Riset (Asis)
Riset (Asis)
PENDAHULUAN
1
biasanya menderita rendah diri atau kurangnya pandangan positif terhadap
kehidupan. Oleh sebab itu psikologi dalam terapi ini memainkan peranan yang
besar dalam program rehabilitasi.
Dalam dunia kesehatan secara garis besar saat ini, ada sejumlah pemberitaan
bahwa terdapat beberapa RS yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
menghentikan sementara tindakan fisioterapi karena ketiadaan dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabilitasi. Akan tetapi, pelayanan rehabilitasi medik tersebut
begitu dekat dengan masyarakat. Oleh karena itu, banyak penyakit yang
membutuhkan bantuan rehabilitasi medik dalam penyembuhannya.
Kebanyakan pusat rehabilitasi medik hanya digunakan untuk memperoleh
fungsi penyesuaian diri secara maksimal atau usaha mempersiapkan penderita cacat
secara fisik, mental, social dan kekaryaan untuk suatu kehidupan yang penuh sesuai
dengan kemampuan yang ada padanya (Depkes RI, 1983)
2
Mengambil contoh dari beberapa Pusat Rehabilitasi Medik di atas, dapat
disimpulkan bahwa Provinsi Jawa Timur mempunyai Pusat Rehabilitasi yang
berkompeten dalam bidang kesehatan yang mana dalam hal ini bertujuan lebih
dalam ke cakupan internal/lokal. Menargetkan pasien lokal Indonesia dengan
menghadirkan Pusat Rehabilitasi Medik yang lebih berkarakter iconic dari segi
bentuk bangunan Pusat Rehabilitasi Medik ini sendiri.
Ingin menghadirkan Pusat Rehabilitasi Medik bertaraf Nasional di
Mojokerto yang memiliki tujuan untuk memberikan rehabilitasi dari penyakit saraf
di Indonesia dan juga menampung pasien yang memiliki penyakit lainnya.
Digunakan juga untuk tempat edukasi penyakit yang berhubungan dengan penyakit
saraf lainnya.
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari perancangan dibangunnya Pusat Rehabilitasi Medik Penyandang
Penyakit Saraf di Mojokerto adalah :
Membantu proses penyembuhan penyakit saraf di wilayah Mojokerto dan
Sekitarnya.
Memfasilitasi pasien-pasien penyakit saraf yang ada di Mojokerto maupun
Jawa Timur untuk penyakit saraf yang dialami.
Memberikan pelayanan yang lebih cepat dan efektif daripada Pusat
Rehabilitasi Penyakit Saraf yang lain.
Menyusun dan merumuskan Pendekatan perancangan arsitektur
Rehabilitasi penyakit saraf yang sesuai standar dan perkemangan teknologi
3
kedokteran sehingga memenuhi kebutuhan dan persyaratan-persyaratan
(kebersihan, kenyamanan dan keamanan) pelayanan di Mojokerto
1.2.2 Sasaran
Sasaran yang ditujukan pada proyek Pusat Rehabilitasi Medik Penyandang
Penyakit Saraf di Mojokerto ini adalah :
Merencanakan Pusat Rehabilitasi yang mampu memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan bagi pasien saraf yang sesuai standar dan persyaratan.
Mewujudkan perancangan pusat rehabilitasi medik dengan pendekatan
perilaku dan healing.
Menghasilkan pola tata ruang yang healing sehingga pengunjung ataupun
pasien dapat merasakan banyak manfaat kesehatan yang dihadirkan dalam
Susana interior maupun eksterior.
Merencanakan Pusat Rehabilitasi Penyakit saraf ke dalam desain Pusat
Rehabilitasi penyakit ______ yang dapat memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien penyakit saraf yang baik dan sesuai dengan kebutuhan juga
dapat mendorong proses penyembuhan yang berdampak pada pengurangan
waktu rawat, pengurangan biaya pengobatan pengurangan rasa sakit,
pengurangan stress atau perasaan tertekan,memberikan suasana hati yang
positif, membangkitkan semangat, serta meningkatkan pengharapan pasien
akan lingkungan.
4
1.3.1 Batasan
Adapaun untuk Batasan yang mengarah pada pasien atau pengelolah Pusat
Rehabilitasi Medik Penyakit saraf di Mojokerto ini ialah yang menyangkut
beberapa hal sebagai berikut :
Batasan obyek perancangan diperuntukkan bagi penderita penyakit saraf
khususnya pada lingkup wilayah Jawa Timur khususunya daerah
Mojokerto, tetapi tidak menutup kemungkinan juga diperuntukkan bagi
warga yang berada di luar Mojokerto.
Pusat Rehabilitasi ini diperuntukkan kepada seluruh kalangan masyarakat
mulai dari anak anak, orang dewasa hingga orang tua.
Adapun kegiatan/aktivitas ini dilakukan dengan 2 model terapi. Yaitu
Terapi Boarding House (kualitas lingkungan sekitar) atau rawat inap dan
Terapi Clicic Base atau rawat jalan (jelaskan). Dibuka untuk umum pada
pukul 08:00 pagi sampai pukul 12.00 siang, yang mana pada jam ini
memiliki beberapa hal yang sangat mendukung untuk melakukan terapi.
Target pasien merupakan seluruh kalangan (menengah ke atas maupun ke
bawah) dari daerah Jawa Timur.
1.3.2 Asumsi
Sedangkan asumsi Arsitektural maupun non Arsitektural proyek Pusat
Rehabilitasi Medik Penyandang Gegar Otak ini adalah :
Perencanaan bangunan ini merupakan perencanaan proyek milik Swasta
Daya tampung pusat rehabilitasi ini diasumsikan dapat menampung beban
lebih dari 10 tahun sehingga dapat dihitung kapasitasnya.
Kepemilikan Pusat Rehabilitai ini dimiliki oleh pihak swasta
5
1. Judul
Pusat Rehabilitasi Medik Penyandang Gagar Otak dengan Pendekatan
Arsitektur Perilaku di Mojokerto
2. Intepretasi Judul
Adalah pencarian judul untuk objek ini yang sesuai dengan apa yang akan
dirancang berdasarkan isi dan tujuan yang ada pada proyek ini.
3. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan selengkap-lengkapnya untuk mendukung
objek Pusat Rehabillitasi Medik Penyandang Gegar Otak dengan
Pendekatan Arsitektur Perilaku di Mojokerto. Pengumpulan data itu
meliputi:
- Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan persyaratan. Antara lain tentang standart luasan
ruang dan studi tentang Pusat Rehabilitasi.
- Studi kasus
Adalah mencari suatu objek rancang yang sesuai dengan objek “Pusat
Rehabillitasi Medik Penyandang Gegar Otak dengan Pendekatan
Arsitektur Perilaku di Mojokerto” yang digunakan untuk pembanding
mengenai data-data yang sudah ada.
- Metode survey lapangan dan pengamatan langsung
Melakukan studi lapangan baik untuk memperoleh data valid maupun
data dalam pengamatan site yang menyangkut batasan, kendala, serta
potensi yang ada.
- Internet
Mencari informasi dan data dari situs internet yang berhubungan dengan
Pusat Rehabilitasi Medik Penyandang Gegar Otak dengan Pendekatan
Arsitektur Perilaku di Mojokerto yang dapat digunakan sebagai
referensi maupun bukti tertulis.
6
- Studi Wawancara
Melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait dengan
perancangan yang direncanakan untuk melengkapi data yang
diperlukan.
- Pengolahan dan Penyusunan Data
Dalam laporan perencanaan dan perancangan data yang telah
dikiumpulkan, disusun untuk kemudian dianalisa, dipilah dan dievaluasi
dalam konteks perencanaan dan perancangan Pusat Rehabillitasi Medik
Penyandang Gegar Otak dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku di
Mojokerto agar dapat diperoleh program dan pendekatan yang dianggap
sesuai untuk dijadikan pedoman perancangan tersebut.
4. Kompilasi dan Analisa Permasalahan
Penggabungan hasil studi pustaka dengan hasil studi internet yang
kemudian dianalisa agar dapat mengetahui letak perbedaan maupun
persamaan informasi yang telah didapat. Setelah data terkumpul kemudian
dianalisa permasalahan yang muncul.
5. Rumusan Masalah
Adalah kesimpulan dari studi yang telah dilakukan, baik studi di
lapangan dan literatur.
- Teori Arsitektur
- Teori Tatanan
- Teori Tapak
- Teori Sirkulasi, dll
6. Rumusan Konsep Perancangan
Merumuskan gagasan Pendekatan dan ide rancangan yang akan
diterapkan.
7
7. Perkembangan Rancangan
Analisa /
Kompilasi Data
Perumusan Konsep -
konsep perancangan
8
Ide/Gagasan
Gambar1.1 SkemaTahapanPerancangan
Sumber:TeoriMetodePerancangan
9
data penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan objek
perancangan yang berisi dua objek studi kasus sejenis secara fungsi dan
aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang membantu rancangan
nantinya, dari hasil analisa dan perbandingan yang dilakukan pada studi
kasus, tahap kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan
pembatasan pelayanan rancangan, serta aktifitas kebutuhan ruang dan
perhitungan luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang
yang diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang
dibutuhkan.
BAB III : Tinjauan Kasus
Dalam bab ini menjelaskan tentang berbagai aktifitas yang ada dan juga
fasilitas-fasilitas yang berkaitan dengan adanya aaktifitas yang ada didalam
“Pusat Rehabillitasi Medik Penyandang Gegar Otak dengan Pendekatan
Arsitektur Perilaku di Mojokerto” dan ketentuan ketentuan yang ada di
dalamnya.
BAB IV : Analisa Perancangan
Penjelasan yang mengarah ke arah lebih lanjut, yaitu mulai dari analisa
sampai dengan gambaran secara abstrak tentang konsep perancangan yang
akan dibuat. Seperti dari mulai analisa ruang beserta hubungannya, analisa
aksesibilitas, view, kebisingan, iklim, potensi daerah sekitar, sampai dengan
diagram abstrak yang kurang lebih menggambarkan secara abstrak konsep
bentukan atau layout.
BAB V : Konsep Rancangan
Dalam bab ini menjelaskan tentang konsep konsep yang digunakan dalam
perancangan
10
BAB II
TINJAUAN OBJEK PERANCANGAN
Rumah Sakit Katolik St. Vincentius a Paulo Surabaya
11
2. PASIEN
Beberapa orang yang merasakan
kecacatan atau kelainan yang akan
merasa tidak sempurna pada
tubuhnya
3. PENGANTAR PASIEN
Beberapa orang yang
mendampingi pasien untuk berobat
atau melakukan rehabilitasi medik.
4. PEKERJA
Seseorang yang dipekerjakan
berdasarkan kemampuannya
tentang subjek tertentu
12
3. Fasilitas Rumah Sakit Katolik St.
Utama Vincentius a Paulo Surabaya
menawarkan beberapa peralatan
perawatan pasien yang paling
berteknologi maju di Indonesia.
Kecepatan mesin dengan teknologi
mutakhir memungkinkan dokter
untuk mendiagnosis pasien
sesegera serta seakurasi mungkin
sehingga waktu prosedural menjadi
lebih singkat dengan hasil yang
lebih terperinci. Neurologi Klinis
B. Digital Subtruction
Angiographies
13
C. Layanan Dukungan
ICU Neuro
Rehabilitasi Fisik
(terapi wicara,
terapi okupasi,
rehabilitasi stroke)
Rehabilitasi Mental
Program
Pencegahan Stroke
14
5. Lokasi Jl. Diponegoro No. 51, Darmo,
Kec. Wonokromo. Kota Surabaya,
Jawa Timur
B. SINTAKSIS
1. Fungsi Untuk menyediakan layanan medis
dan diagnostik yang sangat baik
dan holistik yang akan
meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan yang baik yang
menjadikan nilai manusia bagi
semua orang di masyarakat
3. Ruang - Organisasi/pengelompokan
dalam :
15
Bentuk garis lurus atau
linier dapat diperoleh dari
perubahan secara
proposional dalam dimensi
suatu bentuk atau melalui
pengaturan sederet bentuk-
bentuk sepanjang garis
dalam bangunan rumah
sakit itu sendiri.
- Sirkulasi antar ruang :
Sirkulasi horisontal yaitu
penghubung antar bagian
bangunan secara mendatar
misalnya selasar, selasar
dan pedestriant. Sirkulasi
horisontal ini tidak hanya
di dalam bangunan rumah
sakit tetapi di luar rumah
skait juga
- Zoning dalam tiap lantai :
Lantai 1 bersifat publik
area
Lantai 2-4 bersifat semi
public
Lantai 5-6 bersifat privasi
- Suasana ruang :
Mempunyai suasana ruang
yang tenang dan memilih
pewarnaan yang tidak
tegas/kontras. Warna-
warna di dalamnya
16
menggunakan warna yang
bersih dan dominan
monokrom
- Utilitas
Memakai utilitas tandon
atas, dengan pengolahan
air kotor sebelumdibuang
ke roil kota sesuai dengan
peraturan yang berlaku
17
- ME
Menyediakan lift untuk
pasien, barang/obat obatan,
System AC yang
digunakan yaitu sistemAC
sentral dan AC split pada
ruang ruang tertentu
C. SEMANTIK
1. Referensi - Data Arsitektur oleh Ernest
Arsitektur Neufert
- Bentuk, Ruang dan
Tatanan oleh F.D.K.Ching
- Arsitektur Untuk
Kemanusiaan oleh Galih
Widjil Pangasara
- Arsitektur Yang Lain oleh
Avianti Armand Bangunan
Rumah Sakit
18
3. Maksud Menggunakan langgam arsitektur
/makna klasik. Untuk menghidupkan
suasana ruang dalam rumah sakit
yang berkesan lingkungan/alami.
Untuk menghidupkan mood pasien
secara psikologis
BAB III
TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
19
Pada era kemajuan teknologi yang sangat pesat membuat hampir seluruh
masyarakat dunia bergantung pada kesehatan. Meski begitu masih banyak
masyarakat yang menggunakan fasilitas rumah sakit untuk tindakan penyembuhan.
Seiring dengan perkembangan zaman, penyakit degeneratif semakin berkembang
dan terkadang tidak terkontrol sehingga menyebabkan disfungsi organ-organ atau
alat gerak, misalnya pada penyakit saraf. Penyakit saraf jika tidak ditangani dengan
penyembuhan yang benar maka akan terjadi hal yang lebih buruk atau menimbulkan
kecacatan bahkan kelumpuhan. Hal yang lebih buruk bukan saja dengan kondisi
kesehatan, akan tetapi juga dapat memperburuk kondisi spiritual, sosial, atau
bahkan mental.
3.1.1. Topografi
3.1.2. Iklim
3.1.3. Latar Belakang Pnentuan Lokasi
3.3.2 Aksesibilitas
20