Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Gangguan Kepribadian” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing, atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan sekelompok atas bantuan dan
kerjasamanya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dan dapat menambah wawasan kita terutama dalam hal Penanganan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial, khususnya bagi penanganan klien yang mengalami Gangguan
Kepribadian. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat mendukung dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang
lebih baik.

Medan, 27 Juni 2019

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………..…...i


DAFTAR ISI…………………………………………………………………….…….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan………………………………………………1

1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gangguan Kepribadian……………………………..……….2

2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian ………………..……….......3

2.3 Gejala Umum Gangguan Kepribadian………………………………......4

2.4 Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian………………………..5

2.5 Resiko Gangguan Kepribadian……………………….………………….11

2.6 Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian……………...………12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………….………17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...…..18
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita semua memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam berhubungan dengan
orang lain. Beberapa dari kita adalah tipe teratur, yang lain ceroboh. Beberapa dari kita lebih
memilih mengerjakan tugas sendiri, yang lain lebih social. Beberapa dari kita tipe pengikut ,
yang lain pemimpin. Beberapa dari kita terlihat kebal terhadap penolakan dari orang lain,
sementara yang lain menghindari insiatif social karena takut dikecewakan. Saat pola perilaku
menjadi begitu tidak fleksibel atau maladaptive sehingga dapat menyebabkan distress personal
yang signifikan atau mengganggu fungsi social dan pekerjaan, maka pola perilaku tersebut
dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.

Kepribadian dapat didefinisikan sebagai gabungan emosi dan tingkah laku yang
membuat individu memiliki karakteristik tertentu untuk menghadapi kehidupan sehari-hari.
Kepribadian individu relatif stabil dan memungkinan oarng lain untuk memprediksi pola pikir
atau tindakan yang akan diambilnya.

Individu dikatakan mengalami gangguan kepribadian apabila ciri kepribadiannya


menampakkan pola perilaku maladaptif dan telah berlangsung untuk jangka waktu yang lama.
Pola tersebut muncul pada setiap situasi serta menganggu fungsi kehidupannya sehari-hari.

Pada individu ini, ciri kepribadian maladaptif itu tampak begitu melekat pada dirinya.
Biasanya mereka menolak untuk mendapatkan pertolongan dari terapis dan menolak atau
menyangkal bahwa dirinya memiliki suatu masalah. Individu dengan gangguan kepribadian
lebih tidak menyadari masalah mereka, mereka tidak merasa cemas tentang perilakunya yang
maladaptif sehingga mereka pun tidak memiliki motivasi untuk mencari pertolongan dan sulit
sekali untuk mendapatkan perbaikan atau kesembuhan.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud Gangguan Kepribadian?

2. Apa saja Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian?

3. Apa aja Gejala Umum Gangguan Kepribadian?

4. Apa aja Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian?

5. Resiko Gangguan Kepribadian?

6. Apa aja Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian?

1.3 Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang apa itu gangguan kepribadian.
 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan kepribadian
b. Mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan kepribadian
c. Mengetahui gejala umum gangguan kepribadian
d. Mengetahui klasifikasi dan diskripsi gangguan kepribadian
e. Mengetahui resiko gangguan kepribadian
f. Treatment bagi gangguan kepribadian

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Pengertian Gangguan Kepribadian


Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :

 Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian adalah bagaimana


individu menampilkan dan menimbulkan kesan bagi individu lain.
 Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan
perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus
menerus terhadap hidupnya.
 Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan
diagnose Gangguan Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe
implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar), dependen, khas
lainnya yang tidak tergolongkan. Gangguan Kepribadian adalah istilah umum
untuk suatu jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
 Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar
rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Kaplan dan Saddock
mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat emosional dan perilaku yang
menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya,
kepribadian relatif stabil dan dapat diramalkan.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat menyebabkan
gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai
kelas gangguan kepribadian. Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki tingkah
laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :
 Ketergantungan yang berlebihan
 Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
 Kesedihan yang mendalam
 Tingkah laku yang eksploitatif
 Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
 Kalau masalah mereka tidak ditangani
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada karakter dan
kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan tersebut melibatkan beberapa bidang
kepribadian dan berhubungan dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat
disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal masa kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang di dasarkan pada bentuk
perilaku, mood, sosial interaksi, impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan
merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam memberikan sebutan label atau
pelbagai stigma tertentu pada mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk
berobat dan melakukan isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres, yang dilanjutkan pada
penekanan perasaan-perasaan tersebut dan berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres
pada umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat tinggal dan
lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan suasana emosi dengan cara mendramatisir,
menyimpan erat, mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan antisosial.
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas sehari-harinya, secara
umum individu yang mengalami gangguan kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau
menlanjuti hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh permasalahan interpersonal
yang kronis, atau kesulitan dalam mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul
dalam dirinya.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit
menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak
permintaan, ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar. Problem
ketergantungan pada alkohol, gangguan mood, kecemasan dan gangguan makan, melakukan
hal-hal yang berbahaya terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual sering
menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.

