Anda di halaman 1dari 3

BELL’S PALSY

: 067/ /SOP-
No.Dokumen
UKP/PKM-LGK/2019
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : Agustus 2019

Halaman : 1/2
PUSKESMAS Dr.Riesda Nandini Y
LEGOK Nip.197401012008012005
Bells’palsy adalah paralisis fasialis idiopatik, merupakan penyebab tersering dari

1. Pengertian paralisis fasialis unilateral. Bells’ palsy merupakan kejadian akut, unilateral, paralisis
saraf fasial type LMN (perifer), yang secara gradual mengalami perbaikan pada 80-90%
kasus.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan penderita bells’ palsy
dengan baik dan benar
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 823/ 01 /SK-UKP/PKM-LGK/2019
tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Legok.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/514/2015
4. Referensi tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama
5. Prosedur/ PENATALAKSANAAN
langkah-  Karena prognosis pasien dengan Bells’ palsy umumnya baik, pengobatan
langkah masih kontroversi. Tujuan pengobatan adalah memperbaiki fungsi saraf VII
(saraf fasialis) dan menurunkan kerusakan saraf.
 Pengobatan dipertimbangkan untuk pasien dalam 1-4 hari onset.
 Hal penting yang perlu diperhatikan:
a. Pengobatan inisial
1. Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk
pengobatan Bells’ palsy (American Academy Neurology/AAN, 2011).
2. Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi
saraf kranial, jika diberikan pada onset awal (ANN, 2012).
3. Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6
hari, diikuti penurunan bertahap total selama 10 hari.
4. Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari
selama 10 hari. Jika virus varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800
mg oral 5 kali/hari.

b. Lindungi mata
Perawatan mata: lubrikasi okular topikal (artifisial air mata pada siang
hari) dapat mencegah corneal exposure.
c. Fisioterapi atau akupunktur: dapat mempercepat perbaikan dan
menurunkan sequele.

RENCANA TINDAK LANJUT


Pemeriksaan kembali fungsi nervus facialis untuk memantau perbaikan setelah
pengobatan.

KRITERIA RUJUKAN
a. Bila dicurigai kelainan supranuklear
b. Tidak menunjukkan perbaikan

melakukan vital sign menegakan diagnose


Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien

6. Bagan Alir
menulis hasil Memberikan tata laksana pada
menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan

8. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum

9. Dokumen
 Rekam medis
Terkait  Kertas resep

10. Rekaman
historis No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai