Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang


sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya
berkaitan dengan penuaan (Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih
dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang
berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan
melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006)
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan

B. jenis –jenis katarak


Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satu- satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang
semakin kabur.
2. Katarak anak- anak
Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.
Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya
walaupun mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh
penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai
sindrom.
2. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait
dengan sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama
disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun tembus. Penyyebab
lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda
asing di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa
menjadi putih segera setelah masuknya benda asing karena lubang
pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-
kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

3. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub
kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit-
penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan katarak
adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan
pelepasan retina.
4. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan
sistemik berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.
5. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun
1930-an sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk
menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik
secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan
lensa.
6. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi
katarak ekstrakapsular

C. Patosiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi
yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada
kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak
seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.

D. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami
katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di
dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus
ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan
subkapsularis lensa.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan


air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai
terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau
lensa keruh.

Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi


progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata
berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi
berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat.


Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari,
efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang
menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya
katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,
indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat
mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak
komplikata (Ilyas, 2006) .

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang


berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-
obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

F.Manifestasi Klinik
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien
melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah
menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah
melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-
abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan
mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan
langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau
kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari (Smeltzer, 2001).

Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium


yaitu: insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.

Insipiens Matur Imatur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normla Bertambah Nor mal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

Depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka

Mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,

Glaukoma
F. Penatalaksanaan

Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau
mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan (James,
2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan
tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan
dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur, matur, dan
hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit yang dapat terjadi
(Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan


penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior, diikuti
oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi harus dijahit.
Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui
insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior (fakoemulsifikasi).

G. FAKTOR DAN PENYEBAB TERJADINYA KATARAK


Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut, namun katarak juga
dapat diakibatkan oleh kelainan kongenital (Tamsuri, 2004). Banyak faktor
dikaitkan dengan katarak, yaitu umur sebagai faktor utama, dan faktor lainnya
antara lain penyakit diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar
ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alkohol, nutrisi, merokok, tingkat sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Tana dkk., 2009)

1. Umur

Bertambahnya umur harapan hidup di seluruh dunia, khususnya dinegara


berkembang, menyebabkan bertambah banyaknya jumlah orang tua secara cepat.
Hal ini dapat menimbulkan fenomena pertambahan kasus katarak, karena dengan
sendirinya jumlah kebutaan karena katarak akan bertambah banyak. Katarak senilis
(lebih dari 40 tahun) merupakan penyebab yang terbanyak penurunan penglihatan
pada orang usia lanjut. Pada penelitian cross sectional dikatakan bahwa prevalensi
katarak sekitar 50 % pada usia antara 65 smpai 74 tahun dan meningkat 70 % pada
usia di atas 75 tahun (Wisnujono, 2004).
2. Jenis kelamin

Menurut Rasyid, dkk (2010) kejadian katarak lebih banyak terjadipada


perempuan dari pada laki-laki, ditujukan dengan hasil penelitian yang menemukan
114 orang (71,7%) penderita katarak berjenis kelamin perempuan, sedangkan 57
orang (63,4%) penderita katarak berjenis kelamin laki-laki.
3. Katarak erat kaitannya juga dengan pekerjaan yang berada di luar gedung,
dimana sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor risiko terjadinya katarak.
4. Pendapatan dikaitkan dengan status sosial ekonomi yang rendah.
Seseorang dengan tingkat ekonomi yang rendah dalam hal penghasilan
memiliki ketidakmampuan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi setiap harinya.
Status ekonomi juga dihubungkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan
seseorang yang berkaitan dengan kemauan untuk mencari informasi mengenai
pengobatan katarak, sehingga munculnya tanda-tanda akan terjadinya katarak tidak
disadari oleh seseorang karena dirasakan masih belum menganggu. Pada umumnya
seseorang akan mengunjungi tempat pelayanan kesehatan mata setelah merasa
terganggu pada matanya. Selain itu juga penderita katarak yang berasal dari
golongan ekonomi rendah tidak akan mampu mengobati penyakitnya ke rumah
sakit atau klinik swasta yang mahal, sehingga pengobatan katarak tidak menjadi
prioritas bagi mereka. Jarak yang jauh dari sarana pelayanan menyebabkan ongkos
transportasi dan biaya untuk keluarga yang mengantar menjadi mahal (Pujiyanto,
2004).
5. Diabetes Melitus dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, salah
satunya adalah katarak. peningkatan enzim aldose reduktase dapat mereduksi gula
menjadi sorbitol, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan osmotik sehingga serat
lensa lama-kelamaan akan menjadi keruh dan menimbulkan katarak (Pollreisz dan
Erfurth, 2010).
6. Merokok Dari beberapa faktor risiko terjadinya katarak, salah satunya adalah
merokok. Rokok berperan dalam pembentukan katarak melalui dua cara yaitu,
pertama paparan asap rokok yang berasal dari tembakau dapat merusak membrane
sel dan serat-serat yang ada pada mata. Ke dua yaitu, merokok dapat menyebabkan
antioksidan dan enzim-enzim di dalam tubuh mengalami gangguan sehingga dapat
merusak mata (United For Sigth, 2003 ) Pada penelitian dengan menggunakan
kasus-kontrol, di mana kasus sebanyak 54 orang dan kontrol 35 orang, hasil uji
multivariat (OR=2,287) menunjukkan hubungan merokok dapat meningkatkan
kejadian katarak 2 k

I. CARA MENCEGAH TERJADINYA KATARAK

Katarak dapat dicegah, di antaranya dengan:

1. Menjaga kadar gula darah selalu normal

Pada penderita diabetes mellitus, senantiasa menjaga kesehatan mata,


mengonsumsi makanan yang dapat melindungi kelainan degeneratif pada mata dan
antioksidan seperti buah-buahan banyak yang mengandung vitamin C, minyak
sayuran, sayuran hijau, kacang-kacangan, kecambah, buncis, telur, hati dan susu
yang merupakan makanan dengan kandungan vitamin E, selenium, dan tembaga
tinggi. Vitamin C dan E dapat memperjelas penglihatan. Vitamin C dan E
merupakan antioksidan yang dapat meminimalisasi kerusakan oksidatif pada mata,
sebagai salah satu penyebab katarak. (Masyarakat 2012).

Katarak yang disebabkan oleh faktor resiko lain dapat diusahakan

pencegahannya, misalnya dengan memberikan perlindungan khusus pada mata


seperti topi atau kacamata untuk menghindari radiasi sinar ultra violet.

3. Menghindari cedera pada mata atau prilaku merokok dan minum alkohol.
Upaya pencegahan ini dibutuhkan untuk menghindari datangnya katarak pada usia
dini. Dari dibandingkan dengan yang tidak merokok

H. Komplikasi
A. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang
merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan
ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang
mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
B. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
C. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi Influx air ke dalam Mematahkan serabut
DAFTAR PUSTAKA

Masyarakat, S.K., 2012. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KATARAK DEGENERATIF DI RSUD BUDHI
ASIH TAHUN 2011 SKRIPSI UNIVERSITAS
INDONESIA

Mata, D.S., 2010. Prevalensi kebutaan akibat katarak di kabupaten tapanuli


selatan tesis dokter spesialis mata.

Arief mansjoer (2010), kapita selekta kedokteran, edisi 4, jakarta : medis


aesculapius.

Pearce, evelyn C, anatomi dan fisiologis untuk para medis, cetakan kedua
puluh sembilan. Jakarta. Pt. Gramedia pustaka utama. 2006.p.141-142

Ilyas s, tansil M and salamun ZA, Sari ilmu penyakit mata. Jakarta: balai
penerbit FK UI 2000

Smeltzer, S.C Bare, B, G, 2001. “buku ajar keperawatan medikal-bedah


brumer& suddarth. Vol. 2 E/8”EGC:jakarta

Anda mungkin juga menyukai