PENDAHULUAN
Dalam kesehariannya, umat Hindu khususnya umat Hindu di Bali tidak terlepas
dari yang namanya yadnya, dimana yadnya juga berkaitan dengan adanya upacara atau
ritual. Sehingga upacara yang juga merupakan suatu budaya selalu bersumber pada
ajaran agama.
Selain upacara, umat Hindu juga tidak pernah lepas dari yang namanya seni, baik
itu seni tari, seni suara, seni pertunjukan atau teater, dan lain-lain. Sebab, hal itu
merupakan bagian dari ajaran agama. Berdasarkan hal ini, masyarakat sering salah
mengertikan bahwa agama Hindu adalah agama budaya. Padahal jelas sekali agama
berbeda dengan budaya. Dimana agama Hindu bersumber dari wahyu Tuhan.
Sedangkan kebudayaan adalah esensi kehidupan manusia. Dimana budaya merupakan
hasil daya cipta, rasa, dan karsa manusia yang diperoleh melalui proses belajar tetapi
tetap bersumber pada ajaran agama. Sehingga ajaran agama merupakan jiwa dari
budaya Hindu, dengan kata lain kebudayaan Hindu merupakan ekspresi dari ajaran
agama Hindu.
Berpijak dari anggapan tersebut, kami ingin mengkaji lebih jauh tentang
bagaimana ajaran agama dalam hal ini agama Hindu, dalam melahirkan sebuah budaya
sebagai bentuk ekspresi dari pengamalannya.
1
1.3.3. Untuk menjelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya
Hindu.
1.3.4. Untuk menjelaskan implementasi budaya hindu dalam kegiatan keberagamaan
di masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Agama Hindu dapat disebut sebagai isi, nafas, dan dan jiwa dari budaya Hindu
sebagai ekspresi atau gerak aktivitasnya. Agama Hindu sesuai dengan sifat ajarannya
3
senantiasa mendukung dan mengembangkan budaya setempat. Agama Hindu ibarat
aliran sungai, kemana sungai mengalir, di sanalah lembah disuburkan. Budaya dapat
pula dibandingkan sebagai wadah dan agama sebagai air. Warna dan bentuk wadah
menentukan warna dan bentuk air di dalam wadah itu. Demikianlah hubungannya
agama Hindu dengan budaya atau kebudayaan Bali. Perbedaan budaya tidak akan
menimbulkan perbedaan dalam pengamalan ajaran agama oleh umatnya, karena agama
Hindu di manapun dianut oleh pemeluknya, ajarannya selalu sama, universal dan
bersifat abadi.
Agama, budaya dan masyarakat jelas tidak akan berdiri sendiri, ketiganya
memiliki hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya; selaras dalam menciptakan
ataupun kemudian saling menegasikan. Namun, tetap ditegaskan bahwa agama
berbeda dengan budaya. Seperti halnya manusia, tubuh merupakan budaya agama itu
sendiri, sedangkan agama Hindu merupakan jiwa atau rohnya budaya agama tersebut.
Dalam agama Hindu, antara agama dan adat-budaya terjalin hubungan yang
selaras / erat antara satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi. Karenanya
tidak jarang dalam pelaksanaan agama disesuaikan dengan keadaan setempat.
Demikianlah terdapat didalam agama Hindu, perbedaan pelaksanaan agama Hindu
pada suatu daerah tertentu terlihat berbeda dengan daerah yang lainnya. Perbedaan itu
bukanlah berarti agamanya yang berbeda. Agama Hindu di India adalah sama dengan
agama Hindu yang ada di Indonesia, namun kuil atau tempat sucinya dan cara
pelaksanaannya yang akan tampak berbeda.
Antara agama Hindu dan budaya Bali adalah ibarat tenunan benang pada kain
endek Bali, yang sudah saling jalin-menjalin dengan warna dan coraknya yang khas.
Bagi pengamat sepintas, sulit pula membedakan antara Agama Hindu dan budaya Bali.
