Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam pertanian, tanah diartikan lebih khusus yaitu sebagai media tumbuhnya
tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa
bahan organik dan organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di
dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air.
Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat
interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode
waktu tertentu. Walaupun batas bawah dari tanah tidak bisa didefinisikan, tetapi
batas bawah tersebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas
perakaran, dan kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200
cm, maka secara konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm.
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen
dan tanah (soil). Kiranya penting untuk ketahui bahwa proses pelapukan akan
menghancurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk
kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen
klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk
mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai
komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah
tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh
alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan
tanah itu sendiri.
Tanah terdiri dari partikel pecahan batuan yang telah diubah oleh proses
kimia dan lingkungan yang meliputi pelapukan dan erosi. Tanah berbeda dengan
batuan induknya karena interaksi antara, hidrosfer, litosfer dan biosfer ini adalah
campuran dari konstituen mineral dan organik yang dalam keadaan padat, gas,
dan cair.
Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses
pembentukan tanah dimulai dari hasil hasil pelapukan batuan induk (regolit)
menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh peoses pencampuran bahan organik yaitu
sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral
dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah
dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita
menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang
berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut
dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan
horizon tanah tersebut biasa disebut profil tanah.
Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat
dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologi. Berdasarkan hal inilah, maka
dipandang penting untuk melaksanakan diskusi mengenai tanah hasil pelapukan.

1.2 Tujuan dan kegunaan

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui bagaimana profil tanah dibuat
dan diamati, kenampakan dari profil tanah secara utuh, pencirian horizon-horizon
tanah, pembentukan tanah dari bahan induknya dan bagaimana mencatat hasil
pengamatan suatu profil tanah.
Adapun kegunaan dari praktikum ini yaitu agar kita dapat mengetahui dan
membedakan tiap-tiap horizon tanah dengan melihatnya langsung dilapangan
serta mengetahui karakteristik dari masing-masing horizon pada profil tanah
tersebut.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Faktor pembentuk tanah

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah


menurut Hanafiah (2014), antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi
dan waktu. Faktor-faktor pembentuk tanah tersebut akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada
dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses
pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan
berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan
akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan
pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi
rendah).
2. Organisme (vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal
membuat proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan kimiawi.
Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk hidup (hewan
dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang terjadi oleh
proses kimian seperti batu kapur larut oleh air.
3. Bahan induk
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batua sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk,
kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di
permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama
dengan bahan induknya. Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah
berstruktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi.
4. Topografi/relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah,
daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan tanahnya lebih tipis
karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena terjadi
sedimentasi. Sistem drainase/pengaliran, daerah yang drainasenya jelek seperti
sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan
pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua
dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena
proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah
berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa dan tanah tua.

2.2 Profil tanah

Secara vertikal tanah berdiferensiasi membentuk horizon-horizon (lapisan-


lapisan) yang berbeda-beda baik dalam morfologis seperti ketebalan dan
warnanya, maupun karakteristik fisik, kimiawi, dan biologis masing-masingnya
sebagai konsekuensi bekerjanya faktor-faktor lingkungan terhadap bahan induk
asalnya maupun bahan-bahan eksternal, berupa bahan organik sisa-sisa biota yang
hidup di atasnya dan mineral nonbahan-induk yang berasal dari letusan gunung
api, atau yang terbawa oleh aliran air. Susunan horizon-horizon tanah dalam
lapisan permukaan bumi mempunyai ketebalan 100-120 cm disebut sebagai profil
tanah (Hanafiah K.A, 2008).
Profil tanah itu merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat
dengan cara menggali lubang dengan ukura (panjang kali lebar) tertentu dalam
kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan
penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah dapat
mencapai kedalaman sekitar 3-3,5 meter (Madjid, 2007)
Madjid (2007), pada suatu profil tanah yang lengkap dapat kita lihat beberapa
lapisan yang membentuk tanah. Dan lapisan-lapisan tersebut pada beberapa
macam tanah di kenal sebagai horizon genesa tanah . Adanya lapisan-lapisan
dalam tanah ini karena berlangsungnya perobakan atau tingkat perkembangan
yang merupakan hasil penimbunan bahan yang berasal dari tempat lain. Lapisan-
lapisan yang terbentuk, sebagaimana kita lihat pada profil tanah dapat dikatakan
tidak selamanya tegas dan nyata sehingga kerapkali batas-batasnya agak kabur
dan kejadian demikian tersebut akan menyulitkan dalam penelitian.
Menurut Guswono (1983) horizon-horizon tanah antara lain sebagai berikut:
1) Horizon O merupakan lapisan paling atas dan disebut juga lapisan humus
karena kaya akan mineral organik yang berasal dari pembusukan daun,
tanaman dan bahan lainnya oleh dekomposer. Lapisan ini sangat tipis dan
hanya beberapa centimeter saja. Lapisan ini berwarna gelap kehitaman.
2) Horizon A disebut juga lapisan top soil. Lapisan ini merupakan lapisan tanah
bagian atas, memiliki ketebalan rata-rata 20-35 cm. Horizon a masih realtif
subur karena masih dekat dengan lapisan humus. Warna tanah pada lapisan
ini masih cenderung gelap kehitaman hingga coklat tua.
3) Horizon B disebut juga lapisan subsoil. Tingkat kesuburan lapisan ini mulai
berkurang dan dicirikan warnanya yang mulai merah kekuningan. Horizon ini
juga merupakan batas akar tanaman terbawah.
4) Horizon C merupakan lapisan sisa batuan induk yang melapuk/regolith.
5) Horizon R/Bedrock disebut juga regolith atau lapisan batuan induk. Lapisan
ini merupakan bagian terbawah.
Batas lapisan tanah dengan lapisan lainnya dalam suatu profil tanah dapat
terlihat jelas atau baur. Di samping itu topografi dari batas horizon tersebut dapat
rata, berombak, tidak teratur atau putus (Foth, 1985).

2.1 Sifat-sifat tanah

Tanah sebagai media tanaman memilki sifat dan karakteristik yang dapat dilihat
dari sifat fisik, kimiawi, maupun biologisnya dimana ketiganya ini saling
mempengaruhi satu sama lain dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berikut ini
penjelasan masing-masing sifat atau karakteristik tanah baik dari sifat fisik,
kimiawi, maupun biologisnya.
2.1.1 Sifat fisik tanah
Menurut (Hardjowigeno 2010) sifat sifat fisika tanah terdiri dari:
a. Batas-batas horison, dalam pengamatan tanah di lapang ketajaman peralihan
horison horison ini diberikan ke dalam beberapa tingkatan nyata yaitu (
lebar peralihan kurang dari 2,5 cm dan berangsur.
b. Warna tanah merupakan petunjuk beberapa sifat tanah karena warnah tanah
menunjukkan apabila makin tinggi bahan organik, warna tanah semakin
gelap. Didaerah berdrainase buruk yaitu daerah yg selalu tergenang air
seluruh tanah berwarna abu-abu karna senyawa Fe terdapat dalam keadaan
reduksi. Pada tanah yang berdrainase baik yaitu tanah yang tidak pernah
terendam air terdapat dalam keadaan oksidasi.
c. Tesktur tanah. Tekstur tanah menujukkan halus kasarnya tanah dari fraksi
tanah halus. Tanah dikelompokkan ke dalam beberapa tekstur tanah yaitu:
kasar, agak kasar, sedang, agak halus, dan halus.
d. Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. struktur ini
terjadi karna butir-butir pasir debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu
perekat seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain lain.
e. Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir- butir tanah dengan
benda lain. Tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah di
olah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
f. Drainase tanah. Kelas drainase ditentukan dilapang dengan melihat adanya
gejala gejala pengaruh air dalam penampang tanah.
g. Bulk density (kerapatan lindat). Menunjukan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori pori tanah. Bulk
density merupakan petunjuk kepadatan tanah.
2.1.2 Sifat kimia tanah
Menurut (Hardjowigeno 2010) sifat-sifat kimia tanah terdiri dari:
a) Reaksi tanah (ph tanah). Menunjukan sifat keasaman tanah yang dinyatakn
dengan nilai ph. Nilai pH menunjukan banyaknya konsentrasi ion hidrogen
di dalam tanah semkin masam tanah tersebu.
b) Koloid tanah adalah bahan mineral dan bahan organik tanah yang sangat
halus sehingga membenuk permukaan yang tinggi persatuan berat. Koloid
tanah merupakan bagian tanah yang sangat aktif dalam reaksi reaksi
fsikokimia di dalam tanah.
c) Tukar kation dinyatakan dalam satuan kimia yaitu miliekivalen per 100g.
d) Pertukaran anion banyak ditemukan pada mineral liat amorf, dan liat al dan
Fe-oksida.
e) Kejenuhan basa menunjukan perbandingan antara jumlah kation kation basa
dengan jumlah semua kation yang terdapat dalam kompleks jerapan tanah.
2.1.3 Sifat biologi tanah
Menurut (Hardjowigeno 2010) sifat-sifat biologi tanah terdiri dari:
a) Makro fauna
Makro fauna atau penghuni tanah dapat dibedakan menjadi: hewan hewan
besar pelubang tanah, cacing tanah. Hewan-hewan besar pelubang tanah
seperti tikus, kadang kadang dapat memperbaiki tata udara tanah dan
mengubah kesuburan serta struktur tanah. Cacing tanah mengaduk tanah
dan memperbaiki tata udara tanah sehingga infiltrasi air menjadi lebih baik
dan lebih muda ditembus akar.
b) Makro flora
Tanaman tanaman tinggi adalah produsen primer bahan organic dan
penyimpan energy surya.Akar akar tumbuh dan mati didalam tanah
sehingga menyediakan makanan dan energy bagi hewan tanah dan mikro
flora. Akar tanaman yang masih hidup mempengaruhi keseimbangan hara
tanah akibat penyerapan unsure-unsur hara oleh akar-akar tersebut.
c) Mikro flora
Bakteri, fungi dan actinomicetes membantu pembentukan struktur tanah
yang mantap karena tumbuhan mikro ini dapat mengeluarkan sekresi sat
perekat yang tidak mudah larut dalam air.
Tekstur tanah ialah perbandingan tanah yang menunjukkan kasar halusnya
tanah dari fraksi tanah halus (2mm). Pada pengamatan profil tanah, diperoleh data
lapisan I berupa pasir, lapisan II berupa liat, dan lapisan III berupa liat. Tekstur
tanah penting untuk diketahui, karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah
tersebut akan menentukan sifat-sifat fisika, fisika kimia, dan kimia tanah. Hal ini
dikarenakan adanya proses pencucian. pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an
suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat
asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7
hingga 14.
III. METODOLOGI

3.1 Letak geografis dan administrasi

3.2.1 Letak geografis

Adapun letak geografis dari tempat penelitian profil tanah adalah 050 07.616 BT
dan 1190 28. 887 LS berada pada. Penentuan letak geografis tempat penellitian
ini sesuai dengan yang tertera pada Global Positioning System (GPS).

3.2.2 Letak administrasi

Lokasi tempat penelitian profil tanah adalah di wilayah Ex-Farm Fakultas


Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar, secara administratif terletak pada :
- Sebelah Utara : Pemukiman Penduduk
- Sebelah Timur : Kebun Peternakan
- Sebelah Selatan : Politeknik Negeri Ujung Pandang
- Sebelah Barat : Ex-farm Ilmu Tanah

3.2.3 Iklim

Iklim merupakan faktor yang amat penting dalam proses pembentukan tanah.
Suhu dan curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi fisik di dalam
tanah. Iklim di daerah tersebut pada saat dilakukan pengamatan adalah kemarau.

3.2.4 Topografi (relief)

Topografi adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk
perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Peran topografi dalam profil tanah
melalui empat cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam menentukan jumlah air hujan
yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah, kedalaman air tanah,
besarnya erosi yang dapat terjadi, dan arah pergerakan air yang membawa bahan-
bahan terlarut dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Pada lokasi
pengambilan profil tanah adalah tanah datar dengan persen kelerengannya adalah
0% - 3 %.
3.2.5 Vegetasi

Vegetasi pada tempat pengambilan sampel tanah di profil dalam adalah subur,
dengan tanaman utama berupa rumput ilalang dan tanaman lain berupa bambu,
pohon mangga, dan pohon Jati. Sedangkan pada tempat pengambilan sampel
tanah pada profil dangkal adalah vegetasinya subur, dengan tanaman utama
berupa rumput dan tanaman lainnya berupa pohon pisang.

3.2.6 Jenis tanah

Pada praktikum pengambilan profil tanah ini, kita dapat mengetahui jenis tanah
pada daerah pengamatan profil tanah menurut USDA adalah jenis tanah Alfisol
dan menurut ISSS merupakan jenis tanah mediteran merah kuning.

3.2.7 Penggunaan lahan

Penggunaan lahan pada lokasi pengambilan sampel tanah profil dalam adalah
tanah perkebunan, dan penggunaan lahan pada lokasi pengambilan sampel tanah
profil dangkal adalah tanah perkebunan pula.

3.2 Tempat dan waktu

Pengamatan profil tanah dilaksanakan di Exfarm, Universitas Hasanuddin, Kota


Makassar pada hari Sabtu, 08 Oktober 2016 pukul13.00 WITA.

3.3 Alat dan bahan

Pada praktikum profil tanah ini, alat-alat yang digunakan untuk pengambilan
sampel tanah profil adalah cangkul, linggis, sekop, cutter, meteran, ring sampel,
dan seperangkat komputer Microsoft Word 2010.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada saat pengambilan sampel tanah
adalah tanah, air, kantong plastik, dan kertas label.

3.4 Prosedur kerja

3.4.1 Pembuatan profil


Untuk membuat penampang profil, maka langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Kita membuat lubang besar yang berbentuk seperti penampang dengan ukuran
1,4 X 1 m, supaya kita dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya dan
pengamatan dapat dilakukan dengan baik.
2. Tanah yang telah digali tidak ditumpuk pada sisi samping atas lubang tetapi
diratakan agar tanah tersebut tidak dapat turun ke galian lubang.
3. Pengamatan dilakukan di sisi lubang penampang yang mendapat sinar
matahari.
4. Pengamatan dilakukan pada saat sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi dan
tidak terlalu sore). Karena, akan sulit megetahui warna tanah apabila
pengamatan dilakukan saat matahari terik/cerah.
3.4.2 Pengambilan sampel tanah
a. Sampel tanah utuh
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah utuh
adalah sebagai berikut :
1. Meratakan dan membersihkan lapisan yang akan diambil, kemudian
meletakkan ring sampel tegak lurus pada lapisan tanah.
2. Menekan ring sampel sampai ¾ bagiannya masuk ke dalan tanah.
3. Menggali ring sampel beserta tanah di dalamnya dengan sekop dan
linggis.
4. Memotong kelebihan tanah yang ada pada permukaan ring sampel.
5. Menutup ring sampel dengan plastik.
b. Sampel ring terganggu
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengambil sampel tanah terganggu
adalah sebagai berikut :
1. Mengambil tanah dengan sendok tanah atau pisau sesuai dengan lapisan
yang akan diambil.
2. Memasukkan tanah ke dalam kantong plastik yang telah diberi kertas
label.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


Tabel 1. Hasil pengamatan profil tanah

Parameter Lapisan
Pengamatan I II III
Kedalaman Lapisan (cm) 40 50 30
Berlumpur,
Tekstur Kerikil dan liat Berlumpur liat, dan
lempung
Struktur Kasar Kasar Kasar
Rapuh dan Rapuh dan Rapuh dan
Konsistensi lembab lembab lembab
Banyak dan Beberapa dan Sedikit dan
Pori-Pori kasar sedang kasar
Sumber : Daftar Primer Setelah diolah, 2016

4.2 Pembahasan

Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison-
horison yang berbeda. Lapisan I pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan
40 cm, teksturnya yaitu kerikil dan liat, strukturnya kasar, konsistensi rapuh dan
lembab, dan pori-pori banyak dan kasar. Sesuai dengan pendapat Tan (1992) yang
menyatakan bahwa semakin kecil tekstur tanah maka kemampuan tanah
menyimpan air dan bahan organik semakin kecil.
Lapisan II pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 50 cm, tekstur
berlumpur, struktur kasar, konsistensi rapuh dan lembab, dan pori-pori beberapa
dan sedang. Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim, dkk (1982) yang menyatakan
tanah liat dapat menyimpan lebih banyak air dan mineral karena tanah liat sukar
ditembus oleh air dan dapat mengikat mineral.
Lapisan III pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 30 cm, tekstur
berlumpur, liat, dan lempung, struktur kasar, konsistensi rapu dan lembab, dan
pori-pori sedikit dan kasar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang menunjukkan batasan lapisan tanah
mengalami perbedaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Pairunan, dkk (1985) yang
menyatakan bahwa tiap profil mengalami perbedaan.Hal ini bergantung pada
faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti waktu, lokasi dan faktor
pembentuknya.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah,dibedakan atas dua golongan
yaitu faktor pembentuk tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentuk tanah
secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa yang meliputi
bahan induk, topografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor pembentuk tanah
secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja pada massa
tanah yaitu iklim dan makhluk hidup (Hanafiah, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Lapisan I mempunyai kedalaman 30 cm, memiliki tekstur kerikil dan liat,
struktur kasar, konsistensi rapu dan lembab, pori-pori banyak dan kasar.
2. Lapisan II mempunyai kedalaman 50 cm, memiliki tekstur berlumpur, struktur
kasar, konsistensi rapu dan lembab, pori-pori beberapa dan sedang.
3. Lapisan III mempunyai kedalaman 30 cm, memiliki tekstur berlumpur, liat
dan lempung, struktur kasar, konsistensi rapu dan lembab, pori-pori sedikit
dan kasar.
4. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim
(khusus suhu dan curah hujan), pengaruh curah hujan, pengaruh temperatur,
jasad hidup, bahan induk, topografi daerah, dan waktu yang diperlukan bahan
induk untuk membentuk tanah.
5.2 Saran

Sebaiknya dalam melaksanakan praktikum kita harus benar-benar serius agar hasil
dari praktikum ini akurat dan terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA

Foth, D Henry.1985. Dasar-dasar ilmu tanah. Gadjahamadah Univercity,


Yogyakarta.

Guswono, S. 1982. Sifat dan Ciri Tanah. Kansisus Yogyakarta.

Hakim, N. M. Y. 1982. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung :


Lampung.

Hanafiah, K.A. 2008. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit PT RajaGrafindo


Persada : Jakarta

Hardjowigeno, Sarwono. Ilmu Tanah. Sifat-sifat Kimia Tanah. “Penetapan pH


Tanah”. 2010. Jakarta

Madjid, Abdul.2007. Biologi Tanah. Gramedia : Jakarta

Pairunan, A. K, dkk. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKPT INTIM. Ujung


Pandang.

Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah konsep dan kenyataan. Penerbit
Kaanisius: Yogyakarta.

Sutedjo M.M, Kartasapoetra. 2010. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta :Jakarta.

Tan, K. H. 1992. Dasar-dasar Kimia Tanah (terjemahan). Gadja Mada Univ.


Press, Bulaksumur Yogyakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1. Penggalian profil Gambar 2. Meteran bar

Gambar 3. Metode feeling

Anda mungkin juga menyukai