Anda di halaman 1dari 6

TETANUS NEONATARUM

: 067/ /SOP-
No.Dokumen
UKP/PKM-LGK/2019
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : Agustus 2019

Halaman : 1/3
PUSKESMAS Dr.Riesda Nandini Y
LEGOK Nip.197401012008012005

Tetanus adalah penyakit pada sistem syaraf yang disebabkan oleh tetanospasmin.
Tetanospasmin adalah neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani,
ditandai dengan spasme tonik persisten disertai dengan serangan yang jelas dan
keras. Spasme hamper selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang
menyebabkan penutupan rahang (trismus, lockjaw), serta melibatkan tidak hanya
otot ekstremitas, tetapi juga otot-otot batang tubuh.

Tetanus neonatorum terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali
pusat. Gejala ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable, diikuti oleh
kekakuan spasme.
1. Pengertian
Secara global hampir 14% penyebab kematian neonatus adalah tetanus
neonatorum. Tetanus neonatorum bertanggung jawab terhadap 50%
kematian neonatus yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Tetanus neonatorum dapat dicegah dengan imunisasi dan atau
pelayanan persalinan dan pasca persalinan yang bersih. Beberapa penelitian
komunitas di awal tahun

1970 dan 1980 di Negara Amerika Latin dan beberapa Negara berkembang
menunjukkan kematian neonatal antara <5 sampai 60 kasus per 1000 kelahiran
hidup. Di beberapa negara berkembang kematian tetanus neonatorum
merupakan 23-72% dari total kematian neonatal.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan tetanus
neonatorum.
3. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas ABCD Nomor ... tentang Kebijakan Pelayanan
Klinis UPTD Puskesmas ABCD
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4. Referensi HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ Hasil Anamnesis ( Subjective )
langkah-
Keluhan
langkah
Gejala klinis timbul setelah toksin mencapai susunan saraf. Masa inkubasi
umumnya berkisar antara 3-10 hari. Trismus akibat spasme otot masseter
ditemukan pada lebih dari separuh penderita, diikuti kekauan otot leher, kesulitan
menelan dan mulut mencucu seperti mulut ikan. Spasme otot punggung dan otot
perut. Spasme dapat terjadi spontan atau terhadap rangsangan dengan frekuensi
yang bervariasi. Kesadaran masih intak.

Anamnesis

1. Penolong persalinan apakah tenaga medis/paramedis/non medis/dukun


bayi
2. Telah mendapat pelatihan atau belum
3. Alat yang dipakai memotong tali pusat
4. Ramuan apa yang dibubuhkan pada perawatan tali pusat
5. Status imunisasi TT ibu sebelum dan selama kehamilan
6. Sejak kapan bayi tidak dapat menetek (incubation period)
7. Berapa lama selang waktu antara gejala-gejala tidak dapat menetek
dengan gejala spasme pertama (period of onset)

Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)

Pemeriksaan Fisik

1. Kesadaran intak
2. Trismus
3. Kekakuan otot leher, punggung, perut
4. Mulut mencucu seperti mulut ikan
5. Kejang

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk tetanus neonatorum.


Diagnosis utamanya ditegakkan dengan adanya gejala klinis seperti trismus,
disfagia, kekakuan otot (muscular rigidity).

Penegakan Diagnostik (Assessment)


Diagnosis Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang.

Diagnosis Banding

Semua penyebab kejang neonatus seperti Kongenital (cerebral anomalies ),


perinatal (komplikasi persalinan, trauma perinatal & atau perdarahan intracranial)
dan postnatal (Intervensi & gangguan metabolik)

Komplikasi

Fraktur, dislokasi mandibular, hipoksia dan pneumonia aspirasi, Long bone


fractures

PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF (PLAN)

Eradikasi kuman

Tali pusat dibersihkan dengan alcohol 70% atau providon iodin.

Antibiotik

a. Penisilin prokain 50.000 IU/kg/kali IM, tiap 12 jam, atau


b. Ampisilin 50 mg/kg/dosis, atau • Usia gestasi (UG) < 37 minggu
n< 28 hari tiap 12 jam

28 hari tiap 8 jam • UG > 37 minggu

< 7 hari tiap 12 jam

7 hari tiap 8 jam

c. Metronidazole loading dose 15mg/kg/dosis, selanjutnya 7,5mg/kg/dosis,


atau
Interval

• Usia < 28 hari tiap 12 jam

• Usia > 28 hari tiap 8 jam


Pemberian dosis rumatan

UG < 37 minggu 24 jam setelah loading dose

UG > 37 minggu 12 jam setelah loading dose

d. Eritromisin 15-25 mg/kg/dosis tiap 8 jam


Bila ada sepsis/pneumonia dapat ditambahkan sefotaksim 50 mg/kg/dosis

UG < 30 minggu

- <28 hari tiap 12 jam

- >28 hari tiap 8 jam

UG > 30 minggu

< 14 hari tiap 12 jam

- > 14 hari tiap 8 jam

Netralisasi toksin

a. ATS 50.000 – 100.000 IU, setengah dosis IM, setengahnya IV, dilakukan
uji kulit lebih dahulu.
b. Bila tersedia dapat diberikan HTIG 3000-6000 IU IM

Memberikan pelemas otot untuk mengatasi spasme otot Diazepam 20-40


mg/kgBB/hari, drip, dilarutkan dalam larutan dekstrose 5% menggunakan syringe
pump. Obat dibagi menjadi empat sediaan untuk menghindari efek pengendapan
obat diazepam. Hati-hati terjadi henti napas dalam pemberiannya. Bila diazepam
telah mencapai dosis maksimal tetapi spasme tetap tidak teratasi dianjurkan
pemberian pelumpuh otot pankuronium 0,05- 0,1 mg/kgBB/kali dan penggunaan
ventilator mekanik.

Terapi suportif

a. Pemberian oksigen

b. Pembersihan jalan nafas

c. Keseimbangan cairan, elektrolit dan kalori


Imunisasi

Diberikan imunisasi Tetanus Toksoid sesuai dengan jadwal imunisasi diberikan


pada saat penderita pulang.

Konseling dan Edukasi :

1. Pencegahan tetanus neonatorum dapat dilakukan dengan menjaga proses


persalinan tetap aseptic termasuk pada saat pemotongan tali pusat.
2. Imunisasi aktif wanita hamil dengan 2 dosis Tetanus Toksoid 0,5 ml
dengan jarak penyuntikan 2 bulan dapat mencegah terjadinya penyakit
tetanus neonatroum.
Prognosis

1. Ad Vitam : dubia
2. Ad Functionam : dubia
1. 3. Ad Sanationam : dubia

melakukan vital sign menegakan diagnose


Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

6. Bagan Alir

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan

8. Unit terkait Ruang Pelayanan Kesehatan Umum

9. Dokumen
 Rekam medis
Terkait  Kertas resep

10. Rekaman
historis No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai