Anda di halaman 1dari 5

VERTIGO (BENIGN PAROXYSMAL

POSITIONAL VERTIGO
: 067/ /SOP-
No.Dokumen
UKP/PKM-LGK/2019
No.Revisi : 00
SOP
Tanggal Terbit : Agustus 2019

Halaman : 1/5
PUSKESMAS Dr.Riesda Nandini Y
LEGOK Nip.197401012008012005

Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa:

1. Pengertian 1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan vestibular.

2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang


timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan vertigo (benign
paroxysmal positional vertigo)
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 823/ 01 /SK-UKP/PKM-LGK/2019
tentang Pelayanan Klinis di Puskesmas Legok.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4. Referensi HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
5. Prosedur/ a. Petugas memanggil pasien yang telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
langkah- vital oleh perawat,
langkah b. Petugas melakukan anamnesa pada pasien,
c. Petugas menanyakan pada pasien: apakah ada rasa pusing yang dikeluhkan
dapat berupa sakit kepala, rasa goyang, pusing berputar, rasa tidak stabil atau
melayang. Menanyakan:
1. Bentuk serangan vertigo:
a. Pusing berputar

b. Rasa goyang atau melayang

2. Sifat serangan vertigo:


a. Periodik

b. Kontinu

c. Ringan atau berat

3. Faktor pencetus atau situasi pencetus dapat berupa:


a. Perubahan gerakan kepala atau posisi

b. Situasi: keramaian dan emosional

c. Suara

4. Gejala otonom yang menyertai keluhan vertigo:


a. Mual, muntah, keringat dingin

b. Gejala otonom berat atau ringan

5. Ada atau tidaknya gejala gangguan pendegaran seperti : tinitus atau tuli
6. Obat-obatan yang menimbulkan gejala vertigo seperti: streptomisin,
gentamisin, kemoterapi
7.Tindakan tertentu: temporal bone surgery, transtympanal treatment

8. Penyakit yang diderita pasien: DM, hipertensi, kelainan jantung


9. Defisit neurologis: hemihipestesi, baal wajah satu sisi, perioral numbness,
disfagia, hemiparesis, penglihatan ganda, ataksia serebelaris

d. Petugas melakukan pemeriksaan:

1. Kesadaran: kesadaran baik untuk vertigo vestibuler perifer dan vertigo


non vestibuler, namun dapat menurun pada vertigo vestibuler sentral.
2. Nervus kranialis: pada vertigo vestibularis sentral dapat mengalami
gangguan pada nervus kranialis III, IV, VI, V sensorik, VII, VIII, IX, X,
XI, XII.
3. Motorik: apakah ada kelumpuhan satu sisi (hemiparesis).
4. Sensorik: apakah ada gangguan sensorik pada satu sisi (hemihipestesi).
Keseimbangan (pemeriksaan khusus neurologi):

 Tes nistagmus:
Nistagmus disebutkan berdasarkan komponen cepat, sedangkan
komponen lambat menunjukkan lokasi lesi: unilateral, perifer,
bidireksional, sentral.

 Tes Romberg:
Jika pada keadaan berdiri dengan kedua kaki rapat dan mata terbuka
pasien jatuh, kemungkinan

kelainan pada serebelum. Jika saat mata terbuka pasien tidak jatuh, tapi
saat mata tertutup pasien cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan
kelainan pada sistem vestibuler atau proprioseptif (Tes Romberg
positif).

 Tes Romberg dipertajam (sharpen Romberg/tandem Romberg):


Jika pada keadaan berdiri tandem dengan mata terbuka pasien jatuh,
kemungkinan kelainan pada serebelum. Jika pada mata tertutup pasien
cenderung jatuh ke satu sisi, kemungkinan kelainan pada system
vestibuler atau proprioseptif.

 Tes jalan tandem: pada kelainan serebelar, pasien tidak dapat


melakukan jalan tandem dan jatuh ke satu sisi. Pada kelaianan
vestibuler, pasien akan mengalami deviasi.
 Tes Fukuda (Fukuda stepping test), dianggap abnormal jika saat
berjalan ditempat selama 1 menit dengan mata tertutup terjadi deviasi
ke satu sisi lebih dari 30 derajat atau maju mundur lebih dari satu
meter.
Tes past pointing, pada kelainan vestibuler ketika mata tertutup maka
jari pasien akan deviasi ke arah lesi. Pada kelainan serebelar akan
terjadi hipermetri atau hipometri.

e. Petugas merencanakan pemeriksaan penunjang sesuai dengan etiologi jika


diperlukan.
f. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
umum dan neurologis.
g. Petugas memberi penatalaksanaan:
1. Pasien dilakukan latihan vestibular (vestibular exercise) dengan metode
BrandDaroff.
2. Pasien duduk tegak di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai
tergantung, dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke
salah satu sisi, pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali.
Setelah 30 detik, baringkan dengan cepat ke
sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, lalu duduk kembali. Lakukan
latihan ini 3 kali pada pagi, siang dan malam hari masing-masing diulang
5 kali serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan pagi
dan sore hari.

3. Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita sering kali merasa


sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan:
a. Antihistamin
 Dimenhidrinat lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Obat dapat diberi per
oral dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari.
 Senyawa Betahistin (suatu analog histamin):
- Betahistin Mesylate dengan dosis 12 mg, 3 kali sehari per oral.

h. Petugas melakukan edukasi kepada pasien bahwa diperlukan pemantauan


untuk mencari penyebabnya kemudian dilakukan tatalaksana sesuai penyebab
serta mendorong pasien untuk teratur melakukan latihan vestibular.
i. Petugas mempertimbangkan kriteria rujukan:
1. Vertigo vestibular tipe sentral harus segera dirujuk.

2. Tidak terdapat perbaikan pada vertigo vestibular setelah diterapi


farmakologik dan non farmakologik.

Petugas mencatat semua yang dilakukan pada RM.

Petugas memanggil pasien Petugas melakukan anamnesa dan


yang telah dilakukan pemeriksaan pada pasien
pemeriksaan tanda-tanda
vital oleh perawat

Petugas memberi tatalaksana Petugas menegakkan diagnosis


farmakologi maupun non farmakologi berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik

6. Bagan Alir

Petugas memberikan konseling dan Petugas mempertimbangkan kriteria


edukasi rujukan

Petugas menulis pada RM

7. Hal-hal yang
perlu
diperhatikan

8. Unit terkait Ruang Pemeriksaan Umum

9. Dokumen
 Rekam medis
Terkait  Kertas resep
10. Rekaman
historis No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai Diberlakukan
perubahan

Anda mungkin juga menyukai