Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi stunting

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu
yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang
tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil
pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan
pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah.

B.Ciri-ciri stunting

Menurut Kemenkes RI, balita pendek atau stunting bisa diketahui bila seorang balita sudah diukur
panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasil pengukurannya ini berada
pada kisaran di bawah normal.

Seorang anak termasuk dalam stunting atau tidak ini tergantung dari hasil pengukuran tersebut. Jadi
tidak bisa hanya dikira-kira atau ditebak saja tanpa pengukuran.

Selain tubuh berperawakan pendek dari anak seusianya, ada juga ciri-ciri lainnya yakni:

a. Pertumbuhan melambat

b. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya

c. Pertumbuhan gigi terlambat

d. buruk pada kemampuan fokus dan memori belajarnya

e. Pubertas terlambat

e. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan kontak mata terhadap orang di
sekitarnya

C.Penyebab stunting

1. Berat badan lahir rendah

Menurut Kemenkes RI, berat badan bayi baru lahir yang normal adalah 2.500–4.000 gr. Bayi dikatakan
memiliki berat badan lahir rendah jika berat lahirnya kurang dari 2.500 gr. Hasil penelitian menyatakan
bahwa bayi yang memiliki berat lahir rendah memiliki kecenderungan untuk menjadi stunting, memiliki
sistem kekebalan tubuh rendah, dan IQ yang lebih rendah.
Faktor yang memengaruhi berat badan lahir rendah pada bayi adalah status gizi ibu yang buruk sebelum
hamil, postur tubuh ibu pendek, dan kurangnya asupan gizi ibu selama hamil. Maka untuk mencegah
bayi lahir dengan berat badan yang kurang, pastikan status gizi Mums sebelum hamil sudah baik, dan
patuhi syarat kenaikan berat badan saat hamil setiap bulan.

2. Tidak mendapatkan ASI eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian ASI kepada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya, tanpa
menambahkan atau menggantinya dengan makanan dan minuman lain, termasuk air putih. ASI adalah
makanan terbaik untuk bayi, karena kandungannya baik bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi,
serta mengandung zat untuk kekebalan tubuh dan perlindungan pada sistem pencernaan.

ASI merupakan sumber protein yang berkualitas baik, yang dapat memenuhi ¾ kebutuhan protein bayi
usia 6–12 bulan. Selain itu, ASI juga mengandung hormon pertumbuhan yang bermanfaat bagi bayi.

Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan, pemberian ASI eksklusif sangat berkaitan dengan kejadian
stunting pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak yang stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif. Pemberian
makanan pendamping ASI (MPASI) dini (sebelum anak berusia 6 bulan) juga berhubungan dengan
kejadian stunting pada anak.

Hal ini disebabkan karena pada saat ASI dihentikan, anak tidak mendapatkan zat kekebalan yang
terkandung dalam ASI. Sedangkan jika MPASI yang diberikan tidak higenis atau anak belum siap
mengonsumsi makanan, ia akan terkena infeksi.

3. Kekurangan asupan energi dan protein

Asupan energi dan protein yang kurang pada anak dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat,
sehingga terjadi stunting. Pada 6 bulan pertama setelah lahir, Mums harus menjaga asupan makanan
Mums, karena sumber energi dan protein bayi hanya dari ASI yang Mums berikan.

Kualitas dan kuantitas ASI sangat bergantung pada asupan Mums. Karenanya, Mums jangan buru-buru
berdiet setelah melahirkan, ya. Setelah 6 bulan, Mums sudah boleh memperkenalkan makanan
pendamping ASI (MPASI) untuk si Kecil.

Nah pada saat ini, Mums harus sangat memperhatikan apakah asupan energi dan protein si Kecil sudah
cukup atau belum. Karena asupan yang kurang dapat menyebabkan anak mengalami gangguan
pertumbuhan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah si Kecil mendapatkan asupan yang cukup
adalah dengan rutin menimbang dan mengukur tinggi badan bayi setiap bulannya, baik ke posyandu
maupun ke dokter anak.

4. Tidak imunisasi

Imunisasi dapat menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi yang dapat melawan agen infeksi
atau menyediakan perlindungan sementara melalui pemberian antibodi. Pemberian imunisasi pada anak
memiliki tujuan penting, yaitu untuk mengurangi risiko anak terinfeksi dan mencegah kematian pada
anak, misalnya akibat TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, hepatitis B, dan sebagainya.

