Anda di halaman 1dari 60

Unit Operasi

Prasedimentasi

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro
Umum
• Prasedimentasi (disebut juga plain
sedimentation atau sedimentasi I)
dimaksudkan untuk mengendapkan partikel
diskret atau partikel kasar atau lumpur.
• Partikel diskrit adalah partikel yang tidak
mengalami perubahan bentuk dan ukuran
selama mengendap di dalam air.
Umum
• Prasedimentasi hanya diperlukan apabila dalam
air baku terdapat partikel diskrit atau partikel
kasar atau lumpur dalam jumlah yang besar.
• Pengendapan dilakukan dalam bak berukuran
besar (biasanya membutuhkan waktu detensi
selama 2 hingga 4 jam) dalam aliran yang laminer,
untuk memberikan kesempatan lumpur
mengendap tanpa terganggu oleh aliran.
• Pengendapan berlangsung secara gravitasi tanpa
penambahan bahan kimia sebelumnya.
Kecepatan Pengendapan
• Vs = kecepatan
pengendapan, m/det
• Sg = Specific gravity
• ρs = densitas massa
partikel, kg/m3
• ρ = densitas massa
liquid, kg/m3
• g = percepatan
gravitasi, m/detik2
• v = viskositas
kinematik, m2/detik
• μ = viskositas absolut,
N.detik/m2
Bentuk Prasedimentasi
• Rectangular (segi empat)
• Circular (lingkaran)
Bak Sedimentasi Ideal
• Sebuah aliran horizontal dalam bak
sedimentasi menunjukkan karakteristik, yang
secara umum digunakan untuk melukiskan
cara pengendapan partikel diskrit.
a. Aliran melalui bak terdistribusi merata
melintasi sisi melintang bak
b. Partikel terdispersi merata dalam air
c. Pengendapan partikel yang dominan
terjadi adalah type I
Zona Pengendapan Prasedimentasi
• Zona inlet
• Zona pengendapan
• Zona lumpur
• Zona outlet
Zona Inlet
• Dalam zona ini aliran terdistribusi tidak merata
melintasi bagian melintang bak; aliran
meninggalkan zona inlet mengalir secara
horizontal dan langsung menuju bagian outlet.
Zona Pengendapan
• Dalam zona ini, air mengalir pelan secara
horizontal ke arah outlet, dalam zona ini
terjadi proses pengendapan.
• Lintasan partikel diskrit tergantung pada
besarnya kecepatan pengendapan.
Zona Lumpur
• Dalam zona ini lumpur terakumulasi. Sekali
lumpur masuk area ini, maka lumpur akan
tetap disana.
Zona Outlet
• Dalam zona ini, air yang partikelnya telah
terendapkan terkumpul pada bagian
melintang bak dan siap mengalir keluar bak.
Pola Pengendapan Partikel Diskrit
Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Pengendapan Partikel Diskrit


 ditujukan untuk pengendapan partikel
dalam suatu suspensi konsentrasi padatan
yang rendah secara gravitasi dengan
percepatan yang konstan. Partikel mengendap
secara individual dan tidak ada interaksi
signifikan dengan partikel disekelilingnya
 diaplikasikan untuk removal partikel grit
dan pasir dari air limbah.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 13


Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Pengendapan Partikel Flok


 ditujukan baik untuk pengenceran suspensi
partikel yang bergabung atau yang mengalami
flokulasi selama operasi pengendapan. Dengan
adanya proses penggabungan tersebut, partikel
meningkat dari sisi massanya dan mengendap
dengan laju yang cepat
 diaplikasikan untuk removal TSS dalam air
limbah dalam fasilitas pengendapan primer dan
merupakan porsi terbesar dalam pengendapan
kedua dan juga meremove flok kimia dalam
tangki sedimentasi.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 14


Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Pengendapan Ballasted Flocculent


 ditujukan untuk penambahan agen ballast
inert dan polimer menjadi suspensi terflokulasi
terpisah yang mempercepat pengendapan dan
reduksi padatan. Porsi dari agen ballast yang
terrecover didaur ulang prosesnya
 diaplikasikan untuk removal TSS dalam air
limbah, air limbah dari sistem yang terkombinasi
dan air limbah industri dan juga mereduksi BOD
dan phospor.
27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 15
Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Hindered Settling (juga dinamakan zona


pengendapan)
 ditujukan untuk suspensi konsentrasi
intermediate dimana gaya interpartikel cukup
untuk menghalangi pengendapan partikel
disekelilingnya. Partikel cenderung tersisa
dalam posisi yang tepat dan massa partikel
mengendap sebagai satu unit. Hubungan
padatan cairan berada diatas massa padatan
 diaplikasikan terjadi dalam fasilitas
pengendapan kedua yang dihubungkan
dengan fasilitas pengolahan biologis.
27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 16
Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Compression Settling
 ditujukan untuk pengendapan dimana partikel dengan
konsentrasi yang besar yang terbentuk secara struktur dan
pengendapan selanjutnya dapat terjadi hanya dengan
kompresi strukturnya. Kompresi berasal dari berat partikel
yang secara konstan ditambahkan menjadi struktur dengan
sedimentasi dari cairan supernatant
 diaplikasikan biasa terjadi di lapisan terendah dari padatan
di dasar atau massa biosolids, seperti di dasar fasilitas
pengendapan kedua dan fasilitas pengentalan padatan (solids
thickening).

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 17


Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Accelerated Gravity Settling


 ditujukan untuk removal partikel dalam
suatu suspensi dengan pengendapan secara
gravitasi
 diaplikasikan untuk removal partikel grit
dan pasir dalam air limbah.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 18


Tipe Fenomena Gravitasi dalam Wastewater Treatment

• Flotation Settling
 ditujukan untuk removal partikel dalam
suatu suspensi yang lebih ringan daripada air
dengan menggunakan udara atau flotasi gas
 diaplikasikan untuk removal lemak dan
minyak, material ringan yang mudah
mengapung, pengentalan dari suspensi
padatan.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 19


Deskripsi Gravity Separation
 Sedimentasi digunakan untuk:
1. removal grit,
2. removal TSS dalam bak pengendapan primer,
3. removal flok biologis dalam bak pengendapan lumpur
aktif, dan;
4. removal flok kimia ketika proses koagulasi digunakan.
digunakan juga untuk mengkonsentrat padatan dalam
sludge thickener
 Kegunaan secara primer adalah untuk memproduksi effluen
terklarifikasi, tetapi juga penting untuk memproduksi
lumpur dengan konsentrasi padatan yang dapat ditangani
dan diolah dengan mudah.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 20


Deskripsi Gravity Separation
• Terdapat 4 tipe pengendapan gravitasi yang
dapat terjadi, yaitu:
1. Partikel Diskrit (Dilute Suspensions)
2. Partikel Flok (Dilute Suspensions)
3. Partikel Hindered (Concentrated Suspensions)
4. Partikel Terkompresi (Concentrated
Suspensions)

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 21


Teori Pengendapan Partikel
• Pengendapan partikel diskrit (non-
flocculating) dapat dianalisis dengan hukum
sedimentasi Newton dan Stokes.
• Hukum Newton  FG = (ρp – ρw).g.Vp
dimana:
FG = gaya gravitasi (kg.m/s2)
ρp = densitas partikel (kg/m3)
ρw = densitas air (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/s2)
Vp = volume partikel (m3)

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 23


Teori Pengendapan Partikel
 Gaya friksi tergantung oleh kecepatan partikel,
densitas cairan, viskositas cairan, diameter
partikel dan koefisien CD, dengan formula
sebagai berikut:
FD = (CD.Ap.ρw.Vp2) / 2
dimana:
FD = gaya friksi (kg.m/s2)
CD = koefisien drag
Ap = luas penampang melintang (m2)
vp = kec. pengendapan partikel (m/s)

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 24


Governing forces for type One

Fg = Fd + Fb
Fg = m.g = Vg
Teori Pengendapan Partikel
• Gabungan perhitungan gaya gravitasi dengan
gaya drag friksi untuk partikel spherical,
menghasilkan formula sbb:
vp = ((4g/3CD).((ρp – ρw)/ρw).dp)1/2
atau
vp = ((4g/3CD).(sgp-1).dp)1/2
dimana:
vp = kecepatan partikel (m/s)
dp = diameter partikel (m)
sgp = spesific gravity

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 26


Teori Pengendapan Partikel
• Koefisien CD tergantung aliran tersebut laminer atau turbulen.
• Koefisien CD untuk beberapa partikel diperlihatkan pada Gambar 1.
sebagai fungsi Nre. Berdasarkan gambar terdapat 3 lebih atau kurang dari
garis yang tergantung pada nilai Nre:
Nre laminer  Nre < 1
Nre transisi  Nre = 1 – 2.000
Nre turbulen  Nre > 2.000
• Walaupun bentuk dari partikel memberikan efek pada nilai CD  untuk
partikel diperkirakan spherical.
• CD = 24/Nre + 3/√Nre + 0,34
 Nre = vp.dp.ρw / μ = vp.dp / ѵ
dimana:
μ = viskositas dinamik (N.s/m2)
ѵ = viskositas kinematik (m2/s)

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 27


Teori Pengendapan Partikel
vp = ((4g/3CD).((ρp – ρw)/ρw).dp)1/2
atau
vp = ((4g/3CD).(sgp-1).dp)1/2

Dimodifikasi untuk partikel non-spherical (Gregory et al., 1999) menjadi:


vp = ((4g/3CD.ɸ).((ρp – ρw)/ρw).dp)1/2
atau
vp = ((4g/3CD.ɸ).(sgp-1).dp)1/2

Dimana:
ɸ  merupakan faktor bentuk partikel. Nilai ɸ untuk sphere = 1; Nilai ɸ untuk sand
grain = 2; dan lebih besar dari 20 untuk fractal floc.
ɸ  penting dalam pengolahan air limbah.
ɸ  diukur/dinilai untuk menghitung Nre
ɸ  aplikasinya untuk pengendapan flokulen dan ballasted flokulen

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 28


Pengendapan pada Bagian Laminer
• Untuk Nre < 1  viskositas memberikan gaya awal
(predominant) pada proses pengendapan.
• Asumsi bahwa partikelnya spherical, maka CD = 24/Nre +
3/√Nre + 0,34 disubstitusi ke dalam hukum Stoke:
vp = g.(ρp – ρw).dp2 / 18μ
vp ≈ g.(sgp – 1).dp2 / 18ѵ
• Untuk kondisi aliran laminer, maka gaya drag menjadi:
FD = 3π.μ.vp.dp
• vp = g.(ρp – ρw).dp2 / 18μ
vp ≈ g.(sgp – 1).dp2 / 18ѵ, didapat dengan perhitungan gaya
drag dari hukum Stoke FG = (ρp – ρw).g.Vp

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 29


Pengendapan pada Bagian Transisi

• Persamaan: FG = (ρp – ρw).g.Vp digunakan untuk


menentukan kecepatan pengendapan.
• Dikarenakan kondisi alami dari persamaan gaya,
menentukan kecepatan pengendapan dilakukan
secara PROSES ITERATIF.
• Gambar 2 (lihat buku Wastewater Engineering,
MetCalf and Eddy, 2003) menggambarkan
pengendapan pada kondisi transisi yang
mengcover bagian laminer dan transisi dari
ukuran partikel.
27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 30
Pengendapan pada Bagian Turbulen

• Pada bagian turbulen, gaya inersia (gaya


kelembaman)  predominant;
• Untuk pengendapan dalam bagian turbulen,
nilai 0,4 digunakan untuk CD. Jika CD = 0,4;
maka:
vp = (3,33.g.((ρp – ρw)/ρw).dp)1/2 ≈ (3,33.g.(sgp
– 1).dp)1/2

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 31


Contoh Soal
• Tentukan kecepatan pengendapan dari
partikel pasir dengan diameter rata-rata
sebesar 0,5 mm, faktor bentuk sebesar 0,85,
dan spesific gravity sebesar 2,65,
pengendapan di air pada suhu 20 oC. Pada
suhu ini, nilai viskositas kinematik = 1,003 x
10-6 m2/s (1,091 x 10-5 ft2/s)

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 32


Jawaban
• Tentukan kecepatan pengendapan partikel dengan menggunakan hukum Stoke:
vp = g.(sgp – 1).dp2 / 18ѵ
vp = (9,81 m/s2).(2,65 – 1).(0,5.10-3 m)2 : 18(1,003.10-6 m2/s) = 0,224 m/s

• Cek Nre (termasuk faktor bentuk: ɸ):


Nre = ɸ.vp.dp / ѵ = (0,85.0,224 m/s).(0,5.10-3 m) / (1,003.10-6 m2/s) = 94,9

 Penggunaan hukum Stoke tidak tepat untuk nilai Nre > 1, maka hukum Newton lah yang
harus digunakan untuk menentukan kecepatan pengendapan pada bagian transisi.
 CD pada persamaan Newton tergantung pada nilai Nre yang merupakan fungsi dari kecepatan
pengendapan.
 Dikarenakan kecepatan pengendapan tidak diketahui, maka kecepatan pengendapan awal
diasumsikan.
 Asumsi kecepatan pengendapan digunakan untuk menentukan Nre yang digunakan untuk
menentukan nilai CD dan nilai CD digunakan untuk mengkalkulasi kecepatan pengendapan.
 Penyeleseian dapat tercapai ketika asumsi kecepatan pengendapan kira-kira sama dengan
kecepatan pengendapan berdasarkan perhitungan hukum Newton. Proses tersebut yang
dinamakan ITERATIF.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 33


Jawaban Proses Iteratif
• Untuk asumsi kecepatan pengendapan awal, gunakan hukum
Stoke sama dengan perhitungan sebelumnya.
CD = 24/94,9 + 3/√94,9 + 0,34 = 0,901
• Gunakan koefisien drag pada persamaan Newton untuk
menentukan kecepatan pengendapan partikel.
vp = ((4g/3CD). (sg – 1). d))1/2 = ((4.9,81 m/s2 /3.0,901). (2,65 –
1). 0,5.10-3 m))1/2 = 0,109 m/s

dikarenakan kecepatan pengendapan awal yang diasumsikan


0,224 m/s tidak sama dengan kecepatan pengendapan awal
hasil perhitungan dengan hukum Newton = 0,109 m/s, maka
iterasi kedua perlu dihitung.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 34


Jawaban Proses Iteratif
• Untuk iterasi kedua, asumsi kecepatan pengendapan = 0,09
m/s dan kalkulasi nilai dari Nre. Gunakan Nre untuk
menentukan CD dan gunakan CD dalam persamaan Newton
untuk menentukan nilai kecepatan pengendapan.
• Nre = 0,85.(0,09 m/s).(0,5.10-3 m) / (1,003.10-6 m2/s) = 38,1
CD = 24/38,1 + 3/√38,1 + 0,34 = 1,456
vp = ((4g/3CD). (sg – 1). d))1/2 = ((4.9,81 m/s2
/3.1,456). (2,65 – 1). 0,5.10-3 m))1/2 = 0,086 m/s ≈ 0,09 m/s

• Kesimpulannya: kecepatan pengendapan yang dihitung


berdasarkan nilai Nre haruslah sama dengan persamaan
Newton.

27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 35


Summary
• Stoke’s Equation
vp = g.(sgp – 1).dp2 / 18ѵ

• Newton’s Equation
vp = ((4g/3CD). (sg – 1). d))1/2

• Standar Equation
Nre = ɸ.vp.dp / ѵ
CD = 24/Nre + 3/√Nre + 0,34
27/10/2012 sumber: MetCalf & Eddy, 2003 36
TIPE-TIPE PENGENDAPAN
PARTIKEL

• Pengendapan tipe I: pengendapan untuk partikel


yang mengendap dengan kecepatan konstan
(partikel diskrit) -- partikel diremoval bila vs > v

• Pengendapan tipe II: selama proses pengendapan,


kecepatan mengendap partikel meningkat (partikel
flokulen)
Pretreatment atau pengolahan
pendahuluan merupakan pengolahan awal
air minum atau air baku yang
kekeruhannya tinggi melampaui kapasitas
pengolah konvensional

Ada 2 jenis pengolahan pendahuluan yang


umum digunakan :
1. Plain sedimentation atau prasedimentasi
2. Roughing filter
PRA SEDIMENTASI
PRA SEDIMENTASI

• Pra sedimentasi  Pengendapan tipe I


• Pra sedimentasi  pengendapan partikel diskrit
• Partikel diskrit: partikel yang tidak mengalami
perubahan bentuk, ukuran dan berat selama
proses pengendapan
TUJUAN PRA SEDIMENTASI

• Memisahkan partikel kekeruhan dalam air


agar tidak membebani unit-unit selanjutnya
seperti koagulasi/ flokulasi, sedimentasi dan
filtrasi

• Investasi lahan yang dapat dimanfaatkan


sebagai unit sedimentasi dengan tambahan
tube settler,dll di masa datang dalam rangka
peningkatan kapasitas
ZONA-ZONA PENGENDAPAN

Ada 4 zona agar efisiensi pemisahan kekeruhan optimal :


1. Zona inlet
2. Zona pengendapan
3. Zona outlet
4. Zona lumpur
Kedalaman ruang lumpur bak pengendap I tergantung pada :
1. Metode pengurasan lumpur
2. Frekuensi pengurasan
3. Kadar lumpur air baku dan massa jenis lumpur

Bentuk bak pengendap I pada umumnya :


1. Persegi panjang (Rectangulair), dengan pola aliran
horizontal
2. Radial atau bundar dengan pola aliran radial atau upflow

Pengendap I bentuk persegi didisain dengan kemiringan dasar


5 – 10 % bila pengurasannya dengan cara manual setiap 6
bulan sekali
Dan bila pengurasannya menggunakan scrapper mekanis
maka kemiringan dasarnya : 1 %
JENIS PRA SEDIMENTASI
• Persegi- 4  aliran horizontal
Inlet Outlet

Ruang lumpur

Aliran Horizontal
• Silinder  aliran horizontal
Inlet

Outlet Outlet

Ruang lumpur

Horizontal Radial
Silinder  aliran vertikal
Inlet

Outlet Outlet

Ruang lumpur

Upflow
Type I Settling -- Stokes’ Law
g (s   )
vs 
18 
where
νs = settling velocity
ρs = density of particle (kg/m3)
ρ = density of fluid (kg/m3)
g = gravitational constant (m/s2)
d = particle diameter (m)
μ = dynamic viscosity (Pa·s)
Teori Pengendapan Partikel :
Pada saat partikel berada dalam air, akan terjadi percepatan hingga
kecepatan terbatas terakhir tercapai, sehingga :
Gaya gravitasi = gaya drag friksi
Gaya gravitasi = (ρs – ρ) g V
Dimana : ρs = kerapatan massa partikel
ρ = kerapatan massa air
V = volume partikel
Dengan analisa dimensional, dapat diketahui :
gaya drag friksi = CD A C ρ (vs2/2)
Dimana : CD = koefisien Drag Newton
AC = Luas penampang melintang partikel
vs = Kecepatan pengendapan partikel
CD tidak tetap, bervariasi tergantung pada nilai bilangan Reynold
(NRe) dan dengan bentuk partikel spherikal :
NRe  0,5 , maka CD = 24/NRe
0,5 < NRe  104, maka CD = (24/NRe) + (3/NRe1/2) + 0,34

Dalam sedimentasi : NRe = ρvsd/μ


Dimana : d = diameter partikel

Dengan kondisi keseimbangan :


Untuk kondisi laminer : NRe  0,5 dan CD = 24/NRe
vs = [ gd2 (Ss -1)]/18 (HUKUM STOKE)
Untuk kondisi turbulen : 5 x 102 < NRe < 104 dan CD = 0,4
vs = { 3,3 gd (Ss – 1)}1/2
KRITERIA PERENCANAAN :
1. Waktu pengendapan : 1 – 3 jam
2. Kedalaman ruang pengendapan (1 – 3) m
3. Kecepatan pengendapan partikel diperoleh dari analisa kolom test di
laboratorium
4. Performance atau kinerja pengendap berdasarkan pada grafik
performance
5. Bilangan NRe < 2000 dan Nilai Froude aliran > 10-5

RUMUS – RUMUS YANG DIGUNAKAN :


vs = {g/18 (Ss – 1)/D} d2
= [4/3 g/CD {(Ss – Sa)/Sa} D]1/2 (HUKUM STOKE)
Kecepatan horizontal (vH) harus lebih kecil dari kecepatan
penggerusan (vsc)
vsc = { 8β/λ (ρs – ρw/ρw) g d}1/2

Dimana : β = faktor friksi porositas = 0,02 – 0,012


λ = faktor friksi hidrolis = 0,03
ρs = massa jenis partikel
ρw = massa jenis air
d = diameter partikel
g = percepatan gravity

Kedalaman ruang pengendapan lumpur jangan terlalu dalam :


H = 1/12 L0,8

Dimana :
H = kedalaman air
L = panjang ruang pengendapan

Perbandingan panjang dan lebar ruangan pengendapan :


L : B = 1 : 6 dan 1 : 10
ROUGHING FILTER
• Roughing filter (vertikal & horizontal)

Influen Efluen
Media kerikil

Vertical Flow
Ke Flash Mix
Denah Roughing Filter
Media kerikil
efluen

Influen

Influen

Dinding diperforasi

Horizontal Flow

Kerikil efluen
Influen

Potongan
Perforated wall
KEUNTUNGAN
ROUGHING FILTER

• Luas area lebih kecil


• menurunkan kekeruhan 90%
• menurunkan warna 40-60%
• menurunkan COD (z.organik) 80%
(z.organik + HOCl  THMs)
YANG MEMPENGARUHI
PRA SEDIMENTASI
• Beban permukaan (m3/ hari/ m2 luas permukaan bak), dan
tidak tergantung pada waktu tinggal
• Beban permukaan merupakan perbandingan debit dengan luas
permukaan bak
• Beban permukaan kecil, bak makin luas, efisiensi pemisahan
kekeruhan makin tinggi
• Distribusi aliran masuk  harus merata, dapat dilaku-kan
dengan sekat yang diperforasi
• Beban pelimpah (m3/ hari/ m panjang pelimpah) pada aliran
keluar
• Beban pelimpah merupakan perbandingan antara debit dengan
panjang pelimpah di aliran keluar bak prasedimentasi
• Turbulensi diantaranya disebabkan oleh perbedaan
suhu di dasar & di permukaan air, angin, aliran
pendek, bil Reynold yang terlalu tinggi
• Pembuangan lumpur harus secara periodik,
tergantung pada kadar SS dan debit aliran yang
masuk
• Tinggi lumpur dibatasi agar tidak tergerus kembali ke
pelimpah.
SOAL
1. Sebuah kolom analisa untuk pengendapan setinggi 4 ft
digunakan untuk mengendapkan partikel diskrit dengan hasil
analisa sbb :
Lama pengendapan (menit) : 0,5, 1,0, 2,0, 4,0, 6,0 dan 8,0,
berturut turut menghasilkan sisa fraksi berat : 0,56, 0,48, 0,37,
0,19, 0,05 dan 0,02. Apabila kecepatan klarifikasi yang
diinginkan 0,08 ft3/detik/ft2, berapa % pemisahan total yang
terjadi ? Dan plotting grafiknya !
2. Rencanakan bangunan prasedimentasi apabila debit air yang
diolah (Q) 100 L/detik. Direncanakan bangunan
prasedimentasi ada 4 buah dan harga kecepatan
pengendapan partikel dari analisa kolom 0,02 cm/detik.

Anda mungkin juga menyukai