Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan
seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja.Dengan beraktivitas tubuh
akan menjadi sehat, system pernapasan dan sirkulasi tubuh akan berfungsi dengan baik, dan
metablisme tubuh dapat optimal. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
sistem persarafan dan muskuloskeletal.Aktivitas fisik yang kurang memadai dapat menyebabkan
berbagai gangguan pada system musculoskeletal seperti atrofi otot, sendi menjadi kaku dan juga
menyebabkan ketidakefektifan fungsi organ internal lainnya.
Latihan merupakan suatu gerakan tubuh secara aktif yang dibutuhkkan untuk menjaga
kinerja otot dan mempertahankan postur tubuh.Latihan dapat memelihara pergerakan dan fungsi
sendi sehingga kondisinya dapat setara dengan kekuatan dan fleksibilitas otot. Selain itu, latihan
fisik dapat membuat fungsi gastrointestinal dapat bekerja lebih optimal dengan meningkatkan
selera makan orang tersebut dan melancarkan eliminasinya karena apabila seseorang tidak dapat
melakukan aktifitas fisik secara adekuat maka hal tersebut dapat membuat otot abdomen menjadi
lemah sehinga fungsi eliminasinya kurang efektif.
Aktivitas sehari-hari (ADL) merupakan salah satu bentuk latihan aktif pada seseorang
termasuk didalamnya adalah makan/minum, mandi, toileting, berpakaian, mobilisasi tempat
tidur, berpindah dan ambulasi/ROM. Pemenuhan terhadap ADL ini dapat meningkatkan harga
diri serta gambaran diri pada seseorang, selain itu ADL merupakan aktifitas dasar yang dapat
mencegah individu tersebut dari suatu penyakit sehingga tindakan yang menyangkut pemenuhan
dalam mendukung pemenuhan ADL pada klien dengan intoleransi aktivitas harus diprioritaskan.
muskuloskeletal
Gerakan terjadi melalui kombinasi kerja sistem muskuloskeletal dan sistem saraf. Tidak hanya
terbatas pada gerakan fisikyang dapat kita lihat. Ini juga meliputi aktivitas bertahan hidup yang
tidak dapat dilihat secara kasat mata (misalnya penapasan, pencernaan, sirkulasi). Komponen
kunci dari gerakan meliputi tulang, otot, sendi, dan saraf.
• Tulang (skeleton) memberikan kerangka kerja untuk gerak. Tulang yang rapuh memiliki
kerangka kerja yang buruk dan dapat memburuk kapan saja dan selanjutnya dapat menghalangi
gerak.
• Sendi adalah titik bertemunya tulang. Ada tiga jenis senddi berbeda: sinartrosis atau sendi
serabut yang tidak mengizinkan gerakan (batas tulang tengkorak); amfiartrosis atau sendi
kartilago yang mengizinkan gerakan ringan (tulang belakang); dan diartrosis atau sendi synovial
yang mengizinkan gerakan maksimal. Sendi synovial paling banyak mendukung aktivitas.
Ligamen merupakan kumpulan jaringan serabut fleksibel yang menghubungkan tulang satu
dengan yang lain. Ligamen yang robek menghambat stabilitas sendi dan akan merusak gerak.
• Kontraksi otot dan relaksasi otot berhubungan dengan tendon (struktur berbentuk gelendong
kuat yang melekatkan otot pada tulang) untuk menghasilkan gerak.
• Sama halnya dengan tidak dapat bergerak tanpa otot dan tendon, otot tidak dapat bergerak
tanpa bantuan sistem saraf pusat (SSP). SSP mengendalikan krontraksi dan relaksasi otot, yang
pada gilirannya menyebabkan fleksi (bengkok) dan ekstensi (lurus), yang pada akhirnya
menghasilkan gerakan yang terkoordinasi dengan baik.
Transportasi Pasien adalah sarana yang digunakan untuk mengangkut penderita/korban dari
lokasi bencana ke sarana kesehatan yang memadai dengan aman tanpa memperberat keadaan
penderita ke sarana kesehatan yang memadai
1) Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh. Contoh:
keseimbangan orang saat berdiri dan saat jalan akan berbeda. Orang yang berdiri akan
lebih mudah stabil dibandingkan dalam posisi jalan. Dalam posisi jalan akan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain, dan posisi gravitasi akan selalu
berubah pada posisi kaki.
2) Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.contoh : posisi orang duduk
akan berbeda dengan orang jongkok, dan tentunya berbeda dengan posisi membungkuk.
Gravitasi adalah hal yang perlu diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan. Dalam menahan diperlukan dasar tumpuan yang tepat.
3) Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan untuk memindahkan benda. Yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian, letak benda, posisi kaki dan tubuh dalam menarik,
sodorkan telapak tangan dan lengan atas dipusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki ditekuk,
lalu dilakukan penarikan.
4) Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan pergerakan daya tarik. Gunakan otot-otot besar besar dari tumit,
paha bagian atas, kaki bagian bawa, perut, dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada
daerah tubuh bagian belakang.
