Stake-Out Horizontal
GD4106 Survey Konstruksi
Kelompok 13
Anggota Kelompok :
A. Tujuan
1. Menentukan titik - titik yang telah diketahui di lapangan sipil (Stake-out)
2. Menerapkan metode 1 titik ikat dan 2 titik ikat dalam menentukan titik - titik di
lapangan
B. Manfaat
1. Mengetahui cara melakukan stake-out
2. Melatih pola pikir yang logis dan sistematis
3. Melatih skill dalam menggunakan alat - alat positioning
4. Melatih kerjasama tim (teamwork ability)
A. Dasar Teori
Dalam dunia engineering, perencanaan dan pendesainan sebuah proyek konstruksi
merupakan kunci penting dalam memperoleh sebuah proyek skala besar yang akurat. Setelah
semua perencaanan dilakukan diatas kertas, maka dilakukan tahapan berikutnya yaitu realisasi.
Dalam melakukan realisasi suatu proyek konstruksi, diperlukan sebuah metode yang saintifis
dan sistematis. Pekerjaan ini disebut juga dengan stake-out. Sebelum melakukan proses ini,
seorang engineer hendaknya melakukan beberapa tahapan penting dalam keberjalanan
pembangunannya seperti melakukan survei reconnaisance, survey lapangan, estimasi biaya,
dan sebagainya. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan aspek - aspek fisik berupa
bentuk bumi, titik BM, dan aspek kebumian lainnya.
Menurut W.Schofield dalam karyanya Enginering Surveying 6th Edition, Terdapat dua
metode dasar dalam melakukan proses stake-out (setting-out) suatu posisi ketika
menggunakan koordinat, yaitu metode polar dan interseksi. Dalam praktikum kali ini, metode
yang akan digunakan yaitu metode polar.
Image 1 Desain titik, sumber : W.Schofield, Engineering Surveying, hal. 486
Image 2 Titik B merupakan titik yang dicari dengan memanfaatkan prisma, source : Charles D.
Ghilani dan Paul R.Wolf, Elementary Surveying, 2012
Selain dengan menggunakan theodolit, dalam melakukan stake-out dapat pula dilakukan
dengan menggunakan pita ukur (Tape). Namun dalam praktikum kali ini, alat yang digunakan
yaitu Electronic Total Station (ETS).
Menurut Ghilani dan Wolf.S dalam karyanya Elementary Surveying 13th Edition (2012),
terdapat tiga metode yang biasa digunakan dalam menentukan posisi horizontal suatu teitik
dengan menggunakan ETS yaitu :
1. Azimuth
2. Koordinat
3. Reseksi
Dua metode pertama dapat dilakukan jika telah diketahui titik kontrolnya di permukaan
bumi, sementara metode ketiga digunakan jika berdiri alat dilakukan di titik yang tidak
diketahui.
Metode koordinat menggunakan pendekatan yang sama dengan metode Azimuth dalam
pengaplikasiannya, hanya saja koordinat tempat berdiri alat dan koordinat backsight diinput
ke ETS. Metode reseksi dilakukan untuk mengetahui posisi yang ditempati oleh alat dengan
memanfaatkan titik - titik kontrol di permukaan bumi.
B. Prosedur Praktikum
Akan dilakukan setidaknya stake-out sebanyak 5 - 8 titik di area utara lapangan sipil
dengan menggunakan satu dan dua titik ikat, berikut tahapan - tahapan yang akan dilakukan :
4. Hitung sudut βPN dengan mengurangkan selisih antara sudut azimut PA-PN
(metode polar), begiu pula dengan sudut αQN
Jadi :
Titik
X Y Titik Rencana X Y α (°) Jarak (m)
Ikat
A 0.00 0.00 1 15.000 0.000 90.0 15.000
2 25.000 25.000 45.0 35.355
3 0.000 30.000 0.0 30.000
4 -20.000 20.000 315.0 28.284
5 -30.000 0.000 270.0 30.000
6 -25.000 -25.000 225.0 35.355
7 0.000 -20.000 180.0 20.000
8 30.000 -30.000 135.0 42.426
Dokumentasi :
Selatan Barat
Selatan Barat
Selatan Barat
Selatan Barat
Pendekatan:
Karena menggunakan ETS maka posisi titik rencana akan dikonversi menjadi
jarak dan sudut dari titik ikat P terhadap titik ikat Q, juga sebaliknya
Dengan rumus :
𝑋𝑃 − 𝑋𝑄
𝛼𝑃𝑄 = arctan( )
𝑌𝑃 − 𝑌𝑄
𝐷𝑃𝑄 = √(𝑋𝑃 − 𝑋𝑄 )2 + (𝑌𝑃 − 𝑌𝑄 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑃𝑄 )
𝑋𝑛 − 𝑋𝑃
𝛼𝑃𝑛 = arctan( )
𝑌𝑛 − 𝑌𝑃
𝛽𝑃𝑛 = 𝛼𝑃𝑛 − 𝛼𝑃𝑄
𝐷𝑃𝑛 = √(𝑋𝑛 − 𝑋𝑃 )2 + (𝑌𝑛 − 𝑌𝑃 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑃𝑛 )
𝑋𝑛 − 𝑋𝑄
𝛼𝑄𝑛 = arctan( )
𝑌𝑛 − 𝑌𝑄
𝛽𝑄𝑛 = 360° − (𝛼𝑄𝑛 − 𝛼𝑃𝑄 )
𝐷𝑄𝑛 = √(𝑋𝑛 − 𝑋𝑄 )2 + (𝑌𝑛 − 𝑌𝑄 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑄𝑛 )
Jadi :
Pada praktikum kali ini kami mengalami beberapa kesalahan yang diakibatkan oleh posisi
pohon dan keteledoran kami karena tidak mengasumsikannya, juga terdapat kesalahan
perhitungan yang menghasilkan nilai sudut yang seharusnya negatif.
Pada praktikum 2 titik ikat kami mendapatkan beda posisi yang (menurut pengamatan
saya) kurang dari 30 cm menjadi sangat bagus karena kesalahan peletakan titik Q sejauh ±8
cm dari yang tertera pada formulir pengukuran
- Salomo MGS – 15117096
Pada praktikum stake out ini, kami mengadakan praktikum di daerah lapangan sipil.
Pada saat dilapangan kendala yang di hadapai adalah ada beberapa titik yang tidak dapat
kami jangkau akibat adanya halangan pohon.
Pada saat meng-stake out kasus satu (dengan satu titik ikat) kami tidak terlalu merasa
ada kesalahan yang terjadi, tetapi pada saat melakukan kasus dua (dengan dua titik ikat)
kami menedapatkan kesalahan di tiap titik ketika alat di pindah dari titik control I ke titik
control II. Pada dasarnya titik-titik yang kami patok haruslah sama biarpun kontrolnya
berpindah. Dan kesalahan titik-titik itu beraneka ragam, ada yang 7 cm, 8 cm, dan 10 cm.
Kesalahan itu dapat terjadi akibat adanya kesalahan dari pemegang prisma. Prisma
yang kami gunakan merupakan prisma yang menggunakan Jalon, tidak menggunakan
statif (stabil), sehingga titik yang kami patok menjadi tidak tetap dan terjadi kesalahan.
Yang kedua, pada saat menentuakn jarak titik patok terhadap kontro, terdapat perbedaan
akibat ketidak tepatan jarak antar dua titik tersebut, yang seharus jarak control dengan
titik patok 1 adalah 12m tetapi pemegang prisma tidak tepat berjarak 12m sari titik
control sehingga terjadi perbedaan pada saat stake out titik control 1 dan 2.
Daftar Pustaka
Lampiran