Oleh karena itu, sering terjadi identifikasi bahwa agama Hindu sama dengan
kebudayaan Bali. Kerancuan ini perlu dijelaskan, bahwa kedudukan Agama Hindu
dalam hubungannya dengan budaya Bali adalah merupakan jiwa dan nafas hidup dari
budaya dan kebudayaan.
Budaya agama sebenarnya adalah suatu penghayatan terhadap keberadaan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa dalam bentuk kegiatan budaya. Sejak munculnya agama
Hindu, usaha memvisualisasikan ajaran agama Hindu kepada umat manusia telah
berlangsung dengan baik. Para rohaniawan Hindu, para pandita, orang-orang suci
mengapresiasikan ajaran yang terdapat dalam kitab suci Weda kedalam berbagai
bentuk simbol budaya. Usaha ini telah terlaksana dari zaman ke zaman. Ajaran yang
4
sangat luhur ini diwujudkan dan disesuaikan dengan desa, kala, dan patra pada waktu
itu.
Kalau dilihat dari fakta sejarah, wujud budaya agama itu dari zaman ke zaman
mengalami perubahan bentuk, namun tetap memiliki konsep yang konsisten. Artinya,
prinsip-prinsip ajaran agama itu tidak pernah berubah yakni bertujuan menghayati Ida
Sang Hyang Widi Wasa. Kepercayaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa, menjadi
sumber utama untuk tumbuh dan berkembangnya budaya agama dan ini pula yang
melahirkan variasi bentuk budaya agama. Variasi bentuk itu disesuaikan dengan
kemampuan daya nalar dan daya penghayatan umat pada waktu itu. Budaya agama
yang dilahirkan dapat muncul seperti “upacara agama”.
Pulau Bali yang kaya akan kebudayaan perlu dipertahankan dan dikembangkan,
tanpa mengubah nilai – nilai asli kebudayaan tersebut. Masyarakat Bali sekarang ini
telah berusaha untuk menanamkan konsep Ajeg Bali. Konsep Ajeg bali merupakan
upaya yang dilakukan oleh masyarakat Bali untuk tetap mempertahankan, menjaga
serta menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaan. Upaya mempertahankan keajegan
budaya Bali memang menjadi tanggung jawab semua masyarakat Bali. Konsep Ajeg
Bali tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat sehari – hari.
Contoh upaya implementasi konsep Ajeg Bali adalah dengan meningkatkan
keterampilan membuat sarana upacara di kalangan remaja Hindu di Bali.
Ajeg Bali merupakan semua bentuk kegiatan yang bercita – cita menjaga identitas
kebalian orang Bali yang dibentuk dengan cara mengartikulasikan Bali sebagai
konsep kebudayaan yang dimaknai sebagai adat agama leluhur. Oleh karena itu, agar
kebudayaan – kebudayaan Bali tetap kokoh maka perlu realisasi dari semua pihak.
Salah satunya remaja Bali sebagai generasi penerus yang akan menerima warisan
kebudayaan dan berkewajiban mempertahankan, menjaga dan melestarikannya.
Kelestarian juga tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu, harus dikembangkan
pula. Melestarikan suatu kebudayaan pun dengan cara mendalami atau paling tidak
mengetahui tentang budaya itu sendiri. Mempertahankan nilai budaya, salah satunya
dengan mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaaan yang kita
alami sekarang ini. Yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya.
5
Sebagai umat Hindu di Bali, kita wajib melestarikan budaya-budaya kita sendiri
agar tidak luntur atau hilang. Contohnya seperti tarian, upacara, dan lain sebagainya.
Secara rinci upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya Hindu antara
lain:
1. Paling tidak kita mengetahui tentang budaya agama kita sendiri sebagai umat
Hindu.
Walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus tetap dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya adalah pementasan-pementasan seni budaya
tradisional di berbagai pusat kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan
secara berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses apabila
didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas
dari media massa termasuk televisi.
6
Bali seperti yang dimaksudkan tadi, umumnya berupa sistem religi dan upacara
keagamaan ataupun kesenian yang tersirat unsur-unsur budaya didalamnya.
Implementasi yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:
Adat, budaya, dan agama di Bali menjadi satu kesatuan yang saling
melengkapi dan memberikan makna dalam tata keagamaan masyarakat Hindu di
Pulau Dewata. Seni budaya selalu mengiringi kegiatan keagamaan baik dalam
bentuk "Panca Yadnya" maupun aktivitas keagamaan lainnya.
Seperti yang kita ketahui Pulau Dewata julukan dari Pulau Bali ini memiliki
banyak sekali kesenian baik itu seni tari dan seni musik (tabuh istilah dalam
bahasa balinya). Seni merupakan unsur utama masyarakat Bali, karena di setiap
upacara agama maupun adat, masyarakat Bali selalu menggunakan tabuh atau
gamelan sebagai pengiring suatu upacara. Seni tabuh dan gamelan pun memiliki
banyak jenis contohnya Gong gede, baleganjur, angklung, rindik, bebatelan dan
masih banyak lagi.
7
Seni tari biasanya digunakan dalam rangkaian upacara agama dan ada juga
yang semata-mata untuk hiburan. Di Bali pada khususnya membedakan adanya
tari sakral dan tari propan, yaitu :
Tari Wali/bali
Tari wali merupakan tari yang dipentaskan sebagai rangkaian dalam
pelaksanaan upacara dan bersifat sakral. Contoh tari wali adalah : Tari Rejang,
Tari Pendet, Tari Baris Upacara, Tari Sang Hyang.
Tari Bebali
Tari Bebali bersifat semi sakral karena selain dipentaskan waktu pelaksanaan
upacara keagamaan juga dapat bersifat sebagai hiburan. Tari Bebali biasanya
memakai lakon dan disajikan sesuai ketentuan, menyesuaikan dengan
perlengkapan menurut masing-masing upacara. Contoh : Seni pewayangan,
Topeng, Gambuh, dan lain-lain.
Tari Balih-Balihan
Tari yang tergolong Balih-balihan adalah semata-mata bertujuan untuk hiburan,
akan tetapi tetap berdasarkan norma-norma seni budaya yang luhur. Contoh: tari
legong, tari oleg, tari cak, janger, drama tari, dan lainnya.
2. Seni Tembang
Dharma Githa merupakan salah satu seni tembang bali. Seni tembang sendiri
memiliki 4 jenis yaitu sekar rare, sekar alit, sekar madya dan sekar agung. Sekar
rare biasanya berbentuk pendek, bebas dan dinyanyikan pada saat anak-anak
bermain yang di sebut dengan madolanan. berbeda dengan sekar rare, sekar
rare/alit sudah terikat dengan aturan yang disebut dengan padalingsa, sekar alit
diantaranya pupuh sinom, ginanti, durma, maskumambang, ginada, dandang gula,
pucung, semarandana, pucung, gambuh, megatruh. Sekar Madya sifatnya lebih
dekat dengan lagu pemujaan pada saat upacara adat maupun agama, dalam sekar
madya juga sudah terikat dengan aturan. Sekar Agung merupakan nyanyian yang
menggunakan bahasa kawi dan biasanya digunakan pada saat upacara keagamaan
dan adat.
8
gambuh. Kesemuanya merupakan warisan budaya yang memiliki peran dan
karakteristik tersendiri dalam kehidupan masyarakat Bali. Sebagai sebuah karya
seni klasik Bali, teater tradisional termasuk karya seni yang cukup bermutu dan
hidup terus, memenuhi hampir seluruh kurun sejarah kehidupan seni budaya di
Bali. Seni teater ini yang merupakan hasil budaya Hindu yang juga biasanya
digunakan dalam pelaksanaan kegiatan keberagamaan di pura seperti piodalan
ataupun upacara saat tumpek wayang.
4. Ogoh-Ogoh
Pada saat "Pangrupukan" atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi, peristiwa
dan prosesinya setiap tahunnya sama yaitu pada setiap Banjar di Bali akan
berlomba dalam hal membuat "ogoh-ogoh" semenarik mungkin. Bila
pembuatannya lebih bernilai seni, rumit, dan lebih mutakhir, maka "ogoh-ogoh"
itu diharapkan bisa menaikkan martabat Banjar yang membuatnya.
9
o Keris
o Beragam ornamen perhiasan
o Udeng (ikat kepala)
o Kain kampuh
o Umpal (selendang pengikat)
Sering pula dikenakan baju kemeja, jas dan alas kaki sebagai pelengkap.
Wanita
Para penari cilik mengenakan gelung, songket dan kain prada. Busana
tradisional wanita umumnya terdiri dari:
o Sabuk prada (stagen), membelit pinggul dan dada
o Selendang songket bahu ke bawah
o Kain tapih atau sinjang, di sebelah dalam
o Beragam ornamen perhiasan
o Gelung (sanggul)
o Sesenteng (kemben songket)
o Kain wastra
Sering pula dikenakan kebaya, kain penutup dada, dan alas kaki sebagai
pelengkap.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Pengertian budaya menurut pandangan agama Hindu adalah sebagai buah atau hasil
dari pikiran baik dalam bentuk seni maupun perilaku manusia. Dalam Hindu,
pelaksanaan kegiatan keagamaan agama Hindu, umat senantiasa
mengimplementasikannya dalam bentuk seni, sehingga dalam pelaksanaan upacara
agama senantiasa dibarengi dengan seni budaya.
2. Keterkaitan agama sebagai inti budaya adalah agama yang menjiwai dari budaya
yang ada, serta budaya menjadi ekspresi dari agama itu sendiri. Seni dan agama
Hindu adalah satu kesatuan yang sulit untuk dapat dipisahkan, karena pelaksanaan
ajaran agama Hindu di lakukan dengan seni.
3. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan budaya Hindu adalah
dengan cara mengetahui tentang budaya agama kita sendiri sebagai umat Hindu,
kemudian mendalami kebudayaan itu. Setelah itu kita harus memperkenalkan
kepada orang lain atau yang belum tahu tentang kebudayaan tersebut syukur-syukur
sampai ke negara lain, membiasakan hal-hal atau kegiatan yang dapat melestarikan
budaya seperti memakai pakaian adat Bali atau bahkan belajar membuat sesuatu
yang berkaitan dengan kegiataan keagamaan, karena pelestarian bisa terjadi karena
kita telah terbiasa dengan kebudayaan tersebut.
4. Implementasi budaya Hindu dalam kegiatan keberagamaan di masyarakat dapat
berupa fakta-fakta dan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat yang
berhubungan dengan penggunaan seni budaya dalam kegiatan keberagamaan seperti
Seni Tari dan Tabuh di Bali, Seni Tembang, Seni Pertunjukkan / Teater Tradisional,
pakaian adat bali dan Ogoh-ogoh.
3.2. Saran
Adapun yang dapat kami sarankan adalah agar masyarakat khususnya kita sebagai umat
hindu agar menjaga dan melestarikan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur kita
dan sebagai umat Hindu di Bali, kita wajib melestarikan budaya-budaya dan tradisi
kitasendiri agar tidak luntur atau hilang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Sahnan. 2009. Hubungan Agama Dan Budaya dalam Hindu. Artikel.
http://www.hindu-dharma.org/2009/06/hubungan-agama-dan-budaya-dalam-hindu/ [diakses
tanggal 24 Desember 2014]
Partadjaja, Tjok Rai dan Luh Asli. 2009. Pendidikan Agama Hindu. Singaraja : Universitas
Pendidikan Ganesha
Sutika, I Ketut. 2013. Seni tari dalam ritual dan budaya Bali. Artikel.
http://www.antaranews.com/berita/374115/seni-tari-dalam-ritual-dan-budaya-bali
[diakses tanggal 28 Desember 2014]
12
DOA PENUTUP
Om anugraha manoharam
devadatta nugrahaka
pranamya suryeswaram
Artinya :
maha pemurah, semoga Tuhan melimpahkan segala anugrah kepada hamba. Ya Tuhan,
pelindung alam semesta, pencipta semua makhluk, ampunilah dosa hamba dan anugrahilah
hamba dengan keberhasilan atas semua karya. Tuhan yang memancarkan sinar suci, ibaratnya
sang surya memancarkan sinarnya, hamba sujud kepada-Mu. Ya Tuhan, semoga damai,
13