunjukan bahwa dikaitkan dengan persaingan untuk
tingkat populasi yang tinggi yaitu mendapatkan hasil asimilasi, karena
penggunaan tiga benih perlubang tanam fotosintesis berkurang dalam tegakan yang
menunjukan hasil yang paling rendah rapat (Gardner et al., 1991). Pada
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. penggunaan tiga benih perlubang tanam
Oleh karena itu penggunaan populasi hasil produksi tanaman jagung menunjukan
optimum dapat menurunkan komponen hasil yang paling rendah. Menurut Laelani
hasil tanaman. Hal ini disebabkan terjadinya (2010) hal tersebut diduga pada populasi
persaingan unsur hara, sinar matahari, dan tanaman tiga benih perlubang tanam
ruang tumbuh antar individu tanaman merupakan titik jenuh populasi tanaman.
(Wayan, 2009). Pada populasi tanaman Masdar (2006) menyatakan bahwa
99
bertambahnya jumlah bibit per lubang Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Jakarta:
tanam di atas populasi jenuh cenderung PT. Dunia Pustaka Jaya.
meningkatkan persaingan tanaman, baik Laelani, Asro. I. 2010. Pengaruh Jarak
antar tanaman dalam satu lubang tanam Tanam dan Jumlah Benih Terhadap
maupun antar lubang tanam yang akan Pertumbuhan Vegetatif Jagung Muda.
berdampak pada penurunan hasil. Fakultas Pertanian Univ. PGRI
Palangka Raya. Media Sains.
KESIMPULAN 2(2):153-196.
Masdar. 2006. Pengaruh jumlah bibit tanam
Berdasarkan hasil dari penelitian ini dan umur bibit terhadap pertumbuhan
didapatkan kesimpulan bahwa : (1) reproduktif tanaman padi pada irigasi
Perlakuan sistem tanam dan populasi tanpa penggenangan. J. Dinamika
tanaman memberikan pengaruh yang nyata Pertanian 21 (2):121 – 126.
terhadap iklim mikro tanaman jagung. (2) Setiawan, E. 2009. Pemanfaatan Data
Pada sistem tanam jajar legowo baik Cuaca Untuk Pendugaan
dengan 1 benih/lubang tanam (54 Produktifitas (Studi Kasus Tanaman
tanaman), 2 benih/tanan (108 tanaman) dan Cabe Jamu Di Madura). BMG.
3 benih/lubang (164 tanaman) tanam Jakarta. Agrovigor 2(1):1-7.
mampu menciptakan kondisi iklim mikro Sudaryono. 2004. Pengaruh Naungan
yang mendekati syarat tumbuh tanaman Terhadap Perubahan Ilkim Mikro
jagung. (3) Penggunaan 1 benih/lubang Pada Budidaya Tanaman Tembakau
tanam memiliki hasil yang lebih tinggi Rakyat. J.Teknologi Lingkungan P3L-
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. BPPT.5(1): 56-62.
Maka peningkatan populasi dapat Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. ITB.
menurunkan hasil tanaman. Didapatkan Bandung.
hasil produksi untuk konversi panen / Wachjar, Ade dan Rizkiana A. 2013.
tanamannya pada perlakuan sistem tanam Peningkatan Produktivitas dan
konvensional dan jajar legowo berturut-turut Efisiensi Konsumsi Air Tanaman
adalah 11.98 ton ha-1 dan 12.08 ton ha-1. Bayam (Amaranthus tricolor L.) pada
Teknik Hidroponik melalui
DAFTAR PUSTAKA Pengaturan Populasi Tanaman.
Bogor. Buletin Agrohorti 1(1):127-
Bunyamin, Z. dan M. Aqil. 2010. Analisis
134.
Iklim Mikro Tanaman Jagung (Zea
Wayan, W. Zapril L. dan Sanisah. 2009.
mays L.) Pada Sistem Tanam Sisip.
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman
Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Padi Var. Ciherang Dengan Teknik
Sulawesi Utara. Prosiding Pekan
Budidaya Sri (System Of Rice
Serealia Nasional. 294-300.
Intensification) Pada Berbagai Umur
Ferry, F., Tino M. dan Akyas. 2009.
Dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam.
Pengaruh Umur Pindah Tanam dan
Crop Agronomi 2(1):70-78.
Populasi Tanaman terhadap Hasil
Maifendri. 2013. Peningkatan Populasi dan
dan Kualitas Sayuran Pakcoy
Produktivitas Padi Sawah Melalui
(Brassica campestris L., Chinensis
Sistem Tanam Jajar Legowo. J.
group) yang Ditanam dalam Naungan
Agribisnis dan Penyuluhan. 1(1):25-
Kasa di Dataran Medium. Bandung.
36.
J. Agrikultura 20(3):216-224.
Gardner, F.P, R. Brent Pearce dan Roger
L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. UI-Press. Jakarta. p 61-73.