Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan didalam hidup seseorang merupakan hal yang penting, namun banyak orang
masih belum menyadari bahwa begitu pentingnya kesehatan didalam kehidupannya. Masyarakat
memiliki hak didalam memperoleh pelayanan kesehatan hal ini berdasarkan Undang-Undang
Dasar 1945 yang tercantum didalam pasal 28 ayat I. Untuk itu diperlukan suatu tindakan yang
harus diambil dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Tindakan yang perlu
bagi masyarakat adalah salah satunya dengan promosi kesehatan dan ilmu perilaku.
Kami telah berusaha mempelajari konsep promosi kesehatan dan ilmu perilaku dari sumber
sumber seperti, dari buku maupun internet. Namun, tidak menutup kemungkinan masih adanya
kekurangan maupun kesalahan, maka kami sangat memerlukan saran dan kritik pembaca
ataupun dosen pengajar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari promosi kesehatan?
2. Apakah tujuan dari promosi kesehatan?
3. Apa saja ruang lingkup dari promosi kesehatan?
4. Siapa sasaran dari promosi kesehatan?
5. Apakah definisi dari ilmu perilaku?
6. Apakah tujuan dari ilmu perilaku?
7. Apa saja ruang lingkup dari ilmu perilaku?
8. Apa peran tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku dalam keseharian?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui definisi, tujuan dan ruang lingkup dari
promosi kesehatan.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui definisi, tujuan dan ruang lingkup dari ilmu perilaku.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Promosi Kesehatan
2.1.1 Definisi Promosi Kesehatan
Nesi Novita dan Yunetra Franciska (2011) Promosi kesehatan adalah proses peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya memfasilitasi perubahan
perilaku dan merupakan program kesehatan yang dirancang uuntuk membawa perbaikan atau
perubahan dalam indivudu, masyarakat, dan lingkungan. Menurut Ottawa Charter, Promosi
kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
Wahid Ikhbal Mubarak dan Nurul Cahyatin (2009) Sebenarnya istilah promosi kesehatan
adalah perwujudan dari perubahan konsep pendidikan kesehatan yang secara structural tahun 1984
WHO dalam salah satu divisinya, yaitu Divisi Pendidikan Kesehatan (Division Health Education)
diubah menjadi Divisi Promosi Kesehatan dan Pendidikan (Division on Health Promotion and
Education). Konsep ini oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2000 mulai disesuaikan dengan
merubah Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat menjadi Direktoral Promosi Kesehatan dan
sekarang menjadi Pusat Promosi Kesehatan.
Promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan kesehatan pada masa lalu, dimana
dalam konsep promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian
dan peningkatan pedngetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan saja, melainkan juga upaya
bagaimana mampu menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang. Hal ini berarti promosi
kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perbaikan berupa
perubahan perilaku, baik didalam masyarakat maupun lingkungan organisasi, lingkungan fisik, non
fisik, social, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

2.1.2 Konsep Dasar Promosi Kesehatan menurut para ahli:


a. Lawrence Green (1984)
Lawrence Green mendefinisi promosi kesehatan sebagai berikut: Promosi kesehatan adalah
segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik,
dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau
promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk
menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang
atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi
sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor
pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

2. Piagam Ottawa (Ottawa Charter: 1986)


Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan bahwa:
Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan
kendali atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka. Dengan kata lain promosi
kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini
mencakup dua dimensi yakni “ kemauan” dan “ kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya
kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk mencapai status
kesehatan yang paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan social, masyarakat harus mampu
mengenal/mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan
mengubah atau mengatasi keadaan lingkungannya.
Teori klasik oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 determinan utama yang
mempengaruhi derajat kesehatn individu, kelompok/masyarakat. Empat determinan tersebut secara
berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah:
1. Lingkungan : berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia
(organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya
(ekonomi, pendidikan, pekerjaan)
2. Perilaku yang meliputi : sikap, kebiasaan, tingkah laku
3. pelayanan kesehatan : promotif, perawatan, pengobatan,
pencegahan kecacatan, rehabilitasigenetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia
4. Keturunan atau herediter : gen, hereditas yang menjadi sifat dasar setiap individu
Determinan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik
(cuaca, iklim, sarana, dan prasarana, dsb), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan social,
budaya, ekonomi, politik, dsb. Bila dianalisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah
semua factor diluar kehidupan manusia , baik secara individu, kelompok, maupun komunitas yang
secara langsung atau tidak langssung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, di
samping determinan-determinan tersebut yang telah dirumuskan oleh Blum masih terdapat factor lain
yang dapat mempengaruhi atau menentukkan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok atau
masyarakat.
Faktor-faktor atau determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik
individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa disebut persyaratan untuk kesehatan
terdapat 9 faktor, yakni:
1. Perdamaian atau kemakmuran
2. Tempat tinggal
3. Pendidikan
4. Makanan
5. Pendapatan
6. Ekosisten yang stabil dan seimbang
7. Sumber daya yang berkesinambungan
8. Keadilan sosial
9. Pemerataan

Mubarak, W.I, dkk (2007) Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa
Canada tahun 1986 telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter) yang berisi lima butir
kesepakatan yang meliputi :
1. Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)
Dalam proses pembangunan adakalanya aspek kesehetan sering diabaikan, oleh karena itu
adanya kebijakan yang berwawasan kesehatan, diharapkan bisa mengedepankan proses
pembangunan dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kesehatan. Kegiatan ini ditujukan kepada
para pengambil kebijakan (policy makers) atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi
pemerintah maupun swasta. Sebagai contoh ; adanya perencanaan pembangunan PLTN di daerah
jepara, para penagmbil kebijakan dan pembuat keputusan harus benar-benar bisa memperhitungkan
untung ruginya. harus diperhatikan kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan, serta
kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa berdampak pada kesehatan.
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive environment).
Aspek lingkungan juga perlu diperhatikan. Lingkungan disini diartikan dalam pengertian luas.
Baik lingkungan fisik (biotik, non biotik), dan lingkungan non fisik. Diharapkan tercipta lingkungan
yang kondusip yang dapat mendukung terwujudnya masyarakat yang sehat.
Contoh : perlunya jalur hijau didaerah perkotaan, yang akhir-akhir ini sering diabaikan
pemanfaatannya oleh oknum-oknum tertentu. perlunya perlindungan diri pada kelompok terpapar
pencemaran udara , seperti penggunaan masker pada penjaga loket jalan tol, petugas polantas, dsb.
3. Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service).
Adanya kesalahan persepsi mengenai pelayanan kesehatan, tanggung jawab pelayanan
kesehatan kadang hanya untuk pemberi pelayanan (health provider ), tetapi pelayanan kesehatan
juga merupakan tanggung jawab bersama antara pemberi pelayanan kesehatan (health provider)
dan pihak yang mendapatkan pelayanan. Bagi pihak pemberi pelayanan diharapkan tidak hanya
sekedar memberikan pelayanan kesehatan saja, tetapi juga bisa membangkitkan peran serta aktif
masyarakat untuk berperan dalam pembangunan kesehatan. dan sebaliknya bagi masyarakat, dalam
proses pelayanan dan pembangunan kesehatan harus menyadari bahwa perannya sangatlah
penting, tidak hanya sebagai subyek, tetapi sebagai obyek. Sehingga peranserta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan sangatlah diharapkan.
Contoh : semakin banyaknya upaya-upaya kesehatan yang bersumberdaya masyarakat (UKBM),
seperti posyandu, UKGMD, Saka bhakti Husada, poskestren, dll.
4. Ketrampilan individu (Personal Skill)
Dalam mewujudkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, ketrampilan individu mutlak
diperlukan. Dengan harapan semakin banyak individu yang terampil akan pelihara diri dalam bidang
kesehatan, maka akan memberikan cerminan bahwa dalam kelompok dan masyarakat tersebut
semuanya dalam keadaan yang sehat. ketrampilan individu sangatlah diharapkan dalam mewujudkan
keadaan masyarakat yang sehat. Sebagai dasar untuk terapil tentunya individu dan masyarakat perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan mengenai kesehatan, selain itu masyarakata juga perlu dilatih
mengenai cara-cara dan pola-pola hidup sehat.
Contoh : melalui penyuluhan secra indicidu atau kelompok seperti di Posyandu, PKK. Adanya
pelatihan kader kesehatan, pelatihan dokter kecil, pelatihan guru UKS, dll.
5. Gerakan masyarakat (Community action).
Adanya gerakan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kesehatan tidak hanya milik
pemerintah, tetapi juga milik masyarakat. Untuk dapat menciptakan gerakan kearah hidup sehata,
masyarakat perlu dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan. selain itu masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu berperilaku hidup sehat. Kewajiban dalam upaya meningkatkan
kesehatan sebagai usaha untuk mewujudkan derajat setinggi-tingginya, teranyata bukanlah semata-
mata menjadi tanggung jawab tenaga kesehatan. Masyarakat justru yang berkewajiban dan berperan
dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Hal ini sesuai yang tertuang dalam Pasal 9 , UU
N0. 36 tahun 2009 Tentang kesehatan, yang berbunyi :
“Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya”.
Contoh ; adanya gerakan 3 M dalam program pemberantasn DBD, gerakan jumat bersih, perlu
diketahuai di negeri tetangga malaysia ada gerakan jalan seribu langkah (hal ini bisa kita contoh),
bahkan untuk mengukurnya disana sudah dijual alat semacam speedometer.

