Oleh:
NIM :165030101111065
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Korupsi dari bahasa latin : “corruption” dari kata kerja “corrumpere” yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. Secara harfiah,
korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politis maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan public yang dipercayakan kepada
mereka. Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak. Jika
membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan semacam itu karena
korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk,jabatan dalam instansi
atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian,
faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan
di bawah kekuasaan jabatannya.
Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau
oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang
memerlukan kemampuan berpikir aparat pemeriksaan dan penegakan hokum disertai
pola perbuatan yang sedemikian rapi. Oleh karena itu, perubahan dan
perkembangan hukum merupakan salah satu untuk mengantisipasi korupsi. tersebut.
Karena korupsi terkait dengan berbagai kompleksitas masalah, antara lain masalah
moral atau sikap mental, masalah pola hidup serta budaya, lingkungan sosial,
sistem ekonomi, politik dan sebagainya. Dalam menghadapi karakteristik demikian
maka salah satu cara memberantas tindak pidana korupsi yang selama ini diketahui
adalah melalui sarana hukum pidana sebagai alat kebijakan kriminal dalam mencegah
atau mengurangi kejahatan.
Banyak kasus-kasus korupsi yang akhir-akhir ini mendapatkan putusan yang
cukup ringan, dalam hal ini kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia dan
khususnya kasus-kasus korupsi yang terjadi di kabupaten Jombang Jawatimur yang
dilakukan oleh Bupati nya sendiri yang diduga menerima suap dari Plt Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Jombang. Korupsi merupakan fenomena yang masih
memerlukan perhatian lebih karena merupakan kejahatan luar biasa yang dampaknya
sangat merugikan masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi
juga pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas.
Menurut Lopa (1996: 1) dalam Nurdjana (2005: 31-32), ketidakberdayaan
upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah dan penegak hukum bukan
disebabkan oleh lemahnya undang-undang, melainkan karena faktor kelemahan sistem.
Faktor kelemahan sistem merupakan produk integritas moral. Upaya yang seharusnya
dilakukan dalam perbaikan sistem tergantung pada integritas moral, karena yang
memiliki pemikiran bahwa sistem harus diperbaiki adalah orang yang bermoral. Orang
yang berilmu namun tidak bermoral tidak akan terdorong untuk memperbaiki sistem,
bahkan akan menggunakan kesempatan dari kelemahan sistem tersebut.
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi korban
korupsi atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya korupsi
karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi. Diantara
penyebabnya adalah:
Saat ini pemerintah tengah fokus melakukan reformasi yang bertujuan untuk
memperbaiki administrasi yang selama ini dinilai buruk oleh masyarakat. Reformasi
dikemukakan sangat beragam bentuknya, yakni: Kata “reformasi” pertama kali muncul
pada abad ke-16 di mana di eropa barat sedang terjadi religious revolution yang
gereja katolik dan kemudian menjalar ke berbagai penjuru dunia. Kata reformasi
kemudian digunakan sebagai sebutan bagi upaya kolektif dan korektif terhadap
dengan akal sehat yang dilancarkan oleh kelompok atau pihak yang merasa tertindas.
dilancarkan oleh kekuatan tertentu di dalam masyarakat sebagai reaksi atau koreksi total
reform yang secara semantik bermakna “make or become better by removing or putting
1980), dalam Wibisono (1998:1). Rumusan ini menggambarkan bahwa pada dasarnya
reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih baik dari yang sudah
ada.Mustafa (2014:145)
proses untuk mengubah struktur ataupun prosedur birokrasi publik yang terlibat dengan
adalah usaha-usaha yang memacu atau membawa perubahan besar dalam sistem
struktur yang telah ada sebelumnya. Reformasi dibutuhkan untuk mencapai tujuan
negara yaitu memebrikan pelayanan yang baik dan kepuasan masyarakat. Selain adanya
reformasi struktur, aparatur, prosedur dan tidak kalah pentingnya adalah reformasi
berjalan.
BAB III
PEMBAHASAN