Status imunisasi anak ditemukan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian stunting. Hal
ini disebabkan karena ketika anak terkena penyakit, akan terjadi perubahan dalam asupan zat gizi,
seperti muntah, tidak nafsu makan, dan terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Ketika kebutuhan zat gizi
anak tidak terpenuhi, akan terjadi gagal tumbuh yang mengakibatkan stunting.

Penyakit infeksi yang banyak terjadi pada anak adalah diare dan infeksi saluran pernapasan (ISPA). Diare
dapat terjadi karena pembengkakan pada saluran pencernaan, infeksi, pengaruh obat, makanan,
maupun kerusakan pada permukaan usus. Diare yang terjadi pada anak dapat berbahaya karena
menyebabkan tubuh kehilangan cairan dalam jumlah banyak dan zat gizi tidak dapat terserap dengan
baik.

Sedangkan anak yang menderita ISPA dapat memengaruhi asupan zat gizi, seperti muntah, tidak nafsu
makan, dan terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi. Penyakit infeksi yang terjadi dalam 2 tahun pertama
kehidupan meningkatkan risiko terjadinya stunting.

Untuk mencegah si Kecil mengalami stunting, pastikan status gizi Mums sebelum hamil dan pantau
kenaikan berat badan saat hamil. Jangan lupa berikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, lalu lanjutkan sampai
2 tahun dengan ditambahkan MPASI yang berkualitas untuk mencukupi kebutuhannya. Lengkapi status
imunisasinya, hindari dari penyakit infeksi, dan ukur status gizi anak setiap bulannya di posyandu
maupun dokter anak sampai usia anak mencapai 5 tahun.

D. Pencegahan stunting

Stunting pada anak dapat dicegah sejak masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun, atau disebut
juga sebagai periode 1000 hari pertama kehidupan. Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengurangi risiko anak mengalami stunting:

a. Cukupi kebutuhan zat besi, yodium, dan asam folat

Zat besi, asam folat, dan yodium merupakan nutrisi penting yang wajib dipenuhi ibu hamil untuk
mencegah stunting. Kekurangan zat besi dan asam folat dapat meningkatkan risiko anemia pada ibu
hamil. Anak yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih berisiko mengalami stunting.

Ibu hamil bisa mendapatkan ketiga nutrisi ini dengan mengonsumsi telur, kentang, brokoli, makanan laut,
pepaya, dan alpukat. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengonsumsi vitamin prenatal sesuai anjuran dokter.

b. Hindari paparan asap rokok

Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil harus berhenti merokok dan
menghindari paparan asap rokok. Paparan asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur
atau memiliki berat badan kurang.
Jika ada anggota keluarga yang merokok di rumah, sebaiknya ibu hamil memintanya untuk tidak merokok
di dalam rumah. Namun, jika ibu hamil sedang berada di luar rumah, paparan asap rokok dapat dicegah
dengan mengenakan masker .

c. Rutin melakukan pemeriksaan kandungan

Rutin melakukan pemeriksaan kandungan adalah hal yang tidak kalah penting dalam mencegah stunting.
Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup
dan mendeteksi jika ada komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi kehamilan
dapat semakin cepat diatasi.

Kemudian setelah bayi lahir, lanjutkan upaya pencegahan stunting dengan memberikan ASI eksklusif
selama 6 bulan untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya. Setelah berusia lebih dari 6 bulan, bayi
dapat diberikan tambahan nutrisi berupa makanan pendamping ASI (MPASI).

Beragam faktor lingkungan seperti kebersihan lingkungan, pola pemberian makan, dan angka kejadian
infeksi pada anak juga berperan terhadap risiko anak terkena stunting. Untuk itu, pastikan makanan yang
diberikan pada Si Kecil telah dipersiapkan dengan baik, sehingga terjamin kebersihannya.

Jangan lupa berikan anak imunisasi sebagai upaya perlindungan terhadap berbagai penyakit infeksi,
terutama imunisasi dasar sesuai anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Jika orang tua melihat Si Kecil memiliki perawakan yang lebih pendek dibanding anak sebayanya,
sebaiknya bawa ia ke dokter anak untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang terbaik

Anda mungkin juga menyukai