Anda di halaman 1dari 13

Praktikum 1

Stake-Out Horizontal
GD4106 Survey Konstruksi

Kelompok 13
Anggota Kelompok :

Ahmad Rizki P. 15115070


Faris Sefrima 15117016
Nazri R. Alfandi 15117032
Sean Imara 15117033
Fawaz Alkadri 15117037
Irsyad Fadhilah A. 15117054
Salomo Michael G. 15117096

Teknik Geodesi dan Geomatika


Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian
Institut Teknologi Bandung
2019
Bab 1 Pendahuluan

A. Tujuan
1. Menentukan titik - titik yang telah diketahui di lapangan sipil (Stake-out)

2. Menerapkan metode 1 titik ikat dan 2 titik ikat dalam menentukan titik - titik di
lapangan

B. Manfaat
1. Mengetahui cara melakukan stake-out
2. Melatih pola pikir yang logis dan sistematis
3. Melatih skill dalam menggunakan alat - alat positioning
4. Melatih kerjasama tim (teamwork ability)

Bab 2 Dasar Teori dan Prosedur Praktikum

A. Dasar Teori
Dalam dunia engineering, perencanaan dan pendesainan sebuah proyek konstruksi
merupakan kunci penting dalam memperoleh sebuah proyek skala besar yang akurat. Setelah
semua perencaanan dilakukan diatas kertas, maka dilakukan tahapan berikutnya yaitu realisasi.
Dalam melakukan realisasi suatu proyek konstruksi, diperlukan sebuah metode yang saintifis
dan sistematis. Pekerjaan ini disebut juga dengan stake-out. Sebelum melakukan proses ini,
seorang engineer hendaknya melakukan beberapa tahapan penting dalam keberjalanan
pembangunannya seperti melakukan survei reconnaisance, survey lapangan, estimasi biaya,
dan sebagainya. Selain itu, mereka juga harus mempertimbangkan aspek - aspek fisik berupa
bentuk bumi, titik BM, dan aspek kebumian lainnya.
Menurut W.Schofield dalam karyanya Enginering Surveying 6th Edition, Terdapat dua
metode dasar dalam melakukan proses stake-out (setting-out) suatu posisi ketika
menggunakan koordinat, yaitu metode polar dan interseksi. Dalam praktikum kali ini, metode
yang akan digunakan yaitu metode polar.
Image 1 Desain titik, sumber : W.Schofield, Engineering Surveying, hal. 486

Gambar 1 Menunjukkan suatu desain titik dengan A, B, C, dan IP diketahui koordinatnya,


namun hanya titik IP yang tidak diketahui posisinya. Dalam perencanaannya akan ditentukan
titik IP di permukaan bumi, untuk itu perlu dilakukan proses stake-out dengan metode polar
berikut tahapannya (tahapan berikut dapat dilakukan jika telah diperoleh besar sudut β dan
jarak antara B - IP ) :
1. Berdirikan alat di titik B, kemudian lakukan backsight ke titik A
2. Pilih opsi 0set di theodolit (jika ada), atau tulis sudut yang terbentuk

3. Tambahkan nilai sudut yang ada di theodolit dengan besar sudut β


4. Arahkan theodolit ke arah sudut yang telah ditambahkan dan lakukan pencarian titik
tersebut di permukaan bumi dengan menggunakan prisma (gambar 2) hingga
diperoleh sudut dan jarak yang diinginkan.

Image 2 Titik B merupakan titik yang dicari dengan memanfaatkan prisma, source : Charles D.
Ghilani dan Paul R.Wolf, Elementary Surveying, 2012
Selain dengan menggunakan theodolit, dalam melakukan stake-out dapat pula dilakukan
dengan menggunakan pita ukur (Tape). Namun dalam praktikum kali ini, alat yang digunakan
yaitu Electronic Total Station (ETS).

Menurut Ghilani dan Wolf.S dalam karyanya Elementary Surveying 13th Edition (2012),
terdapat tiga metode yang biasa digunakan dalam menentukan posisi horizontal suatu teitik
dengan menggunakan ETS yaitu :
1. Azimuth
2. Koordinat
3. Reseksi

Dua metode pertama dapat dilakukan jika telah diketahui titik kontrolnya di permukaan
bumi, sementara metode ketiga digunakan jika berdiri alat dilakukan di titik yang tidak
diketahui.

Metode koordinat menggunakan pendekatan yang sama dengan metode Azimuth dalam
pengaplikasiannya, hanya saja koordinat tempat berdiri alat dan koordinat backsight diinput
ke ETS. Metode reseksi dilakukan untuk mengetahui posisi yang ditempati oleh alat dengan
memanfaatkan titik - titik kontrol di permukaan bumi.

B. Prosedur Praktikum
Akan dilakukan setidaknya stake-out sebanyak 5 - 8 titik di area utara lapangan sipil
dengan menggunakan satu dan dua titik ikat, berikut tahapan - tahapan yang akan dilakukan :

 Stake-Out dari 1 Titik Ikat

1. Set alat di titik ikat


2. Orientasi arah utara, patok arah utara
3. Buat sudut azimuth AN
4. Buat jarak AN
5. Pasang Patok N

 Stake-Out dari 2 Titik Ikat


1. Tempatkan alat di titik P dan Q
2. Arahkan alat ke titik N
3. Titik N diketahui setelah melakukan
perhitungan sudut dan jarak

4. Hitung sudut βPN dengan mengurangkan selisih antara sudut azimut PA-PN
(metode polar), begiu pula dengan sudut αQN

Bab 3 Pengolahan data dan Hasil


A. Satu Titik Ikat
Data pengamatan
Titik
X Y Titik Rencana X Y
Ikat
A 0.00 0.00 1 15.000 0.000
2 25.000 25.000
3 0.000 30.000
4 -20.000 20.000
5 -30.000 0.000
6 -25.000 -25.000
7 0.000 -20.000
8 30.000 -30.000
Pendekatan:
- Karena menggunakan ETS maka posisi titik rencana akan dikonversi menjadi jarak
dan sudut dari titik ikat A terhadap azimuth-nya.
- Dengan rumus :
𝑋𝑛 − 𝑋𝐴
𝛼𝐴𝑛 = arctan( )
𝑌𝑛 − 𝑌𝐴
𝐷𝐴𝑛 = √(𝑋𝑛 − 𝑋𝐴 )2 + (𝑌𝑛 − 𝑌𝐴 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝐴𝑛 )

Jadi :
Titik
X Y Titik Rencana X Y α (°) Jarak (m)
Ikat
A 0.00 0.00 1 15.000 0.000 90.0 15.000
2 25.000 25.000 45.0 35.355
3 0.000 30.000 0.0 30.000
4 -20.000 20.000 315.0 28.284
5 -30.000 0.000 270.0 30.000
6 -25.000 -25.000 225.0 35.355
7 0.000 -20.000 180.0 20.000
8 30.000 -30.000 135.0 42.426

Dokumentasi :

Utara (0,0) Timur


Selatan Barat

Utara (15,0) Timur

Selatan Barat

Utara (25,25) Timur


Selatan Barat

Utara (0,30) Timur

Selatan Barat

Utara (-20,20) Timur


Selatan Barat

Utara (-30,0) Timur

Selatan Barat

Utara (-25,-25) Timur


Selatan Barat

Utara (0,-20) Timur

Selatan Barat

Utara (30,-30) Timur


Selatan Barat

B. Dua Titik Ikat


Data Pengamatan
Titik
Rencana Xn Yn
Titik
Xp Yp N
Ikat 1 -2.000 -8.000
2 2.000 -12.000
P 0.000 0.000 3 6.000 -12.000
4 8.000 -12.000
Q 6.000 2.000 5 -10.000 -6.000

Pendekatan:
 Karena menggunakan ETS maka posisi titik rencana akan dikonversi menjadi
jarak dan sudut dari titik ikat P terhadap titik ikat Q, juga sebaliknya
 Dengan rumus :
𝑋𝑃 − 𝑋𝑄
𝛼𝑃𝑄 = arctan( )
𝑌𝑃 − 𝑌𝑄
𝐷𝑃𝑄 = √(𝑋𝑃 − 𝑋𝑄 )2 + (𝑌𝑃 − 𝑌𝑄 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑃𝑄 )
𝑋𝑛 − 𝑋𝑃
𝛼𝑃𝑛 = arctan( )
𝑌𝑛 − 𝑌𝑃
𝛽𝑃𝑛 = 𝛼𝑃𝑛 − 𝛼𝑃𝑄
𝐷𝑃𝑛 = √(𝑋𝑛 − 𝑋𝑃 )2 + (𝑌𝑛 − 𝑌𝑃 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑃𝑛 )
𝑋𝑛 − 𝑋𝑄
𝛼𝑄𝑛 = arctan( )
𝑌𝑛 − 𝑌𝑄
𝛽𝑄𝑛 = 360° − (𝛼𝑄𝑛 − 𝛼𝑃𝑄 )
𝐷𝑄𝑛 = √(𝑋𝑛 − 𝑋𝑄 )2 + (𝑌𝑛 − 𝑌𝑄 )2 − 2 ∙ ∆𝑋 ∙ ∆𝑌 ∙ 𝐶𝑜𝑠(𝛼𝑄𝑛 )
Jadi :

Titik Sudut di P Sudut di


X Jarak (m)
Rencana (°) Q (°)
n
αPQ 71.56505118 N βPn βQn Dpn Dqn
αQP 71 33 54 1 122.4711 327.0947 8.246 12.806
DPQ 6.325 2 98.9726 304.3803 12.166 14.560
3 81.8698 288.4349 13.416 14.000
4 74.7448 280.3048 14.422 14.142
5 167.4711 351.8698 11.662 17.889
Dokumentasi :
Bab 4 Analisis
- Ahmad Rizki Prananta – 15115070

Pada praktikum kali ini kami mengalami beberapa kesalahan yang diakibatkan oleh posisi
pohon dan keteledoran kami karena tidak mengasumsikannya, juga terdapat kesalahan
perhitungan yang menghasilkan nilai sudut yang seharusnya negatif.

Pada praktikum 2 titik ikat kami mendapatkan beda posisi yang (menurut pengamatan
saya) kurang dari 30 cm menjadi sangat bagus karena kesalahan peletakan titik Q sejauh ±8
cm dari yang tertera pada formulir pengukuran
- Salomo MGS – 15117096

Pada praktikum stake out ini, kami mengadakan praktikum di daerah lapangan sipil.
Pada saat dilapangan kendala yang di hadapai adalah ada beberapa titik yang tidak dapat
kami jangkau akibat adanya halangan pohon.

Pada saat meng-stake out kasus satu (dengan satu titik ikat) kami tidak terlalu merasa
ada kesalahan yang terjadi, tetapi pada saat melakukan kasus dua (dengan dua titik ikat)
kami menedapatkan kesalahan di tiap titik ketika alat di pindah dari titik control I ke titik
control II. Pada dasarnya titik-titik yang kami patok haruslah sama biarpun kontrolnya
berpindah. Dan kesalahan titik-titik itu beraneka ragam, ada yang 7 cm, 8 cm, dan 10 cm.
Kesalahan itu dapat terjadi akibat adanya kesalahan dari pemegang prisma. Prisma
yang kami gunakan merupakan prisma yang menggunakan Jalon, tidak menggunakan
statif (stabil), sehingga titik yang kami patok menjadi tidak tetap dan terjadi kesalahan.
Yang kedua, pada saat menentuakn jarak titik patok terhadap kontro, terdapat perbedaan
akibat ketidak tepatan jarak antar dua titik tersebut, yang seharus jarak control dengan
titik patok 1 adalah 12m tetapi pemegang prisma tidak tepat berjarak 12m sari titik
control sehingga terjadi perbedaan pada saat stake out titik control 1 dan 2.

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Wolf, Paul R. Elementary Surveying : an Introduction to Geomatics. Upper Saddle


River, NJ :Prentice Hall, 2002.
Schofield, W. Engineering Surveying 6th Edition. UK :Elsevier Ltd., 2007

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai