Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA

ADSORPSI PADA LARUTAN

Disusun oleh:

Kelompok D-5

Stella Natassa/6103016097

Vincentius Kenyanto/6103016098

Selasa, 5 September 2017

Johanna Wibisono

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

2017
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan secara kuantitatif sifat-sifat adsorpsi dari suatu bahan adsorpsi.

II. DASAR TEORI


2.1.Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses pemisahan secara efektif terhadap suatu komponen
atau zat pengotor yang terkandung dalam fluida dengan cara mengontakkan fluida
tersebut dengan adsorben padatan (McKay, 2003).
Tingkat adsorpsi sangat tergantung pada sifat alami spesifik dari suatu padatan
penyerap (adsorben) dan molekul sebagai adsorban, dan juga bergantung pada
konsentrasi atau tekanan dan pada temperatur. Suatu adsorben dengan massa dan luas
permukaan tertentu dapat menyerap adsorban di sekitar adsorben tergantung pada
tekanan atau konsentrasi absorban. Saat senyawa penyerap dibiarkan kontak dengan
gas atau larutan, jumlah adsorben akan meningkat secara teratur, dan konsentrasi
molekul di sekitarnya akan menurun hingga kecepatan desorpsi sama dengan
kecepatan adsorpsi dan tercapailah kesetimbangan (Glasstone,1940).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi menurut Perry (1973), yaitu:

1. Proses pengadukan
Kecepatan adsorpsi selain dipengaruhi oleh film diffusion dan pore diffusion
juga dipengaruhi oleh pengadukan. Jika proses pengadukan relatif kecil maka
adsorben sukar menembus lapisan film antara permukaan adsorben dan film
diffusion yang merupakan faktor pembatas yang memperkecil kecepatan
penyerapan. Dan jika pengadukan sesuai maka akan menaikkan film diffusion
sampai titik pore diffusion yang merupakan faktor pembatas dalam sistem batch
dilakukan pengadukan yang tinggi.
2. Karakteristik Adsorbant
Adsorpsi dipengaruhi oleh dua sifat permukaan yaitu energi permukaan dan
gaya tarik permukaan. Oleh karena itu sifat fisik yaitu ukuran partikel dan luas
permukaan merupakan sifat yang terpenting dari bahan yang akan digunakan
sebagai adsorben.
3. Kelarutan adsorbant
Proses adsorpsi terjadi pada molekulmolekul yang ada dalam larutan harus
dapat berpisah dari cairannya dan dapat berikatan dengan permukaan adsorben.
Sifat unsur yang terlarut mempunyai gaya tarik-menarik terhadap cairannya yang
lebih kuat bila dibandingkan dengan unsur yang sukar larut. Dengan demikian
unsur yang terlarut akan lebih sulit terserap pada adsorben bila dibandingkan
dengan unsur yang tidak larut.

Persamaan yang diterapkan pada adsorpsi zat terlarut oleh zat padat ada 2 jenis :

1. Persamaan Isoterm Freundlich


𝑥 𝑥 1
= 𝑘. 𝐶 −𝑛 𝑙𝑜𝑔 𝑚 = 𝑛 log 𝐶 + log 𝑘
𝑚

Keterangan :
x = massa zat yang diadsorpsi
m = massa adsorben
C =konsentrasi zat keseimbangan
n,k = tetapan.
Grafik log y terhadap log C, berupa garis lurus.
2. Persamaan Isoterm Langmuir
Persamaan ini dapat diterapkan untuk adsopsi monolayer pada
permukaan zat padat yang homogen.
𝑥 𝑏𝐾𝐶 𝐶 1 𝐶
= = +
𝑚 (1 + 𝐾𝐶) 𝑋⁄𝑚 𝐾𝑏 𝑏
Keterangan:
x = berat zat yang diadsorpsi.
M =berat adsorben
c = konsentrasi zat yang tidak diadsorpsi
b = kapasitas adsorpsi maksimum

K = kekuatan ikatan(energi ikatan pada proses adsorpsi)

2.2.Karbon Aktif
Allport (1997) dalam Khuluk (2016) menyatakan bahwa karbon aktif merupakan
senyawa karbon amorf yang dapat dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung
karbon atau dari arang yang diperlakukan dengan cara khusus untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Karbon aktif bersifat hidrofobik, yaitu molekul pada
karbon aktif cenderung tidak bisa berinteraksi dengan molekul air. Karbon aktif
diperoleh dengan proses aktivasi. Proses aktivasi merupakan proses untuk
menghilangkan zat-zat pengotor yang melapisi permukaan arang sehingga dapat
meningkatkan porositas karbon aktif. Luas permukaan adalah salah satu sifat fisik dari
karbon aktif. Semakin luas permukaan pori-pori dari karbon aktif, maka daya serapnya
semakin tinggi.

III. ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Erlenmeyer 250 mL  Timbangan kasar
 Corong  Timbangan analitis
 Buret  Pipet volume 10 mL dan 50
 Statif + klem buret mL
 Botol timbang  Stopwatch
 Beaker glass100 mL dan 1 L  Botol semprot
 Labu takar 100 mL  Pengaduk kaca
 Bulb  Pipet tetes

Bahan:
 Asam asetat 1N
 Akuades
 Karbon aktif
 NaOH 0,5N
 Indikator PP
 Asam oksalat 0,5 N
 Kertas saring
 Kertas saring whatmann
 Kertas timbang
 Aluminium foil
IV. SKEMA KERJA
a. Pembuatan Asam Oksalat(H2C2O4.2H2O) 0,5 N 100 mL
𝑚 1000
𝑁 = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑚𝑟 𝑣
𝑚 1000
0,5 = 2
126,07 100
𝑚 = 3,1518 𝑔𝑟𝑎𝑚
2,8366 g > 3,1518 g > 3,4670 g

Penimbangan kasar 3,15 gram H2C2O4.2H2O (kertas timbang)

Penimbangan analitis 3,1518 gram H2C2O4.2H2O (botol timbang)

Dimasukan ke beaker glass 100mL

Pembilasan botol timbang sampai bersih dengan akuades hingga ±


½ dari larutan yang ingin dibuat (50mL)

Pemasukan ke labu takar 100mL dengan bantuan corong dan


pengaduk

Pembilasan beaker glass denganakuades hingga bersih ( ± 1cm dibawah garis


tanda labu takar)

Pemipetan akuades hingga garis tanda

Pembersihan leher dalam labu takar menggunakan pengaduk


yang telah dililit kertas saring

Penutupan labu takar

Penghomogenan

b. Pembuatan NaOH 0,5 N 500 mL


𝑚 1000
𝑁 = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑚𝑟 𝑣
𝑚 1000
0,5 = 1
40 500
𝑚 = 10 gram

Penimbangan kasar 10,00 gram NaOH (beaker glass100 mL)

Penyiapan 500 mL akuades di dalam beaker glass 1 L

Pemasukan 10,00 g NaOH yang telah ditimbang ke dalam


beaker glass yang telah berisi akuades

Penghomogenan (pengadukan)

c. Standarisasi NaOH 0,5 N dengan Asam Oksalat 0,5 N

Pemipetan 10,0 mL asam oksalat

Pemasukan ke erlenmeyer 250ml

Penambahan 5 tetes indikator pp

Pemasukan 25 ml NaOH ke dalam buret dengan


bantuan pengaduk dan corong

Penitrasian H2C2O4 dengan NaOH hingga berwarna merah


muda stabil

Penitrasian duplo ( selisih 0,05 ml)

Perhitungan N NaOH

N NaOH

d. Pembuatan Asam Asetat (CH3COOH) dengan konsentrasi 0,1 N; 0,2 N; 0,4 N;


0,6 N; 0,8 N
1. Pembuatan Asam Asetat 1 N 200 mL dari asam cuka glasial
𝜌 𝑥 10 𝑥 %
𝑁 = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑚𝑟
1,05 𝑥 10 𝑥 100
𝑁 = 1
60,05
𝑁 = 17,4854 𝑁

𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
17,4854 𝑥 𝑉1 = 1𝑁 𝑥 200 𝑚𝐿
𝑉1 = 11,4 𝑚𝐿

Pemipetan 11,4 mL asam cuka glasial

Pemasukan ke beaker glass 250 mL

Penambahan air hingga mencapai garis 200 mL

Penghomogenan (pengadukan)

CH3COOH 1N

2. CH3COOH0,1 N 100 mL dari CH3COOH 1 N


𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 𝑉1 = 0,1𝑁 𝑥 100 𝑚𝐿
𝑉1 = 10 𝑚𝐿
3. CH3COOH0,2 N 100 mLdari CH3COOH 1 N
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 𝑉1 = 0,2𝑁 𝑥 100 𝑚𝐿
𝑉1 = 20 𝑚𝐿
4. CH3COOH0,4 N 100 mLdari CH3COOH 1 N
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 𝑉1 = 0,4𝑁 𝑥 100 𝑚𝐿
𝑉1 = 40 𝑚𝐿
5. CH3COOH0,6 N 100 mLdari CH3COOH 1 N
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 𝑉1 = 0,6𝑁 𝑥 100 𝑚𝐿
𝑉1 = 60 𝑚𝐿
6. CH3COOH0,8 N 100 mLdari CH3COOH 1 N
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
1𝑁 𝑥 𝑉1 = 0,8𝑁 𝑥 100 𝑚𝐿
𝑉1 = 80 𝑚𝐿

Pemasukan 100 mL air ke dalam labu takar hingga garis tanda

Penuangan ke beaker glass

Penandaan beaker glass menggunakan spidol OHP

Pembuangan air dalam beaker glass

Pemipetan 10mL,20mL,40mL,60mL,80mL Asam Asetat 1N

Pemasukan ke beker glass

Penambahan akuades hingga mencapai garis tanda beaker


glass

Penghomogenan (pengadukan)

e. Titrasi Asam Asetat (sebelum adsorpsi) dengan NaOH

Pemipetan 10 ml CH3COOH 0,1N ; 0,2N ; 0,4N ; 0,6N ; 0,8N

Pemasukan kedalam erlenmeyer 250 mL

Penambahan 5 tetes indokator PP

Pemasukan 25 mL NaOH ke dalam buret dengan


menggunakan corong dan pengaduk

Penitrasian tiap konsentrasi CH3COOH dengan NaOH hingga berwarna


merah muda stabil

Penitrasian duplo (selisih 0,05ml)

Perhitungan N CH3COOH

N CH3COOH sebelum adsorpsi


f. Titrasi Asam Asetat (sesudah adsorpsi) dengan NaOH

Pemipetan 50 ml CH3COOH 0,1N ; 0,2N ; 0,4N ;0,6N ;


0,8N

Pemasukan ke dalam beaker glass 100 mL

Penimbangan 1 gram adsorben

Pemasukan ke beaker glass

Penutupan dengan aluminium foil

Pengadukan

Pendiaman selama 10 menit

Penyaringan

Filtrat

Pemipetan 10 mL filtrat 0,1 N; 0,2N; 0,4N; 0,6N; 0,8N

Pemasukan ke erlenmeyer 250mL

Pengisian buret dengan NaOH 0,5N

Penitrasian filtrat dengan NaOH 0,5 N

Perhitungan N filtrat

N CH3COOH setelah adsorpsi

V. REAKSI
a. Standarisasi NaOH dengan H2C2O4
2NaOH(aq) + H2C2O4(aq) Na2C2O4(aq) + H2O(l)
b. Titrasi CH3COOH dengan NaOH
NaOH(aq) + CH3COOH(aq)CH3COONa(aq) + H2O(l)

VI. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


 Penimbangan H2C2O4
Berat kertas timbang (kasar) = 0,27 gram
Berat kertas timbang + zat (kasar) = 3,34 gram
Berat botol timbang (analitis) = 12,6666 gram
Berat botol timbang + zat (analitis) = 15,7600 gram
Berat zat (analitis) = 3,0934 gram

𝑚 1000
𝑁 = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
𝑚𝑟 𝑣
3,0934 1000
𝑁 = 2
126,07 100
𝑁 = 0,4907 𝑁

 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4


Volume H2C2O4 Volume NaOH
N H2C2O4(N) N NaOH (N)
(mL) (mL)
10,0 0,4907 10,10 0,4858
10,0 0,4907 10,15 0,4834
Rata-rata 0,4846

𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2 𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2
0,4907 𝑥 10,0 = 𝑁2 𝑥 10,10 0,4907 𝑥 10,0 = 𝑁2 𝑥 10,15
𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,4858 𝑁 𝑁𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,4834 𝑁

N NaOH rata-rata = (0,4858+0,4834)/2


N NaOH rata-rata = 0,4846 N

 Penimbangan adsorben (karbon aktif)


Berat kertas Berat kertas
Berat kertas
Konsentrasi timbang + zat timbang + zat Berat zat (g)*
timbang (g)
(g) sisa (g)
0,1 N 0,3874 1,3898 0,3916 0,9982
0,2 N 0,3725 1,3855 0,3782 1,0073
0,4 N 0,3935 1,4277 0,3959 1,0318
0,6 N 0,3707 1,3812 0,3773 1,0039
0,8 N 0,2670 1,2683 0,2726 0,9957
*Berat zat = (berat kertas timbang + zat) – (berat kertas timbang + zat sisa)
 Titrasi NaOH dengan CH3COOH sebelum adsorpsi
V NaOH N CH3COOH V CH3COOH
N NaOH (N) Rata-rata
(mL) (N) (mL)
0,4846 2,00 0,0969 10,0
0,0969
0,4846 2,00 0,0969 10,0
0,4846 4,05 0,1963 10,0
0,1975
0,4846 4,10 0,1987 10,0
0,4846 8,25 0,3998 10,0
0,4010
0,4846 8,30 0,4022 10,0
0,4846 11,95 0,5791 10,0
0,5803
0,4846 12,00 0,5803 10,0
0,4846 16,00 0,7705 10,0
0,7681
0,4846 16,00 0,7657 10,0
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2 𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2

0,4846 𝑥 2,00 = 𝑁2 𝑥 10,0 0,4846 𝑥 2,00 = 𝑁2 𝑥 10,0


𝑁2 = 0,0969 𝑁 𝑁2 = 0,0969 𝑁

N CH3COOH rata-rata = (0,0969+0,0969)/2


N CH3COOH rata-rata = 0,0969 N

 Titrasi NaOH dengan CH3COOH setelah adsorpsi dengan karbon aktif


V NaOH N CH3COOH V CH3COOH
N NaOH (N) Rata-rata
(mL) (N) (mL)
0,4846 1,60 0,0775 10,0
0,0788
0,4846 1,65 0,0800 10,0
0,4846 3,70 0,1793 10,0
0,1781
0,4846 3,65 0,1769 10,0
0,4846 7,50 0,3635 10,0
0,3635
0,4846 7,50 0,3635 10,0
0,4846 11,10 0,5379 10,0
0,5391
0,4846 11,15 0,5403 10,0
0,4846 15,20 0,7366 10,0
0,7378
0,4846 15,25 0,7390 10,0
𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2 𝑁1 𝑥 𝑉1 = 𝑁2 𝑥 𝑉2

0,4846 𝑥 1,60 = 𝑁2 𝑥 10,0 0,4846 𝑥 1,65 = 𝑁2 𝑥 10,0


𝑁2 = 0,0775 𝑁 𝑁2 = 0,0800 𝑁

N CH3COOH rata-rata = (0,0775+0,0800)/2


N CH3COOH rata-rata = 0,0788 N
Berat C sebelum C sesudah C
karbon adsorpsi adsorpsi/kesetim- Selisih V NaOH teradsorpsi
aktif (g) (N) bangan (N) (N)
0,9982 0,0969 0,0788 2,00 – 1,63 0,0036
1,0073 0,1975 0,1781 4.08 – 3,68 0,0039
1,0318 0,4010 0,3635 8,28 – 7,50 0,0076
1,0039 0,5803 0,5391 11,98 – 11,13 0,0082
0,9957 0,7681 0,7378 16,00 – 15,23 0,0075

Berat karbon aktif (g) Massa CH3COOH teradsorpsi atau X (g)


0,9982 0,0108
1,0073 0,0116
1,0318 0,0227
1,0039 0,0247
0,9957 0,0224

𝑋
1. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑟
𝑋
(2,00 − 1,63) 𝑥 0,4846 =
60
𝑋 = 0,0108 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
𝑚𝑟 𝑥 𝑣
0,0108 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
60 𝑥 50 𝑚𝐿
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 0,0036 𝑁

𝑋
2. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑟
𝑋
(4,08 − 3,68) 𝑥 0,4846 =
60
𝑋 = 0,0116 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
𝑚𝑟 𝑥 𝑣
0,0116 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
60 𝑥 50 𝑚𝐿
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 0,0039 𝑁

𝑋
3. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑟
𝑋
(8,28 − 7,50) 𝑥 0,4846 =
60
𝑋 = 0,0227 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
𝑚𝑟 𝑥 𝑣
0,0227 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
60 𝑥 50 𝑚𝐿
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 0,0076 𝑁
𝑋
4. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑟
𝑋
(11,98 − 11,13) 𝑥 0,4846 =
60
𝑋 = 0,0247 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
𝑚𝑟 𝑥 𝑣
0,0247 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
60 𝑥 50 𝑚𝐿
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 0,0082 𝑁
𝑋
5. 𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑟
𝑋
(16,00 − 15,23) 𝑥 0,4846 =
60
𝑋 = 0,0224 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑋 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
𝑚𝑟 𝑥 𝑣
0,0224 𝑥 1000
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 =
60 𝑥 50 𝑚𝐿
𝐶 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑑𝑠𝑜𝑟𝑝𝑠𝑖 = 0,0075 𝑁
 Pola Isoterm Adsorpsi yang Terjadi pada Karbon Aktif (Kurva C kesetimbangan
vs C teradsorpsi)
C Kesetimbangan (N) C teradsorpsi (N)
0,0788 0,0036
0,1781 0,0039
0,3635 0,0076
0,5391 0,0082
0,7378 0,0075
Grafik C Kesetimbangan vs C Teradsorpsi
0.8 0.7378

0.7
0.6 0.5391
y = 101.95x - 0.2486
0.5 R² = 0.7179
0.3635
C Kesetimbangan (N)

0.4
0.3
0.1781
0.2
0.0788
0.1
0
0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 0.006 0.007 0.008 0.009
C Teradsorpsi (N)

C kesetimbangan vs C teradsorpsi Linear (C kesetimbangan vs C teradsorpsi)

 Isoterm Freundlich (log x/m vs log C)


C
𝑥 𝑥
Sampel X (g) m (g) kesetimbangan Log 𝑚 Log C
𝑚
(N)
0,1 N 0,0108 0,9982 0,0788 0,0108 -1,9666 -1,1035
0,2 N 0,0116 1,0073 0,1781 0,0115 -1,9393 -0,7493
0,4 N 0,0227 1,0318 0,3635 0,0220 -1,6576 -0,4395
0,6 N 0,0247 1,0039 0,5391 0,0246 -1,6091 -0,2683
0,8 N 0,0224 0,9957 0,7378 0,0225 -1,6478 -0,1321

Grafik Isoterm Freundlich


0
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0

-0.5

-1
Log X/m

Isoterm Freundlich

-1.6576 -1.6091-1.6478
-1.5 Linear (Isoterm
-1.9666 -1.9393 Freundlich)

y = 0.4104x - 1.543 -2
R² = 0.8544
-2.5
Log C
Dari kurva tersebut, diperoleh persamaan y = 0,4104x – 1,543 dimana dapat
disamakan dengan persamaan:
𝑋 1
log = log 𝐶 + log 𝐾
𝑚 𝑛
1
Nilai dari 𝑛 = 0,4104 dan Log K = -1,543

Maka, K = 0,0286

 Isoterm Langmuir (x/m vs C)


C
𝑥 𝐶
Sampel X (g) m (g) kesetimbangan 𝑋⁄
𝑚 𝑚
(N)
0,1 N 0,0108 0,9982 0,0788 0,0108 7,2963
0,2 N 0,0116 1,0073 0,1781 0,0115 15,4870
0,4 N 0,0227 1,0318 0,3635 0,0220 16,5227
0,6 N 0,0247 1,0039 0,5391 0,0246 21,9146
0,8 N 0,0224 0,9957 0,7378 0,0225 32,7911

Isoterm Langmuir
32.7911
35
30
25 21.9146
C / (X/m)

20 15.487 16.5227
15 y = 33.929x + 5.9275
10 7.2963 R² = 0.9272

5
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
C

Isoterm Langmuir Linear (Isoterm Langmuir)

Dari persamaan y = 33,929x + 5,9275 dapat disamakan dengan:


𝐶 1 𝐶
= +
𝑋⁄ 𝐾𝑏 𝑏
𝑚
Dimana 1⁄𝐾 𝑏 = 5,9275 , 1⁄𝑏 = 33,929
b = 0,0295 ; k = 5,7188
VII. PEMBAHASAN

Dalam percobaan ini digunakan CH3COOH dengan konsentrasi 0,1N ; 0,2N; 0,4N;
0,6N dan 0,8N. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi adsorbat terhadap
adsorpsi. Penggunaan adsorben berupa karbon aktif yang telah berbentuk bubuk lalu
dipanaskan di oven agar kemampuan adsorpsinya masih aktif. Adsorben dalam bentuk
bubuk mempengaruhi luas permukaan adsorben. Dimana semakin kecil-kecil ukuran
adsorben, semakin luas permukaannya sehingga lebih mudah bereaksi dengan adsorbat. Hal
ini disebabkan makin banyaknya tumbukan antar partikel adsorben dan adsorbat.

Pemberian karbon aktif sebanyak ±1 𝑔𝑟𝑎𝑚 seperti pada data pengamatan bertujuan
untuk melihat adanya CH3COOH yang teradsorpsi. Karbon aktif dimasukkan ke larutan
CH3COOH lalu diaduk. Proses pengadukan ini juga mempengaruhi proses adsorpsi. Dimana
saat karbon aktif kurang menyebar, semakin tidak banyak partikel CH3COOH yang dapat
bertumbukan dengan karbon aktif. Selain itu pendiaman selama 10 menit juga memberikan
waktu agar karbon aktif dapat mengadsorpsi CH3COOH.

Perhitungan C teradsorpsi didasarkan pada selisih volume NaOH yang digunakan untuk
menitrasi CH3COOH sebelum dan sesudah adsorpsi. Lalu dicari isoterm Freundlich,
Langmuir, dan isoterm adsorpsi pada karbon aktif. C kesetimbangan merupakan kondisi
dimana konsentrasi adsorben sama dengan konsentrasi larutan adsorbat. Pada kondisi
tersebut, adsorben dianggap tidak dapat mengadsorpsi lagi sehingga untuk C kesetimbangan
digunakan C CH3COOH setelah adsorpsi (sisa yang tidak teradsorpsi).

Dari percobaan dapat dilihat terjadi perbedaan konsentrasi CH3COOH sebelum diberi
karbon aktif dengan sesudah diberi karbon aktif. Hal ini menunjukkan adanya zat adsorbat
(CH3COOH) yang diadsorpsi oleh karbon aktif. Melalui konsentrasi CH3COOH yang
berbeda, kita dapat melihat bahwa kemampuan adsorpsi karbon aktif makin tinggi. Hal ini
dapat disebabkan oleh karbon aktif yang bersifat hidrofobik. Dimana pada larutan yang
konsentrasinya rendah akan banyak terkandung akuades dibandingkan partikel zat
CH3COOH. Sehingga saat konsentrasi CH3COOH tinggi, terdapat lebih banyak partikel
CH3COOH yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif. Namun, pada hasil percobaan dengan
sampel CH3COOH 0,8N terjadi penurunan pada trend kenaikan C teradsorpsi. Hal ini
mungkin disebabkan beberapa hal, seperti berat karbon aktif untuk CH3COOH konsentrasi
0,8 N (0,9957 g) lebih sedikit dibandingkan berat karbon aktif pada CH3COOH 0,6 N
(1,0039 g). Hal ini akan mempengaruhi proses adsorpsi dimana semakin sedikit adsorben
yang bereaksi dengan adsorbat sehingga zat yang teradsorpsi juga lebih sedikit. Selain itu,
kesalahan tersebut juga terjadi karena waktu adsorpsi yang mungkin kurang dari 10 menit
atau lebih cepat daripada konsentrasi CH3COOH yang lainnya. Hal ini mempengaruhi
lamanya kontak adsorben dengan adsorbat sehingga kemungkinan belum semua adsorben
bereaksi untuk mengadsorpsi CH3COOH.

Penggunaan isoterm Freundlich kurang tepat karena memiliki R2 = 0,7179 dimana


kurang dari 0,8. Sedangkan untuk isoterm Langmuir lebih tepat digunakan untuk isoterm
adsorpsi karbon aktif karena memiliki R2 = 0,9272.

VIII. KESIMPULAN

1. Sifat- sifat yang mempengaruhi adsorpsi dari percobaan ini adalah konsentrasi
adsorbat dan berat adsorben. Selain itu, yang dapat mempengaruhi adsorpsi adalah
luas permukaan adsorben.
2. Semakin tinggi konsentrasi adsorben, semakin tinggi juga C yang teradsorpsi.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Allport, H. B. 1997. Activated Carbon. Encyclopedia of Science and Technology. New


York:Mc Graw Hill Book Company.

Glasstone, S. 1940. Textbook of Physical Chemistry. USA: Lancester Press.

McKay, G.,et al. 2003. Applications of Multipore Model for the Mechanism Identification
during the Adsorption of Dye on Activated Carbon and Bagasse Pith. Langmuir (19)
722-730.

Khuluk, R. H. 2016. Pembuatan dan Karakterisasi Karbon Aktif dari Tempurung Kelapa
(Cocous nucifera L.) sebagai Adsorben Zat Warna Metilen Biru. Skripsi S-1. Fakultas
Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.
Perry,R. H. 1973. Perry’S Chemical Engineers’ Handbook, Seventh Edition.New York: Mc
Graw Hill Company.

Anda mungkin juga menyukai