atihan Fasilitator
berdayaan Masyarakat
· Bidang Kesehatan
362.1 Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
Ind
k Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Sekretariat
Jenderal.
Kurikilum dan Modul Pelatihan Fasilitator
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan,-Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2011
ISBN 978-602-8937-95-S
KERJASAMAANTARA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DENGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
(ilkf/1Ji6tt ta»i
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
~
l\ ' '
dr. Ratna Rosita, MPHM
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
~{/)n6tdCI/J~
DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN
MASYARAKATDAN DESA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
esuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Pasal 13 dan 14 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota bahwa penanganan bidang kesehatan menjadi salah satu
urusan wajib kewenangan Pemerintah provinsi dan Kabupaten/Kota.
Oleh karena itu, dalam rangka penguatan pemerintah desa dan
kelurahan, Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Desa dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36
Tahun 2007 tentang pelimpahan Urusan Pemerintahan Kabupaten/
Kota Kepada Kelurahan.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu
target kinerja yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan yang
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, maka pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib yang harus
diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan yang juga harus
berperan aktif dan mendukung serta bersinergi dengan proses
pemberdayaan masyarakat desa dan kelurahan di wilayahnya, agar target
cakupan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dapatdicapai. Untukitu
Kementerian Dalam Negeritelah menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 140.05/292 Tahun
2011 tanggal 27 April 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Sekretariat Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Tingkat
Pusat.
I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
I DI BIDANG KESEHATAN
Kementerid:e:i )~~
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
I
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
II
PELATIHAN fASIUTATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
c~)
dr. Lily S. Sulis~owati,MM
PELATIHAN FASIUTATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
KATAPENGANTAR viii
DAFTAR ISi x
BAGIAN 1
KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
I PENDAHULUAN .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1
A. Latar Belakang .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 1
B. Filosofi Pelatihan 3
V STRUKTUR PROGRAM 8
PELATIHAN FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
BAGIAN 2
MODUL PELATIHAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI
BIDANG KESEHATAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuanpembangunan kesehatansebagaimana disebutkan dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa "Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan
sumberdaya manusiayang produktifsecarasosial dan ekonomis, selanjutnya Pemerintah bertanggung
jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya
kesehatan".
Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan
Tahun 2010 - 2014 adalah "MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN
BERKEADILAN" dengan salah satu misinya adalah "Meningkatkan derajat kesehatan melalui
pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
Untuk maksud tersebut perlu disusun Buku Kurikulum dan Modul Pelatihan
FasilitatorPemberdayaan Masyarakatdi Bidang Kesehatansehinggadapat
digunakan sebagai acuan berbagai pihak yang akan menyelenggarakan pelatihan
bagi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan. Dengan
demikian pelatihan tersebut diharapkan menghasilkan Fasilitator yang handal
mampu memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan pada
umumnya dan fasilitasi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada
khususnya.
B. Filosofi Pelatihan
Pelatihan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan ini
diselenggarakan dengan memperhatikan :
1. Prinsip andragogi, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya mengenai pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatan
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada didalam
konteks pelatihan.
c. Diberikan apresiasi atas, pendapat yang baik dan positif yang
diutarakan oleh peserta.
A. Peran
Sebagai fasilitator pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
B. Fungsi
Dalam melakukan perannya Fasilitator berfungsi :
1. Melakukan fasilitasi pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
· khususnya dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2. Melakukan fasilitasi pembinaan PHBS di masyarakat
3. Memfasilitasi pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan bagi
Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM)/Kader Kesehatan khususnya dalam
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
C. Kompetensi
Setelah pelatihan, Fasilitator diharapkan memiliki kompetensi sebagai berikut :
1. Mampu menjelaskan Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di bidang Kesehatan
2. Mampu melakukan Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif
3. Mampu melakukan Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
4. Mampu melakukan Komunikasi dan Advokasi
5. Mampu melakukan Kemitraan
6. Mampu melaksanakan Praktik Kerja Lapang
A. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti pelatihan, peserta mampu melakukan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan khususnya dalam pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
B. Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti pelatihan, diharapkan peserta mampu :
<:> 1. Menjelaskan Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan
2. Menjelaskan Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
3. Menjelaskan Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di
Bidang Kesehatan
4. Melakukan Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
5. Melakukan Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat
6. Melakukan Komunikasi dan Advokasi
7. Melakukan Kemitraan
8. Melakukan Praktik Kerja Lapang
9. Menyusun Rencana Tindak Lanjut
A. Peserta
Peserta pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan ini adalah:
1 . Kriteria :
• Petugas Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
diutamakan Pejabat Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat Ahli
• Anggota Organisasi Profesi Kesehatan
• Pelatih/Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
• Petugas Lintas Sektor terkait
• Aktivis Organisasi masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat
• Penanggung Jawab Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL)
B. Pelatih
Pelatih berasal dari :
1. Pelatih dari Komite Standar Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa/Kelurahan
2. Pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli yang telah
mengikuti pelatihan pelatih (Training of the Trainers!TOT)atau pelatihan
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
3. Widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan
4. Kelompok Profesi Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat
Indonesia (PPPKMI) yang telah berpengalaman dalam TOT atau
pelatihan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
c. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan fasilitator pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan adalah :
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur, Sadan PPSDM
Kesehatan
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan, Sadan PPSDM
Kesehatan
3. Balai Besar/Balai Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian
Dalam Negeri
4. Salai Sesar Pelatihan Kesehatan (SSPK), Sadan PPSDM Kesehatan
5. Salai Pelatihan Kesehatan Nasional, Sadan PPSDM Kesehatan
6. Salai Pelatihan Kesehatan Provinsi
7. Pusat Promosi Kesehatan, Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan RI
8. lnstansi atau Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi
pelatihan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/Kelurahan
V. STRUKTUR PROGRAM
Untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka disusun materi yang akan diberikan secara rinci
pada tabel struktur program sebagai berikut :
JPL
NO MATERI
T p PL JUMLAH
A MATERI DASAR
1 Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan 2 0 0 2
2 Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 3 0 0 3
B MATERI INTI
1 Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan 1 2 0 3 ,_.
2 Fasilitasi Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif 2 8 0 10
3 Fasilitasi Pembinaan PHBS di Masyarakat 2 6 0 8
4 Komunikasi dan Advokasi 2 4 0 6
5 Kemitraan 1 3 0 4
6 Praktik Kerja Lapangan 0 0 10 10
c MATERI PENUNJANG
1 Membangun Komitmen Belajar
(Building Learning Comitmment!BLC) 0 3 0 3
2 Rencana Tindak Lanjut (RTL) 0 2 0 2
TOTAL 13 28 10 51
Keterangan :
Waktu : 1 jam pembelajaran Qpl) = 45 menit
T = Teori, P = Penugasan, PL= Praktik Lapangan
A. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dilaksanakan melalui tahapan sebagai berikut :
1. Dinamisasi dan penggalian harapan peserta serta membangun komitmen belajar di antara
peserta.
2. Penyiapan peserta sebagai individu atau kelompok yang mempunyai pengaruh terhadap
perubahan perilaku untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam melaksanakan tugas.
3. Penjajagan awal peserta dengan memberikan pre-tes.
4. Pembahasan materi kelas.
5. Praktik kelas dalam bentuk penugasan-penugasan.
6. Praktik lapangan.
7. Penjajagan akhir peserta dengan memberikan post-tes.
Dalam setiap pembahasan materi inti, peserta dilibatkan secara aktif baik dalam teori maupun
penugasan, dimana :
1. Pelatih mempersiapkan peserta untuk siap mengikuti proses pembelajaran.
2. Pelatih menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada setiap materi.
3. Pelatih dapat mengawali proses pembelajaran dengan :
a. Penggalian pengalaman peserta.
b. Penjelasan singkat tentang seluruh materi.
c. Penugasan dalam bentuk individual atau kelompok.
4. Setelah semua materi disampaikan, pelatih dan atau peserta dapat memberikan umpan balik
terhadap isi keseluruhan materi yang diberikan.
5. Sebelum pemberian materi berakhir, pelatih dan peserta dapat
membuat rangkuman dan atau pembulatan.
PEMBUKAAN
+
PRE TES
+
MEMBANGUN KOMITMEN BELAJAR
(BLC)
I
WAWASAN KETERAMPIL-'\N
1. Kebijakan dan Strategi 1. Peran dan Fungsi Fasilitator
Promosi Kesehatan 2. Fasilitasi Pengembangan Desa dan
2. Konsep Dasar Desa dan Keluarga Siaga Aktif
Pemberdayaan Masyarakat di 3. Fasilitasi Pembinaan PHBS di
Bidang Kesehatan Masyarakat
4. Komunikasi dan Advokasi
METODE 5. Kemitraan
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab METODE
• Curah pendapat
• Ceramah tanya jawab
• Simulasi
• Bermain peran
• Diskusi kelompok
• Latihan
• Studi kasus
1. Pembukaan
Proses pembukaan pelatihan meliputi beberapa kegiatan berikut:
a. Laporan ketua penyelenggara pelatihan.
b. Pengarahan dari pejabat yang berwenang tentang latar belakang perlunya pelatihan.
c. Perkenalan peserta secara singkat.
4. Pengisian pengetahuan/wawasan
Setelah materi Membangun Komitmen Belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberikan
materi sebagai dasar pengetahuan/wawasan
yang sebaiknya diketahui peserta dalam pelatihan ini, sebagai berikut adalah:
a. Kebijakan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
b. Konsep dasar desa dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
5. Pemberian keterampilan
Pemberian materi keterampilan dari proses pelatihan mengarah pada
kompetensi keterampilan yang akan dicapai oleh peserta. Penyampaian materi
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode yang melibatkan semua
peserta untuk berperan serta aktif dalam mencapai kompetensi tersebut, yaitu
metode tanya jawab, studi kasus, diskusi
kelompok, bermain peran, tugas baca, simulasi, dan latihan-latihan -;:»
8. Evaluasi
Evaluasi dilakukan tiap hari dengan cara me-review kegiatan proses
pembelajaran yang sudah berlangsung, ini sebagai umpan balik untuk
menyempurnakan proses pembelajaran selanjutnya. Di samping itu juga
dilakukan proses umpan balik dari pelatih ke peserta berdasarkan
penilaian penampilan peserta, baik di kelas maupun di lapangan. Selain itu akan
dilakukan post tes untuk mengetahui sejauh mana peserta dapat menyerap materi selama
pelatihan.
9. Penutupan
Acara penutupan dapat dijadikan sebagai upaya untuk mendapatkan masukan dari peserta
ke penyelenggara dan pelatih untuk perbaikan pelatihan yang akan datang.
C. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran ini berdasarkan pada prinsip:
1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan yang terkait
dengan tugas yang dilaksanakan.
2. Peran serta aktif peserta sesuai dengan pendekatan pembelajaran.
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya komunikasi dari
dan ke berbagai arah.
Oleh karena itu metode yang digunakan selama proses pembelajaran diantaranya adalah :
1. Ceramah singkat dan tanya jawab.
Curah pendapat, untuk penjajagan pengetahuan dan pengalaman peserta terkait
dengan materi yang diberikan.
2. Penugasan berupa : diskusi kelompok, role play dan studi kasus,
lapangan.
~·
1:::··.·:1:1:11
Nomor MD.2
Materi Konsep Dasar Desa dan Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
Waktu : 3 Jpl (T=3 jpl; P=O; PL=O)
Nomor : Ml.1
Materi : Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
Waktu : 3 Jpl (T=1 jpl; P=2; P=O)
Setelah
• BPPSDMK
mengikuti materi Departemen
ini, peserta Kesehatan
mampu: RI, Kurikulum
1 . Menjelaskan 1. Peran Fasilitator • Ceramah • Komputer & Modul
Peran Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di • Tanya jawab • LCD Pelatihan
Pemberdayaan bidang Kesehatan dan Fasilitator
Masyarakat • Curah Tingkat
di bidang pendapat Puskesmas
Kesehatan dalam
Pengembangan
2. Menjelaskan 2. Fungsi Fasilitator Pemberdayaan • Ceramah Desa Siaga,
Fungsi Masyarakat di bidang Kesehatan • Tanya jawab Jakarta, 2007
Fasilitator dan • Kementerian
Pemberdayaan • Curah Kesehatan
Masyarakat pendapat RI, Pedoman
di bidang Umum
Kesehatan Pengembangan
Desa dan
Kelurahan
Siaga Aktif,
Jakarta,2010
• Totok
Mardikanto,
Konsep-konsep
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
• Totok
Mardikanto,
Model-model
Pemberdayaan
Masyarakat,
Surakarta,
2010
Nomor : Ml.2
Materi : Fasilitasi Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Waktu : 10 Jpl (T=2 jpl; P=8; PL=O)
Setelah mengikuti
materi ini, peserta 1. PHBS
mampu: 1.1. Pengertian PHBS • Ceramah • Komputer • Pusat Promosi
1 . Menjelaskan 1.2. PHBS di berbagai Tatanan tanya • LCD Kesehatan,
tentang PHBS 1.3. Hakikat Perilaku jawab, • Skenario Panduan
• Curah • Lembar Pembinaan dan
pendapat, diskusi Penilaian PHBS
• Diskusi kelompok di RT melalui Tim
kelompok Penggerak PKK,
• Presentasi Jakarta,
• Simulasi 2009
• Bermain • Pusat Promosi
peran Kesehatan,
• Penugasan Panduan
lapangan Peningkatan
PHBS di RT,
2. Melakukan 2. Langkah-langkah Fasilitasi • Ceramah Jakarta,2009
Langkah- proses pembinaan PHBS tanya • Kementerian
Langkah 2.1. Strategi Pembinaan PHBS jawab, Kesehatan
Fasilitasi Proses 2.2. Pembinaan PHBS di • Curah RI, Pedoman
Pembinaan Rumah Tangga pendapat, Umum
PHBS 2.3. lndikator keberhasilan • Diskusi Pengembangan
kelompok Desa dan
• Presentasi Kelurahan
• Simulasi Siaga Aktif,
• Bermain Jakarta,2010
peran
• Penugasan
lapangan
KURIKULUM PELATIHANFASILITATORPEMBEROAYAANMASYARAKATOIBIOANGKESEHATAN
==:!!!!!!!!!!!!!!!1!!!!!!111!111!!11!1111!!11!11111111111111111
Nomor : Ml.4
Materi : Komunikasi dan Advokasi
Waktu : 6 Jpl (T = 2 jpl; P: 4; PL: O)
Nomor : Ml.5
Materi : Kemitraan
Waktu : 4 jpl (T = 1 jpl; P: 3; PL: 0)
Tujuan Pokok Bahasan/
Pembelajaran Tujuan Pokok Bahasan Umum :Metode
SubPembelajaran Alat Bantu . , Mampu
Khusus
menggalang kemitraan dalam mewujudkan Desa dan Kelurahan
Setelah
mengikutimater Siaga Aktif
i ini, peserta • Ceramah • Komputer
mampu: • Tanya jawab • LCD
1. Menjelaskan 1. Kemitraan • Curah • Skenario
Pengertian 1.1 Pengertian Kemitraan pendapat • Lembar Referensi
Kemitraan dan 1.2 Peran Mitra • Diskusi diskusi
Peran mitra kelompok kelompok
• Presentasi
• Departemen Kesehatan RI,
Sekretariat Jenderal, Kemitraan
Menuju Indonesia Sehat, Jakarta,
2. Menyusun 2. Perencanaan (kemitraan) • Ceramah
2003
rencana bersama • Tanyajawab
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al.,
bersama • Curah
Promosi kesehatan,Teori dan
pendapat
Aplikasi, Rineka Cipta,
• Diskusi
Jakarta,2005
kelompok
• Kementerian Kesehatan RI, Second
Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat
3. Melaksanakan Bagi Petugas Puskesmas,
3. Pelaksanaan Kemitraan, • Ceramah Jakarta,2010
Kemitraan, pemantauan dan penilaian hasil • Tanyajawab
memantau dan • Kementerian
• Curah Kesehatan
menilai hasil pendapat RI, Pedoman Umum
• Diskusi Pengembangan Desa dan
kelompok Kelurahan Siaga Aktif, Tahun
• Bermain 2010
peran
Setelah
mengikuti materi • BPPSDMK
ini, peserta • Ceramah • Komputer Depkes RI,
mampu: tanya jawab • LCD Kurikulum
1. Mengenal 1. Pencairan/perkenalan • Curah • Lembar & Modul
seluruh pend a diskusi Pelatihan
peserta, pelatih pat kelompok Fasilitator
dan panitia • Diskusi • Kertas Tingkat
penyelenggara Kelompok berwarna Puskesmas
dalam
2. Mengetahui 2. Tujuan pelatihan • Ceramah Pengembangan
tujuan pelatihan tanya jawab Desa Siaga,
yang diikutinya • Curah Jakarta,2007
pend a • Depkes RI,
pat Ditjen PP&PL
• Diskusi Modul
Kelompok Pelatihan Bagi
• Presentasi Pelatih PSN
3. Menyampaikan 3. Harapan Peserta • Ceramah DBD dengan
harapannya tanya jawab pendekatan
• Curah Komunikasi
pend a pat Perubahan
• Diskusi Perilaku
Kelompok (CQMBI), 2007
• Presentasi • Kementerian
Kesehatan
4. Norma selama proses pelatihan • Ceramah RI, Second
4. Menyepakati tanya jawab Decentralized
norma selama • Curah Health Services
proses pelatihan pend a pat Project, Modul
• Diskusi Pelatihan
Kelompok Pemberdayaan
• Presentasi Masyarakat
Bagi Petugas
Puskesmas,
Jakarta,2010
'-. /
Nomor : MP.2
Materi : Rencana Tindak Lanjut
Waktu : 2 Jpl (T=0 jpl; P=2; PL=O)
A. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan dalam pelatihan ini meliputi :
1. Evaluasi terhadappeserta melalui :
a. Penjajagan awal melalui pre test
b. Pemahaman peserta terhadap materi yang telah diterima (post test)
c. Evaluasi kompetensi yaitu penilaian terhadap kemampuan yang
telah didapat peserta melalui penugasan-penugasan dan praktik lapang
2. Evaluasi terhadappelatih/fasilitator
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh penilaian yang
menggambarkan tingkat kepuasan peserta terhadap kemampuan pelatih dalam
menyampaikan pengetahuan dan atau keterampilan kepada peserta dengan baik, dapat
dipahami dan diserap oleh peserta, meliputi :
a. Penguasaan materi
b. Penggunaan metode
c. Hubungan interpersonal dengan peserta d. Motivasi
B. Sertifikasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 725 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelatihan di Bidang Kesehatan, bagi peserta yang telah menyelesaikan proses pembelajaran
selama 51 JPL
@ 45 menit dengan kehadiran minimal 90% dari keseluruhan jumlah jam
pembelajaran, akan diberikan sertifikat dengan angka kredit 1 (satu). Sertifikat akan
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas nama Menteri Kesehatan dan oleh panitia
penyelenggara. Sertifikasi juga bisa diberikan oleh Lembaga yang berwenang menerbitkan
sertifikat untuk pelatihan pemberdayaan masyarakat.
KURIKULUMPELATIHANFASILITATORPEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANGKESEHATAN
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
..:.:•::.:.•::.:.•::.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.::.:.:.:.!.:•:.!.:••.:::.:.•.:::.•.:::.:.:.:.!.:•:.:.!:.:•:.
:.:.:...
./Uoddt
KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PROMOSI KESEHATAN
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
·-. /
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian
Kesehatan
B. Pokok Bahasan 2 : Kebijakan Promosi Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3: Strategi Promosi Kesehatan
REFERENSI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Modul Kebijakan dan Strategi Promosi Kesehatan ini disusun untuk membekali
para Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan agar memahami
kebijakan dan strategi promosi kesehatan kaitannya dengan keberhasilan
kesehatan.
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T=2
jpl, P=O, PL=O) @45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN KESEHATAN
1 ··
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : HK.03.01/160/1/2010
telah ditetapkan bahwa Visi Kementerian Kesehatan adalah "MasyarakaSt ehat
Yang Mandiri dan Berkeadilan". Masyarakat sehat yang mandiri adalah suatu kondisi
dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau dan mampu mengenali, mencegah dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan
kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat
bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat, dengan
menggunakan
potensi yang dimilikinya.
Untuk mencapai visi tersebut ditetapkan Misi Kementerian Kesehatan adalah 1)
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat
termasuk swasta dan masyarakat madani;
<:> 2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya
upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan berkeadilan;
3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; 4) Menciptakan tata
kelola kepemerintahan yang baik.
Dalam mencapai Misi tersebut ada lima strategiyang telah ditetapkan, salah satunya adalah
pemberdayaan masyarakat dan daerah. Peran masyarakat dalam pembangunan
kesehatan semakin penting. Tantangan dan permasalahan pernbanqunan kesehatan
makin bertambah berat, kompleks dan bahkan terjadi secara tidak terduga, karena
Indonesia merupakan negara yang daerahnya rawan bencana. Upaya meningkatkan status
kesehatan masyarakat tidak akan tercapai apabila tidak mengikut sertakan peran masyarakat
dalam pembangunan
,.. . ./ kesehatan. Masyarakat tidak lagi sebagai obyek melainkan sebagai
subyek dalam pembanguan kesehatan, seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-undang
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Masalah kesehatan perlu diatasi oleh
masyarakat sendiri dan pemerintah. Selain itu banyak permasalahan kesehatan yang
wewenang dan tanggung jawabnya berada di luar sektor kesehatan.
Fokus kegiatan diarahkan kepada 1) Upaya peningkatan perilaku sehat masyarakat yang bertujuan
untuk meningkatkan perilaku individu dan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat; 2) Upaya
pemberdayaan mr ~ yarakatyang bertujuanuntuk meni ngkatkan kemandirianmasyarakat untuk
hidup sehat melalui pengembangan tatanan sehat dan; 3) Upaya pengarusutamaan kesehatan
dalam pembangunan nasional. Ketiga fokus utama tersebut diindikasikan dengan : 1)
Meningkatnya Rumah Tangga berPHBS (70%) pada tahun 2014; 2) Meningkatnya Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif (70%) pada tahun 2014; 3) Meningkatnya Jumlah Poskesdes beroperasi
pada tahun 2014.
Pengertian tersebut mempunyai makna bahwa promosi kesehatan sebagai suatu proses
pemberdayaan masyarakat yang memposisikan masyarakat sebagai pelaku pembangunan yang
mampu/mandiri dalam menyelesaikan masalah dan meningkatkan kesehatannya.
Ruang lingkup utama kegiatan promosi kesehatan (Ottawa Charter) adalah: 1) Pengembangan
kebijakan publikyang mendukung kesehatan (build healthy public policy), 2) Penguatan gerakan
masyarakat untuk hidup sehat (strengthen community action), 3) Menciptakan lingkungan dan
suasana yang mendukung (create supportive environment), 4) Mengembangkan kemampuan
individu dan masyarakat untuk hidup sehat (develop personal skills), 5) Menata kembali arah
pelayanan kesehatan, yang selama ini menitikberatkan upaya kuratif menuju upaya promotif
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif (re-orient health services).
Pelaksanaan promosi kesehatan yang menitik beratkan kepada upaya pemberdayaan dan
kemandirian masyarakat dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat dengan pengetahuan
untuk memperoleh kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatannya
dengan menggali seluruh potensi berdasarkan yang mereka miliki dilingkungan, saat mereka
berinteraksi baik di rumah tangga, sekolah, tempat kerja, tempat- tempat umum dan sarana
kesehatan.
POKOK BAHASAN 2 :
KEBIJAKAN PROMOSI KESEHATAN
:·:.
POKOK BAHASAN 3 :
STRATEGI PROMOS! KESEHATAN
Pemberdayaan
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan merupakan bagian yang sangat
penting, dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Sejak dari Piagam
Ottawa, yang mengubah istilah pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan,
pemberdayaan sudah dijadikan salah satu strategi dari promosi kesehatan.
Selanjutnya dalam komitmen global yang dicapai di setiap Konferensi
lnternasional Promosi Kesehatan, pemberdayaan tidak pernah dilupakan. Dalam
konferensi internasional yang diselenggarakan di Jakarta misalnya, yang melahirkan
DeklarasiJakarta, disebutkan bahwa salah satu prioritas bagi promosi kesehatan di
abad ke-21 adalah "Meningkatkan kemampuan masyarakat dan memberdayakan
individu-individu." Sedangkan dalam konferensi internasional terakhir yang
diselenggarakan di Nairobi, Kenya, pemberdayaan masyarakat dinyatakan sebagai
salah satu tindakan (action) yang harus segera dilaksanakan.
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi kepada individu, keluarga
atau kelompok (klien)secara terus-menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut
berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge),
dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice). Oleh
sebab itu, sesuai dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a)
Pemberdayaan individu, (b) Pemberdayaan keluarga, dan (c) Pemberdayaan
kelompok/masyarakat.
Bina Suasana
Bina Suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong
individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan
<:> sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun berada (keluarga di rumah,
organisasi siswa/mahasiswa, serikat pekerja/karyawan, orang-orang yang menjadi
panutan/idola, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat
umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
memperkuat proses pemberdayaan, khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari tase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
bina suasana.
Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk
mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan informal)
yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu
kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan media massa yang dapat
berperan dalam menciptakan suasana kondusif, opini publik, dan dorongan
<>
(pressure) bagi terciptanya PHBS masyarakat. Advokasi merupakan upaya
untuk menyukseskan bina suasana, pemberdayaan, dan bahkan proses
'----"' pembinaan PHBS secara keseluruhan.
Sebagaimana pemberdayaan dan bina suasana, advokasi juga akan lebih
efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan. Yaitu dengan
.:»
Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun "'----' bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan. Dengan
demikian kemitraan perlu digalang antar individu, keluarga, pejabat atau instansi
pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa, dan
lain-lain. Kemitraan yang digalang itu harus berlandaskan kepada tiga prinsip
dasar, yaitu (a) Kesetaraan, (b) Keterbukaan, dan (c) Saling menguntungkan.
Berdasar strategi dasar tersebut dikembangkan strategi umum pemberdayaan
masyarakat dan promosi kesehatantahun 2010-2014, sebagai berikut: 1) Memperkuat,
kelembagaandan penganggaranserta saranapromosi kesehatan di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten/kota; 2) Mengupayakan terbitnya kebijakan publik
berwawasan kesehatan; 3) Meningkatkan advokasi, sosialisasi dan komitmen politis
disemua tingkatan; 4) Meningkatkan akses informasi dan edukasi tentang kesehatan
yang seimbang dan bertanggung jawab; 5) Meningkatkan kemitraan dengan lintas
sektor terkait, swasta, dunia usaha, dan LSM; 6) Menumbuhkan partisipasi dan
peran individu, keluarga, dan masyarakat dalam upaya kesehatan; 7) Menyelaraskan
upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat pada setiap upaya
pencegahan penyakit, peningkatan KIA dan Gizi, peningkatan akses ke pelayanan
kesehatan; 8) Melakukan riset dan pengembangan upaya promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat; 9) Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
untuk kemajuan upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan, Jakarta, 2004
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, Jakarta, 2005
• Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta, 2009
• Kementerian Kesehatan RI, Renstra 2010-2014, Jakarta, 2010
• Pusat Promosi Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan, Jakarta, 2010
• Hartono. B, Materi Peningkatan Kompetensi Petugas Pusat Promosi Kesehatan, Strategi
Promosi Kesehatan dalam Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, Jakarta, 2011
.//1odd2
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
V. URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 Pemberdayaan Masyarakat
B. Pokok Bahasan 2 Pemberdayaan Masyarakat di Bidang
Kesehatan
C. Pokok Bahasan 3 Konsep Dasar Desa
D. Pokok Bahasan 4 Partisipasi Masyarakat
E. Pokok Bahasan 5 Pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan UKBM
REFERENSI
I. DESKRIPSI SINGKAT
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan salah satu urusan wajib
Pemerintah Kabupaten/Kota yang kemudian pelaksanaannya diserahkan ke
desa/kelurahan. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota menetapkan bahwa pada tahun
2015 sebanyak 80% desa/kelurahan telah menjadi Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
. .. /
@ . :.
:. :. :. . ..
:.:..:.::.:.:.:.i•.::..:.:.:.:.::.:.:.:.i•:.:.i•:..::..:.:.:.:.:.:.:.:•i•i.:i•:.:.i•i•:.:.1·11::11 11::1 1
111. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN
....._.,, Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran Opl) @
45 menit (T=3 jpl) untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PEMBERDAYAANMASYARAKAT
,.../
I
POKOK BAHASAN 2 :
PEMBERDAYAAN MASYARAKATDI BIDANG KESEHATAN
2.1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakatdi Bidang Kesehatan <:»
Pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan
kesempatan dan kemampuan kepada kelompok masyarakat (miskin) untuk
mampu dan berani bersuara (voice) atau menyuarakan pendapat, ide, atau
gagasan-gagasannya, serta kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice)
sesuatu (konsep, metode, produk, tindakan, dan lain-lain) yang terbaik bagi
pribadi, keluarga, dan masyarakatnya. Sejalan dengan itu pemberdayaan dapat
diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin, marjinal,
terpinggirkan). Pemberdayaan adalah suatu cara agar rakyat, komunitas, dan
organisasi diarahkan agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya.
Pemberdayaan adalah sebuah proses agar setiap orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengaruhi, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.
Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable
development dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat
utama yang akan membawa masyarakat menuju
keberlanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.
Pemberdayaan Masyarakat
• Self-organizing
• Self-reliance
/'
Mekanisme
Ekologi
--
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIBIDANG KESEHATAN ' .
.... .. . . .. ..
! ! ! ! •:!.•:! t •:•:t.•:•:: 1 •:: · ·:·:·:::·.::·.·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:•:t:•:•.::•::.::• t •:•.t:•:•t.•::.·:·.·:·:·:·:·:·:·:·:·:·•:•
Proses pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi
secara sinergis dan dinamis. Proses pemberdayaan masyarakat didampingi -:»
oleh tim pelatih (bersifat multi disiplin) yang merupakan salah satu faktor eksternal dalam
proses pemberdayaan masyarakat. Peran Pelatih pada awal
proses sangat aktif tetapi akan berkurang secara bertahap selama proses '-...-/
berjalan sampai masyarakat sudah mampu melanjutkan kegiatannya secara mandiri.
Dalam bidang kesehatan pemberdayaan masyarakat dapat diartikan
sebagai penyediaan layanan kesehatan dasar yang mudah cepat, dan murah dengan memanfaatkan
pengobatan "modern" dan atau pengobatan tradisional yang teruji kemanjuran dan keamanannya.
Pemberdayaan <:» masyarakat bidang kesehatan, juga rnenvanqkut kemandirian masyarakat
untuk mengorganisir lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM, PKK,
Dasawisma, Posyandu, dan lain-lain) untuk menanggulangi faktor risiko \...../ penyakit dan
menghimpun iuran kesehatan, termasuk meningkatkan kemampuan untuk memerangi kapitalistik
medik yang lebih menekankan
praktik-praktik kuratif dibanding preventif dan promotif. Karena itu '--.../
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, lebih menekankan pada upaya promotif,
preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
"-.J
2.2.2. Sasaran pemberdayaan: Perorangan (tokoh masyarakat, tokoh agama, politisi, figur masyarakat,
dan sebagainya), kelompok (organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi, kelompok
masyarakat), dan masyarakat luas serta pemerintah yang berperan sebagai agen perubahan untuk
penerapan perilaku hidup sehat.
2.2.3. Kegiatan hidup sehat : Kegiatan hidup sehat yang dilakukan sehari-
hari oleh masyarakat, sehingga membentuk kebisaan dan pola hidup, tumbuh dan berkembang,
serta melembaga dan membudaya dalam kehidupan bermasyarakat.
2.2.4. Sumber daya. Potensi yang dimiliki oleh masyarakat, swasta dan
pemerintah yang meliputi : dana, sarana dan prasarana, budaya, metode, pedoman, dan media
untuk terselenggaranya proses pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
POKOK BAHASAN 3 :
KONSEP DASAR DESA
Sesuai dengan PP No. 72 Tahun 2005, yang dimaksud dengan Desa atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-
usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wilayah desa dapat dibentuk Dusun atau sebutan lain yang merupakan bagian
wilayah kerja pemerintahan desa dan ditetapkan dengan peraturan desa.
Sebutan bagian wilayah kerja pemerintahan desa, disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat yang ditetapkan dengan peraturan desa.
Pemerintah Desa terdiri atas Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa
yang dimaksud terdiri atas sekretariat desa, pelaksana teknis lapangandan
unsur kewilayahan. Adapun jumlah perangkat desa disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat dengan susunan
organisasidan tata kerja pemerintahandesa ditetapkan dengan peraturandesa.
Oleh karena itu, setiap Daerah Otonom, baik daerah provinsi maupun '-J daerah kabupaten
dan kota, harus mengabdikan penyelenggaraan otonomi daerah bagi kepentingan
masyarakat setempat. Dengan mengikuti pendapat Rasyid (1996:37-38), maka Pemerintah
dan <::> Pemerintah Daerahmemiliki tiga fungsi hakiki, yakni: "pelayanan (services), pemberdayaan
(empowerment), dan pembangunan (development). Meskipun, dalam proses penyelenggaraan
pemerintahan, menurut '..../ Osborne dan Gaebler (1993: 49), pemerintah harus lebih
mengutamakan
upaya memberdayakan masyarakat ketimbang memberikan pelayanan
kepada masyarakat (empowering rather than serving). <::'
Oleh karena itu, tingkat kinerja Pemerintah Daerah dalam melaksanakan '-...../
kewenangan otonominya akan diukur dari:
a. Tingkat penerimaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah. -J
'---' Terdapat 6 (enam) urusan pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah
otonom, yakni: politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan
fiskal nasional, dan agama. Tidak diserahkannya urusan
'--/ pemerintahan tersebut kepada daerah otonom, karena pelaksanaan urusan
pemerintahan tersebut menyangkut terjaminnya kelangsungan kehidupan
bangsa dan negara secara keseluruhan dalam rangka
--.J menegakkan wibawa negara dan pemerintahan dalam hubungan
internasional (urusan politik luar negeri), menjaga persatuan dan
kesatuan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
'---' (urusan pertahanan, keamanan, dan yustisi), kepentingan stabilitas
perekonomian nasional (urusan moneter dan fiskal nasional), serta penegakkan
kebebasan beragama bagi setiap warga negara sesuai
-::> amanat Pasal 28E UUD 1945 (urusan agama).
2. Perubahan Status
a. Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi
kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama
BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat
setempat.
b. Perubahanstatusdesamenjadi kelurahanmemperhatikan
persyaratan: luas wilayah; jumlah penduduk; prasarana dan
sarana pemerintahan; potensi ekonomi; dan kondisi sosial
budaya masyarakat.
c. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan
Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
d. Desa yang berubah statusnya menjadi Kelurahan,
kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola
POKOK BAHASAN 4 :
PARTISIPASI MASYARAKAT
t
• Adanya kesempatan dari • Kemampuan
penguasa untuk melibatkan untuk menemukan dan
masyarakat memahami kesempatan
• Kesempatan memperoleh untuk memperbaiki
informasi pengetahuan
• Kesempatan memanfaatkan • Kemampuan untuk
dan memobilisasi SDS dan melaksanakan yang
SDM dipengaruhi pendidikan
• Kesempatan untuk dan keterampilan
memperoleh dan • Kemampuan untuk
menggunakan teknologi memecahkan masalah
yang tepat
• Kesempatan
mengembangkan
kepemimpinan
POKOK BAHASAN 5 :
PEMBERDAYAANMASYARAKATMELALUI PENGEMBANGAN UKBM
. '
KONSEP DASAR DESA DAN PEMBERDAYAANMASYARAKATDIBIDANG KESEHATAN
..::.:.:.:.:.:.:.:.:.:.•::.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.1•:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.•::•.t:!!!!!!!!!t:1:•1:: .
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Sistim Kesehatan Nasional, Jakarta,2009
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Jakarta, 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,
2010
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
• Departemen Dalam Negeri, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Depdagri, Jakarta, 2004
• Departemen Dalam Negeri, DirektoratJenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Depdagri,
Jakarta, 2004
~cJ
PERAN DAN FUNGSI FASILITATOR
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI BIDANG KESEHATAN
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
IV. LANGKAH-LANGKAH
REFERENSI
LEMBAR KERJA
Pedoman Diskusi Kelompok Peran dan Fungsi Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan
I. DESKRIPSI SINGKAT
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran (T=1jpl,P=2jpl) @ 45
menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut :
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PERAN FASILITATOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI BIDANG KESEHATAN
'-....,/ Kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien
tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau
~ knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice) oleh Fasilitator baik
pemerintah atau dari suatu lembaga pemberdayaan.
Fasilitator pemberdayaan masyarakat bisa disebut sebagai "agen perubahan" (change agent), yaitu
seseorang yang atas nama pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat berkewajiban
untuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh (calon) penerima manfaat
dalam mengadopsi inovasi. Karena itu, fasilitator haruslah profesional, memiliki kualifikasi
tertentu baik yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap, dan ketrampilan memfasilitasi
pemberdayaan masyarakat. Sehingga dapat berperan dan menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Fasilitator, yaitu fasilitator Pemberdayaan Masyarakat yang berasal dari masyarakat yang
secara sukarela (tanpa imbalan) melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di
lingkungannya. Termasuk kelompok ini adalah penyuluh/fasilitator yang diangkat atau
memperoleh imbalan dari masyarakat di lingkungannya.
Fasilitator bekerja dengan mengaplikasikan keahlian dan metode spesifik yang digabungkan
dengan perhatian cermat dan kepekaan terhadap orang serta proses yang berlangsung. Cara
kerja fasilitator akan mendorong masyarakat untuk mencapai kinerja terbaiknya. Fasilitator
harus memiliki kemampuan meramu teknologi pengelolaan masyarakat, gaya pribadi yang khas,
serta kreativitas dan energi agar dapat mengantarkan masyarakat untuk beroperasi dan
berkreasi secara maksimal.
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat di bidang Kesehatan mempunyai peran:
1. Sebagai Katalisator (Catalyst)
Fasilitator hendaknya dapat menjadi media yang subur bagi tumbuh <:> kembang individu
POKOK BAHASAN 2 :
FUNGSI FASILITATORPEMBERDAYAANMASYARAKATDI BIDANG
KESEHATAN
2. Melakukan advokasi
Advokasi adalah usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik melaui macam-macam
bentuk komunikasi persuasif.
Advokasi kesehatan juga dapat diartikan suatu rangkaian komunikasi strategis yang
dirancang secara sistimatis dan dilaksanakan daklam kurun waktu tertentu, baik oleh
individu maupun kelompok agar pembuat keputusan membuat suatu kebijakan publik
yang menguntungkan masyarakat.
Sebagai fasilitator tentunya harus dapat membantu provider dilapangan
untuk melakukan advokasi sehingga mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak
yang terkait (stakeholders).
4. Menggalang Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, pendapat, perasaan atau berita kepada orang
lain. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai proses pertukaran pendapat, pemikiran atau
informasi melaui ucapan, tulisan maupun tanda-tanda. Dengan demikian maka
komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa
percakapan biasa, melakukan kemitraan dengan pihak terkait (stakeholder) maupun advokasi.
Sebagai fasilitator harus dapat menggalang komunikasi dengan berbagai pihak dan lapisan
masyarakat, baik lintas program maupun lintas sektor, baik secara formal maupun informal.
REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, 2011 <::
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun
2010
• Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun 2010
• BPPSDMK Departemen Kesehatan RI, Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga,
2007
LEMBAR KERJA
FASILITASI
PENGEMBANGAN DESA
DAN KELURAHAN
SIAGA AKTIF
\.J
\.._
<:
v
.. .. .. .. . . . . • • • .:.
·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:•:•:1 : ••:•:t:•.t:: • ::1 : •t:t • !:!!!:t•t•::.::: : 1 1 1 : • :
A!odd4
FASILITASI PENGEMBANGAN DESA
DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
II. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
URAIAN MATERI
A. Pokok Bahasan 1 : Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
B. Pokok Bahasan 2 : Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah kesehatan
yang dihadapi masyarakat desa dan kelurahan
REFERENSI LEMBAR
KERJA
~, 1. Pedoman Diskusi Kelompok Persiapan dalam Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
2. Lembar Kasus ldentifikasi Masalah Kesehatan
3. Skenario Bermain Peran
4. Musyawarah Desa/Kelurahan
5. Menyusun Perencanaan (partisipatif)
--...J 6. Melakukan Kegiatan Promosi Kesehatan melalui Dasa Wisma
I. DESKRIPSI SINGKAT
A. Pokok Bahasan 1 :
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
B. Pokok Bahasan 2 :
Langkah-langkah fasilitasi siklus pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
masyarakat desa dan kelurahan
1. Sub Pokok Bahasan 1 : Langkah-langkah siklus pemecahan
masalah kesehatan
2. Sub Pokok Bahasan 2 : Pentahapan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 Jpl (T=2 jpl; P=8; PL=O) @ 45
menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:
2. Pelatih meminta peserta untuk melakukan diskusi kelompok dengan topik "Persiapan
yang perlu dilakukan dalam pengembangan desa dan keluarga siaga aktif"
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok
4. Pelatih meminta peserta untuk menanggapi hasil diskusi
5. Pelatih melakukan klarifikasi tentang persiapan yang perlu dilakukan dalam
pengembangan desa dan keluarga siaga aktif serta memberikan penegasan singkat
tentang pentingnya kegiatan persiapan dilakukan untuk keberhasilan pengembangan
desa dan keluarga siaga aktif
2. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk memberikan
evaluasi
3. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain
peran pelatih memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut adalah
menggambarkan penyelenggaraan desa dan kelurahan siaga aktif
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF
menolong dirinya sendiri (mandiri)dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat,
yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahandalam memecahkan
masalah-masalah k_esehatannyaO. leh karena merupakan upaya pembangunan desa dan
kelurahan, maka program ini memerlukan peran aktif dari berbagai pihak mulai dari pusat,
provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, sampai ke desa dan kelurahan.
Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif pada hakikatnya merupakan bagian dari
urusan pemerintahan yang menjadi kewajiban dan kewenangan kabupaten dan kota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa dan kelurahan, dan menjadi tanggung
d. Pelatihan Pelaksanaan diikuti oleh para petugas yang diserahi tanggung jawab
membina Desa dan Kelurahan Siaga Aktif (satu orang untuk masing-masing
Puskesmas) dan para petugas kesehatan membantu pelaksanaan UKBM di desa atau
kelurahan (misalnya bidan di desa). Materi pelatihan ini selain mencakup proses
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, lebih ditekankan kepada teknis
pelayanan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, dan promosi kesehatan
e. Pelatihan bagi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang dibuat oleh
Kementerian Kesehatan.
POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH FASILITASI SIKLUS PEMECAHAN MASALAH
KESEHATAN YANG DIHADAPI MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN
r
1. Pengenalan Kondisi
Kesehatan & PHBS
+
2. lndentifikasi
1
3. Musyawarah Masyarakat
Desa/Kelurahan ~
' ,. Desa/Kelurahan
' Konsultan/
"
i Fasilitator/
KPM l -::.
.
L 5. Pelaksanaan
Kegiatan
1. PengenalanKondisiDesa/Kelurahan
J Pengenalan kondisi Desa/Kelurahan oleh KPM/Kader kesehatan,
lembaga kemasyarakatan yang ada dan perangkat Desa/Kelurahan
dilakukan dengan mengkaji data Profil Desa/Kelurahan dan hasil analisis
situasi perkembangan desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sudah
dapat dan belum dapat dipenuhi oleh desa atau kelurahan yang
bersangkutan.
2. ldentifikasiMasalah Kesehatan dan PHBS
Dengan mengkaji Profil/Monografi Desa/Kelurahan dan hasil analisis
.:» situasi, maka dapat diidentifikasi :
a. Masalah-masalah kesehatan yang masih dihadapi masyarakat dan urutan
prioritas penanganannya.
b. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya masalah-masalah kesehatan, baik dari
sisi teknis kesehatan maupun dari sisi perilaku masyarakat.
c. Potensi yang dimiliki Desa/Kelurahan untuk mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut.
d. UKBM-UKBM apa saja yang sudah ada (iika ada) dan atau harus
diaktifkan kembali/dibentuk baru dalam rangka mengatasi masalah- masalah
kesehatan tersebut.
e. Bantuan/dukungan yang diharapkan : apa bentuknya, berapa banyak, dari
mana kemungkinan didapat (sumber), dan bilamana dibutuhkan.
3. Musyawarah Desa/Kelurahan
Bila dirasakan perlu, Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan dapat
dilakukan secara berjenjang dengan terlebih dulu menyelenggarakan
Musyawarah Dusun atau Rukun Warga (RW). Musyawarah Desai
Kelurahan ini bertujuan :
a. Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang
masih dihadapi masyarakat dan program pengembangan Desa dan
Kelurahan menjadi Desa Siaga.
b. Mencapai kesepakatan tentang urutan prioritas masalah-masalah kesehatan
yang hendak ditangani.
c. Mencapai kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendak
4. PerencanaanPartisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga Desa/Kelurahan, KPM dan
lembaga kemasyarakatan yang ada mengadakan pertemuan- pertemuan secara
intensif guna menyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Desa/Kelurahan.
Rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif mencakup :
a. UKBM-UKBM yang akan dibentuk baru atau diaktifkan kembali, berikut
jadwal pembentukan/pengaktifannya kembali.
b. Sarana-sarana yang akan dibangun baru atau direhabilitasi (misalnya
Poskesdes, Polindes, Sarana Air Bersih, Sarana Jamban Keluarga, dan lain-
lain), berikut jadwal pembangunannya.
c. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan membutuhkan biaya
operasional, berikut jadwal pelaksanaannya.
5. PelaksanaanKegiatan
a. Sementara menunggu proses Musrenbang selesai dan ditetapkannya alokasi
dana Pemerintah, KPM/Kader kesehatan dan lembaga kemasyarakatan
yang ada dapat memulai kegiatan dengan
2. KPM/Kader Kesehatan Sudah ada minimal Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
2 orang orang orang orang atau lebih
3. Kemudahan Akses Ya Ya Ya Ya
Pelayanan Kesehatan
4. Posyandu dan UKBM Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu dan
lainnya aktif UKBM lainnya 2 UKBM lainnya 3 UKBM lainnya 4 UKBM lainnya
tidak aktif aktif aktif aktif
5. Dukungan dana untuk Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana Sudah ada dana
kegiatan kesehatan di dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah dari Pemerintah
Desa dan Kelurahan : Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan Kelurahan
• Pemerintah Desa dan Kelurahan serta Kelurahan serta Kelurahan serta serta dua sumber
Kelurahan belum ada sumber satu sumber dana dua sumber dana lainnya
• Masyarakat dana lainnya lainnya dana lainnya
• Dunia Usaha
6. Peran serta masyarakat Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif Ada peran aktif
dan Organisasi masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan masyarakat dan
kemasyarakatan tidak ada peran peran aktif satu peran aktif dua peran aktif lebih
aktif ormas ormas ormas dari dua ormas
.·.1:··: ::
Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut diatas, maka Desa
dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi
untuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga
atau sudah dapat dimasukkan kedalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada
petunjuk teknis yang disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Kesehatan.
..._.,,-
Pembinaan kelestarian juga dilaksanakan terintegrasi dengan
penyelenggaraan Perlombaan Desa dan Kelurahan yang diselenggarakan
setiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat Desa dan Kelurahan
..-/ yang diselenggarakan tiap tahun secara berjenjang sejak dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai ke tingkat Nasional.
REFERENSI
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 201 0
• Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif - Panduan bagi Petugas Puskesmas, Tahun 2010
• Totok Mardikanto, Konsep-konsep Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta, Tahun
2010
• Totok Mardikanto, Model-Model Pemberdayaan Masyarakat, Surakarta,
Tahun 2010
..J
LEMBAR KERJA
..../
LEMBAR KERJA
. .. .,,
1. Peserta dibagi menjadi 4 kelompok (kelompok yang sama), masing- masing kelompok
memilih Ketua, Sekretaris dan Penyaji.
2. Masing-masing kelompok diskusi "ldentifikasi masalah kesehatan di desa Cisoka
kecamatan Sukaraja", silahkan menambahkan angka dalam dalam kasus Desa Cisoka
untuk menggambarkan besaran masalah. Diskusikan juga penyebab masalah dan
prioritas masalah yang perlu ditangani.
3. Masing-masing wakil kelompok diminta menyajikan hasil diskusi
kelompok, peserta dari kelompok lain menanggapi. Demikian sampai selesai seluruh
kelompok menyajikan hasil diskusinya.
LEMBAR KERJA
5. Setiap selesai simulasi dan bermain peran, peserta diminta untuk memberikan evaluasi.
6. Setelah seluruh kelompok selesai melakukan simulasi dan bermain peran pelatih
memberikan komentar terhadap seluruh permainan peran tersebut yang
menggambarkan penyelenggaraan desa dan kelurahan.
'-...../ .
LEMBAR KASUS
. ·:·
··
yaitu diliarkan di halaman rumah dan kandangnya diletakan di bawah rumah atau sangat
berdekatan dengan rumah. Masyarakat di 3 desa tersebut menganggap kematian unggas
mendadak sebagai hal biasa, karena setiap tahun pada musim dingin terjadi banyak unggas yang
mati (tetelo). Bahkan sebagian disembelih pada waktu unggas itu sakit sehingga dagingnya dapat
dimakan keluarga atau dijual. Mereka berpendapat yang haram itu makan ayam mati sedangkan
makan ayam sakit dan sudah dipotong dan sesuai ajaran agama, tidak masalah. Baru mereka
merasa khawatir karena ada anak usia 7 tahun dari desa Glodok yang meninggal akibat flu burung.
-. ./ Karena Desa Cisoka terletak 15 Km dari pasar traditional yang letaknya di desa Glodok,
penduduk membeli bahan makanan untuk keperluan sehari
- hari (beras, sayur, daging sapi dan ayam) dari pedagang keliling yang menggunakan sepeda
motor. Pedagang keliling tersebut mengunjungi Cisoka
2 hari sekali, karena jangkauan penjualannya meliputi beberapa desa.
Setiap bulan ada pertemuan bapak-bapak dimasing-masing RT dan ibu-ibu mengadakan
arisan PKK sebulan sekali di balai desa. Kerja bakti diadakan sesekali dan tidak rutin. Sebagian
besar penduduknya adalah karyawan pabrik yang mempunyai status ekonomi menengah
kebawah. Di Desa Cisoka ada beberapa pabrik pembuatan teh, kopi dan cokelat. Kegiatan
pemberdayaan masyarakat yang ada di DesaCisoka adalah sumbangan dana kematian dan kas RT
yang berasal dari warga masyarakat. Sebulan sekali di beberapa RW ada kegiatan posyandu juga
posyandu lansia, tetapi jumlah
'--" pengunjungnya sedikit. Jumlah warga yang merokok cukup banyak, sumber
air yang digunakan untuk keperluan MCK berasal dari air tanah, hanya saja mereka tidak
memasak air tersebut terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
/
6
FASILITASI PEMBINAAN
PHBS DI MASYARAKAT
'J
:::!!!!!li!!!!!!!llllllll!!l!!!llllll!lll!llllllllll!IIIIIIIIIIIII
Afodd6
FASILITASI PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
IV. LANGKAH-LANGKAH
REFERENSI
LEMBAR KERJA
•
:•:•111111111:•1::•:•1•::•1•1111111:::•:•:•:1•·•:•1:1::•:::•:•:•·•:=•1•1•1•:::::•:•:•:•:.••••••
I. DESKRIPSI SINGKAT
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya
sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. PHBS merupakan upaya pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang harus dilakukan di perbagai tatanan terutama di tatanan
Rumah Tangga.
Komitmen dan aliansi strategis berbagai pihak, termasuk swasta dan dunia
usaha dapat dikembangkan, sehingga kebijakan-kebijakan dan kegiatan-
kegiatan dalam rangka pembinaan PHBS di semua tatanan terkoordinasi
dengan baik. Kapasitas pengelola tatanan dapat ditingkatkan, sehingga
pembinaan PHBS tidak lagi merupakan tugas dan tanggung jawab
pemerintah, melainkan juga seluruh komponen masyarakat. Akses informasi
tentang kesehatan bagi masyarakat di semua tatanan meningkat, dan dengan
demikian gerakan dan peran serta masyarakat, khususnya di bidang kesehatan,
menjadi semakin kuat.
Saat ini, perilaku masyarakat merupakan faktor utama yang menyebabkan masalahkesehatan, oleh
sebab itu upaya untukpemberdayaan masyarakat agar mampu berperilaku hidup bersih dan sehat
menjadi prioritas utama dalam program kesehatan. PHBS juga merupakan salah satu komponen
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Oleh karena itu para Fasilitator Pemberdayaan
Masyarakat di Bidang Kesehatan harus mampu memfasilitasi Pembinaan PHBS di daerah masing-
masing.
FASILITASPEMBINAANPHBS DI MASYARAKAT
1 ·:·:1:•·•··•··•:·:·:·•·••·••·•:··:1:•1·:··•·•·1·•·:•1••·.:•·•·:·•:··•··•··•···•···•·:•··•::•:•··•·•·•·•·•·•·•·•·•··•··•··•·•·•*·•• 3
•••
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 8 Jpl (T=2 jpl; P=6; PL=O)
@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah
kegiatan pembelajaran sebagai berikut : <:»
2. Meminta komentar, penilaian, saran bahkan kritik dari peserta pada kertas yang telah
disediakan.
3. Pelatih menutup sesi pembelajaran dengan memberikan apresiasi
pada peserta.
V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT {PHBS)
Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan PHBS. PHBS adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan '-..._/ kesehatan
masyarakat. Dengan demikian, PHBS mencakup beratus-
ratus bahkan mungkin beribu-ribu perilaku yang harus dipraktikkan dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi- tingginya. Di bidang pencegahan
dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus dipraktikkan perilaku
mencuci tangan dengan sabun, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat,
memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan, dan lain- lain. Di bidang
kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana harus dipraktikkan perilaku meminta
pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, menimbang balita secara berkala, mengimunisasi lengkap --. ,/
balita, menjadi akseptor keluarga berencana, dan lain-lain. Di bidang gizi dan
farmasi harus dipraktikkan perilaku makan dengan gizi seimbang, minum
tablet tambah darah selama hamil, memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif,
mengkonsumsi garam beryodium, dan lain-lain. Sedangkan di bidang
pemeliharaan kesehatan harus dipraktikkan perilaku ikut serta dalam
jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas
dan sarana kesehatan lain, dan lain-lain.
Namun demikian perlu disadari bahwa PHBS di tatanan rumah tangga sangat
dipengaruhi oleh PHBS di tatanan-tatanan lain, yaitu tatanan institusi
pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, dan tatanan sarana
kesehatan. Oleh sebab itu, yang dimaksud dengan masyarakat dalam hal ini
tidak terbatas pada masyarakat dalam
pengertian umum, tetapi juga masyarakat khusus di berbagai tatanan.
TATANAN INSTITUSI
TATANAN SARANA PENDi Di KAN
KESEHATAN
Di tempat kerja, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan
tempat kerja (kantor, pabrik, dan lain-lain) sehat, yang mencakup mencuci tangan dengan
sabun, mengonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang
sampah di tempat sampah, tidak merokok, tidak mengkonsumsi napza, tidak meludah
sembarang tempat, memberantas jentik nyamuk, dan lain- lain.
Di tempat umum, sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat menciptakan
tempat umum (tempat ibadah, pasar, pertokoan, terminal, dermaga, dan lain-lain) sehat, yang
mencakup mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, membuang sampah
di
sesuatu. Sistim nilai dan norma dibuat oleh masyarakat di suatu tatanan
untuk dianut oleh individu-individu anggota masyarakat tatanan tersebut.
Namun demikian nilai dan norma, sebagai sistim sosial, adalah sesuatu
yang dinamis. Artinya, nilai dan norma suatu masyarakat akan berubah
mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang
bersangkutan. Jadi, antara nilai dan norma di satu pihak dengan individu-
individu masyarakat di pihak lain, terdapat hubungan timbal- balik, nilai dan
norma mempengaruhi perilaku individu, perilaku individu
yang berubah akan dapat mengubah nilai dan norma.
/
NORMA SOSIAL
NORMA HUKUM
(Aturan Tak Tertulis) (Aturan Tertulis)
Untuk nilai dan norma yang sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu
diupayakan terpeliharanya nilai dan norma tersebut. Sedangkan untuk sistim
'-..,-.
nilai dan norma yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan, perlu
dilakukan upaya guna mengubah sistim nilai dan norma tersebut melalui
perubahan perilaku individu-individu anggota masyarakat. lndividu-individu
anggota masyarakat yang memiliki potensi besar untuk mengubah sistim
nilai dan norma adalah mereka yang disebut dengan pemuka masyarakat atau
tokoh masyarakat, baik yang formal maupun yang informal.
Akan tetapi perilaku juga menyangkut dimensi ekonomi. Seseorang yang sudah mau
berperilaku tertentu tidak pernah mempraktikkan perilaku itu karenatidak adanya
kemampuan secara ekonomis. Misalnya, seseorang yang sudah mau membuang hajat (air
besar) di jamban, tidak kunjung
melakukan hal itu karena ia tidak mampu membuat jamban pribadi dan di '--.,/
sekitarnya tidak terdapat jamban umum. Contoh lain : seorang ibu yang sudah mau
memeriksakan kandungannya secara teratur di Puskesmas, tidak juga datang ke
Puskesmas karena ia tidak memiliki uang untuk ongkos transport, walaupun untuk
periksa di Puskesmas tidak dipungut
biaya alias gratis.
Oleh karena itu, agar perilaku dari sasaran primer di setiap tatanan dapat tercipta
dan berkesinambungan diperlukan dukungan perilaku dari sasaran sekunder dan
sasaran tersier di setiap tatanan yang bersangkutan. Sasaran sekunder harus
berperilaku yang dapat menciptakan suasana kondusif dan lingkungan sosial yang
mendorong (social pressure) bagi tercipta dan berkesinambungannya perilaku
sasaran primer. Sasaran sekunder juga diharapkan berperilaku sebagai panutan dalam
rangka mempraktikkan PHBS. Sedangkan sasaran tersier harus berperilaku
memberikan dukungan, baik material maupun non material, bagi tercipta dan
berkesinambungannya perilaku sasaran primer. Dukungan tersebut antara lain dalam '-----"'
bentuk menetapkan dan memberlakukan kebijakan atau peraturan sebagai acuan dan
rambu- rambu bagi pembinaan PHBS di tatanan, dan juga menyediakan sarana- sarana
sebagai faktor pemudah (enabling factors) seperti misalnya tempat sampah, air
bersih, jamban sehat, kantin sehat, perlengkapan
kesehatan kerja, dan lain-lain.
•·•:•
POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH FASILITASIPROSES PEMBINAAN PHBS
kegiatan pengembangan dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga. Tanggungjawab pembinaan
terendah berada di tingkat kecamatan (Forum Kecamatan).
a. Pemberdayaan
Pemberdayaan di tatanan rumah tangga dilakukan terhadap individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat. Prosesnya diawali dengan pemberdayaanterhadap kelompok
masyarakatmelaluipengorganisasian masyarakat, untuk membentuk atau merevitalisasi
Forum Desai Kelurahan. Dengan pengorganisasian masyarakat, maka selanjutnya
pemberdayaan individu dan keluarga dapat ditimbang-terimakan kepada perangkat
desa/kelurahan, pemuka masyarakat, dan anggota- anggota masyarakat yang ditunjuk sebagai
kader. Pemberdayaan <:> individu dilaksanakan dalam berbagai kesempatan, khususnya
pada
saat individu-individumasyarakatberkunjungdan memanfaatkanupaya- upaya kesehatan
bersumber masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Poskesdes, dan lain-lain, melalui
pemberian informasi dan konsultasi. Sedangkan pemberdayaan keluarga dilaksanakan
melalui kunjungan rumah dan konsultasi keluargaoleh para kader.Juga melalui bimbingan
atau pendampingan ketika keluarga tersebut membutuhkan (misalnya tatkala membangun
jamban, membuat taman obat keluarga, dan lain- lain).
b. Bina Suasana
Bina suasana di tatanan rumah tangga dilakukan oleh para pemuka atau tokoh-tokoh
masyarakat, termasuk pemuka agama dan pemuka adat, dalam rangka menciptakan opini
publik, suasana yang kondusif, dan panutan di tingkat desa dan kelurahan bagi
<:> dipraktikkannya PHBS oleh rumah tangga. Bina suasana juga dilakukan oleh para
pengurus organisasi kemasyarakatan di tingkat desa dan kelurahan seperti pengurus
Rukun Warga/Rukun Tetangga, pengurus PKK, pengurus pengajian, pengurus arisan,
pengurus koperasi, pengurus organisasi pemuda(seperti KarangTaruna),dan lain-lain.
Parapengurusorganisasi kemasyarakatan tersebut ikut memotivasi anggota-anggotanya
agar mempraktikkan PHBS. Di samping itu, bina suasana juga dapat dilakukan
dengan pemanfaatan media seperti pemasangan spanduk dan atau billboard di jalan-jalan
desa/kelurahan, penempelan poster di tempat-tempat strategis, pembuatan dan
pemeliharaan taman obat/ taman gizi percontohan di beberapa lokasi, serta pemanfaatan
media tradisional.
c. Advokasi
Advokasi dilakukan oleh fasilitator dari kecamatan/kabupaten/ kota terhadap para
pemuka masyarakat dan pengurus organisasi kemasyarakatan tingkat desa dan
kelurahan, agar mereka berperan serta dalam kegiatan bina suasana. Advokasi juga
dilakukan terhadap para penyandang dana, termasuk pengusaha, agar mereka membantu
upaya pembinaan PHBS di rumah tangga (desa/kelurahan).
d. Kemitraan
Kemitraan harus digalang baik dalam rangka pemberdayaan maupun '-----'/ bina
suasana dan advokasi guna membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan.
Dengan demikian kemitraan perlu digalang
antar individu, keluarga, pejabat atau instansi pemerintah yang
terkait dengan urusan kesehatan (lintas sektor), pemuka atau tokoh
masyarakat, media massa, dan lain-lain. Kemitraan yang digalang harus
berlandaskan pada tiga prinsip dasar, yaitu (a) kesetaraan, (b) keterbukaan,
dan (c) saling menguntungkan.
1. Kesetaraan; berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat
hirarkis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa
masing-masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi,
duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak
bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan. Yaitu hubungan yang
dilandasi kebersamaan atau kepentingan bersama. Bila kemudian
dibentuk struktur hirarkis (misalnya sebuah tim), adalah karena
kesepakatan.
2. Keterbukaan; di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari
masing-masing pihak. Setiap usul/saran/komentar harus disertai dengan
alasan yang jujur, sesuai fakta, tidak menutup- nutupi sesuatu. Pada
awalnya hal ini mungkin akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya
"pertengkaran". Akan tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan, akan mendorong timbulnya solusi yang adil dari
"pertengkaran" tersebut.
3. Saling menguntungkan; solusi yang adil ini terutama dikaitkan dengan
adanya keuntungan yang didapat oleh semua pihak yang terlibat.PHBS
dan kegiatan-kegiatan kesehatan dengan demikian harus dapat
dirumuskan keuntungan-keuntungannya (baik langsung maupun tidak
langsung) bagi semua pihak yang terkait. Termasuk keuntungan
ekonomis, bila mungkin.
• .... :
2.3. lndikator Keberhasilan
Untuk melihat keberhasilan pembinaan PHBS , praktik PHBS yang diukur
adalah yang dijumpai di tatanan rumah tangga. Telah ditetapkan
10 (sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga
telah mempraktikkan PHBS, yaitu : (1) Persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, (2) Bayi diberi ASI eksklusif, (3) Berat badan balita ditimbang secara
teratur, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, (6) Menggunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik nyamuk, (8)
Mengkonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9) Melakukan aktivitas fisik setiap
hari, dan (10) Tidak merokok di dalam rumah. Kesepuluh indikator tersebut
merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktikkan di rumah
tangga, dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan
keseluruhan perilaku.
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kebijakan Nasional
Promosi Kesehatan, Jakarta, 2004
• Soekidjo Notoatmodjo, Promosi Kesehatan dan llmu Perilaku, Rineka
Cipta, Jakarta, Tahun 2007
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan,Panduan Pembinaan dan
Penilaian PHBS di Rumah Tangga melalui Tim Penggerak PKK, Tahun
2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan
Peningkatan PHBS di Rumah Tangga Tahun 2009.
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Rumah Tangga
Ber-PHBS, Tahun 2009
<:»: • Kementerian Kesehatan Rl,Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
,_.
FASILITAS PEMBINAAN PHBS DI MASYARAKAT
1111111111111111111111!11111111111111111111111!11111!!!!1:II::!
LEMBAR KERJA
LEMBAR KERJA
LEMBAR KERJA
r
1
.. .. . . . .
::·.·:·:··:·:·:·:·:: : ·:1·:·:··:·:::1 1: ··:·:::·.1:111:1 ·::·.·:1:11·11:=11 11111111 11111111 111
A1uddb
KOMUNIKASI DAN ADVOKASI
DAFTAR ISi
REFERENSI LEMBAR
KERJA
1. Skenario Bermain Peran Komunikasi Efektif
2. Skenario Bermain Peran Advokasi
KOMUNIKASI DAN AOVOKASI
..
11111111111 ·:•=•==•·:=•11111=·•::•::•:•:•:·•:•:•::•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•::•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:•:••••
I. DESKRIPSISINGKAT
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak Waktu : 6 Jpl (T=2 jpl;
P=4; PL=O) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil permainan peran tersebut
fasilitator menjelaskan komunikasi efektif dan memberi kesempatan kepada peserta untuk
bertanya hal-hal yang belum jelas.
· V. URAIAN MATERI
POKOK BAHASAN 1 :
KOMUNIKASI
Dengan demikian maka komunikasi dapat mencakup segala bentuk interaksi dengan orang
lain yang berupa percakapan biasa, advokasi.
..
tersebut, seolah-olah kita berbicara satu sama lain. Contoh lain misalnya media verbal;
seperti buletin, pamflet, leaflet, dan sebagainya. Demikian juga dengan dokumen
organisasi lainnya yang diterbitkan secara berkala
b. Waktu
Bunyi beduk atau lantunan suara adzan di mesjid atau mushola,
memberikan informasi bahwa waktu shalat telah tiba. Contoh lain
adalah bunyi bel di sekolah yang menunjukkan bahwa waktu masuk
kelas, istirahat atau pulang telah tiba.
c. Tempat
Pemimpin suatu pertemuan atau rapat biasanya duduk di depan . atau di
kepala meja, tidak pernah di belakang. lni menginformasikan bahwa yang
bersangkutan adalah pemimpin rapat atau pemimpin
pertemuan yang biasanya orang penting atau memiliki jabatan -:»
tertentu. Ruang Kerja Kepala Puskesmas tentunya akan berbeda
KOMUNIKASI DAN ADVOKASI
..
·:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.•:::1:::1::1·:.·:1··:·:·:: :·::1.•::: 1 1·1:11111:::::::11:: .
dengan ruang kerja juru imunisasi demikian juga ruang kerja dan peralatannya. Demikian
juga di instansi lain misalnya di Kecamatan dan di Kelurahan atau di instansi lainnya.
d. lsyarat
Audience di suatu seminar secara spontan bertepuk tangan dengan riuh setelah
mendengarkan paparan seorang presenter yang mempresentasikan materinya dengan baik dan
menarik. Tepuk tangan tersebut merupakan isyarat bahwa audience puas terhadap paparan
presentan tersebut. Sebaliknya para peserta latih mulai menguap, atau keluar masuk kelas,
atau ada yang berbisik- bisik satu dengan lainnya ketika pelatih memberikan materi/kuliah, ini
juga suatu isyarat bahwa materi, atau cara membawakan materi tersebut kurang berkenan di
hati peserta latih. Conteh lain misalnya mengacungkan dua jari tanda Victory (kemenangan),
menggeleng tanda tidak tahu, raut wajah yang asam tanda tidak senang, murung tanda
bersedih, tangan mengepal tanda marah, tatapan mata bisa bermacam arti dan sebagainya.
•
.
•::•:1•·••·:1•:1•· :•·•··•:·•·:1•:•·:•·:·•···•···•···•···•··•···•··•··•··•··•··•··•··•··•··•··•··•···•··•··•··•··•··•··•··•··•··•:·•
··•··•···•··•··•···
kita. Kita harus memakai bahasa yang sesuai dan mudah dipahami oleh audience
kita.
Selain itu pengetahuan mitra bicara kita juga harus diperhatikan
informasi yang ingin kita sampaikan mungkin bukan merupakan hal yang
baru bagi mitra kita, tetapi kalau penyampaiannya menggunakan istilah-
istilah yang tidak dipahami oleh mitra kita, informasi atau gagasan yang
kita sampaikan bisa saja tidak dipahami oleh mitra. Dengan memperhatikan
mitra bicara kita <:» akan dapat menyesuaikan diri dalam berkomunikasi
dengannya.
c. Mengetahui kultur
Dalam berkomunikasi harus diingat peribahasa " Dimana bumi dipijak,
disitu langit dijunjung" artinya bahwa dalam berkomunikasi kita harus
memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan budaya atau habit atau
kebiasaan orang atau masyarakat setempat. Misalnya berbicara sambil
menunjuk sesuatu dengan telunjuk kepada orang yang lebih tua atau
lebih tinggi kedudukannya di daerah Jawa Barat atau Jawa Tengah bisa
dianggap kurang sopan atau kurang ajar walaupun mungkin di daerah
lain itu biasa-biasa saja. Atau kalau di daerah Sumatera Utara orang
bisa berbicara dengan intonasi dan suara yang keras, maka apakah
orang non Sumatera Utara harus mengimbangi pula dengan nada yang
keras? Dalam hal ini, misalnya orang Sunda kalau berbicara dengan orang
Batak tidak perlu bertutur seperti orang Batak, begitu pula sebaliknya.
Dengan demikian maka tidak terjadi salah tafsir yang mengakibatkan
kegagalan komunikasi.
.. ..
1.!.!.1.!.1.1.!.!.!.!.1.!.1.!.!1.!.!.•.!:!1!!1•:t:t•:::• • ::•::.::•t : :•:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.•...
d. Mengetahui bahasa
Dalam berkomunikasi seyogyanya kita memahami bahasa mitra kita, hal ini tidak
berarti kita harus memahami semua bahasa dari mitra bicara. Oleh karena ada kata-
kata yang menurut etnis tertentu merupakan hal yang lumrah tapi menurut etnis lain
merupakan hal yang tabu untuk dikatakan atau mempunyai arti yang berbeda.
Misalnya ucapan 'nangka tok' menurut bahasa Sunda berarti
'nangka saja', tetapi untuk orang Jawa ini tentu lain artinya. Begitu
juga 'gedang' menurut orang Sunda artinya 'pepaya' tapi menurut orang Jawa artinya
'pisang'. Bahasa asing juga perlu kita pahami manakala kita berkomunikasi dengan
orang asing yang tidak bisa berbahasa Indonesia, misalnya ada turis asing yang
tersasar ke kampung kita, kita ingin menolongnya tapi tidak mengerti bahasa asing
misalnya bahasa lnggris, padahal si turis tidak menguasai Bahasa Indonesia, maka
jelas komunikasi akan terhambat sebab komunikasi verbal tidak jalan. Selain itu
untuk memperjelas pesan yang hendak disampaikan dalam berkomunikasi,
gunakanlah kalimat-kalimat sederhana yang mudah dipahami. Kalimat panjang dan
kompleks seringkali mengaburkan arti dan makna pesan yang akan disampaikan.
Misalnya Kepala Puskesmas, berbicara kepada para Bidan desa dalam suatu rapat
"Bu Bidan sekalian dalam rangka mensukseskan Pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif, maka semua Bidan Desa harus menyadari akan arti <:»
pentingnya pembangunan kesehatan dengan memberdayakan semua potensi yang
ada dalam masyarakat, untuk itu maka lbu-ibu Bidan harus berusaha sekuat tenaga
untuk membuat masyarakat berdaya dan mendukung Desa Siaga dan Kelurahan
Siaga Aktif
dalam membangun Poskesdes". Kalimat tersebut terlalu panjang "----'
dan kompleks. Padahal informasi yang perlu disampaikan ialah agar Poskesdes di
setiap desa dibangun dengan memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.
..
. ..
11 : 111111111:.:.·:1·:111::::1::1:::::::1:::•::•.::: • ::•.:::::::::::: .
c. Keterampilan berbicara
Pada dasarnya keterampilan berbicara dapat dipelajari dan ditingkatkan dengan
berlatih, agar mampu berbicara secara efektif maka dalam tiap komunikasi baik
informal maupun formal, beberapa teknik dapat dimanfaatkan dalam
meningkatkanefektivitas berbicara sebagai berikut:
- Percaya diri.
- Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
- Bicara dengan wajar, seperi biasanya jangan terkesan sebagai <:>
penyair atau sedang deklamasi.
- Atur irama dan tekanan suara dan jangan monoton. Gunakan tekanan dan irama
tertentu, untuk menampilkan poin-poin tertentu, tapi hindarkan kesan sebagai
pemain drama.
- Tarik nafas dalam-dalam 2 atau 3 kali untuk mengurangi
ketegangan. Mengatur nafas secara normal dan jangan terkesan seperti orang yang
dikejar-kejar. Bila perlu menghentikan pembicaraan sejenak, selain untuk
mengambil napas juga berfungsi menarik perhatian.
- Hindari sindrom : Ehm, Ah, Au, Barangkali, Mungkin, anu, Apa,
dan lain-lain. Jika terpojok dan kehabisan bicara atau lupa cukup berhenti
sejenak, cara ini menunjukkan bahwa seakan- akan kita sedang berpikir dan akan
berdampak positif dibanding mengatakan mengatakan 'apa', 'ya, eh ... ', 'apa ya, saya
pikir.. .',
'barangkali', dan seterusnya.
- Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan.
Jangan merasa malu melakukan hal ini, karena pendengar akan berpikir bahwa
kita hanya menekankan poin pembicaraan tertentu agar lebih lengkap.
- Siapkan air minum. lni sangat membantu pembicara berhenti
sejenak juga untuk membasahi kerongkongan.
b. Waktu
Di dalam berkomunikasi manfaatkan waktu secara tepat, artinya
manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya. Karena waktu adalah
sesuatu yang sangat berarti. Misalnya, kalau Tim Fasilitator
Puskesmas akan mengadakan rapat dinas dengan para Bidan
Poskesdes, maka pilihlah waktu dimana rapat tersebut tidak
mengganggu pelayanan kepada pasien.
c. Tempat
Tempat sangat menentukan efektivitas komunikasi, misalnya kantor adalah tempat
kerja, restoran adalah tempat makan, lapangan tenis adalah tempat olahraga. Namun
demikian seringkali urusan kantor bisa diselesaikan di lapangan ten is atau bahkan di hotel
atau restoran. Dalam dunia bisnis dikenal istilah entertain yaitu untuk melobi rekan bisnis,
pertemuan diadakan di restoran atau di hotel sambil menjamu rekan bisnis. Dan hal
ini ternyata banyak membawa hasil ketimbang pertemuan dilakukan secara formal di
kantor. Demikian pula misalnya Tim Fasilitator Puskesmas apabila bertemu dengan Pak
Camat atau Pak Lurah di lapangan tenis sambil bermain tenis, di sela-sela waktu istirahat
dapat berkomunikasi secara informal mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
kedinasan. Selanjutnya hasil pembicaraan tersebut ditindak lanjuti di kantor.
Selain hal-hal tersebut diatas, perlu juga dipahami fungsi-fungsi yang menunjukkan ke-
non-verbal-an komunikasi, antara lain :
• Pengulangan (repetition) yaitu pengulangan pesan dari individu dilakukan dengan verbal.
• Penyangkalan (contradiction) yaitu penyangkalan pesan yang
dilakukan terhadap seseorang. Misalnya mengangkat bahu menyatakan "tidak tahu",
menggeleng kepala sama dengan "tidak", dan sebagainya. Namun penggunaannya juga
harus memperhatikan budaya atau kebiasaan, misal, untuk orang India menggelengkan
kepala bukan berarti tidak.
• Pengganti pesan (substitution) misal mendelik berarti marah.
• Melengkapi pesan verbal misal mengatakan "bagus" sambil mengacungkan ibu jari,
dan sebagainya.
• Penekanan (accenting) menggaris bawahi pesan verbal misalnya
berbicara dengan sangat pelan atau menekan kaki.
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan
dukungan dari pihak-pihak yang terkait <:> (stakeholders). Berbeda dengan bina suasana,
advokasi diarahkan
untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (misalnya dalam bentuk peraturan
perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain. Stakeholders yang dimaksud bisa
berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh
masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya dapat
berperan sebagai penentu "kebijakan" (tidak tertulis) di bidangnya. Yang juga tidak boleh
dilupakan adalah tokoh-tokoh dunia usaha, yang diharapkan dapat berperan sebagai
penyandang dana non- pemerintah.
Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) Mengetahui
atau menyadari adanya masalah, (2) Tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) Peduli
terhadap pemecahan masalah dengan
Advokasi akan lebih efektif bila dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu
dengan membentuk jejaring advokasi atau forum kerjasama.
Kerangkalsu Pilihan
NILAI (P)
No KRITERIAUNTUK MEMILIH ISU
1 2 3
TOTAL NILAI
• KOMUNIKASI DAN
ADVOKASI \._ ,/
.•..
•:::::::::•:•: t : : •:•::ttt:t:::::tt!!tt:1·:·::.·::.1:1.1111::•.:.::1.1.111111::: ...
2.2.2. Menentukan tujuan advokasi
Tujuan adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan yang akan dicapai pada masa
tertentu. Dalam menetapkan tujuan advokasi lebih diarahkan pada perubahan perilaku
untuk meyakinkan para penentu kebijakan yang berkaitan dengan isu-isu yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, dalam menetapkan harus didahulukan dengan pertanyaan,
"Siapa yang diharapkan mencapai seberapa banyak dalam kondisi apa, berapa lama, dan
dimana ?".
Penetapan tujuan advokasi sebagai dasar untuk merancang pesan dan media
advokasi dalam merancang evaluasi. Jika tujuan advokasi yang ditetapkan tidak jelas dan
tidak operasional maka pelaksanaan advokasi menjadi tidak fokus. Berikut adalah
salah satu contoh menetapkan tujuan mengenai pentingnya Kawasan
Tanpa Rokok ditempat kerja.
Tujuan Umum :
Meningkatnya Kawasan Tanpa Rokok ditempat kerja dari 50%
·- menjadi 70% sampai tahun 2014 di Kabupaten Bandung.
1 ·• 1·•·••·•·1·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•1·•·•·•·•·•·•·•·•··•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•·•• ••••••••••••••••••
- Call to Action
Pesan advokasi harus dapat mendorong penentu kebijakan untuk
bertindak atau berbuat sesuatu. Kebijakan kawasan tanpa rokok yang
dikeluarkan oleh pimpinan perusahaan, merupakan suatu tindakan
nyata untuk menerapkan Kawasan Tanpa Rokok bagi karyawan di
tempat kerja.
• Pesan Advokasi
- Merupakan pernyataan yang singkat, padat dan bersifat membujuk.
- Berhubungan dengan tujuan Anda dan menyimpulkan apa yang ingin
Anda capai.
- Bertujuan untuk menciptakan aksi yang Anda inginkan untuk dilakukan oleh
pendengar pesan Anda.
• Gaya Pesan Advokasi
- Seruan : Emosional vs Rasional
- Seruan : Positif vs Negatif
- Seruan : Masa vs lndividu
- Kesimpulan Tertutup vs Kesimpulan Terbuka
Presentasi adalah kunci untuk menyampaikan pesan.
• Pengemasan Pesan
<:> -
!!!!!!l!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!l!!!!!!!!!!!!!llll!!!i!ii!!!::: ."-----
c. Penggalangan sumber daya termasuk dana.
Kenali dan coba dapatkan sumber daya (uang, tenaga, keahlian, jejaring
dan perlengkapan lainnya) untuk melaksanakan kampanye advokasi.
Sekutu/mitra/teman
Hal yang perlu diidentifikasi adalah :
• Siapa, jumlah, lokasi dan jenis kelamin
• Pengetahuan tentang isu advokasi
• Jejaring kerja dan besarnya kelompok
2.3.2. StrategiAdvokasi
Adalah sebuah kombinasi dari pendekatan, teknik dan pesan-pesan yang diinginkan oleh para
perencana untuk mencapai maksud dan tujuan advokasi. Langkah-langkah kunci dalam
merumuskan strategi advokasi:
- Mengidentifikasi dan menganalisa isu advokasi
- Mengidentifikasi dan menganalisa pemangku kepentingan utama
- Merumuskan tujuan yang terukur
- Mengembangkan pesan-pesan utama advokasi
- Mengembangkan strategi (pendekatan, teknik-teknik, pesan-pesan, dan lain-lain)
- Mengembangkan rencana aksi advokasi
- Merencanakan pengawasan, pemantauan, dan penilaian
•
•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Rangkaian Perubahan Perilaku :
Strategi Advokasi yang memungkinkan perubahan
2.3.3. Pendekatan
Pendekatan merupakan kunci advokasi
- Melibatkan para pemimpin/pengambil keputusan
- Menjalin kemitraan
- Memobilisasi kelompok peduli
a. Lobi Politik
Merupakan suatu teknik advokasi yang bertujuan untuk menyampaikan
kebijakan publik melalui pertemuan, telepon resmi, surat, intervensi media,
dan lain-lain. Lobi politik seringkali diarahkan kepada sekelompok
pemimpin politik. <:>
b. Petisi
.- Merupakan pernyataan tertulis dan resmi untuk menyampaikan isu
masalah yang sedang hangat diperbincangkan
• Mewakili suatu pandangan kolektif dan tidak hanya individu dan
kelompok tertentu
• Merupakan pernyataan yang singkat dan jelas atas isu
permasalahan dan tindakan apa yang perlu dilakukan diikuti dengan
nama dan alamat dari sejumlah besar inividu yang
mendukung petisi tersebut
REFERENSI
• Pusat Promosi Kesehatan, Modul Teknologi Advokasi Kesehatan,
Jakarta,Tahun 2002
• Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Kiat-kiat advokasi
Kesehatan, Jakarta, 2003
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi kesehatan,Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta,2005
• Departemen Kesehatan RI, BPPSDMK , Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, Tahun
2007
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
lbu Sarmi, lbu Suni dan lbu Euis. Pertemuan tersebut mempunyai tujuan
sepakat berbagi tugas untuk melakukan kunjungan rumah di RT desa
Sekarwangi. Serta materi apa saja yang perlu dipersiapkan untuk
kunjungan rumah tersebut.
- Kelompok 4 : melakukan rapat antara Petugas UKS dengan Guru
UKS/BP dan Guru Olahraga SD Sekarwangi. Anggota kelompok
4 berperan sebagai bapak Danu, seorang Petugas UKS di Puskesmas, lbu
Rini selaku Guru UKS/BP dan bapak Sardi sebagai Guru Olahraga.
Tujuan pertemuan untuk menyepakati materi PHBS bisa diberikan
kepada siswa SD tersebut, dan bagaimana
mekanismenya.
3. Setiap selesai permainan peran peserta diminta untuk menanggapi.
4. Setelah seluruh permainan peran selesai, berdasarkan hasil permainan
peran tersebut fasilitator menjelaskan komunikasi efektif dan memberi
kesempatan kepada peserta untuk bertanya hal-hal yang belum <:
jelas. :
--- KOMUNIKASI DAN
ADVOKASI
...
··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:·:·:·:·:·:::·.·:·:·:·:·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:::::: • • •:•:•:•:•t:•:•:•.•:•:•:::•:•:.::
LEMBAR KERJA
LEMBAR KASUS
Desa Sekarwangi yang berpenduduk 2150, dari 430 KK dalam 15 RT, dalam 4 RW dan
merupakan salah satu desa yang terletak di wiiayah Kecamatan Bungapadi, Kabupaten
Pohonrindang. Waktu tempuh dari pusat kota kabupaten sekitar 6 jam dengan menggunakan
kendaraan darat. Rata
'-./ ~ rata penduduk bekerja sebagai petani, peternak kambing dan sapi. Hasil utama adalah beras
dan susu sapi yang memasok kebutuhan ke desa dan kecamatan terdekat. Selain itu sebagian
penduduk terutama yang miskin mendapat penghasilan dari jualan sapu lidi dan pengki yang
bahannya didapatkan dari tanaman kelapa dikebunnya.
.:» Dari data Puskesmas dapat diketahui beberapa permasalahan kesehatan
yang ada di Desa Sekarwangi yaitu dari 10 besar penyakit yang banyak di sana diantaranya
adalah Diare, ISPA, malaria, TB, campak, penyakit pencernaan, penyakit kulit, dan lain-lain.
Data jumlah balita yang ditimbang setahun empat kali atau lebih sekitar 49% dan yang tidak
pernah ditimbang sekitar 23%. Selanjutnya, 50% balita yang ditimbang tidak memiliki KMS,
termasuk buku KIA yang dimiliki oleh lbu Balita hanya sekitar 30% saja. Anak balita yang
mendapat imunisasi lengkap hanya 33%, IMO hanya 16% dan ASI Eksklusif sekitar 15%.
Gambaran akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai berikut : di
Polindes (15%), praktik bidan (10%), Puskesmas (10%), karena Puskesmas letaknya cukup jauh.
Tidak ada Tenaga Kesehatan/Bidan di Desa Sekarwangi. Sebagian besar masyarakat desa
masih percaya dengan dukun.
Meskipun Desa Sekarwangi berada di pegunungan tetapi susah untuk mendapatkan air
bersih. Penduduk harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan air bersih.
Terdapat beberapa peternakan sapi perah yang limbahnya mencemari air tanah di desa
Sekarwangi.
Kegiatan sosial penduduk pengajian, silaturahmi hajatan dan masih
<:» tampak kegotongroyongan penduduk pada terutama pada saat ada
•
llll :•:•:•:•:•:•11:•:•1:•11=•11=•=•111::•:•:•:•:•1•:•1•1•::•:•:•:1•:•:•1:•1•:•::•:•:•:•:•:•:•:•:•:••
kematian, pendirian rumah dan masa tanam. Bapak Camat adalah seorang
pemimpin yang sangat berkomitmen dalan melaksanakan tugasnya.
Dari gambaran masalah kesehatan, perlu pengembangan segera
diwujudkan. Oleh karena itu perlu advokasi kepada Kepala Desa ~/ Jaim
dan Imam, Tokoh Agama, Tukul, Petani dan Peternak berada
agar memberikan dukungan untuk mewudkan desa siaga aktif di desa
Sekarwangi.
./fiodai7
KEMITRAAN
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
REFERENSI
LEMBAR
KERJA
1. Pedoman diskusi kelompok "Kemitraan"
2. Skenario untuk bermain peran:
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan untuk menyusun rencana
bersama;
• Melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan dilapangan;
• Menyelenggarakan pertemuan kemitraan membahas hasil
monitoring dan evaluasi
KEMITRAAN
IHHIHHHHHIHHHH!HUIHHHHIHHHHHHH!HH!:i!i!
I. DESKRIPSI SINGKAT
Wadah kemitraan dalam mewujudkan desa dan kelurahan siaga aktif, adalah
Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di berbagai tingkat administrasi
berdasarkan Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal
27 April 2011. Hal : Pedoman Pelaksanaan Pembentukan Kelompok Kerja
Operasional dan Forum Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Wadah ini dapat
dioptimalkan agar terlaksana koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan sinergisme
antar mitra sehingga dapat mempercepat terwujudnya desa dan kelurahan siaga
aktif diwilayah kerja masing-masing fasilitator pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan.
•
1.2. Peran Mitra
KEMITRAAN
~:!:!::lililiii!l!lllllllllllllll!!!!!lllll!llll!!!!!!!!ll!!II!!!!!
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 4 Jpl (T=1 jpl; P=3; PL=O)
@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
•
.. •..
•:.1:•: : •:•:1.•:1 : : •:.:.:.:.1•:.1•1•:.:.:.:.:.•:::::::::::::::::::::::::::::::::: .
V. URAIAN MATERI
• Alasan terbangunnyaKemitraan
Terbangunnyakemitraan, seringkali dilatarbelakangi oleh alasan-alasan :
a. Adanya kesamaan tujuan
b. Adanya kesamaan peluang yang harus dilaksanakan bersama
KEMITRAAN
..
·•·:·:·:·:·:·:·:: : ·:·:·:·:·::.·:·:·:·:·:·:1··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:·:1:·:·:··:·:·:·::::
• Prinsip-prinsipKemitraan
a. Saling membutuhkan
b. Saling ketergantungan c. Saling percaya
d. Saling menguntungkan
e. Saling mendukung f. Saling membangun
g. Saling melindungi
• Syarat Kemitraan
a. Kesetaraan (simetris)
b. Saling menyadari kebutuhan pihak lain
c. Saling memiliki keunggulan untuk dapat membantu (memenuhi kebutuhan) pihak lain
d. Niatan yang sama untuk bekerjasama dan bukan saling memanfaatkan
(eksploitatif)
e. Kejujuran
KEMITRAAN
•
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!l!!!!!I!!!!!!!!!:
2. Peran Puskesmas
- Menggerakan masyarakat desa
- Menyelengarakan pelayanan kesehatan dasar
- Menggalang komitmen dan kerja sama tim di tingkat Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
- Monitoring
iii KEMITRAAN
•:i!!!l!!!l!!!!!!!!!l!!l!!!!!!!!!!!!ll!llllll!!IIIIIIIIIIIII
4. Lembaga Kemasyarakatan
- Mengintegrasikan Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
- Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan
swadaya masyarakat dalam rangka Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga
Aktif
POKOK BAHASAN 2 :
PERENCANAAN (KEMITRAAN) BERSAMA
KEMITRAAN
.
·:111111111·•···•··•··•·:·:1·:·1:1··:1•··:·:·•:•·•·•·•·•·•1•::•1•:·1•·• ··•·•·•·•·•·•·•1•1•1···••·••·:·•:·•·•··•·•·
pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga Aktif. Untuk itu para mitra perlu
bertemu agar saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi serta peran masing-masing secara
terbuka dan kekeluargaan. Wadah kemitraan dalam pengembangan dan penyelenggaraan
Desa/KelurahanSiaga Aktif adalah Pokjanal dan Forum Desa dan Kelurahan Aktif; 3)
Pengaturan peran, tujuannya agar masing-masing mitra mengetahui perannya; 4) Komunikasi
intensif, untuk menjalin dan mengetahui perkembangan kemitraan maka perlu dilakukan
komunikasi antar mitra secara teratur dan terjadwal; 5) Melakukan kegiatan, diharapkan sesuai
dengan rencana kerja tertulis yang disepakati bersama. Pelaksanaan kegiatan biasanya
dilaksanakan bersama- sama atau sendiri-sendiri; 6) Pemantauan dan penilaian, kegiatan ini juga
harus disepakati sejak awal dalam pelaksanaan kegiatan kemitraan. Hasil dari pemantauan dan
penilaian dapat digunakan untuk menyempurnakan kesepakatan yang telah dibuat.
Rencana kemitraan bersama dalam pengembangan dan penyelenggaraan Desa/Kelurahan Siaga
Aktif mencakup aspek tujuan, jenis kegiatan kemitraan yang akan dilakukan, peran mitra
dalam kegiatan tersebut, jadwal waktu
dan juga disepakati indikator keberhasilan kegiatan kemitraan yang akan <:>
dilaksanakan tersebut.
Kemitraan dapat berjalan efektif dan efisien, antar mitra perlu melakukan koordinasi, yang
disepakati dalam mekanisme kerja kemitraan. Wadah koordinasi dalam pengembangan dan
penyelenggaraan Desa/KelurahanSiaga Aktif telah dibentuk dengan nama Kelompok kerja
Operasional (Pokjanal) Desa/Kelurahan Siaga Aktif di masing-masing tingkatan pemerintahan
dan Forum Desa Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di Daerah.
Pelaksanaan kegiatan kemitraan hendaknya sesuai dengan yang tertulis
dalam dokumen perencanaan. Kegiatan dapat dilaksanakan bersama-sama
KEMITRAAN
$0·1° e·•·•·•· •·•·•·•1
• • ••
b. Penyelenggaraan
Kegiatannya berupa langkah-langkah dalam memfasilitasi siklus pemecahan
masalah demi masalah kesehatan yang diderita /dihadapi masyarakat desa
atau kelurahan, yang meliputi : Pengenalan Kondisi Desa atau Kelurahan,
ldentifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS, Musyawarah Desa/Kelurahan,
Perencanaan Partisipatif, Pelaksanaan Kegiatan.
•
1.!•1.1.1.1.1.!•1.!•!•1.1.1.!•1.!•1.1.1.1.1.1.1.11.1.1.1.1.:.:.:.:.:.•.:::::•:::::::::::::::::: .
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Sekretariat Jenderal, Kemitraan Menuju <:>
Indonesia Sehat, Jakarta, 2003
• Soekidjo Notoatmodjo, et.al., Promosi kesehatan,Teori dan Aplikasi, Rineka
Cipta, Jakarta,2005
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services
Project, Modul Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas
Puskesmas, Jakarta, 201 0
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif, Tahun 2010
• Surat Mendagri No. 140/1508/SJ, Tanggal 27 April 2011. Hal: Pedoman
Pelaksanaan PembentukanKelompok KerjaOperasionaldan Forum Desa dan
KelurahanSiaga Aktif
KEMITRAAN
··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·::.·:·:·:·:·:·:·:·:1·:·1:·:·:·:·:.·:·:·:·:::·.1:··:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:·:::
LEMBAR KERJA
•
.. ..
t.:•: t •::.•:•:•::.•:•:•:•:•:•:: : •:•::.•:•:t.•:•:••:•:•:•:::•.t:•.•:·:·:·:·:·:·:·:·:·:·:··:·:·:·:·:·:::·:·.·:·:.
LEMBAR KERJA
1. Masih kelompok yang sama, masing-masing kelompok diminta untuk bermain peran :
Menyelenggarakan pertemuan kemitraan dalam wadah Pokjanal dan Forum Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
2. Kelompok 1 bermain peran untuk menyusun rencana bersama.
Anggota kelompok 1 berperan sebagai : Pak Amir, Kepala Desa, Pak Tahir, KPD, lbu Minah
wakil Kader PKK, Pak Jumhana, Pak Amir wakil Lembaga Masyarakat Desa, lbu Rukinem-Toma,
Pengusaha home made bakpia dan Pak Ali Petugas Pustu serta Bu Nina Bidan Desa melakukan
pertem~n kemitraan untuk menyusun rencana kemitraan bersama. Dalam menyusun rencana
kemitraan bersama aspek yang dibahas adalah: 1) Penjajagan yang mencakup identifikasi jenis
dan potensi/ peran mitra; 2) , Jenis kegiatan kemitraan yang akan dilakukan, peran mitra dalam
kegiatan tersebut, jadwal waktu dan 3) Menentukan indikator keberhasilan, cara pemantauan dan
penilaian kegiatan kemitraan yang akan dilaksanakan tersebut.
Kelompok 2 : bermain peran sebagai Pak Tahir, KPD, lbu Minah Wakil Kader PKK, Bu Nina
Bidan Desa dan melaksanakan kegiatan kemitraan pemantauan dilapangan dengan mengunjungi
dasawisma menggunakan formulir PHBS. Dari hasil pemantauan dilapangan tersebut masih banyak
rumah tangga yang belum ber-PHBS.
KEMITRAAN
.. .
:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.:.·::.·:111::::::::::111:: 1 1·:·:·.::1:1.11:1· ::::::::1:111.1111
Bu Nina Bidan Desa melakukan pertemuan kemitraan membahas hasil monitoring dan
evaluasi, yang membahas aspek temuan masalah, penyebab masalah dan menentukan cara
pemecahan masalah yang dapat dilakukan secara kemitraan.
<:» 3. Setiap selesai bermain peran, peserta Jain memberikan tanggapan.
4. Setelah semua selesai bermain peran, pelatih merangkum hasil permainan peran
dikaitkan dengan penjelasan tentang kemitraan secara keseluruhan.
... .......,/
KEMITRAAN
•
f
-...../
PRAKTIK KERJA
LAPAN GAN
:::::::•t::•:::::::::::::::::::::::::::::::::::::•:•:t:::::
~······=···=·····································=·=·······
.#/odui&
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
DAFTAR ISi
LANGKAH-LANGKAH KEGIATANPEMBELAJARAN
REFERENSI
LEMBAR KERJA
1 . Pedoman Melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
I. DESKRIPSISINGKAT
Ill. POKOKBAHASAN
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 10 jam pelajaran (T=0 jpl; P=O;
PL=10)@ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-
langkahkegiatan pembelajaran sebagai berikut :
diaktifkan kembali
- Memantapkan data potensi desa atau potensi kelurahan
- Menggalang semangat dan partisipasi warga desa atau kelurahan untuk
mendukung pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga aktif
- Menyusun rencana partisipatif
3. Langkah3 (120menit):
a. Masing-masing kelompok menyusun laporan PKL.
b. Hasil PKL disajikan secara pleno dan pelatih memberikan feed back
hasil PKL tersebut.
REFERENSI
1. Depkes.RI, BPPSDMK Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator Tingkat
Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta, 2007
2. Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
LEMBAR KERJA
•
.. ... .. .. ..
•:•:•:•:•:: t •:•:t.•:•:: t t •:•:•:•:•:•.: · ·:·:·:·:::·.·:::·.·:·:·:·:·:1: • • •:•:t:•:t.•:•.:::·· · ·:·:·:·:::·:·:·.·:·::••
./f/£oduiy
.:»: MEMBANGUN KOMITMENBELAJAR (BLC)
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
I. DESKRIPSISINGKAT
Komunitas harus menghargai setiap individu yang terlihat dari komitmen komunitas
terhadap pembelajaran. Kinerja individu dalam komunitas ditingkatkan dengan
memberdayakandan mendorong kreativitas mereka. Sebuah komunitas memahami
persyaratan untuk mencapai keberhasilan
dengan menghargai perbedaan, mengakui setiap usaha dan mendorong -:»
terjadinya partisipasi.
B. TujuanPembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini peserta dapat
1. Mengenal seluruh peserta, pelatih dan panitia penyelenggara
2. Mengetahui tujuan pelatihan yang diikutinya
~, 3. Menyampaikan harapannya
4. Menyepakati norma selama proses pelatihan
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 3 jam pelajaran (T=0 jpl; P=3; PL=O) @
45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
sebagai berikut :
REFERENSI
• Departemen Kesehatan RI, Badan PPSDM Kesehatan, Kurikulum & Modul Pelatihan
Fasilitator Tingkat Puskesmas dalam Pengembangan Desa Siaga, Jakarta,2007
• Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal PP&PL, Modul Pelatihan
Bagi Pelatih PSN DBD dengan pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
(COMBI), 2007
• Kementerian Kesehatan RI, Second Decentralized Health Services Project, Modul
Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
REN CANA
TINDAK LANJUT (RTL)
.:»
-
<:»
....._
rii
<:» 1-=
~
.. .... .
··:·:·:·:·:·:·:·:·:·::.·:·:·:·::.·:·:.·:·:·.:.·::·.::·.::·.·:·:::·.·:·:·:::·.·:·:·:·1:: · ·:·:·:··:::: : • : ::
Afudd10
RENCANATINDAK LANJUT (RTL)
DAFTAR ISi
I. DESKRIPSI SINGKAT
LEMBAR KERJA
1. Pedoman Penyusunan RTL
I. DESKRIPSI SINGKAT
Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 2 jam pelajaran (T:
O jpl; P: 2; PL: 0) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran,
dilakukan langkah-langkah kegiatan pembelajaransebagai berikut:
REFERENSI
• Kementerian KesehatanRI, Second Decentralized Health Services Project, Modul Pelatihan
Pemberdayaan Masyarakat Bagi Petugas Puskesmas, Jakarta,2010
• Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Umum Pengembangan Desa dan
KelurahanSiaga Aktif, Jakarta, 2010
•
.•. ..
•:t:tt!!!!!tt•:::::•: t : •: : •:tt:t:::,::,:•:::.:.:.:.:.:.,.:•:.:.,.,:•:•:.:.:.:.•.:.:::: .
LEMBAR KERJA
PENGARAH
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
PENANGGUNGJAWAB
drg. Rarit Gempari, MARS
TIM PENYUSUN
lsmoyowati, SKM, M.Kes
Dr. P. A. Kodrat Pramudho, SKM,M.Kes.
Dr. Bambang Hartono,MSc. Ora. Ruflina Rauf,
SKM,M.Si. Ora. Zuraidah, SKM, MPH.
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes.
Ir. Dina Agoes Soelistijani, M.Kes
KONTRIBUTOR
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.Sc
Tati Nuryati, SKM, M.Kes, Haryati Rahman, SKM, M.Pd
Ucu Djuwitasari, S.Kp, MM, M.Kes, Ora. Enny Wahyu Lestari, M.Sc
Dra. Euis Maryani, M. Kes, Ir. D. Slamet, Ph, MM, Sartono, S.Si, MM
,,..- Willianto P Siagian, S.STP, Drg. Marlina Br Ginting, M.Kes, Sunarti, S. Sos
,.. ,; Ch. Hartawan, MIA, Ir. Sondang Hutagalung, M.Si
Dedeh Syaadah, SKM, MKM, Dwiati Sekaringsih, SKM, M.Kes, Drg. Yusra, M.Kes
Drg. Ery HZD, MRM, Marsuli, S.Sos, M.Kes, Irma Guspita Dewi, SKM
lis Bilqis Robitoh, Amd, Mulyana Chandra, S.Si
Woro S. Aryani, SKM, Eunice Margarini, SKM R. Danu Ramadityo,
S.Psi, dr. Marti Rahayu D.K