Anda di halaman 1dari 93

iii

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI


BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,
MALANG

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO


A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
iv

RINGKASAN

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO. Studi Pengelolaan Tanaman Pada


Produksi Benih Jagung Hibrida di PT Dupont Indonesia, Malang.
(Dibimbing oleh TATIEK KARTIKA SUHARSI).
Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Produktivitas jagung nasional
untuk varietas lokal masih sangat rendah, yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 -
10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha. Keunggulan menggunakan
benih jagung hibrida adalah tahan terhadap penyakit tertentu, masa panennya
lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi. Selain untuk
pangan, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia.
Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman lapangan mahasiswa. Tujuan khusus magang adalah mempelajari
pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung hibrida. Kegiatan magang
dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur selama lima bulan
mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.
Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan untuk memaparkan
sistem produksi benih serta kerjasama yang ditawarkan PT Dupont Indonesia
serta penandatanganan kontrak kerjasama. Pemeriksaan lapangan yang
dilakukan perusahaan sebelum penanaman dilakukan untuk mengetahui
kelayakan lahan penanaman jagung, kegiatan meliputi pemetaan dan
pengumpulan informasi wilayah. Pemetaan lahan dilakukan dengan alat Global
Positioning System (GPS), sedangkan informasi lapangan diperoleh melalui
wawancara.
Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang
hingga 100 % sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi
tanaman. Penggunaan bedengan meningkatkan hasil panen tongkol lebih hingga
2 ton/ha. Penggunaan bedengan memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
panen tongkol jagung pada uji-t dengan taraf 5 %.
v

Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena


terdapat persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua
tiap hektar di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh
yang nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010 berdasarkan uji
nilai tengah pada taraf 5 %.
Berdasarkan uji nilai tengah pada taraf 5 %, penggunaan benih tetua per
hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010
Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu
memperpanjang periode vegetatif tanaman yang dapat mengganggu proses
sinkronisasi tanaman yang dapat menurunkan daya hasil tanaman. Pemupukan N
berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai.
Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik
saat umur tanaman 56 - 58 HST, karena pematangan antara tetua jantan dan
betina berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk
benih dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen
dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk
menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan
benih di pabrik pengolahan.
vi

STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI


BENIH JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA,
MALANG

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDI PRATAMA OKTAVIANTO


A24063486

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
vii

Judul : STUDI PENGELOLAAN TANAMAN PADA PRODUKSI BENIH


JAGUNG HIBRIDA DI PT DUPONT INDONESIA, MALANG
Nama : ARDI PRATAMA OKTAVIANTO
NIM : A24063486

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS.


NIP. 19550324 198203 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.


NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :
viii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 29 Oktober 1987 di Wonogiri, Jawa


Tengah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan
Suwondo, SH dan Siti Sumardiyatmi, SE.
Pendidikan sekolah dasar penulis selesaikan pada tahun 2000 di SD Negeri
Ardimulyo 1 Singosari, Malang. Sekolah Menengah Pertama di SLTP Negeri 1
Singosari, lulus pada tahun 2003. Pendidikan Sekolah Menengah Umum dilalui
di SMA Negeri 1 Lawang dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007.
Selain mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis juga mengikuti kegiatan
kampus, seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (2007 - 2008),
Himpunan Mahasiswa Agronomi (2007 – 2009). Penulis juga aktif dalam
kepanitiaan yang diselenggarakan di lingkungan Kampus IPB, seperti Temu
Alumni Agronomi pada tahun 2009, Festival Tanaman XXIX dan XXX pada
tahun 2008 dan 2009, Masa Perkenalan Fakultas Pertanian pada tahun 2008,
Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura pada tahun yang
sama.
ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan,


rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Studi Pengelolaan Tanaman pada Produksi Benih Jagung Hibrida di
PT Dupont Indonesia, Malang”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir strata S1
pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Dukungan dan bantuan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak
sangatlah berarti bagi penulis. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu dan bapak (alm) serta adik (kaka-kiki) tercinta terima kasih atas doa,
kasih sayang, perhatian, pengertian, dukungan, semangat dan kepercayaan
kepada penulis.
2. Dr. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan serta arahan selama pelaksanaan magang dan
penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir Ahmad Junaedi, MSi dan Ir. Heni Punamawati, MSc. Agr selaku dosen
penguji.
4. Prof. Dr Ir Slamet Susanto, MSc. selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalani studi.
5. Pegawai dan staff kantor PT Dupont dan lahan produksi Sumber Pucung.
Bapak Jajang Mulyana, Mulyo Haryono dan tim yang bersedia membimbing,
memberikan pengarahan dan membantu penulis selama kegiatan magang.
6. Ana Yunita yang telah memberikan warna hidup kepada penulis serta teman–
teman Agronomi dan Hortikultura 43, serta semua pihak yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, Maret 2011

Penulis
v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
Latar Belakang .................................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................................... 2

TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3


Botani Jagung .................................................................................................... 3
Syarat Tumbuh .................................................................................................. 4
Benih ................................................................................................................. 5
Produksi Benih Hibrida Jagung ........................................................................ 7

METODE MAGANG ......................................................................................... 12


Tempat dan Waktu .......................................................................................... 12
Metode Pelaksanaan ........................................................................................ 12
Pengumpulan Data .......................................................................................... 12

KEADAAN UMUM ........................................................................................... 14


Profil Perusahaan ............................................................................................ 14
Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................ 15
Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi.......................................................... 15
Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................................... 16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG....................................................... 18


Aspek Teknis................................................................................................... 18
Aspek Manajerial ............................................................................................ 36

PEMBAHASAN ................................................................................................. 42
Pemeriksaan Lapangan.................................................................................... 42
Pertemuan dengan Petani ................................................................................ 43
Produksi Benih Jagung Hibrida ...................................................................... 44
Alur Benih Tetua ............................................................................................. 59
Analisis Usaha Tani ........................................................................................ 60

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 62


Kesimpulan ..................................................................................................... 62
Saran................................................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 64

LAMPIRAN ........................................................................................................ 67
vi

DAFTAR TABEL
Nomor Halaman

1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih ...... 19

2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman ............................. 21

3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont


Indonesia ................................................................................................. 31

4. Hasil Uji-T Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih ........... 45

5. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil Panen


Tongkol Jagung. ...................................................................................... 47

6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 Per Hektar di PT Dupont .......... 49

7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan


Produksi Sumber Pucung PT Dupont ..................................................... 50

8. Hasil Uji-T Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah


Produksi Benih ........................................................................................ 51

9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen


Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia................................................ 52

10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi Peraturan


Tanam di PT Dupont ............................................................................... 53

11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 55

12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan
Sinkronisasi ............................................................................................. 57
 
vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda ........................ 6

2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 dan 4:2 ............ 7

3. Bunga Jantan Dari Tetua Jantan dan Tetua Betina ................................ 20

4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 ....................... 22

5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman ........................................ 23

6. Pengawasan Penanaman 7 HST .............................................................. 24

7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung .................................. 25

8. Pengendalian Gulma Secara Kimia dan Manual .................................... 26

9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina dan Jantan ............................. 27

10. Tanaman Tipe Simpang .......................................................................... 27

11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar dan Saling Silang ................ 28

12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan ................................. 29

13. Sinkronisasi Tetua Jantan dan Tetua Betina .......................................... 30

14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna .................................................. 31

15. Stadia Panen 2 dan Stadia Panen 4 ....................................................... 32

16. Hasil Panen dan Pengarungan Hasil Panen............................................. 33

17. Daya Tumbuh Benih pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan ........ 45

18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa


Bedengan ................................................................................................. 46

19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung .......... 51
 
viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan Benih,


PT Dupont Indonesia ............................................................................... 68

2. Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah di Lahan


Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia .................................... 69

3. Peta Lahan Produksi Sumber Pucung Berdasarkan GPS Beserta


Keterangan Wilayah ................................................................................ 73

4. Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani .................................................. 75

5. Formulir Jadwal Perawatan Tanam ......................................................... 76

6. Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani .................................................... 77

7. Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih PT Dupont


Indonesia .................................................................................................. 78

8. Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang ............................... 79

9. Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi


Sumber Pucung di PT Dupont ................................................................. 80

10. Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont ............................. 81

11. Analisis Usaha Tani Budidaya Jagung Konvensional Petani .................. 82 
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung adalah komoditas penting untuk pangan dan pakan. Pengusahaan


jagung di dunia lebih dari 120 juta ha lahan kering dan Indonesia merupakan salah
satu tempat pengusahaan jagung utama di dunia. Selain pada lahan kering, jagung
diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas mencapai
sekitar 7 ton/ha (Puslitbangtan, 2006).
Jagung merupakan komoditas pangan yang memiliki potensi besar untuk
kepentingan industri pangan, pakan dan biofuel. Selain untuk konsumsi manusia,
jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak unggas dan ruminansia. Di negara
maju, sari pati jagung diolah menjadi gula rendah kalori dan ampasnya diproses
kembali untuk menghasilkan alkohol dan monosodium glutamat (Agromedia,
2007). Produksi jagung hingga tahun 2014 diharapkan meningkat minimal 10 %.
Tingkat petani didorong untuk memenuhi kebutuhan benih jagung sendiri.
Ditargetkan benih produksi petani dapat mencapai 80 000 ton dari kebutuhan
nasional sebesar 350 000 ton (Pioneer, 2009). Potensi areal untuk pengembangan
jagung tersedia cukup luas, yaitu sekitar 20.5 juta hektar, sedangkan luas
pertanaman jagung pada akhir tahun 2009 luas pertanaman jagung baru mencapai
4.09 juta hektar (BPS, 2010).
Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas
produktivitas usaha tani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan tepat lokasi
akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna
meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, industri benih
jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi
baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida
yang baru mencapai 28 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit
(Nugraha et al., 2003).
Produktivitas jagung nasional untuk varietas lokal masih sangat rendah,
yaitu 2 - 3 ton/ha, jagung hibrida 7 - 10 ton/ha, dan jagung komposit kurang dari
5 ton/ha. Keunggulan menggunakan benih jagung hibrida adalah tahan terhadap
2

penyakit tertentu, masa panennya lebih cepat dengan kualitas dan kuantitas
produksi lebih tinggi (Agromedia, 2007).
Usaha peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat dilakukan
dengan pengelolaan tanaman seperti penggunaan varietas unggul, pengolahan
tanah, pemupukan, pengaturan jarak tanam yang baik serta kegiatan panen yang
tepat. Pengolahan tanah, Pengaturan jarak tanam, rouging, detasseling dan
pembabatan tetua jantan pada areal produksi benih merupakan cara yang
berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaturan jarak tanam mempengaruhi
persaingan antar tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara, sehingga akan
mempengaruhi hasil. Semakin rapat jarak tanam menyebabkan lebih banyak
tanaman yang tidak berbuah. (Harjadi, 2002).
Pengolahan tanah dilakukan untuk melihara dan memperbaiki kesuburan
tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat. Perbaikan kesuburan juga dapat
dilakukan dengan cara, antara lain pemberian pupuk nitrogen. Pemberian pupuk
urea dengan dosis yang tepat dapat meningkatan produktivitas jagung hibrida
(Sutejo, 1992).
Pengelolaan tanaman pada kegiatan produksi benih jagung berbeda dengan
kegiatan budidaya tanaman jagung secara umum. Untuk mendapatkan kemurnian
benih yang tinggi diperlukan kegiatan rouging, detasseling dan pembabatan tetua
jantan. Rouging merupakan kegiatan membuang tanaman yang menyimpang dari
tipe rata-rata dan yang tertular penyakit berdasarkan hasil pengamatan secara
visual. Detasseling merupakan kegiatan membuang bunga jantan pada tetua betina
untuk mencegah penyerbukan sendiri (selfing) (Saenong et al., 2007). Pembabatan
tetua jantan dilakukan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada
tongkol tetua jantan merupakan hasil selfing.

Tujuan

Magang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan


pengalaman lapangan mahasiswa. Kegiatan magang ini secara khusus bertujuan
untuk mempelajari kegiatan pengelolaan tanaman pada produksi benih jagung
hibrida.
3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jagung

Taksonomi jagung yang dikutip dari Rubatzky dan Yamaguchi (1998)


adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledone
Ordo : Poates
Famili : Gramineae
Sub famili : Myadeae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman monokotil semusim iklim panas dengan
bunga jantan dan bunga betina terletak dalam satu pohon (monoecius), tetapi
terletak terpisah satu sama lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga jantan
(tassel) tumbuh di ujung batang utama (titik tumbuh apikal), sedangkan bunga
betina (cob) tumbuh dari titik tumbuh lateral (Paliwal, 2000).
Genotipe jagung yang mempunyai batang kuat memiliki lebih banyak
lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan
sekeliling pembuluh vaskular (Paliwal, 2000). Jumlah daun umumnya berkisar
antara 10 - 18 helai. Waktu munculnya daun hingga daun terbuka sempurna
berkisar 3 - 4 hari setiap daun.Tanaman jagung di daerah tropis mempunyai
jumlah daun relatif lebih banyak dibanding di daerah beriklim sedang (Paliwal,
2000).
Akar jagung berfungsi sebagai penunjang struktur batang, menyerap air
dan unsur hara dari dalam tanah. Sistem perakaran jagung merupakan sistem
perakaran serabut yang terdiri atas akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau
penyangga. Akar seminal merupakan akar yang berkembang dari radikula embrio.
Pertumbuhan akar seminal akan melambat setelah plumula muncul ke permukaan
tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung
mesokotil yang kemudian berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus
4

ke atas antara 7 - 10 buku. Akar adventif tunbuh di bawah permukaan tanah dan
berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar adventif berperan dalam
pengambilan air dan hara. Akar kait atau penyangga adalah akar adventif yang
muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah. Fungsi dari akar
adventif adalah menjaga tanaman agar tetap tegak membantu penyerapan hara dan
air (Subekti et al., 2007).
Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana pada sebagian
besar varietas, bunga jantannya muncul (anthesis) 1 - 3 hari sebelum rambut
bunga betina muncul (silking). Serbuk sari (polen) terlepas mulai dari spikelet
yang terletak pada spika bagian tengah, 2 - 3 cm dari ujung malai kemudian turun
ke bawah. Satu bulir anthera melepas 15 - 30 juta serbuk sari.
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun kelobot. Tongkol jagung yang terletak pada
bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibanding yang
terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10 - 16 baris biji yang
jumlahnya selalu genap sampai masak fisiologis (Subekti et al., 2007).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu (1) pericarp, berupa lapisan
luar yang tipis, berfungsi melindungi embrio dari organisme pengganggu dan
kehilangan air, (2) endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75% dari
bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral, minyak, dan
lainnya, dan (3) embrio, sebagai miniatur tanaman yang terdiri atas plumula, akar
radikal, dan koleoptil (Hardman and Gunsolus 1998).

Syarat Tumbuh

Tinggi tanaman jagung dapat mencapai 1.5 – 3.5 meter dalam beberapa
minggu. Jagung dapat tumbuh baik pada suhu 30 – 47 oC dengan kelembaban
sedang (40 – 50 %) dan pH sekitar 5.5 - 7.0. Jagung baik dibudidayakan pada
daerah tropis (latitude 0 – 55 o) dengan altitude 0 - 12 000 meter di atas
permukaan laut (dpl). Jagung dapat tumbuh selama 42 hingga 150 hari (White
and Johnson, 2003).
5

Lingkungan tumbuh tanaman jagung perlu diperhatikan untuk


mendapatkan produksi maksimal. Untuk menghasilkan benih jagung dengan mutu
yang tinggi diusahakan agar tanaman dapat dipanen pada kondisi tidak ada hujan,
sehingga pola curah hujan di wilayah pengembangan produksi benih perlu
diidentifikasi. Hasil penelitian Arief dan Saenong. (2003) di Bone, Sulawesi
Selatan, menunjukkan bahwa benih jagung yang dipanen lebih awal atau lambat
mempunyai viabilitas yang menurun dengan cepat.

Benih

Struktur benih dan biji sama, yaitu kulit benih, cadangan makanan dan
embrio, secara fungsional benih dan biji berbeda. Benih adalah sarana produksi
untuk menghasilkan pertanaman sehingga benih harus hidup. Benih yang bermutu
harus melalui kegiatan pengolahan seperti pengeringan, pembersihan, pemilahan
dan penyimpanan, sedangkan biji merupakan bahan tanam dari suatu tanaman dan
tidak ditujukan untuk menghasilkan pertanaman. Biji digunakan dalam industri,
seperti industri makanan dan pakan ternak (Sadjad, 2006).

