(Dilemma 3)
Pertama, Anak merupakan darah daging dari ayah dan ibunya, baik sengaja atau
tidak, dan direncakan atau tidak, merawat anak merupakan tanggung jawab orang tua.
Menurut agama saya yaitu islam, anak yang digugurkan secara sengaja akan
meminta pertanggung jawaban ibunya di akhirat nanti dan dia akan menahan perjalanan
ibunya untuk ke surga. Aborsi merupakan salah satu tindakan yang tidak mulia dan dibenci
tuhan.
Kasus seperti ini banyak dialami oleh orang tua yang ada di Indonesia, dan banyak
sekali faktornya, seperti yang dialami oleh Sheila yaitu keadaan ekonomi ataupun karena
faktor lainnya seperti kehamilan sebelum menikah.
Tetapi, menggugurkan kandungan juga harus dilakukan pada beberapa keadaan
seperti jika adanya gangguan keselamatan sang ibu.
Jika saya adalah Jessy, ketika Sheila datang kepada saya dan mengkonsultasikan
masalahnya, saya akan memberikan dia segala nasihat baik. Saya akan memberikan
informasi kepadanya bahwa melakukan aborsi adalah hal yang benar-benar tidak baik dan
sangat dibenci tuhan. Dan saya akan bilang bahwa seorang anak akan selalu menjadi
tanggung jawab seorang ibu dan ia harus menjadi orang tua yang bertanggung jawab. Jika ia
mau melakukan hubungan intim dengan suaminya tanpa pengaman dia seharusnya sudah
siap mengalami kehamilan. Setelah memberitahu hal tersebut saya akan memberinya waktu
untuk berfikir secara matang lalu kembali lagi untuk bertemu 1 minggu setelahnya.
Setelah 1 minggu berlalu, selanjutnya jika ia masih ingin melakukan aborsi, saya
akan memberikan informasi tentang efek negative yang akan diterimanya setelah
melakukan aborsi, baik dari segi kesehatannya dan juga dari segi psikis. Bagaimana bahaya
melakukan aborsi terhadap tubuh serta rasa bersalah yang akan terus menghantuinya
setelah melakukan aborsi. Setelah itu saya akan memberinya waktu lagi untuk berfikir dan
berbicara kepada suaminya serta kembali lagi untuk bertemu dengan saya setelah 1 minggu.
Pada 1 minggu terakhir, saya akan bertanya kepada Sheila apakah ia benar-benar
yakin dengan keputusannya untuk melakukan aborsi. Karena saya telah memberikannya
waktu 2 minggu yang cukup untuk mengambil keputusan. Sebagai wanita yang bertanggung
jawab, Sheila seharusnya tidak melanjutkan proses aborsi. Namun, jika keputusannya sudah
matang, maka sebagai seorang dokter saya juga harus menghargai keputusan pasien saya,
baik itu mendukung keinginan saya ataupun tidak. Saya akan melakukan aborsi yang benar-
benar aman dan meminimalisir gangguan kesehatan kepada Sheila setelah melakukan
aborsi. Setelah itu saya akan mendoakan anak tersebut, lalu saya akan tetap mengontrol
kondisi kesehatan dan psikis Sheila setelah melakukan aborsi.
Keputusan saya yang pertama untuk memberikannya waktu untuk berfikir karena
saya tidak ingin pasien merasa menyesal atas perbuatannya dikemudian hari, dan saya
sangat yakin bahwa aborsi sebenarnya adalah perbuatan yang tidak baik, dan saya sangat
tidak merekomendasikan melakukan aborsi yang disengaja.
Dan keputusan yang kedua untuk melakukan aborsi adalah karena semua orang
memiliki hak asasi untuk mengambil keputusannya masing-masing. Tanggung jawab saya
sebagai dokter adalah mengikuti keputusan pasien dengan sebelumnya memberikan
informasi yang tepat tentang prosedur tindakan tersebut.