PENDAHULUAN
Tumor otak merupakan salah satu bagian dari tumor pada sistem
saraf,disamping tumor spinal dan tumor saraf perifer. Tumor otak atau tumor
intrakranial merupakan neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lession
atau space taking lession) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam
kompartemen supratentorial maupun infratentorial. Tumor otak bersifat jinak maupun
ganas dan timbul didalam otak.1
Tumor otak primer (80%) , sekunder (20%) . Tumor primer kira-kira 50%
adalah glioma, 20% meningioma, 15% adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang
dewasa 60% terletak di supratentorial, sedangkan pada anak- anak 70% terletak di
infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah tumor
serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma. Statistic primer adalah 10% dari
semua proses neoplasma dan terdapat 3-7 penderita dari 100.000 orang penduduk.2
1
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 %) dibanding
perempuan (39,26 %) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai > 60 tahun (31,85
%) selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan
sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 %)
yang dioperasi dan lainnya (26,9 %) tidak dilakukan operasi karena berbagai alas an,
seperti inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak di lobus
parietal (18,2%), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar dibeberapa lobus otak,
suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontineangle dan
multiple. Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi, jenis tumor terbanyak yang
dijumpai adalah Meningioma (39,26 %), sisanya terdiri dari berbagai jenis tumor dan
lain-lani yang tidak dapat ditentukan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Otak
a. Lapisan Pelindung4
Otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang
disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan
durameter.
a) Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada
otak.
b) Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung
sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari
piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta
4
jaringan penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid
terhadap piameter di bawahnya.
c) Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua
lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada
beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di
permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada
tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai
ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks
serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang
subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla
spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan
lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.
b. Cairan Cerebrospinalis
Cairan serebrospinalis mengelilingi ruang sub araknoid di sekitar otak dan
medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan cerebrospinalis
menyerupai plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein.
Cairan serebrospinalis dihasilkan oleh pleksus koroid dan sekresi oleh sel-sel
ependimal yang mengitari pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral
5
medulla spinalis. Fungsi cairan cerebrospinalis adalah sebagai bantalan untuk
pemeriksaan lunak otak dan medulla spinalis, juga berperan sebagai media pertukaran
nutrient dan zat buangan antara darah dan otak serta medulla spinalis.
c. Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian
terbesar otak. Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf. Ventrikel I
dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral. Korpus kolosum yang
terdiri dari serabut termielinisasi menyatukan kedua hemisfer. Fisura dan sulkus.
6
Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal,
oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat tulangnya
7
Cerebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks
serebri, yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada
hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia yang bekerja dengan tangan
kanan, dan juga pada lebih dari 85% orang kidal. Hemisfer otak yang mengandung
pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer dominan. Lobus frontal berkaitan dengan
fungsi emosi, fungsi motorik dan pada sisi dominan mengandung pusat ekspresi
bicara (area bicara motorik). Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan
orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Pada semua orang
yang bekerja dengan tangan kanan dan sebagian besar orang kidal, lobus temporal
kiri bertanggung jawab dalam kemampuan penerimaan rangsang dan integrasi bicara.
Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.
8
4. Ganglia basal
Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi
putih.
e. Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik
hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal. Diencephalon hampir seluruhnya tertutup
dari permukaan otak. Terdiri atas thalamus di dorsal dan hipothalamus di ventral.
Thalamus adalah massa substansia grisea besar, yang terletak dikanan dan kiri
ventriculus tertius. Thalamus merupakan stasiun perantara besar untuk jaras sensoris
aferen yang menuju cortex cerebri. Hipotalamus membentuk bagian bawah dinding
lateral dan dasar ventriculus tertius.
Talamus, terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm)
substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa
menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.
9
Hipotalamus, terletak di diding inferior thalamus dan membentuk dasar serta
bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus berperan penting dalam
pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif penting untuk
kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh,
keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas Hipotalamus juga
berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan
kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau
inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem
endokrin.
f. Sistim Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang
terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak sadar. Girus
singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbic
dalam korteks
g. Otak Tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons
dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat
refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak.
h. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla
yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat
respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan.
10
Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima
informasi dari saraf
i. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak.
Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer
serebelar. Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan
ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang
dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan
tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur.
j. Medulla Oblongata
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis
dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral.
Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti
11
frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei
yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla.
k. Formasi Retikular
Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring serabut
saraf dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla oblongata,pons dan
otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan
serta kesadaran.
b. Struktur Umum
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun
diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran
jari kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal
dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan
tungkai. Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda
melalui foramina intervertebral.
12
c. Struktur Internal
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi
putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya
seperti huruf H. Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan
mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak
termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu.
Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di
antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf
perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan
kanan medulla spinalis. Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu
radiks ventral.
d. Traktus Spinal
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi
menjadi funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat
fasiukulu atau traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan
tujuannya.
13
2.2 Definisi Tumor Otak
Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila
sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru, payudara, prostat,
ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.1,5
14
2.3 Epidemiologi
Tumor primer biasanya timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan
selaput myelin. Tumor otak primer berawal di otak dan menetap diotak terjadi pada
semua usia, namun secara statistik tumor otak primer lebih sering terjadi pada anak-
anak dan usia tua. Sedangkan tumor otak sekunder merupakan tumor otak yang
berasal dari bagian tubuh bukan otak yang merupakan penyebaran atau suatu
metastatis tumor yang lebih banyak ditemukan pada usia tua dibandingkan pada anak-
anak.7
Tumor otak sekunder dapat bermetastatis melalui perderan darah yaitu yang
paling sering adalah tumor paru-paru dan prostat, ginjal, tiroid, atau traktus
digestivus, sedangkan secara perkontinuitatum masuk ke ruang tengkorak melalui
foramina basis kranii yaitu infiltrasi karsinoma anaplastik nasofaring.5
Tumor otak secara khas menunjukan empat skenario klinis yaitu : (1) Defisit
nervus kranialis atau fokal serebri secara progresif dalam hitungan minggu hingga
bulan; (2) Kejang; (3) Nyeri kepala dan tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial
(papilla edema dan palsi nervus keenam); (4) mimik stroked dengan onset
apokaliptik.7,8
Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 62.930 kasus baru tumor otak primer
yang berhasil didiagnosis di tahun 2010 yang mencakup 23.720 bersifat ganas (20%)
dan 39.210 bersifat jinak (80%).
15
Berdasarkan statistik meningioma merupakan tumor otak primer yang paling
sering dijumpai yaitu 34% dari kejadian tumor otak primer. Berikut adalah insidensi
tumor otak primer secara spesifik.7
40%
34%
35% 32%
30%
25%
20% 17%
15% 13%
9%
10% 7%
5% 2% 2% 1%
0%
Sedangkan jenis tumor otak metastasis yang paling banyak adalah berasal dari
paru-paru dan mammae.
16
anggota-anggota sekeluarga (5-10%). Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor herediter yang kuat pada neoplasma.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.Selain itu pada pasien-pasien penderita tinea kapitis
yang medapat radiasi kepala jangka panjang
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
17
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
18
Infratentorial atau subtentorial, yaitu : Tumor yang terletak dibawah tentorium
serebelli dalam fossa Kranni Posterior
19
WHO juga mengeluarkan system grading derajat tumor yaitu terdapat 4
grade.
Grade I : tumors are the least malignant and are usually associated with long-
term survival
Grade II : tumors are relatively slow growing and have a slightly abnormal
microscopic appearance
Grade III : tumors are, by definition, malignant although there is not always a
sharp distinction between a grade II and a grade III tumor.
20
Tabel 2.4 Klasifikasi tumor otak berdasarkan World Health Organization (WHO):
1. TUMOR NEUROEPITHELIAL
1. Tumor Glial
a. Astrositoma
i. Astrositoma Pilositik
ii. Astrositoma Difus
iii.Astrositoma Anaplastik
iv. Glioblastoma
v. Xantoastrositoma Pleomorfik
vi. Astrositoma Subependimal Sel Raksasa
b. Tumor Oligodendroglial
i. Oligodendroglioma
ii. Oligodendroglioma Anaplastik
c. Glioma campuran (Mixed Glioma)
i. Oligoastrositoma
ii. Oligoastrositoma Anaplastik
d. Tumor Ependimal
i. Ependimoma Myxopapilari
ii. Subependimoma
iii.Ependimoma
iv. Ependimoma Anaplastik
e. Tumor Neuroepithelial lainnya
i. Astroblastoma
ii. Glioma Koroid dan ventrikel III
iii.Gliomatomosis serebri
2.Tumor Neuronal dan campuran neuronal – glial
a. Ganglisitoma
b. Gangliglioma
c. Astrositoma desoplastik Infantile
d. Tumor Disembrioplastik Neuroepithelial (BNET)
21
e. Neurositoma operasi
f. Liponeurositoma Serebelar
g. Paraganglioma
3.Tumor Non-glial
a. Tumor Embrional
i. Ependimoblastoma
ii. Meduloblastoma
iii. Tumor Primitif Neuroektodermal Supratentorial (PNET)
b. Tumor Pleksus Khoroideus
i. Papiloma Pleksus Khoroideus
ii. Karsinoma Pleksus Khoroideus
c. Tumor Parenkim Pineal
i. Pineoblastoma
ii. Pineositoma
iii. Tumor Parenkim Pineal dengan Diferensiasi Intermediet
2. TUMOR MENINGEAL
1. Meningioma
2. Hemangoperisitoma
3. Lesi Melanositik
3. TUMOR GERM CELL
1. Germinoma
2. Karsinoma Embrional
3. Tumor Sinus Endodermal (Yolk sac)
4. Khoriokarsinoma
5. Teratoma
6. Tumor Germ cell bercamputan
4. TUMOR SELLA
i. Adenoma hiposifif
ii. Karsinoma Prostat
iii. Kraningofaringoma
22
5. TUMOR DENGAN HISTOGENESIS YANG TIDAK JELAS
i. Hemangioblastoma Kapiler
6. LIMFOMA SISTEM SARAF PUSAT PRIMER
7. TUMOR NERVUS PERIFER YANG MEMPENGARUHI SSP
8. TUMOR METASTASIS
1. TUMOR EPITHELIAL
1.1 Tumor Glial
a. Astrositoma
Astrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer
dengan frekuensi kasus 17-30% dari semua glioma dan 11-13% dari
seluruh tumor otak. Tumor ini berasal dari sel astrosit yang merupakan
bagian dari jaringan penunjang otak. Sel ini dinamakan astrosit karena
bentuknya yang menyerupai bintang.10
23
merupakan keluhan yang tersering, namun 72% astrositoma serebrum
mempunyai keluhan ini, dimana 11% diantaranya cenderung melibatkan
nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah
dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang sering adalah kejang
(40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini merupakan akibat
insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang
berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55%
parese fasial dan 41% parese tungkai.10
Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah
memiliki gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik.
Sedangkan, gambaran CT-Scan yang merupakan suatu revolusi dalam
mendiagnosis astrositoma dengan akurasi 100% pada low grade
astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan sedikit atau bahkan
tidak terdapat massa tumor.
Gambar 2.12
Gambaran CT-Scan Low Grade
Astrocytoma
24
Gradasi Astrositoma :
a. Grade I (Astrositoma Pilositik)
Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista. Tumor ini
sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda. Tumor ini merupakan
tumor glial yang tersering pada anak, sekitar 10% melibatkan bagian serebral
dan 85% mengenai serebellum. Lokasi yang paling sering dijumpai, pada:
nervus optikus, kiasma optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer
serebri, serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-sel
bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang tampak
kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular bodies.
25
anaplastik, seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juga seringkali terlihat
sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas mitosis
yang tinggi.
Pada anak kecil, peningkatan intra kranium yang disebabkan oleh tumor
astrositoma bisa memperbesar ukuran kepala. Perubahan-perubahan (seperti
pembengkakkan) dapat diobservasi di bagian belakang retina mata, dimana
terdapat bintik buta, yang disebabkan oleh terjepitnya Nn.Optici. Biasanya tidak
terdapat perubahan pada temperatur, tekanan darah, nadi atau frequensi
pernafasan kecuali sesaat sebelum meninggal dunia. Kejang-kejang juga dapat
ditemukan pada astrositoma diferensiasi baik.
Diagnosis Astrositoma
2. Astrositoma Anaplastik :
3. Glioblastoma Multiforme:
MRI Scan dengan penampakan tumor pada potongan axial dan sagital
ialah metode pilihan pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis
batas tumor lebih akurat dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang
teratur dapat dilakukan sebagai follow up pasca penatalaksanaan. Dengan CT
Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah dengan peningkatan densitas
dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan dari bahan kontras. Pergeseran
struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel lateralis di
sisi tumor dapat terlihat.
27
c. Patologi Anatomi
Tampilan makroskopis suatu astrositoma fibriler adalah berupa neoplasma
difus, lunak berwarna kelabu-putih yang menginfiltrasi luas kedalam otak, serta
sering kali mengandung kista yang kecil.
Penatalaksanaan Astrositoma
28
Operasi:
Reseksi agresif dengan pengangkatan seluruh massa yang
mengganggu ialah tujuan utama dari operasi. Pada kebanyakan pasien, eksisi
total secara umum meningkatkan fungsi neurologis, mengurangi oedema
didaerah sekitar dan memperpanjang ketahanan hidup. Walau ketika tumor
melibatkan area yang penting di otak, evaluasi pre-operasi dengan fungsional
MRI (fMRI) dan pemetaan intra-operatif terkadang dapat memudahkan ahli
bedah saraf yang terampil untuk mengeksisi lesi-lesi ini secara keseluruhan.
Eksisi total juga memudahkan ahli Patologi Anatomi untuk menegakkan
diagnosis yang akurat. Batas reseksi harus diukur dengan post-operatif MRI,
dilakukan 72 jam post-operatif, karena pengangkatan tumor intra-operatif
terkadang tidak akurat. Tumor yang bersifat multifokal, bilateral, atau yang
melibatkan struktur yang peka seperti thalamus, tidak boleh diangkat pada
operasi. Pada pasien-pasien tersebut dilakukan biopsy stereotaktis pada
jaringan tumor.
Radioterapi:
Merupakan penatalaksanaan non operatif yang paling penting untuk
glioma grade tinggi. Tampaknya cukup berperan karena adanya harapan
hidup yang lebih panjang pada penderita tumor yang pasca bedahnya
diberikan radiasi. Perbaikan klinis pascaradiasi dijumpai pada 90 % pasien
yang masih hidup > 3 bulan, namun memang sulit dipastikan apakah ini
merupakan hasil dari radioterapi saja, hasil tindakan operasi atau karena
resolusi edema oleh terapi medikamentosa yang diberikan. Dosis radiasi yang
diberikan berkisar antara 4500-6000 rad (whole brain) dengan booster 1000
rad pada tumornya sendiri.
Kemoterapi:
Dari penelitian yang dilakukan para ahli, 20% dari pasien yang
memakai kemoterapi nitrosourea terlihat memiliki angka ketahanan hidup
yang lebih panjang. Namun banyak dokter sekarang ini memakai
temozolomide. Temozolomide ialah obat yang bersifat alkylating agent,
29
diberikan per oral. Secara empiris sangat baik pengaruhnya untuk perawatan
pasien yang menderita glioma ganas yang kambuh kembali dan telah menjadi
standard pengobatan untuk kasus-kasus seperti itu.
b. Tumor Oligodendroglioma
Tumor oligodendroglioma berasal dari sel-sel oligodendrosit.
Tumor ini banyak ditemukan pada usia dewasa dengan puncak insiden
antara dekade ke empat dan keenam. Derajat rendah muncul pada usia
yang sedikit lebih muda. Pada laki-laki sedikit lebih dominan
dibandingkan wanita. Oligondendroglioma merupakan tumor yang
pertumbuhan nya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika
30
lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik).
Bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa
dan langkah yang goyah.Tumor oligodendroglioma juga sering
berkalsifikasi.
c. Tumor Ependimoma
Tumor ini merupakan neoplasma glial yang susunannya
didominasi oleh sel-sel ependim dan mempunyai frekuensi kira-kira 5%
dari seluruh glioma. Pada ependimoma klasik, secara makroskopisnya
tumor tampak padat dengan batas yang tegas dan berasal dari lantai
ventrikel IV/ kanalis spinalis. Tumor dapat meluas hingga sudut serebro
pontin melalui foramen Luscka, sisterna magna, dan foramen
magendi.serta dapat mencapai batang otak jika sudah melalui foramen
magnum. Secara histologis akan tampak sel kolumnar uniform dan sel
astrosyte like fibriler yang membentuk barisan ependimal roossete. Gejala
yang ditemukan mual, muntah, dan nyeri kepala dengan intensitas yang
terasa lebih berat di pagi hari, diplopia, ataksia, hemiparesis dan paresis
nervus kranialis.
Pada hasil pemeriksaan CT-Scan dan MRI akan tampak kontras
mengisi daerah tumor di ventrikel lateral. Pasien didapati mengalami
hidrosefalus.Tumor jenis ini memang dapat menutupi saluran cairan
serebrospinalis sehingga menyebabkan hidrosefalus (ventrikel melebar,
jaringan otak tipis)
31
d. Tumor Neuronal dan campuran neuronal – glial
Gangliglioma
Tumor ini berisi sel ganglion dan neuron abnormal. Tumor ini jarang
terjadi terhadap seseorang
e. Tumor Non-Glial
a. Tumor Primitive Neuroektodermal Supratentorial (PNET)
Tumor embrional maligna yang memiliki diferensiasi yang
divergen dengan derejat yang bervariasi yang berasal dari matriks
germinal dari primitive neural tube.
b. Tumor Plexus Khoroideus
Pleksus khoroid secara embriologis berasal dari lapisan ependimal
tabung neural. Tumor ini dapat terjadi pada semua kelompok usia
termasuk bayi. 35-45% usia< 20 tahun dan kasus tertua 74 tahun.
Rasio pria dan wanita seimbang. Persentasi gejala tumor pleksus
khoroid biasanya hanya berupa tanda-tanda peningkatan tekanan
intrakranial tanpa disertai gejala neurologis fokal. Tumor
intraventikel IV kadang juga menimbulkan gejala nistagmus dan
ataksia. Secara makroskopis, permukaan tumor plexus khoroideus
berwarna kuning kecoklatan, dengan struktur yang tampak seperti
brokoli dengan batas tegas pada ventrikel, dan disertai adanya
kalsifikasi. Penanganan tumor ini berupa operasi pengangkatan
tumor.
32
c. Meduloblastoma
Tumor ini sering terjadi pada anak, dan bahkan merupakan tumor
primer maligna yang solid dan paling banyak pada anak 30%. Sekitar 75%
kasus tumor ini terjadi pada anak usia kurang 15 tahun. Sedangkan pada
orang dewasa, meduloblastoma sangat jarang yaitu sekitar 1%. Di
Amerika Serikat, insiden tahunan dari tumor ini diperkirakan sekitar 0,5
setiap 100.000 anak. Tumor ini sebagian besar berasal dari vermis
serebelar (75%) yang meluas hingga ventrikel IV dan dapat mengisi
seluruh ventrikel. Sedangkan sekitar 25% terjadi pada bagian lateral
serebelum. Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai papiledema, nistagmus,
dan diplopia akibat paresis nervus IV dan VI. Selain itu, dapat terjadi
ataksia, disdiadukokinesia, hipotonia, dismetria. Pada bayi, keluhan klinis
dapat berupa letargi, irritable, dan dapat terjadi makrosefali yang progresif
dengan fontanella anterior yang membonjol. Durasi rata-rata gejala
sebelum operasi adalah 4-5 bulan yang kemudian akan secara progresif
memburuk setelah onset. Penanganan pada tumor ini dapat berupa operasi
yang dikombinasikan dengan radiasi. Tindakan operasi pengangkatan
diharapkan minimal dilakukan sampai sumbatan saluran likuor dapat
lancer kembali. Radioterapi secara bermakna dapat meningkatkan five
years survival penderita.
33
Gambar 2.17 Gambaran Histopatologik Sel Rosette – pseudorosette pada pasien
dengan Meduloblastoma
2. TUMOR MENINGEAL
1. Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak
(meningen), bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada
lokasi pertumbuhannya. Para ahli masih belum memastikan apa penyebab
meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar
menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya
meningioma.Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22
yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak
begitu menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan
penciuman, penonjolan matadan gangguan penglihatan. Pada penderita
lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir,
mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
Gejala-gejala yang paling sering didapatkan adalah sakit kepala. Gejala klinis lain
yang paling sering adalah berturut-turut sebagai berikut :
kejang-kejang (±48%)
gangguan visus (± 29%)
gangguan mental (± 13%)
34
gangguan fokal (± 10%)
Tetapi timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala ini tergantung pada letak tumor
dan tingginya tekanan intrakranial. Tanda-tanda fokal sangat tergantung dari letak
tumor, gejala-gejala bermacam-macam sesuai dengan fungsi jaringan otak yang
ditekan atau dirusak, dapat perlahan-lahan atau cepat. Menurut LEAVEN
gangguan fungsi otak ini penting untuk diagnosa dini. Gejala-gejala ini timbul
akibat hemodynamic steal dalam satu hemisfer otak, antara hemisfer atau dari otak
kedalam tumor.
Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
Klasifikasi Meningioma
35
WHO juga membuat suatu klasifikasi untuk meningioma, lihat table 2.1.
Grade I
Meningothelial meningioma
Psammomatous Meningioma
Angiomatous meningioma
Mycrocystic meningioma
Lymphoplasmacyte-rich meningioma
Metaplastic meningioma
Secretory meningioma
Grade II
Atypical meningioma
Choroid meningioma
Grade III
Rhabdoid meningioma
36
Papillary meningioma
Pemeriksaan Penunjang
Elektroensefalografi (E.E.G.).
37
X ray foto tengkorak.
Angiografi
Pneumoensefalografi atau Ventrikulografi.
Brain Scan.
Computerized Tomography Scan (CT scan).
Histopatologik.
Tissue Culture
a. Elektroensefalografi (EEG)
Tumor otak memberi EEG abnormal pada 75–85% dari kasus dan 15 —
25% dari penderita dengan tumor otak mempunyai EEG yang normal. Tumor otak
sendiri tidak memberi aktivitas listrik abnormal. Hanya neuron-neuron yang
membuat ini pada daerah dekat tumor menjadi abnormal sedemikian rupa
sehingga hypersynchronisasi dari pelepasan-pelepasan listrik dari beribu-ribu atau
berjuta-juta sel saraf membentuk gelombang lambat atau gelombang runcing pada
EEG. Mungkin tumor ini memberi kelainan metabolik dari neuron-neuron
didekatnya, mungkin dengan tekanan langsung, oedema atau mengacau (merusak)
innervasi daerahnya. Meningoma menunjukkan sedikit abnormalitas pada E.E.G.
Pada kasus-kasus didapatkan 53% dengan focus abnormal. Pada meningioma
intraventriculer enam dari delapan kasus menunjukkan EEG yang abnormal.
b. Foto Tengkorak
Beberapa sarjana menyatakan bahwa perubahan-perubahan dari X foto
tengkorak pada meningioma 22,5% adalah normal, 75,5% abnormal. Kelainan
radiologis tersebut adalah:
38
Pembuatan specule : 4,3% adalah pembuatan tulang-tulang baru sebagai
tiang yang ramping tegak lurus pada permukaan tulang yang normal.
Penebalan tulang yang difus
Hyperostosis dan kalsifikasi tumor terutama Psammomatous merupakan
tanda yang paling penting untuk diagnosa meningioma disamping peningkatan
Vascularisasi dan kerusakan tulang.
c. Angiografi
Kelainan pembuluh darah yang paling khas pada meningioma adalah
adanya pembuluh darah yang memberi darah pada neoplasma oleh cabang-cabang
arteri sistim karotis eksterna. Bila mendapatkan arteri karotis ekstema yang
memberi darah ke tumor yang letaknya intrakranial maka ini mungkin sekali
neningioma.
Terdapat tetap adanya tumor cloud untuk waktu yang agak lama pada
serialogram. Tumor Stain masih terlihat pada film terakhir ialah delapan sampai
sembilan detik setelah permulaan dari injeksi cairan kontras. (iii) lebih dapat
dipercaya daripada (ii).
39
e. Brain Scan
Brainscan biasanya kurang cermat untuk diagnosa dari tumor yang tumbuh
lambat dan berasal dari glia. Mungkin tak lebih dari separo menunjukkan
Brainscan yang positip. Keterbatasan atau kejelekan dari radionucleide brainscan
ini ialah tak dapat memberi petunjuk yang dapat dipercaya mengenai jenis atau
macam nature dari lesi. Ia hanya menunjukkan suatu daerah dengan uptake yang
abnormal dalam kepala, yang dapat sebagai neoplasma, vaskuler, radang atau
trauma. Ia tak memberi informasi mengenai status dari otak dan derajad dari
deformitas atau adanya edema otak, dilatasi ventrikel atau tekanan intrakranial
yang tinggi. Dalam hal ini, C.T. scan dari otak lebih superior dibandingkan
dengan isotop brainscan.7
CT. Scan dapat menunjukkan ventrikel dan ruangan subarachnoid, juga massa
tumor, sering dapat memberi informasi tentang lokalisasi secara terperinci.
Histopatologik. Histopatologi dari meningioma menunjukkan gambaran yang
beraneka ragam. Beberapa sarjana membagi menjadi gambaran yang sederhana
didasarkan jenis yang paling sering didapatkan
40
Gambar 2.18 Gambaran CT-Scan venogram – potongan koronal Meningioma di
Sinus Sagitalis Superior
Penatalaksanaan Meningioma
Grade I Gross total resection of tumor, dural attachments and abnormal bone
Drainage ventrikel
Penutupan vaskuler
Cara ini digunakan paling sering pada meningioma dengan banyak sekali
pembuluh darah (highly vascular meningioma). Biasanya dilakukan ± 24 jam
sebelum operasi yaitu penutupan dari arteria karotis eksterna yang memberi darah
pada tumor dengan macam-macam tehnik embolisasi.
Prognosis Meningioma
2. Hemangioperisitoma
Tumor ini termasuk golongan tumor yang vaskuler, dengan terapi
definitifnya adalah reseksi. Seperti pada meningioma, peranan angiografi dan
embolisasi juga diharapkan akan meningatkan efektifitas dan keamanann dari
reseksi yang dilakukan.
3. TUMOR SELLA
a. Kraniofaringioma
Termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat dan merupakan tumor
epithelial jinak region sellar. Secara embriologi, tumor ini berasal dari sisa sel
epitel squamosa duktus kraniofaringeal. Pada minggu keempat gestasi,
divertikulum stomadeum yang berasal dari atap kavum oral akan membentuk
kantung rathke (Rathke Pouche) yang akan bermigrasi kea rah cranial
membentuk vesikel Rathke dan bersatu dengan infundibulum. Vesikel Rathke ini
43
akan membentuk adenohipofisis yang terdiri dari pars distalasis, tuberalis, dan
intermedia pada jalur sepanjang lintasan migrasinya akan terbentuk duktus
kraniofaringeal.
Gambar 2.19 Gambaran MRI T1 – Postkontras Potongan Koronal (A) dan Sagital
(B) Tumor Kistik Selar dan Supraselar Kraniofaringioma.
b. Adenoma Hipofisis
Tumor ini cukup banyak ditemukan. Bahkan ada yang menyatakan
sebagai jenis tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan mengioma. Beberapa
literature menyebutkan tumor ini merupakan 10-15% dari tumor primer
intrakranial. Insiden pertahunnya sekitar 0,5-8,2% per 100.000 individu dengan
perbandingan kejadian pada pria dan wanita yang tidak berbeda.
Tanda dan gejala klinis yang tampil pada penderita adenoma hipofise
diakibatkan oleh hipersekresi atau hiposekresi satu atau beberapa hormone
44
hipofise. Keluhan gangguan penglihatan perlahan dannyeri kepala pada 20%
penderita. Penanganan adenoma pituitari mempunyai tujuan: (1) dekompresi
struktur saraf khususnya traktus penglihatan dan (2) restorasi sekresi hormonal
yang normal.
45
Gambar 2.22 Gigantisme pada
Seorang Penderita Tumor
Adenoma Hipofise
Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah: nyeri
kepala, muntah proyekil, dan papiledema. Keluhan nyeri kepala disini cenderung
bersifat intermittent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat terutama di pagi
hari karena selama tidur malam PCO2 serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan CBF (Cerebral Blood Flow) dan dengan demikian
mempertinggi tekanan intrakranial. Juga lonjakan sejenak seperti karena batuk,
mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri dirasa berlokasi di
sekitar daerah frontal atau oksipital. Penderita sering kali disertai muntah yang
“menyemprot” (proyektil) dan tidak didahului oleh mual. Hal ini terjadi oleh
47
karena tekanan Intrakranial yang menjadi lebih tinggi selama tidur malam, akibat
PCO2 serebral meningkat. Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor
serebrospinal sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang
progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang
lebih besar di mana suturanya relative sudah merapat, biasanya gejala papiledema
terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat timbul pada tekanan intrakranial yang
meninggi atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.
Papiledema memperlihatkan kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang
berwarna merah tua dan perdarahan-perdarahan di sekitarnya.
Kejang
48
Mengalami post iktal paralisis
Mengalami status epilepsi
Resisten terhadap obat-obat epilepsi
Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain
Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak dikorteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan
perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral.
49
mata diskonjugat, ventrikal dan rotasional di mana masing-masing mata geraknya
saling berlawanan. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang berkaitan dengan
gangguan sensorik serta kadang ada efek visual merupakan refleksi kerusakan
yang melibatkan kapsula interna atau korteks yang terkait. Ataksia trukal adalah
pertanda suatu tumor fosa posterior yang terletak di garis tengah. Gangguan
endokrin menunjukkan adanya kelainan pada hipotalamus-hipofise.
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese
kontra lateral, kejang fokal
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2. Lobus parietal
Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3. Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
50
4. Lobus oksipital
Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
5. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri
kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6. Tumor di cerebello pontin angie
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya
berupa gangguan fungsi pendengaran
Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
7. Tumor Hipotalamus
Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguanseksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit,
bangkitan
8. Tumor di cerebelum
Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat terjadi
disertai dengan papil Ude
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme
dari otot-otot servikal
9. Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan
nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma
51
2.8 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak
Pemeriksaan sken magnet (MRI) dan sken tomografi computer merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam
hal ini dapat diketahuisecara terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya
terhadap jaringan sekitarnya, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat pula diduga
jenisnya dengan akurasi yang hamper tepat. Pemeriksaan konvensional seperti:
foto polos kepala, EEG, ekhoensefalografi, dan pemeriksaan penunjang diagnostic
yang invasive seperti: angiografi serebral, pneumoensefalografi sudah jarang
diterapkan, kecuali pada keadaan-keadaan darurat dengan Kendala fasilitas
pemeriksaan mutakhir di atas tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik
pembedahan otak.
Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak yaitu
melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari anamnesis
kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang mungkin
sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya; ada tidaknya
nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang.
52
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang spesifik
untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
Elektroensefalografi (EEG)
Foto polos kepala
Arteriografi
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Computerized Tomografi (CT Scan)
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor
yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa
yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi
jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya
kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya
karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata
bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
53
2.10 Penanganan Tumor Otak9
Pemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita
tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :
Kondisi umum penderita
Tersedianya alat yang lengkap
Pengertian penderita dan keluarga
Luasnya metastasis
Adapun terapi dan modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:
Terapi Kortikosteroid
Biasanya deksametason diberikan 4 – 20 mg intravena setiap 6 jam untuk
mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK.
Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek
samping yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid
lama seperti: penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia,
hipokalemia, alkalosis metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang
terlambat, psikosis, miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi.
Terapi operatif
Tindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan
dekompresi internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak
dapat diberikan secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan
pembiusan, teknik operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan
penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap
tumor otak.
Terapi konservatif
o Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.
54
Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh
beberapa faktor:
1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya
2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal
3. Tipe sel yang disinar
4. Metastasis yang ada
5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan
6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval
antarfraksi radiasi.
o Kemoterapi
Peranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum
mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang
menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumor-
tumor otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan
astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat
kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar di
kalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5-Fluorourasil),
PCV (prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous Urea (PCNU,
BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG
(dianhidrogalaktitol) dan sebagainya. Potensi kemoterapi pada
susunan saraf di samping didasarkan oleh farmakologi sendiri juga
perlu dipertimbangkan aspek farmakokinetiknya (transportasi obat
mencapai target) mengingat adanya sawar darah otak. Pemberian
kemoterapi dapat dilakukan melalui intra-arterial (infuse, perfusi),
melalui intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna,
via pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral.
o Immunoterapi
Yang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa
tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan
55
restorasi sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan
tumor.
56
BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak merupakan suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Tumor otak secara khas menunjukan empat skenario klinis yaitu : (1)
Defisit nervus kranialis atau fokal serebri secara progresif dalam hitungan minggu
hingga bulan; (2) Kejang; (3) Nyeri kepala dan tanda-tanda peningkatan tekanan
intracranial (papilla edema dan palsi nervus keenam); (4) mimik stroked dengan
onset apokaliptik.
Penyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau sebagai penyebab tumor otak, yaitu herediter, sisa-sisa sel
embrional, radiasi, virus dan substansi-substansi karsinogenik.
Tumor otak dibagi menjadi dua, yaitu tumor jinak dan tumor ganas.
Sedangkan klasifikasi tumor otak berdasarkan lokasi dibagi menjadi tumor
supratentorial dan infratentorial.
57
DAFTAR PUSTAKA
58