RINGKASAN
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB
Tanggal Lulus :
viii
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ................................................................................................. 42
Pemeriksaan Lapangan.................................................................................... 42
Pertemuan dengan Petani ................................................................................ 43
Produksi Benih Jagung Hibrida ...................................................................... 44
Alur Benih Tetua ............................................................................................. 59
Analisis Usaha Tani ........................................................................................ 60
LAMPIRAN ........................................................................................................ 67
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih ...... 19
11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 55
12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan
Sinkronisasi ............................................................................................. 57
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4:2 ............ 7
11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang ................ 28
17. Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ........ 45
19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 51
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
11. Analisis Usaha Tani Budidaya Jagung Konvensional Petani .................. 82
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas
produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan
dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan
tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang
tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan
pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi
persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan
mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak
tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002).
Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan
tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat
dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk
urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida
(Sutejo, 1992).
Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan
kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian
benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua
jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari
tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara
visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina
untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan
tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada
tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing.
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Jagung
ke atas antara 7 - 10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan
berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan
air (Subekti et al., 2007).
Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian
besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut
bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet
yang terletak pada spika bagian tengah, 2 - 3 cm dari ujung malai kemudian turun
ke bawah. Satu bulir anthera melepas 15 - 30 juta serbuk sari.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan
luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan
kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari
bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar
radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).
Syarat Tumbuh
Tinggi tanaman jagung dapat mencapai 1.5 – 3.5 meter dalam beberapa
minggu. Jagung dapat tumbuh baik pada suhu 30 – 47 oC dengan kelembaban
sedang (40 – 50 %) dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Jagung baik dibudidayakan pada
daerah tropis (latitude 0 – 55 o) dengan altitude 0 - 12 000 meter di atas
permukaan laut (dpl). Jagung dapat tumbuh selama 42 hingga 150 hari (White
and Johnson, 2003).
5
Benih
Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan
embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi
untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu
harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan
dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan
tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri,
seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006).
Mutu Benih
Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi
merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran,
warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari
hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia
(pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta
mengemas benih dengan kemasan yang cantik.
Viabilitas adalah mutu fisiologis benih yang ditujukkan oleh kemampuan
berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah mencerminkan kemampuan
benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi
lingkungan yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan
suboptimum atau berkembang di atas normal pada kondisi lingkungan optimum
(Sadjad, 1992).
6
Hibrida Hibrida
Silang tunggal Silang tunggal
AxB CxD
Hibrida
Silang ganda
(A x B) x (C x D)
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
(a) (b)
Gambar 2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 (a) dan 4:2 (b)
8
Sistem Bedengan
Pemupukan
dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno,
2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting
karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.
Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif
terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu
memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005)
menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan
pertumbuhan dan komponen daya hasil.
Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun
menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk 90 - 135 kg
P2O5/ha, daya berkecambahnya berkisar antara 88.0 - 90.7 % setelah benih
disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi
penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu
pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi
dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4
minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K2O/ha dengan dua kali aplikasi untuk
mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih
hingga 96 % (Arief dan Saenong, 2003).
Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya
berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan
K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 %
setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005).
Pemupukan P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang
selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih. Unsur K selain
untuk pertumbuhan tanaman juga berperan sebagai mineral fitin dan memperbaiki
integeritas membran sel dan kulit biji sehingga viabilitas benih tinggi dan tahan
terhadap serangan jamur pada saat penyimpanan (Saenong et al., 2007).
10
Sinkronisasi Tanaman
Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking
interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga
jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan
sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan
dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel
pada rambut tongkol.
Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup dalam 4 - 16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam
24 - 36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10 - 15 hari. Setelah penyerbukan,
warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et
al., 2007).
Kerapatan tanam
Pemanenan
METODE MAGANG
Metode Pelaksanaan
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan magang terdiri atas data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui aktivitas secara
langsung di lapangan yang meliputi pengamatan daya tumbuh benih tetua dan
produktivitas tanaman secara langsung dan melakukan wawancara terhadap
pegawai dan staff perusahaan serta petani.
13
Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil
panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan
sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan
pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman
contoh untuk tiap ulangan.
Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang
menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan
prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih
tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data
kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan
benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data
rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan
yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) Malang.
Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data
perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data
serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei 2010. Data
yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi
Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli 2010.
KEADAAN UMUM
Sejarah Perusahaan
Profil Perusahaan
Aspek Teknis
Pemeriksaan Lapang
ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan
terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai
luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.
Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan
tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai
dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.
Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan
hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).
No Kewajiban Hak
Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam Mendapatkan pinjaman modal dengan
perusahaan bunga 0%
2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua
3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat
tanaman jantan
4 Tidak menanam jagung lain pada Hasil panen dibeli oleh perusahaan
radius 200 meter (isolasi) sesuai perjanjuan
5 Menjual seluruh hasil panen
kepada perusahaan
Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging)
2 Memberikan petunjuk dan Mengatur administrasi yang dipenuhi
informasi waktu dan tata cara petani
penanaman
3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain
pada radius 200 meter
4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen
5 Membayar kompensasi babat
jantan
6 Membeli hasil panen petani
Tanaman
n tetua
Teetua jantan dan betina berasal dari Thailaand. Benih tetua mem
miliki
identitas yang
y dapatt dilihat paada Tabel 2.
2 Tetua janntan dan betina mem
miliki
morfologi yang berbeeda yang daapat dilihat pada
p Gambaar 3.
(a) (b))
Gaambar 3. Buunga Jantann dari Tetua Jantan (a) dan
d Tetua B
Betina (b)
Persiapan lahan
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
120 – 140 cm
Keterangan:
♂ : Jantan I
♂ : Jantan II
(1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm
(2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm
(3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm
(4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm
Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi
dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi
yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah
25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan
dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit
bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua
betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam
daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya
berkecambah benih sampai 100 %.
Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju
permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya
berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang
23
lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan).
Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4).
Penanaman
Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang
tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak
menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman
kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh
normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih
dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui
penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam,
dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk
menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan
telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu
benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 – 14 hari
24
setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap
lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam
lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).
Pemeliharaan tanaman
(a) (b)
Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b)
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif.
Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum
benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan
aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini
digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut.
Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus
dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang
jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua
betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9.
Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif
kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan.
Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran,
danliang tikus).
Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif
deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk
mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan
fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan
dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST.
Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif
mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan 14 - 21 HST
atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.
27
(a) (b)
Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b)
memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung
jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar.
Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua
betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri,
sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan
kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada
seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas
mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja,
penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi
tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan
yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu
hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih.
Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol
dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan.
Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung
telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang
dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat
dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan
melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat
dilihat pada Gambar 11.
(a) (b)
Keterangan : ; = tenaga kontrol
Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)
(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan
dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang
(11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah
dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang
apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang.
Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan
yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa
penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet
menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari
pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman
induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang
menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).
(a) (b)
Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b)
masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat
terisi sempurna (Gambar 14).
Pemanenan
(a) (b)
Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b)
(a) (b)
Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b)
Pengolahan benih
Pengeringan
Pemipilan
Perlakuan benih
Pengepakan benih
Aspek Manajerial
Manajer Produksi
Koordinator K3
Pendamping Administrasi
Manajer Lapangan
Spesialis Logistik
Teknisi Pabrik
Penyelia Agronomi
Koordinator Desa
Broker
Broker merupakan mitra kerja perusahaan yang bertugas untuk membantu
menjembatani perusahaan dengan petani. Broker bertugas membantu koordinator
desa dalam melakukan kegiatan penanaman, perawatan serta panen. Broker juga
bertugas menyampaikan pinjaman tanpa modal yang diberikan oleh perusahaan
kepada petani berupa uang pengolahan lahan dan sarana produksi. Broker juga
mengatur administrasi dan membagikan uang hasil panen terhadap tongkol jagung
yang dibeli perusahaan kepada petani.
Broker beserta ketua kelompok tani bekerja sama dalam penyusunan
rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penyusunan RDKK dilakukan
untuk mendata kebutuhan pupuk per kelompok tani, hal ini dilakukan karena
pupuk tidak dapat dibeli dengan bebas dan setiap petani memperoleh pupuk
berdasarkan RDKK yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah daerah
setempat.
Petugas Gudang
Petani
benih, pinjaman tanpa modal serta pembelian hasil panen oleh perusahaan dengan
harga sesuai dengan perjanjian.
Transportasi Panen
panen harus menggunakan truk. Pihak truk yang digunakan merupakan pihak
yang ditunjuk oleh perusahaan yang melalui koordinator desa. Koordinator desa
memberikan surat perintah kerja pengangkutan panen kepada pemilik truk yang
ditandatangani oleh pembuat dan penerima surat perintah kerja. Surat ini
digunakan sebagai tanda bukti agar truk dapat masuk ke pabrik pengolahan benih.
42
PEMBAHASAN
Pemeriksaan Lapangan
kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani.
Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan
ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan
perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu
wilayah.
Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum
perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat,
kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak
perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani
diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak
kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir.
Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah,
sehingga petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya
perusahaan benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut
bertujuan untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung
lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga.
Persiapan Lahan
120
100 94
100
Persentase (%) 80 78
80
60
40
20
0
Bedengan 1 Bedengan 2 Tanpa Bedengan 1 Tanpa Bedengan 2
Gambar 17. Daya Tumbuh Benih Pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan
menggunakan bedeng diduga disebabkan oleh sifat fisik tanah pada bedengan
lebih baik sehingga benih dapat dengan mudah menyerap air, unsur hara, udara
dan panas. Selain itu bedengan juga dapat mencegah penggenangan air yang dapat
menyebabkan pembusukan dikarenakan benih terlalu banyak menyerap air
(Harjadi, 2002).
Daya tumbuh benih di lapangan tinggi maka populasi tanaman tiap hektar
dapat dipertahankan sesuai rekomendasi sehingga hasil tanaman yang panen tidak
menurun. Hasil tanaman yang optimal ini sesuai dengan hasil penelitian Tawainga
et al. (2000) bahwa pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan
menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung. Ortega et al.
(2000) menyatakan bahwa daya tumbuh benih juga dipengaruhi jumlah N tersedia
dalam tanah yang dapat diserap benih untuk berkecambah. Penggunaan bedengan
dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen
sebanyak 10 %.
Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat
menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah
terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi. Bedengan
menurunkan aliran permukaan sehingga pupuk yang diberikan pada tanaman tidak
mudah tercuci. Apabila tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik
maka tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara maksimal
(Gambar 18).
8 7,36
6,75
Produktivitas (ton/ha)
6 5,114
4,5
4 Bedengan
2 Tanpa bedengan
0
Ngebruk Tenggong
Gambar 18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa
Bedengan
47
Penanaman
Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi
tumbuhan itu sendiri adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan
hara. Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan
kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan
48
Kebutuhan
Persentase
No Uraian Jumlah Benih
(kg/ha)
1 Persentase penggunaan benih tetua 120 %
Penurunan populasi 20 %
2 Populasi tetua jantan tiap hektar 14 000
Jumlah benih/kg 4 500
Penggunaan benih tetua jantan 3.1
3 Populasi tetua betina tiap hektar 70 000
Jumlah benih/kg 4 500
Penggunaan benih tetua betina 15.6
4 Total penggunaan benih tetua 18.7
Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung
Tabel 7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan
Produksi Sumber Pucung PT Dupont
Ngebruk, Tenggong dan Jatikerto Selatan. Hasil Panen tongkol jagung di tiga
wilayah tersaji pada Gambar 19.
8 7,08
5,63
Produktivitas
6 4,75
(ton/ha)
4
2
0
Jatikerto Selatan Ngebruk Tenggong
Gambar 19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung
5.63 ± 2.64 ton/ha dan Ngebruk sebesar 4.75 ± 1.60 ton/ha tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Perbandingan hasil panen wilayah Jatikerto Selatan
dan Tenggong dengan hasil panen 7.08 ± 3.65 ton/ha cukup signifikan karena
berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan uji nilai tengah. Hasil panen wilayah
Ngebruk dan Tenggong memiliki perbedaan yang sangat signifikan karena hasil
uji-t menunjukkan sangat nyata berdasarkan uji-t pada taraf 1 %.
Peraturan tanam bertujuan untuk meningkatkan hasil benih sehingga
didapatkan keuntungan maksimal bagi kedua belah pihak (perusahaan dan petani
plasma). PT Dupont menggunakan cara penanaman satu benih per lubang tanam
untuk mengatur jumlah populasi maksimal dalam tiap hektar per tanaman.
Rekomendasi hasil panen jagung yang digunakan PT Dupont dapat dilihat pada
Tabel 5. Rekomendasi hasil panen tersebut merupakan hasil panen berdasarkan
pada penerapan aturan tanam yaitu 70 000 populasi tetua betina dan 14 000
populasi tetua jantan per hektar dengan perkiraan kehilangan populasi sebesar
20 % (Tabel 6). Pengaruh penggunaan benih terhadap hasil panen jagung dapat
diketahui dengan melakukan uji nilai tengah yang tersaji pada Tabel 9.
6.31 ton/ha. Akan tetapi pada P1 standar deviasi data juga sangat besar yaitu 3.74.
Hasil panen tongkol jagung varietas W45 berdasarkan rekomendasi perusahaan
tersaji pada Tabel 10.
Semakin tinggi persentase tetua betina menghasilkan dua tongkol maka hasil
panen tongkol jagung semakin tinggi.
Pemeliharaan Tanaman
Tabel 11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung
Sinkronisasi Tetua
Tabel 12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan
Sinkronisasi
tongkol jagung dapat terisi sempurna dengan bulir jagung yang rapat. Apabila
pertanaman tidak sinkronan maka dapat dirubah rasio penanaman tetua jantan dan
betina. Berdasarkan Tabel 12 perubahan rasio tanam dapat dilakukan dengan cara
menunda penanaman tetua betina dan tetua jantan 1.
Pemanenan
Pemanenan jagung pada produksi benih dilakukan saat benih telah masak
fisiologis, yaitu kadar air berkisar antara 25 - 30 % (Kuswanto, 2003). Perusahaan
menetapkan kadar air benih pada saat jagung panen berkisar 30 – 40 %. Panen
jagung varietas W45 dilakukan pada umur antara 105 - 115 hari. Karena pada
umur tersebut jagung dianggap telah masak fisiologis. Pemanenan juga dapat
dilakukan apabila 80 % dari populasi telah masak berdasarkan stadia panen yang
disusun oleh perusahaan (Tabel 3). Stadia panen yang disusun perusahaan
digunakan untuk menghindari jagung dipanen terlalu muda atau jagung dipanen
lewat masak.
Pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan sudah cukup tepat apabila
pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air
tinggi sehingga vigor benih tidak maksimal (Kuswanto, 2003). Pemanenan jagung
yang terlalu muda juga akan mudah mengalamu kerusakan fisik dan mekanis saat
transportasi. Sebelum kegiatan panen, pelaporan waktu panen disampaikan kepada
administrator kantor 3 – 7 hari sebelumnya. Pelaporan panen bertujuan untuk
mengatur jadwal penerimaan benih di pabrik pengolahan. PT Dupont membuat
jadwal penerimaan benih dari lahan produksi hasil panen dari satu lahan produksi
tidak tercampur dengan lahan produksi yang lain.
Kegiatan panen dilakukan oleh petani setelah mendapat informasi waktu
panen dari perusahaan. Hasil panen petani dipisahkan antara yang bermutu baik
dan kurang baik. Hasil panen yang bermutu baik adalah hasil panen yang
memiliki penampakan baik tanpa ada cacat akibat serangan OPT serta memiliki
kemurnian genetik yang baik. Hasil panen yang bermutu kurang baik adalah hasil
panen terserang OPT, kemurnian genetiknya diragukan akibat selfing dan biji
pada tongkol telah berkecambah (pre germ). Hasil panen dibeli perusahaan sesuai
59
perjanjian yang berlaku baik yang bermutu baik atau kurang baik. Pemisahan hasil
panen ditujukan untuk menghindari panen yang bermutu baik tercemar OPT atau
kerusakan lainya akibat pencampuran hasil panen. Pemisahan panen juga
dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan pada pabrik pengolahan. Panen
yang bermutu kurang baik akan dipilah dan dipipil secara manual. Hasil panen
yang kemurnian genetiknya diragukan dimusnahkan atau di jual perusahan oleh
pihak yang ditunjuk perusahaan.
Pembayaran hasil panen dilakukan PT dupont setelah benih di timbang
pada pabrik pengolahan. Pembayaran dilakukan perusahaan melalui kantor pos.
Jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan jumlah seluruh
pendapatan petani dari hasil panen dikurangi dengan pinjaman petani.
Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan selambat-lambatnya satu minggu
setelah hasil panen petani diangkut menuju pabrik.
benih. Apabila daya tumbuh benih tetua dibawah 80 % maka harus dilaporkan
kepada administrasi dan mengembalikan lot benih tersebut untuk ditukar dengan
lot benih tetua yang baru.
Saat pembagian benih, koordinator desa membagikan 80 % dari kebutuhan
petani. Hal ini dilakukan agar petani dapat menyesuaikan penggunaan benih. Pada
saat kegiatan pengawasan tanam dilakukan untuk mengawasi kegiatan penanaman
petani dan memastikan petani menggunakan jarak tanam yang tepat serta cara
tanam satu benih per lubang sehingga sehingga benih yang digunakan tidak
berlebih.
Analisis usaha tani jagung dihitung selama satu musim tanam. Sistem
usaha tani jagung disusun dengan membandingkan antara pembenihan jagung
berdasarkan asumsi perusahaan dengan penanaman jagung konvensional sesuai
kegiatan petani dilapangan. Analisis usaha tani dihitung selama satu musim
tanam. Analisis usaha tani dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Analisis usaha tani pembenihan jagung merupakan hasil analisis usaha tani
berdasarkan dengan luasan lahan satu hektar dengan daya panen 7 ton gelondong
jagung. Rata-rata hasil panen didasarkan pada potensi tanaman jagung varietas
W45. Analisis jagung hibrida secara konvensional didasarkan kepada wawancara
terhadap petani dengan daya mencapai 7 ton pipilan kering.
Hasil analisis usaha tani pada pembenihan jagung hibrida menunjukkan
total biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya pada budidaya
jagung konvensional. Hal ini karenakan beberapa komponen biaya seperti benih,
fungisida bahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %, serta rodentisida
diberikan perusahaan secara gratis. Total biaya pada pembenihan jagung yaitu
sebesar Rp. 8 003 000,- sedangkan total biaya pada budidaya jagung konvensional
sebesar Rp. 8 278 000,-.
Komponen pendapatan pembenihan jagung pada kerja sama dengan PT
Dupont, petani mendapatkan keuntungan tambahan, yakni Rp. 800 000,- yang
meliputi kompensasi perusahaan terhadap pembabatan tetua jantan serta penjual
61
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arief, R. dan S. Saenong. 2003. Ketahanan simpan benih jagung (Zea mays
L.) dari beberapa takaran dan waktu pemberian kalium. Jurnal Stigma.
Vol. XI No. 1 : 1-5.
BPS. 2010. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Berdasarkan Provinsi.
http://www.bps.go.id. [1 Oktober 2010].
Idris. 2005. Inovasi teknologi jagung hibrida dalam Buletin Teknologi dan
Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi
Tenggara. Hal 1-8.
65
Jumin. 2008. Dasar-Dasar Agronomi (Edisi Revisi). Rajawali Press. Jakarta. 132
hal.
Sadjad, S. 1992. Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta. 144 hal.
______. 2006. Benih yang Membawa dan Dibawa Perubahan. IPB Press. Bogor
66
Saenong, S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan benih jagung
dalam Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. Hal 146 – 174.
Sprague, G. F. and J.W. Dudley. 1988. Corn and Corn Improvement. Third
edition. America society of Agronomy, Inc. Madison. 968p.
Sutejo, M. M. 1992. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 Hal.
Tawainga, W., Katsvairo and J. C. William. 2000. Soil and crop management.
Agronomy Journal. Vol 92 : 493-500.
LAMPIRAN
68
Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
kerja
Diawasi (jam)
Perkenalan Kantor, administrasi Jatikerto
dan tim kerja (CX-9) Selatan
15-03-2010 8
Pertemuan Petani / Grower (JKTS)
Meeting (GM) Tenggong
17-03-2010 Administrasi perpindahan kerja 4
GM
18-03-2010 8
Rapat tim CX-9(dwiminggu)
19-03-2010 GM Trenyang 4
23-03-2010 Pelatihan menejemen tanam 4
Survey area
24-03-2010 4
Pengecekan kesiapan lahan petani
Pengamatan daya tumbuh benih JKTS
25-03-2010 4
tetua Tenggong
Pelatihan aplikasi herbisida oleh
27-03-2010 4
Sygenta
Pengawasan tanam Tenggong
29-03-2010 8
GM Senggreng
Pengawasan Tanam
30-03-2010 Tenggong 8
Pengecekan kesiapan lahan
31-03-2010 Penanaman tetua jantan II Tenggong 4
01-04-2010 Penanaman tetua jantan II Tenggong 4
02-04-2010 Libur nasional
03-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani Tenggong 4
04-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS 4
05-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS 4
Pengecekan germinasi benih
06-04-2010 Persiapan lahan kunjungan 8
Supervisi dosen
Jatikerto
Pengawasan tanam
07-04-2010 Utara 7
Diskusi dengan petani
(JKTU)
Rapat dengan tim riset
08-04-2010 8
Rapat tim CX-9 (dwiminggu)
Pengawasan tanam
09-04-2010 Penjelasan penggunaan bedengan JKTS 6
kepada petani
Pengecekan kesiapan lahan
10- 04-2010 JKTS 6
Pengawasan tanam
Pengawasan tanam
12-04-2010 JKTU 7
Kunjungan tim Quality
13-04-2010 Pengawasan tanam Tenggong 4
14-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Senggreng 4
15-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Senggreng 8
Pengawasan tanam
Pengecekan persiapan lahan
16-04-2010 8
petani
Rapat koordinasi tim CX-9
Pelatihan aplikasi herbisida oleh
17-04-2010 4
Sygenta
70
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
kerja
Diawasi (jam)
Kunjungan Sygenta
19-04-2010 Tenggong 5
Roguing
20-04-2010 Pengawasan tanam Senggreng 4
21-04-2010 Kontrol Senggreng 5
Aplikasi herbisida oleh Sygenta JKTS
22-04-2010 5
Pengecekan kesiapan lahan Tenggong
Kontrol penanaman
23-04-2010 4
Rapat koordinasi tim CX-9
24-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Tenggong 4
27-04-2010 Pengawasan tanam JKTU 7
Pengawasan tanam
28-04-2010 Tenggong 8
Kontrol
29-04-2010 Kontrol Senggreng 5
Pengawasan Tanam
30-04-2010 Kontrol Senggreng 8
Rapat koordinasi
01-05-2010 Pelatihan administrasi 4
03-05-2010 Kontrol Tenggong 6
Field Trip kelompok tani
04-05-2010 Senggreng 6
05-05-2010 Kontrol Senggreng 7
06-05-2010 Rapat tim CX-9 (dwi minggu) 4
07-05-2010 Penelusuran pustaka unibraw
Rapat koordinasi koordinator
08-05-2010
desa (kordes)
11- 05-2010 Kontrol Tenggong 6
12-05-2010 Pelatihan rouging oleh korwil 4
14-05-2010 Kontrol Tenggong 8
Persiapan lahan kunjungan
15-05-2010 Slorok 4
manajer
17-05-2010 Pelatihan administrasi (ISO) 6
18-05-2010 Kontrol Tenggong 8
19-05-2010 Pelatihan detasseling 8
Kontrol
20-05-2010 Persiapan lahan kunjungan 8
inspektur lapangan (Thailand)
Kontrol
21-05-2010 Pelatihan pengamatan Slorok 8
sinkronisasi
Rapat tim CX-9 bulanan
22-05-2010 Tenggong 6
Pengamatan sinkronisasi
Kontrol detasseling
24-05-2010 Tenggong 10 6
Pengamatan sinkronisasi
25-05-2010 Pengamatan sinkronisasi Tenggong 2
Kontrol detasseling
26-05-2010 Tenggong 5 6
Pengamatan sinkronisasi
27-05-2010 Kontrol Senggreng 5
Kontrol detasseling
28-05-2010 Tenggong 10 8
Pengamatan serangan tikus
Kontrol silang koordinator
29-05-2010 Tenggong 4
wilayah
71
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
Kerja
Diawasi (jam)
Kontrol
31-05-2010 JKTU 8
Pengamatan
01-06-2010 Kontrol Tenggong 6
Persiapan lahan kunjungan
02-06-2010
koordinator quality
Kontrol
03-06-2010 Tenggong 6
Koordinasi dengan broker
Kontrol
04-06-2010 Senggreng 6
Rapat tim CX-9 (dwiminggu)
05-06-2010 4
Solusi permasalahan di lahan
08-06-2010 Kontrol JKTU 8
Persiapan lahan untuk
09- 06-2010 Ngebruk 8
kunjungan Manajer produksi
10-06-2010 Kontrol JKTS 4 6
11-06-2010 Sampling internal Slorok 5
12-06-2010 Kontrol Senggreng 4
14-06-2010 Kontrol Slorok 8
15-06-2010 Kontrol
Senggreng 8
Koordinasi dengan broker
16-06-2010 Kontrol Senggreng 4
17-06-2010 Kontrol JKTU 4 6
18-06-2010 Sampling internal
Slorok 8
Audit kendaraan bermotor
19-06-2010 Penyuluhan petani Senggreng
21-06-2010 Kunjungan ke BMG
22-06-2010 Rapat bulanan tim CX-9 6
23-06-2010 Kontrol
Slorok 7
Pelatihan BHL detasseling
24-06-2010 Pengamatan sinkronisasi
Safety Celebration Meeting 9
2010
25-06-2010 Kontrol Slorok 4 5
26-06-2010 Kontrol Tenggong 4
28-06-2010 Kontrol
Kunjungan Koordinator JKTS 6
Lapangan
29-06-2010 Kontrol Tenggong 2 4
30-06-2010 Kontrol JKTU 4 7
01-07-2010 Kontrol
Pembaharuan data serangan Tenggong 8
tikus
72
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
Kerja
Diawasi (jam)
08-07-2010 Pelatihan estimasi panen 5
09-07-2010 Kontrol Slorok 4
10-07-2010 Kontrol
Tenggong 4
Pengecekan stadia panen
12-07-2010 Kontrol JKTU 8
13- 07-2010 Kontrol
Serangan tikus pada tetua JKTU 8
jantan
14-07-2010 Kontrol JKTS 4 6
15-07-2010 Kontrol Slorok 5
16-07-2010 Panen JKTS 5 7
17-06-2010 Kontrol Trenyang 3
19-06-2010 Kontrol
JKTU 2 6
Diskusi dengan petani
20-07-2010 Kontrol Turus 5
21-06-2010 Kontrol Slorok 6
22-06-2010 Panen
JKTS 5 6
Sebagian terserang tikus
23-06-2010 Kontrol
Slorok 9
Rapat bulanan tim CX-9
24-06-2010 Administrasi laporan selesai
magang
73
U
74
Lampiran 3. (Lanjutan)
Penimbangan Penerimaan
Tongkol Jagung
Pemipilan
Benih
Perlakuan
Benih
Manual ;
Pengepakan Otomatis ;
Benih Tetua
Benih Benih komersial
Gudang
Penyimpan
79
Manajer Produksi
K3 Koordinator
Asisten
Administrasi
Black Belt and ISO Koordinator
Manajer lapangan
Lampiran 9. Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi Sumber Pucung di PT Dupont
Pengamatan Ke-
Jantan/Betina Ulangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur Tanaman
53 54 55 56 57 58 59 60
I 4 7 13 29 37 43 49 50 50
Betina II 1 10 19 29 41 45 48 50 50
III 2 8 14 27 35 41 49 50 50
Total 7 25 46 85 113 129 146 150 150
% 5 17 31 57 75 86 97 100 100
Umur Tanaman
53 54 55 56 57 58 59 60
I 0 10 23 40 47 50 50 50 50
Jantan 1 II 3 8 19 34 42 48 50 50 50
III 0 10 22 39 46 50 50 50 50
Total 3 28 64 113 135 148 150 150 150
% 2 19 43 75 90 99 100 100 100
UmurTanaman
51 52 53 54 55 56 57 58
I 0 0 2 8 20 32 46 50 50
Jantan 2 II 0 0 3 10 24 35 47 50 50
III 0 0 1 8 20 34 48 50 50
Total 0 0 6 26 64 101 141 150 150
% 0 0 4 17 43 67 94 100 100
Sumber : Data primer pengamatan bulan Juni
Keterangan : Jika persentase tetua tetua betina - (Tetua Jantan 1 + Tetua Jantan 2)/2 ≤ 10% maka sinkronisasi tetua tercapai;
81