Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY

DESEASE DI RUANG RAJAWALI 6B RSUP Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh :

NAMA : FERISHANDY BAGASKARA


NIM : P1337420617026

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG
2019
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Asuhan keperawatan merupakan salah satu indikator dalam
menentukan kualitas pelayanan dari suatu Rumah Sakit. Perawat merupakan
profesi yang memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, dimana salah
satu aspek terpenting dari kinerjanya adalah pendokumentasian asuhan
keperawatan. Kinerja perawat dalam pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu karakteristik organisasi (kepemimpinan), karakteristik
individu (motivasi), dan karakteristik pekerjaan (beban kerja) (Nursalam,
2015). Menurut Robert L. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja
yaitu: kemampuan, motivasi, dukungan yang diterima, keberadaan pekerjaan
yang mereka lakukan, dan hubungan mereka dengan organisasi.
Maka dengan disusunnya asuhan keperawatan kali ini, saya berharap
dapat membantu pasien serta mampu mengembangkan ilmu yang saya miliki
dan mengimplementasikannya kepada pasien.
B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum:
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic
Kidney Desease sesuai dengan diagnosa yang muncul.
Tujuan khusus:
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah utama pada
penyakit Chronic Kidney desease
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah utama
pada penyakit Chronic Kidney desease
c. Menegakkan intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
Chronic Kidney desease
d. Melakukan implementasi keperawaratan pada pasien dengan diagnosa
medis Chronic Kidney desease
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnose medis
Chronic Kidney Desease
C. MANFAAT PENULISAN
a. Keilmuan Teori
Menambah ilmu terutama yang berhubungan dengan penyakit
hipertensi dan memperkuat atau memperbaharui teori yang ada tentang
penyakit chronic kidney desease.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan
khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal pemahaman yang
berhubungan dengan penyakit chronic kidney desease.
c. Bagi Penulis
Untuk memperoleh pengalaman dalam hal penanganan pada klien
dengan penyakit chronic kidney desease dan dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan chronic kidney desease secara tepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi
bila laju filtrasi glomerular kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel
dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia (Smeltzer & Bare, 2001).
Pada dasarnya pengelolaan CKD tidak jauh beda dengan chronic renal failure
(CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi
kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan
harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. Secara
konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT
(clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. Sedangkan CRF
(chronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.
B. ETIOLOGI
Berikut adalah etiologi untuk penyakit Chronic Kidney Desease
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodusa, sklerosis sitemik progresif)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra (Price & Wilson, 1994).
C. PATOFISIOLOGI & PATHWAYS
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.Beban bahan
yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa.Titik dimana timbulnya
gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%.Pada tingkat ini fungsi renal
yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu
( Long, BC 1996, 368).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan
semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis (Brunner & Suddarth,
2001 : 1448).
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
1. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI (Kidney Disease Outcomes Quality Initiative) merekomendasikan
pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG:
1. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminuria persisten dan
GFR yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
2. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara
60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
5. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin


Test ) dapat digunakan dengan rumus:
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg )) / ( 72 x creatini
serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85 (Corwin, 1994).
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
1. Kardiovaskuler
 Hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis
 Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
 Friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2. Dermatologi
 Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik
 Pruritus, ekimosis
 Kuku tipis dan rapuh
 Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
 Cracles, Sputum kental
 Pernafasan kusmaul
4. Gastrointestinal
 Anoreksia, mual, muntah, cegukan
 Nafas berbau ammonia
 Ulserasi dan perdarahan mulut
 Konstipasi dan diare
 Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
 Tidak mampu konsentrasi
 Kelemahan dan keletihan
 Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
 Disorientasi
 Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
 Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
 Kram otot, kekuatan otot hilang
 Kelemahan pada tungkai
 Fraktur tulang, foot drop
7. Reproduktif : amenore, atrofi testikuler
Manifestasi Klinik menurut Long 1996 adalah sebagai berikut:
1. Gejala dini : letargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
2. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi Klinik menurut Smeltzer 2001 adalah sebagai berikut:
Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin -
angiotensin – aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat
cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh
toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang,
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita CKD adalah anemia.
Anemia terjadi pada 80-90% pasien CKD. Anemia ini disebabkan karena defisiensi
dari eritropoietin. Defisiensi besi, kehilangan darah atau masa hidup darah yang
pendek sehingga mengakibatkan hemolisisi, defisiensi asam folat, penekanan
sumsum tulang oleh substansi uremik dan proses inflamasi yang aku mapun kronik
merupakan pencetus terjadinya anemia. Evaluasi terhadap anemia dilakukan saat
kadar hemoglobin ≤ 10g% atau hematocrit ≤30%, dengan mengevaluasi serum
iron, total iron binding capacity,mencari apabila ada usmber perdarahan, melihat
morfologi eritrosit dan mencari kemungkinan penyebab hemolysis lainnya.
Penatalaksanaan untuk anemia selain dari mencari factor penyebabnya adlaah
dengan pemberian eritropoeitin (EPO). Transfusi darah dapat dilakukan dengan
indikasi yang tepat dan pada pasien CKD harus dilakukan secara hati-hati dengan
pemantauan yang cermat. Karena transfuse darah yang dilakukan dengan tidak
cermat dapat menyebabkan kelehbihan cairan tubuh, hyperkalemia, sehingga
memperburuk fungsi ginjal.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
 Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
 Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan terhadap CKD meliputi :


1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi
obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi
anemia.
3. Dialisis
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ” artinya
pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari
zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
4. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal dilakukan pada pasien gagal ginjal kronis tahap akhir, di
mana fungsi ginjal sudah sangat menurun dan sudah terjadi penumpukkan
racun di dalam tubuh (Reeves, Roux, Lockhart, 2001).