2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian

1. Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000 pasangan kembar di
Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian
adalah beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu
penelitian, tentang penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan
waktu luang, dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah adalah kira-kira
sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin berhubungan
dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara
temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
3. Faktor Biologis
 Hormon, orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga menunukkan
peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.
 Neurotransmitter, penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakaan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik
pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan depresi,
impulsivitas.
 Elektrofisiologi, perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas gelombang
lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan fiksasi pada
salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang
berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan
sangat teliti.

2.3 Gejala Umum Gangguan Kepribadian

Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai pengalaman konflik dan
ketidakstabilan dalam beberapa aspek dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan
kepribadian berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara umum gangguan ini
klasifikasikan berdasarkan :
1. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari social expectation.
Penyimpangan pola tersebut pada satu atau lebih:
o Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan interpretasi terhadap
dirinya, orang lain dan waktu.
o Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri sendiri, labil, intensitas dan
cakupan)
o Fungsi-fungsi interpersonal
o Kontrol terhadap impuls
2. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri pribadi individu dan
berpengaruh pada situasi sosial.
3. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat dengan pembentukan distress
atau memburuknya hubungan sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial
penting lainnya.
4. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan gangguan tersebut dapat muncul
dan memuncak menjelang memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit
jiwa.
5. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek psikologis yang muncul
yang disebabkan oleh kondisi medis seperti luka di kepala.

2.4 Macam-macam Gangguan Kepribadian

Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan eksentrik/ tampak aneh) :

 Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan kepada orang lain dan
kecurigaan berlebih bahwa orang di sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan
kelainan ini cenderung memiliki kepercayaan yang berlebihan pada pengetahuan dan
kemampuan mereka sendiri dan biasanya menghindari hubungan dekat. Mereka mencari
makna tersembunyi dalam segala sesuatu dan membaca niat bermusuhan ke dalam
tindakanorang lain. Mereka suka mengetest kesetiaan teman dan orang-orang terkasih
dan sering tampak dingin dan menjauh. Mereka biasanya suka menyalahkan orang lain
dan cenderung membawa dendam lama.

Gejala Paranoid Personality Disorder:


1. Enggan untuk memaafkan karena dianggap penghinaan.
2. Sensitivitas yang berlebihan.

3. Susah percaya kepada orang lain dan kemandirian berlebihan.

4. Cenderung suka menyalahkan ke orang lain.

5. Selalu melakukan mengantisipasi terhadap pengkhianatan.

6. Agresif dan gigih untuk hak-hak pribadi.

7. Curigaan parah

 Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari hubungan dengan orang lain
dan tidak menunjukkan banyak emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benar-benar
lebih suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan popularitas. Mereka
cenderung mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial. keterampilan sosial
mereka lemah dan mereka tidak menunjukkan perlunya perhatian atau penerimaan.
Mereka dianggap tidak punya selera humor dan jauh dan sering disebut sebagai
“penyendiri.”

Gejala Schizoid Personality Disorder :

1. Lemahnya kemampuan interpersonal.


2. Kesulitan mengekspresikan kemarahan, bahkan ketika diprovokasi “penyendiri”
mentalitas, menghindari situasi sosial.

3. Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain.

4. Rendah gairah seksual

5. Tidak responsif pada pujian atau kritik

 Schizotypal
Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal mewakili skizofrenia
ringan. Gangguan ini ditandai oleh bentuk-bentuk berpikir dan memahami dengan cara
yang aneh, dan individu dengan gangguan ini sering mencari isolasi dariorang lain .
Mereka kadang-kadang percaya untuk memiliki kemampuan indra yang ekstra atau
kegiatan yang tidak berhubungan berhubungan dengan mereka dalam beberapa cara
penting. Mereka umumnya berperilaku eksentrik dan sulit berkonsentrasi untuk waktu
yang lama. pidato mereka sering lebih rumit dan sulit untuk diikuti.

Gejala Personality Disorder Schizotypal :

1. Aneh atau tingkah laku atau penampilan eksentrik.


2. Bertakhyul atau sibuk dengan fenomena paranormal.

3. Sulit untuk mengikuti pola bicara.

4. Perasaan cemas dalam situasi sosial.

5. Kecurigaan dan paranoia.

6. Suka berpikir menganai kepercayaan aneh atau magis.

7. Nampak pemalu, suka menyendiri, atau menarik diri dari orang lain

Kelompok B (cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku) :

 Antisosial
Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian antisosial mengacu pada orang
yang memiliki keterampilan sosial yang buruk. Sebaliknya, gangguan kepribadian
antisosial ditandai oleh kurangnya hati nurani. Orang dengan gangguan ini rentan
terhadap perilaku kriminal, percaya bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas
dimanfaatkan. Antisocials cenderung suka berbohong dan mencuri. Sering kali, mereka
tidak hati-hati dengan uang dan mengambil tindakan tanpa berpikir tentang
konsekuensinya . Mereka sering agresif dan jauh lebih peduli dengan kebutuhan mereka
sendiri daripada kebutuhan orang lain.

Gejala Gangguan Kepribadian antisosial :

1. Mengabaikan untuk perasaan orang lain.


2. Impulsif dan tidak bertanggung jawab pengambilan keputusan.
3. Kurangnya rasa penyesalan karena merugikan orang lain.

4. Berbohong, mencuri, perilaku kriminal lainnya.

5. Mengabaikan untuk keselamatan diri dan orang lain

 Ambang/ Borderline

Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan penderita tidak memiliki rasa
diri yang jelas dan konsisten serta tidak pernah memiliki kepastian dalam nilai – nilai,
loyalitas, dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan berada dalam kesendirian,
memiliki rasa takut di abaikan, dan menuntut perhatian. Mudah mengalami perasaan
depresi dan perasaaan kosong yang kronis, mereka seringkali mencoba bunuh diri dan
melakukan tindakan memutilasi diri sendiri (Davidson, Neale, Kring, 2004).

Gejala Gangguan Kepribadian Ambang/ Borderline :

1. Berupaya keras untuk mencegah agar tidak di abaikan


2. Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan interpersonal

3. Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil

4. Perilaku impulsif

5. Perilaku bunuh diri (berupa sinyal atau sungguh – sungguh mencoba)

6. Kelabilan emosional yang ekstrem

7. Perasaan kosong yang kronis

8. Sangat sulit mengendalikan kemarahan

9. Pikiran paranoid dan sintom – sintom disosiatif yang di picu oleh stres.

 Histrionic
Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari perhatian konstan. Mereka
perlu menjadi pusat perhatian setiap waktu, sering menggangguorang lain untuk
mendominasi pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk
menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari pujian konstan. Mereka suka
berpakaian ”yang memancing” atau melebih-lebihkan kelemahannya untuk mendapatkan
perhatian. Mereka juga cenderung membesar-besarkan persahabatan dan hubungan,
percaya bahwa setiaporang menyukai mereka. Mereka sering manipulatif.

Gejala Personality Disorder Histrionic :

1. Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian.


2. Berpakaian atau melakukan tindakan-tindakan provokatif.

3. Emosinya dapat berubah dengan cepat.

4. Melebih-lebihkan persahabatan.

5. Terlalu-dramatis , terkadang sangat ”lebay”.

6. Mudah dipengaruhi, gampang dibujuk.

 Narcissistic
Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh keterpusatan diri. Seperti gangguan
Histrionic, orang-orang dengan gangguan ini senang mencari perhatian dan pujian.
Mereka membesar-besarkan prestasi mereka, mengharapkan orang lain untuk mengakui
mereka sebagai superior. Mereka cenderung teman, karena mereka percaya bahwa tidak
sembarang orang yang layak menjadi teman mereka. Narsisis cenderung membuat kesan
pertama yang baik, namun mengalami kesulitan menjaga hubungan jangka panjang.
Mereka umumnya tidak tertarik pada perasaan orang lain dan dapat mengambil
keuntungan dari mereka.

Gejala narsisistik Personality Disorder:

1. Membutuhkan pujian dan kekaguman berlebihan


2. Mengambil keuntungan dari orang lain

3. Merasa diri penting


4. Kurangnya empati

5. Berbohong, diri dan orang lain.

6. Terobsesi dengan fantasi ketenaran, kekuasaan, atau kecantikan

Kelompok C (cenderung tampak cemas dan ketakutan) :

 Avoidant
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial yang ekstrim. Orang
dengan gangguan ini sering merasa ”tidak cukup”, menghindari situasi sosial, dan
mencari pekerjaan dengan sedikit kontak dengan orang lain. Avoidant takut ditolak dan
khawatir jika mereka memalukan diri mereka sendiri di depan orang lain. Mereka
membesar-besarkan potensi kesulitan pada situasi baru untuk membuat orang berpikir
agar menghindari situasi itu. Sering kali, mereka akan menciptakan dunia fantasi untuk
pengganti yang asli. Tidak seperti gangguan kepribadian skizofrenia, avoidant
merindukan hubungan sosial, tetapi belum merasa merekabisa mendapatkannya. Mereka
sering mengalami depresi dan memiliki kepercayaan diri yang rendah.

Gejala Personality Disorder Avoidant :

1. Keengganan dalam relasi sosial; mundur dari orang lain dalam mengantisipasi
penolakan
2. Terobsesi denga tolakan atau kritikan dalam situasi sosial

3. Takut dianggap memalukan, sehingga menghindari kegiatan baru

4. Miskin citra diri; perasaan tidak puas dalam kehidupan sosial

5. Keinginan untuk meningkatkan hubungan sosial

6. Nampak sibuk sendiri dan tidak ramah

7. Menciptakan kehidupan fantasi rumit

 Dependent
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk dijaga. Orang dengan
kelainan ini cenderung bergantung pada orang dan merasa takut kehilangan mereka.
Mereka mungkin menjadi bunuh diri ketika berpisah dengan orang yang dicintai. Mereka
cenderung untuk membiarkan orang lain mengambil keputusan penting bagi mereka dan
sering melompat dari hubungan satuke hubungan yang lainnya. mereka sering bertahan
dalam suatu hubungan, walaupun sering dikasari atau disakiti. kepekaan berlebih
terhadap penolakan umum. Mereka sering merasa tak berdaya dan tertekan.

Gejala Gangguan Kepribadian Dependent :

1. Kesulitan membuat keputusan


2. Perasaan tidak berdaya saat sendirian

3. Berpikir ingin bunuh diri jika ditalak

4. Pasrah

5. Merasa terpuruk jika dikritik atau ketika tisak disetujui idenya.

6. Tidak dapat memenuhi tuntutan hidup sehari hari

 Obsesif-Kompulsif
Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip dengan kecemasan
obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian
obsesif-kompulsif terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka harus
melakukan segalanya “benar” sering mengganggu produktivitas mereka. Mereka
cenderung untuk terjebak dalam halhal yang detil, namun kehilangan gambaran yang
lebih besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi tidak masuk akal untuk diri mereka
sendiri dan orang lain, dan cenderung sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka
tidak hidup sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka menghindari bekerja dalam tim,
percaya orang lain terlalu ceroboh atau tidak kompeten. Mereka menghindari membuat
keputusan karena mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan waktu
atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan mengekspresikan emosi.

Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif:

1. Mencari kesempurnaan dan disiplin yang berlebihan


2. Suka dengan ketertiban

3. Kaku

4. Kurang murah hati

5. Terlalu fokus pada detail dan aturan

6. Suka bekerja keras untuk bekerja, kadang berlebihan.

2.5 Resiko Gangguan Kepribadian

Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan kepribadian dapat


berdampak pada :

(1) Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang disebabkan ketidakmampuan


untuk menjalani hubungan yang sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan
dengan masyarakat

(2) Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan
kepribadian ambang dan cluster B

(3) Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan

(4) Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua cluster mempunyai resiko
berkembangnya problema psikologis lainnya

(5) Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri. Penderita gangguan kepribadian
ambang berpotensi melakukan tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat
pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian. Pada gangguan kepribadian
dependen beresiko mengalami pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik
karena individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan semata (bergantung
pada orang tersebut)

(6) Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada gangguan kepribadian
paranoid dan antisosial
(7) Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial mempunyai resiko lebih besar
melakukan tindakan kriminal. Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan
dipenjara

(8) Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk dikemudian hari bila tidak
mendapatkan perawatan secara baik.

2.6 Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian

Treatment secara spesifik, menurut diskripsi gangguan kepribadiannya :

Kelompok A

A. Paranoid

Psikoterapi – Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam psikoterapi kelompok, karena
itu ahli terapi harus berhadapan langsung dalam menghadapi pasien dan harus diingat
bahwa kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi pasien.

Farmakoterapi – Farmakoterapi berguna dalam menghadapi agitasi dan kecemasan.


Pada sebagian besar kasus obat anti anxietas sepertidiazepam dapat digunakan.

B. Skizoid

Psikoterapi – Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien gangguan kepribadiaan


schizoid mungkin diam untuk jangka waktu yang lama, namun suatu waktu, mereka akan
ikut terlibat.

Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota kelompok lain mengingat
kecenderungan mereka akan ketenangan. Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok
menjadi penting bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial.

Farmakoterapi – Dengan antipsikotik dosis kecil, anti depresan dan psikostimulan


dapat digunakan dan efektif pada beberapa pasien.

C. Skizotipal
Psikoterapi – Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien gangguan kepribadian skizotipal
harus ditangani dengan berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan, praktek
religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili
kepercayaan atau aktivitas mereka.

Farmakoterapi – Medikasi antipsikotik mungkin berguna dalaam menghadapi gagasan


mengenai diri sendiri, wahaam dan gejala lain dari gangguan dan dapaat digunakan
bersama-sama psikoterapi. Penggunaan haloperidol dilaporkan memberikan hasil positif
pada.

Kelompok B

A. Antisosial

Psikoterapi – Jika pasien merasa berada diantara teman-teman sebayanya, tidak adanya
motivasi mereka untuk berubah bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok
yang menolong diri sendiri akan lebih berguna dibandingkan di penjara dalam
menghilangkan gangguan.

Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk menghadapi perilaku merusak
pada pasien. Dan untuk mengatasi rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus
mengagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan dengan orang lain.

Farmakoterapi – Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi gejala yang


diperkirakan akan timbul seperti kecemasan, penyerangan dan depresi.

B. Ambang/ Borderline

Psikoterapi – Pendekatan berorientasi realitas lebih efektif dibandingkan interpretasi


bawah sadar secaraa mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem gangguan
kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan kemarahan dan untuk
menurunkan kepekaan terhadaap kritik dan penolakan.

Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape, membantu pasien untuk
melihat bagaimana tindakan mereka mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan
perilaku interpersonal mereka.
Farmakoterapi – Antipsikotik dapat digunakan untuk mengendalikan kemarahan,
permusuhan dan episode psikotik yang singkat. Antidepresan memperrbaiki mood yang
terdepresi yang sering ditemukan pada pasien.

Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type dari CBT berfokus pada coping
skill, dalam terapi ini individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik
kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal pelbagai muatan emosinya tanpa perlu
bereaksi (mengontrol perilakunya) Terapi ini efektif untuk penyembuhan gangguan
kepribadian ambang.

DBT merupakan pendekatan yang mengkombinasikan client-centered empathy dan


penerimaan dengan menyelesaikan masalah secara kognitif-behavioral dan social-skills
training. DBT mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:

1. Mengajari individu untuk mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan emosi
yang ekstrem.
2. Mengajari individu untuk menoleransi perasaan distress.

3. Mengajari individu belajar untuk mempercayai pikiran dan emosinya sendiri.

Istilah ”dialectic” mengacu pada sikap yang berlawanan, yaitu di mana terapis harus
menerima individu borderline apa adanya sekaligus membantu individu tersebut untuk
berubah. Istilah ”dialectic” juga mengacu pada kenyataan bahwa individu borderline tidak
perlu membagi dunia secara dikotomi, tetapi dapat mencapai suatu sintetsis. Dengan kata
lain, salah satu tujuan DBT adalah mengajari individu untuk memandang dunia secara
dialektik, suatu pemahaman bahwa hidup terus berubah dan suatu hal tidak semuanya
buruk atau semuanya baik. Sedangkan aspek kognitif-behavioral dari DBT, baik yang
dilakukan secara individual atau dalam kelompok, terdiri dari membantu individu belajar
menyelesaikan masalah, membantu untuk memperoleh penyelesaian masalah yang lebih
efektif dan dapat diterima secara sosial dan mengendalikan emosi, meningkatkan
kemampuan interpersonal, dan mengendalikan amarah dan kecemasan.

Terapi dengan obat-obatan juga berfungsi dalam menangani beberapa gejala tertentu
yang ditunjukkan oleh pasien. Obat antidepresan dan obat untuk penstabil mood sangat
membantu untuk menghilangkan perasaan depresi dalam diri penderita dan keadaan diri
labil yang mereka alami. Serta untuk mengatasi distorsi kognitif pada penderita maka
pemberian obat antipsikosis sangatlah membantu.
C. Gangguan Kepribadian Historinic

Psikoterapi – Pasien dengan gaangguan kepribadian histrionic seringkali tidak


menyadari perasaan mereeka yang sesungguhnya.

Psikoterapi berorientasi psikoanaliasis, baik dalam kelompok atau individual.

Farmakoterapi – Farmaakoterapi dapaat ditaambaahkaan jikaa gejala adalah menjadi


sasarannya, seperti penggunaan aantidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat anti
anxietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi.

D. Gangguan Kepribadian Narsistik

Psikoterapi – Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik sukaar karena pasien harus


meninggalkaan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan.

Farmakoterapi – Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien yang memiliki pergeseran


mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka
antidepresan juga dapat digunakan

Kelompok C

A. Menghindar/ Avoid

Psikoterapi – Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar ke dunia untuk melakukan
apa yang dirasakan mereka memiliki resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan.

Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan tugas untuk berlatih keterampilan
social yang baru di luar terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien yang
telah buruk.

Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek kepekaan mereka terhadap
penolakan pada diri mereka sendiri dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi
perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara
terbuka dan untuk meningkatkan harga diri mereka.

Farmakoterapi - Beberapa pasien tertolong oleh penghambat beta, seperti atenolol


(Tenormin), untuk mengatasi hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi
pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya jika mereka menghadapi
situasi yang menakutkan.

B. Dependen

Psikoterapi – Terapi yang digunakan yaitu melalui proses kognitif behavioral, dengan
menciptakan kemandirian pada pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya
diri.

Farmakoterapi – Benzodiazepine dan obat serotonergik dapat berguna.

C. Obsesif Kompulsif

Psikoterapi – Pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif seringkali tahu bahwa


mereka sakit dan mencari pengobatan ataas kemauaan sendiri.

Farmakoterapi – Clonazepam (klonopin) adalah suatu benzodiazepine dengan anti


konvulsan, pemakaian obat ini untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif parah

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis penyakit mental di mana
cara berpikir, memahami situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Penderita
gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri
sehingga orang lain seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan,
permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.
Berupa gangguan psikologis yang sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Memiliki
gangguan kepribadian negatif dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang, keluarga, dan
kehidupan sosial seseorang. Mereka yang memiliki gangguan kepribadian memiliki beberapa
fitur yang berbeda termasuk gangguan psikologis dalam diri : kemampuan untuk memiliki
hubungan interpersonal yang sukses, kesesuaian dari jangkauan emosi, cara memahami diri
mereka sendiri, orang lain, dan dunia, dan kesulitan memiliki kontrol impuls yang tepat.
Gangguan kepribadian menciptakan suatu pola perilaku meresap dan pengalaman batin
yang sangat berbeda dari norma-norma budaya dan individu yang ada didalam masyarakat.
Terkadang berupa penyimpangan perilaku yang muncul secara dramatis tanpa disadari. Oleh
karena itu, mereka yang memiliki gangguan kepribadian sering mengalami konflik dengan
dirinya secara pribadi, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya.
Gangguan Kepribadian dikelompokkan menjadi 3 : cenderung berpikir atau berperilaku
aneh dan eksentrik/ tampak aneh, cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku, serta
cenderung ketakutan dan cemas.
Namun, dari segala bentuk gangguan kepribadian tersebut telah dilakukan beberapa
treatment bagi penanganan penderita gangguan kepribadian. Sehingga,seiring berjalannya
waktu perilaku tersebut dapat diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Davidson, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Cetakan Kesembilan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
http://indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-personality-disorder/
http://hadianiekaputri.blogspot.com/2010/11/makalah-gangguan-kepribadian.html
http://www.indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-personality-disorder/
http://health.detik.com/read/2009/12/03/091252/1253138/770/gangguan-kepribadian 9:23

Anda mungkin juga menyukai