Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Lembaga keuangan syariah seperti halnya bank, memiliki karakteristik berbeda

dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter tersebut mempengaruhi bentuk dan

standar dalam kegiatan pengawasan lembaga bank syariah termasuk pelaksanaan

auditnya. Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia dan

Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap

prinsip prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya

sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Bank

Syariah menjadi salah satu bagian dari Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang

memiliki karakteristik berbeda dengan entitas konvensional. Perbedaan karakter

tersebut mempengaruhi bentuk dan standar dalam kegiatan pengawasan lembaga

bank syariah termasuk pelaksanaan auditnya.

Pengawasan bank syariah yang berada dalam otoritas Bank Indonesia (BI) dan

Dewan Syariah Nasional (DSN) dilakukan dalam rangka menjaga kepatuhan terhadap

prinsip-prinsip dan aturan syariah dalam operasional kegiatannya dan pelaporannya

sesuai konsep perbankan syariah serta sesuai prinsip akuntansi bertema umum. Dalam
hal ini, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memiliki peran yang utama dalam

pengendalian dalam aspek syariah dan auditor memiliki peran utama dalam menguji

(examination) penyajian laporan keuangan yang fair.

Adapun standar audit yang berlaku pada LKS termasuk bank Syariah adalah

standar audit yang dikeluarkan dan disahkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing

Organization for Islamic Financial Institutions) yang berada di Manama, Bahrain.1

1
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.47

1
Lembaga Keuangan Syari’ah khususnya bank syariah bergerak di sektor

keuangan (finance) yang umumnya memiliki risiko yang tinggi di bisnisnya. Oleh

karena itu, disamping adanya pengawasan dan audit syariah, diperlukan elemen lain

yang mendukung kesuksesan perbankan syariah yaitu good corporate governance

(tata kelola perusahaan yang baik). Tujuan corporate governance secara umum

adalah untuk mewujudkan keadilan bagi seluruh pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan (stakeholder). Dalam mewujudkan pengawasan bank syariah yang efektif

dan efisien maka BI, DSN, dan DPS harus saling bekerja sama dalam mengemban

tugasnya dengan sebaikbaiknya.

Audit syariah sendiri biasanya dilakukan oleh Team Audit Sharia Compliance

yang bertugas untuk membantu pekerjaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam

memberikan pengawasan atas praktik-praktik yang terjadi sehingga penyimpangan

dari konsep perbankan syariah dapat dicegah. Tugas tersebut juga bertujuan agar

standar yang diterapkan oleh perbankan syariah sesuai dengan standar yang telah

ditentukan oleh AAOIFI (Auditing and Accounting Organization for Islamic

Financial Institutions).2

2
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.47-48

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

2.1 Pengertian Audit Syariah

Menurut Alvin A Arens dan James K Loebbecke (1980), auditing adalah suatu set

prosedur yang sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan yang memberikan

informasi sehingga agunan dapat menyatakan satu pendapat tentang apakah laporan

keuangan yang diperiksa disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku.

Audit adalah faktor penting untuk menjamin akuntabilitas perusahaan, hal ini

untuk mengeksplorasi audit Syari‟ah yang selanjutnya memungkinkan praktisi dan

pengguna menggunakan pengetahuan yang diperoleh baik dalam audit konvensional

serta perspektif Islam. Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi,

pengertian umumnya merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai

kesimpulannya tentang reabilitas dari pernyataan seseorang Auditing adalah suatu

proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent dapat menghimpun dan

mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dasri suatu kesatuan ekonomi

dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari

keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk

mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini akan dikemukakan definisi-

definisi auditing yang diambil dari beberapa sumber.

Menurut Arens et al adalah: “Auditing adalah proses pengumpulan dan

pengevaluasi bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas

ekonomi yang dilakukan oleh seorang yang kompoeten dan independen untuk

3
menentukan dan melaporkan kesesuaian kesesuaian informasi dimaksud dan

kriteriakriteria yang telah ditetapkan.3

Auditing seharusnya dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten”.

Sedangkan pengertian auditing menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses

sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai

pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk

menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria

yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan” Secara umum Audit Syari‟ah adalah untuk melihat dan mengawasi,

mengontrol dan melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang

bermanfaat, benar, tepat waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan.

Bukan tugas yang mudah untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi

kapitalistik dan sistem keuangan konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih

diperparah oleh penurunan nilai-nilai moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-

negara Muslim termasuk Malaysia dan Indonesia, di bawah tekanan progresif

penjajahan dan dominasi budaya dunia barat selama beberapa abad lalu. Hal ini

menyebabkan diabaikannya nilai sosial-ekonomi Islam oleh beberapa kalangan dari


Lembaga Keuangan Syari‟ah. Auditing syariah lebih luas cangkupannya dari auditing

konvensional, dimana auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional

dan internasional juga mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah

bisa menerapkan aturan audit nasional dan internasional selama tidak bertentangan

dengan prinsip syariah. Berdasarkan AAOIFI-GSIFI menjelaskan bahwa audit

syariah adalah laporan internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari

audit internal yang melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan

3
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Audit lembaga keuangan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.89

4
aturan syariah, fatwa- fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI

dan lembaga supervisi syariah. 4

Rahman menjelaskan auditing dalam Islam adalah:

2.1.1 Proses menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis)

2.1.2 Tindakan seseorang (pekerjaan duniawi atau amal ibadah)

2.1.3 Lengkap dan sesuai syariah

2.1.4 Untuk mendapat reward dari Allah di akhirat

Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui

pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh

karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan

pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam. 5

2.2 Dasar Hukum Audit Syariah

Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam. Berikut ini

adalah beberapa nash Al-qur’an yang dapat dijadikan para bankir dan praktisi

keuangan

2.2.1 Dasar Hukum Dalam Al-Qur’an


2.2.1.1 Al-Qur’an Q.s Al-A’raaf (7) ayat 85:

‫م‬ ْ
‫و‬ َ
‫ق‬ ‫ا‬‫ي‬َ َ
‫ل‬ ‫ا‬َ
‫ق‬ ‫ا‬
ًۗ‫ب‬ْ
‫ي‬ َ
‫ع‬ُ‫ش‬ ْ‫م‬‫ه‬ُ‫ا‬ َ
‫خ‬ َ
‫َ أ‬ ‫ين‬ ْ‫م‬
َ‫د‬ ‫َِلى‬
َ ٰ ‫َإ‬‫و‬
ِ
َْ
‫د‬ ‫ه ق‬ ۖ ‫ْر‬
ُُ ‫َي‬‫ٍ غ‬‫ٰله‬
َِ
‫ْ إ‬‫ِن‬‫ْ م‬‫ُم‬‫ما َلك‬ َ َ‫َّلل‬
‫دوا اه‬ ُُ‫ْب‬
‫اع‬
َ
‫ْل‬‫َي‬ ْ ‫ُوا‬
‫الك‬ ‫ْف‬َ
‫َأو‬‫ْ ف‬ ُۖ
‫م‬ ‫ِك‬ ‫ْ ر‬
‫َب‬ ‫ِن‬‫ٌ م‬ ‫َة‬‫بيِن‬ ‫ُم‬
َ ْ ْ‫ء‬
‫تك‬ َ‫َا‬‫ج‬
ْ‫هم‬ُ‫ء‬ َ
‫هاسَ أشْي‬
َ‫َا‬ ‫ْخَسُوا الن‬ ‫تب‬ ََ
َ ‫َل‬ ‫ن و‬ َ‫َا‬
‫ِيز‬ ْ َ
‫الم‬ ‫و‬

4
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Audit lembaga keuangan, (Jakarta: Kencana, 2006), h.89-90
5
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz,
2012), h.61

5
‫ُم‬
ْ ِٰ
‫لك‬َ
‫ذ‬ ۚ‫ه‬
‫ا‬ َْ
َِ‫َلح‬‫ِص‬
‫د إ‬َْ
‫بع‬َ ‫ض‬ ‫اْلَر‬
ِْ ْ ‫ِي‬ ُِ
‫دوا ف‬ ‫ْس‬
‫تف‬ ََ
ُ ‫َل‬‫و‬
َ ‫ِن‬
‫ِين‬ ‫ْم‬
‫مؤ‬ُ ْ‫ُم‬‫ْت‬‫ُن‬
‫ن ك‬ِْ ‫ُم‬
‫ْ إ‬ ‫ٌ َلك‬
‫ْر‬‫َي‬‫خ‬
“Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,

Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan

bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari

Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu

kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah

kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang

demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".
2.2.1.2 Q.s Al-An’aam (6) ayat 152:

َ‫ِي‬‫ِي ه‬ ‫َل ب ه‬
‫ِالت‬ ‫ِه‬‫ِ إ‬‫ِيم‬‫َت‬
‫الي‬ ْ ‫ل‬ َ‫ما‬َ ‫بوا‬ َُ‫ْر‬
‫تق‬َ ‫َل‬ََ
‫و‬
َ
‫ْل‬‫َي‬ ْ ‫ُوا‬
‫الك‬ ‫َو‬
‫ْف‬ ‫َأ‬
‫ه و‬ ُ‫د‬
ۖ ‫َشُه‬ ‫َ أ‬‫لغ‬ُْ
‫يب‬َ ٰ‫هى‬
‫َت‬‫ُ ح‬‫ْسَن‬‫َح‬
‫أ‬
‫ِه‬
‫َل‬‫ْسًا إ‬‫نف‬َ ُ
‫ِف‬‫َل‬
‫نك‬ُ ‫َل‬
َ ِ ْۖ‫ِس‬
‫ط‬ ْ ‫ن ب‬
‫ِالق‬ َ‫َا‬‫ِيز‬ ْ َ
‫الم‬ ‫و‬
َ‫َا‬
‫ن‬ ‫ْ ك‬‫ََلو‬
‫ِلوا و‬ُ‫ْد‬‫َاع‬‫ْ ف‬ ‫ُم‬
‫لت‬ ‫َا ق‬
ُْ ‫َإ‬
‫ِذ‬ ‫ۖ و‬ ‫ها‬ََ‫ُسْع‬
‫و‬
‫ُم‬
ْ ‫لك‬ِٰ
َ
‫ۚ ذ‬ ‫ُوا‬‫ْف‬‫َو‬ ‫ِ اه‬
‫َّللِ أ‬ َْ
‫هد‬ ‫َب‬
‫ِع‬ ‫ٰ و‬ ۖ‫ب‬
‫ى‬ ‫ُر‬
َْ ‫َا ق‬ ‫ذ‬
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫هر‬‫ذك‬َ‫ت‬ َ ْ‫ُم‬
‫لك‬‫َه‬
‫ِ َلع‬ ‫ْ ب‬
‫ِه‬ ‫ُم‬‫هاك‬ ‫َص‬
‫و‬
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan timbangan

dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar

kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,

Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu

diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat.”


2.2.1.3 Q.s Al-Hujuraat (49) ayat 6 :

6
ٌ ‫َاس‬
‫ِق‬ ‫ْ ف‬‫ُم‬
‫ءك‬َ‫َا‬ ِْ
‫ن ج‬‫ُوا إ‬ ‫من‬َ‫َ آ‬‫ِين‬ ‫ها ه‬
‫الذ‬ َُّ
َ‫ي‬ ‫يا أ‬ َ
ٍ َ ‫ه‬
‫الة‬ ََ
‫ِج‬‫ما ب‬ ‫َو‬
ًْ ‫ُوا ق‬‫ِيب‬ ُ ‫ن‬
‫تص‬ َْ
‫ُوا أ‬ ‫َي‬
‫هن‬ ‫َت‬
‫َب‬ ‫إ ف‬ٍَ‫َب‬
‫ِن‬‫ب‬
َ
‫ِين‬‫ِم‬ َ ْ
‫ناد‬ ‫ُم‬
‫لت‬َْ
‫َع‬‫ما ف‬َ ٰ
‫لى‬ََ
‫ُوا ع‬ ‫ِح‬‫ْب‬ ‫َت‬
‫ُص‬ ‫ف‬
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik

membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan

suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan

kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.


2.2.1.4 Q.s An-Nisa (4) Ayat 82:

ِْ
‫د‬‫ِن‬‫ْ ع‬
‫ِن‬ َ‫َا‬
‫ن م‬ ‫ََلو‬
‫ْ ك‬ ‫ن و‬ َ‫ْآ‬
ۚ ‫ُر‬ ْ ‫ن‬
‫الق‬ َ‫ُو‬‫بر‬ ََ
‫ده‬ ‫يت‬ َ ََ
‫َل‬‫َف‬
‫أ‬
‫ًا‬ ‫َث‬
‫ِير‬ ‫ًا ك‬ َ‫ْت‬
‫َِلف‬ ‫ِ اخ‬
‫ِيه‬ َُ
‫دوا ف‬‫َج‬‫َّللِ َلو‬
‫اه‬ ‫ْر‬
ِ ‫َي‬
‫غ‬
“Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya

AlQuran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang

banyak di dalamnya.” 6

2.2.2 Hadist

2.2.2.1 Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda: Artinya :

Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu

tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada
pihak yang lain, maka keluarlah aku darinya.

2.2.2.2 Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya : Perdamaian

dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram ; dan kaum

muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.

6
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama
dan Filsafat, 1999), h.102

7
2.2.2.3 Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam

sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh

Ahmad dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya) 10 Artinya: Rasulullah s.a.w.

menetapkan: Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak

boleh (pula) membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain)

dengan bahaya (perbuatan yang merugikannya).

2.2.3 Undang-Undang Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial

Institution (AAOIFI). Dimana AAOIFI telah menyusun :

2.2.3.1 Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.

2.2.3.2 Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.

2.2.3.3 Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.

2.2.3.4 Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan. 7

Prinsip umum audit AAOIFI adalah :

2.2.3.5 Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi

akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International Federation of


Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.

2.2.3.6 Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh

Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).

2.2.3.7 Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan

professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan yang mungkin ada yang

menyebabkan laporan keuangan salah saji. 8

7
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama
dan Filsafat, 1999), h.103
8
Dawan Raharjo, Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS, (Jakarta: Lembaga Studi Agama
dan Filsafat, 1999), h.104

8
2.3 Tujuan Audit Syariah

2.3.1 Untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan

aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam

mengoperasikan bank syariah

2.3.2 Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu

tindakan

2.3.3 Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan

2.3.4 Memberikan reward (ganjaran baik) atas keberhasilan pekerjaan

2.3.5 Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan

2.4 Jenis-Jenis Audit Syariah

Adanya kebutuhan untuk memastikan kepatuhan yang tepat untuk prinsip-prinsip

audit yang syari'ah dalam operasi dan kegiatan, peran masing-masing pelaku utama

dalam audit dari lembaga keuangan Syari‟ah sangat penting.9

Pelaku audit lembaga keuangan syari‟ah adalah :

2.4.1 Auditor Internal

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak


memberikan opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal

merupakan orang dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal auditor

mencangkup pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan, kelemahan

pengendalian internal , dan rekomendasi perbaikan. Audit internal dibagi menjadi :

2.4.1.1 Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung

jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan penggunaan

9
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.79

9
rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening sementara dan tahunan dan

praktek akuntansi dan audit.

2.4.1.2 Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa,

merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan syari'ah

dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar mereka adalah

sebagai persetujuan atau stamping otoritas. Fungsi utama dewan Syariah adalah

sebagai penasihat dan pemberi sran kepada Direksi Bursa sebagai penyelenggara

Pasar Komoditas Syariah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan aspek syariah

dalam penyelenggaraan Pasar Komoditas Syariah Auditor internal bertanggung jawab

untuk melakukan audit internal dan untuk memastikan Lembaga Keuangan Islam

mematuhi syari'at dan semua transaksi dan kontrak yang dilaksanakan dalam

kerangka syari'at. Beberapa Lembaga Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at

mereka sebagai unit bekerja sama dengan auditor internal atau mereka adalah bagian

dari auditor internal. 10

2.4.2 Auditor Eksternal

Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mereka

apakah transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan, peraturan Dimana
auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan

syari'ah lembaga keuangan syari‟ah Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung

pada siapa harus melakukan audit syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa

responden lebih suka praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang

yang memenuhi syarat dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi

10
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.79-80

10
tanggung jawab auditor internal atau departemen syari'ah lembaga keuangan syari‟ah

masing-masing atau anggota komite syari'at. 11

2.5 Manfaat Audit Syariah

2.5.1 Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan keuangan

terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan yang berlaku

atau tidak.

2.5.2 Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan

syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan

keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai

dengan prinsip dan aturan syari’ah.

2.5.3 Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan

yang disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang bersifat

material, benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari‟ah, standar

akuntansi AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku

pada negara itu. 12

2.6 Kerangka Audit Syariah

Audit Syariah dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memastikan bahwa

aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh institusi keuangan Islam tidak melanggar

syariah atau pengujian kepatuhan syariah secara menyeluruh terhadap aktivitas bank

syariah. Tujuan audit syariah adalah untuk memastikan kesesuaian seluruh

operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman

bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah.

11
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.80-81
12
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz,
2012), h.69

11
2.6.1 Hal-hal yang dilakukan pada audit bank syariah meliputi:

2.6.1.1 Pengungkapan kewajaran penyajian laporan keuangan dan unsur kepatuhan

syariah,

2.6.1.2 Memeriksa akunting dalam aspek produk, baik sumber dana ataupun

pembiayaan.

2.6.1.3 Pemeriksaan distribusi profit

2.6.1.4 Pengakuan pendapatan cash basis secara riil

2.6.1.5 Pengakuan beban secara accrual basis

2.6.1.6 Dalam hubungan dengan bank koresponden depositori, pengakuan pendapatan

dengan bagi hasil.

2.6.1.7 Pemeriksaan atas sumber dan penggunaan zakat

2.6.1.8 Ada tidaknya transaksi yang mengandung unsur-unsur yang tidak sesuai

dengan syariah Hal-hal di atas adalah unsur-unsur yang harus ada dalam audit

syariah, meskipun demikian prosedur audit yang telah ada tetap memiliki peran

dalam audit pada perbankan syariah.

2.6.2 Prosedur audit secara umum antara lain:

2.6.2.1 Prosedur analitis/mempelajari dan membandingkan data yang memiliki


hubungan

2.6.2.2 Menginspeksi/pemeriksaan dokumen, catatan dan pemeriksaan fisik atas

sumbersumber berwujud,

2.6.2.3 Mengkonfirmasi/pengajuan pertanyaan pada pihak intern atau ekstern untuk

mendapat informasi

2.6.2.4 Menghitung dan menelusur dokumen

2.6.2.5 Mencocokkan ke dokumen. AAOIFI (Accounting and Auditing Organization

for Islamic Financial Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya

12
mengeluarkan dan mensahkan standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan

syariah termasuk bank yang kemudian banyak diacu di berbagai negara.

Standar Auditing AAOIFI untuk audit pada lembaga keuangan syariah sendiri

mencakup lima standar, yaitu tujuan dan prinsip (objective and principles of

auditing), laporan auditor (auditor’s report), ketentuan keterlibatan audit (terms of

audit engagement), lembaga pengawas syariah (shari’a supervisory board), tinjauan

syariah (shari’a review).

Adapun penjelasan singkat dari kelima standar tersebut adalah Pertama terkait

tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan yaitu untuk

memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu dalam

semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI,

standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan

lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran, integritas, dapat

dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran, independen,objekivitas, kemampuan

professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan, perilaku professional dan

menguasai standar teknis13.

Kedua terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat,

paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari audit), acuan

ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang

dilakukan auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan

keuangan, Tanggal Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor).

Terkait ruang lingkup paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan

audit dengan menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar

13
Dwi Condro Triono, . KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2, (Yogyakarta: Irtikaz,
2012), h.69-70

13
nasional yang relevan atau praktek telah sesuai dan tidak melanggar aturan dan

prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada kemampuan auditor untuk

melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal itu. Hal ini

meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar

maupun praktek.

Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing nasional atau praktek

mengikuti negara tempat auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat auditor.Laporan

itu termasuk sebuah pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan

untuk memperoleh jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari

pernyataan salah yang material.

2.6.3 Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain:

2.6.3.1 pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan

keuangan dan pengungkapan.

2.6.3.2 menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan

keuangan.

2.6.3.3 menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan

laporan keuangan.
2.6.3.4 mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus menyetujui

ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat penugasan audit

sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan

menegaskan tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan

diberikan oleh auditor.

Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi

penunjukan, komposisi dan laporan DPS.

14
Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah review

merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam

seluruh kegiatannya.

Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan, produk, transaksi,

memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari perserikatan, laporan

keuangan, laporan (khususnya audit internal dan pengawasan bank central), sirkulasi,

dll. Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk memastikan bahwa seluruh

aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak bertentangan dengan Syariah.

DPS bertanggung jawab untuk membuat dan mengungkapkan sebuah opini dari

suatu Lembaga Keuangan Syariah terhadap kepatuhannya pada Syariah.

Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan,

pengujian dan pelaporan. Dengan kerangka ini dan penjelasan di atas, maka nampak

sejumlah perbedaan audit syariah dan audit konvensional, yaitu

NO Audit Syariah Audit Konvensional

1 Obyeknya LKS atau Lembaga Keuangan Obyeknya Lembaga Keuangan


Bank maupun Non Bank yang beroperasi Bank maupun Non Bank yang
dengan prinsip Syariah tidak beroperasi berdasarkan
prinsip Syariah

2 Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan


Pengawas Syariah (DPS)
3 Audit dilakukan oleh Auditor Audit dilakukan oleh Auditor

15
bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi Umum tanpa ketentuan
Syariah) bersertifikasi SAS

4 Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5 Opini berisi tentang Shari'a Compliance Opini berisi tentang kewajaran


atau tidaknya LKS atau tidaknya atas penyajian
laporan keuangan perusahaan

2.6.4 Kerangka audit syariah antara lain memenuhi unsur sebagai berikut:

2.6.4.1 Audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan

syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya

sehingga auditor syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank syariah

yang telah diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.

2.6.4.2 Audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah

ditetapkan oleh AAOIFI.

2.6.4.3 Audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi Akuntansi

Syariah)

2.6.4.4 Hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha

perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS. 14

2.7 Sebab-sebab LKS (Lembaga Keuangan Syariah) Perlu di Audit Syariah

Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan

Syariah dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :

2.7.1 Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan. Dalam

pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja atau yang tidak

disengaja. Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya kecurangan dari perusahaan.

14
Akhmad Mujahidin, Pengawas LKS cet. Ke-4, (Depok: RajaGrafindo Persada, 2017), h.57

16
2.7.2 Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan kepentingannya

agar terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga dapat menarik investor

memberikan dananya agar dikelola perusahaan.

2.7.3 Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat kecil, hal

ini untuk mengurangi pajak dan zakat.

2.7.4 Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan

auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen yang

dapat menilai kewajaran perusahaan.15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Audit syariah adalah salah satu unsur melalui pendekatan administratif dengan

menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh karena itu, auditor merupakan

wakil dari para pemegang saham yang menginginkan pekerjaan (investasi)

mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam

3.1.2 Dasar hukum audit syariah terkandung dalam Al-Qur’an, hadist, UUD serta

dalam Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution

(AAOIFI)
3.1.3 Tujuan audit syariah secara garis besar adalah Untuk memastikan kesesuaian

seluruh operasional bank dengan prinsip dan aturan syariah yang digunakan

sebagai pedoman bagi manajemen dalam mengoperasikan bank syariah

3.1.4 Jenis audit syariah terbagi atas audit eksternal dan internal diaman audit internal

memiliki Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam dan Dewan

Pengawas Syariah (DPS).

15
Veithzal dan Andi Buchari Rivai, EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet. Ke-2, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h.86

17
3.1.5 Manfaat audit syariah secara umum adalah untuk meningkatkan kepercayaan

pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun

sesuai peraturan yang berlaku atau tidak.

3.1.6 Kerangka audit Syariah Terbagi atas Pertama terkait tujuan dan prinsip, Kedua

terkait laporan auditor Elemen dasar dari laporan auditor , Ketiga terkait

ketentuan keterlibatan audit, Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory

board yang intinya berisi penunjukan, komposisi dan laporan DPS. Kelima

berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review).

3.1.7 Audit syariah sangat berperan penting sebagai Laporan keuangan merupakan

salah satu sumber informasi keuangan, Perusahaan dalam membuat laporan

keuangan sesuai, Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba

terlihat kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat, Adanya ketidak

percayaan publik terhadap perusahaan sehingga diperlukan auditor sebagai

pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan yang independen

3.2 Saran

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih belum sempurna.

Penulis sangat membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk
kesempurnaan makalah ini dan penyusun juga berharap pembaca dapat mengambil

manfaat dan meningkatkan wawasan serta pengetahuan tentang struktur modal.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mujahidin , Akhmad. 2017.Pengawas LKS cet. Ke-4. Depok: RajaGrafindo Persada

Nasution, Mustafa Edwin, dkk. 2006. Audit lembaga keuangan. Jakarta: Kencana

Rahardjo, Dawam. 1999. Dewan pengawas syariah : DSN dan DPS. Jakarta:

Lembaga Studi Agama dan Filsafat

Rivai, Veithzal dan Andi Buchari. 2013 EKONOMI ISLAM : tata kelola islamicet.

Ke-2. Jakarta: Bumi Aksara

Triono, Dwi Condro. 2012. KEUANGAN DAN PENGAWASAN cet. Ke-2.

Yogyakarta: Irtikaz

19

Anda mungkin juga menyukai