Mutu Benih

Sadjad (1992) menyatakan bahwa benih yang memiliki mutu fisik tinggi
merupakan benih yang bersih dari kotoran, serta seragam dalam bentuk, ukuran,
warna dan berat jumlah per volume. Benih bermutu fisik tinggi harus bebas dari
hama penyakit sehingga benih perlu diberikan perlakuan dengan bahan kimia
(pestisida). Untuk mempertinggi mutu fisik benih diberikan pewarna, aroma serta
mengemas benih dengan kemasan yang cantik.
Viabilitas adalah mutu fisiologis benih yang ditujukkan oleh kemampuan
berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah mencerminkan kemampuan
benih untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi
lingkungan yang optimum. Vigor benih mencerminkan kemampuan benih untuk
tumbuh dan berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan
suboptimum atau berkembang di atas normal pada kondisi lingkungan optimum
(Sadjad, 1992).
6

Mutu genetik benih menunjukkan keragaman benih dalam sifat genetik.


Campuran kotoran pada benih mengakibatkan turunnya mutu genetik benih
karena benih yang tercampur kotoran tumbuh tidak seragam apabila ditanam di
lapangan akibat kontaminasi kotoran (Sadjad, 1992). Pemilihan varietas sangat
mempengaruhi mutu genetik benih karena karakteristik tertentu dari tetua dapat
diturunkan melalui perkawinan silang balik (Justice dan Bass, 2002).

Benih Inbrida dan Benih Hibrida Jagung

Benih inbrida merupakan benih tetua yang memiliki tingkat


homozigositas sangat tinggi. Benih inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan
sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida jagung dapat
dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau komposit
dan inbrida lain. Pembentukan benih inbrida dari varietas bersari bebas atau
hibrida dilakukan melalui seleksi tanaman (Takdir et al., 2007).
Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara
tetua berupa galur inbrida atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Hal
yang perlu dilakukan dalam pemuliaan varietas hibrida adalah pembuatan galur
inbrida, yakni galur tetua yang homozigot melalui silang dalam (inbreeding) pada
tanaman menyerbuk silang. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang
homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian
ditanam sebagai varietas hibrida (Takdir et al., 2007). Bagan persilangan untuk
mendapatkan tanaman hibrida secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1

Inbrida A x Inbrida B Inbrida C x Inbrida D

Hibrida Hibrida
Silang tunggal Silang tunggal
AxB CxD

Hibrida
Silang ganda
(A x B) x (C x D)

Gambar 1. Pembentukan Hibrida Silang Tunggal dan Silang Ganda


7

Disamping memiliki hasil yang tinggi, hibrida silang tunggal lebih


seragam dan produksi benihnya relatif lebih mudah dibandingkan dengan hibrida
silang tiga dan silang ganda. Namun demikian, hibrida silang tunggal memiliki
stabilitas penampilan yang lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda
(Sprague dan Dudley, 1988). Berdasarkan hasil penelitian Idris (2005),
penanaman generasi kedua (F2) hibrida silang tunggal akan menurunkan hasil
pertanaman 15 – 20 %, kemudian silang puncak (top cross) dan silang tiga jalur
(three way cross) akan berkurang hingga 10 %.

Produksi Benih Hibrida Jagung

Produksi benih membutuhkan perhatian khusus. Hal tersebut dikarenakan


terdapat perbedaan hasil benih hibrida pada daerah penanaman yang berbeda.
Dalam produksi benih, dilakukan isolasi jarak minimal 201 m dan pemotongan
bunga jantan pada tetua betina (detasseling) untuk mendapatkan kemurnian benih
hingga 99 % atau lebih (White dan Johnson, 2002).
Rasio tanaman tetua inbrida untuk produksi hibrida umumnya berada
dalam pengawasan pemulia. Saran untuk rasio penanaman baris tetua betina dan
jantan harus berasal dari pemulia. Hal tersebut bertujuan untuk menjamin serbuk
sari tetua jantan cukup membuahi tetua betina. Rasio yang digunakan untuk tetua
betina dan jantan pada produksi benih beberapa varietas jagung hibrida adalah 4 :
2 atau 4 : 1 (Gambar 2).

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♂
(a) (b)

Keterangan : ♂ : Tanaman Induk Jantan


♀ : Tanaman Induk Betina

Gambar 2. Sketsa Petak Penanaman Jagung Rasio Penanaman 4:1 (a) dan 4:2 (b)
8

Gambar 2 menunjukkan posisi baris tetua jagung pada lahan produksi.


Penanaman rasio 4 : 1 berati setiap empat baris tanaman tetua betina diselingi
satu baris tanaman tetua jantan. Rasio 4 : 2 berati setiap empat baris tanaman tetua
betina diselingi 2 baris tetua jantan. Rasio penanaman 4 : 2 lebih menguntungkan
dalam produksi polen karena jumlah tanaman induk jantan lebih banyak sehingga
tongkol jagung yang dihasilkan lebih rapat dibandingkan penanaman rasio 4 : 1,
tetapi jumlah tongkol yang dihasilkan pada penanaman rasio 4 : 2 lebih rendah
dibandingkan rasio 4 : 1 (White dan Johnson, 2003).

Sistem Bedengan

Penggunaan sistem bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan


pada musim hujan. Kondisi ini dapat membantu fase perkecambahan tanaman,
khususnya pada tanaman serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air
(Bakker et al., 2005). Dalam penelitian Bakker et al (2007) menambahkan
mengenai sistem bedengan, bahwa 11 dari 28 eksperimennya pada tanaman
serealia memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman
kontrol tanpa menggunakan bedengan.
Pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan menurunkan
penggunaan material kimia pada pertanaman jagung (Tawainga et al., 2000).
Ortega et al. (2000) menyatakan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen sebanyak
10 %. Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat
menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah
terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi.

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan pemeliharaan tanaman yang


berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Dalam
pemupukan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu tanaman yang
akan dipupuk, jenis tanah yang akan dipupuk, jenis pupuk yang akan digunakan,
9

dosis pupuk yang diberikan, cara aplikasi, dan waktu pemupukan (Hardjowigeno,
2003). Pengelolaan aplikasi pemupukan merupakan hal yang paling penting
karena merupakan kunci utama tercapainya target produksi yang diharapkan.
Pemupukan pada tanaman jagung perlu dilakukan untuk mendapatkan
pertumbuhan dan hasil panen yang optimal. Pupuk diberikan sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Pemupukan yang berlebihan akan berpengaruh negatif
terhadap lingkungan, produksi, dan pendapatan. Oleh karena itu, pemupukan perlu
memperhatikan aspek efisiensinya (Subandi et al., 1998). Permadi et al (2005)
menambahkan bahwa pemberian pupuk N, P dan K dapat meningkatkan
pertumbuhan dan komponen daya hasil.
Daya kecambah benih yang tanaman induknya tidak dipupuk unsur P turun
menjadi 79.3 %, sedangkan benih dari tanaman induk yang dipupuk 90 - 135 kg
P2O5/ha, daya berkecambahnya berkisar antara 88.0 - 90.7 % setelah benih
disimpan selama 6 bulan. Tanpa pemupukan K pada tanaman induk, terjadi
penurunan daya berkecambah benih hingga 70.3 %. Pemberian K dua kali, yaitu
pada saat tanam dan 4 minggu setelah tanam, ketahanan simpan benih lebih tinggi
dibanding kalau K diberikan seluruhnya pada saat tanam atau seluruhnya pada 4
minggu setelah tanam. Pemberian 45 kg K2O/ha dengan dua kali aplikasi untuk
mempertahankan mutu benih selama 6 bulan dengan daya berkecambah benih
hingga 96 % (Arief dan Saenong, 2003).
Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya
berkecambah benih yaitu di atas 80 %, tanaman yang dipupuk N dan P atau N dan
K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya 40 %
setelah periode simpanan 16 bulan (Syarifudin dan Saenong, 2005).
Pemupukan P dapat meningkatkan kandungan protein dan bobot biji yang
selanjutnya meningkatkan vigor dan ketahanan simpan benih. Unsur K selain
untuk pertumbuhan tanaman juga berperan sebagai mineral fitin dan memperbaiki
integeritas membran sel dan kulit biji sehingga viabilitas benih tinggi dan tahan
terhadap serangan jamur pada saat penyimpanan (Saenong et al., 2007).
10

Sinkronisasi Tanaman

Interval antara keluarnya bunga betina dan bunga jantan (anthesis silking
interval, ASI) adalah hal yang sangat penting. ASI yang kecil menunjukkan bunga
jantan dan bunga betina sinkron, yang berarti peluang terjadinya penyerbukan
sempurna sangat besar. Semakin besar nilai ASI maka sinkronisasi pembungaan
dan penyerbukan semakin terhambat sehingga menurunkan hasil tanaman.
Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan menempel
pada rambut tongkol.
Terlepasnya serbuk sari berlangsung 3-6 hari, bergantung pada varietas,
suhu, dan kelembaban. Rambut tongkol tetap reseptif dalam 3-8 hari. Serbuk sari
masih tetap hidup dalam 4 - 16 jam sesudah terlepas. Penyerbukan selesai dalam
24 - 36 jam dan biji mulai terbentuk sesudah 10 - 15 hari. Setelah penyerbukan,
warna rambut tongkol berubah menjadi cokelat dan kemudian kering (Subekti et
al., 2007).

Kerapatan tanam

Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi


tumbuhan adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan hara.
Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan
kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan
terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya
karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya
perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al., 2000). Hasil penelitian
Nuruzuman (2008) menunjukkan pertumbuhan tanaman dalam polibag yang
berisi satu benih lebih baik dibandingkan dengan tanaman dalam polibag yang
berisi tiga atau lima benih berdasarkan parameter pertumbuhan jumlah daun,
diameter batang dan tinggi tanaman.
11

Pemanenan

Panen dilakukan setelah memasuki fase masak fisiologis yakni ditandai


dengan lapisan warna hitam (black layer) pada pangkal biji jagung. Pada kondisi
ini kadar air berkisar 21 – 28 %. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka
biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi sehingga menurunkan vigor
benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang (Kuswanto, 2003).
Kadar air jagung saat panen mempengaruhi volume dan mutu hasil.
Pemanenan pada kadar air rendah (17 – 20 %) menyebabkan terjadinya susut hasil
akibat tercecer sebesar 1.2 – 4.7 % dan susut mutu 5 – 9 %. Apabila panen
dilakukan pada kadar air tinggi, susut hasil akibat tercecer mencapai 1.7 – 5.2 %
dan susut mutu 6 – 10 % (Subandi et al., 1998).
Jagung yang dipanen pada kadar air tinggi dapat merusak biji baik dari
segi fisik, mekanis maupun fisiologis. Kerusakan tersebut menyebabkan
menurunya vigor benih sebelum disimpan (Saenong et al., 2007).
12

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di PT Dupont Indonesia, Malang, Jawa Timur


selama lima bulan mulai dari bulan Februari hingga Juli 2010.

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan magang yang dilakukan adalah: mengikuti secara


langsung aktivitas di lapangan produksi benih jagung hibrida, mendampingi
mandor pabrik unit pengolahan benih, wawancara dan pencarian data sekunder.
Wawancara dilakukan terhadap pegawai perusahaan serta petani. Wawancara
bertujuan untuk memperdalam dan menambah informasi tentang perusahaan serta
memperdalam pengetahuan mengenai data sekunder yang telah didapatkan.
Bulan pertama kegiatan yang dilakukan adalah sebagai pendamping
mandor pabrik. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik
meliputi pengawasan terhadap bagian pengeringan benih, pembersihan dan
pemilahan benih, perlakuan serta pengepakan benih. Pengawasan pada bagian
penerimaan dan pemipilan benih tidak dilakukan karena pada saat kegiatan
magang perusahaan tidak melaksanakan kegiatan tersebut.
Bulan kedua hingga bulan kelima aktivitas yang dilakukan adalah kegiatan
lapang produksi benih hibrida. Kegiatan yang diikuti adalah sebagai berikut: (1)
pemeriksaan lapang, (2) mengikuti pertemuan dengan petani, (3) penentuan tetua
jantan dan tetua betina, (4) persiapan lahan, (5) penanaman, (6) pemeliharaan
tanaman, (7) pengamatan sinkronisasi tanaman tetua, dan (8) pemanenan.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan magang terdiri atas data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui aktivitas secara
langsung di lapangan yang meliputi pengamatan daya tumbuh benih tetua dan
produktivitas tanaman secara langsung dan melakukan wawancara terhadap
pegawai dan staff perusahaan serta petani.
13

Data primer yang dikumpulkan meliputi daya tumbuh benih tetua dan hasil
panen pada sistem bedengan dan tanpa bedengan, dosis pemupukan dan
sinkronisasi tanaman tetua. Pengamatan sinkronisasi tanaman tetua dilakukan
pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 50 tanaman
contoh untuk tiap ulangan.
Data sekunder adalah data yang telah tersedia di perusahaan yang
menunjang kegiatan magang, seperti sejarah dan profil perusahaan, sarana dan
prasarana yang tersedia, peta lahan produksi dan potensi wilayah, identitas benih
tetua, perhitungan kebutuhan benih tetua, formulir pemeliharaan tanam, data
kriteria panen, formulir pembayaran panen, luas areal tanam dan penggunaan
benih tetua, data serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), data
rekomendasi hasil panen, data hasil panen serta aspek manajerial perusahaan
(perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi kegiatan
yang dilakukan). Data sekunder curah hujan diperoleh dari Badan Meteorologi
dan Geofisika (BMG) Malang.
Data sekunder yang digunakan untuk kepentingan analisis terdiri atas data
perhitungan benih tetua, data luas areal tanam, data penggunaan benih tetua, data
serangan OPT, data panen, data curah hujan bulan Januari hingga Mei 2010. Data
yang digunakan merupakan data selama magang berlangsung di lahan produksi
Sumber Pucung pada bulan Februari hingga Juli 2010.

Analisis Data dan Informasi

Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Seluruh


data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan nilai rata-rata, persentase,
dan perhitungan statistik sederhana lainnya. Dalam pengamatan sinkronisasi
bunga jantan dan bunga betina, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F
dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 %. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
alat bantu SAS 9.1.
14

KEADAAN UMUM

Sejarah Perusahaan

PT Dupont Indonesia dahulu bernama PT Pioneer Hibrida Indonesia yang


merupakan perusahaan multinasional yang berpusat di Iowa, Amerika Serikat
dengan nama Pioneer Hi-Bred International Inc. Perusahaan ini berdiri sejak
tahun 1985 dengan nama PT Gunung Sewu Agrotama dan mulai tahun 1987
berganti nama menjadi PT Pioneer Hibrida Indonesia yang bergerak di bidang
pertanian dengan memproduksi benih jagung.

Profil Perusahaan

PT Dupont Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang


perbenihan jagung, khususnya benih jagung hibrida. PT Dupont memiliki satu
pabrik yang berada di Jl. Raya Krebet, Desa Krebet, Kecamatan Bululawang,
Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan kapasitas produksi 7 500 ton/tahun.
Kantor pusat PT Dupont terletak di Beltway Office Park Building A, 5th Floor Jl.
Ampera Raya No. 9 - 10 Jakarta 12550.
Sistem yang dijalankan pusat produksi benih PT Dupont Indonesia di
Malang adalah inti plasma atau kemitraan dengan kelompok tani. Jumlah petani
yang sudah menjalankan sistem kemitraan tersebut kurang lebih 10 000 petani.
Keuntungan petani yang bekerjasama dengan PT Dupont adalah (a) mendapatkan
benih gratis, (b) mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pengolahan lahan serta
sarana produksi (saprodi), (c) adanya jaminan pembelian hasil panen dengan
harga dasar, (d) mendapatkan penyuluhan tentang tata cara perawatan tanaman
dari Petugas Lapang PT Dupont, serta (e) mendapatkan insentif bagi kelompok
tani.
Pemasaran perusahaan mayoritas dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan
domestik ke seluruh dealer maupun kios pertanian hampir di seluruh wilayah
Jawa, Sumatera (Lampung dan Medan), serta Sulawesi Selatan. Benih produksi
PT Dupont jika di ekspor jika ada permintaan dari negara lain seperti Philipina,
Pakistan, Vietnam, dan Jepang.
15

Visi dan Misi Perusahaan

Visi PT Dupont Indonesia adalah sebagai berikut: (1) berusaha


menghasilkan produk yang terbaik di pasaran, (2) perusahaan menjalankan bisnis
secara jujur dan adil dengan pelanggan, petani, karyawan, tim pemasaran,
asosiasi bisnis, serta pemegang saham perusahaan, (3) perusahaan
mempublikasikan serta menjual produk perusahaan dengan sebaik-baiknya, serta
(4) perusahaan memberikan bantuan saran ke manajemen untuk membantu
pelanggan perusahaan dalam meraih keuntungan yang memungkinkan dari
produk perusahaan.
Misi perusahaan adalah (1) menyediakan produk dan pelayanan dengan
meningkatkan efisiensi serta keuntungan dari petani sedunia, (2) bisnis inti
perusahaan adalah mengimplementasikan ilmu pengetahuan secara genetik, dan
(3) perusahaan akan meyakinkan pertumbuhan bisnis inti perusahaan dan
mengembangkan peluang baru dengan meningkatkan bisnis inti.

Lokasi Perusahaan dan Lahan Produksi

Pabrik pengolahan benih PT Dupont berada di Kecamatan Bululawang,


Kabupaten Malang. Pabrik berada pada elevasi 391 m dpl. Pabrik berbatasan
dengan Kecamatan Gondang Legi. Dari arah utara pabrik pengolahan benih ini
berdekatan dengan pabrik penggilingan tebu Krebet. Di sebelah barat pabrik
terdapat pemukiman warga dan sebelah utara pabrik terdapat lahan yang tidak
digunaan untuk kepentingan pertanian ataupun pemukiman.
Lahan produksi benih selama kegiatan magang berlangsung termasuk ke
dalam wilayah produksi Sumber Pucung tepatnya di Kecamatan Kromengan
antara lain di Desa Jatikerto, Tenggong, Jatikerto Selatan, Trenyang, Ngebruk,
Senggreng dan Slorok dengan luas areal penanaman total 233 ha. Lahan produksi
merupakan lahan petani yang bermitra dengan perusahaan. Lahan produksi
Sumber Pucung terletak di daerah dataran rendah dengan rata-rata ketinggian
lahan produksi adalah 400 m dpl. Setiap desa mempunyai kelompok tani dan
gabungan kelompok tani (Gapoktan) berada di Desa Senggreng.
16

Struktur Organisasi Perusahaan

PT Dupont Indonesia dipimpin oleh seorang manajer produksi yang


bertanggung jawab langsung kepada manajer Asia Pasifik. Manajer produksi
dibantu oleh koordinator keselamatan dan kesehatan kerja (K3), asisten
administrasi, koordinator black belt dan ISO, manajer lapangan, manajer
operasional pabrik, spesialis logistik, dan teknisi pabrik.
Manajer produksi bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan dan
mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan
prosedur perusahaan. Koordinator K3 bertugas untuk memastikan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja agar berjalan sesuai dengan prosedur perusahaan
serta melaksanakan internal audit K3. Tugas dan tanggung jawab asisten
administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi,
manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya. Koordinator
black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang
maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.
Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan
merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai
dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari
kelompok tani ke instansi terkait. Dalam melaksanakan tugasnya manajer
lapangan dibantu oleh penyelia agronomi dan koordinator desa.
Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih
dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja
pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara
periodik. Dalam menjalankan tugasnya manajer operasional pabrik dibantu oleh
penyelia pengolahan produksi.
Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan
menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada
dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang
penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara
berkala. Petugas gudang merupakan karyawan yang bertugas membantu pekerjaan
spesialis logistik.
17

Teknisi pabrik bertanggung jawab untuk menjaga, memelihara dan


memperbaiki peralatan, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses
memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan tugasnya
teknisi pabrik dibantu oleh teknisi pemeliharaan mekanik dan elektrik.
18

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping


mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan
sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi
Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Pemeriksaan Lapang

Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian


lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan
ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman
jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian
lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama
4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan
dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global
potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk
memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan
tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS
serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3.

Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting)

Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama


dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani.
Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan
perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan
bermitra kerja dalam produksi benih jagung.
Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu
(1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak
19

ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan
terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai
luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan.
Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan
tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai
dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan.
Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan
hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1).

Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi


Benih

No Kewajiban Hak
Petani 1 Melaksanakan peraturan tanam Mendapatkan pinjaman modal dengan
perusahaan bunga 0%
2 Memenuhi administrasi lapangan Mandapatkan benih tetua
3 Melaksanakan pemeliharaan tanam Mendapatkan kompensasi babat
tanaman jantan
4 Tidak menanam jagung lain pada Hasil panen dibeli oleh perusahaan
radius 200 meter (isolasi) sesuai perjanjuan
5 Menjual seluruh hasil panen
kepada perusahaan
Perusahaan 1 Menyediakan benih tetua Menseleksi tanaman (rouging)
2 Memberikan petunjuk dan Mengatur administrasi yang dipenuhi
informasi waktu dan tata cara petani
penanaman
3 Melaksanakan kontrol penanaman Memusnahkan jagung varietas lain
pada radius 200 meter
4 Menanggung biaya detasseling Menerima seluruh hasil panen
5 Membayar kompensasi babat
jantan
6 Membeli hasil panen petani

Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani


untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang
petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per
kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,-
per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting
bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua
jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh
peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per
lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua
20

sesuai perraturan. Petaani diwajibkkan untuk tidak


t menannam jagung pada radiu
us 200
meter.
PT Dupont berrkewajiban membimbiing petani dalam mem
mproduksi benih
b
jagung hibbrida, sehinngga perusaahaan haruss memberikkan petunjuuk dan inforrmasi
tentang waaktu dan tatta cara penaanaman yan
ng tepat. Perrusahaan meenanggung biaya
kegiatan detasseling,
d , dimana keegiatan terssebut dilakuukan oleh ppihak yang telah
ditunjuk oleh
o perusahhaan. Pembbayaran kepada petani harus
h dilakuukan perusaahaan
tepat padaa waktunyaa sebesar ketentuan
k yaang berlakuu sesuai deengan perjan
njian.
Perusahaaan berhak dalam
d mensseleksi tanam
man petanii dan berhaak memusnaahkan
tanaman jagung
j lainn diluar varietas yan
ng ditanam
m. Perusahaaan juga berhak
mengatur administrassi yang wajiib dipenuhi oleh petanii.

Produksi Benih Jagu


ung Hibrid
da

Tanaman
n tetua

Teetua jantan dan betina berasal dari Thailaand. Benih tetua mem
miliki
identitas yang
y dapatt dilihat paada Tabel 2.
2 Tetua janntan dan betina mem
miliki
morfologi yang berbeeda yang daapat dilihat pada
p Gambaar 3.

(a) (b))
Gaambar 3. Buunga Jantann dari Tetua Jantan (a) dan
d Tetua B
Betina (b)

Teetua jantan memiliki


m w
warna daun lebih cerahh dibandingkkan tetua betina.
Bentuk daaun pada tannaman jantan cenderun
ng lebih teggak, pinggirr daun dataar dan
tidak terlaalu lebar diibandingkann dengan teetua betina. Batang teetua betina lebih
besar dibaandingkan dengan
d tetuaa jantan.
21

Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet


berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina
memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna
kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya.

Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman


Rekomendasi
Jenis Daya Jumlah Waktu Jarak Betina : Jantan
Asal Kode
Benih Tumbuh Benih Tanam Tanam (kg/ha)
Benih Benih
Tetua (%) (butir/kg) (hari) (cm2) Rasio Tanam
3:1 4:1 5:1
Male
Jantan Thailand 98 4 420 0-0-2 65x18 5.5 4.4 3.6
W45
Female
Betina Thailand 98 4 202 0-0-2 65x18 15.2 16.2 16.8
W45
Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010)

Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam 0-0-2.


Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan
dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah
kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung
terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda
bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika
rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah
tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih
untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih
tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap
hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka
jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih.

Persiapan lahan

Persiapan lahan merupakan kegiatan awal di lapangan dalam produksi


benih. Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak sapi atau traktor.
Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk membersihkan lahan dari gulma,
memperbaiki kondisi fisik tanah sehingga memiliki aerasi dan drainase yang baik.
Lahan yang siap di tanam untuk produksi benih di PT Dupont adalah lahan yang
22

menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung


dapat dilihat pada Gambar 4.

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀

♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀
♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀ ♀ ♀ ♀ ♀ ♂ ♀

120 – 140 cm
Keterangan:
♂ : Jantan I
♂ : Jantan II
(1) : Parit keliling ; kedalaman 25 cm
(2) : Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm
(3) : Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm
(4) : Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm

Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1

Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi
dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi
yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah
25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan
dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit
bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua
betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam
daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya
berkecambah benih sampai 100 %.
Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju
permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya
berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang
23

lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan).
Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4).

Penanaman

Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per


lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar
tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua
jantan dalam satu hektar adalah 14 000 tanaman sedangkan tetua betina 70 000
tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja
(HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh,
unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman
apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman

Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang
tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak
menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman
kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh
normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih
dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui
penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam,
dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk
menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan
telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu
benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 – 14 hari
24

setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap
lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam
lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).

Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST

Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan


rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat
satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan
pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang
digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat
diketahui kebutuhan benih tiap hektar.
Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split
planting). Split planting yang digunakan adalah 0-0-2. Hal tersebut berarti seluruh
benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari
kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan
ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II
dengan selang umur dua hari.
Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian
formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak
lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga
dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih.

Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga kondisi tanaman sehingga


tanaman dapat tumbuh dengan baik, berdaya hasil tinggi serta memiliki mutu
25

panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian


organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan
tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal
pemeliharaan tanaman (Lampiran 5)
Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan
pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga
kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman
berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk
urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS (15-15-15-10) serta 8 liter/ha pupuk cair
daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan
menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan
aliran permukaan (Gambar 7).

Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung

Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian


secara manual dilakukan dengan membersihkan gulma dengan cara mencangkul.
Kebutuhan HOK sebesar 30 HOK. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan
menggunakan herbisida yang berbahan aktif mesotrion 50 g/liter dan atrazin 500
g/liter. Bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif pra tumbuh sehingga aplikasi
herbisida paling baik dilakukan pada 10-15 HST. Aplikasi herbisida dilakukan
dengan menggunakan perekat non ionik untuk meningkatkan efektifitas herbisida.
Kebutuhan HOK untuk pengendalian gulma secara kimia sebesar 3 HOK/ha.
Pengendalian gulma secara manual dan kimia dapat dilihat pada Gambar 8
merupakan gambar pengendalian gulma secara kimia (8a) dan mekanik (8b).
26

(a) (b)
Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b)

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif.
Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum
benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan
aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini
digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut.
Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus
dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang
jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua
betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9.
Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif
kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan.
Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran,
danliang tikus).
Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif
deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk
mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan
fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan
dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST.
Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif
mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan 14 - 21 HST
atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.
27

(a) (b)
Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b)

Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga


kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan
mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran,
warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe
simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua
lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung
spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang
harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari
terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang.

Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang

Selain tipe simpang, penyeleksian juga dilakukan terhadap tanaman kerdil.


Tanaman kerdil merupakan tanaman yang memiliki tinggi dibawah 50 %
dibandingkan dibandingkan tanaman lainnya dan memiliki daun kurang dari tujuh
pada umur 30 HST (Gambar 5). Penyeleksian tanaman kerdil bertujuan untuk
menghindari terjadinya penyerbukan sendiri karena tanaman yang tumbuh kerdil
28

memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung
jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar.
Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua
betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri,
sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan
kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada
seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas
mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja,
penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi
tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan
yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu
hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih.
Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol
dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan.
Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung
telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang
dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat
dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan
melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat
dilihat pada Gambar 11.

(a) (b)
Keterangan : ; = tenaga kontrol

Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)

Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil


kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada
pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal
29

(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan
dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang
(11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah
dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang
apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang.
Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan
yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa
penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet
menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari
pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman
induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang
menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).

Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan

Perusahaan memberikan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar


kepada petani untuk pembabatan tetua jantan. Tongkol dan brangkasan hasil
pembabatan diserahkan sepenuhnya kepada petani. Sebagian besar petani menjual
hasil brangkasan kepada peternak sehingga selain mendapatkan kompensasi
petani mendapatkan pendapatan tambahan melalui penjualan brangkasan jagung
tetua jantan.
30

Pengamatan sinkronisasi bunga


Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat
bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua
betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman
contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah
populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna
berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat
tongkol pada tetua betina (Gambar 13).
Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan
tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang
minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada
tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut
tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas
ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas.
Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas.
Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan
ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini
berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron.

(a) (b)
Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b)

Penanaman tetua jagung dilakukan tidak bersamaan (split planting). Adanya


perbedaan waktu tanam tersebut diharapkan agar waktu anthesis tetua jantan dan
masa reseptif tetua betina terjadi bersamaan. Apabila anthesis bunga jantan dan
31

masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat
terisi sempurna (Gambar 14).

Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna

Pemanenan

Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan


tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan
benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak
fisiologis dicapai saat jagung berumur 105 - 115 hari. Apabila pemanenan
dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal
tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih
belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak
secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki
mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon
benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di


PT Dupont Indonesia

Stadia Putih susu : kuning Kadar air


Derajat kematangan
panen pada biji (%)
1 1:4 45-50 Sangat mentah
2 2:3 40-45 Mentah
3 3:2 35-40 Masak I
4 1:4 30-35 Masak II
5 0:5 25-30 Lewat masak
Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont
32

Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki


kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang
didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan
warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol
bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna
putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen
memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont
dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air
jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis.

(a) (b)
Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b)

Pemanenan jagung merupakan tanggung jawab petani, sedangkan


pengangkutan hasil panen dari lahan petani menuju pabrik pengolahan merupakan
tanggung jawab PT Dupont. Sebelum hasil panen dibawa ke pabrik pengolahan,
dilakukan penimbangan dan penyortiran hasil panen yang dilakukan oleh petani.
Hasil panen yang baik dan kurang baik dipisahkan kedalam karung yang berbeda.
Hasil panen yang baik akan dimasukkan kedalam karung berwarna kuning
sedangkan hasil panen yang kurang baik dimasukkan kedalam karung berwarna
putih atau biru (Gambar 16). Hasil panen yang kurang baik akan dipipil dan
dipilah secara manual di pabrik pengolahan.
33

(a) (b)

Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b)

Hasil penimbangan di tingkat petani dicatat pada kartu penimbangan panen


dan Harvest Gate Pass (HGP) untuk administrasi di pabrik pengolahan benih.
HGP digunakan untuk memudahkan penimbangan di pabrik, selain itu untuk
mengetahui perbedaan antara penimbangan di lahan dan pabrik. Perusahaan
memiliki kebijakan dalam penimbangan hasil panen. Apabila selisih penimbangan
panen kurang dari 2.5 % dari total panen yang diproduksi petani maka
penimbangan yang digunakan adalah penimbangan dengan berat paling tinggi,
sedangkan jika selisih penimbangan lebih dari 2.5 % maka hasil penimbangan
yang digunakan adalah rata-rata hasil penimbangan di lahan dan pabrik. Setelah
administrasi penimbangan selesai, petani mendapatkan uang pembayaran panen
serta bukti pembayaran hasil panen perusahaan yang telah dipotong pinjaman
petani sebesar Rp. 3 500 000,- per hektar (Lampiran 6).

Pengolahan benih

Ketika kegiatan magang berlangsung di PT Dupont, kegiatan magang pada


bulan pertama dilakukan di pabrik pengolahan benih yang berada di Kecamatan
Bululawang terlebih dahulu. Kegiatan magang di pabrik pengolahan benih tidak
dapat dilakukan secara optimal karena tidak adanya hasil panen yang masuk ke
pabrik.
Terdapat beberapa bagian pabrik pengolahan yang bekerja saat magang
berlangsung, yaitu pengeringan benih tetua, pembersihan dan pemilahan benih,
34

perlakuan serta pengepakan benih. Selama magang di pabrik pengolahan benih


penulis bertindak sebagai pendamping mandor pabrik. Sebelum melaksanakan
kegiatan di pabrik, penulis diperkenalkan terlebih dahulu pada alat dan alur
pengolahan benih secara umum. Alur pengolahan benih dapat dilihat pada
Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 pengolahan benih di PT Dupont dimulai
dari penerimaan hasil panen dari lapangan, setelah hasil panen ditimbang
kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar air benih.

Pengeringan

Pengeringan dilakukan bedasarkan berat hasil panen yang diterima oleh


pabrik. Apabila berat kurang dari 5 ton maka pengeringan menggunakan kotak
pengeringan (box drier) sedangkan jika berat lebih dari 20 ton maka digunakan
bin pengeringan. Pengeringan juga dilakukan terhadap benih tetua atau benih
komersial yang kadar airnya meningkat selama proses penyimpanan.
Proses pengeringan menggunakan aliran udara dengan suhu 38 – 43 oC.
Panas udara yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG kemudian dialirkan oleh
kipas. Kadar air calon benih yang masuk pabrik berkisar antara 25 – 35 %, untuk
menurunkan 1 % kadar air benih, perusahaan menetapkan lama pengeringan yaitu
3.5 - 4 jam. Pengeringan terus dilakukan hingga kadar air benih 10 – 11 %,
sehingga waktu pengeringan benih berkisar antara 60 – 100 jam. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan , setiap 10 kg LPG dapat mengeringkan 700 kg benih.

Pemipilan

Pemipilan dilakukan dengan menggunakan alat pemipil benih (sheller).


Bagian pemipilan mempunyai 16 silo dengan kapasitas 50 kg dan 32 silo dengan
kapasitas 25 kg. Pemipilan dilakukan apabila kadar air benih berkisar 10 - 11 %.
Apabila pemipilan dilakukan diatas 11 % maka mesin dapat dengan mudah
mengalami kerusakan. Rendemen gelondong jagung menjadi pipilan jagung
berkisar 45 - 50 %, artinya 100 ton jagung gelondongan didapatkan 45-50 ton
pipilan jagung. Setelah benih dipilah benih kemudian dikirim ke bagian
pembersihan dan pemilahan benih melalui konveyor.
35

Pembersihan dan pemilahan benih

Proses pembersihan dan pemilahan benih berfungsi untuk membersihkan


benih dari kotoran fisik dan memilah benih berdasarkan bentuk dan ukuran benih.
Terdapat tiga macam jenis mesin pembersih dan pemilah benih yang digunakan di
PT Dupont, yaitu sizer, air screen cleaner (ASC), dan mesin pemilah berdasarkan
warna (colour sorter). Sizer sorter merupakan mesin pembersih dan pemilah
benih yang terdiri atas beberapa silinder berlubang yang memiliki ukuran yang
berbeda. Sizer sorter berfungsi untuk memilah benih menjadi dua ukuran, yaitu
benih berukuran sedang (medium) dan kecil (small). ASC merupakan mesin
pembersih dan pemilah benih berdasarkan bentuk benih. Benih dibagi atas dua
jenis, yaitu benih berbentuk pipih (flat) dan bulat (round). Hasil akhir benih yang
didapatkan dari proses pembersihan dan pemilahan benih dengan menggunakan
sizer dan ASC terdiri atas empat jenis, yaitu yaitu medium flat (MF), medium
round (MR), small flat (SF), dan small round (SR).
Mesin grafiti digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat benih.
Benih bermutu tinggi umumnya memiliki berat yang lebih besar daripada benih
bermutu rendah. Colour sorter merupakan mesin pemilah benih berdasarkan
warna benih, hitam dan putih. Benih jagung yang memiliki mutu fisik baik, pada
layar mesin akan berwarna lebih cerah (putih) dibandingkan dengan benih yang
bermutu rendah. Ketepatan hasil pemilahan ditentukan oleh kecepatan mesin,
semakin lambat kecepatan benih masuk ke dalam mesin maka ketepatan
pemilahan benih akan semakin baik. Dengan demikian peranan operator mesin
sangat diperlukan, untuk memantau kecepatan jalan mesin agar efisiensi mesin
tetap terjaga dan menghasilkan benih bermutu.

Perlakuan benih

Perlakuan benih (seed treatment) dilakukan dengan menggunakan


pestisida perlakuan benih yang jenis dan dosisnya ditentukan oleh petugas
laboratorium. Pestisida perlakuan benih digunakan untuk membunuh hama
gudang dan mengendalikan penyakit terbawa benih. Jenis pestisida yang biasa
digunakan adalah fungisida berbahan aktif mesohoksan 350 g/L dan pestisida
36

berbahan aktif deltrametrin 25 gr/L. Proses pencampuran pestisida dilakukan oleh


operator treater. Pencampuran pestisida dan benih dilakukan dengan
menggunakan mesin pencampur dengan kecepatan pencampuran sebesar
1.5 ton/jam. Mesin pencampur mempunyai empat jenis hoper yang berkapasitas
1.5 ton. Setiap hoper terhubung dengan mesin pengepakan sehingga pengemasan
benih langsung dilakukan setelah proses perlakuan benih selesai dilakukan.

Pengepakan benih

Pengepakan benih dilakukan secara manual dan otomatis. Pengepakan


manual dilakukan untuk benih tetua sedangkan pengepakan secara mekanis
dilakukan untuk benih komersial. Berdasarkan pengamatan , pengepakan secara
manual pada satu shift kerja (8 jam) yang beranggotakan 12 orang tenaga kerja
dapat mengemas 9 - 10 ton benih tetua. Pengepakan secara mekanis mampu
mengemas 10 ton benih dalam satu shift kerja. Hal tersebut berarti tidak terdapat
perbedaan nyata antara hasil pengepakan manual dan mekanis. Perbedaan
pengepakan secara manual dan mekanis terletak pada jumlah tenaga kerja yang
digunakan, pengepakan secara manual menggunakan tenaga kerja 12 kali lebih
besar dari pada pengepakan secara mekanis. Selain itu keakuratan penimbangan
juga merupakan perbedaan antara pengepakan manual dan mekanis. Pengepakan
manual cenderung memiliki ketepatan lebih besar daripada pengepakan mekanis.
Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan pengepakan secara manual adalah
99.97 % sedangkan ketepatan pengepakan secara mekanis sebesar 99.7 %.

Aspek Manajerial

Manajer Produksi

Manajer produksi mengepalai anak perusahaan PT Dupont yang bergerak


di bidang perbenihan. Tugas dan tanggung jawab manajer produksi adalah
mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat
terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan yang bertujuan untuk mencapai
target produksi perusahaan. Struktur organisasi PT Dupont Indonesia malang
terlampir pada Lampiran 8.
37

Koordinator K3

Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan tugas koordinator


K3. Selain itu koordinator K3 juga bertugas untuk melaksanakan auditinternal
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Tugas tersebut dilaksanakan
dengan cara membuat standar pelaksanaan kerja (SOP) dan mengadakan
pertemuan dengan para karyawan guna menjelaskan SOP tersebut, sehingga
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

Pendamping Administrasi

Tugas dan tanggung jawab pendamping administrasi adalah mendukung


seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer
operasional pabrik, dan staff lainnya yang berhubungan dengan kegiatan
perusahaan.

Koordinator Black Belt dan ISO

Koordinator black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan


terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik.

Manajer Lapangan

Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan


merencanakan areal tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh jagung. Hal tersebut
bertujuan agar produktivitas jagung yang dihasilkan optimal dan mengurangi
penggunaan input produksi serta mendapatkan mutu benih yang baik. Selain itu
manajer lapangan juga bertugas melakukan pengawasan kegiatan penanaman
sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari
kelompok tani ke instansi terkait.

Manajer Operasional Pabrik

Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih


dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja
38

pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara


periodik.

Spesialis Logistik

Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan


menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada
dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang
penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara
berkala.

Teknisi Pabrik

Menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan yang ada di tanaman,


serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar
kalibrasi yang telah ditetapkan.

Penyelia Agronomi

Penyelia agronomi bertugas membantu manajer lapangan dalam


melaksanakan tugasnya, yaitu mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam,
melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil
panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi
terkait.

Koordinator Desa

Melakukan penanaman produksi benih di lapangan, merawat dan


memelihara tanaman sejak penanaman dimulai hingga panen, serta menjaga dan
memelihara arsip administrasi produksi benih di lapangan. Koordinator desa juga
bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan petani sehingga kegiatan produksi
benih sesuai dengan rekomendasi perusahaan
39

Broker
Broker merupakan mitra kerja perusahaan yang bertugas untuk membantu
menjembatani perusahaan dengan petani. Broker bertugas membantu koordinator
desa dalam melakukan kegiatan penanaman, perawatan serta panen. Broker juga
bertugas menyampaikan pinjaman tanpa modal yang diberikan oleh perusahaan
kepada petani berupa uang pengolahan lahan dan sarana produksi. Broker juga
mengatur administrasi dan membagikan uang hasil panen terhadap tongkol jagung
yang dibeli perusahaan kepada petani.
Broker beserta ketua kelompok tani bekerja sama dalam penyusunan
rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penyusunan RDKK dilakukan
untuk mendata kebutuhan pupuk per kelompok tani, hal ini dilakukan karena
pupuk tidak dapat dibeli dengan bebas dan setiap petani memperoleh pupuk
berdasarkan RDKK yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah daerah
setempat.

Petugas Gudang

Petugas gudang bertugas mengatur semua aktifitas gudang termasuk


penyimpanan, pengangkutan dan penyaluran benih.

Teknisi Pemeliharaan Mekanik dan Elektrik

Tugas dan tanggung jawab teknisi pemeliharaan mekanik adalah


melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih, melakukan
inspeksi secara rutin terhadap kondisi peralatan pengolahan benih, serta menjaga
dan memelihara arsip administrasi pemeliharaan dan perbaikan peralatan
pengolahan benih.

Petani

Petani merupakan mitra kerja utama perusahaan dalam kegiatan produksi


benih. Petani berkewajiban untuk menanam, memelihara dan memanen jagung
sesuai dengan rekomendasi yang telah disusun oleh perusahaan. Petani juga
berkewajiban untuk memenuhi administrasi lapang. Petani berhak mendapatkan
40

benih, pinjaman tanpa modal serta pembelian hasil panen oleh perusahaan dengan
harga sesuai dengan perjanjian.

Alur Sarana Produksi

Sarana produksi (saprodi) yang meliputi pupuk dan obat-obatan untuk


kegiatan produksi benih disalurkan kepada petani oleh broker yaitu pihak yang
ditunjuk oleh perusahaan melalui perjanjian kios. Penyaluran saprodi dilakukan
setelah form kebutuhan sarana produksi diserahkan dan ditandatangani oleh
petugas lapangan (koordinator desa). Jumlah saprodi yang disalurkan oleh broker
harus sesuai dengan yang tertera pada form kebutuhan saprodi. Kebutuhan pupuk
petani didata ulang oleh broker dan diserahkan kepada kelompok tani yang
kemudian di serahkan kepada penyuluh pertanian atas nama departemen pertanian
yang turut diketahui oleh kepala desa setempat. Kebutuhan obat-obatan
disediakan langsung oleh broker, jenis obat yang digunakan berdasarkan
rekomendasi perusahaan. Jumlah uang yang dibayarkan untuk kebutuhan petani
langsung dipotong dari uamg hasil panen petani.

Alur Benih Tetua

Benih langsung disalurkan oleh perusahaan ke kantor lahan produksi di


setiap wilayah produksi. Sebelum benih disalurkan kepada petani petugas
lapangan harus menyerahkan formulir daftar kesiapan lahan petani (Lampiran 4)
kepada koordinator wilayah (penyelia agronomi). Setelah formulir ditandatangani,
maka formulir diserahkan kepada administrasi kantor lahan produksi yang juga
bertugas mengatur keluar masuknya benih dari kantor. Benih diambil oleh
koordinator desa yang kemudian disimpan di gudang broker. Benih dibagikan satu
hari sebelum ditanam atau pagi hari sebelum kegiatan penanaman.Benih
disalurkan setelah diberi perlakuan insektisida perlakuan benih

Transportasi Panen

Panen dilakukan oleh petani tetapi transportasi panen ditanggung oleh


perusahaan dari lahan produksi menuju pabrik pengolahan. Pengangkutan hasil
41

panen harus menggunakan truk. Pihak truk yang digunakan merupakan pihak
yang ditunjuk oleh perusahaan yang melalui koordinator desa. Koordinator desa
memberikan surat perintah kerja pengangkutan panen kepada pemilik truk yang
ditandatangani oleh pembuat dan penerima surat perintah kerja. Surat ini
digunakan sebagai tanda bukti agar truk dapat masuk ke pabrik pengolahan benih.
42

PEMBAHASAN

Pemeriksaan Lapangan

Pemeriksaan lapang dilakukan disetiap wilayah untuk mengetahui kondisi


wilayah serta potensi wilayah tersebut. Pemeriksaan lapang dilakukan untuk
mengetahui kelas kesesuaian lahan. Pemeriksaan yang umum dilakukan pada
pemeriksaan lahan adalah jenis tanah, temperatur tanah, ketersediaan air,
kelembaban tanah, tekstur tanah, bahan kasar tanah, pH tanah, koefisien tukar
kation (KTK), toksisitas, variabel penyiapan tanah, bahaya banjir, bahaya erosi,
dan lain sebagainya. Hasil pemeriksaan lapang adalah diketahuinya kelas kesuaian
lahan yang meliputi kelas kesesuaian lahan S1, S2, S3 dan N. Kelas kesesuaian
lahan S1 merupakan lahan yang sangat baik untuk pengusahaan pertanian
sedangkan kelas kesesuaian lahan N merupakan kelas lahan yang tidak dianjurkan
untuk pengusahaan pertanian.
Pemeriksaan lapang yang dilakukan di PT Dupont tidak menentukan kelas
kesesuaian lahan tetapi dilakukan untuk mengetahui kelayakan lahan yang akan
bekerja sama dengan perusahaan. Pemeriksaan lapang di PT Dupont meliputi
pemetaan wilayah sarana irigasi, pola tanam, ketinggian tempat, areal pertanian
potensial, areal potensial penanaman jagung, jalan angkutan panen dan upah
tenaga kerja pada setiap wilayah. Berdasarkan pemeriksaan lapang yang
dilakukan perusahaan, wilayah yang mengikuti kerjasama dengan perusahaan
adalah lahan yang mempunyai potensi wilayah lebih dari 15 hektar, memiliki
saluran irigasi dan memiliki akses yang cukup baik dengan jalan.
Pemeriksaan sarana irigasi dilakukan karena perusahaan tidak akan
melakukan kerja sama pada wilayah dengan kondisi lahan pertanian tanpa irigasi
atau lahan tadah hujan karena kondisi lahan tersebut dianggap tidak dapat
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pola tanam di setiap wilayah
perlu diketahui untuk mengetahui sejarah lahan, apabila sejarah lahan diketahui
diharapkan dapat memprediksi produksi yang dihasilkan serta prediksi serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT). Kondisi lahan yang ditanam palawija
sebelum penanaman jagung akan lebih baik dibandingkan lahan yang sebelumnya
ditanam padi. Lahan yang ditanam palawija sebelumnya lebih mudah diolah dan
43

setelah pengolahan lahan tersebut mempunyai aerasi yang lebih baik


dibandingkan dengan lahan yang sebelumnya ditanam padi. Kondisi lahan yang
baik dapat membantu meningkatkan produksi tanaman.
Lahan sebelumnya ditanam palawaija juga perlu diketahui komoditas
palawija tersebut. Lahan yang sebelumnya ditanam komoditas jagung memiliki
potensi yang lebih besar terkena seangan OPT khususnya penyakit bulai yang
merupakan penyakit tular tanah dan benih. Pemeriksaan sejarah lahan diharapkan
dapat memberikan informasi kepada perusahaan sehingga perusahaan memiliki
cara tepat dalam memproduksi benih sehingga dihasilkan benih dengan produksi
tinggi dan bermutu baik.
Pemeriksaaan terhadap upah tenaga kerja dilakukan sebagai dasar
penyusunan biaya detasseling karena perusahaan bertanggung jawab terhadap
kegiatan detasseling. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik karena hal
tersebut berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan.

Pertemuan dengan Petani

Pertemuan antara perusahaan dan petani dilakukan sebagai langkah awal


dalam penandatanganan kontrak kerjasama. Pertemuan ini dilakukan pada setiap
wilayah yang telah memenuhi kelas sesuaian lahan pada pemeriksaan lapang.
Pertemuan terbuka bagi seluruh petani. Koordinator desa mengundang secara
resmi ketua kelompok tani, broker, petani yang mempunyai pengaruh besar dalam
kelompok, wakil perusahaan, kepala daerah serta perwakilan dinas pertanian
setempat. Pada umumnya, pertemuan dengan petani dihadiri oleh petani dengan
kepemilikan lahan yang luas. Petani yang memiliki lahan sempit mewakilkan
kehadiranya kepada petani yang memiliki lahan yang luas yaitu dengan
kepemilikan lahan kurang lebih satu hektar.
Pertemuan antara perusahaan dengan petani menegaskan system kerjasama
yang dilakukan oleh perusahaan dengan petani. Pada pertemuan ini juga dibahas
tentang peraturan tanam yang harus dilakukan dan produksi benih oleh petani
yang bersedia bekerja sama dengan perusahaan. Hak dan kewajiban petani serta
perusahaan dijelaskan sehingga petani mengetahui dengan jelas mengenai
44

kegiatan yang harus dilakukan dan semua yang harus diterima oleh petani.
Penentuan harga jagung gelondong per kilogram juga ditentukan pada pertemuan
ini. Apabila kesepakatan telah dicapai dan disepakati bersama petani dan
perusahaan maka seluruh peraturan yang berlaku bagi seluruh petani dalam satu
wilayah.
Perusahaan juga turut mengundang saksi untuk memperkuat status hukum
perjanjian. Saksi yang ditunjuk oleh perusahaan adalah dinas pertanian setempat,
kepala desa dan wakil dari perusahaan. Petani yang diharapkan hadir oleh pihak
perusahaan adalah petani yang memiliki pengaruh besar. Secara khusus petani
diundang untuk mengikuti pertemuan. Pertemuan serta penandatanganan kontrak
kerja sama tidak dapat dilakukan apabila saksi tidak hadir.
Kesepakatan kerjasama berlaku pada seluruh petani pada satu wilayah,
sehingga petani dilarang melakukan kerjasama dengan pihak ketiga khususnya
perusahaan benih jagung lainnya atau menanam jagung varietas lain. Hal tersebut
bertujuan untuk mengisolasi tanaman jagung varietas W45 dari tanaman jagung
lainsehingga kemurnian genetik benih yang dihasilkan dapat terjaga.

Produksi Benih Jagung Hibrida

Persiapan Lahan

Persiapan lahan di PT Dupont untuk penanaman jagung adalah dengan


menggunakan sistem bedengan. Penggunaan sistem bedengan diharapkan dapat
memudahkan dalam mengatur jarak tanam sehingga dapat mengatur kerapatan
populasi tanaman. Selain itu penggunaan bedengan juga diharapkan dapat
meningkatkan persentase daya tumbuh benih. Daya tumbuh benih yang tinggi
akan menjaga jumlah populasi tanaman sehingga akan berpengaruh positif
terhadap produksi tanaman jagung. Peningkatan persentase daya tumbuh
disebabkan oleh adanya peningkatan aerasi dan drainase tanah serta terjaganya
kelembaban tanah pada lahan yang menggunakan bedengan. Perbedaan persentase
daya tumbuh benih pada lahan dengan bedengan dan tanpa bedengan dapat dilihat
pada Gambar 17.
45

120
100 94
100
Persentase (%) 80 78
80
60
40
20
0
Bedengan 1 Bedengan 2 Tanpa Bedengan 1 Tanpa Bedengan 2

Gambar 17. Daya Tumbuh Benih Pada Lahan Bedengan dan Tanpa Bedengan

Bedengan 1 pada Gambar 17 merupakan bedengan dengan tinggi 25 cm,


bedengan 2 merupakan bedengan dengan tinggi 15 cm, tanpa bedengan 1
merupakan lahan tanpa pengolahan tanah bekas penanaman padi sedangkan tanpa
bedengan 2 merupakan lahan bekas penanaman cabai. Berdasarkan Gambar 17
dapat diketahui bahwa daya tumbuh benih di lahan dengan menggunakan
bedengan adalah 100 % dan 94 %. Daya tumbuh benih pada lahan dengan
bedengan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan tanpa mengggunakan bedengan.
Ketinggian bedengan juga berpengaruh terhadap daya berkecambah benih.
Bedengan dengan tinggi 25 cm mempunyai daya tumbuh yang lebih besar
dibandingkan dengan bedengan yang tingginya 15 cm. Daya berkecambah awal
benih yaitu 98 % (Tabel 2). Hasil uji nilai tengah pada lahan yang menggunakan
dan lahan tanpa bedengan terhadap daya tumbuh benih dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji-t Pengaruh Bedengan Terhadap Daya Tumbuh Benih

Perlakuan Daya Tumbuh (%)± ST Dev Hasil Uji-t


Bedeng (a) 97 ± 3.8
Tanpa Bedeng (b) 79 ± 1.6
a vs b 8.6**
Keterangan : (**) : nilai rataan menunjukkan perbedaan sangat nyata menurut uji-t pada taraf 1%.

Berdasarkan hasil uji nilai tengah pada penggunaan bedengan terhadap


daya tumbuh benih yang tersaji pada Tabel 4, diketahui bahwa lahan dengan
bedengan menunjukkan perbedaan sangat nyata pada taraf 1%. Bedengan
meningkatkan daya tumbuh benih secara signifikan dengan rata-rata daya tumbuh
sebesar 97 ± 3.8 dibandingkan lahan tanpa bedengan dengan rata-rata daya
tumbuh benih 79 ± 1.6. Tingginya daya tumbuh benih di lahan yang
46

menggunakan bedeng diduga disebabkan oleh sifat fisik tanah pada bedengan
lebih baik sehingga benih dapat dengan mudah menyerap air, unsur hara, udara
dan panas. Selain itu bedengan juga dapat mencegah penggenangan air yang dapat
menyebabkan pembusukan dikarenakan benih terlalu banyak menyerap air
(Harjadi, 2002).
Daya tumbuh benih di lapangan tinggi maka populasi tanaman tiap hektar
dapat dipertahankan sesuai rekomendasi sehingga hasil tanaman yang panen tidak
menurun. Hasil tanaman yang optimal ini sesuai dengan hasil penelitian Tawainga
et al. (2000) bahwa pengolahan lahan dapat meningkatkan produksi jagung dan
menurunkan penggunaan material kimia pada pertanaman jagung. Ortega et al.
(2000) menyatakan bahwa daya tumbuh benih juga dipengaruhi jumlah N tersedia
dalam tanah yang dapat diserap benih untuk berkecambah. Penggunaan bedengan
dapat meningkatkan efisiensi nitrogen sebanyak 3 % dan penyerapan nitrogen
sebanyak 10 %.
Sharma (2003), menambahkan bahwa penggunaan bedengan dapat
meningkatkan aerasi pada zona perakaran, menjaga kelembaban tanah dan dapat
menurunkan aliran permukaan (run off) saat musim hujan dan mencegah
terjadinya genangan air yang menyebabkan kelembaban terlalu tinggi. Bedengan
menurunkan aliran permukaan sehingga pupuk yang diberikan pada tanaman tidak
mudah tercuci. Apabila tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik
maka tanaman dapat tumbuh dengan baik dan dapat berproduksi secara maksimal
(Gambar 18).

8 7,36
6,75
Produktivitas (ton/ha)

6 5,114
4,5
4 Bedengan

2 Tanpa bedengan

0
Ngebruk Tenggong

Gambar 18. Hasil Panen Pertanaman dengan Lahan Bedengan dan Tanpa
Bedengan
47

Penggunaan bedengan dapat meningkatkan produksi jagung di lahan


Sumber Pucung. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa produksi tanaman
jagung pada bedengan lebih tinggi daripada produksi tanaman tanpa
menggunakan bedengan. Perbedaan hasil panen tongkol jagung dengan
menggunakan bedengan dan tanpa bedengan untuk wilayah Ngebruk dan
Tenggong adalah sebesar 2.25 ton/ha. Pengaruh penggunaan sistem bedeng
terhadap hasil panen tongkol jagung dapat diketahui dengan cara pengujian data
dengan uji nilai tengah seperti yang tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Uji-t Pengaruh Penggunaan Bedengan Terhadap Hasil


Panen Tongkol Jagung.

Perlakuan Rata-Rata Panen (ton/ha) ± ST Dev Hasil Uji-t


Bedeng (a) 7.03 ± 0.62
Tanpa Bedeng (b) 4.85 ± 2.03
a vs b 2.32*
Keterangan : (*) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji-t pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 5, penggunaan bedengan menghasilkan hasil panen


tongkol jagung lebih tinggi yaitu 7.03 ± 0.62 ton/ha dibandingkan tanpa
penggunaan sistem bedeng dengan hasil panen 4.85 ± 2.03 ton/ha. Perbedaan hasil
panen antara lahan bedeng dengan lahan tanpa bedeng cukup signifikan. Hal ini
berdasarkan hasil uji nilai tengah terhadap hasil panen lahan dengan bedengan dan
tanpa bedengan menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5%. Penggunaan
bedengan dapat mengurangi penggenangan air dilahan pada musim hujan
sehingga dapat membantu fase perkecambahan tanaman, khususnya pada tanaman
serealia yang sangat sensitif terhadap genangan air (Bakker et al., 2005). Semakin
tinggi jumlah tanaman yang tumbuh dan berkembang pada lahan maka produksi
yang dihasilkan juga semakin meningkat.

Penanaman
Faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur hara selain morfologi
tumbuhan itu sendiri adalah keberadaan tumbuhan lain yang ikut membutuhkan
hara. Persaingan dalam mendapatkan hara yang dibutuhkan berkaitan dengan
kecukupan hara sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Kompetisi antar tanaman mengakibatkan hambatan pertumbuhan
48

terhadap tanaman jagung. Hambatan dapat berupa berkurangnya intensitas cahaya


karena naungan, atau menipisnya ketersedian hara dan air karena dekatnya
perakaran dua tanaman yang berdampingan (Hairiah et al. 2000).
Pertumbuhan relatif dan hasil bersih fotosintesa per unit daun sangat
ditentukan oleh jumlah populasi tanaman tiap luas lahan. Pertumbuhan optimum
tercapai apabila luas daun per unit area berada pada kondisi maksimum. Jadi
untuk meningkatkan hasil pertanian kerapatan tanam harus mendapat perhatian
yang serius (Jumin, 2008). Hal tersebut mendasari PT Dupont menggunakan
kerapatan populasi tertentu untuk memaksimalkan produktivitas tanaman jagung.
Penanaman satu benih per lubang tanam merupakan cara untuk mengatur
kerapatan tanam sehingga dapat mengurangi persaingan antar tanaman. Tidak
adanya persaingan maka tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik
yang dapat meningkatkan produksi tanaman. Dengan menggunakan cara tanam
tersebut diharapkan tanaman dapat tumbuh normal dan memiliki waktu anthesis
yang sama. Tanaman abnormal yang ditunjukkan dengan kekerdilan akan
memperlambat waktu anthesis. Apabila anthesis tidak serempak maka polinasi
akan terganggu sehingga menyebabkan tongkol jagung tidak terisi penuh yang
menyebabkan hasil panen menurun. Tanaman abnormal yang tumbuh kerdil juga
diduga menurunkan hasil produksi benih karena tanaman yang tumbuh kerdil sulit
menghasilkan tongkol jagung yang normal.
Cara penanaman satu benih per lubang pada setiap wilayah dapat diketahui
dengan cara membandingkan kebutuhan benih dengan penggunaan benih tiap
hektar. Persentase total penggunaan benih tetua yaitu 120 % dengan perhitungan
kehilangan hasil sebesar 20 % yang meliputi benih tidak tumbuh sebesar 5 %,
rouging 10 % dan serangan OPT 5 %. Jika total penggunaan benih sebesar 120 %
benih, maka populasi tetua sebesar 84 000 tanaman tiap hektar. Tabel 6
merupakan perhitungan kebutuhan benih untuk tetua jantan dan tetua betina
varietas W45.
49

Tabel 6. Kebutuhan Benih Tetua Varietas W45 per Hektar di PT Dupont

Kebutuhan
Persentase
No Uraian Jumlah Benih
(kg/ha)
1 Persentase penggunaan benih tetua 120 %
Penurunan populasi 20 %
2 Populasi tetua jantan tiap hektar 14 000
Jumlah benih/kg 4 500
Penggunaan benih tetua jantan 3.1
3 Populasi tetua betina tiap hektar 70 000
Jumlah benih/kg 4 500
Penggunaan benih tetua betina 15.6
4 Total penggunaan benih tetua 18.7
Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung

Persentase total penggunaan benih tetua yaitu 120 % dengan perhitungan


kehilangan hasil sebesar 20 % yang meliputi benih tidak tumbuh sebesar 5 %,
rouging 10 % dan serangan OPT 5 %. Jika total penggunaan benih sebesar 120 %
benih, maka populasi tetua sebesar 84 000 tanaman tiap hektar. Rasio penanaman
tetua betina dan tetua jantan berdasarkan peraturan tanam adalah 5:1, sehingga
populasi tetua betina sebesar 70 000 tanaman/ha sedangkan tetua jantan sebesar
14 000 tanaman/ha. Dengan perkiraan jumlah benih tiap tetua per kilogram
4 500 benih/kg maka dapat diketahui penggunaan benih tetua jantan sebesar
3.1 kg/ha dan tetua betina sebesar 15.6 kg/ha.
Jumlah total penggunaan benih tetua tiap hektar sebesar 18.7 kg yang terdiri
dari 3.1 kg benih tetua jantan dan 15.6 kg tetua betina. Penyulaman tidak
dilakukan karena telah diperhitungkan penurunan populasi sebesar 20 %.
Penyulaman tetua betina tidak dilakukan karena penyulaman diduga akan
menyebabkan tanaman tidak tumbuh serasi. Hal tersebut akan menyebabkan
anthesis tanaman sulaman lebih lambat, sehingga pada saat kegiatan detasseling
bunga jantan tidak tercabut, hal ini dapat mengakibatkan pernyerbukan sendiri
(selfing).
Penanaman jagung sesuai rekomendasi perusahaan tidak dapat tercapai di
lahan produksi Sumber Pucung. Hal tersebut dapat diketahui pada penggunaan
benih tetua pada wilayah Sumber Pucung lebih tinggi dibandingkan dengan
50

rekomendasi perusahaan. Rata-rata penggunaan benih tetua di setiap wilayah


produksi tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Area Tanam dan Jumlah Penggunaan Benih Tetua di Lahan
Produksi Sumber Pucung PT Dupont

Total Penggunaan Rata-rata Penggunaan Benih


Area Benih Tetua Tetua
Nama wilayah Tanam Benih Benih Benih Benih
Total
(ha) Betina Jantan Betina Jantan
(kg/ha)
(kg) (kg) (kg/ha) (kg/ha)
Ngebruk 23.06 414.20 95.50 17.96 4.14 22.10
Jatikerto Selatan 23.80 458.00 102.50 19.24 4.31 23.55
Tenggong 15.74 281.04 66.22 17.86 4.21 22.06
Jatikerto Utara 58.83 1 096.00 243.20 18.63 4.13 22.76
Senggreng 35.35 638.50 156.00 18.06 4.41 22.48
Ternyang 18.38 302.30 71.50 16.45 3.89 20.34
Slorok 30.00 535.00 116.50 17.83 3.88 21.72
Turus 28.25 446.80 113.40 15.82 4.01 19.83
Total 233.40 4 171.84 964.82
Rata-rata 17.73 4.12 21.85
Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung (per Juli 2010)

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa Jatikerto Selatan merupakan daerah


dengan penggunaan benih tetua terbesar, yaitu 23.55 kg/ha sedangkan Turus
merupakan daerah dengan penggunaan benih tetua terkecil dengan rata-rata
penggunaan benih tetua sebesar 19.83 kg/ha. Tingginya penggunaan benih tetua di
Jatikerto Selatan lebih disebabkan oleh kebiasaan tanam petani, dimana petani
masih menanam benih lebih dari satu benih per lubang tanam.
Rata-rata penggunaan benih tetua disetiap daerah tanam juga lebih besar
jika dibandingkan dengan penggunaan benih tetua yang telah direkomendasikan
perusahaan (Tabel 6). Pada dasarnya perusahaan telah melakukan antisipasi pada
saat penanaman yaitu dengan memberikan 3/4 dari total kebutuhan benih petani
yang ditujukan untuk menekan penggunaan benih yang berlebihan. Kontrol
penanaman kepada petani juga dilakukan pada saat penanaman untuk memastikan
petani menanam satu benih setiap satu lubang tanam.
Kegiatan panen yang dilakukan di lahan produksi Sumber Pucung hingga
akhir bulan Juli 2010 baru dapat dilakukan di tiga wilayah produksi, yaitu wilayah
51

Ngebruk, Tenggong dan Jatikerto Selatan. Hasil Panen tongkol jagung di tiga
wilayah tersaji pada Gambar 19.

8 7,08
5,63
Produktivitas
6 4,75
(ton/ha)

4
2
0
Jatikerto Selatan Ngebruk Tenggong

Gambar 19. Hasil Panen Tongkol Jagung di Lahan Produksi Sumber Pucung

Gambar 19 menunjukkan total hasil panen tongkol jagung di tiga wilayah


Sumber Pucung. Wilayah Tenggong memiliki rata-rata produktivitas paling tinggi
diantara tiga wilayah produksi yang telah melakukan kegiatan panen hingga bulan
Juli 2010 yaitu 7.08 ton/ha. Rata-rata roduktivitas terendah yaitu wilayah Ngebruk
dengan produktivitas rata-rata 4.75 ton/ha. Perbedaan produktivitas antara wilayah
Tenggong dengan wilayah Ngebruk sebesar 2.33 kg/ha sedangkan perbedaan rata-
rata produktivitas wilayah Tenggong dan Jatikerto Selatan sebesar 1.45 ton/ha.
Perbedaan produktivitas antar wilayah cukup signifikan, hal tersebut dapat dilihat
dari uji nilai tengah terhadap data panen tiap wilayah yang tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Uji-t Perbandingan Produktivitas Rata-Rata Antar Wilayah


Produksi Benih

Perlakuan Bobot Tongkol (ton/ha) ± ST Dev Hasil Uji-t


Jatikerto Selatan (a) 5.63 ± 2.64
Ngebruk (b) 4.75 ± 1.60
Tenggong (c) 7.08 ± 3.65
a vs b 0.26tn
a vs c -0.24*
b vs c -2.93**
Keterangan :
(*) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji-t pada taraf 5 %.
(**) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata menurut uji-t pada taraf 1 %.
(tn) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata menurut uji-t pada taraf 5 %.

Hasil uji-t terhadap perbandingan hasil panen di ketiga wilayah tersebut


menunjukkan bahwa perbedaan hasil panen di wilayah Jatikerto Selatan sebesar
52

5.63 ± 2.64 ton/ha dan Ngebruk sebesar 4.75 ± 1.60 ton/ha tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan. Perbandingan hasil panen wilayah Jatikerto Selatan
dan Tenggong dengan hasil panen 7.08 ± 3.65 ton/ha cukup signifikan karena
berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan uji nilai tengah. Hasil panen wilayah
Ngebruk dan Tenggong memiliki perbedaan yang sangat signifikan karena hasil
uji-t menunjukkan sangat nyata berdasarkan uji-t pada taraf 1 %.
Peraturan tanam bertujuan untuk meningkatkan hasil benih sehingga
didapatkan keuntungan maksimal bagi kedua belah pihak (perusahaan dan petani
plasma). PT Dupont menggunakan cara penanaman satu benih per lubang tanam
untuk mengatur jumlah populasi maksimal dalam tiap hektar per tanaman.
Rekomendasi hasil panen jagung yang digunakan PT Dupont dapat dilihat pada
Tabel 5. Rekomendasi hasil panen tersebut merupakan hasil panen berdasarkan
pada penerapan aturan tanam yaitu 70 000 populasi tetua betina dan 14 000
populasi tetua jantan per hektar dengan perkiraan kehilangan populasi sebesar
20 % (Tabel 6). Pengaruh penggunaan benih terhadap hasil panen jagung dapat
diketahui dengan melakukan uji nilai tengah yang tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil Uji-T Pengaruh Penggunaan Benih Terhadap Hasil Panen


Tongkol Jagung di PT Dupont Indonesia

Perlakuan Bobot Tongkol (ton/ha)±ST Dev Hasil Uji-t


P1 6.31 ± 3.74
P2 4.38 ± 2.05
P3 4.53 ± 1.10
P1 vs P2 1.84tn
P1 vs P3 0.92tn
P2 vs P3 -0.18tn
Keterangan : (tn) : nilai rataan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata menurut uji-t pada
taraf 5 %.
P1 : Penggunaan benih 21 – 22 kg/ha
P2 : Penggunaan benih 22 – 23 kg/ha
P3 : Penggunaan benih 23 – 24 kg/ha

Untuk mengetahui lebih lanjut maka dilakukan uji-t pada penggunaan


benih tetua terhadap hasil panen tongkol jagung. Pada Tabel 9 dapat diketahui
bahwa penggunaan benih tidak berpengaruh nyata terhadap hasil panen menurut
uji-t pada taraf 5 %. Penggunaan 21-22 kg/ha benih memiliki rata-rata panen yang
lebih tinggi dibandingkan penggunaan benih 21-22 kg/ha dan 22-23 kg/ha yaitu
53

6.31 ton/ha. Akan tetapi pada P1 standar deviasi data juga sangat besar yaitu 3.74.
Hasil panen tongkol jagung varietas W45 berdasarkan rekomendasi perusahaan
tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Panen Tongkol Jagung Berdasarkan Rekomendasi


Peraturan Tanam di PT Dupont

Jumlah Tetua Bertongkol Ganda Hasil Panen Tongkol Jagung (kg/ha)


(%) Minimal Tengah Tertinggi
5 5 312 5 578 5 871
10 5 071 5 578 6 197
15 4 850 5 578 6 562
20 4 648 5 578 6 972
25 4 462 5 578 7 437
30 4 290 5 578 7 968
35 4 132 5 578 8 581
Sumber : Kantor PT Dupont (2010)

Hasil panen jagung pada saat kegiatan magang di wilayah Ngebruk


sebesar 4.75 ton/ha, Jatikerto Selatan 5.63 ton/ha dan produktivitas wilayah
Tenggong yaitu 7.08 ton/ha. Hasil panen jagung di wilayah Tenggong sesuai
dengan rekomendasi perusahaan, yaitu hasil panen dengan persentase tetua
bertongkol ganda sebesar 25 % (Tabel 10). Penggolongan wilayah Tenggong pada
rekomendasi perusahaan dengan persentase tetua bertongkol dua 25 % didasarkan
pada pengamatan yang telah dilakukan.
Hasil panen wilayah Ngebruk dan Jatikerto Selatan tidak dapat mencapai
rekomendasi tertinggi perusahaan diduga karena berat tongkol yang dihasilkan
setiap tanaman lebih ringan dibandingkan dengan rekomendasi perusahaan.
Berdasarkan rekomendasi perusahaan, setiap satu kilogram berisi 10 tongkol
jagung, sedangkan berdasarkan pengamatan saat kegiatan panen, setiap satu
kilogram terdiri atas 13 - 14 tongkol jagung dengan panjang tongkol 13 - 15 cm.
` Persentase tetua betina bertongkol dua hingga mencapai 35 % apabila
populasi tanaman tiap hektar terkendali serta pemberian input produksi yang baik
dan seimbang. Populasi yang tidak terlalu rapat akan memberikan ruang tumbuh
bagi tanaman sehingga tanaman dapat menyerap input produksi dengan baik
sehingga merangsang tanaman tetua betina jagung membentuk dua tongkol.
54

Semakin tinggi persentase tetua betina menghasilkan dua tongkol maka hasil
panen tongkol jagung semakin tinggi.

Pemeliharaan Tanaman

Penggunaan pupuk N, P, dan K lengkap berpengaruh positif terhadap daya


tumbuh benih yaitu masih diatas 80 %. Tanaman yang dipupuk N dan P atau N
dan K daya tumbuhnya 60 % dan tanaman yang tidak dipupuk daya tumbuhnya
40 % setelah periode simpan 16 bulan (Syafruddin dan Saenong, 2005).
Pemupukan N, P, dan K di lakukan oleh perusahaan untuk menjaga daya
berkecambah benih tetua jantan dan betina diatas 98 %.
Penggunaan dosis pupuk di PT Dupont adalah 400 kg/ha urea dan 400
kg/ha pupuk majemuk N-P-K-S (15-15-15-10) dan 8 liter/ha pupuk daun dan
bunga (hara makro dan mikro). Penggunaan pupuk di PT Dupont sudah tepat
dengan menggunakan pupuk majemuk N, P dan K sehingga benih hasil produksi
perusahaan diharapkan memiliki viabilitas yang tinggi. Akan tetapi, jumlah pupuk
N yang diaplikasikan pada produksi benih di lahan Sumber Pucung di PT Dupont
berlebihan karena berdasarkan rekomendasi pemupukan Departemen Pertanian
(2010) untuk Kabupaten Malang sebesar 200 - 300 kg/ha urea, 100 kg/ha SP 36
dan 50 kg/ha KCL. Pemberian dosis N yang relatif tinggi, dapat memperpanjang
periode vegetatif tanaman, sehingga dapat mengurangi daya hasil tanaman.
Masa periode vegetatif tanaman yang panjang dapat menghambat proses
pemasakan bunga jantan dan masa reseptif bunga betina. Apabila proses
sinkronisasi bunga pada tetua tidak berjalan dengan baik maka dapat menurunkan
daya hasil karena penyerbukan tidak berjalan dengan baik sehingga pengisian
tongkol jagung tidak sempurna.
Dosis pemupukan N yang terlalu tinggi tanpa disertai penambahan
pemupukan kalium sebagai pemacu perkembangan jaringan mekanis tanaman
dapat menurunkan ketahanan tanaman terhadap serangan OPT. Serangan OPT
dapat mengurangi areal yang dapat terpanen sehingga mengurangi produksi
tanaman jagung.
55

Bulai merupakan salah satu penyakit tanaman dalam produksi benih


jagung hibrida PT Dupont periode tanam 2010. Penyakit bulai menyerang hampir
di setiap wilayah produksi benih akan tetapi epidemi penyakit terjadi pada
wilayah Senggreng dengan luas satu hektar. Di wilayah Senggreng belum
dilakukan kegiatan panen, akan tetapi sudah dapat dipastikan satu hektar
pertanaman jagung tidak dapat di panen akibat serangan hama bulai.
Terjadinya epidemi di wilayah Senggreng dikarenakan faktor lingkungan
yang mendukung perkembangan penyakit bulai. Sejarah lahan, tingginya
intensitas hujan serta dosis pemupukan N yang berlebih menyebabkan tanaman
mudah terserang penyakit. Berdasarkan survey area yang dilakukan, sebelum
pertanaman jagung, lahan ditanam jagung manis yang juga terserang penyakit
bulai. Pengendalian penyakit bulai menggunakan fungisida dengan bahan aktif
mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 % yang diaplikasikan pada saat tanaman
berumur 14 HST atau 21 HST. Fungisida ini akan lebih baik diaplikasikan
sebelum benih ditanam karena fungisida tersebut merupakan fungisida perlakuan
benih.
Intensitas curah hujan yang cukup tinggi diduga mendukung meningkatkan
serangan penyakit bulai. Intensitas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Curah Hujan dan Hari Hujan di Lahan Produksi Sumber Pucung

Bulan Curah Hujan Hari Hujan Curah Hujan Tertinggi


(mm) (mm)
Januari 260 15 57
Februari 282 14 65
Maret 243 12 84
April 269 15 50
Mei 220 9 76
Sumber : BMG 2010, Stasiun Sumber Pucung

Tabel 11 menunjukkan bahwa intensitas hujan cukup tinggi pada awal


penanaman hal tersebut dapat membuat iklim mikro pada lahan sangat baik untuk
perkembangbiakan cendawan penyebab penyakit. Selain itu hujan membantu
dalam penyebaran penyakit bulai yaitu melalui percikan air.
Tikus merupakan salah satu hama pada produksi benih jagung hibrida PT
Dupont periode tanam 2010. Hama tikus pada pertanaman jagung dapat
56

menurunkan produksi tanaman.Serangan tikus terjadi di dua daerah, yaitu


Tenggong dan Jatikerto Selatan dengan luas serangan secara berturut-turut 6.01 ha
dan 4.06 ha. Serangan hama tikus yang tinggi diduga disebabkan karena tidak
adanya pemberaan setelah penanaman padi dimana pada saat penanaman padi
serangan hama tikus cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan tanaman jagung
menjadi makanan alternatif bagi hama tikus setelah seluruh pertanaman padi
terpanen seluruhnya.
Panen yang telah dilakukan di wilayah Tenggong pada periode Juli 2010
seluas 2.64 ha wilayah yang tidak dapat dipanen karena serangan tikus seluas
0.51 ha. Pada wilayah Jatikerto Selatan panen hingga juli 2010 seluas 5.47 ha
dengan area yang dapat terpanen 3.89 hektar sedangkan area yang tidak terpanen
akibat serangan hama tikus seluas 1.58 ha.

Sinkronisasi Tetua

Tanaman jagung merupakan tanaman protandry, dimana masa anthesis


bunga jantan 1 - 3 hari sebelum rambut bunga betina muncul (silking). Apabila
sinkronisasi antara tetua jantan dan betina berlangsung dengan baik maka tongkol
jagung akan terisi sempurna. Hal tersebut berarti produksi jagung akan meningkat
apabila sinkronisasi tetua berjalan dengan baik. Pada hasil pengamatan terhadap
jumlah bunga terhadap 450 tanaman contoh (Lampiran 9), dapat diketahui bahwa
proses pembungaan tanaman di lahan tercapai dalam waktu 6 - 7 hari setelah
anthesis bunga jantan pada tetua jantan. Berdasarkan rekomendasi perusahaan
pertanaman jagung dikatagorikan sinkron apabila selisih persentase jumlah tetua
jantan anthesis dan tetua betina reseptif pada pengamatan kurang dari 10 %.
Apabila pengamatan menunjukkan persentase lebih dari 10 % maka pertanaman
tidak sinkron sehingga perlu perubahan rasio tanam pada penanaman berikutnya
untuk memperbaiki persentase sinkronisasi tetua.
Pengamatan terhadap jumlah bunga yang reseptif dan anthesis
menunjukkan bahwa sinkronisasi pada pertanaman jagung tercapai cukup baik.
Hanya pada umur 56 HST pertanaman kurang sinkron, hal ini ditunjukkan dengan
selisih persentase jumlah tetua jantan anthesis dan jumlah tetua betina reseptif
57

sebesar 11 %. Hasil Pengamatan jumlah bunga dapat di analisis dengan


menggunakan uji-F dan uji lanjut DMRT pada taraf 5 % untuk mengetahui lebih
lanjut sinkronisasi antara tetua. Hasil uji-f pengamatan tersaji pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji F Jumlah Bunga Betina dan Jantan pada Pengamatan
Sinkronisasi

Umur Jumlah Bunga Jumlah Bunga Jumlah Bunga


Tanam Betina Reseptif Jantan I Anthesis Jantan II Anthesis
53 2.3a 1.0a 0.0a
54 8.3a 9.3a 0.0b
55 15.3a 21.3a 2.0b
56 28.3b 37.7a 8.7c
57 37.7b 45.0a 21.3c
58 43.0b 49.3a 33.7c
59 48.7a 50.0a 47.0b
60 50.0a 50.0a 50.0a
Keterangan : nilai rataan pada baris yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut uji DMRT pada taraf 5 %.

Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa pada umur 56 – 58 hari,


sinkronisasi antara tetua betina dan tetua jantan I menunjukkan perbedaan yang
nyata,berdasarkan uji lanjut DMRT, hal ini berarti sinkronisasi antar tetua kurang
sempurna. Hasil analisis menunjukkan bahwa masa anthesis tetua jantan I dan
silking tetua betina terjadi pada saat umur tanaman 53 hari, sedangkan masa
anthesis tetua jantan II terjadi pada umur 55 hari. Hal tersebut terjadi karena rasio
penanaman 0-0-2, dimana tetua jantan II ditanam dua hari setelah penanaman
tetua betina dan tetua jantan I. Pada saat bunga jantan belum anthesis, tetua betina
dan jantan I masih sinkron yang dibuktikan dengan tidak adanya perbedaan yang
nyata antara waktu sinkroniasi bunga betina dan bunga jantan I.
Sinkronisasi antar tetua tidak tercapai pada saat tanaman berumur 56 – 58
hari karena hasil uji lanjut (Tabel 12) menunjukkan perbedaan yang nyata pada
taraf 5% antara tetua betina dan jantan I dan jantan II. Penetapan perbedaan waktu
tanam antara tetua jantan I dan tetua jantan II tidak berpengaruh terhadap
sinkronisasi tanaman karena hasil rataan berdasarkan hasil uji lanjut pada umur
56 - 58 hari untuk tiap tetua berbeda nyata. Adanya perbedaan waktu tanam antara
tetua jantan II diharapkan dapat memperpanjang waktu penyerbukan sehingga
58

tongkol jagung dapat terisi sempurna dengan bulir jagung yang rapat. Apabila
pertanaman tidak sinkronan maka dapat dirubah rasio penanaman tetua jantan dan
betina. Berdasarkan Tabel 12 perubahan rasio tanam dapat dilakukan dengan cara
menunda penanaman tetua betina dan tetua jantan 1.

Pemanenan

Pemanenan jagung pada produksi benih dilakukan saat benih telah masak
fisiologis, yaitu kadar air berkisar antara 25 - 30 % (Kuswanto, 2003). Perusahaan
menetapkan kadar air benih pada saat jagung panen berkisar 30 – 40 %. Panen
jagung varietas W45 dilakukan pada umur antara 105 - 115 hari. Karena pada
umur tersebut jagung dianggap telah masak fisiologis. Pemanenan juga dapat
dilakukan apabila 80 % dari populasi telah masak berdasarkan stadia panen yang
disusun oleh perusahaan (Tabel 3). Stadia panen yang disusun perusahaan
digunakan untuk menghindari jagung dipanen terlalu muda atau jagung dipanen
lewat masak.
Pemanenan yang dilakukan oleh perusahaan sudah cukup tepat apabila
pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air
tinggi sehingga vigor benih tidak maksimal (Kuswanto, 2003). Pemanenan jagung
yang terlalu muda juga akan mudah mengalamu kerusakan fisik dan mekanis saat
transportasi. Sebelum kegiatan panen, pelaporan waktu panen disampaikan kepada
administrator kantor 3 – 7 hari sebelumnya. Pelaporan panen bertujuan untuk
mengatur jadwal penerimaan benih di pabrik pengolahan. PT Dupont membuat
jadwal penerimaan benih dari lahan produksi hasil panen dari satu lahan produksi
tidak tercampur dengan lahan produksi yang lain.
Kegiatan panen dilakukan oleh petani setelah mendapat informasi waktu
panen dari perusahaan. Hasil panen petani dipisahkan antara yang bermutu baik
dan kurang baik. Hasil panen yang bermutu baik adalah hasil panen yang
memiliki penampakan baik tanpa ada cacat akibat serangan OPT serta memiliki
kemurnian genetik yang baik. Hasil panen yang bermutu kurang baik adalah hasil
panen terserang OPT, kemurnian genetiknya diragukan akibat selfing dan biji
pada tongkol telah berkecambah (pre germ). Hasil panen dibeli perusahaan sesuai
59

perjanjian yang berlaku baik yang bermutu baik atau kurang baik. Pemisahan hasil
panen ditujukan untuk menghindari panen yang bermutu baik tercemar OPT atau
kerusakan lainya akibat pencampuran hasil panen. Pemisahan panen juga
dilakukan untuk memudahkan proses pengolahan pada pabrik pengolahan. Panen
yang bermutu kurang baik akan dipilah dan dipipil secara manual. Hasil panen
yang kemurnian genetiknya diragukan dimusnahkan atau di jual perusahan oleh
pihak yang ditunjuk perusahaan.
Pembayaran hasil panen dilakukan PT dupont setelah benih di timbang
pada pabrik pengolahan. Pembayaran dilakukan perusahaan melalui kantor pos.
Jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan merupakan jumlah seluruh
pendapatan petani dari hasil panen dikurangi dengan pinjaman petani.
Pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan selambat-lambatnya satu minggu
setelah hasil panen petani diangkut menuju pabrik.

Alur Benih Tetua

Benih merupakan faktor utama yang penting pada kegiatan produksi


benih. Penggunaan benih yang tepat sesuai dengan rekomendasi perusahaan dapat
memberikan keuntungan bagi petani serta perusahaan. Penggunaan benih yang
tepat dapat meningkatkan hasil produksi petani karena dengan menggunakan
benih yang tepat maka populasi suatu tanaman tidak terlalu rapat sehingga
persaingan antar tanaman tidak terlalu tinggi.
Penggunaan benih yang tepat oleh petani juga menguntungkan perusahaan.
Apabila petani menggunakan benih sesuai dengan kebutuhanya maka perusahaan
tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk penyediaan benih tetua. Jumlah
kebutuhan benih tetua yang digunakan petani dapat dikendalikan melalui peran
serta koordinator desa serta koordinator wilayah.
Koordinator desa perlu melakukan pengecekan ulang terhadap luas lahan
petani sebelum mengajukan permintaan benih dan koordinator wilayah turut
mengecek kembali sehingga benih yang diambil sesuai dengan kebutuhan petani.
Saat benih diambil dari gudang produksi, koordinator desa harus melakukan
pengecekan kembali terhadap identitas benih. Apabila ditemukan lot benih tetua
tahun sebelumnya maka harus dilakukan pengecekan terhadap daya tumbuh
60

benih. Apabila daya tumbuh benih tetua dibawah 80 % maka harus dilaporkan
kepada administrasi dan mengembalikan lot benih tersebut untuk ditukar dengan
lot benih tetua yang baru.
Saat pembagian benih, koordinator desa membagikan 80 % dari kebutuhan
petani. Hal ini dilakukan agar petani dapat menyesuaikan penggunaan benih. Pada
saat kegiatan pengawasan tanam dilakukan untuk mengawasi kegiatan penanaman
petani dan memastikan petani menggunakan jarak tanam yang tepat serta cara
tanam satu benih per lubang sehingga sehingga benih yang digunakan tidak
berlebih.

Analisis Usaha Tani

Analisis usaha tani jagung dihitung selama satu musim tanam. Sistem
usaha tani jagung disusun dengan membandingkan antara pembenihan jagung
berdasarkan asumsi perusahaan dengan penanaman jagung konvensional sesuai
kegiatan petani dilapangan. Analisis usaha tani dihitung selama satu musim
tanam. Analisis usaha tani dapat dilihat pada Lampiran 10 dan Lampiran 11.
Analisis usaha tani pembenihan jagung merupakan hasil analisis usaha tani
berdasarkan dengan luasan lahan satu hektar dengan daya panen 7 ton gelondong
jagung. Rata-rata hasil panen didasarkan pada potensi tanaman jagung varietas
W45. Analisis jagung hibrida secara konvensional didasarkan kepada wawancara
terhadap petani dengan daya mencapai 7 ton pipilan kering.
Hasil analisis usaha tani pada pembenihan jagung hibrida menunjukkan
total biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan total biaya pada budidaya
jagung konvensional. Hal ini karenakan beberapa komponen biaya seperti benih,
fungisida bahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %, serta rodentisida
diberikan perusahaan secara gratis. Total biaya pada pembenihan jagung yaitu
sebesar Rp. 8 003 000,- sedangkan total biaya pada budidaya jagung konvensional
sebesar Rp. 8 278 000,-.
Komponen pendapatan pembenihan jagung pada kerja sama dengan PT
Dupont, petani mendapatkan keuntungan tambahan, yakni Rp. 800 000,- yang
meliputi kompensasi perusahaan terhadap pembabatan tetua jantan serta penjual
61

brangkasan tetua jantan. Harga yang disepakati pada pembenihan jagung di PT


Dupont yaitu Rp. 3 000,- sudah dapat memberikan keuntungan jika hasil panen
petani mencapai 7 ton gelondong jagung. Keuntungan yang didapat petani apabila
hasil panen jagung mencapai 7 ton yaitu Rp. 13 797 000,-. Keuntungan tersebut
akan lebih baik dibandingkan dengan budidaya jagung secara konvensional yaitu
Rp.7 822 000,-. Karena keuntungannya yang jauh lebih tinggi maka petani di
wilayah Sumber Pucung cenderung mengikuti sistem kerja sama pembenihan
jagung hibridadengan perusahaan dibandingkan membudidayakan jagung secara
konvensional.
Kendala umum dilapangan yaitu petani merasa dirugikan. Hal tersebut
dikarenakan petani menambahkan input produksi khususnya pupuk dengan
harapan hasil semakin tinggi. Dosis pupuk berdasarkan rekomendasi perusahaan
sudah sangat tinggi apabila petani menambahkan dosis pemupukan maka hasil
yang didapatkan akan semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian Djalil
(2003) pemberian pupuk yang tinggi tidak akan meningkatkan hasil tanaman
jagung. Pemberian 50 kg/ha KCL sudah cukup memberikan sokongan terhadap
pertumbuhan tanaman jagung. Peningkatan dosis pupuk akan meningkatkan biaya
produksi dan menurunkan total pendapatan apabila hasil panen tidak sesuai
harapan sehingga keuntungan yang didapatkan sangat rendah.
62

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan bedengan meningkatkan daya berkecambah benih di lapang


hingga 100 %, sehingga tanaman tumbuh serasi serta meningkatkan produksi
tanaman. Selain itu penggunaan bedengan juga mampu meningkatkan hasil panen
tanaman hingga 2 ton/ha lebih tinggi dibandingkan tanpa menggunakan bedengan.
Kerapatan tanam yang tinggi mengurangi produksi tanaman karena terdapat
persaingan penguasaan sarana tumbuh. Total penggunaan benih tetua tiap hektar
di wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010. Penggunaan benih tetua per
hektar pada wilayah produksi Sumber Pucung tidak memberikan pengaruh yang
nyata terhadap hasil panen tongkol jagung per Juli 2010
Pemupukan N berlebih tidak baik bagi perkembangan tanaman yaitu
memperpanjang periode vegetatif tanaman. Periode vegetatif yang panjang
mengganggu proses sinkronisasi tanaman yang mengakibatkan pengisian tongkol
tidak berjalan dengan baik, sehingga produksi tanaman menurun. Pemupukan N
berlebih juga dapat menurunkan daya tahan tanaman terhadap penyakit bulai.
Sinkronisasi antara tetua pada saat kegiatan magang berjalan kurang baik
saat umur tanaman 56 - 58 HST, karena pematangan antara tetua jantan dan betina
berbeda nyata bedasarkan analisis statistik. Pemanenan jagung untuk benih
dilakukan pada stadia 4 atau pada saat kadar air benih 30 %. Hasil panen
dipisahkan berdasarkan panen yang bermutu baik dan kurang baik untuk
menghindari rusaknya benih akibat tercampur serta memudahkan pengolahan
benih di pabrik pengolahan.
Saran

Perlu dipertimbangkan cara pemeliharaan tanaman yang tepat khususnya


dosis pupuk N yang digunakan. Penggunaan pupuk N cukup 200 - 300 kg/ha.
Penggunaan N yang berlebihan akan menurunkan hasil produksi karena dapat
memperpanjang periode vegetatif tanaman serta meningkatkan kerentanan
tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman.
63

Berdasarkan hasil pengamatan sinkronisasi tanaman, rasio penanaman


untuk varietas jagung W45 yang lebih baik adalah 1-1-0. Hal ini berarti tanaman
jantan I ditanam terlebih dahulu, tetua betina dan tetua jantan II ditanam satu hari
setelah tetua jantan di tanam. Dengan demikian diharapkan penyerbukan dapat
berjalan dengan baik dan tongkol dapat terisi dengan bulir yang rapat.
Sosialisasi dan pengawasan peraturan tanam oleh perusahaan kepada
petani harus ditingkatkan. Apabila peraturan tanam dilaksanakan dengan baik
maka kedua belah pihak akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
64

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia. 2007. Budidaya Jagung Hibrida. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.


48 hal.

Arief, R. dan S. Saenong. 2003. Ketahanan simpan benih jagung (Zea mays
L.) dari beberapa takaran dan waktu pemberian kalium. Jurnal Stigma.
Vol. XI No. 1 : 1-5.

Bakker, D. M.,G. J Hamilton, D. J. Houlbrooke, C. Spann. 2005. The effect of


raised beds on soil structure, waterlogging and productivity on duplex soils
in western australia. Australian Journal of Soil Research Vol 43 : 575–585.

Bakker, D. M., G. J. Hamilton, D. J. Houlbrooke, C. Spann and A. Van Burgel.


2007. Productivity of crops grown on raised beds on duplex soils prone to
waterlogging in western australia. Australian Journal of Experimental
Agriculture. Vol 47 : 1368-1376.

BPS. 2010. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Berdasarkan Provinsi.
http://www.bps.go.id. [1 Oktober 2010].

Deptan. 2009. Teknologi Budidaya Jagung. http://www.deptan.go.id [5 November


2010].

Djalil, M. 2003. Pengaruh pemberian pupuk kcl terhadap pertumbuhan dan


pembentukan komponen tongkol jagung hibrida andalas 4. Jurnal Stigma
Vol XI : 302-304

Hairiah K., D. Suprayogo, M. V. Nordwijk. 2000 . Agroforestri pada tanah masam


di daerah tropika basah : Pengelolaan interaksi antara pohon-tanah-
tanaman semusim. ISBN 979-95537-5-X. 41 hal.

Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademik Pressindo. Jakarta. 286 hal.

Hardman, L and J. Gunsolus. 1998. Corn growth and development. Extension


Service. University of Minesota. 418 hal.

Harjadi, S.S., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 113 hal.

Idris. 2005. Inovasi teknologi jagung hibrida dalam Buletin Teknologi dan
Informasi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi
Tenggara. Hal 1-8.
65

Jumin. 2008. Dasar-Dasar Agronomi (Edisi Revisi). Rajawali Press. Jakarta. 132
hal.

Justice, O. L and L, N. Bass; penerjemah, Roesli, R. 2002. Prinsip dan Praktek


Penyimpanan Benih. PT. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 446 hal.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan


Benih.Kanisius. Yogyakarta. 127 hal.

Mayrowani, H. 2008. Evaluasi kebijakan subsidi benih jagung kasus kabupaten


jeneponto, sulawesi selatan. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol 6 No. 3 :
256 -271.

Nugraha, U.S., Subandi dan A. Hasanuddin. 2003. Perkembangan teknologi budi


daya dan industri benih jagung. Dalam Kasryno, F., E. Pasandaran, dan
A.M.Fagi . Buku Ekonomi Jagung Indonesia. Badan penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Deptan. Jakarta. Hal 37-72.

Nuruzuman M, I .2008. Pengaruh Komposisi media dan jumlah benih dalam


polibag terhadap viabilitas benih manggis (Garcinia mangostana L) serta
ketahanannya selama transportasi. Skripsi. Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Skripsi. 42 hal.

Ortega. A. L, K. D Sayre and C. A Francis. 2000. Wheat nitrogen use in a bed


planting system in northwest mexico. Agronomy Journal. Vol. 92: 303 –
308.

Paliwal.R.L. 2000. Tropical maize morphology. In: Tropical Maize: Improvement


and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome. p 13-20

Permadi K, H. Yati dan I. Nuhati. 2005. Pengaruh pemupukan N, P dan K


terhadap pertumbuhan dan hasil jagung hibrida dan komposit di lahan
kering. Jurnal Agrivigor. Vol 3 : 9-15.

Pioneer. 2009. Ruang Media Pioneer. www.pioneer.com. [5 Desember 2009].

Puslitbangtan. 2006. Pengembangan Jagung di Lahan Bera. Berita Puslitbangtan.


Bogor. 15 hal

Rubatzky, V.E. dan M. Yamaguchi.1998. Sayuran Dunia I. Edisi Kedua. ITB


Press.Bandung. 313 hal.

Sadjad, S. 1992. Dari Benih Kepada Benih. PT Grasindo. Jakarta. 144 hal.

______. 2006. Benih yang Membawa dan Dibawa Perubahan. IPB Press. Bogor
66

Saenong, S., M. Azrai, R. Arief, dan Rahmawati. 2007. Pengelolaan benih jagung
dalam Jagung : Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. Hal 146 – 174.

Sharma. P. K. 2003. Raised-sunken bed system for increasing productivity of rice-


based cropping system in high rainfall areas of himichal. Pradesh. Journal
of the Indian Society of Soil Science. Vol 51: 10-16

Sprague, G. F. and J.W. Dudley. 1988. Corn and Corn Improvement. Third
edition. America society of Agronomy, Inc. Madison. 968p.

Subandi, I. G. Ismail, dan Hermanto. 1998. Jagung, Teknologi Pascapanen. Pusat


Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 57 hal

Subekti, N. A., Syafruddin, R. Efendi, dan S. Sunarti. 2007. Morfologi tanaman


dan fase pertumbuhan jagung dalam Jagung : Teknik Produksi dan
Pengembangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hal 16-28.

Sutejo, M. M. 1992. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 177 Hal.

Syafruddin dan S. Saenong. 2005. Pengaruh pemupukan terhadap mutu benih


jagung. Dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung 2005.Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Makasar-Maros September 2005. p : 61.

Takdir. A. T. Sunarti dan J. M. Made. 2007. Pembentukan varietas jagung


hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Hal 74-95.

Tawainga, W., Katsvairo and J. C. William. 2000. Soil and crop management.
Agronomy Journal. Vol 92 : 493-500.

White J. P and L. A, Johnson, ed . 2002. Corn Chemistry and Technology.


American Association of Cereal Chemist, Inc. USA. 892 p.
67

LAMPIRAN
68

Lampiran 1. Jurnal Kegiatan Sebagai Mandor Pabrik di Pabrik Pengolahan


Benih, PT Dupont Indonesia

Tenaga Kerja Lama Kegiatan


Tanggal Kegiatan yang Diawasi
yang Diawasi (jam)
16-02-2010 Training 4
17-02-2010 Pengenalan Pabrik 8
18-02-2010 Pengeringan benih tetua 4 8
19-02-2010 Pengenalan bagian pemipilan benih 8
20-02-2010 Pembersihan dan pemilahan benih 4 4
Pembersihan dan pemilahan, perlakuan
22-02-2010 6 8
benih
Pembersihan dan pemilahan, perlakuan
23-02-2010 6 8
benih
24-02-2010 Pengemasan benih komersial 6 8
25-02-2010 Pengemasan benih tetua (manual) 11 8
27-02-2010 Pengenalan bagian teknisi pabrik 4
Gudang penyimpanan benih
01-03-2010 3 8
-pemetaan lot benih dalam gudang
02-03-2010 Gudang penyimpanan benih 3 8
03-03-2010 Logistik 2 8
Logistik
04-03-2010 - pendataan barang untuk perlakuan 2 8
ulang
Logistik dan Pengenalan bagian
05-03-2010 2 8
quality
Laboratorium
06-03-2010 4
- Penjelasan alur kerja laboratorium
Pengawasan kerja perbaikan gudang,
08-03-2010 4 8
sortir manual
Pengawasan kerja perbaikan gudang,
09-03-2010 4 8
Sortir manual
10,11- 03-2010 POT Bali (pabrik libur)
12-03-2010 Laboratorium 8
13-03-2010 Laboratorium 8
Laporan ke kantor lahan produksi
14-03-2010
Sumber Pucung
69

Lampiran 2. Jurnal Kegiatan Sebagai Pendamping Koordinator Wilayah di


Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont Indonesia

Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
kerja
Diawasi (jam)
Perkenalan Kantor, administrasi Jatikerto
dan tim kerja (CX-9) Selatan
15-03-2010 8
Pertemuan Petani / Grower (JKTS)
Meeting (GM) Tenggong
17-03-2010 Administrasi perpindahan kerja 4
GM
18-03-2010 8
Rapat tim CX-9(dwiminggu)
19-03-2010 GM Trenyang 4
23-03-2010 Pelatihan menejemen tanam 4
Survey area
24-03-2010 4
Pengecekan kesiapan lahan petani
Pengamatan daya tumbuh benih JKTS
25-03-2010 4
tetua Tenggong
Pelatihan aplikasi herbisida oleh
27-03-2010 4
Sygenta
Pengawasan tanam Tenggong
29-03-2010 8
GM Senggreng
Pengawasan Tanam
30-03-2010 Tenggong 8
Pengecekan kesiapan lahan
31-03-2010 Penanaman tetua jantan II Tenggong 4
01-04-2010 Penanaman tetua jantan II Tenggong 4
02-04-2010 Libur nasional
03-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani Tenggong 4
04-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS 4
05-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan petani JKTS 4
Pengecekan germinasi benih
06-04-2010 Persiapan lahan kunjungan 8
Supervisi dosen
Jatikerto
Pengawasan tanam
07-04-2010 Utara 7
Diskusi dengan petani
(JKTU)
Rapat dengan tim riset
08-04-2010 8
Rapat tim CX-9 (dwiminggu)
Pengawasan tanam
09-04-2010 Penjelasan penggunaan bedengan JKTS 6
kepada petani
Pengecekan kesiapan lahan
10- 04-2010 JKTS 6
Pengawasan tanam
Pengawasan tanam
12-04-2010 JKTU 7
Kunjungan tim Quality
13-04-2010 Pengawasan tanam Tenggong 4
14-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Senggreng 4
15-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Senggreng 8
Pengawasan tanam
Pengecekan persiapan lahan
16-04-2010 8
petani
Rapat koordinasi tim CX-9
Pelatihan aplikasi herbisida oleh
17-04-2010 4
Sygenta
70

Lampiran 2. (Lanjutan)

Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
kerja
Diawasi (jam)
Kunjungan Sygenta
19-04-2010 Tenggong 5
Roguing
20-04-2010 Pengawasan tanam Senggreng 4
21-04-2010 Kontrol Senggreng 5
Aplikasi herbisida oleh Sygenta JKTS
22-04-2010 5
Pengecekan kesiapan lahan Tenggong
Kontrol penanaman
23-04-2010 4
Rapat koordinasi tim CX-9
24-04-2010 Pengecekan kesiapan lahan Tenggong 4
27-04-2010 Pengawasan tanam JKTU 7
Pengawasan tanam
28-04-2010 Tenggong 8
Kontrol
29-04-2010 Kontrol Senggreng 5
Pengawasan Tanam
30-04-2010 Kontrol Senggreng 8
Rapat koordinasi
01-05-2010 Pelatihan administrasi 4
03-05-2010 Kontrol Tenggong 6
Field Trip kelompok tani
04-05-2010 Senggreng 6
05-05-2010 Kontrol Senggreng 7
06-05-2010 Rapat tim CX-9 (dwi minggu) 4
07-05-2010 Penelusuran pustaka unibraw
Rapat koordinasi koordinator
08-05-2010
desa (kordes)
11- 05-2010 Kontrol Tenggong 6
12-05-2010 Pelatihan rouging oleh korwil 4
14-05-2010 Kontrol Tenggong 8
Persiapan lahan kunjungan
15-05-2010 Slorok 4
manajer
17-05-2010 Pelatihan administrasi (ISO) 6
18-05-2010 Kontrol Tenggong 8
19-05-2010 Pelatihan detasseling 8
Kontrol
20-05-2010 Persiapan lahan kunjungan 8
inspektur lapangan (Thailand)
Kontrol
21-05-2010 Pelatihan pengamatan Slorok 8
sinkronisasi
Rapat tim CX-9 bulanan
22-05-2010 Tenggong 6
Pengamatan sinkronisasi
Kontrol detasseling
24-05-2010 Tenggong 10 6
Pengamatan sinkronisasi
25-05-2010 Pengamatan sinkronisasi Tenggong 2
Kontrol detasseling
26-05-2010 Tenggong 5 6
Pengamatan sinkronisasi
27-05-2010 Kontrol Senggreng 5
Kontrol detasseling
28-05-2010 Tenggong 10 8
Pengamatan serangan tikus
Kontrol silang koordinator
29-05-2010 Tenggong 4
wilayah
71

Lampiran 2. (Lanjutan)

Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
Kerja
Diawasi (jam)
Kontrol
31-05-2010 JKTU 8
Pengamatan
01-06-2010 Kontrol Tenggong 6
Persiapan lahan kunjungan
02-06-2010
koordinator quality
Kontrol
03-06-2010 Tenggong 6
Koordinasi dengan broker
Kontrol
04-06-2010 Senggreng 6
Rapat tim CX-9 (dwiminggu)
05-06-2010 4
Solusi permasalahan di lahan
08-06-2010 Kontrol JKTU 8
Persiapan lahan untuk
09- 06-2010 Ngebruk 8
kunjungan Manajer produksi
10-06-2010 Kontrol JKTS 4 6
11-06-2010 Sampling internal Slorok 5
12-06-2010 Kontrol Senggreng 4
14-06-2010 Kontrol Slorok 8
15-06-2010 Kontrol
Senggreng 8
Koordinasi dengan broker
16-06-2010 Kontrol Senggreng 4
17-06-2010 Kontrol JKTU 4 6
18-06-2010 Sampling internal
Slorok 8
Audit kendaraan bermotor
19-06-2010 Penyuluhan petani Senggreng
21-06-2010 Kunjungan ke BMG
22-06-2010 Rapat bulanan tim CX-9 6
23-06-2010 Kontrol
Slorok 7
Pelatihan BHL detasseling
24-06-2010 Pengamatan sinkronisasi
Safety Celebration Meeting 9
2010
25-06-2010 Kontrol Slorok 4 5
26-06-2010 Kontrol Tenggong 4
28-06-2010 Kontrol
Kunjungan Koordinator JKTS 6
Lapangan
29-06-2010 Kontrol Tenggong 2 4
30-06-2010 Kontrol JKTU 4 7
01-07-2010 Kontrol
Pembaharuan data serangan Tenggong 8
tikus
72

Lampiran 2. (Lanjutan)

Tenaga Lama
Wilayah
Tanggal Kegiatan yang Diawasi Kerja yang Kegiatan
Kerja
Diawasi (jam)
08-07-2010 Pelatihan estimasi panen 5
09-07-2010 Kontrol Slorok 4
10-07-2010 Kontrol
Tenggong 4
Pengecekan stadia panen
12-07-2010 Kontrol JKTU 8
13- 07-2010 Kontrol
Serangan tikus pada tetua JKTU 8
jantan
14-07-2010 Kontrol JKTS 4 6
15-07-2010 Kontrol Slorok 5
16-07-2010 Panen JKTS 5 7
17-06-2010 Kontrol Trenyang 3
19-06-2010 Kontrol
JKTU 2 6
Diskusi dengan petani
20-07-2010 Kontrol Turus 5
21-06-2010 Kontrol Slorok 6
22-06-2010 Panen
JKTS 5 6
Sebagian terserang tikus
23-06-2010 Kontrol
Slorok 9
Rapat bulanan tim CX-9
24-06-2010 Administrasi laporan selesai
magang
73

Lampiran 3. Peta Lahaan Produksi sum


mber Pucung berd
dasarkan GPS beeserta Keterangaan Wilayah

U
74

Lampiran 3. (Lanjutan)

Areal Areal Potensial Upah Tenaga


Intensitas Ketinggia Jalan Kerja
Sistem pertanian Penanaman
Wilayah Irigasi n Tempat Pola Tanam Angkutan (Rupiah)
Irigasi Potensial Jagung
(kali) (mdpl) Panen
(Ha) (Ha) Pria Wanita
Setengah
8–9 314 90 25 Aspal
Ngebruk teknis Padi-padi-palawija 15000 15000
Jatikerto Selatan Teknis 6 480 Padi-Palawija-palawija 30 10 Batu-Pasir 15000 12500
Setengah
7 500 30 10 Batu-Pasir
Slorok teknis Padi-Palawija-palawija 15000 15000
Tenggong Teknis 6 440 Padi-Palawija-palawija 20 10 Aspal 15000 12500
Trenyang Teknis 7 414 Padi-Palawija-palawija 200 15 Batu-Pasir 15000 12500
Turus Teknis 6 314 Padi-Palawija-palawija 120 30 Batu-Pasir 15000 12500
Setengah Batu-Pasir
5 -7 450 90 60
Jatikerto Utara teknis Padi-Palawija-palawija 15000 12500
Senggreng Teknis 6 314 Padi-Palawija-palawija 85 30 Batu-Pasir 15000 15000
Sumber: Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung (2010)
75

Lampiran 4. Formulir Daftar Kesiapan Lahan Petani

Tanggal Pengaturan Lahan Penolahan Lahan* Parit Keliling* Parit Bedengan*


No Nama petani
pengecekan Panjang Lebar Luas TOT Bajak Traktor Ada Tidak Ada Ada Tidak Ada

Keterangan : (*) isi dengan check list ( √ )


Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010)
76

Lampiran 5. Formulir Jadwal Perawatan Tanam

Mei Juni Juli Agustus


Area R01 R02 R03 R04 R05 R06 R07 R08 R09 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17
No. Nama Petani
(ha)
Tanggal
1 Petani 1 0,28 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
2 Petani 2 0,25 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
3 Petani 3 0,14 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
4 Petani 4 0,06 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
5 Petani 5 0,25 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
6 Petani 6 0,18 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
7 Petani 7 0,15 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
8 Petani 8 0,15 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
9 Petani 9 0,10 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
10 Petani 10 0,10 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
11 Petani 11 0,18 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
12 Petani 12 0,10 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
13 Petani13 0,14 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
14 Petani 14 0,14 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
15 Petani 15 0,14 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
16 Petani 16 0,10 06 12 22 22 30 01 06 11 13 21 20 01 11 21 11 31 15
Total 2,46
Keterangan :
R01 : Irigasi 1 R06 : Irigasi 4 R10 : Irigasi 6 R14 : Irigasi 9
R02 : Pemupukan 1 & Irigasi 2 & Penyemprotan 1 R07 : Penyemprotan R11 : detasselling R15 : Babat jantan
R03 : Pemupukan 2 R08 : Pemupukan & Rouging 2 & Irigasi 5 R12 : Irigasi 7 R16 : Irigasi 10
R04 : Rouging 1 & Irigasi 3 R09 : Penyemprotan R13 : Irigasi 8 R17 : Panen
R05 : Penyemprotan
Sumber : Kantor lahan Sumber Pucung PT Dupont (penanaman 6 Mei 2010)
77

Lampiran 6. Bukti Pembayaran Hasil Panen Petani


78

Lampiran 7. Alur Pengolahan Benih di Pabrik Pengolahan Benih


PT Dupont Indonesia

Penimbangan Penerimaan
Tongkol Jagung

Bin drier Pengeringan Box drier


Kapasitas ± 20 ton Tongkol Kapasitas ± 5 ton

Pemipilan
Benih

Colour ASC dan


Sortir gravity table
Pembersihan
dan
Pemilahan

Perlakuan
Benih

Manual ;
Pengepakan Otomatis ;
Benih Tetua
Benih Benih komersial

Gudang
Penyimpan
79

Lampiran 8. Struktur Organisasi PT Dupont Indonesia - Malang

Manajer Produksi

K3 Koordinator
Asisten
Administrasi
Black Belt and ISO Koordinator

Manajer lapangan

Spesialis Logistik Manajer Operasional Pabrik


Penyelia Agronomi I Teknisi Pabrik

Karyawan Penyelia Pengolahan Produksi


Penyelia Agronomi II Logistik Pemeliharaan Listrik
(PA/Korwil) Karyawan Proses Produksi
- Penerimaan
Pemeliharaan Mekanik
Koordinator Desa - Pengeringan
Agen Petani - Pemipilan
- Gudang Penyimpanan Benih
Broker
80

Lampiran 9. Pengamatan Jumlah Bunga Betina dan Jantan di Lahan Produksi Sumber Pucung di PT Dupont

Pengamatan Ke-
Jantan/Betina Ulangan Total
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur Tanaman
53 54 55 56 57 58 59 60
I 4 7 13 29 37 43 49 50 50
Betina II 1 10 19 29 41 45 48 50 50
III 2 8 14 27 35 41 49 50 50
Total 7 25 46 85 113 129 146 150 150
% 5 17 31 57 75 86 97 100 100
Umur Tanaman
53 54 55 56 57 58 59 60
I 0 10 23 40 47 50 50 50 50
Jantan 1 II 3 8 19 34 42 48 50 50 50
III 0 10 22 39 46 50 50 50 50
Total 3 28 64 113 135 148 150 150 150
% 2 19 43 75 90 99 100 100 100
UmurTanaman
51 52 53 54 55 56 57 58
I 0 0 2 8 20 32 46 50 50
Jantan 2 II 0 0 3 10 24 35 47 50 50
III 0 0 1 8 20 34 48 50 50
Total 0 0 6 26 64 101 141 150 150
% 0 0 4 17 43 67 94 100 100
Sumber : Data primer pengamatan bulan Juni
Keterangan : Jika persentase tetua tetua betina - (Tetua Jantan 1 + Tetua Jantan 2)/2 ≤ 10% maka sinkronisasi tetua tercapai;
81

Lampiran 10. Analisis Usaha Tani Pembenihan Jagung PT Dupont

Harga Satuan Total


Komponen Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
Biaya Operasional
Sewa Lahan 1 Ha 1 600 000 1 600 000
Pembelian alat semprot 1 Buah 450 000 450 000
Pupuk kandang 500 Kg 600 300 000
Pupuk Buatan
Urea 400 Kg 1 800 720 000
Phonska 400 Kg 2 400 960 000
Pestisida
Insektisida 8 Liter 17 500 140 000
Fungisida 350 ml 651 228 000
Pupuk Daun 8 Liter 15 000 120 000
Herbisida pra pengolahan 3 Liter 55 000 165 000
Herbisida pra tumbuh 1.5 Liter 300 000 450 000
Tenaga Kerja
Pengolahan lahan 1 Traktor 750 000 750 000
Pembuatan bedengan 10 HKP 20 000 200 000
Pengguludan 10 HKP 20 000 200 000
Penanaman benih 30 HKW 15 000 450 000
Pemupukan 10 HK 18 000 180 000
Pemupukan II 10 HK 18 000 180 000
Pemupukan III 5 HK 18 000 90 000
Penyemprotan I 2 HKP 20 000 40 000
Penyemprotan II 2 HKP 20 000 40 000
Penyemprotan III 2 HKP 20 000 40 000
Pemanenan 20 HKW 15 000 300 000
Pengangkutan 4 HKP 100 000 400 000
Total Biaya 8 003 000
Pendapatan
Panen 7 000 Kg 3 000 21 000 000
Kompensasi perusahaan 400 000
Harga jual jagung jantan 400 000
Total Pendapatan 21 800 000
Keuntungan 13 797 000
82

Lampiran 11. Analisis Usaha Tani Budidaya Jagung Konvensional Petani

Harga Satuan Total Biaya


Komponen Jumlah Satuan
(Rp) (Rp)
Biaya Operasional
Sewa Lahan 1 Ha 1 600 000 1 600 000
Pembelian alat semprot 1 Buah 30 000 30 000
Benih jagung 20 Kg 45 000 900 000
Pupuk kandang 500 Kg 600 300 000
Pupuk Buatan
Urea 300 Kg 1 800 540 000
Phonska 200 Kg 2 400 480 000
Pestisida
Insektisida 8 Liter 17 500 140 000
Fungisida 2 Liter 125 000 250 000
Pupuk Daun 8 Liter 15 000 120 000
Gramakson 3 Liter 55 000 165 000
Tenaga Kerja
Pengolahan lahan 1 Traktor 1 100 000 1 100 000
Penanaman benih 20 HKW 15 000 300 000
Pemupukan 6 HKP 20 000 120 000
Pemupukan II 6 HKP 20 000 120 000
Pemupukan III 6 HKP 20 000 120 000
Penyiangan Gulma 20 HKP 20 000 400 000
Penyemprotan I 4 HKP 20 000 80 000
Penyemprotan II 4 HKP 20 000 80 000
Penyemprotan III 4 HKP 20 000 80 000
Penyemprotan IV 4 HKP 20 000 80 000
Pemanenan 20 HKP 20 000 400 000
Pemanenan 20 HKW 15 000 300 000
Pengangkutan Panen 1 Borongan 200 000 200 000
Pengeringan 5 HKP 20 000 100 000
Pemipilan 25 HKW 15 000 375 000
Total Biaya 8 380 000
Pendapatan
Hasil Pipilan Kering 7 000 Kg 2 300 16 100 000
Keuntungan 7 720 000

Anda mungkin juga menyukai