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus,
penurunan ROM
2. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP,
tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
3. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut,
marah, irritable
4. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat wana
merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
5. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak
subkutan
6. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan,
gangguan status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan
berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
7. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
8. Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+),
batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal
9. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), ekimosis,
fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
10. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
11. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya
(Doengoes, 2000)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada CKD adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urin dan
retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi paru.
3. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia mual
muntah.
4. Ketidakefektivan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
suplai O2 dan nutrisi ke jaringan sekunder.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
6. Resiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan alveolus
sekunder terhadap adanya edema pulmoner.
7. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidak seimbangan
cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan vaskuler sistemik,
gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung (ketidak seimbangan elektrolit).
C. RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan & KH Kode Intervensi Keperawatan
Keperawatan NIC
1. Kelebihan volume Tujuan: 4130 Fluid Management :
cairan b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji status cairan ;
penurunan keperawatan selama 3x24 timbang berat
haluaran urin dan jam volume cairan badan,keseimbangan
retensi cairan dan seimbang. masukan dan haluaran,
natrium. Kriteria Hasil: turgor kulit dan adanya
NOC : Fluid Balance edema
 Terbebas dari edema, 2. Batasi masukan cairan
efusi, anasarka 3. Identifikasi sumber
2100 potensial cairan
 Bunyi nafas 4. Jelaskan pada pasien
bersih,tidak adanya dan keluarga rasional
dipsnea pembatasan cairan
 Memilihara tekanan 5. Kolaborasi pemberian
vena sentral, tekanan cairan sesuai terapi.
kapiler paru, output
jantung dan vital sign Hemodialysis therapy
normal. 1. Ambil sampel darah
dan meninjau kimia
darah (misalnya BUN,
kreatinin, natrium,
pottasium, tingkat
phospor) sebelum
perawatan untuk
mengevaluasi respon
thdp terapi.
2. Rekam tanda vital:
berat badan, denyut
nadi, pernapasan, dan
tekanan darah untuk
mengevaluasi respon
terhadap terapi.
3. Sesuaikan tekanan
filtrasi untuk
menghilangkan jumlah
yang tepat dari cairan
berlebih di tubuh klien.
4. Bekerja secara
kolaboratif dengan
pasien untuk
menyesuaikan panjang
dialisis, peraturan diet,
keterbatasan cairan dan
obat-obatan untuk
mengatur cairan dan
elektrolit pergeseran
antara pengobatan
2 nutrisi kurang dari Setelah dilakukan asuhan 1100 Nutritional Management
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 1. Monitor adanya mual

b.d anoreksia mual jam nutrisi seimbang dan dan muntah

muntah. adekuat. 2. Monitor adanya

Kriteria Hasil: kehilangan berat badan

NOC : Nutritional dan perubahan status

Status nutrisi.

 Nafsu makan 3. Monitor albumin, total

meningkat protein, hemoglobin,


dan hematocrit level
 Tidak terjadi
yang menindikasikan
penurunan BB
status nutrisi dan untuk
 Masukan nutrisi
perencanaan treatment
adekuat
selanjutnya.
 Menghabiskan porsi
4. Monitor intake nutrisi
makan
dan kalori klien.
 Hasil lab normal
5. Berikan makanan
(albumin, kalium)
sedikit tapi sering
6. Berikan perawatan
mulut sering
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
diet sesuai terapi
3 Perubahan pola Setelah dilakukan asuhan 3350 Respiratory Monitoring
napas berhubungan keperawatan selama 1x24 1. Monitor rata – rata,
dengan jam pola nafas adekuat. kedalaman, irama dan
hiperventilasi paru Kriteria Hasil: usaha respirasi
NOC : Respiratory 2. Catat pergerakan
Status dada,amati kesimetrisan,
 Peningkatan ventilasi penggunaan otot
dan oksigenasi yang tambahan, retraksi otot
adekuat supraclavicular dan
 Bebas dari tanda tanda 3320 intercostal
distress pernafasan 3. Monitor pola nafas :
 Suara nafas yang bradipena, takipenia,
bersih, tidak ada kussmaul,
sianosis dan dyspneu hiperventilasi, cheyne
(mampu mengeluarkan stokes
sputum, mampu 4. Auskultasi suara nafas,
bernafas dengan catat area penurunan /
mudah, tidak ada tidak adanya ventilasi
pursed lips) dan suara tambahan

 Tanda tanda vital Oxygen Therapy


dalam rentang normal 1. Auskultasi bunyi nafas,
catat adanya crakles
2. Ajarkan pasien nafas
dalam
3. Atur posisi senyaman
mungkin
4. Batasi untuk
beraktivitas
5. Kolaborasi pemberian
oksigen
4 Ketidakefetifan Setelah dilakukan asuhan 4066 Circulatory Care
perfusi jaringan keperawatan selama 3x24 1. Lakukan penilaian
berhubungan jam perfusi jaringan secara komprehensif
dengan penurunan adekuat. fungsi sirkulasi periper.
suplai O2 dan Kriteria Hasil: (cek nadi priper,oedema,
nutrisi ke jaringan NOC: Circulation kapiler refil, temperatur
sekunder. Status ekstremitas).
 Membran mukosa 2. Kaji nyeri
merah muda 3. Inspeksi kulit dan
 Conjunctiva tidak Palpasi anggota badan
anemis 4. Atur posisi pasien,
 Akral hangat ekstremitas bawah lebih

 TTV dalam batas rendah untuk

normal. memperbaiki sirkulasi.

 Tidak ada edema 5. Monitor status cairan


intake dan output
6. Evaluasi nadi, oedema
7. Berikan therapi
antikoagulan.
BAB III : LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE
DI RUANG RAJAWALI 6B RSDK Dr. KARIADI SEMARANG

Nama : Ferishandy Bagaskara Waktu Pengkajian : 27 Agustus 2019


NIM : P1337420617026 Ruang : Rajawali 6B

I. PENGKAJIAN

Ruang : Ruang Rajawali 6B RSUP Dr. Kariadi Semarang


Diagnosa Masuk : Chronic Kidney Desease stadium V
A. Biodata
a. Biodata pasien
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 41 tahun
3. Nomer RM : C7717xx
4. Tanggal Lahir : 12 April 1978
5. Jenis Kelamin : Laki Laki
6. Agama : Islam
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Pendidikan : Tamat SD
9. Pekerjaan : Buruh
10. Alamat : Brangsong, Kendal
11. Tanggal masuk : 22 Agustus 2019

b. Biodata penanggung jawab


1. Nama : Tn. N
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Usia : 37
4. Status : Menikah
5. Hubungan : Saudara (Adik kandung)
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Swasta
8. Suku : Jawa
9. Alamat : Brangsong, Kendal
B. Riwayat Klien
a. Keluhan Utama Pasien
Tn. S merasa BAK sedikit walaupun sudah minum banyak.
b. RIiwayat Keperawatan Sekarang
Kurang lebih satu bulan yang lalu pasien awalnya mengeluhkan mual dan
muntah lalu dirawat di RSU Muhamadiyah Kendal. DI RSU Muhamadiyah
Kendal Tn. S menjalani tranfusi darah 3 kantong. Tn. S lalu dirujuk ke RSUD
Dr. Suwondo Kendal untuk kembali tranfusi darah 2 kantong dan setelah
pemeriksaan klinik ternyata Tn. S menderita penyakit chronic kidney desease.
Di RSUD Kariadi sendiri klien telah melakukan beberapa kali terapi
hemodialisa. Serta pada tanggal 27 Agustus klien akan melakukan hemodialisa
di RSUD Dr. Kariadi. Setelah USG abdomen tertanggal 22 Agustus juga
didapati juga bahwa klien mempunyai hernia scrotalis dextra, dan rencana
operasi akan dilakukan pada tanggal 28 Agustus
c. Riwayat Keperawatan Terdahulu
Tn. S mempunyai riwayat hipertensi.
d. Riwayat Keluarga
Tn. S mempunyai ayah dengan riwayat penyakit hipertensi. Namun dari semua
anggota keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit yang berhubungan
dengan ginjal
e. Riwayat Sosial
Klien dalam kesehariannya bekerja sebagai buruh serabutan yang tiap harinya
bekerja bila ada orang yang membutuhkannya saja. Dalam kesehariannya Tn.
S sering minum minuman berkarbonasi/bersoda serta jarang juga untuk minum
air putih
C. GENOGRAM

KETERANGAN
= Laki laki

= Perempuan

= Meninggal dunia
x

= pasien

D. Penampilan Umum
Keadaan Umum
Pasien terlihat baik
Tingkat kesadaran pasien: Composmentis E4M5V6
E. Pemeriksaan tanda-tanda vital
 Pernapasan : 20 x/ menit
 Suhu 36,2 C
 Nadi 96 x/ menit
 Tekanan Darah: 150/90 mmHg
F. Pengkajian Nyeri
Tn. S mengeluhkan nyeri pasca operasi
P: Nyeri ketika bangun dari tidur
Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk
R: Nyeri di area scrotum
S: 7
T: Hilang Timbul pasca Post Op
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala : Kepala terlihat bersih, rambut bersih,
2. Kulit : turgor kulit baik (<2dtk), tidak ada edema
3. Konjungtiva tidak anemis maupun hiperemis, sklera normal, konjungtiva
berwarna merah muda, tidak nanpak ikterik, pupil isokor, palpebra normal,
tidak adanya edema, lensa normal, tidak nanpak adanya kekeruan pada
lensa,
4. Hidung : Hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak septum
deviasi, tidak ada nyeri tekan sinus.
5. Bibir : bibir lembab
6. Telinga : simetris antara kanan dan kiri, lubang telinga bersih dan
tidak ada cairan yang keluar, serta pendengaran baik/ tidak tuli.
7. Leher : Leher terlihat normal, tidak terlihat adanya kaki kuduk, ,
tenggorokan normal, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran
vena jugularis
8. Thorax/ dada :
Paru- Paru
 Inspeksi : bentuk dada normal tidak terlihat adanya barel
chest, funnel, atau pigeon
 Palpasi : Pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : tidak ada obstruksi, suara vesikuler, dan tanda-tanda
kesulitan bernafas lainnya
Jantung
 Inspeksi : Tidak terlihat ictus cordis, tidak terlihat pembesaran vena
jugularis
 Palpasi : tidak teraba ictus cordis
 Perkusi : Batas jantung normal (Kanan atas: SIC II Linea Para
Sternalis Dextra, Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra,
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra, Kiri bawah: SIC IV Linea
Medio Clavicularis Sinistra)
 Auskultasi : Terdengar suara S1 dan S2, tidak ada suara tambahan
9. Pemeriksaan abdomen :
 Inspeksi : Abdomen nampak flat
 Auskultasi : saat di auskultasi terdengar bising usus dan
peristaltik ,5-35x/mnt saat dipalpasi tidak ditemukan adanya
pembesaran hepar, atau splenomegali
 Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa
terutama pada abdomen kuadran kanan bawah
teraba agak kaku, tidak ada pembesaran hepar
 Perkusi : terdengar suara tympani
10. Pemeriksaan Genetalia : Tidak ada lesi, terdapat benjolan dengan indikasi
hernia scrotalis kanan
11. Pemeriksaan Extermitas : Kekuatan otot atas , bawah, kanan, kiri,
didapatkan hasil kekuatan otot 5, ROM aktif, dan capillari refil 2 detik.
H. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pasien akan segera menuju ke pelayanan kesehatan jika sakit
2. Pola Metabolik-Nutrisi
Nutrisi
 Tinggi badan: 170 cm
 Berat badan: 70 Kg
 Kebutuhan Kalori
(88.362 + (13.397 x 70) + (4.799 x 170) – (5.677 x 41)) x1.2
1.931,0784 kkal
 Makanan yang disukai
Tn. S sangat menyukai nasi goreng sebelum dirinya sakit
 Alergi makanan
Tidak ada
CAIRAN
 KEBUTUHAN CAIRAN 24 JAM
50CC/BB/24 jam
= ±3500 cc per hari
 BALANCE CAIRAN
Input: 1750 cc/24 jam (Dari Infus 750ml/24 jam, Minum 1 liter)
Output 1600 cc (Dari BAK 550 ml, dan IWL 1050 cc/24 jam )
 RUTE CAIRAN MASUK
Oral, terpasang cairan parenteral
 JENIS CAIRAN
Air Putih, cairan infus NaCl 0,9% 10 tpm, Cairan infus RL +
Fentanyl 20 TPM (Post Op)

3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Pola BAB satu kali sehari dan BAK 3 kali sehari.
Konsistensi feses lunak.
Setelah sakit : Pola BAB satu kali sehari dan BAK 3 kali sehari.
Konsistensi feses juga lunak
4. Pola Istirahat dan Tidur
Waktu tidur klien sudah cukup yaitu ±8 jam dalam sehari, dengan kualitas
tidur yang nyeyak
5. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas sehari-hari
dengan mandiri. Klien mandi, makan dan berpakaian secara mandiri.
Setelah sakit : Klien melakukan aktivitas secara terbatas, dan menghindari
pekerjaan yang melelahkan, namun kegiatan mandi, makan, dan
berpakaian dapat dilakukan secara mandiri
6. Pola Peran dan Hubungan
Sebelum sakit : Hubungan klien dengan keluarga baik.
Setelah sakit : Klien mengatakan hubungan dengan keluarga tetap baik.
7. Pola Sensori dan Kognitif
Fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, pendengaran, perasa, dan
peraba baik.
8. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Klien menerima kondisinya sekarang, Klien
tidak merasa malu dengan kondisinya
b. Ideal Diri : Klien merasa ingin sembuh dan dapat
beraktivitas seperti sedia kala
c. Harga Diri : Klien tidak merasa rendah diri
d. Peran : Klien berperan sebagai Ayah dengan 3 anak
serta sebelum sakit menjadi tulang punggung keluarga
e. Identitas : Klien seorang laki – laki dengan heterosexual
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Tn. S adalah seorang ayah yang sudah beristri dengan 3 anak
10. Pola Mekanisme Stress dan Koping
Sebelum sakit : Jika ada masalah klien meminta bantuan keluarganya
Setelah sakit : Klien tetap akan meminta bantuan istrinya atau anggota
keluarga lainnya jika beliau butuh bantuan
11. Pola Kepercayaan dan Nilai
Klien memeluk agama islam
Sebelum sakit : Klien beribadah 5 waktu dengan teratur.
Setelah sakit : Klien tetap beribadah secara teratur namun terbatas setelah
sakit, dan hanya mampu tayamum sebelum solat
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Lab Pada Tanggal 27 Agustus 2019

Hasil Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

DARAH RUTIN :
Hemoglobin 11.1 13.0– 16.00 gr/dL
Leukosit 7 3.8-10.6 10^3/uL
Eritrosit 3.92 4.4 – 5.9 10^6/uL
Hematokrit 33.3 40 - 54 %
Trombosit 193 150-400 10^3/uL
MCV 84.9 76-96 fL
MCH 28.3 27-32 pg
MCHC 33.3 29-36 g/dL
KIMIA KLINIK:
Gula darah sewaktu 105 80-160 mg/dl
Ureum 77 15-39 mg/dl
Kreatinin 7.6 0.60-1.30 mg/dl
ELEKTROLIT :
Kalium 4.8 3.5-5.1 mmol/L
Natrium 136 136-145 mmol/L
Chlorida 104 98-107 mmol/L

Hasil pemeriksaan MSCT Abdomen tanpa kontras 22 Agsutus 2019


 Moderate hidronefrosis dan hydroureter kanan, multiple ureterolithiasis kanan
pada bagian distal (1.42 cm)
 Nefrolithiasis kanan kecil (0.23x0.31 cm)
 Mild hydronefrosis kiri, batu pada pelvis renalia kiri (Ukuran 2.35 x 2.55 cm),
disertai multiple nephrolithiasis
 Terdapat hernia scrotalis kanan
Hasil pemeriksaan foto thorax 22 Agustus 2019
 COR: Bentuk dan letak jantung normal
 Pulmo: Gerakan vesikuler normal, tak tampak bercak pada kedua lapangan paru
Penghitungan GFR pada tanggal 27 Agustus 2019
Clearance Creatinin (ml/menit) = ((140-umur) x BB) / (72x creatinin)
Clearance Creatinin (ml/menit) = ((99)x 70) / (72x7,6)
Clearance Creatinin (ml/menit) = 12.6 ml/menit
J. TERAPI

X 27 28 29
Agustus Agustus Agustus
NAMA  Bicnat 1  Bicnat 1 tab/8  Bicnat 1 tab/8
OBAT tab/8 jam jam jam
ORAL  Asam Folat  Asam Folat 1  Asam Folat 1
1 tab/ 24 jam tab/ 24 jam tab/ 24 jam
 Amlodipine  Amlodipine 5  Amlodipine 5
5 mg/24 jam mg/24 jam mg/24 jam

OBAT - - -
INTRA
VENA
(IV)
PAREN NaCl 0,9% 10 RL + Fentanyl 20 RL + Fentanyl 20
TERAL tpm TPM TPM
K. ANALISIS DATA
No Data Problem Etiologi

1 DS: Klien mengeluhkan Kelebihan volume Terdapat


BAK keluar terasa sedikit cairan nephrolithiasis dan
DO: -Input: 1750 cc berhubungan ureterolithiasis
-Output: 1550 cc dengan gangguan
BAK hanya sebanyak mekanisme filtrasi Terdapat obstruksi
550CC /hari
GFR : 12,6 ml/menit Filtrasi Glomeluler
terganggu

Kelebihan volume
cairan

2 DS: Klien mengeluhkan Ketidakefektifan Hipertensi


lemas perfusi jaringan
perifer
DO: HB rendah : 11,1 gr/dl Sirkulasi darah
berhubungan
 Tekanan Darah: 150/90 dengan hipertensi terganggu
mmHg

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer
3 DS: Nyeri akut Prosedur Operasi
berhubungan yang dapat
Tn. S mengeluhkan nyeri dengan agens
meneyebabkan
pasca operasi cidera post operasi
nyeri
P: Nyeri ketika bangun dari
tidur
Impuls syaraf
Q: Nyeri seperti tertusuk perifer

tusuk
Nyeri
R: Nyeri di area scrotum

S: 7

T: Hilang Timbul pasca


Post Op

DO: Klien terlihat meringis


saat diinstruksikan untuk
mencoba bangun

L. PROBLEM LIST

NO TANGGAL DIAGNOSA TTD TANGGAL TTD


DAN JAM KEPERAWATAN JAM
DITEMUKAN TERATASI

1 27 Agustus Kelebihan volume


2019, 09.00 cairan berhubungan
dengan gangguan
mekanisme filtrasi
2 27 Agustus Ketidakefektifan
2019, 09.00 perfusi jaringan
perifer
berhubungan
dengan hipertensi
3 28 Agustus Nyeri akut
2019, 23.00 berhubungan
dengan agens cidera
karena prosedur
operasi

M. RENCANA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA INTERVENSI


KEPERAWATAN
TUJUAN DAN TINDAKAN TTD
KRITERIA HASIL

1 27 Agustus Kelebihan volume Dalam perawatan 3 x 24 1. Monitor Intake


2019, cairan berhubungan jam diharapkan tidak dan output
09.00 dengan gangguan terdapat tanda – tanda 2. Monitor adanya
mekanisme filtrasi kelebihan volume cairan tanda tanda
dengan kriteria hasil: kelebihan cairan
(edema, crackles,
 Terbebas dari tanda-
distensi vena leher
tanda edema, dan
3. Edukasi perlunya
efusi
hemodialisa
 Bunyi nafas bersih,
tidak ada dyspnea
 Terbebas dari
distensi vena
jugularis
2 27 Agustus Ketidakefektifan Dalam 3 x 24 jam 1. Monitor adanya
2019, perfusi jaringan diharapkan sirkulasi paretese
09.00 perifer peredaran lancar dengan 2. Instruksikan
berhubungan kriteria hasil: keluarga untuk
dengan hipertensi memberitahukan
1. Tekanan systole dan
jika terdapat
diastole dalam
laserasi
rentang yang
3. Monitor
diharapkan
Kemampuan
2. Berkomunikasi
BAB
dengan jelas sesuai
4. Monitor TTV
kemampuan
3. Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi

3 28 Agustus Nyeri akut Dalam 2 x 24 jam 1. Tingkatkan


2019, berhubungan diharapkan tidak ada istirahat
09.00 dengan agens cidera tanda – tanda nyeri 2. Ajarkan tekhnik
prosedur operasi dengan kriteria hasil: nonfarmakologi
3. Berikan analgesic
1. Mampu
sesuai kolaborasi
mengontrol nyeri
dengan dokter
2. Menyatakan rasa
4. Lakukan
nyaman setelah
pengkajian/
nyeri berkurang
monitoring nyeri
J. IMPLEMENTASI
NO TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON TTD
JAM KEPERAWATAN
1 27/8/2019, Kelebihan volume 1. Memonitor Intake 1. DS: Tn. S bersedia
09.00 cairan berhubungan dan output dilakukan
dengan gangguan
2. memonitor adanya monitoring dan
mekanisme filtrasi
tanda tanda ditanyai tentang
kelebihan cairan input dan output
(edema, crackles, cairan
distensi vena leher DO: -Input: 1750 cc
3. Mengedukasi -Output: 1550 cc
perlunya 2. DS: Tn. S bersedia
hemodialisa untuk dilakukan
monitoring adanya
tanda kelebihan
cairan
DO: tidak ada tanda
klinis kelebihan
cairan
3. DS: Tn. S bersedia
dilakukan terapi
hemodialisa
DO: Tn. S telah
melakukan program
hemodialisa pada
pukul 09.00 pagi
Ketidakefektifan 1. Melakukan 1. DS: Klien bersedia
perfusi jaringan monitoring adanya untuk dilakukan
perifer
paretese monitoring adanya
berhubungan
dengan hipertensi
2. Memberikan paretese, Tn. S tidak
instruksi kepada merasa kesemutan
keluarga untuk DO: -
memberitahukan 2. DS: Keluarga
jika terdapat bersedia untuk
laserasi segera
3. Melakukan memberitahukan
Monitor jika ada laserasi
Kemampuan BAB DO: Tidak terlihat
4. Melakukan adanya laserasi
Monitor TTV 3. DS:Keluarga
bersedia untuk
dimonitor BABnya
DO: BAB 1 kali
pada pagi hari,
lunak, tidak ada
tanda konstipasi
4. DS: Klien bersedia
dilakukan monitor
TTV
DO:
Pernapasan : 19 x/
menit
Suhu 36,2 C
Nadi 86 x/ menit
Tekanan Darah:
150/90 mmHg
2 28 Agustus Kelebihan volume 1. Melakukan Monitor 1. DS: Tn. S bersedia
2019/ 15.00 cairan berhubungan Intake dan output dilakukan
dengan gangguan 2. Melakukan monitor monitoring dan
mekanisme filtrasi adanya tanda tanda ditanyai tentang
kelebihan cairan input dan output
(edema, crackles, cairan
distensi vena leher DO: -Input : 1800
ml
Output: 1500 ml
2. DS: Tn. S bersedia
untuk dilakukan
monitoring adanya
tanda kelebihan
cairan
DO: tidak ada tanda
kelebihan cairan

Ketidakefektifan 1. Melakukan 1 DS: Klien bersedia


perfusi jaringan monitoring adanya untuk dilakukan
perifer paretese monitoring adanya
berhubungan 2. Melakukan paretese, klien
dengan hipertensi Monitor tidak mengeluhkan
Kemampuan BAB adanya kesemutan
3. Melakukan DO: -
Monitor TTV 2 DS:Keluarga
bersedia untuk
dimonitor
BABnya
DO: Klien telah
BAB pada pagi
hari, konsistensi
feses lunak, tidak
ada konstipasi.
3 DS:Klien bersedia
dilakukan monitor
TTV
DO:
Pernapasan : 20 x/
menit
Suhu 35,6 C
Nadi 82 x/ menit
Tekanan Darah:
140/90 mmHg

Nyeri akut 1. Melakukan edukasi 1 DS:Tn. S bersedia


berhubungan untuk untuk
dengan agens meningkatkan meningkatkan
cidera prosedur istirahat waktu istirahat
operasi 2. mengajarkan DO: klien
tekhnik mengatakan dalam
nonfarmakologi sehari bisa tidur 7
3. Memberikan jam – 8jam
analgesic fentanyl 2 DS: Tn. S bersedia
20 tpm yang untuk melakukan
dimasukkan Teknik relaksasi
Bersama RL sesuai jika nyeri terjadi
kolaborasi dengan DO: Klien dapat
dokter menerapkan
4. melakukan tekhnik nafas
pengkajian/ dalam sendiri
monitoring nyeri 3 DS: Tn. S bersedia
diberikan
penanganan medis
berupa pemberian
cairan IV berupa
obat analgetik
untuk mengatasi
nyeri
DO: Tn. S telah
menerima terapi
fentanyl + RL 20
TPM
4 Tn. S bersedia
untuk dilakukan
pengkajian nyeri,
dari data:
P: Nyeri saat
bangun dari tidur
Q: Nyeri seperti
tertusuk- tusuk
R: Area skrotum
S:7
T: Hilang timbul
3 29 Agustus Kelebihan volume 1. Melakukan 1 DS: Tn. S bersedia
2019/ 09.00 cairan berhubungan Monitor Intake dan dilakukan
dengan gangguan output monitoring dan
mekanisme filtrasi ditanyai tentang
2. Melakukan input dan output
monitor adanya cairan
tanda tanda DO: Input : 1700
kelebihan cairan Output : 1500
(edema, crackles, 2 DS: Tn. S bersedia
distensi vena leher untuk dilakukan
monitoring adanya
tanda kelebihan
cairan
DO: tidak ada tanda
– tanda klinis
kelebihan cairan

Ketidakefektifan 1. Melakukan 1 DS: Klien bersedia


perfusi jaringan monitoring adanya untuk dilakukan
perifer paretese monitoring adanya
berhubungan 2. Memberikan paretese, Tn. S
dengan hipertensi instruksi kepada tidak merasakan
keluarga untuk kesemutan di area
memberitahukan perifer
jika terdapat DO: -
laserasi 2 DS:Keluarga
3. Melakukan bersedia untuk
Monitor segera
Kemampuan BAB memberitahukan
4. Melakukan jika ada laserasi
Monitor TTV DO: Tidak terlihat
adanya tanda –
tanda laserasi
3 DS:Keluarga
bersedia untuk
dimonitor BABnya
DO: Tn. S sduah
BAB pada pagi tadi
dengan
4 DS: Klien bersedia
dilakukan monitor
TTV
DO:
Pernapasan : 18 x/
menit
Suhu 36,5 C
Nadi 76 x/ menit
Tekanan Darah:
130/90 mmHg

Nyeri akut 1 Berikan analgesic 1 DS:Tn. S bersedia


berhubungan fentanyl 20 tpm diberikan
dengan agens cidera yang dimasukkan penanganan medis
prosedur operasi Bersama RL sesuai berupa pemberian
kolaborasi dengan cairan IV berupa
dokter obat analgetik
2 Lakukan untuk mengatasi
pengkajian/ nyeri
monitoring nyeri DO: klien sedang
mendapatkan terapi
fentanyl
2 DS: Tn. S bersedia
untuk dilakukan
pengkajian nyeri
P: klien merasa
nyeri saat akan
duduk
Q: seperti ditusuk-
tusuk
R: area Skrotum
DO:
Klien masih
meringis saat
diinstruksikan
untuk bangun
K. EVALUASI

NO TANGGAL/ DIAGNOSA EVALUASI TTD


JAM KEPERAWATAN
1 27 Agustus Kelebihan volume S : Tn.S mengatakan BAK sebanyak 3 kali
2019/ 14.00 cairan berhubungan dalam sehari

dengan gangguan O:
mekanisme filtrasi  Input:cairan 1750, Berasal dari 1500 cc
cairan infus dan 1 liter minum
Output cairan berasal dari 1050cc IWL dan
sisanya kencing, klien hari ini juga telah
melakukan program hemodialisa
 Tidak ada tanda- tanda kelebihan volume
cairan (Edema(-), Efusi(-))
A:Imbalance output dan intake
P : lanjutkan monitoring intake dan output dan
tanda - tanda kelebihan volume cairan
Ketidakefektifan S : Tn. S tidak merasakan Paretese
perfusi jaringan O:
perifer -BAB lancar 1x/hari, konsistensi feses lunak,
berhubungan tidak ada konstipasi
dengan hipertensi
-Tidak ada laserasi

-Pemeriksaan TTV

TD: 150 mmHg


Suhu: 36,3 C

RR: 21 x/menit

PR : 75 x/menit

A : tidak terjadi tanda ketidakefektifan perfusi


jaringan, namun klien masih hipertensi
P : Lanjutkan monitoring, kolaborasi
pemberian obat penurun tensi (amlodipine)
2 28 Agustus Kelebihan volume S : Tn.S mengatakan BAK sebanyak 3 kali
2019/ 22.00 cairan berhubungan dalam sehari
dengan gangguan
O : Input:cairan 1750, Berasal dari 750 cc
mekanisme filtrasi
cairan infus dan 1 liter minum
Output cairan 1500 berasal dari 1050cc IWL
dan sisanya kencing
 Tidak ada tanda- tanda kelebihan volume
cairan (Edema(-), Efusi(-))
A: Imbalance intake dan output
P : lanjutkan monitoring untuk intake dan
output serta monitoring adanya manifestasi
klinis adanya kelebihan cairan atau tidak

Ketidakefektifan S : Tn. S tidak merasakan Paretese


perfusi jaringan O:
perifer
-BAB lancar 1x/hari, konsistensi feses lunak,
berhubungan
dengan hipertensi tidak ada konstipasi

-Tidak ada laserasi

-Pemeriksaan TTV
TD: 140 mmHg

Suhu: 36,2 C

RR: 20 x/menit

PR : 70 x/menit

A : tidak terjadi tanda ketidakefektifan perfusi


jaringan, namun klien masih hipertensi
P : Lanjutkan monitoring, kolaborasi
pemberian obat penurun tensi (amlodipine)
Nyeri akut S : Tn. S mengeluhkan nyeri pasca operasi
berhubungan
dengan agens P: Nyeri ketika bangun dari tidur
cidera prosedur
operasi Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk

R: Nyeri di area scrotum

S: 7

T: Hilang Timbul pasca Post Op

O: Pasien terlihat mengaduh

A : Pasien merasakan nyeri akut


P : Lanjutkan monitoring nyeri serta tetap
berikan terapi analgetik sesuai kolaborai
dengan dokter untuk mengurangi nyeri
3 21 Agustus Kelebihan volume S : Tn.S mengatakan BAK sebanyak 3 kali
2019/ 14.00 cairan berhubungan dalam sehari
dengan gangguan
O : Input:cairan 2500, Berasal dari 1500 cc
mekanisme filtrasi
cairan infus dan 1 liter minum
Output cairan 2000 berasal dari 1050cc IWL
dan sisanya kencing
 Tidak ada tanda- tanda kelebihan volume
cairan (Edema(-), Efusi(-))
A: Imbalance intake dan output
P : lanjutkan monitoring untuk intake dan
output serta monitoring adanya manifestasi
klinis adanya kelebihan cairan atau tidak
Ketidakefektifan S : Tn. S tidak merasakan Paretese
perfusi jaringan O:
perifer
-BAB lancar 1x/hari, konsistensi feses lunak,
berhubungan
dengan hipertensi tidak ada konstipasi

-Tidak ada laserasi

-Pemeriksaan TTV

TD: 130 mmHg

Suhu: 36 C

RR: 20 x/menit

PR : 80 x/menit

A : tidak terjadi tanda ketidakefektifan perfusi


jaringan, namun klien masih hipertensi
P : Lanjutkan monitoring, kolaborasi
pemberian obat penurun tensi (amlodipine)
Nyeri akut S : Tn. S mengeluhkan nyeri pasca operasi
berhubungan
dengan agens P: Nyeri ketika Bangun dari tidur
cidera prosedur
operasi Q: Nyeri seperti tertusuk tusuk

R: Nyeri di area scrotum

S: 3
T: Hilang Timbul pasca Post Op

O: Pasien terlihat mengaduh

A : Skala nyeri berkurang


P : Lanjutkan monitoring nyeri serta tetap
berikan terapi analgetik sessuai kolaborasi
dengan dokter untuk mengurangi nyeri
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Dalam kasus tersebut Tn. S memiliki tubuh yang terlihat normal tidak
Nampak edema maupun efusi walaupun mempunyai GFR senilai 12 ml/menit.
Hasil lab elektrolit darah Tn. S juga dalam angka yang normal. Dari hasil lab
Kimia darah Tn.S, Ureum dan kreatinin Nampak tinggi. Selain itu dari MSCT
abdomen Nampak bahwa ginjal Tn. S sudah terjadi hidronefrosis dan
Nefrolithiasis yang artinya fungsi ginjalnya benar-benar menurun. Maka dari
itu sebagai perawat prioritas utama adalah untuk memastikan bahwa Tn.S tidak
kelebihan cairan, salah satunya kolaborasi untuk terapi hemodialisa mengingat
agar tidak terjadi penumpukan cairan di di dalam tubuh. Penumpukan cairan ini
akan sangat mengganggu system kerja organ yang lain
B. Kesimpulan
Setelah 3 hari perawatan Tn.S tidak menunjukkan tanda -tanda
kelebihan cairan di tubuhnya. Perawat melanjutkan untuk melakukan
monitoring agar benar – benar tidak ada system tubuh yang terkganggu baik
kardiovaskular maupun pernafasan
REFERENSI
1. Bulechek, Gloria M., Butcher, Howard K., Dotcherman, Joanne M. Nursing
Intervention Classification (NIC). USA: Mosby Elsevier. 2015.
2. Herdinan, Heather T. Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi dan
Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC. 2015.
3. Johnson, M. Etal. Nursing Outcome Classification (NOC). USA: Mosby
Elsevier. 2015
4. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
5. Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta:
EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
6. Doenges E, Marilynn, dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
UntukPerancanaandan PendokumentasianPerawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta :
EGC
7. Long, B C. (2001). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
8. Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2002). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
9. Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa :
Setyono, J. Jakarta: Salemba Medika; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1999)
10. Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai