Bab ini menguraikan hakikat manusia baik sebagai makhluk pribadi maupun sebagai makhluk
social
Individu berasal dari bahasa Latin individium yang artinya tak terbagi. Kata
individu bukan berarti manusia secara keseluruhan yang tak dapat terbagi, melainkan
sebagai kesatuan terbatas, yaitu perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen. Manusia
sebagai makhluk individu adlah manusia sebagai perseorangan yang memiliki sifat
sendiri-sendiri. Manusia sebagai makhluk individu bersifat nyata, berbeda dengan
manusia lain dan sebagai pribadi dengan ciri khas tertentu yang berusaha merealisasikan
potensi dirinya. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia
memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan, kebutuhan, dan cita-
cita yang berbeda satu sama lainnya.
Pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi pribadi yang khas tidak terjadi
dalam waktu sekejap, melainkan terentang sebagai kesinambungan perkembangan sejak
masa janin, bayi, anak, remaja, dewasa, sampai tua. Istilah pertumbuhan lebih tertuju
pada segi fisik atau biologis individu, sedangkan perkembangan tertuju pada segi mental
psikologis individu. Pertumbuhan dan perkembangan individu dipengaruhi beberapa
factor. Mengenai hal tersebut ada 3 pandangan yaitu :
a. Pandangan navistik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
ditentukan atas dasar factor dari dalam individu sendiri, seperti bakat dan
potensi, termasuk pula hubungan atau kepemimpinan dengan orang tuanya.
b. Pandangan empiristik menyatakan bahwa pertumbuhan individu semata-mata
didasarkan atas factor lingkungan.
c. Pandangan konvergensi yang menyatakan bahwa pertumbuhan individu
dipengaruhi oleh factor diri individu dan lingkungan. Pandangan ini berupaya
menggabungkan kedua pandangan sebelumnya
Pada dasarnya, kegiatan atau aktivitas seseorang ditujukan untuk memenuhi kepentingan
diri dan kebutuhan diri.
Selain itu, norma dapat dibedakan pula menjadi 4 macam berdasarkan kekuatan
berlakunya di masyarakat. Ada norma yang daya ikatnya sangat kuat, sedang, dan ada
pula norma yang daya ikatnta sangat lemah. Keempat jenis norma tersebut adalag cara
(usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Interaksi social merupakan factor utama dalam kehidupan social. Interaksi social
merupakan hubungan social yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbale balik
antarindividu, antar kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok manusia.
Bentuk interaksi social adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian. Ciri-
ciri sebuah interaksi social adalah sebagai berikut :
Syarat terjadinya interaksi social adalah adanya kontak social (social contact) dan
komunikasi. Namun kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi
lewat bicara, melalui telepon, telegram, surat, radio, dan sebagainya. Kontak sosial dapat
terjadi dalam 3 bentuk yaitu :
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud
pembicaraan, gerak-gerik atau sikap, atau perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan
orang tersebut. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosiall, karena
tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Manusia sebagai makhluk
sosial pastilah melakukan interaksi sosial dalam kerasngka hidup bersama itu.
1. Pandangan Individualisme
Paham ini memandang manusia sebagaimakhluk pribadi yang utuh dan lengkap
terlepas dari manusia yang lain. Yang menjadi sentral individualism adalah
kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya. Paham individualism
menghasilkan ideology liberalism. Paha mini bisa disebut juga ideology
individualism liberal. Liberalisme adalah suatu paham yang ditegakkannya
kebebasan setiap individu serta memandang setiap individu berada pada posisi
yang sederajat dalam kemerdekaan dan hak-hak miliknya. Beberapa prinsip yang
dikembangkan ideology liberalisme adalah sebagai berikut :
a. Penjamin hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemilikan
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi
sosial
b. Mementingkan diri sendiri atau kepentingan indvidu yang
bersangkutan.
c. Pemberian kebebasan penuh pada individu. Individu adalah primer
sedangkan masyarakat adalah sekunder
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing
2. Pandangan Sosialisme
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat adil,
selaras, bebas, dan sejahtera bebas dari penguasaan individuu atas hak milik dan
alat-alat produksi. Paham individualism liberal dan paham sosialisme saling
bertolakbelakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of
Independence Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan pada halolat
manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, tidak seorang pun berhak
mencampuri urusan pribadinya. Manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan
martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manufesto Komunisme Karl Marx dan
Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial semata. Menurut paham ini, manusia sebagai makhluk pribadi tidak
dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan Negara.
Dalam Negara Indonesia yang berfalsafah Pancasila, hakikat manusia
dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Menurut
pandangan filsafat Pancasila, manusia adalah makhluk individu sekaligus
makhluk sosial. Hal ini tidak sekadar menggabungkan dua pandangan
(individualism dan sosialisme) di atas, tetapi secara hakikat bahwa kedudukan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Sekali lagi, manusia
bukanlah makhluk individu dan sosial, tetapi manusia adalah makhluk individu
sekaligus makhluk sosial. Frans Magnis Suseno, (2001) menyatakan bahwa
manusia adalah individu yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu
manusia bermasyarakat. Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat
tersebut dengan ungkapan “Internasionalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak
berakar dalam buminya nasionalisme”.