5) Memutar (pivoting)
Merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang belakang.
Gerakan memutar yang baik memerhatikan ketiga unsur gravitasi agar tidak berpengaruh
buruk pada postur tubuh.
Pengaturan Posisi
1. Posisi fowler
Adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau di naikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler
Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)
Peralatan
Tempat tidur
Bantal kecil
Gulungan handuk
Bantalam kecil
Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja
Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
melorot kebawah ketika kepala dinaikkan.
Naikkan kepala bed 45˚ sampai 60˚sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45˚, fowler
tinggi 60˚)
Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana.
Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervical
dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur
tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi
kontraktur dari leher.
Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper
ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot kebawah.
Pastikan bahwa tidak ada pada area popliteal dan lutut dalam keadaan fleksi.
Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan pada dinding vena. Fleksi lutut
membantu supaya klien tidak melorot kebawah.
Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstrimitas bawah
pasien mengalami paralis atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan
gulungan trochanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah
hiperekstensi dari lutut damn oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan
dari berat badan. Gulungan trochanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.
Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.
Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan,bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan
gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah
pengumpulandarah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan,
mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Berikut ini masalah umum yang yerjadi pada klien dengan posisi Fowler:
Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala terlalu tebal dan kepala
terdorong ke depan.
Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur kebagian kaki tempat tidur.
Tekaknan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.
Rotasi luar pada pinggul.
Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.
Kaki yang tidak tersokong.
Titik penekanan di sakrum atau di tumit yang tidak terlindungi.
2. Posisi sims
Adalah Posisi miring kekanan atau kekiri. Posisi ini dilakukan untuk memeberi
kenyamanan dan untuk memberikan obat melalui anus.
Tujuan :
Untuk memfasilitasi drainase dari mulut klien yang tidak sadar.
Mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada klien yang mengalami paralisis.
Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perwatan pada area parineal.
Untuk tindakan pemberian enema.
Peralatan :
Tempat tidur
Bantal kecil
Gulungan handuk
Sarung tangan (bila diperlukan)
Cara pelaksanaan :
Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan.
Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur.
Gulungkan klien pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen.
Letakkan bantal dibawah kepala klien.
Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi.
Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai
sikunya. Mencegah rotasi inrternal bahu.
Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul.
Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan
pergelangan kaki pada kasur.
Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki
pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.
Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
Dokumentasikan tindakan yang yang telah dilakukan.
3. Posisi trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepla lebih rendah daripada bagian
kaki.
Tujuan :
Posisi ini digunakan untuk melancarkan peredaran darah ke otak
5. Posisi litotomi
Adalah posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
keatas bagian perut.
Tujuan :
Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genetalia dan memasang alat kontrasepsi.
Tujuan :
a. Untuk klien post operasi dengan menggunakan anastesi spinal.
b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang
tidak tepat.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Footboard
e. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment
yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan
dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada
lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
8. Posisi Orthopneu
Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed
atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang diatas bed.
Tujuan :
a. Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada
yang maksimal
b. Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Footboard
5. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi
mikroorganisme.
b. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
merosot kebawah saat kepala dinaikkan.
c. Naikkan kepala bed 90
d. Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed.
e. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang
lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi
lulut dan tekanan pada tumit.
f. Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien
supaya tidak melorot kebawah.
g. Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi
pada pinggul.
h. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Tujuan :
1. Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
2. Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Peralatan :
1. Tempat tidur
2. Bantal angin
3. Gulungan handuk
4. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmismikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang
tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan
tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan
posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari
mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi
vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada
wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien
wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan
menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi,
memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang
berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah
lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Potensial masalah yang terjadi, antara lain:
1. Hiperekstensi leher.
2. hiperekstensi spinal lumbal.
3. Plantar fleksi pergelangan kaki.
4. Titik penekanan di dagu, siku, pinggul, lutut dan jari-jari kaki tidak terlindungi.
10. POSISI LATERAL (SIDE LYING)
Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan :
a. Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik
b. Baik untuk posisi tidur dan istirahat
c. Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit.
Peralatan :
a. Tempat tidur
b. Bantal angin
c. Gulungan handuk
d. Sarung tangan (bila diperlukan)
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
b. Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi
klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.
c. Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat
d. Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment,
mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.
e. Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada
bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.
f. Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu
serta penekanan pada dada.
g. Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara
paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki.
Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah.
h. Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk menstabilkan posisi.
Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan
mencegah rotasi tulang belakang.
i. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
j. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Berikut ini masalah umum yang terjadi pada posisi miring :
1. Flesi lateral pada leher.
2. Lengkung tulang belakang keluar dari kesejajaran normal.
3. Persendian bahu dan pinggul berotasi dalam, adduksi, atau tidak disokong.
4. Kurangnya sokongan kaki.
5. Titik penekanan di telinga, tulang ilium, lutut dan pergelangn kaki kurang terlindungi