Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Angina Pektoris


Sub Pokok Bahasan : Penanganan dan Pencegahan Angina Pektoris
Penyuluh : Yulius gatur
Sasaran : Mahasiswa K7 Stikes Guna Bangsa Yogyakarta
Hari/Tanggal : 13 Desember 2018
Waktu : 30 menit
Tempat : Laboratorium Stikes Guna Bangsa

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit Mahasiswa K7 Stikes
Guna Bangsa Yogyakarta dapat menginformasikan dan mengetahui tentang penyakit
Angina Pektoris sehingga dapat menjaga kesehatan.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit S. B mampu:
1. Memahami Pengertian Angina Pektoris
2. Memahami Gejala Angina Pektoris
3. Memahami Penyebab Angina Pektoris
4. Memahami Penanganan Angina Pektoris
5. Memahami Pencegahan Angina Pektoris

C. Materi
1. Memahami Pengertian Angina Pektoris
2. Memahami Gejala Angina Pektoris
3. Memahami Penyebab Angina Pektoris
4. Memahami Penanganan Angina Pektoris
5. Memahami Pencegahan Angina Pektoris

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab

E. Media
1. Leaflet

F. Pelaksanaan
Kegiatan Penyluhan
NO Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 1 Menit Pembukaan : - Menjawab Salam
Memberi Salam - Mendengarkan dan
- Menjelaskan tujuan Pembelajaran Memperhatikan
- Menyebutkan materi/pokok bahasan
yang akan disampaikan

2 7 Menit Pelaksanaan :
§ Menjelaskan materi penyuluhan secara - Menyimak dan
berurutan dan teratur memperhatikan
3 6 Menit Evaluasi :
Meminta masyarakat menjelaskan atau -Bertanya,dan
menyebutkan kembali : menjawab pertanyaan
1. Pengertian Angina Pektoris
2. Gejala Angina Pektoris
3. Penyebab Angina Pektoris
4. Penanganan Angina Pektoris
5. Pencegahan Angina Pektoris

4 1 Menit Penutup :
-Mengucapkan terimakasih dan -Menjawab salam
mengucapkan salam
G. Setting

Keterangan:
:Penyuluh
: Mahasiswa K7 Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

H. Kriteria Evaluasi
Mahasiswa K7 Stikes Guna Bangsa Yogyakarta mampu memahami dan menjelaskan
kembali tentang :
1. Pengertian Angina Pektoris
2. Gejala Angina Pektoris
3. Penyebab Angina Pektoris
4. Penanganan Angina Pektoris
5. Pencegahan Angina Pektori

I. Materi
MATERI
ANGINA PEKTORIS

1. Definisi
Angina Pektoris adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit
dada yang khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila aktifitas
berhenti.
Angina Pektoris adalah rasa tidak enak di dada sebagai akibat dari suatu iskemik
miokard tanpa adnya infark.

2. Gejala Angina Pektoris


Angina Pektoris umumnya ditandai dengan rasa nyeri pada dada seperti ditekan, berat,
dan tumpul. Nyeri juga dapat menyebar atau hanya dirasakan di lengan kiri, leher,
rahang, dan punggung, khususnya pada penderita wanita. Beberapa gejala lainnya yang
dapat dialami meliputi:
a. Sesak napas.
b. Merasakan nyeri seperti gejala penyakit asam lambung (GERD).
c. Mual.
d. Pusing.
e. Mudah lelah.
f. Gelisah.
g. Keringat berlebih.

3. Penyebab
a. Ruptur/hancurnya plak
Ruptur plak ini dianggap sebagai penyebab terbanyak timbulnya angina pectoris
tidak stabil akibat terjadinya sumbatan parsial atau total dari pembuluh darah koroner
yang menyuplai oksigen ke jantung yang sebelumnya telah mengalami sumbatan
minimal.Plak terjadi akibat penimbunan lemak dan jaringan fibrotic pada tepi
pembuluh darah.Biasanya plak hancur pada tepi yang berdekatan dengan permukaan
pembuluh darah akibat timbulnya aktivasi dan penempelan dari thrombus untuk
menutup pembuluh darah yang rusak,sehingga terjadi sumbatan pada pembuluh
darah,bila sumbatan total maka akan timbul serangan jantung,tetapi bila tidak
total(70%)akn menimbulkan angina pectoris tidak stabil akibat penyempitan pembuluh
darah

b. Thrombosis dan agregasi trombosit


Dimana terjadi akibat interaksi antara plak,sel otot polos jantung,makrofag,
dan kolagen.Akibat adanya plak yang menempel pada pembuluh darah,memicu
menempelnya thrombosius pada plak,mengecilnya pembuluh darah dan pembentukan
thrombus.Akibatnya,terjadi penyempitan pembuluh darah,dalam hal ini pembuluh
darah koroner jantung, sehingga supplai oksigen berkurang dan timbullah nyeri.

c. Vasospasme atau pembuluh darah yang berkontraksi hingga lumennya kecil.


d. Erosi pada plak tanpa rupture
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko angina tidak stabil adalah:

a. arteri Merokok
b. Tidak berolahraga secara teratur
c. Memiliki hipertensi , atau tekanan darah tinggi
d. Mengkonsumsi tinggi lemak jenuh dan memiliki kolesterol tinggi
e. Memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
f. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit arteri koroner.
g. Menggunakan stimulan atau rekreasi obat, seperti kokain atau amfetamin
h. Atherosclerosis, atau pengerasan

4. Penanganan
a. Perubahan gaya hidup
Penderita umumnya disarankan untuk berhenti merokok atau menjauhi asap rokok,
mengonsumsi makanan bergizi dan rendah lemak dalam porsi kecil, melakukan
olahraga sesuai petunjuk dokter, dan menjaga kadar glukosa bagi penderita diabates.
Perubahan gaya hidup disarankan bukan hanya pada saat pengobatan, tetapi untuk
jangka panjang agar serangan Angina Pektoris berkurang atau berhenti sepenuhnya.
a. Obat-obatan
1) Aspirin, termasuk golongan obat antiplatelet (pengencer darah) yang berfungsi
untuk meredakan atau menghindari penggumpalan darah, dan menekan risiko
serangan jantung. Efek samping yang mungkin dialami adalah iritasi pada perut,
mual dan masalah pencernaan. Hindari pemberian obat ini pada anak-anak atau
remaja berusia 16 tahun ke bawah sebelum berkonsultasi dengan dokter.
2) Obat penghambat beta (beta blocker), membantu menurunkan tekanan darah dengan
menghambat efek hormon epinephrine atau adrenalin yang dapat meningkatkan
denyut jantung secara berlebihan. Obat ini juga membantu melebarkan pembuluh
darah dan melancarkan aliran darah. Efek samping yang mungkin dialami adalah
mudah lelah, diare, mual, dan keringat dingin.
3) Obat anti pembekuan darah, digunakan untuk menghambat pembekuan darah
dengan cara mencegah sel platelet darah menempel. Efek samping yang mungkin
dialami adalah pusing hebat, pendarahan, rambut rontok, dan memar pada kulit.
4) Obat penghambat kanal kalsium (calcium channer blockers). Obat ini berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah dengan merelaksasi otot dinding arteri. Efek
samping yang mungkin dialami adalah wajah kemerahan, pusing, dan mudah lelah.
5) Statin, digunakan untuk menghambat enzim pembuat kolesterol dalam hati dan
menekan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke. Obat ini juga membantu
tubuh meresap kolesterol yang terakumulasi sebagai plak yang menempel di dinding
arteri, dan memberikan efek positif lainnya. Efek samping yang mungkin dialami
adalah konstipasi, diare, dan nyeri perut.
6) Obat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), bekerja dengan menghambat
hormon angiotensin II sebagai pemicu penyempitan pembuluh darah dan
menurunkan tekanan darah dalam tubuh. Obat ini dapat mengurangi pasokan darah
ke ginjal, karena itu sangat disarankan untuk memeriksa kondisi ginjal melalui tes
darah dan urine sebelum dan saat mengonsumsi obat ini. Efek samping yang
mungkin dialami adalah pusing, mudah lelah, dan batuk kering yang umumnya
hanya bersifat sementara.
7) Ivabradine. Obat ini menurunkan kecepatan denyut jantung seperti obat penghambat
beta, tetapi memiliki tingkat keamanan lebih bagi penderita infeksi paru, atau
penyakit lainnya yang tidak diperbolehkan mengonsumsi obat penghambat beta.
Efek samping yang mungkin dialami adalah penglihatan buram atau silau untuk
beberapa saat. Penderita disarankan untuk tidak mengemudi setelah mengonsumsi
obat ini.
8) Ranolazine, digunakan untuk melemaskan otot jantung dan meningkatkan aliran
darah. Obat ini umumnya diresepkan bagi penderita gagal jantung dan artimia karena
tidak mempengaruhi kecepatan denyut jantung. Efek samping yang mungkin dialami
adalah pusing, mudah lemas, dan konstipasi.
9) Nicorandril. Obat ini mengandung penggerak kanal kalium yang berfungsi
melebarkan pembuluh arteri dan melancarkan peredaran darah menuju jantung.
Nicorandil umumnya digunakan sebagai pengganti obat penghambat kanal kalsium
bagi penderita dengan kondisi medis tertentu. Efek samping yang mungkin dialami
adalah mual dan pusing.
b. Operasi
1) Coronary artery bypass graft (CABG). Tindakan bedah yang dilakukan dengan
menciptakan aliran baru pada titik penyempitan atau penyumbatan arteri melalui
pencangkokan pembuluh darah dari anggota tubuh lainnya. Tindakan ini biasanya
disarankan bagi penderita angina dengan penyakit diabetes, berusia di atas 65 tahun,
dan memiliki lebih dari 3 penyumbatan pada arteri.
2) Percutaneous coronary intervention (PCI). Tindakan bedah yang disebut juga
dengan angioplasti koroner ini dilakukan dengan memasukkan balon kecil pada
bagian luar arteri yang mengalami penyempitan, dan ditahan menggunakan cincin
besi (sten) agar aliran darah kembali lancar. Tindakan ini tidak direkomendasikan
bagi penderita dengan kelainan struktur pembuluh darah.
c. Terapi dan tindakan medis lainnya
Jika pengobatan dan tindakan operasi tidak dapat dilakukan atau tidak
membantu banyak, saran untuk melakukan terapi perilaku kognitif atau cognitive
behaviour therapy (CBT) dapat menjadi pilihan. Terapi ini dilakukan dengan
mengubah pola pikir penderita dengan respons positif dengan tujuan mengurangi
gejala-gejala yang berkaitan dengan stres pikiran dan memudahkan proses
penyembuhan. Terapi ini juga dapat dilakukan jika penderita mengalami depresi atau
kegelisahan dikarenakan gejala Angina Pektoris yang berulang kali menyerang.
Terkadang, terapi akupuntur menjadi pilihan alternatif terapi. Disarankan untuk
berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukannya, guna menghindari efek
samping yang dapat membahayakan.

5. Pencegahan
a. Berhenti merokok
b. Mengurangi konsumsi alcohol
c. Mengonsumsi makanan rendah lemak dan tinggi serat, seperti nasi merah, roti, pasta,
sayur-sayuran, dan buah-buahan
d. Mengurangi makanan tinggi lemak
e. Mengurangi konsumsi garam
f. Menjaga berat badan
g. Melakukan olahraga ringan seperti jalan cepat, berenang, atau bersepeda secara
h. Memonitor kadar glukosa, kolestrol, dan tekanan darah secara rutin
DAFTAR PUSTAKA

1. Tsamaratul, Anggini. 2017. “Angina Pektoris (Definisi, Etiologi, Epidemiologi,


Patofisiologi)”.https://kupdf.com/download/angina-pektoris-definisi-etiologi
epidemiologi atofisiologi_59e9527208bbc5667de652fd_pdf. Diakses pada tangggal 5
desember 2018.
2. http://www.alodokter.com/angina-pektoris Diakses pada tangggal 5 desember 2018.
3. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3597/3125 diakses pada
tanggal 11 desember 2018

Anda mungkin juga menyukai