Anda di halaman 1dari 3

Jenis jenis citra

Menurut frank jefkins, ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia publick relations.
Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan,yakni

1. Citra bayangan (mirror image)


Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang yang dalam mengenai pandangan luar,
terhadap organisasinya. Citra bayangan diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan
terutama pemimpinnya yang selalu merasa dalam posisi yang baik tanpa mengacuhkan
kesan orang luar. Citra ini timbul karena kurangnya informasi, pengetahuan dan pemahaman
yang dimiliki oleh kalangan dalam organisasi mengenai pendapat pihak luar. Dalam situasi
yang biasa, sering muncul fantasi semua orang menyukai kita. jadi hanya berupa ilusi.
Contoh : PT. Pertamina telah dikenal public sebagai perusahaan minyak di Indonesia. Saat ini
mengalami krisis kebocoran tangki minyak. Untuk menanggapi krisis tersebut direktur PT.
Pertamina langsung bertemu dengan public untuk memberikan konfirmasi terhadap krisis
yang dihadapi perusahaan ini.

2. Citra yang berlaku (current image)


Citra yang berlaku adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar
mengenai organisasi. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik penerimaannya,
sehingga dalam posisi tersebut pihak humas/PR akan menghadapi resiko yang sifatnya
permusuhan, kecurigaan, prasangka buruk (prejudice), dan hingga muncul kesalah pahaman
(misunderstanding) yang menyebabkan citra kami yang ditanggapi secara tidak adil atau
bahkan kesan negative yang diperolehnya. Contoh : kepolisian di Indonesia, citra kepolisian
di Indonesia sudah cenderung pada negative. Ditambah lagi kasus polri dan KPK yang
membuat citra kepolisian ini memburuk. Memburuknya citra kepolisian di mata public ini
karena kurangnya informasi masyarakat terhadap masalah yang dihadapi, ditambah lagi
pengalaman masyarakat dengan kepolisian selalu buruk, misalnya terkena denda tilang.

3. Citra yang diharapkan (wish image)


Citra yang diharapkan adalah citra yang diinginkan atau menjadi tujuan oleh pihak
manajemen atau suatu organisasi. Citra yang diharapkan cenderung pada hal yang baik atau
kesesuaian dengan publicnya. Sehingga dapat menarik respon masyarakat yang lebih luas.
Citra harapan merupakan citra yang diinginkan setiap perusahaan. Walaupun pencapaiannya
sangat sulit. Contoh : PT.Djarum merupakan salah satu produsen rokok terbesar di
Indonesia. Rokok saat ini masih banyak mengalami berbagai pertentangan dikalangan
masyarakat muslim, karena menurut umat muslim rokok itu haram untuk dikosumsi.
Walaupun isu tersebut mengancam perusahaan, namun hal tersebut tidak menghalangi
PT.Djarum tetap berjalan. Salah satu cara untuk membangun citra harapan adalah dengan
mengadakan program CSR. Dengan berbagai program CSR yang diadakan perusahaan ini
masyarakat akan melihat PT.Djarum sebagai perusahaan yang turut membangun negeri
seperti teks linenya, jadi masyarakat lebih memandang PT.Djarum dari sisi positif dengan
berbagai program CSR yang dijalankan, disbanding sisi negatifnya.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan hanya
sekedar citra atas produk dan pelayanannya saja. Jenis citra ini berkaitan dengan sosok
perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang
positif, lebih dikenal serta diterima oleh publicnya, mungkin tentang sejarahnya, kualias
pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan
tanggung jawab social (social care) sebagainya. Dalam hal ini pihak humas/ PR berupaya atau
bahkan ikut bertanggung jawab untuk mempertahankan citra perusahaan, agar mampu
mempengaruhi harga sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetensi di pasar
bursa saham. Hal-hal positif yang dapat meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain :
a. Sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang.
b. Keberhasilan-keberhasilan dibidang keuangan yang pernah diraihnya.
c. Sukses ekspor.
d. Hubungan industry yang baik.
e. Reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar.
f. Keadaan turut memikul tanggung jawab social, komitmen mengadakan riset.

Contoh : perusahaan maskapai penerbangan Air Asia, sebagai maskapai baru pasti
membutuhkan image yang baik sehingga dapat menarik konsumen atau penumpang agar
mau menggunakan jasa penerbangan Air Asia. Citra Air Asia sekarang ini yang diusung
adalah armadanya yang selalu baru dengat pilot yang sudah mempunyai jam terbang
panjang. Dengan teks line ini maka dapat menarik konsumen dari kalangan yang
berpengalaman atau menengah keatas, walaupun sebelumnya Air Asia selalu mengusung
promo untuk menarik penumpang menengah kebawah.

5. Citra serbaneka/majemuk (multiple image)


Citra majemuk yaitu adanya image yang bermacam-macam dari publiknya terhadap
organisasi tertentu yang ditambahkan oleh mereka yang mewakili organisasi kita dengan
tingkah laku yang berbeda-beda atau tidak seirama dengan tujuan ayau asas organisasi kita.
Citra ini merupakan citra pelengkap dari citra perusahaan diatas, misalnya bagaimana pihak
humas/PR akan menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas perushaan, atribut
logo, brands name, seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby kantor,
dan penampilan para profesionalnya. Contoh : produk Yamaha, image dari perusahaan
adalah Yamaha semakin didepan. Namun citra yang dimiliki produk ini cukup banyak, image
ini timbul dari konsumen maupun karyawan. Bila dari karyawan atau perusahaan dimata
public produk Yamaha adalah sebagai produk yang orderdilnya mudah di dapat, bila dilihat
dari konsumen yang kebanyakan anak muda maka produk Yamaha dapat dikatakan sebagai
motor anak muda. Selain dua image yang muncul ditengah masyarakat ada banyak image
lainnya, seperti sebagai motor injeksi pertama, sehingga image produk Yamaha menjadi citra
majemuk.

6. Citra Penampilan (performance image)


Citra ini lebih di tujukan kepada subyeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri
(performance image) para professional dalam perusahaan yang bersankutan. Citra penampil
lebih pada penampil fisik atau apa bias dilihat sebagai representasi kinerja perusahaan
tersebut. Missal dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanan, menyabut
telpon, tamu dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan serta memberikan
kesan yang selalu baik. Mungkin masalah citra penampilan ini kurang diperhatikan atau
banyak disepelekan orang. Misalnya, dalam hal mengangkat secara langsung telpon yang
sedang berdering tersebut dianggap sebagai tindakan interupsi, termasuk si penerima telpon
masuk tidak menyebut ientitas nama pribadi atau perusahaan bersngkutan merupakan
tindakan kuang bersahabat dalam melanggar etika. Contoh : mantan gubernur garut aceng
fikri, sebagai orang yang terpandang, satu kesalahan dapat terus melekat diingat masyarakat
luas umumnya dan khususnya masyarakat garut sendiri. Sebagai orang nomor satu pada saat
itu, kepercayaan yang diberikan masyarakat kepadanya dicoreng dengan tingkah lakunya
dengan menceraikan istrinya setelah menikah hanya dengan hitungan hari. Hal ini jelas
menjadikan citra penampilan aceng fikri menjadi buruk dan berimbas pada citra daerah garit
itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai