Anda di halaman 1dari 7

“PROSES KEPUTUSAN INOVASI”

DOSEN PEMBIMBING : HAYATUN NUFUS

OLEH :

PENDIDIKAN MATEMATIKA 5A

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2019
PROSES KEPUTUSAN INOVASI

1. Pengertian Proses Keputusan Inovasi


Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil
keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan
keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi,
implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya.
Misalnya kita harus mengambil keputusan antara menghadiri rapat atau bermain olah
raga, maka kita sudah tahu apa yang akan dilakukan jika 12 oleh raga begitu pula apa yang akan
dilakukan jika menghadiri rapat. Rapat dan olah raga bukan hal yang baru. Pertimbangan dalam
mengambil keputusan mana yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi saat itu.
Keputusan ini bukan keputusan inovasi.
Tetapi jika kita harus mengambil keputusan untuk mengganti penggunaan kompor
minyak dengan kompor gas, yang sebelumnya belum pernah tahu tentang kompor gas, maka
keputusan ini adalah keputusan inovasi. Proses pengambilan keputusan mau atau tidak mau
menggunakan kompor gas, dimulai dengan adanya serba ketidak tentuan tentang kompor gas.
Masih terbuka berbagai alternatif, mungkin lebih bersih, lebih hemat, lebih tahan lama, tetapi
juga mungkin berbahaya, dan sebagainya. Untuk sampai pada keputusan yang mantap menerima
atau menolak kompor gas perlu informasi. Dengan kejelasan informasi akan mengurangi ketidak
tentuan dan berani mengambil keputusan.

2. Model Proses Keputusan Inovasi


Menurut Roger, proses keputusan inovasi terdiri dari 5 tahap, yaitu (a) tahap
pengetahuan, (b) tahap bujukan, (c) tahap keputusan, (d) tahap implementasi, dan (e) tahap
konfirmasi.
a. Tahap Pengetahuan (Knowledge)
Proses keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan yaitu tahap pada saat
seseorang menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu 13 bagaimana fungsi inovasi tersebut.
Pengertian menyadari dalam hal ini bukan memahami tetapi membuka diri untuk mengetahui
inovasi. Seseorang menyadari atau membuka diri terhadap suatu inovasi tentu dilakukan secara
aktif bukan secara pasif. Misalnya pada acara siaran televisi disebutkan berbagai macam acara,
salah satu menyebutkan bahwa pada jam 19.30 akan ada siaran tentang metode baru cara
mengajar berhitung di Sekolah Dasar. Guru A yang mendengar dan melihat acara tersebut
kemudian sadar bahwa ada metode baru tersebut, maka pada diri Guru A tersebut sudah mulai
proses keputusan inovasi pada tahap pengetahuan. Sedangkan Guru B walaupun mendengar dan
melihat acara TV, tidak ada keinginan untuk tahu, maka belum terjadi proses keputusan inovasi.
Setelah seseorang menyadari adanya inovasi dan membuka dirinya untuk mengetahui
inovasi, maka keaktifan untuk memenuhi kebutuhan ingin tahu tentang inovasi itu buka hanya
berlangsung pada tahap pengetahuan saja tetapi juga pada tahap yang lain bahkan sampai tahap
konfirmasi masih ada keinginan untuk mengetahui aspek-aspek tertentu dari inovasi.
b. Tahap Bujukan (Persuation)
Pada tahap persuasi dari proses keputusan inovasi, seseorang membentuk sikap
menyenangi atau tidak menyenangi terhadap inovasi. Jika pada tahap pengetahuan proses
kegiatan mental yang utama bidang kognitif, maka pada tahap persuasi yang berperan utama
bidang afektif atau perasaan. Seseorang tidak dapat menyenangi inovasi sebelum ia tahu lebih
dulu tentang inovasi. Dalam tahap persiasi ini juga sangat penting peran kemampuan untuk
mengantisipasi kemungkinan penerapan inovasi di masa datang. Perlu ada kemampuan untuk
memproyeksikan penerapan inovasi dalam pemikiran berdasarkan kondisi dan situasi yang ada.
Untuk mempermudah proses mental itu, perlu adanya gambaran yang jelas tentang bagaimana
pelaksanaan inovasi, jika mungkin sampai pada konsekuensi inovasi.
Hasil dari tahap persuasi yang utama ialah adanya penentuan menyenangi atau tidak
menyenangi inovasi. Diharapkan hasil tahap persuasi akan mengarahkan proses keputusan
inovasi atau dengan dengan kata lain ada kecenderungan kesesuaian antara menyenangi inovasi
dan menerapkan inovasi. Namun perlu diketahui bahwa sebenarnya antara sikap dan aktivitas
masih ada jarak. Orang menyenangi inovasi belum tentu ia menerapkan inovasi. Ada jarak atau
kesenjangan antara pengetahuan-sikap, dan penerapan (praktek). Misalnya seorang guru tahu
tentang metode diskusi, tahu cara menggunaknnya, dan senang seandainya menggunakan, tetapi
ia tidak pernah menggunakan, karena beberapa faktor: tempat duduknya tidak memungkinkan,
jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan. Perlu ada bantuan pemecahan masalah.
c. Tahap Keputusan (Decision)
Tahap keputusan dari proses inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan
yang mengarah untuk menetapkan menerima atau 16 menolak inovasi. Menerima inovasi berarti
sepenuhnya akan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.
Sering terjadi seseorang akan menerima inovasi setelah ia mencoba lebih dahulu. Bahkan jika
mungkin mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudaian dilanjutkan secara keseluruhan
jika sudah terbukti berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Tetapi tidak semua inovasi dapat
dicoba dengan dipecah menjadi beberapa bagian. Inovasi yang dapat dicoba bagian demi bagian
akan lebih cepat diterima.
Perlu diperhatikan bahwa dalam kenyataannya pada setiap tahap dalam proses keputusan
inovasi dapat terjadi penolakan inovasi. Misalnya penolakan dapat terjadi pada awal tahap
pengetahuan, dapat juga terjadi pada tahap persuasi, mungkin juga terjadi setelah konfirmasi, dan
sebagainya. Ada dua macam penolakan inovasi yaitu: (a) penolakan aktif artinya penolakan
inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah
mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi, dan (2) penolakan pasif artinya
penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali. Dalam pelaksanaan difusi inovasi
antara: pengetahuan, persuasi, dan keputusan inovasi sering berjalan bersamaan. Satu dengan
yang lain saling 17 berkaitan. Bahkan untuk jenis inovasi tertentu dan dalam kondisi tertentu
dapat terjadi uruatan: pengetahuan – keputusan inovasi – baru persuasi.
d. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan
inovasi. Dalam tahap impelemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan.
Keputusan penerima gagasan atau ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya
impelementasi tentu mengikuti hasil keputusan inovasi. Tetapi dapat juga terjadi karena sesuatu
hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi
karena fasilitas penerapan yang tidak tersedia. Hal-hal yang memungkinkan terjadinya re-invensi
antara inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapat
memahami inovasi karena sukar untuk menemui agen pembaharu, inovasi yang memungkinkan
berbagai kemungkinan komunikasi, apabila inovasi diterapkan untuk memecahkan masalah yang
sangat luas, kebanggaan akan inovasi yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu juga dapat
menimbulkan reinvensi.
e. Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah
diambilnya, dan ia dapat menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang
bertentangan dengan informasi semula. Tahap konfirmasi ini sebenarnya berlangsung secara
berkelanjutan sejak terjadi keputusan menerima atau menolak inovasi yang berlangsung dalam
waktu yang tak terbatas. Selama dalam konfirmasi seseorang berusaha menghindari terjadinya
disonansi paling tidak berusaha menguranginya.
Terjadinya perubahan tingkah laku seseorang antara lain disebabkan karena terjadinya
ketidakseimbangan internal. Orang itu merasa dalam dirinya ada sesuatu yang tidak sesuai atau
tidak selaras yang disebut disonansi, sehingga orang itu merasa tidak enak. Jika seseorang
merasa dalam dirinya terjadi disonansi, maka ia akan berusaha untuk menghilangkannya atau
paling tidak menguranginya dengan cara mengubah pengetahuannya, sikap atau perbuatannya.
Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonansi dapat terjadi:
a. Apabila seseorang menyadari akan sesuatu kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk
memenuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi. Hal ini terjadi
pada tahap penegtahuan dalam proses keputusan inovasi.
b. Apabila seseorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut,
tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima 19 inovasi. Maka ia akan berusaha
untuk menerimanya, guna mengurangi adanya disonansi antara apa yang disenangi dan
diyakini dengan apa yang dilakukan. Hal ini terjadi pada tahap keputusan inovasi, dan tahap
implementasi dalam proses keputusan inovasi.
c. Setelah seseorang menetapkan menerima dan menerapkan inovasi, kemudian diajak untuk
menolaknya. Maka disonansi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan
dan penerapan inovasi (discontinuing). Ada kemungkinan lagi seseorang telah menetapkan
untuk menolak inovasi, kemudian diajak untuk menerimanya. Maka usaha mengurangi
disonansi dengan cara menerima inovasi (mengubah keputusan semula). Perubahan ini
terjadi (tidak meneruskan inovasi atau mengikuti inovasi terlambat pada tahap konfirmasi
dari proses keputusan inovasi.
Ketiga cara mengurangi disonansi tersebut, berkaitan dengan perubahan tingkah laku
seseorang sehingga antara sikap, perasaan, pikiran, perbuatan sangat erat hubungannya bahkan
sukar dipisahkan karena yang satu mempengaruhi yang lain. Sehingga dalam kenyataan kadang-
kdanag sukar orang akan mengubah keputusan yang sudah terlanjur mapan dan disenangi,
walaupun secara rasional diketahui ada kelemahannya. Oleh karena sering terjadi untuk
menghindari timbulnya disonansi, maka itu hanya berubah mencari informasi yang dapat
memperkuat keputusannya. Dengan kata lain 20 orang itu melakukan seleksi informasi dalam
tahap konfirmasi (selective exposure). Untuk menghindari terjadinya dropout dalam penerimaan
dan implementasi inovasi (discontinu) peranan agen pembaharu sangat dominan. Tanpa ada
monitoring dan penguatan orang akan mudah terpengaruh pada informasi negatif tentang inovasi.

3. Tipe Keputusan Inovasi


Inovasi dapat diterima atau ditolak oleh seseorang (individu) sebagai anggota sistem
sosial, atau oleh keseluruhan anggota sistem sosial, yang menentukan untuk menerima inovasi
berdasarkan keputusan bersama atau berdasarkan paksaan (kekuasaan). Dengan dasar kenyataan
tersebut maka dapat dibedakan adanya beberapa tipe keputusan inovasi:
a. Keputusan inovasi opsional.,
Yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang ditentukan
oleh individu (seseorang) secara mandiri tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan
anggota sistem sosial yang lain. Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu
berdasarkan norma sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem
sosial yang lain. Jadi hakekat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang
berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi.
b. Keputusan inovasi kolektif
Ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat
secara bersama-sama 21 berdasarkan kesepakatan anatar anggota sistem sosial. Semua
anggota sistem sosial harus mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya,
atas kesepakatan waraga masyarakat di setipa RT untuk tidak membuang sampah di sungai,
yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua RT dalam satu wialyah RW. Maka
konsekuensinya semua warga RW tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat
tersebut, walaupun mungkin secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih
berkeberatan.
c. Keputusan inovasi otoritas
Ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat
oleh seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau
kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para
anggota sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan
inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah diputuskan
oleh unit pengambil keputusan. Misalnya seorang pimpinan perusahaan memutuskan agar
sejak tanggal 1 Januari semua pegawai harus memakai seragam biru putih. Maka semua
pegawai sebagai anggota sistem sosial di perusahaan itu harus tinggal melaksanakan apa
yang telah diputuskan oleh atasannya.
d. Keputusan inovasi kontingensi (contingent)
Yaitu pemilihan menerima atau menolak suatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah
ada keputusan inovasi yang mendahuluinya. Misalnya di sebuah perguruan tinggi, seorang
dosen tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer sebelum
didahului keputusan oleh pimpinan fakultasnya untuk melengkapi peralatan fakultas dengan
komputer. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingen ialah digunakannya dua atau
lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk menangani suatu difusi inovasi, terserah
yang mana yang akan digunakan dapat keputusan opsional, kolektif atau otoritas. Sistem
sosial terlibat secara langsung dalam proses keputusan inovasi kolektif, otoritas dan
kontingen, dan mungkin tidak secara langsung terlibat dalam keputusan inovasi opsional.

Anda mungkin juga menyukai