2.1.3 Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-
informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga
bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan
faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi
atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan
perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan sosial budaya, serta peningkatan pelayanan
kesehatan.
Tujuan promosi kesehatan tercantum dalam UU kesehatan RI No. 36 tahun 2009. Peraturan
perundang-undangan tersebut mengatur secara jelas, cermat, dan lengkap setiap aspek
kesehatan.Mulai dari pengertian-pengertian penting dalam hukum kesehatan, asas dan tujuan, hak
dan kewajiban, tanggung jawab pemerintah, sumber daya di bidang kesehatan, upaya kesehatan,
kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, lanjut usia, dan penyandang cacat, gizi, kesehatan jiwa, penyakit
menular dan tidak menular, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja, pengelolaan kesehatan,
informasi kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta masyarakat, badan pertimbangan
kesehatan, pembinaan dan pengawasan, dan berbagai hal lain yang terkait dengan kesehatan yang
diatur dalam tiap babnya.

Menurut Green (1991) dalam Maulana, 2009, tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga
tingkatan yaitu:
a. Tujuan Program
Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang akan dicapai
dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. Tujuan program ini juga disebut
tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 %
setelah promosi kesehatan berjalan lima tahun.
b. Tujuan Pendidikan
Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan ini
merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke klinik perusahaan
meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.
c. Tujuan Perilaku
Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan ini
bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap, tindakan, contohnya: pengetahuan
pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan
berjalan 6 bulan.

2.1.4 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan


Menurut Keleher,et.al, (2007) terdapat 10 (sepuluh) area tindakan promosi kesehatan, yaitu
:
1. Membangun kebijakan kesehatan publik
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan
3. Memberdayakan masyarakat
4. Mengembangkan kemampuan personal
5. Berorientasi pada layanan kesehatan
6. Promote social responbility of health
7. Meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social
8. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama untuk kesehatan
9. Meningkatkan kemampuan masyarakat.
10. Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan.

2.1.5 Sasaran Promosi Kesehatan


Nesi Novita dan Yunetra Franciska (2011) Promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat, maka sasaran langsung promosi kesehatan adalah masyarakat. Namun
demikian, dikarenakan kebatasan sumberdaya yang ada, tidak akan efektif apabila upaya promosi
kesehatan langsung ditujukan ke masyarakat. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penahapan sasaran
promosi kesehatan. Sasaran promosi kesehatan dibagi dalam tiga kelompok sasaran yaitu sebagai
berikut.
a. Sasaran Primer (primary target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasarang langsung promosi kesehatan, misalnya: kepala
keluarga untuk masalah kesehatan uum, ibu hamil dan ibu menyusui untuk masalah kesehatan ibu
dan anak (KIA), anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan lain-lain. Upaya promosi ini sejalan
dengan strategi promosi kesehatan pemberdayaan masyarakat (empowerment).
b. Sasaran sekunder (secondary target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat disebut sasaran sekunder. Dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat di sekitarnya. Selain itu, apabila sasaran sekunder berpeilaku sehat sebagai hasil dari
pendidikan kesehatan yang diterimanya, dapat dijadikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi
masyarakat di sekitarnya. Upaya promosi kesehatan ini sejalan dengan strategi promosi kesehatan
dukungan social (social support).
c. Sasaran tersier (tertiary target)
Sasaran tersier adalah para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat puasat
maupun daerah. Dengan kebijakan-kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh sasaran tersier
akan mempunyai dampak terhadap perilaku masyarakat selaku sasaran primer promosi kesehatan
dan tokoh masyarakat selaku sasaran sekunder promosi kesehatan. Upaya promosi kesehatan ini
sejalan dengan strategi global promosi kesehatan yaitu advokasi (advocacy).

2.2 Ilmu Perilaku


2.2.1 Definisi Ilmu Perilaku
Nesi Novita dan Yunetra Fransika (2011) Ilmu perilaku adalah ilmu yang mempelajari semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
oleh pihak luar. Peilaku manusia antara satu dengan yang lain tidak sama baik dalam hal
kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan
merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku adalah respons
individu terhadap stimulasi, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.
Perilaku adalah respons yang terdiri atas respons motorik: berbicara, berjalan, dan
sebagainya; respons fisiologik: reaksi hormonal, aktivitas system saraf otonomik, dan sebagainya;
respons kognitif: pernyataan yang muncul dipikiran, imajinasi, dan sebagainya; respons afektif: rasa
benci, kecewa, marah, dan sebagainya.
Aktivitas manusia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Aktivitas yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya: berjalan, menulis, menyunyik, merawat orang
sakit, menolong persalinna dan sebagainya.
2) Aktivitas yang tidak dapat diamati orang lain (dari luar) misalnya: berfikir, bersikap, berfantasi, dan
sebagainya.

Ahli psikologi social Sears, at.al, (1985), mengemukakan empat pendekatan dalam
memahami proses terbentuknya perilaku social, yaitu:
1) Pendekatan Biologis, yang melihat perilaku sebagai karakteristik
bawaan atau mekanisme fisiologis,
2) Pendekatan Belajar, yang melihat perilaku sebagai refleksi dari apa
yang pernah dipelajari seseorang di masa lalu,
3) Pendekatan Insentif, yang melihat perilaku sebagai upaya untuk
mendapatkan keuntungan dan memperkecil kerugian,
4) Pendekatan Kognitif, yang melihat perilaku sebagai sesuatu yang
terutama ditentukan oleh persepsi seseorang terhadap situasi sosial di sekitarnya.

Ahli antropologi Suparlan (1986), melihat terbentuknya perilaku individu sebagai totalitas atau
resultan dari tiga buah komponen internal diri manusia yang secara bersama-sama membentuk
perilaku manusia, yaitu:
1) Adanya kebutuhan individu pada saat tertentu;
2) Adanya upaya individu untuk memenuhi kebutuhan tersebut;
3) Adanya pengetahauan kebudayaan yang dimiliki individu sebagai warga
negara/masyarakat, yang diperoleh melalui proses belajar dari lingkungannya sejak ia dilahirkan,
kemudian secara selektif
dipergunakannya sebagai kerangka rujukan untuk menginterprestasikan
suatu objek, secara selektif pula dijadikannya acuan untuk bertindak
sesuatu terhadap objek tersebut.

2.2.2 Tujuan Ilmu Perilaku


1. Menguasai dasar-dasar ilmiah dan pengetahuan serta metodologi bidang ilmu kesehatan
masyarakat khususnya di kawasan Kepulauan Tropis Semi Ringkai sehingga mampu menemukan,
memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah kesehatan yang ada.
2. Mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam bidang ilmu pendidikan
kesehatan dan perilaku.
3. Mampu menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.
4. Mampu mengantisipasi dan tanggap terhadap berbagai perubahan pembangunan dan pelayanan
kesehatan masyarakat yang bersifat positif dan negatif.
5. Menyelenggarakan penelitian dan inovasi teknologi guna memanfaatkan sumberdaya lokal secara
optimal dan berkelanjutan sehingga dapat mempercepat proses pembaharuan, pengembangan dan
penerapan IPTEKS.
6. Menyelenggarakan, mengembangkan dan membina kehidupan masyarakat akademik melalui sistem
manajemen pendidikan yang efektif dan efisien.
7. Mengembangkan dan membina kerjasama kemitraan pada tingkat regional, nasional dan
internasional.
2.2.3 Ruang Lingkup Ilmu Perilaku
Benjamin Bloom (1977), seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang
perilaku, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain perilaku
yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek
melalui indera yang dimilikinya.
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
c. Tindakan atau praktik (practice)
Tindakan ini merujuk pada perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan, yang
merupakan bentuk nyata dari pengetahuan dan sikap yang telah dimiliki.

2.3 Peran Tenaga Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku di Keseharian


Perubahan pemahaman konsep sehat dan sakit serta makin majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi telah menggugurkan paradigma kesehatan lama yang mengutamakan pelayanan
kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif digantikan paradigma pembangunan kesehatan baru,
yaitu Paradigma Sehat yang bersifat proaktif. Dalam Indonesia sehat 2010, yang diharapkan adalah
lingkungan yang kondusif, ditunjang dengan perilaku masyarakat yang proaktif serta mampu
menjangkau pelayanan kesehatan. Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan
masyarakat, diperlukan strategi pembangunan kesehatan, sasaran serta kebijaksanaan
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, berkelanjutan, menyeluruh, merata dan
terintegrasi. Dalam pembangunan kesehatan, tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari
sumber daya manusia yang sangat penting perannya guna meningkatkan kesadaran yang lebih tinggi
pada pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Untuk itu perlu dipersiapkan tenaga
terlatih di bidang promosi kesehatan termasuk pakar yang memahami sosiologi, antropologi, perilaku,
ilmu penyuluhan dan lain-lain. Di samping itu, tenaga kesehatan masyarakat juga dapat berperan
dibidang kuratif dan rehabilitatif. Tenaga kesehatan masyarakat mempunyai peran strategis dalam
mengubah perilaku masyarakat menjadi kondusif terhadap Perilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS)
melalui promosi kesehatan.
Promosi yang dilakukan perlu mengikuti 4 tahapan yaitu:
1) Memperkenalkan gagasan dan teknik perilaku sehat,
2) Melakukan identifikasi dan mengembangkan strategi perubahan perilaku sehat,
3) Memotivasi masyarakat sehingga terjadi perubahan perilaku sehat dan
4) Memahami cara berkomunikasi serta merancang program komunikasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep dasar promosi kesehatan dan ilmu perilaku
1. Promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan
kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan.
2. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu
memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
3. Ruang lingkup dari promosi kesehatan meliputi: membangun kebijakan kesehatan
public,menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan,memberdayakan
masyarakat,mengembangkan kemampuan personal,berorientasi pada layanan kesehatan,
meningkatkan investasi kesehatan dan ketidakadilan social, meningkatkan konsolidasi dan
memperluas kerjasama untuk kesehatan, memberdayakan masayarakat dan meningkatkan
kemampuan masyarakat,Infrastuktur yang kuat untuk promosi kesehatan.
4. Sasaran Promosi kesehatan ada tiga yaitu 1) Sasaran Primer (primary target), 2) Sasaran sekunder
(secondary target), 3) Sasaran tersier (tertiary target).
5. Ilmu perilaku adalah ilmu yang mempelajari semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Peilaku manusia antara satu
dengan yang lain tidak sama baik dalam hal kepandaian, bakat, sikap, minat maupun kepribadian.
6. Tujuan dari ilmu perilaku yaitu menguasai dasar-dasar ilmiah dan pengetahuan serta metodologi
bidang ilmu kesehatan masyarakat khususnya di kawasan Kepulauan Tropis Semi Ringkai sehingga
mampu menemukan, memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah
kesehatan yang ada.
7. Menurut Benjamin Bloom (1977), ruang lingkup ilmu perilaku adalah: 1) Pengetahuan(knowledge),
2) Sikap (attitude), 3) Tindakan atau praktik (practice).
8. Promosi yang dilakukan perlu mengikuti 4 tahapan yaitu memperkenalkan gagasan dan teknik
perilaku sehat, melakukan identifikasi dan mengembangkan strategi perubahan perilaku sehat,
memotivasi masyarakat sehingga terjadi perubahan perilaku sehat dan memahami cara
berkomunikasi serta merancang program komunikasi.
3.2 Saran
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai materi yang menjadi uraian makalah ini, tentu
`banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan rujukan atau referensi
yang kami peroleh. Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis pada umumnya dan pembaca pada khususnya. Aamiin

Anda mungkin juga menyukai